Hibah
Hibah secara bahasa berasal dari kata wahaba, yang berarti lewat dari satu tangan ke tangan
yang lain atau dengan kata lain kesadaran untuk melakukan kebaikan atau di ambil dari kata
hubbubar-rih (angin yang menghembus) atau ibra (membebaskan utang). Secara terminologi
yaitu pemberian hak milik secara langsung dan mutlak terhadap suatu benda ketika masih
hidup tanpa ganti walaupun dari orang yang lebih tinggi. Hibah menurut istilah adalah
pemberian pemilikan sesuatu benda melalui transaksi (aqad) tanpa mengharap imbalan yang
telah di ketahui dengan jelas ketika pemberi masih hidup.
Hukum hibah
Rukun hibah
Rukun hibah ada 3 esensial yaitu :
Syarat hibah
Ijab, yaitu pernyataan tentang pemberian tersebut dari pihak yang memberikan
Qabul, yaitu pernyataan dari pihak yang menerima pemberian itu.
Qabdlah, yaitu penyerahan milik itu sendiri, baik dalam bentuk yang sebenarnya
maupun secara simbolis.
Macam-macam hibah
Manfaat hibah :
Bahwa hikmah disyariatkannya hibah (pemberian) sangat besar. Karena hibah itu bisa
menghilangkan rasa iri dengki, dan menyatukan hati dalam cinta kasih dan sayang menyayangi.
Persoalan-persoalna hibah :
1. Hibah bersyarat
Pada dasarnya hibah adalah pemberian milik yang sebenarnya secara langsung dan
sempurna kepada seorang yang menerima hibah. Oleh sebab itu, jika suatu hibah
ditetapkan syarat-syarat tertentu, seperti pembatasan penggunaan barang hibah dan
sebaginya, maka syarat- syarat yang demikian adalah tidak sah, sekalipun hibahnya
sendiri adalah sah. Karena syarat yang demikian mengakibatkan hibah itu adalah hibah
yang fasid (rusak).
2. Hibah umri
‘Umri ialah semacam hibah yang dihibahkan seseorang kepada orang yang lain yang
pemberian itu hanya berlaku selama orang yang diberi hibah. Bila yang diberi hibah
meninggal dunia, maka harta hibah itu kembali milik penghibah
3. Hibah ruqbi
Ruqbi semacam pemberian bersyarat, jika syarat itu ada, maka barang dihibahkan
menjadi milik yang menerima hibah, tetapi jika syarat itu tidak ada maka barang itu
tetap menjadi milik penghibah.
Shadaqoh
Pada awal pertumbuhan islam, sedekah diartikan sebagai pemberian yang disunahkan. Sedekah
secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf, serta dari unsur ash- shidq yang berarti
benar atau jujur. Secara etimologi, sedekah ialah kata benda yang dipakai untuk suatu hal yang
diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian sedekah adalah suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa
dibatasi waktu dan jumlah tertentu dan hanya mengahrap ridha Allah SWT semata.
Dasar hukum shadaqah
Shadaqah hukumnya sunah dengan dalil ayat Al-Qur‟an dan hadits, yaitu mustahab
(dianjurkan) menyerahkan dengan cara dirahasiakan, boleh diumumkan asal tidak disertai
dengan riya‟ atau yang sejenisnya yang akan merusak nilai shadaqah.
Rukun shadaqah :
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan (memperedarkannya).
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah memberi
kepada anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang,
karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
Manfaat shadaqah :
Membersihkan harta
Membersihkan badan dari dosa M
enolak musibah dan penyakit
Menggembirakan orang miskin dan yang paling utama orang-orang yang beriman
Membawa berkah dalam harta dan kelapangan rezeki
Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan maksud untuk memuliakan atau
memberikan penghargaan dari pemberi kepada si penerima atas prestasi atau yang
dikehendakinya. Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan
hadiah. Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati
antara sesama.
Hukum hadiah :
Hukum hadiah adalah boleh (mubah). Nabi sendiripun juga sering menerima dan memberi
hadiah kepada sesama muslim. Hadiah diperbolehkan dengan kesepakatan umat, apabila
disana tidak terdapat larangan syar’i terkadang di sunatkan untuk memberikan hadiah dalam
rangka menyambung silaturrahmi, kasih sayang dan rasa cinta.
Para ulama berselisih pendapat tentang orang yang diberikan bingkisan hadiah, apakah wajib
menerimanya ataukah disunatkan saja dan pendapat yang kuat bahwa orang yang diberikan
hadiah yang mubah dan tidak ada penghalang syar’i yang mengharuskan menolaknya, maka
wajib menerimanya dikarenakan dalil berikut : Rasulullah SAW bersabda : “penuhilah
undangan, jangan menolak hadiah, dan jangan menganiaya kaum muslimin”.
Sudah jelas bagi kita wajib menerima hadiah, maka tidak boleh menolaknya kecuali dikarenakan
unsur syar’i dan nabi SAW melarang kita untuk menolak hadiah dengan sabda beliau: “Jangan
kalian menolak hadiah.” (Telah lewat takhrijnya).
Rukun hadiah :
Manfaat hadiah :
1. Persamaannya adalah bahwa ketiga amalan tersebut memberikan sesuatu kepada orang
lain untuk kebaikan. Dan juga sama-sama memberikan hikmah antara lain meringankan
beban orang lain, meningkatkan kasih sayang antar sesama, mempererat tali
silaturahmi, serta di lapangkan jalan rezeki dan di mudahkan dalam urusannya. Itulah
mengapa ketiga amalan ini sangat di anjurkan untuk sesama muslim.
2. Perbedaan : Ada beberapa hal yang membedakan ketiga amalan tersebut, hal itu
terletak pada cara dan maksud pemberiannya. Untuk sedekah di berikan kepada orang
yang membutuhkan dengan niat ikhlas dan mencari ridho Allah SWT tanpa di batasi oleh
waktu maupun jumlahnya. Kalau hibah, di berikan dengan suka rela kepada orang lain
dengan alasan atau tanpa alasan tertentu dan tanpa mengaharapkan imbalan atas
pemberiannya tersebut. Sedangkan untuk hadiah, diberikan sebagai penghargaan atau
penghormatan atas jasa seseorang atau sebagai apresiasi untuk penghargaan dan
kesuksesan seseorang.