Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MASAILUL FIQIH / FIQIH KONTEMPORER

SEDEKAH, HIBAH, DAN HADIAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :

1. NADIA ARTA MEVIA NIM. 1911210034


2. CHINDY PUSPITA SARI NIM. 1911210035
3. KHAIRUNNISYA NIM. 19112100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO

(UINFAS) BENGKULU

TAHUN 2022
A. Sedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela
tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang
diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT
dan pahala semata. Sedekah dalam pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih)
disebut sadaqah at-tathawwu’ (sedekah secara spontan dan sukarela).
Di dalam Alquran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum Muslimin
untuk senantiasa memberikan sedekah. Di antara ayat yang dimaksud adalah
firman Allah SWT yang artinya:
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau
berbuat ma'ruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan
barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak
Kami akan memberi kepadanya pahala yang besar." (An Nisaa. QS. 4:114).
Hadis yang menganjurkan sedekah juga tidak sedikit jumlahnya, di antaranya:
Artinya:“ Dari Said bin Kholid bin Kharisah, Rasulullah SAW bersabda:
Bersedekahlah kamu, karena sungguh akan datang suatu masa yang pada masa
itu seorang laki-laki pergi membawa sedekah, lalu tidak ada orang yang mau
menerimanya, lalu berkatalah orang yang mau diberi sedekah: sekiranya kamu
membawa sedekahmu kemarin, tentulah aku menerimanya. Adapun pada hari ini
aku tidak membutuhkannya lagi. (HR.Bukhari dan Nasai)
Para fuqaha sepakat hukum sedekah pada dasarnya adalah sunah, berpahala
bila dilakukan dan tidak berdosa jika ditinggalkan. Di samping sunah, adakalanya
hukum sedekah menjadi haram yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah
mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan
menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir ada kalanya juga
hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu dengan
orang lain yang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya,
sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu.
Hukum sedekah juga menjadi wajib jika seseorang bernazar hendak bersedekah
kepada seseorang atau lembaga.
Menurut fuqaha, sedekah dalam arti sadaqah at-tathawwu’ berbeda dengan
zakat. Sedekah lebih utama jika diberikan secara diam-diam dibandingkan
diberikan secara terang-terangan dalam arti diberitahukan atau diberitakan kepada
umum. Hal ini sejalan dengan hadits Nabi SAW dari sahabat Abu Hurairah.
Dalam hadits itu dijelaskan salah satu kelompok hamba Allah SWT yang
mendapat naungan-Nya di hari kiamat kelak adalah seseorang yang memberi
sedekah dengan tangan kanannya lalu ia sembunyikan seakan-akan tangan kirinya
tidak tahu apa yang telah diberikan oleh tangan kanannya tersebut.
Sedekah lebih utama diberikan kepada kaum kerabat atau sanak saudara
terdekat sebelum diberikan kepada orang lain. Kemudian sedekah itu seyogyanya
diberikan kepada orang yang betul-betul sedang mendambakan uluran tangan.
Mengenai kriteria barang yang lebih utama disedekahkan, para fuqaha
berpendapat, barang yang akan disedekahkan sebaiknya barang yang berkualitas
baik dan disukai oleh pemiliknya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang
artinya; ‘’Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai...’’ (QS Ali Imran
[3]: 92).1
Shadaqah dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk yaitu dengan memberikan
bantuan harta benda atau tenaga kepada orang lain yang membutuhkan. Diantara
perbuatan yang termasuk shadaqah berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW
yaitu:
1. Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang lain
2. Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan
3. Berlaku adil dalam mendamaikan orang lain yang bersengketa
4. Membantu seseorang yang akan menaiki kendaraan
1
Sri Sudiarti, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatera Utara: FEBI UIN-SU Press, 2018), hal 256 258
5. Amar ma‟ruf nahi mungkar
6. Memberikan senyuman kepada orang lain

Rukun dan syarat shadaqah adalah:


1. Orang yang memberi Orang yang memberi hendaknya pemilik harta tersebut
dan berhak membelanjakannya.
2. Orang yang beri Syarat orang yang diberi adalah berhak memiliki jadi tidak
sah bershodaqoh kepada anak yang masih dalam kandungan dan kepada
binatang karena keduanya tidak berhak memiliki.
3. Ijab dan qobul Ijab adalah pernyataan pemberian dari orang yang memberi
dan penerimaan dari orang yang diberi.
4. Barang yang diberikan Barang yang diberikan disyaratkan dapat dijual dan
dimanfaatkan bagi penerimanya.

Ada beberapa hal yang membatalkan shadaqah, artinya shadaqah tersebut


tidak berpahala, yaitu:

1. Al-Mann (mengungkit-ungkit). Artinya seseorang yang bershadaqah


kemudian terus mengingat dan menyebutnya di hadapan orang lain.
2. Al-Adza (menyakiti). Artinya seseorang yang telah bershadaqah, kemudian
dengan shadaqah itu ia menyakiti hati orang yang menerima shadaqahnya.
3. Ar-Riya‟ (memperlihatkan kepada orang lain). Artinya, ketika seseorang
bersshadaqah, ia memperlihatkan atau memamerkan shadaqahnya kepada
orang lain agar dipuji dan disanjung atau dikatakan dermawan.2

Ada banyak sekali hikmah atau manfaat dari amalan shadaqah, di antaranya:
dapat membantu meringankan beban orang lain, menumbuhkan rasa kasih sayang
dan mempererat hubungan antar sesama, sebagai obat penyakit, dapat meredam

2
Epi Suryana, Pengembangan Bahan Ajar Fiqih, Jurnal An-Nizom | Vol. 2, No. 2, Agustus 2017, hal
308
murka Allah dan menolak bencana, juga menambah umur, memperoleh pahala
yang mengalir terus, akan dilapangkan rejekinya, menghapus kesalahan.

B. Hibah
Kata “hibah” berasal dari bahasa Arab yang secara etimologis berarti
melewatkan atau menyalurkan, dengan demikian berarti telah disalurkan dari
tangan orang yang memberi kepada tangan orang yang diberi. Sayyid Sabiq
mendefinisikan hibah:
‫تمليك االنسان ماهل لغريه يف احلياة بال عوض‬
Yaitu akad yang pokok persoalannya pemberian harta milik seseorang kepada
orang lain di waktu dia hidup, tanpa adanya imbalan.
Sedangkan Sulaiman Rasyid mendefinisikan bahwa hibah adalah memberikan
zat dengan tidak ada tukarnya dan tidak ada karenanya. Sementara Muhammad
al-Husaini dalam kitab Kifayat al-Akhyar (Taqiyuddin, 2007:323) bahwa hibah
ialah Pemilikan tanpa penggantian
Sedangkan jumhur ulama mendefinisikan hibah sebagaimana yang dikutip
oleh Nasrun Haroen (2011:82) yaitu,
‫عقد يفيد اتلمليك بال عوض حال احلياة تطواع‬
Artinya: Akad yang mengakibatkan pemilikan harta, tanpa ganti rugi, yang
dilakukan seseorang dalam keadaan hidup kepada orang lain secara sukarela.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hibah adalah merupakan suatu
pemberian yang bersifat sukarela (tidak ada sebab dan musababnya) tanpa ada
kontra persepsi dari pihak penerima pemberian, dan pemberian itu dilangsungkan
pada saat si pemberi masih hidup (inilah yang membedakannya dengan wasiat,
yang mana wasiat diberikan setelah si pewasiat meninggal dunia).
Dalam istilah hukum perjanjian yang seperti ini dinamakan juga dengan
perjanjian sepihak (perjanjian unilateral) sebagai lawan dari perjanjian bertimbal
balik (perjanjian bilateral). Hibah memiliki dasar hukum yang dapat diperoleh
melalui Alqur’an maupun hadis, di antaranya:
Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita yang kamu nikahi sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka
makanlah( ambillah )pemberian itu (sebagai makanan yang sedap lagi baik
akibatnya [An-Nisâ’/4:4]
Dalam ayat ini Allâh swt menghalalkan memakan sesuatu yang berasal dari
hibah. Ini menunjukkan bahwa hibah itu boleh. Sedangkan dalam sabda
Rasulullah saw banyak sekali, diantaranya sabda Rasulullah sawDari Khalid bin
Adi, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW .telah bersabda: "Barang siapa yang
diberi oleh saudaranya kebaikan dengan tidak berlebih-lebihan dan tidak
iaminta ,hendaklah diterima jangan ditolak .Sesungguhnya yang demikian itu
pemberian yang diberikan Allah kepadanya)" )HR .Ahmad(. Berdasarkan ayat
dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa hibah disyariatkan dan dihukumi
mandub (sunat) dalam Islam. Dan Ayat ayat Al quran maupun teks dalam hadist
juga banyak yang menganjurkan penganutnya untuk berbuat baik dengan cara
tolong menolong dan salah satu bentuk tolong menolong tersebut adalah
memberikan3
Syarat-syarat wajib orang yang memberi hibah:
1. Pemilik barang yang dihibahkan
2. Orang yang memberi hibah
3. Ucapan penyerahan barang Syarat-syarat penerima hibah
4. Mempunyai hak untuk memiliki barang tersebut
5. Penerima hibah bukan anak yang masih dalam kandungan

Ada beberapa ketentuan yang berkaitan dengan hibah yaitu:

1. Bila hibah dengan anak sendiri, maka orang tua/pemberi hibah hendaknya
berbuat adil kepada semua anak-anaknya dalam memberi hibah.

3
Sri Sudiarti, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatera Utara: FEBI UIN-SU Press, 2018), hal 261-262
2. Hibah yang telah diberikan tidak boleh ditarik kembali, kecuali hibah orang
tua kepada anaknya.4
Terdapat dua hal yang hendak dicapai oleh hibah yakni, Pertama, dengan beri
memberi akan menimbulkan suasana akrab dan kasih sayang antara sesama
manusia. Sedangkan mempererat hubungan silaturrahmi itu termasuk ajaran dasar
agama Islam. Kedua, yang dituju oleh anjuran hibah adalah terbentuknya
kerjasama dalam berbuat baik, baik dalam menanggulangi kesulitan saudaranya,
maupun dalam membangun lembaga-lembaga sosial.5

C. Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk
mmnuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah SAW menganjurkan
kepada umatnya agar saling memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat
menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama.Hadiah adalah
memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan dibawa ke tempat orang yang
akan di beri, karena hendak memuliakanya. Hadiah merupakan suatu penghargaan
dari pemberi kepada si penerima atas prestasi atau yang dikehendakinya.
Hukum hadiah adalah boleh ( mubah ). Nabi sendiripun juga sering menerima
dan memberi hadiah kepada sesama muslim, Hadiah telah di syariatkan
penerimaanya dan telah ditetapkan pahala bagi pemberinya.Dalil yang melandasi
hal itu adalah sebuah hadist dari Abu Hurairah, bahwa nabi telah bersabda :
“sekiranya aku diundang makan sepotong kaki binatang, pasti akan aku
penuhi undangan tersebut.begitu juga jika sepotong lengan atau kaki dihadiahka
kepadaku, pasti aku akan menerimanya.” (HR.Al-Bukhari)
Hadiah diperbolehkan dengan kesepakatan umat, apabila tidak terdapat
disana larangan syar’I terkadang di sunattkan untuk memberikan hadiah apabila

4
Epi Suryana, Pengembangan Bahan Ajar Fiqih, Jurnal An-Nizom | Vol. 2, No. 2, Agustus 2017, hal,
310
5
Sri Sudiarti, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatera Utara: FEBI UIN-SU Press, 2018), hal 263
dalam rangka menyambung silaturrahmi, kasih sayang dan rasa cinta.terkadang
disyariatkan apabila dia termasuk di dalam bab membalas budi dan kebaikan
orang lain dengan hal yang semisalnya.dan terkadang juga menjadi haram dan
perantara menuju perkara yang haram dan ia merupakan hadiah yang berbentuk
suatu yang haram, atau termasuk dalam kategori sogok menyogok dan yang
sehukum dengannya.
1. Hukum menerima hadiah
Para ulama berselisih pendapat tentang orang yang diberikan
bingkisan hadiah, apakah wajib menerimanya ataukah disunatkan saja, dan
pendapat yang kuat bahwasannya orang yang diberikan hadiah yang mubah
dan tidak ada penghalang syar’I yang mengharuskan menolaknya. Maka wajib
menerimanya di karenakan dalil-dalil berikut ini :
Di dalam ash-shahih (al-bukhari dan muslim). Dari Umar ra beliau
berkata : rasulullah SAW memberiku sebuah bingkisan, lalu aku katakan
“berikan ia kepada orang yang lebih fakir dariku” maka beliau menjawab,
“ambillah, apabila datang kepadamu sesuatu dari harta ini, sedangkan engkau
tidak tamak dan tidak pula memintanya, maka ambillah dan simpan untuk
dirimu, jikalau engkau menghendakinya, maka makanlah.dan bila engkau
tidak menginginkannya, bershadaqahlah dengannya.”
Salim bin abdillah berkata :”oleh karena itu abdullah tidak pernah
meminta kepada orang lain sedikitpun dan tidak pula menolak bingkisan yang
di berikan kepadanya sedikitpun”.(shahih At Targhib 836)
Dan didalam sebuah riwayat, Umar ra berkata “ketahuilah demi dzat
yang jiwaku ditangan-nya!saya tidak akan meminta kepada orang lain
sedikitpun dan tidaklah aku diberikan suatu pemberian yang tidak aku minta
melainkan aku mengambilnya,” (shahih At Targhib 836)
Rasulullah SAW tidaklah menolak hadiah kecuali dikarenaka oleh
sebab yang syar’I.oleh karena adanya dalil-dalil ini maka wajib menerima
hadiah apabila tidak dijumpai larangan syar’i
Demikian pula diantara dalil-dalil yang menunjukkan wajibnya, adalah
apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari hadist Abu Hurairrah ra, beliau
berkata bahwa rasulullah SAW pernah bersabda :”barang siapa yang Allah
datangkan kepadanya sesuatu dari harta ini, tana dia memintanya, maka
hendaklah menerimanya, karena sesungguhnya itu adalah rezeki yang allah
kirimkan kepadanya.” (Shahih At-Targhib 839).
2. Hukum menolak hadiah
Setelah jelas bagi kita wajib menerima hadiah, maka tidak boleh
menolaknya kecuali dikarenakan unsur syar’i.
3. Syarat-syarat hadiah
a. Orang yang memberikan hadiah itu sehat akalnya dan tidak dibawah
perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-anak dan orang yang kurang
sehat jiwanya (seperti pemboros) tidak sah shadaqah dan hadiahnya.
b. Penerima haruslah orang yang benar-benar memerlukan karena keadaannya
yang terlantar.
c. Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki, jadi
shadaqah atau hadiah kepada anak yang masih dalam kandungan tidak sah.
d. Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat bagi
penerimanya.
4. Rukun Hadiah
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang
berhak mentasyarrufkannya
b. Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki .
c. Ijab dan qabul
d. Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual
5. Hikmah Hadiah
a. Menjadi unsur bagi suburnya kasih saying
b. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.6
6
Hibah Hadiah dan Sedekah, Makalah UIN AR-Raniry, 26 November 2018, hal 10-14
D. Perbedaan Sedekah, Hibah dan Hadiah
Baik sedekah, hibah, maupun hadiah merupakan perbuatan memberikan
sesuatu kepada orang lain yang menerimanya. Namun demikian, terdapat
perbedaan antara ketiganya. Persamaan dan perbedaannya adalah sebagai berikut:
1. Sedekah
a. Merupakan pemberian sesuatu yang didasarkan atas kepedulian terhadap
fakir miskin.
b. Perbuatan ini dilakukan semata-mata untuk mencari Ridha Allah SWT
c. Sebagai salah satu perwujudanrasa syukur kepada Allah SWT
d. Pemberian ini ditujukan kepada fakir miskin dan anak yatim
e. Pemberian biasanya dalam bentuk uang untuk melaksanakan sedekah
tidak perlu tata cara tertentu.
f. Sedekah hukumnya sunnah muakkad
2. Hibah
a. Merupakan pemberian yang didasarkan atas kasih sayang
b. Pemberian ini lebih bersifat keduniawian
c. Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang yang masih dalam
hubungan keluarga
d. Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang tidak bergerak
e. Untuk melaksanakan hibah perlu tata cara tertentu, misalnya dilakukan
secara tertulis
f. Hibah hukumnya sunnah
3. Hadiah
a. Merupakan pemberian yang diberikan atas keadaan atau peristiwa tertentu
b. Pemberian ini lebih bersifat keduniawian
c. Pemberian ini ditujukan kepada orang-orang tertentu
d. Pemberian ini biasanya dalam bentuk barang, baik barang bergerak seperti
alat-alat sekolah, televisi, dan lain-lain, maupun barang bergerak
e. Untuk melaksanakan hadiah, bisa melalui tata cara atau prosedur tertentu
dan bisa pula tidak
f. Hadiah hukumnya mubah (boleh).7

DAFTAR PUSTAKA

Sudiarti, Sri. 2018. Fiqh Muamalah Kontemporer. Sumatera Utara: FEBI UIN-SU
Press.

7
Sri Sudiarti, Fiqh Muamalah Kontemporer, (Sumatera Utara: FEBI UIN-SU Press, 2018), hal 268
Suryana, Epi. 2017. Pengembangan Bahan Ajar Fiqih, Jurnal An-Nizom | Vol. 2, No.
2, Agustus 2017.

Hibah Hadiah dan Sedekah. 2018. Makalah UIN AR-Raniry, 26 November 2018

Anda mungkin juga menyukai