Pengertian Hibah
Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah
hibah yaitu: “akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika
masih hidup dan dilakukan secara sukarela”.[9] Didalam syara” sendiri
menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok persoalannya pemberian
harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup, tanpa adanya imbalan.
Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan
tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan maka harta tersebut
disebuti’aarah (pinjaman).[10]
2. Hukum Hibah
Hukum hibah adalah sunah, yakni jika dikerjakan akan memperoleh pahala dan
jika ditinggalkan tidak berdosa.[11] Adapun barang yang sudah dihibahkan tidak
boleh diminta kembali kecuali hibah orang tua kepada anaknya dalam sabda Nabi :
“Tidak halal bagi seseorang yang telah memberi sesuatu pemberian atau
menghibahkan suatu hibah atau menarik kembali kecuali orang tuua yang memberi
kepada anaknya”.(HR.Abu Daud).[12]
3. Hikmah Hibah
Terdapat dua hal yang hendak dicapai oleh hibah yakni, Pertama, dengan beri
memberi akan menimbulkan suasana akrab dan kasih sayang antara sesama
manusia. Sedangkan mempererat hubungan silaturrahmi itu termasuk ajaran dasar
agama Islam. Kedua, yang dituju oleh anjuran hibah adalah terbentuknya kerjasam
dalam berbuat baik, baik dalam menanggulangi kesulitan saudaranya, maupun
dalam membangun lembaga-lembaga sosial.[13]
C. Sedekah
1. Pengertian Sedekah
Sedekah secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf, serta dari
unsur ash-shidq yang berarti benar atau jujur. Sedekah menunjukkan kebenaran
penghambaan seseorang kepada Allah swt. Secara etimologi, sedekah ialah kata
benda yang dipakai untuk suatu hal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengertian sedekah adalah pemberian kepada orang lain dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. dan diberikan kepada orang yang sangat
membutuhkan tanpa mengharapkan pengganti pemberian tersebut.
2. Hukum sedekah
Hukum sedekah itu disunnahkan dan dianjurkan untuk dikeluarkan kapan
saja.[14]Dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan banyak ayat yang menganjurkan
untuk bersedekah, diantaranya Qur’an surat Yusuf: 88, Artinya: “Dan
bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-
orang yang bersedekah.” (QS. Yusuf:88).[15]
Dan juga sesuai dengan sabda Rasul: “Sesungguhnya sedekah memadamkan
amarah Tuhan dan menolak kematian yang buruk.” (HR. At-Tirmidzi, dan Ia
mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan).[16]
3. Hikmah Sedekah
a. Sedekah memberikan pelajaran kepada manusia bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang dapat memberikan manfaat bagi sesamanya. Sedekah mengingatkan
kita akan klemahan manusia. Manusia tidak dapat memungkiri kelemahannya
untuk tidak membutuhkan orang lain.
b. Sedekah merupakan wujud keimanan kepada Allah swt. keimanan bukan
merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya saja, melainkan juga bentuk
kesadaran dan sikap manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang hidup
bermasyarakat. Bentuk ketakwaan manusia kepada Allah swt. dapat dilihat ketika
berhubungan dengan sesamanya. Sedekah merupakan bentuk ibadah kepada Allah
swt. dalam dimensi sosial kemanusiaan.
c. Sedekah dapat menambah hubungan kekeluargaan diantara sesama manusia. [17]
D. Hadiah
1. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu yang bermanfaat dari seseorang kepada
orang lain sebagai penghormatan tanpa mengharap gantinya hanya untuk mencari
rida Allah swt. hadiah ini diberikan bukan karena iba atau rasa kasihan, tetapi
penghargaan atas prestasi atau reputasi seseorang.
2. Hukum Hadiah
Dasar hukum disyariatkannya hadiah adalah firman Allah swt. dan sunah
Rasulullah saw.
a. firman Allah swt
Artinya: “kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
(maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu
dengan senang hati. (Q.S. an-Nisa/4:4)
b. Sunah Rasulullah saw.
Artinya: “janganlah menganggap remeh pemberian seorang tetangga, walaupun
hanya berupa kaki kambing. ( H.R. al-Bukhari: 2378 dan Muslim: 1711)[18]
4. Pelaksanaan Hadiah
Hadiah dapat dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:
a) Benda yang dihadiahkan harus menjadi milik yang sah dari pemberi hadiah
b) Penerima hadiah adalah orang-orang yang telah memberikan kesenangan kepada
kita, meskipun tidak banyak.
c) Penerima hadiah biasanya orang-orang yang berprestasi
d) Benda yang dihadiahkan tidak harus berwujud barang tertentu melainkan bebas
dan menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
e) Benda untuk hadiah diberikan kepada siapapun selama tidak meminta
pertanggungjawaban dari penerima hadiah
f) Harus ada sigat akad hadiah dengan pasti dan jelas, , yaitu ijab Kabul.[22]
Rukun Shadaqah
o Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai
berikut :
Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan berhak untuk mentasharrufkan
(memperedarkannya).
Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan
demikian tidak syah memberi kepada anak yang masih
dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang,
karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
Ijab dan qabul. Ijab ialah pernyataan pemberian dari orang
yang memberi sedangkan qabul, ialah pernyataan
penerimaan dari orang yang menerima pemberian
Barang yang diberikan, syaratnya adalah barang tersebut
yang dapat dijual.
Manfaat Shadaqah
o Ada banyak sekali hikmah atau manfaat dari amalan shadaqah, di
antaranya:
Dapat membantu meringankan beban orang lain
Sebagai makhluk sosial sudah sepatutnya kita saling
membantu dengan memberikan apa yang kita miliki
kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan
bershadaqah maka ketimpangan antara si kaya dan
si miskin dapat dihilangkan sehingga kita bisa sama-
sama menikmati hidup ini dengan sejahtera.
Menumbuhkan rasa kasih sayang dan mempererat
hubungan antar sesama
Rasulullah bersabda, artinya: “Shadaqah yang
diberikan kepada orang miskin hanya merupakan
shadaqah saja sedangkan yang diberikan kepada
kerapabat menjadi shadaqah dan tali penghubung
silaturrahim.(H.R. An-Nasa’i)
Sebagai Obat penyakit
Sabda Rasulullah saw: “Peliharalah kekayaanmu
dengan cara mengeluarkan zakat dan obatolah
penyakitmu dengan jalan bershadaqah. Kemudian
hadapilah cobaan dengan berdoa sambil
merendahkan diri pada Allah swt.” (HR. Abu
Darda).
Dapat meredam murka Allah dan menolak bencana,
juga menambah umur.
Sabda Rasulullah saw: “Perbuatan kebajikan itu
dapat mencegah kejahatan dan yang dirahasiakan
itu dapat meredam murka Allah dan mempererat
silaturrahim itu dapat menambah umur.” (HR.
Thabrani).
Memperoleh Pahala yang Mengalir Terus
Sabda Rasulullah saw: "Apabila seseorang telah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya
kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu
mendo'akan kedua orang tuanya". (HR. Muslim).
Akan dilapangkan rejekinya
Sabda Rasulullah saw: “Tidaklah seseorang
membuka jalan untuk bershadaqah atau memberi
melainkan Allah akan menambah lebih banyak
bagnya, dan tidaklah seseorang membuka jalan
untuk meminta karena ingin kaya (banyak)
melainkan Allah akan menambah kekuarangan
baginya.” (HR. Baihaqi).
Menghapus Kesalahan
Allah berfirman:
Artinya: Jika kamu menampakkan
sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.
Dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir,
maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan
Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 271)
Perbedaan dan Persamaan antara Shadaqah dengan Infaq
o Shadaqah lebih bersifat umum dan luas, sedangkan infak adalah
pemberian yang dikeluarkan pada waktu menerima rejeki atau
karunia Allah. Namun keduanya memiliki kesamaan, yakni tidak
menentukan kadar, jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan
mengharap ridha Allah semata.Karena istilah shadaqah dan infak
sedikit sekali perbedaannya, maka umat Islam lebih cenderung
menganggapnya sama, sehingga biasanya ditulis infaq atau
shadaqah.
Hibah
Pengertian Hibah dan Hukumnya
o Menurut bahasa hibah artinya pemberian. Sedangkan menurut
istilah hibah ialah pemberian sesuatu kepada seseorang secara
cuma-cuma, tanpa mengharapkan apa-apa.
Hukum Hibah
o Hukum asal hibah adalah mubah (boleh). Tetapi berdasarkan
kondisi dan peran si pemberi dan si penerima hibah bisa menjadi
wajib, haram dan makruh.
Wajib
Hibah suami kepada kepada istri dan anak
hukumnya adalah wajib sesuai kemampuannya.
Haram
Hibah menjadi haram manakala harta yang
diberikan berupa barang haram, misal minuman
keras dan lain sebagainya. Hibah juga haram apabila
diminta kembali, kecuali hibah yang diberikan
orangtua kepada anaknya (bukan sebaliknya).
Makruh
Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapat
imbalan sesuatu baik berimbang maupun lebih
hukumnya adalah makruh.
Rukun Hibah
o Rukun hibah ada empat, yaitu :
Pemberi hibah (Wahib).
Penerima hibah (Mauhub Lahu).
Barang yang dihibahkan.
Penyerahan (Ijab Qabul)
Syarat-syarat Hibah
o Diberikan atas kemauan sendiri.
o Pemberinya bukan orang yang hilang akal (mabuk atau gila).
o Barang yang diberikan dapat dilihat (wujud).
o Dapat dimiliki oleh penerima hibah.
Ketentuan Hibah
o Hibah dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami
proses serah terima. Jika hibah itu baru diucapkan dan belum
terjadi serah terima maka yang demikian itu belum termasuk hibah.
o Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang
menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang yang
memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.
Hikmah Hibah
o Akan terhindar dari sifat kikir atau bakhil.
o Akan terbentuk sifat dermawan bagi pemberi hibah.
o Akan dilapangkan rejekinya dan dimudahkan urusannya.
Hadiah
Pengertian Hadiah dan Hukumnya
o Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling
memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat
menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama.
o Rasulullah saw. bersabda :"Hendaklah kalian saling memberikan
hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi" ( HR. Abu Ya'la ).
Hukum Hadiah
o Hukum hadiah adalah mubah. Nabi sendiri juga sering menerima
dan memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana
sabdanya:"Rasulullah saw menerima hadiah dan beliau selalu
membalasnya". (HR. AI Bazzar).
Rukun Hadiah
o Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun
shadaqah, yaitu :
Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan yang berhak mentasyarrufkannya
(memanfaatkannya).
Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki.
Ijab dan qabul.
Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.
Persamaan:
Perbedaan:
Shadaqah diberikan oleh seseorang atas dasar untuk mencari ridha Allah
semata.
Hibah diberikan kepada seseorang atas dasar rasa kasih sayang, iba atau
ingin mempererat tali silaturrahim.
Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai bentuk penghargaan atas
prestasi yang telah dicapai.
Hukum asal shadaqah adalah sunnah sementara hibah dan hadiah adalah
mubah.
Terimakasih semoga artikel saya dengan judul "Shadaqah, Hibah , dan Hadiah
lengkap"Bermanfaat bagi anda semuanya. Bila ada kesalahan kata ataupun
pertanyan dapat berkomentar.
Coming Up
Terima kasih telah membaca Artikel Penjelasan Shadaqah, Hibah ,dan
Hadiah . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan
Link Penjelasan Shadaqah, Hibah ,dan Hadiahsebagai sumbernya.
Label: Agama Islam
Share on Facebo
Sedekah
Hadiah
Hadiah adalah pemberian yang di berikan kepada orang lain, karna maksud
memuliakan orang tersebut, dan hadiah tersebut berbentuk sesuatu yang bisa di
pindahkan, seperti mobil misalnya, berbeda dengan sesuatu yang tidak bisa di
pindahkan seperti kebun misalnya, maka tidak bisa di sebut hadiah, tapi hibah atau
sedekah, tergantung niatnya bagaimana.
Hibah(pemberian)
Kesimpulan
B.Rukun Shadaqah
Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan
berhak untuk
mentasharrufkan ( memperedarkannya )
b.Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian
tidak syah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan
ibunya atau memberi kepada binatang, karena keduanya tidak berhak
memiliki sesuatu
c. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang
memberi sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang
menerima pemberian .
d. Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.
D. Hikmah Shadaqah
1. Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
Sabda Nabi Muhammad SAW. :
صد ِْرَ(رواهَابوَيعلى بَوح ارال ا ُ تهاد ُْواف ِإنا َا ْله ِد ايةت ُ ْذ ِه
“Saling hadiah-menghadiahkan kamu, karena dapat menghilangkan
tipu daya dan
kedengkian” (HR. Abu Ya’la).
ُ ثَا ْلموداةوت ُ ْذ ِه
بَالضاغائِنَ(رواهَالديلمى ِ عل ْي ُك ْمَ ِبا ْلهداياف ِاناهات
ُ ُور
“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan
kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami).
F.Macam-macam Hibah
Hibah dapat di golongkan menjadi dua yaitu:
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada
pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau
barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan)
apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan
sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain
agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun
materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.
Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya
memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari
hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri).
Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena
setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan
manfaatnya harus dikembalikan.
G.Rukun dan Syarat Hibah
Rukun hibah ada empat, yaitu :
a. Pemberi hibah ( Wahib )
b. Penerima hibah ( Mauhub Lahu )
c. Barang yang dihibahkan .
d. Penyerahan ( Ijab Qabul )
H.Ketentuan Hibah
Hibah dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami
proses serah terima.
Jika hibah itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang
demikian itu belum
termasuk hibah.
Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang menghibahkan
tidak boleh meminta
kembaJi kecuali orang yang memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu)
kepada anaknya
I.Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
J.Pengertian Hadiah dan Hukumnya
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah
SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah.
Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling
menghormati antara sesama.
Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan
dibawa ke tempat orang yang akan di beri, karena hendak memuliakanya.
Hadiah merupakan suatu penghargaan dari pemberi kepada si penerima
atas prestasi atau yang dikehendakinya. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya: "Hendaklah kalian saling memberikan hadiah, niscaya kalian akan
saling menyayangi " ( HR. Abu Ya'la )
Hukum Hadiah ialah boleh ( mubah ). Nabi sendiripun juga sering
menerima dan memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana
sabdanya: Artinya: "Rasulullah SAW menerima hadiah dan beliau selalu
membalasnya". (HR. AI Bazzar)
K.Rukun Hadiah
Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun
shadaqah, yaitu :
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang
berhak mentasyarrufkannya
b. Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki .
c. Ijab dan qabul
d. Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual
L.Hikmah Hadiah
1.Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
A. Hibah
1. Pengertian
Hibah ialah memberikan harta dengan tidak ada tukaranya dan tidak ada penyebabnya.
Hibah dapat diberikan kepada siapa saja yang dikehendaknya dengan kemauan sendiri
dengan tanpa adanya usur paksaan melainkan secara ikhlas seperti diberikan kepada
orang tua, suami atau istri, anak, saudara, menantu, teman, murid, dan lain sebagainya.
Barang yang dihibahkan dapat berupa tanah, rumah, kendaraan, buku, dan sebagainya.
Yang pada pokoknya dapat dimanfaatkan bagi penerima.
2. Hukum Hibah
Hibah hukumnya sunah sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Firman Allah SWT.
َّ على ُحبِِّه ذَ ِوى اْلقُ ْر بى َو اْليَتمى َو ال َمس ِكيْنَ َو ا بْنَ السَّبش ْي ِل َو ال
)177: س ِا ئِ ِليْنَ (البقرة َ ًوات َى اْل َما َل
“(Di antara beberapa kebaikan yang tertera dalam ayat)memberikan harta kepada yang
dikasihi, kepada keluarganya yang miskin dan kepada anak yatim dan kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan kepada orang yang minta (karena tidak punya) (Al-
Baqarah 177).
3. Rukun Hibah
4. Syarat-syarat Hibah
b. Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau harga.
c. Barang yang di hibahkan itu adalah betul-betul milik orang yang memberikan hibah dan
berpindah status pemiliknya dari tangan pemberi hibah ke tangan penerima hibah.
5. Macam-macam Hibah
Hibah ada dua macam yaitu hibah barang dan hibah manfaat. Adapun hibah mencari
pahala ialah untuk keridhaan Allah dan keridhaan makhluk. Manfaat hibah terdiri dari hibah
berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (an amri). Hibah muajjalah termasuk
dalam kategori pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang
dihibahkan manfaatnya itu harus di kembalikan. Hibah seumur hidup terdapat beberapa
pendapat ulama sebagai berikut :
a. Imam Syafi’i, Abu hanifah, Ats-Tsauri dan Ahmad berpendapat bahwa hibah tersebut
adalah hibah yang terputus sama sekali yaitu hibah terhadap pokok barangnya.
b. Imam Maliki dan pengikutnya berpendapat bahwa penerima hibah tersebut hanya
mendapat hak guna (manfaat) saja.
c. Daud dan Abu Tsauri berpendapat apabila pemberian di tunjukan kepada seorang dan
keturunanya, maka barang tersebut menjadi milik orang yang di beri hibah selamanya.
6. Mencabut Hibah
Jumhur Ulama berpendapat haram mencabut hibah meskipun pemberian itu di lakukan
antara saudara atau suami istri, kecuali pemberian orang tua terhadap anaknya.
8. Hikmah Hibah
Hibah adalah salah satu bentuk pertolongan yang di anjurkan dalam agama, karena
mempunyai hikmah yang terkandung di dalamnya antaralain :
1. Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup, misalnya biaya
pendidikan, biaya kebutuhan hidup.
1. Pengertian
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan
pahala di akhirat. Bersadaqah berarti memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada
pihak lain secara ikhlas dan suka rela, semata-mata mengharapkan pahala di akhirat kelak.
Firman Allah SWT.
“Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu karena mencari keridhaan Allah. Dan apa
saja harta yang baik kanu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahala yang cukup dan
sedikit pun kamu tidak akan dianiaya.(Al Baqarah 272).
Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan dibawa ke tempat orang
yang akan di beri, karena hendak memuliakanya. Hadiah merupakan suatu penghargaan
dari pemberi kepada si penerima atas prestasi atau yang dikehendakinya.
عنُقَه ُ فَ َج َع َل يَقُ ْو ُ ص َدقَ ِة َو َمث َ َل ذ لِكَ َك ْمث َ ِل َر ُج ٍل اَس َْر هُ اْلعَد ُُّو فَأ َ ْو ثَقُ ْوا يَ َد هُ إِلى
ُ عنُ ِق ِه َو قَ َّر ب ُْو هُ ِليَضْر ب ُْوا َّ ا َ ْم ُر ُك ْم بِا ل
)سه ُ (رواه التر مذى َ ُل َه ْل لَ ُك ْم أ َ ْن أ ُ ْف ِد ي نَ ْفسِى مِ ْن ُك ْم َو َج َع َل يُعْطِ ى اْلقَ ِل ْي ِل وض اْل َك ِثيْرش َحتِّى َو فَ َدى نَ ْف
“Aku menyuruh kamu untuk memberi shadaqah, karena orang yang memberi shadaqah itu
adalah seumpama seorang laki-laki ditawan musuh dan di ikat tangannya ke leher lalu
dihadapkan ke algojo untuk di pancung lehernya, maka orang yang di tawan itu berkata :
bolehkah saya tebus diri saya? Lalu ia memberikan segala hartanya, sehigga ia dapat
membebaskan dirinya”. (H.R. Turmudzi).
b. Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan boleh ditinggalkan.
a. Pemberi,
b. Penerima,
c. Dapat meredam murka Allah atau menolak bencana dan menambah umur.
1. A. HIBAH
1. 1. Pengertian dan Hukum Hibah
Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain
diwaktu ia hidup
ِّ ىالرقَا
ب ِّ ِّسبِّ ْي ِّل َوالسَّائِّ ِّليْنَ َوف َ ىو ْال َم
َّ سا ِّكي ِّْن َوابْنَ ال َ ىو ْاليَتَ َم ْ َىال َما َل َعلَى ُحبِّ ِّه ذَ ِّو
َ َىالقُ ْرب ْ َوأَت
ُف ِّم ْن َغي ِّْرإِّس َْرافٍ َوالَ َم ْسأَلَ ٍة فَ ْليَ ْقبِّ ْله ُ َوالَيَ ُردُّه
ٌ َع ْن خَا ِّلدِّاب ِّْن َع ِّدي ِّ أ َ َّن النَّبِّىَص م قَا َل َم ْن َجا َءهُ ِّم ْن ا َ ِّخ ْي ِّه َم ْع ُر ْو
ساقَهُ هللا ُاِّلَ ْي ِّه (رواه احمد َ )فَإِّنَّ َما ه َُو ِّر ْز ٌق
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain
yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut,
yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun.
Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar
dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi
harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata
lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu
(hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah
muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah
lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya
harus dikembalikan.
1. 4. Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram,
kecualii hibah
ب ِّهبَةً فَيَ ْر ِّج ُع فِّ ْي َها ِّإالَّ ْال َوا ِّل ِّدفِّ ْي َمايُ ْع ِّطى ِّل َولَ ِّد ِّه
َ الَيَ ِّح ُّل ِّل َر ُج ٍل ُم ْس ِّل ٍم أ َ ْن يُ ْع ِّطى َع ِّطيَّةًأَ ْويَ َه
ئ ث ُ َّم َيعُ ْودُفِّىقَ ْيئِّ ِّه (متفق عليه ِّ )ا َ ْلعَائِّد ُ فِّى ِّهبَتِّ ِّه كَااْلك َْل
ُ ب يُ ِّق
jumlahnya tidak lebih dari sepertiga harta. Jika penerima itu ahli waris
maka hibah itu tidak sah. Jika hibah itu jumlahnya lebih dari sepertiga
harta maka yang dapat diberikan kepada penerima hibah (harus bukan
ahli waris) hanya sepertiga harta.
1. Penguasaan Orang Tua atas Hibah Anaknya
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai
barang yang
1. 6. Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
صدَقَةٌ (رواهالبخارى
َ َىوجْ ِّه أ َ ِّخيْكَ لَك ُّ َ)تَب
َ س ُمكَ ِّف
ي الل ُه َّم َع ْن ُه َم َع ِّن النَّبِّ ْي ص م قَا َل لَ ْود ُ ِّعيْتُ إِّلَىذ َِّراعٍ أَ ْو ُك َراعٍ ََل َ َجبْتُ َولَ ْو ِّ َع ْن اَبِّي ه َُري َْرة َ َر
َ ض
1. Hikmah Hadiah
1). Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
1. Hibah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak ada
sebabnya
3. Hadiah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya serta dibawa ke
tempat yang diberi karena hendak memuliakannya.
Dalam keterangan lain, dalam buku karya Abdul Ghani bin Ismail an Nablusi. Dijelaskan
bahwa Al ‘Athiyah terdirir dari tiga bentuk yang lebih obyektif yaitu[3]:
2. Pemberian yang dilakukan oleh orang yang kedudukanya lebih rendah kepada
orang yang mempunyai kedudukan tinggi, hal ini dimkasutkan untuk mencari
perlindungan dan bantuan. Dan pemberian ini wajib dibalas.
3. Pemberian yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang sama,
sebagi maksud dari menyambung tali silaturrahim. Maka pemberian ini ada yang
mengatakan boleh dibalas.
Dalam mendefinisikan sedekah, hibah, dan hadiah hampir semua mayoritas ulama
sepakat, bahwa sedekah, hibah dan hadiah merupakan amalan sunah dengan
memberikan sesuatu hal yang yang bermanfaat kepada orang lain secara hak, hanya
untuk mencari ridho Allah. Dalam pandangan madzhabiyah, untuk menentukan jenis
pemberian diatas maka dapat dilihat dari niatnya. Dan mereka mensyaratakan
barang pemberian kepada segala bentuk hal bermanfaat, tanpa alat tukar dan tanpa
syarat pertikaran.
Halal, jika dilkukan atas dasar suka sama suka dan melalui jalan yang hak.
Haram, bila pemberian itu dumaksutkan untuk melakukan kezaliman.
Haram bagi penerima,dan halal bagi pemberi. Jika penerima adalah seseorang yang
mensyratakan untuk mengungkap kejahatan (tebusan).
Jadi, dalam analisa masalah pemberian ini bahwa sedekah, hibah dan hadiah
mempunyai perbedaan:
Bagi Pemberi.
1. Dewasa (baligh)
2. Tidak dipaksa
Bagi Penerima
Benar-benar ada diwaktu di beri. Bila benar-benar tidak ada, atau diperkirakan adanya,
seperti janin, maka pemberian tidak sah.
Barang diberikan.
5. Dikhususkan. Yakni barang pemberian itu hendaknya bukan untuk umum seperti
haknya jaminan. Dalam konteks ini imam malik dan imam Asyafi’I dan imam Ahmad
dan Abu Tsaur berkata: sesungguhnya hibah yang untuk umum yang tidak dibagi-bagi
hukumnya sah.
Dan dalam Syarah Fathul Qorib lebih dispesifikan lagi bahwa harta yang disedekahkan
adalah yang bisa dan pantas dijual dan tidak boleh memberikan harta yang bersifat
sia-sia (harta yang tidak bisa masuk dalam syarat Buyu’)[7]
Pemberian shodaqoh merupakan perbuatan yang baik yang sangat dianjurkan dan
Allah Swt. Dalam surat Yusuf ayat 88 menjelasakan tentang cerita Nabi Yusuf dan
saudaranya perihal shodaqoh.
“Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan
keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang
yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah
kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bersedekah."
Dan Rosulullah sangat menerima hadiah dan tidak menerima shodaqoh, seperti dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.[8]
حدثنا عبد الرحمن بن سلام الجمحي حدثنا الربيع يعني ابن مسلم عن محمد وهو ابن زياد عن أبي
هريرة أن النبي صلى هللا عليه وسلم كان إذا أتي بطعام سأل عنه فإن قيل هدية أكل منها وإن
منها يأكل لم صدقة قيل
Artinya:
Bercerita kepadaku Abdurrahman bin salam bercerita Rabi’ yaitu Ibnu Muslim dari
Muhammad dan dia adalah Ibnu Ziyad Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Bahwa
Nabi Shallallahu alaihi wassalam biasanya bila dibawakan makanan, beliau selalu
menanyakannya terlebih dahulu. Jika dikatakan bahwa makanan itu adalah hadiah,
maka beliau memakannya. Dan kalau dikatakan bahwa itu adalah sedekah, maka beliau
tidak mau memakannya (muttafaqun alaih).
Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah
diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan: Nabi SAW pernah
memberikan 30 buah kasturi kepada Najasyi, kenmudian Najasyi meninggal dunia
sebelum menerimanya. Nabi SAW mencabut kembali pemberian itu. Kalau salah
seorang yang memberi atau yang diberi mati sebelum menerima, ahli warisnya boleh
menerima atau menerimakan barang yang telah diakadkan itu, dan boleh juga
mencabutnya[9].
Jumhurul ulama’ sepakat bahwaPemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima
tidak boleh dicabut kembali, sekalipun itu terjadi kepada suami, istri dan saudaranya
sendiri kecuali pemberian bapaknya kepada anaknya, tidak berhalangan dicabut atau
dimintanya kembali[10].
،ب
ٍ ش َع ْي
ُ م ِرو ْب ِن
ْ َع ْن َع، ِم
ُ ْم َعل
ُ س ْي ٌن ال
َ قثنا ُح، ب ْب ُن َع َطا ٍء َ م ُد ْب ُن أَ ِبي ال
ِ قثنا َع ْب ُد ال َْوهَّا، ِْع َّوام َّ م َح
ُ َح َّد َث َنا
َ أَن َُّه َق, م
" لا: ال َ س َّل
َ ص َّلى ال َّل ُه َعلَيْهِ َو
َ ِ ِبهِ يَ ْر َف َعانِهِ إِلَى ال َّن ِبي, اس
ٍ َّ َوابْ ِن َعب، م َر
َ َع ِن ابْ ِن ُع، سٍ او
ُ َع ْن َط
طيَّ ًة َي ْر ِج ُع ِ َل ا َّلذِي ُي ْع
ِ طي َع ُ مث َ َو، ي َول ََد ُهَ ط
ِ ِيما ُي ْع َ إِلا ال َْوال َِد ف, ِيها
َ طيَّ ًة َي ْر ِج ُع ف
ِ ي َع ِ َيحِ لُّ ل َِر ُج ٍل أَ ْن ُي ْع
َ ط
ِفِيه اد
َ َع م
َّ ُث اء
َ َق ش ِب َعَ ِإ َذا َحتَّى ُ َي ْأ ُك
ل ب
ِ ا ْلكَ ْل َلِ مث
َ َك ِيها
َ ف
Artinya:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.
Selain itu bagi yang menerima hadiah hendaknya Barangsiapa yang tidak mempunyai
sesuatu untuk membalas hadiah maka hendaklah berdo’a atas hadiah tersbut,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW:
(semoga Allah membalasmu dengan yang lebih baik) maka sungguh dia telah cukup
memadai dalam memuji”.[11]
Dan berikut ini adalah hal-hal yang membatalkan pahala pemeberian adalah[12]:
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al Ahzab : 35)
Bab III
PENUTUP
Kesimpulan
1) Hibah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak ada
sebabnya
3) Hadiah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya serta dibawa ke
tempat yang diberi karena hendak memuliakannya.
1. Ada yang memberi. Syaratnya ialah orang yang berhak memperedarkan hartanya
dan memeiliki barang yang diberikan. Maka anak kecil, orang gila, yang menyia-
nyiakan harta tidak sah memberikan harta benda mereka kepada yang lain, begitu
juga wali terhadap harta benda yang diserahkan kepadanya.
2. Ada yang diberi. Syaratnya yaitu berhak memiliki. Tidak sah memberi kepada anak
yang masih berada di dalam kandungan ibunya dan pada binatang. Karena keduanya
tidak dapat memiliki.
3. Ada ijab dan qabul, misalnya orang yang memberi berkata,”Saya berikan ini
kepada engkau.” Jawab yang diberi.”Saya terima.” Kecuali sesuatu yang menurut
kebiasaan memang tidak perlu mengucapkan ijab dan qabul, misalnya seorang istri
menghibahkan gilirannya kepada madunya, dan bapak memberikan pakaian kepada
anaknya yang masih kecil. Tetapi apabila suami memberikan perhiasan kepada istrinya,
tidaklah menjadi milik istrinya dengan ijab dan qabul. Perbedaan antara bapak kepada
anak dengan pemberian suami kepada istri ialah: bapak adalah wali anaknya,
sedangkan suami bukanlah wali terhadap istrinya. Pemberian pada waktu perayaan
mengkhitan anak hendaklah dilakukan menurut adat yang berlaku di tiap-tiap tempat
tentang perayaan itu.
4. Ada barang yang diberikan. Syaratnya hendaklah barang itu dapat dijual, kecuali:
a. Barang-barang yang kecil. Misalnya dua atau tiga butir biji beras, tidak sah dijual,
tetapi sah diberikan.
b. Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan.
Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah
diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan: Nabi SAW pernah
memberikan 30 buah kasturi kepada Najasyi, kenmudian Najasyi meninggal dunia
sebelum menerimanya. Nabi SAW mencabut kembali pemberian itu.
Kalau salah seorang yang memberi atau yang diberi mati sebelum menerima,
ahli warisnya boleh menerima atau menerimakan barang yang telah diakadkan itu, dan
boleh juga mencabutnya.
Pemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima tidak boleh dicabut
kembali, kecuali pemberian bapaknya kepada anaknya, tidak berhalangan dicabut atau
dimintanya kembali.
Seorang bapak dibolehkan mencabut pemberian kepada anaknya karena ia
berhak menjaga kemaslahatan anaknya, juga cukup menaruh perhatian (kasih sayang
kepada anaknya).Sungguh tidak berhalangan apabila bapak mencabut pemberian
kepada anaknya, tetapi dengan syarat “barang yang diberikan itu masih dalam
kekuasaan anaknya”, berarti masih tetap kepunyaan anaknya, meskipun sedang
dirungguhkan. Maka apabila milik anak telah hilang, si bapak tidak boleh mencabut
pemberiannya lagi, walaupun barang itu kembali kepada anak denhgan jalan lain.
Bapak diperbolehkan mengambilharta anaknya apabila dia menginginkannya.