Anda di halaman 1dari 49

Shodaqoh dan Hadiah

1. Pengertian Shadaqah dan Hadiah


Shadaqah adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan dari seseorang kepada orang lain atau
dari satu pihak kepada pihak lain tanpa mengharapkan apa-apa kecuali ridha Allah. Pengertian
shadaqah sangat luas sebab semua yang kita berikan berupa kebaikan atau yang bermanfaat baik
kepada manusia maupun binatang adalah shadaqah. Pengertian shadaqah tidak hanya berbentuk
harta atau materi tapi juga immateri/rohaniyah. Semua pemberian yang kita berikan adalah cabang
daripada shadaqah termasuk zakat, senyum kebaikan, dll.
Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan dibawa ke tempat orang yang diberi
karena hendah memuliakannya. Hadiah dapat di beri langsung atau diantar langsung tanpa melalui
perantara kepada si penerima karena hadiah merupakan suatun penghargaan dari pemberi kepada
si penerima atas prestasi atau yang dikehendakinya.
2. Hukm Shadaqah
Shadaqah itu sangat dianjurkan oleh agama karena dampaknya sangat luas baik bagi kehidupan
individu maupun masyarakat bahkan bagi kelangsungan hidup beragama. Shadaqah yang sudah
ditentukan ukuran, bentuk, dan waktunya seperti zakat hukumnya adalah wajib. Sedangkan yang
tidak ditentukan julah dan waktunya hukumnya adalah sunnah muakkadah. Kecuali jika ada orang
yang sangat membutuhkan uluran tangan orang yang mampu maka hukumnya adalah wajib.
Adapula shadaqah yang tidak sah yaitu memberikan sesuatu kepada orang lain yang sudah mati.
Sedangkan hukum hadiah adalah mubah artinya boleh dilakukan dan boleh ditinggalkan.
3. Perbedaan Shadaqah dan Hadiah
Antara shadaqah dannhadiah terdapat perbedaan yang nyata yaitu :
• Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar atau sejenisnya. Sedangkan hadiah ditujukan kepada
orang-orang yang sudah cukup
• Shadaqah untuk membantu orang yang terlantar untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Sedangkan hadiah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang yang dihormati.
• Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah hukumnya
mubah/boleh.
4. Syarat-Syarat Shadaqah dan Hadiah
 Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu seghat akalnya dan tidak dibawah perwalian
orang lain. Hadiah orang gila, anak-anak dan orang kurang sehat jiwanya seperti pemboros tidak sah
shadaqah dan hadiahnya.
 Penerima shadaqah haruslah orang yang benar-benar memrlukan karena keadaannya yang
terlantar. Maka nshadaqah yang diberikan kepada orang yang cukup tidak sah. Sedangkan penerima
hadiah bukanlah orang yang memintanya tidak sah.
 Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki jadi shadaqah atau hadiah
kepada anak dalam kandungan tidak sah.
 Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya.
5. Rukun Shadaqah dan Hadiah.
o Pemebri
o Penerima
o Ioajab dan qobul artinya pemberi menyatakan memberi dan penerima menyatakan menerima
o Barang atau benda yang dishadaqahkan atau dihadiahkan.
6. Hikmah Shadaqah dan Hadiah
 Dapat menolong orang yang membutuhkan dan memererat silaturrahim diantara sesamanya.
 Sebagai obat obat dari penyakit
 Dapat meredam murka Alloh atau menolak bencana dan menambah umur
 Memperoleh pahala yang mengalir terus
 Akan bertambah rizkinya
 Mengahpuskan kesalahan
 Mendapat balasan yang setimpal
 Mendapat pertolongan Alloh di akherat.
B. Hibah
1. Pengertian Hibah.
Hibah adalah pemberian sesuatu barang dari seseorang kepada orang lain tanpa sesuatu sebab,
tanpa adanya ikatan apa-apa dan tidak mengharapkan imbalan kecuali mengharap ridha Allah. Bila
seseorang ,memberikan hartanya kepada keluarga atau orang lain untuk dimanfaatkan tetapi tidak
diberikan kepadanya hak pemilikan maka hal itu disebut pinjaman (‘Ariyah). Sedangkan bila hak
pemilikan itu diberikan sesudah ia mati maka hal itu dinamakan washiat.
Dari segi bentuknya dapat berupa materi/barang yang bias bertahan lama. Sedangkan dari obyek
yang diberinyabersifat perorangan bukan perkumpulan atau organisasi. Dari segi macamnya hibah
terbagi menjadi 2, yaitu :
• Hibah benda yaitu menghibahkan suatu benda untuk memelikinya.
• Hibah manfaat yaitu menghibahkan manfaat suatu benda/barang tetapi status kepemilikannya tetap
pada si pemberi.
2. Hukum Hibah
Hibah hukumnya sunnah dan lebih utama menghibahkan sesuatu kepada keluarga dekat, seperti
dalam Al-qur’an surat al-Baqarah ayat 177 dan Al-Maidah ayat 2. Dalam pemberian hibah ini
diperlukan ijab qabul dan sebaiknya dilaksanakan dengan dihadiri oleh dua orang saksi dan
dibuktikan dengan bentuk tulisan.
3. Rukun dan Syarat Hibah
 Wahib yakni orang yang memberikan hibah dengan syarat-syarat berikut :
• Baligh dan berakal
• Dilakukan atas kemauan sendiri
• Dapat melakukan tindakan hukum
• Pemilik barang yang dihibahkan
 Mauhub lahu yakni orang yang diberi hibah dengan syarat-syarat berikut :
• Terbukti adanya pada waktu dilakukan hibah/ijab qabul
• Benar-benar berhak memiliki sesuatu yang dihibahkan.
• Bila saat diberi hibah masih kecil maka walinya bisa menggantikannya.
 Mauhub yakni barang yang dihubahkan
• Jelas dan ada wuijudnya/tidak samar
• Mempunyai nilai atau harga tertentu dan manfaat
• Barang yang dihibahkan benar-benar milik orang yang menghibahkan secara mutlak
 Ijab qabul yakni akad
4. Macam-macam Hibah
Hibah ada dua macam yaitu hibah barang dan hibah manfaat. Hibah barang ada yang bermaksud
mencari pahala dan ada yang tidsak. Hibah yang dimaksud mencari pahala ada yang dimaksud untuk
mencari keridhaan Alloh dan keridhaan makhluk. Hibah manfaat tyerdiri dari hibah berwaktu/hibah
muajjalah dan hibah seumur hidup.an amri. Hibah muajjalah termasuk dalam kategori
pinjaman/ariyah karena setelah lewat jangka waktu tertentu barang yang dihibahkan manfaatnya itu
harus dikembalikan. Mengenai hibah seumur hidup terdapat beberapa pendapat ulama sebagai
berikut :
 Imam Syafi’I, Abu Hanifah, Ats-Tsauri dan Ahmad berpendapat bahwa hibah seumur hidup adalah
hibah yang terputus sama sekali yaitu hibah terhadap pokok barangnya.
 Imam Malik dan pengikutnya berpendapat bahwa penerima hibah tersebut hanya mendapat hak
guna atau manfaat saja. Bila meninggal maka barangnya harus dikembalikan kepada pemberi atau
ahli warisnya.
 Dawud dan Abu Tsauri berpendapat bahwa bila pembverian ditunjukkan kepada seseorang dan
keturunannya, maka barang tersebut menjadi milik orang yang di beri hibah selamanya.

5. Hibah Maridhil Maut


Yang dimaksud maridhil maut adalah orang yang sakit menjelang kematian. Orang yang demikian
bila memberikan sesuatu kepada orang lain maka hukumnya seperti washiat yaitu penerimanya
harus bukan ahli waris dan jumlahnya tidak lebih dari 1/3 dari jumlah harta yang dimiliki oleh [pemberi
washiat.
Bila seseorang menghibahkan harta kepada orang lain, lalu orang yang memberikan itu meninggal
dunia dan harta peninggalannya dibagikan kepada ahli waris karena ahli waris mendakwa bahwa
pemberian hibah pada saat almarhum sakit sedangkan orang yang diberi hibah menyatakan bahwa
pemberian itu dilakukan pada saat almarhum sehat maka yang dibenarkan adalah orang menerima
hibah karena pada saat itu pemberi hibah dapat membelanjakan harta.
Bila pemberian hibah itu menimbulkan pertengkaran di antara ahli waris maka hibahnya dibatalkan.
6. Hukum Pemcabutan Hibah
Jumhur ulam’ sepakat bbahwa mencabut hibah yang telah diberikan hukumnya adalah haram
meskipun dilakukan antara saudara atau suami istri. Pencabutan dibolehkan bila ada yang hal-hal
yang membolehkannya anatara lain :
• Pencabutan hibah seorang ayah kepada sebagaimana yang kan dijelaskan kemudian.
• Hibah yang diberikan itu belum sampai kepada orang yang diberi, disebabkan karena orang yang
diberi hibah sedah meninggal terlebih dahulu
7. Hibah Kepada Anak.
Hibah yang utama adalah kepada kaum kerabat/keluarga dan yang sangat dekat adalah anak
dengan tetap menjaga keadilan diantara mereka. Seperti dalam surat al-Baqarah ayat 177. Adil tidak
tidak berarti sama rata sama rasa. Mungkin saja memberikan sesuatu yang sama pada anak-anak
yang berbeda bias menjadi tidak adil.
8. Hikmah Hibah
• Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup
• Untuk mengakrabkan silaturrahim dan menjinakkan hati serta meneguhkan kecintaan di antara
sesamanya.
• Mendapatkan perlindungan dari Alloh
• Terhindar dari apai neraka di akherat kelak.

Pengertian Hibah
Secara bahasa hibah adalah pemberian (athiyah), sedangkan menurut istilah
hibah yaitu: “akad yang menjadikan kepemilikan tanpa adanya pengganti ketika
masih hidup dan dilakukan secara sukarela”.[9] Didalam syara” sendiri
menyebutkan hibah mempunyai arti akad yang pokok persoalannya pemberian
harta milik seseorang kepada orang lain diwaktu dia hidup, tanpa adanya imbalan.
Apabila seseorang memberikan hartanya kepada orang lain untuk dimanfaatkan
tetapi tidak diberikan kepadanya hak kepemilikan maka harta tersebut
disebuti’aarah (pinjaman).[10]
2. Hukum Hibah
Hukum hibah adalah sunah, yakni jika dikerjakan akan memperoleh pahala dan
jika ditinggalkan tidak berdosa.[11] Adapun barang yang sudah dihibahkan tidak
boleh diminta kembali kecuali hibah orang tua kepada anaknya dalam sabda Nabi :
“Tidak halal bagi seseorang yang telah memberi sesuatu pemberian atau
menghibahkan suatu hibah atau menarik kembali kecuali orang tuua yang memberi
kepada anaknya”.(HR.Abu Daud).[12]
3. Hikmah Hibah
Terdapat dua hal yang hendak dicapai oleh hibah yakni, Pertama, dengan beri
memberi akan menimbulkan suasana akrab dan kasih sayang antara sesama
manusia. Sedangkan mempererat hubungan silaturrahmi itu termasuk ajaran dasar
agama Islam. Kedua, yang dituju oleh anjuran hibah adalah terbentuknya kerjasam
dalam berbuat baik, baik dalam menanggulangi kesulitan saudaranya, maupun
dalam membangun lembaga-lembaga sosial.[13]

C. Sedekah
1. Pengertian Sedekah
Sedekah secara bahasa berasal dari huruf shad, dal, dan qaf, serta dari
unsur ash-shidq yang berarti benar atau jujur. Sedekah menunjukkan kebenaran
penghambaan seseorang kepada Allah swt. Secara etimologi, sedekah ialah kata
benda yang dipakai untuk suatu hal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengertian sedekah adalah pemberian kepada orang lain dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah swt. dan diberikan kepada orang yang sangat
membutuhkan tanpa mengharapkan pengganti pemberian tersebut.
2. Hukum sedekah
Hukum sedekah itu disunnahkan dan dianjurkan untuk dikeluarkan kapan
saja.[14]Dalam al-Qur’an, Allah menyebutkan banyak ayat yang menganjurkan
untuk bersedekah, diantaranya Qur’an surat Yusuf: 88, Artinya: “Dan
bersedekahlah kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-
orang yang bersedekah.” (QS. Yusuf:88).[15]
Dan juga sesuai dengan sabda Rasul: “Sesungguhnya sedekah memadamkan
amarah Tuhan dan menolak kematian yang buruk.” (HR. At-Tirmidzi, dan Ia
mengatakan bahwa hadits ini adalah hasan).[16]
3. Hikmah Sedekah
a. Sedekah memberikan pelajaran kepada manusia bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang dapat memberikan manfaat bagi sesamanya. Sedekah mengingatkan
kita akan klemahan manusia. Manusia tidak dapat memungkiri kelemahannya
untuk tidak membutuhkan orang lain.
b. Sedekah merupakan wujud keimanan kepada Allah swt. keimanan bukan
merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya saja, melainkan juga bentuk
kesadaran dan sikap manusia sebagai makhluk ciptaan Allah swt. yang hidup
bermasyarakat. Bentuk ketakwaan manusia kepada Allah swt. dapat dilihat ketika
berhubungan dengan sesamanya. Sedekah merupakan bentuk ibadah kepada Allah
swt. dalam dimensi sosial kemanusiaan.
c. Sedekah dapat menambah hubungan kekeluargaan diantara sesama manusia. [17]

D. Hadiah
1. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian sesuatu yang bermanfaat dari seseorang kepada
orang lain sebagai penghormatan tanpa mengharap gantinya hanya untuk mencari
rida Allah swt. hadiah ini diberikan bukan karena iba atau rasa kasihan, tetapi
penghargaan atas prestasi atau reputasi seseorang.
2. Hukum Hadiah
Dasar hukum disyariatkannya hadiah adalah firman Allah swt. dan sunah
Rasulullah saw.
a. firman Allah swt
Artinya: “kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
(maskawin) itu dengan senang hati, maka terimalah dan nikmatilah pemberian itu
dengan senang hati. (Q.S. an-Nisa/4:4)
b. Sunah Rasulullah saw.
Artinya: “janganlah menganggap remeh pemberian seorang tetangga, walaupun
hanya berupa kaki kambing. ( H.R. al-Bukhari: 2378 dan Muslim: 1711)[18]

3. Rukun Hibah, Sedekah, dan Hadiah


a. Ada yang memberi, syaratnya ialah orang yang berhak memperedarkan hartanya
dan memiliki barang yang diberikan
b. Ada yang diberi, syaratnya yaitu berhak memiliki
c. Ada ijab dan Kabul
d. Ada barang yang diberikan. Syaratnya, hendaklah barang itu dapat dijual, kecuali:
1) Barang-barang yang kecil, Misalnya dua atau tiga butir biji beras, tidah sah dijual,
tetapi sah diberikan.
2) Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan.
3) Kulit bangkai sebelum disamak tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan[19]

E. Cara Pelaksanaan Wakaf, Hibah, Sedekah, Dan Hadiah


1. Pelaksanaan Wakaf
Berkaitan dengan pelaksanaan wakaf di Indonesia,n negara telah menerbitkan
sejumlah peraturan yang menjadi dasar tentag wakaf, yaitu:
a. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1977
c. Peraturan Menteri Agama No. 1 Tahun 1998
d. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004
Menurut peraturan-peraturan diatas, tata cara wakaf di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1) Wakif yang akan mewakafkan tanahnya harus menghadap kepada nazir
dihadapan pejabat pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) yang menangani wilayah
tanah wakil itu untuk mewakafkan harta benda miliknya. PPAIW adalah kepala
kantor urusan agama setempat.
2) Ikrar wakaf disaksikan oleh sedekitnya dua orang saksi dewasa yang berakal
sehat dan dilakukan secara tertulis.
3) Ikrar wakaf dapat juga ditulis dengan persetujuan Kantor Departemen Agama
Kabupaten/Kotamadya yang menangani wilayah tanah wakaf itu dan hal tersebut
dibicarakan dihadapan PPAIW.
4) Tanah wakaf itu dalam keadaan tuntas bebas dari ikatan dan sengketa. Jika ikrar
wakaf itu telah memenuhi syarat dengan lengkap, PPAIW menerbitkan Akta IKrar
Wakaf tanah.
Calon wakif sebelum berikrar wakaf terlebih dahulu harus menyerahkan
kelengkapan-kelengkapan surat atau administrasi wakaf sebagai berikut:
1) Sertifikat atau surat kepemilikan harta tersebut yang sah.
2) Surat keterangan kepala desa yang dilakukan oleh camat setempat tentang
kepemilikan tanah/harta dan statusnya.
3) Adanya izin bupati atau wali kota.
Seorang nazir yang dimaksud oleh perundang-undangan di Indonesia adalah
suatu badan hukum khusus yang mengurusi harta wakaf. Mereka memiliki hak
dalam pengelolaan wakaf yakni sebagai berikut:
1) Berhak menerima penghasilan dari hasil tanah wakaf yang ditentukan oleh kepala
kantor Departemen Agama Kabupaten atau kota madya dan menggunakannya
untuk kepentingan umum atau keagamaan.
2) Menggunakan fasilitas dengan persetujuan kepala kantor Departemen Agama
Kabupaten atau kota madya. Nazir disamping mempunyai hak juga mempunyai
kewajiban yakni mengamankan harta wakaf, surat-surat wakaf, dan hasil-hasil
wakaf.[20]
2. Pelaksanaan Hibah
Tata cara pelaksanaan hibah antara lain sebagai berikut
a) Benda yang dihibahkan harus menjadi milik yang sah dari pemberi hibah, bukan
milik orang lain. Jika orang yang sakit memberikan hibah, hibah yang dikeluarkan
adalah sepertiga dari harta peninggalan (tirkah)
b) Penerima hibah adalah tidak terbatas hanya kaum muslimin saja, tetapi kepada
seluruh umat manusia.
c) Benda yang dihibahkan harus berwujud dan jelas
d) Harus ada sigat akad hibah dengan pasti dan jelas, yaitu ijab kabul
3. Pelaksanaan sedekah
Pelaksanaan sedekah dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Benda yang disedekahkan harus menjadi milik yang sah dari pemberi sedekah,
bukan milik orang lain
b) Penerima hibah adalah tidak terbatas hanya kaum muslimin saja, tetapi kepada
seluruh umat manusia
c) Penerima sedekah diperioritaskan kepada orang yang sangat membutuhkannya,
terutama keluarga atau kerabat dekat.
d) Benda yang disedekahkan harus berwujud dan jelas, seperti makanan, minuman,
atau uang.
e) Harus ada sigat akad hibah dengan pasti dan jelas, yaitu ijab Kabul
f) ketika bersedekah, tidak terikat oleh waktu dan keadaan
g) benda yang disedekahkan harus halal[21]

4. Pelaksanaan Hadiah
Hadiah dapat dilaksanakan melalui cara-cara sebagai berikut:
a) Benda yang dihadiahkan harus menjadi milik yang sah dari pemberi hadiah
b) Penerima hadiah adalah orang-orang yang telah memberikan kesenangan kepada
kita, meskipun tidak banyak.
c) Penerima hadiah biasanya orang-orang yang berprestasi
d) Benda yang dihadiahkan tidak harus berwujud barang tertentu melainkan bebas
dan menyesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan
e) Benda untuk hadiah diberikan kepada siapapun selama tidak meminta
pertanggungjawaban dari penerima hadiah
f) Harus ada sigat akad hadiah dengan pasti dan jelas, , yaitu ijab Kabul.[22]

 Pengertian Shadaqah dan Hukumnya


o Shadaqah ialah pemberian sesuatu kepada seseorang yang
membutuhkan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah.
Mengenai Shadaqah Allah swt berfirman:
 Artinya:Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf,
mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan keluarga kami
Telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa
barang-barang yang tak berharga, Maka sempurnakanlah
sukatan untuk kami, dan bersedekahlah kepada kami,
Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang
yang bersedekah". (Q.S. Yusuf [12]: 88)
o Dalam ayat lain, Allah juga berfirman:
 Artinya:"Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena
mencari keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu
belanjakan, kelak akan disempurnakan balasannya sedang
kamu sedikitpun tidak akan dianiaya". (QS. Al-Baqarah
[2]: 272)
o Pemberian shadaqah hendaknya benar-benar ikhlas, jangan sampai
ada rasa riya’ atau pamrih. Kemudian setelah shadaqah diberikan
kita tidak boleh menyebut-nyebut pemberian kita lebih-lebih
memperolok-olok si penerima shadaqah. Karena hal tersebut dapat
menghapus pahala shadaqah. Sebagaimana Firman Allah:
 Artinya:"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-
nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin
yang di atasnya ada tanah, Kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah).
mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 264)
 Hukum Shadaqah
o Hukum shadaqah adalah sunnah muakad (sunnah yang sangat
dianjurkan). Namun begitu pada kondisi tertentu shadaqah bisa
menjadi wajib. Misal ada seorang yang sangat membutuhkan
bantuan makanan datang kepada kita memohon shadaqah. Keadaan
orang tersebut sangat kritis, jika tidak diberi maka nyawanya
menjadi terancam. Sementara pada waktu itu kita memiliki
makanan yang dibutuhkan orang tersebut, sehingga kalau kita tidak
memberinya kita menjadi berdosa.
o Pada dasarnya semua orang, baik kaya maupun miskin, punya uang
atau tidak, bisa memberikan shadaqah sesuai dengan apa yang
dimiliknya. Karena apa dalam shadaqah dalam arti yang luas tidak
sebatas hanya berupa materi. Rasulullah saw bersabda:
 “Barang siapa di antara kamu tidak sanggup memelihara
diri dari api neraka, maka bersedahlah meskipun hanya
dengan sebiji kurma, maka barangsiapa tidak sanggup
maka bersedekahlah dengan perkataan yang baik.” (HR.
Ahmad dan Muslim)

 Rukun Shadaqah
o Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai
berikut :
 Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan berhak untuk mentasharrufkan
(memperedarkannya).
 Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan
demikian tidak syah memberi kepada anak yang masih
dalam kandungan ibunya atau memberi kepada binatang,
karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
 Ijab dan qabul. Ijab ialah pernyataan pemberian dari orang
yang memberi sedangkan qabul, ialah pernyataan
penerimaan dari orang yang menerima pemberian
 Barang yang diberikan, syaratnya adalah barang tersebut
yang dapat dijual.

 Hilangnya Pahala Shadaqah


o Dari ayat al-Qur’an surat Al-Baqarah: 264 sebagaimana disebutkan
di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwasnnya pahala shadaqah
bisa hilang dikarenakan:
 Menyebut-nyebut shadaqah yang sudah diberikan dalam
artian mengungkit-ungkitnya.
 Baik kepada si penerimana maupun kepada orang lain.
 Menyinggung hati si penerima shadaqah.
 Riya’ atau mempunyai niat ingin di puji dan disanjung oleh
orang lain.

 Manfaat Shadaqah
o Ada banyak sekali hikmah atau manfaat dari amalan shadaqah, di
antaranya:
 Dapat membantu meringankan beban orang lain
 Sebagai makhluk sosial sudah sepatutnya kita saling
membantu dengan memberikan apa yang kita miliki
kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan
bershadaqah maka ketimpangan antara si kaya dan
si miskin dapat dihilangkan sehingga kita bisa sama-
sama menikmati hidup ini dengan sejahtera.
 Menumbuhkan rasa kasih sayang dan mempererat
hubungan antar sesama
 Rasulullah bersabda, artinya: “Shadaqah yang
diberikan kepada orang miskin hanya merupakan
shadaqah saja sedangkan yang diberikan kepada
kerapabat menjadi shadaqah dan tali penghubung
silaturrahim.(H.R. An-Nasa’i)
 Sebagai Obat penyakit
 Sabda Rasulullah saw: “Peliharalah kekayaanmu
dengan cara mengeluarkan zakat dan obatolah
penyakitmu dengan jalan bershadaqah. Kemudian
hadapilah cobaan dengan berdoa sambil
merendahkan diri pada Allah swt.” (HR. Abu
Darda).
 Dapat meredam murka Allah dan menolak bencana,
juga menambah umur.
 Sabda Rasulullah saw: “Perbuatan kebajikan itu
dapat mencegah kejahatan dan yang dirahasiakan
itu dapat meredam murka Allah dan mempererat
silaturrahim itu dapat menambah umur.” (HR.
Thabrani).
 Memperoleh Pahala yang Mengalir Terus
 Sabda Rasulullah saw: "Apabila seseorang telah
meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya
kecuali tiga perkara, yaitu shadaqah jariyah, ilmu
yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu
mendo'akan kedua orang tuanya". (HR. Muslim).
 Akan dilapangkan rejekinya
 Sabda Rasulullah saw: “Tidaklah seseorang
membuka jalan untuk bershadaqah atau memberi
melainkan Allah akan menambah lebih banyak
bagnya, dan tidaklah seseorang membuka jalan
untuk meminta karena ingin kaya (banyak)
melainkan Allah akan menambah kekuarangan
baginya.” (HR. Baihaqi).
 Menghapus Kesalahan
 Allah berfirman:
 Artinya: Jika kamu menampakkan
sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali.
Dan jika kamu menyembunyikannya dan
kamu berikan kepada orang-orang fakir,
maka menyembunyikan itu lebih baik
bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan
Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (Q.S. Al-Baqarah [2]: 271)
 Perbedaan dan Persamaan antara Shadaqah dengan Infaq
o Shadaqah lebih bersifat umum dan luas, sedangkan infak adalah
pemberian yang dikeluarkan pada waktu menerima rejeki atau
karunia Allah. Namun keduanya memiliki kesamaan, yakni tidak
menentukan kadar, jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan
mengharap ridha Allah semata.Karena istilah shadaqah dan infak
sedikit sekali perbedaannya, maka umat Islam lebih cenderung
menganggapnya sama, sehingga biasanya ditulis infaq atau
shadaqah.

Hibah
 Pengertian Hibah dan Hukumnya
o Menurut bahasa hibah artinya pemberian. Sedangkan menurut
istilah hibah ialah pemberian sesuatu kepada seseorang secara
cuma-cuma, tanpa mengharapkan apa-apa.
 Hukum Hibah
o Hukum asal hibah adalah mubah (boleh). Tetapi berdasarkan
kondisi dan peran si pemberi dan si penerima hibah bisa menjadi
wajib, haram dan makruh.
 Wajib
 Hibah suami kepada kepada istri dan anak
hukumnya adalah wajib sesuai kemampuannya.
 Haram
 Hibah menjadi haram manakala harta yang
diberikan berupa barang haram, misal minuman
keras dan lain sebagainya. Hibah juga haram apabila
diminta kembali, kecuali hibah yang diberikan
orangtua kepada anaknya (bukan sebaliknya).
 Makruh
 Menghibahkan sesuatu dengan maksud mendapat
imbalan sesuatu baik berimbang maupun lebih
hukumnya adalah makruh.

 Rukun Hibah
o Rukun hibah ada empat, yaitu :
 Pemberi hibah (Wahib).
 Penerima hibah (Mauhub Lahu).
 Barang yang dihibahkan.
 Penyerahan (Ijab Qabul)

 Syarat-syarat Hibah
o Diberikan atas kemauan sendiri.
o Pemberinya bukan orang yang hilang akal (mabuk atau gila).
o Barang yang diberikan dapat dilihat (wujud).
o Dapat dimiliki oleh penerima hibah.

 Ketentuan Hibah
o Hibah dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami
proses serah terima. Jika hibah itu baru diucapkan dan belum
terjadi serah terima maka yang demikian itu belum termasuk hibah.
o Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang
menghibahkan tidak boleh meminta kembali kecuali orang yang
memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu) kepada anaknya.

 Hikmah Hibah
o Akan terhindar dari sifat kikir atau bakhil.
o Akan terbentuk sifat dermawan bagi pemberi hibah.
o Akan dilapangkan rejekinya dan dimudahkan urusannya.

Hadiah
 Pengertian Hadiah dan Hukumnya
o Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan.
Rasulullah SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling
memberikan hadiah. Karena yang demikian itu dapat
menumbuhkan kecintaan dan saling menghormati antara sesama.
o Rasulullah saw. bersabda :"Hendaklah kalian saling memberikan
hadiah, niscaya kalian akan saling menyayangi" ( HR. Abu Ya'la ).

 Hukum Hadiah
o Hukum hadiah adalah mubah. Nabi sendiri juga sering menerima
dan memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana
sabdanya:"Rasulullah saw menerima hadiah dan beliau selalu
membalasnya". (HR. AI Bazzar).

 Rukun Hadiah
o Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun
shadaqah, yaitu :
 Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda
itu dan yang berhak mentasyarrufkannya
(memanfaatkannya).
 Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki.
 Ijab dan qabul.
 Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual.

 Hikmah dan Manfaat Hadiah


o Akan mendidik seseorang untuk selalu menepati janji.
o Akan mendorong seseorang untuk berprestasi.
o Akan terhindar dari sifat iri dan dengki.

Perbedaan dan Persamaan


Shadaqah, Hibah dan Hadiah
Berikut adalah persamaan dan perbedaanya.

Persamaan:

 Sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT. yang diwujudkan


dengan memberi sebagian harta kepada orang lain.
 Dapat menciptakan rasa kasih sayang, kekeluargaan dan persaudaraan
yang lebih intim antara pemberi dan penerima

Perbedaan:

 Shadaqah diberikan oleh seseorang atas dasar untuk mencari ridha Allah
semata.
 Hibah diberikan kepada seseorang atas dasar rasa kasih sayang, iba atau
ingin mempererat tali silaturrahim.
 Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai bentuk penghargaan atas
prestasi yang telah dicapai.
 Hukum asal shadaqah adalah sunnah sementara hibah dan hadiah adalah
mubah.

Terimakasih semoga artikel saya dengan judul "Shadaqah, Hibah , dan Hadiah
lengkap"Bermanfaat bagi anda semuanya. Bila ada kesalahan kata ataupun
pertanyan dapat berkomentar.

Coming Up
Terima kasih telah membaca Artikel Penjelasan Shadaqah, Hibah ,dan
Hadiah . Jika Anda ingin Copy Paste Artikel ini, Harap cantumkan
Link Penjelasan Shadaqah, Hibah ,dan Hadiahsebagai sumbernya.
Label: Agama Islam

Share on Facebo

Sedekah

Sedekah adalah pemberian yang di tujukan kepada orang yang berhajat


(membutuhkan), walau tanpa meniatkan kepada pahala akhirat atau pemberian
yang di tujukan kepada orang yang tidak berhajat, tetapi harus diniatkan untuk
menggapai pahala akhirat, karena kalau tidak diniatkan pahala akhirat di saat
diberikan pada orang yang tidak membutuhkan,maka tidak di kategorikan
sedekah.

Hadiah

Hadiah adalah pemberian yang di berikan kepada orang lain, karna maksud
memuliakan orang tersebut, dan hadiah tersebut berbentuk sesuatu yang bisa di
pindahkan, seperti mobil misalnya, berbeda dengan sesuatu yang tidak bisa di
pindahkan seperti kebun misalnya, maka tidak bisa di sebut hadiah, tapi hibah atau
sedekah, tergantung niatnya bagaimana.

Hibah(pemberian)

Hibah adalah memindahkan kepemilikan suatu benda secara tabarro'( secara


cuma-cuma tanpa timbal balik) pada ketika hidup. Di pahami dari defenisi di atas,
memindahkan kepemilikan barang, tetapi tidak tidak dengan tabarro' tidak di
sebut hibah, seperti jual beli, karena jual beli juga memindahkan kepemilikan
barang dari si penjual kepada si pembeli, dengan timbal balik, si penjual
menyerahkan benda yang di perjualbelikan dan si pembeli menyerahkan sejumlah
uang yang telah di sepakati. Juga tidak di sebut hibah bila pemindahan
kepemilikan itu terjadi sesudah kematian, seperti wasiat.

Kesimpulan

Sedekah, hadiah dan hibah saling melengkapi. Seandainya seseorang memberi


sesuatu kepada orang lain yang berhajat atau karena bermakasud menggapai
pahala akhirat beserta sighat( ijab dan qabul, baca ; serah terima dengan lafadh)
maka di namakan Sedekah dan Hibah. Jika seseorang tersebut memberi sesuatu
kepada orang lain karena bermksud memuliakan beserta sighat, maka di namakan
Hadiah dan Hibah. Jika seseorang tersebut memberi pemberian tersebut tidak
dengan meniatkan untuk menggapai pahala akhirat dan bukan karena
memuliakan, maka di namakan Hibah saja. Jika pemberian tersebut di berikan
kepada orang yang memerlukan atau karena bermaksud menggapai pahala
akhirat dengan tanpa sighat, maka dinamakan Sedekah saja. Jika pemberian
tersebut di berikan karena bermaksud memuliakan dengan tanpa sighat, maka
dinamakan Hadiah saja. Jika di berikan dengan maksud pahala akhirat,
memuliakan dengan tanpa sighat, maka dinamakan Sedekah dan Hadiah. Dan jika
di berikan kepada maksud menggapai pahala akhirat, memuliakan dan di sertai
dengan sighat, maka dinamakan Sedekah, Hadiah dan Hibah. Ketiganya di
sunahkan, tapi yang paling Afdhal adalah sedekah, karena sedekah biasanya di
berikan kepada orang yang membutuhkan, wallau'alam.

Pengertian Shadaqah dan hukumnya


1. Pengertian Shadaqah
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena
mengharapkan pahala di akhirat. bersadaqah berarti memberikan sebagian
harta yang kita miliki kepada pihak lain secara ikhlas dan suka rela, semata-
mata mengharapkan pahala di akhirat kelak. firman Allah SWT.
َْ ‫فَال ِِ ْي ُك َْمََلََتْ ْظل ُم‬
َ‫و‬ َْ ‫للاََِوماَت ُ ْن ِفقُ ْواَ ِم‬
َ‫نََخ ْيرَََيُّوََ ا‬ َ َ‫وََماَت ُ ْن ِفقُ َْوَنَََا َلاَاْبتِغاءََوجْ َِه‬
َِ‫ن‬
Artinya :
“Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu karena mencari
keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik kanu nafkahkan, niscaya kamu
akan diberi pahala yang cukup dan sedikit pun kamu tidak akan dianiaya. (Al-
Baqarah 272).

Shadaqah merupakan salah satu amal shaleh yang tidak akan


terputus pahalanya, seperti sabda Rasulullah SAW:
Artinya : "Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga perkara, shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak
shaleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya".(HR. Muslim)
Pemberian shadaqah kepada perorangan lebih utama kepada orang
yang terdekat dahulu, yakni sanak famili dan keluarga, anak-anak yatim
tetangga terdekat, teman sejawat, dan seterusnya.
Hukum shadaqah ialah sunnat : hal ini sesuai dengan perintah Allah
SWT, sebagai berikut :
Artinya : "Dan bersedekahlah kepada Kami, sesungguhnya Allah memberikan
balasan kepada orang-orang yang bersedekah" (Yusuf : 88)
Allah juga berfirman sebagai berikut :
Artinya : "Dan kamu tidak menafkahkan, melainkan karena mencari
keridhaan Allah dan sesuatu yang kamu belanjakan, kelak akan
disempurnakan balasannya sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya". (QS.
AI Baqarah : 272)
Shadaqah merupakan salah satu amal shaleh yang tidak akan terputus
pahalanya, seperti sabda Rasulullah SAW:
Artinya : "Apabila seseorang telah meninggal dunia, maka terputuslah semua
amalnya kecuali tiga perkara, shadaqh jariyah, ilmu yang bermanfaat atau
anak shaleh yang selalu mendo'akan kedua orang tuanya". (HR. Muslim)
Pemberian shadaqah kepada perorangan lebih utama kepada orang yang
terdekat dahulu,
yakni sanak famili dan keluarga, anak-anak yatim tetangga terdekat, teman
sejawat, dan seterusnya.

B.Rukun Shadaqah
Rukun shadaqah dan syaratnya masing-masing adalah sebagai berikut :
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan
berhak untuk
mentasharrufkan ( memperedarkannya )
b.Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian
tidak syah memberi kepada anak yang masih dalam kandungan
ibunya atau memberi kepada binatang, karena keduanya tidak berhak
memiliki sesuatu
c. Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang
memberi sedangkan qabul ialah pernyataan penerimaan dari orang yang
menerima pemberian .
d. Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat dijual.

C. Perbedaan Shadaqah dan Infak


Shadaqah lebih bersifat umum dan luas, sedangkan infak adalah
pemberian yang dikeluarkan pad a waktu menerima rizki atau karunia
Allah. Namun keduanya memiliki kesamaan, yakni tidak menentukan kadar,
jenis, maupun jumlah, dan diberikan dengan mengharap ridha Allah semata.
Karena istilah shadaqah dan infak sedikit sekali perbedaannya, maka umat
Islam lebih cenderung menganggapnya sama, sehingga biasanya ditulis infaq
I shadaqah.
Bershadaqah haruslah dengan niat yang ikhlas, jangan ada niat ingin dipuji
(riya) atau dianggap dermawan, dan jangan menyebut-nyebut shadaqah
yang sudah dikeluarkan, apalagi menyakiti hati si penerima. Sebab yang
demikian itu dapat menghapuskan pahala shadaqah. Allah berfirman dalam
surat AI Baqarah ayat 264 :
Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (
pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti ( perasaan
di penerima ), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia ..." (QS. AI Baqarah : 264)

D. Hikmah Shadaqah
1. Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.
Sabda Nabi Muhammad SAW. :
‫صد ِْرَ(رواهَابوَيعلى‬ ‫بَوح ارال ا‬ ُ ‫تهاد ُْواف ِإنا َا ْله ِد ايةت ُ ْذ ِه‬
“Saling hadiah-menghadiahkan kamu, karena dapat menghilangkan
tipu daya dan
kedengkian” (HR. Abu Ya’la).
ُ ‫ثَا ْلموداةوت ُ ْذ ِه‬
‫بَالضاغائِنَ(رواهَالديلمى‬ ِ ‫عل ْي ُك ْمَ ِبا ْلهداياف ِاناهات‬
ُ ‫ُور‬
“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan
kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami).

E. Pengertian Hibah dan Hukumnya


Kata hibah berasal dari bahasa Arab yang telah menjadi bahasa
Indonesia. Hal ini wajar dan logis, karena masuknya Islam ke Indonesia yang
kemudian dianut sebagai agama oleh bangsa Indonesia dimana agama Islam
dan sumber ajarannya adalah berbahasa Arab.
Pengertian Hibah dilihat dari dua sisi, yaitu dari sudut bahasa dan
pengertian menurut istilah/terminologi. Menurut bahasa (harfiah), hibah
berarti pemberian atau memberikan. Menurut istilah, Hibah ialah
memberikan sesuatu hak milik kepada orang lain untuk memilikinya dengan
masud berbuat baik dan yang dilakukan dalam masa hidup.
Pasal 1666 KUHPerdata menyatakan sebagai berikut:
“Penghibahan suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah
menyerahkan barang secara cuma-cuma, tanpa dapat menariknya kembali,
untuk kepentingan yang menerima penyerahan barang itu. Undang-Undang
hanya mengakui penghibahan-penghibahan antara orang-orang yang masih
hidup.
Hukum Hibah adalah mubah ( boleh ), sebagaimana sabda Rasulullah
sebagai berikut : Artinya : "Dari Khalid bin Adi sesungguhnya Nabi SAW telah
bersabda "siapa yang diberi kebaikan oleh dengan tidak berlebih-Iebihan dan
tidak karena diminta maka hendaklah diterima jangan ditolak. Karena
sesungguhnya yang demikian itu merupakan rizki yang
diberikanolehAllahkepadanya".(HR.Ahmad)

F.Macam-macam Hibah
Hibah dapat di golongkan menjadi dua yaitu:
1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada
pihak lain yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau
barang tersebut, yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan)
apapun. Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan
sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain
agar dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun
materi harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah.
Dengan kata lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya
memiliki hak guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari
hibah berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri).
Hibah muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena
setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan
manfaatnya harus dikembalikan.
G.Rukun dan Syarat Hibah
Rukun hibah ada empat, yaitu :
a. Pemberi hibah ( Wahib )
b. Penerima hibah ( Mauhub Lahu )
c. Barang yang dihibahkan .
d. Penyerahan ( Ijab Qabul )
H.Ketentuan Hibah
Hibah dapat dianggap syah apabila pemberian itu sudah mengalami
proses serah terima.
Jika hibah itu baru diucapkan dan belum terjadi serah terima maka yang
demikian itu belum
termasuk hibah.
Jika barang yang dihibahkan itu telah diterima maka yang menghibahkan
tidak boleh meminta
kembaJi kecuali orang yang memberi itu orang tuanya sendiri (ayah/ibu)
kepada anaknya

I.Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :
1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama
2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
J.Pengertian Hadiah dan Hukumnya
Hadiah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang dengan
maksud untuk mmnuliakan atau memberikan penghargaan. Rasulullah
SAW menganjurkan kepada umatnya agar saling memberikan hadiah.
Karena yang demikian itu dapat menumbuhkan kecintaan dan saling
menghormati antara sesama.
Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan
dibawa ke tempat orang yang akan di beri, karena hendak memuliakanya.
Hadiah merupakan suatu penghargaan dari pemberi kepada si penerima
atas prestasi atau yang dikehendakinya. Rasulullah SAW bersabda :
Artinya: "Hendaklah kalian saling memberikan hadiah, niscaya kalian akan
saling menyayangi " ( HR. Abu Ya'la )
Hukum Hadiah ialah boleh ( mubah ). Nabi sendiripun juga sering
menerima dan memberi hadiah kepada sesama muslim, sebagaimana
sabdanya: Artinya: "Rasulullah SAW menerima hadiah dan beliau selalu
membalasnya". (HR. AI Bazzar)
K.Rukun Hadiah
Rukun hadiah dan rukun hibah sebenarnya sama dengan rukun
shadaqah, yaitu :
a. Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan yang
berhak mentasyarrufkannya
b. Orang yang diberi, syaratnya orang yang berhak memiliki .
c. Ijab dan qabul
d. Barang yang diberikan, syaratnya barangnya dapat dijual
L.Hikmah Hadiah
1.Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang
2. Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.

Shodaqoh, Hibah, Hadiah


1. Pengertian shodaqoh
Shadaqoh adalah pemberian sesuatu yang bersifat kebaikan dari seseorang
kepada orang lain atau dari suatu pihak kepihak lain tanpa mengharapkan apa-apa
kecuali ridha Allah SWT. Sebenarnya pengertian shadakoh sangatlah luas sebab
segala sesuatu yang kita berikan berupa kebaikan ataupun yang bermanfaat, baik
kepada manusia ataupun binatang adalah shadaqoh. Demikian pula luasnya
pengertian shadaqoh tidak hanya berbentuk harta ataupun materi, tetapi juga yang
immateri(rhohaniyah). Semua yang kita berikan adalah cabang dari shadaqah ,
termasuk zakat adalah shadaqah (QS. At-Taubah : 60), senyum kebaikan adalah
shadaqah dll.adapun rukun dan syarat shadaqoh antara lain:
a) Orang yang memberi, syaratnya orang yang memiliki benda itu dan berhak untuk
mentasharrufkan (mengedarkanya).
b) Orang yang diberi, syaratnya berhak memiliki. Dengan demikian tidak syah
memberi kepada.anak yang masih dalam kandungan ibunya atau memberi kepada
binatang, karena keduanya tidak berhak memiliki sesuatu.
c) Ijab dan qabul, ijab ialah pernyataan pemberian dari orang yang memberi
sedangkan qobul ialah pernyataan orang yang menerima pemberian.
d) Barang yang diberikan, syaratnya barang yang dapat di jual atau dapat
dimanfaatkan.
Adapun hukum shadaqah wajib apa bila sudah ditentukan ukuran, bentuk
dan waktunya seperti halnya zakat, dan sunnah muakkadah bila tidak ditentukan
jumlah dan waktunya.
2. Pengertian Hibah
Hibah adalah pemberian sesuatu barang dari seseorang kepada orang lain tanpa
suatu sebab, tanpa adanya ikatan apa-apa dan tidak mengharapkan imbalan kecuali
ridha Allah SWT. Dari segi bentuknya hibah ini berbentuk materi atau barang yang
bisa bertahan lama. Sedangkan obyek yang diberinya bersifat perorangan bukan
organisasi. Adapun dari segi macamnya hibah terbagi menjadi dua
yaitu: pertama, hibah benda yaitu, menghibah kan suatu benda untuk
memilikinya. Kedua,hibah manfaat suatu benda atau barang tetapi status
kepemilikan tetap pada pemberi. Adapun rukun dan syarat hibah antara lain:
ü Rukun Hibah
a) Orang yang memberikan hibah (wahib)
b) Orang yang diberi hibah (mauhub lahu)
c) Barang yang dihibahkan (mauhub)
d) Akad (ijab qobul)
ü Syarat Hibah
a) Syarat wahib
ü Baligh dan berakal
ü Dilakukan atas kemauan sendiri
ü Dapat melakukan tindakan hokum
ü Pemilik barang yang dihibahkan
b) Syarat mauhub
ü Jelas ada wujudnya tidak samar
ü Mempunyai nilai atau harga tertentu
ü Barang yang dihibahkan benar-benar barang milik orang yang menghibahkan

c) Syarat mauhub lahu


ü Terbukti adanya pada saat dilakukan hibah (ijab qobul)
ü Benar-benar berhak memiliki sesuatu yang dihibahkan
Sedangkan hukum dari hibah adalah sunnah dan lebih utama menghibahkan
sesuatu kepada kaum keluarga ,dan sebaiknya dalaksanakan dengan dua orang saksi
dan di buktikan dalam bentuk tulisan, hal ini dimaksudkan agar terhindar dari
gugatan ahli waris.
Adapun hukum pencabutan hibah jumhur ulama’ sepakat bahwa mencabut
hibah yang diberikan hukumnya haram,meskipun dilakukan antara saudara, atau
suami istri.hal ini perkuat dengan adanya hadist Nabi yang artinya:
“Dari Abdullah ibnu amr dari Rasulullah SAW. Bersabda:perumpamaan
seseorang mencabut kembali apa yang telah di hibahkan adalah seperti anjing
yang muntah kemudian memakan kembali muntahannya itu.” (HR. Abu Daud)
3. Pengertian Hadiah
Hadiah adalah pemberian suatu barang oleh seseorang kepada orang lain
untuk memuliakan atau sebagai penghormatan atau penghargaan kepada yang di
beri. Adapun hukumnya adalah boleh. Tetapi ada pula hadiah yang dilarang oleh
agama, yaitu hadiah yang mengarah pada risywah atau suap. Rosulullah SAW.
Bersabda:
.‫ رواه ابو د ود‬.‫من استعملنا ه عمل فر ز قنا ه رزقا فمااخد بعدذدلك فهو غلول‬
“Barangsiapa yang kami pekerjakan pada suatu pekerjaan, kemudian kami beri
gaji, maka apa yang diimbalkan lebih dari itu berarti suatu penipuan.” (HR. Abu
Daud)
Adapun Rukun dan syarat hadiah antara lain:
1. Rukun Hadiah
ü Pemberi
ü Penerima
ü Ijab qobiul
ü Barang atau benda yang diberikan
2. Syarat – syarat Hadiah
ü Orang yang member hadiah sehat akalnya dan tidak dibawah perwalian orang lain
ü Penerima hadiah bukanlah orang yang memintanya.artinya hadiah yang diberikan
kepada yang memintanya tidak termasuk hadiah
ü Barang yang di hadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya
B. Hikmah shadaqah, Hadiah, Hibah
Banyak sekali hikmah atau manfaat shadaqah, hibah, dan hadiah, antara lain
sebagaimana dijelaskan di bawah ini
a. Kebiasaan bershodaqoh merupakan sumber kebaikan pada diri seseorang
b. Mengikat masyarakat dengan ikatan kasih saying dan persaudaraan yang erat
c. Shadaqah dapat lebih memper erat tali persaudaraan atau silaturahmi
C. Perbedaan dan persamaan shadaqoh dan Hadiah
a. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar, sedangkan hadiah ditujukan kepada
orang yang berprestasi.
b. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya,
sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang
yang dihormati.
c. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah
hukumnya mubah (boleh).
D. Persamaan, perbedaan Hibah dan Hadiah
Persamaan,perbedaan dan manfaat sedekah,hibah dan hadiah.
Persamaan.
- Sedekah,hibah,dan hadiah merupakan wujud kedermawaan yang dimiliki
seseorang atau suatu kelompok dalam organisasi.
- Ketiganya diberikan secara cumu cuma tanpa mengharapkan pemberian kembali
dalam bentuk dan wujud apapun.
Perbedaan
- Sedekah dan hibah diberikan kepada seseorang karena rasa iba,kasih sayang,atau
ingin mempererat persaudaraan.
- Hadiah diberikan kepada seseorang sebagai imbalan jasa atau penghargaan atas
prestasi yang dicapai.

HIBAH, SHADAQAH DAN


HADIAH
di 07.53

Diposkan oleh SAHALNet Blog's

A. Hibah

1. Pengertian

Hibah ialah memberikan harta dengan tidak ada tukaranya dan tidak ada penyebabnya.
Hibah dapat diberikan kepada siapa saja yang dikehendaknya dengan kemauan sendiri
dengan tanpa adanya usur paksaan melainkan secara ikhlas seperti diberikan kepada
orang tua, suami atau istri, anak, saudara, menantu, teman, murid, dan lain sebagainya.
Barang yang dihibahkan dapat berupa tanah, rumah, kendaraan, buku, dan sebagainya.
Yang pada pokoknya dapat dimanfaatkan bagi penerima.

2. Hukum Hibah

Hibah hukumnya sunah sebagai mana disebutkan dalam Al-Qur’an maupun Hadits.
Firman Allah SWT.
َّ ‫على ُحبِِّه ذَ ِوى اْلقُ ْر بى َو اْليَتمى َو ال َمس ِكيْنَ َو ا بْنَ السَّبش ْي ِل َو ال‬
)177: ‫س ِا ئِ ِليْنَ (البقرة‬ َ ‫ًوات َى اْل َما َل‬

“(Di antara beberapa kebaikan yang tertera dalam ayat)memberikan harta kepada yang
dikasihi, kepada keluarganya yang miskin dan kepada anak yatim dan kepada orang miskin
dan orang yang dalam perjalanan dan kepada orang yang minta (karena tidak punya) (Al-
Baqarah 177).

3. Rukun Hibah

a. Orang yang memberikan hibah (wajib),

b. Orang yang diberi hibah (mauhub lahu),

c. Barang yang di hibahkan (mauhub),

d. Akad (ijab dan Kabul).

4. Syarat-syarat Hibah

Syarat-syarat wahib (pemberi hibah) :

a. Sudah baligh (sudah mencapai umur dewasa)’

b. Dilakukan atas dasar kemauan sendiri dan ikhlas,

c. Orang dibenarkan melakukan tindakan hukum (bukan orang mahjur alaih),

d. Orang yang berhak memiliki atas barang yang di hibahkan itu.

Syarat-syarat barang yang di hibahkan adalah :

a. Barang yangdi hibahkan itu jelas terlihat wujudnya,

b. Barang yang di hibahkan adalah barang yang memiliki nilai atau harga.
c. Barang yang di hibahkan itu adalah betul-betul milik orang yang memberikan hibah dan
berpindah status pemiliknya dari tangan pemberi hibah ke tangan penerima hibah.

5. Macam-macam Hibah

Hibah ada dua macam yaitu hibah barang dan hibah manfaat. Adapun hibah mencari
pahala ialah untuk keridhaan Allah dan keridhaan makhluk. Manfaat hibah terdiri dari hibah
berwaktu (hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (an amri). Hibah muajjalah termasuk
dalam kategori pinjaman (ariyah) karena setelah lewat jangka waktu tertentu, barang yang
dihibahkan manfaatnya itu harus di kembalikan. Hibah seumur hidup terdapat beberapa
pendapat ulama sebagai berikut :

a. Imam Syafi’i, Abu hanifah, Ats-Tsauri dan Ahmad berpendapat bahwa hibah tersebut
adalah hibah yang terputus sama sekali yaitu hibah terhadap pokok barangnya.

b. Imam Maliki dan pengikutnya berpendapat bahwa penerima hibah tersebut hanya
mendapat hak guna (manfaat) saja.

c. Daud dan Abu Tsauri berpendapat apabila pemberian di tunjukan kepada seorang dan
keturunanya, maka barang tersebut menjadi milik orang yang di beri hibah selamanya.

6. Mencabut Hibah

Jumhur Ulama berpendapat haram mencabut hibah meskipun pemberian itu di lakukan
antara saudara atau suami istri, kecuali pemberian orang tua terhadap anaknya.

Dalil hadits sebagai berikut :

)‫ئ َف َيا ْ ُك ُل َق ْيئَهُ (رواه ابوداود‬ ِ ‫َب َك َمث َ ِل اْلك َْل‬


ُ ‫ب يُ ِق‬ ْ ‫ َمث َ ُل َّال ِذ‬:‫س ْو ِل للاِ صلى للا عليه وسلم قال‬
َ ‫ي ا ْست َِر َّد َم َاوه‬ ُ ‫ع ْن َر‬
َ ‫للاِ ب ِْن ع ُْم ٍر و‬
“Dari Abdullah Ibnu Amr dari Rosulullah Saw. Bersabda : “Perumpamaan seseorang
mencabut kembali apa yang telah dihibahkan adalah seperti anjing yang muntah kemudian
memakan kembali muntahanya itu. (H.R. Abu Dawud)

7. Beberapa Masalah Mengenai Hibah

Berkenaan dengan hibah ini, terdapat beberapa masalah, antara lain :

a. Pemberian orang sakit yang hampir meninggal

b. Penguasaan orang tua atas hibah untuk anak

c. Melebihkan pemberian terhadap sebagai anak

8. Hikmah Hibah

Hibah adalah salah satu bentuk pertolongan yang di anjurkan dalam agama, karena
mempunyai hikmah yang terkandung di dalamnya antaralain :

1. Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup, misalnya biaya
pendidikan, biaya kebutuhan hidup.

2. Untuk mengakrabkan silaturahmi dan menjinakan hati serta meneguhkan kecintaan di


antara sesamanya.

3. Mendapat lindungan dari Allah SWT.

4. Terhindar dari api neraka di akhir kelak.

B. Shadaqah dan Hadiah

1. Pengertian
Shadaqah adalah memberikan sesuatu tanpa ada tukarannya karena mengharapkan
pahala di akhirat. Bersadaqah berarti memberikan sebagian harta yang kita miliki kepada
pihak lain secara ikhlas dan suka rela, semata-mata mengharapkan pahala di akhirat kelak.
Firman Allah SWT.

ْ ْ‫ف ال َِِ ْي ُك ْم الَ ت‬


)272 : ‫ظلَ ُم ْو نَ (البقرة‬ َّ ‫َو َما ت ُ ْن ِفقُ ْو نَ اَالَّ اْبتِغَا َء َوجْ ِه للاِ َو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا مِ ْن َخي ٍْر ي َُّو‬

“Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu karena mencari keridhaan Allah. Dan apa
saja harta yang baik kanu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahala yang cukup dan
sedikit pun kamu tidak akan dianiaya.(Al Baqarah 272).

Hadiah adalah memberikan sesuatu tanpa ada imbalannya dan dibawa ke tempat orang
yang akan di beri, karena hendak memuliakanya. Hadiah merupakan suatu penghargaan
dari pemberi kepada si penerima atas prestasi atau yang dikehendakinya.

2. Hukum Shadaqah dan Hadiah

a. Hukum Shadaqah adalah Sunnat.

Sabda Rasulullah Saw.

‫عنُقَه ُ فَ َج َع َل يَقُ ْو‬ ُ ‫ص َدقَ ِة َو َمث َ َل ذ لِكَ َك ْمث َ ِل َر ُج ٍل اَس َْر هُ اْلعَد ُُّو فَأ َ ْو ثَقُ ْوا يَ َد هُ إِلى‬
ُ ‫عنُ ِق ِه َو قَ َّر ب ُْو هُ ِليَضْر ب ُْوا‬ َّ ‫ا َ ْم ُر ُك ْم بِا ل‬
)‫سه ُ (رواه التر مذى‬ َ ‫ُل َه ْل لَ ُك ْم أ َ ْن أ ُ ْف ِد ي نَ ْفسِى مِ ْن ُك ْم َو َج َع َل يُعْطِ ى اْلقَ ِل ْي ِل وض اْل َك ِثيْرش َحتِّى َو فَ َدى نَ ْف‬
“Aku menyuruh kamu untuk memberi shadaqah, karena orang yang memberi shadaqah itu
adalah seumpama seorang laki-laki ditawan musuh dan di ikat tangannya ke leher lalu
dihadapkan ke algojo untuk di pancung lehernya, maka orang yang di tawan itu berkata :
bolehkah saya tebus diri saya? Lalu ia memberikan segala hartanya, sehigga ia dapat
membebaskan dirinya”. (H.R. Turmudzi).

b. Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan boleh ditinggalkan.

3. Perbedaan antara shadaqah dan hadiah

Antara Shadaqah da hadiah terdapat perbedaan-perbedaan yang nyata, yaitu :

a. Shadaqah ditunjukan kepada orang terlantar. Sedangkan hadiah ditunjukan kepada


orang-orang yang sudah cukup

b. Shadaqah untuk membantu orang-orang yang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya.


Sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang
yang dihormati.

c. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan, jika keadaan menghendaki. Sedangkan hadiah


hukumnya mubah (boleh).

4. Syarat-syarat Shadaqah dan hadiah


a. Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya dan tidak dibawah
perwalian orang lain.

b. Penerima shadaqah haruslah orang yang benar-benar memerlukan, karena keadaannya


terlantar.

c. Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak memiliki.

d. Barang yang di shadaqahkan atau di hadiahkan harus bermanfaat bagi penerimanya.

5. Rukun Shadaqah dan Hadiah ada empat yaitu :

a. Pemberi,

b. Penerima,

c. Ijab dan kabul,

d. Barang (benda) yang di shadaqahkan atau dihadiahkan.

6. Hikmah Shadaqah dan Hadiah

Hikmah yang terdapat dalam shadaqah dan hadiah antaralain :

a. Dapat menolong orang yang membutuhkan dan mempererat silaturahmi di antara


sesamanya.

b. Sebagai obat dari penyakit.

c. Dapat meredam murka Allah atau menolak bencana dan menambah umur.

d. Memperoleh pahala yang mengalir terus.

e. Akan bertambah rizkinya dari Allah.


f. Menghapuskan kesalahan.

g. Mendapat balasan yang setimpal di akhir kelak

h. Mendapat pertolongan Allah di akhir kelak.

1. A. HIBAH
1. 1. Pengertian dan Hukum Hibah
Hibah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain
diwaktu ia hidup

tanpa adanya imbalan sebagai tanda kasih sayang.

Firman Allah SWT. :

ِّ ‫ىالرقَا‬
‫ب‬ ِّ ِّ‫سبِّ ْي ِّل َوالسَّائِّ ِّليْنَ َوف‬ َ ‫ىو ْال َم‬
َّ ‫سا ِّكي ِّْن َوابْنَ ال‬ َ ‫ىو ْاليَتَ َم‬ ْ ‫َىال َما َل َعلَى ُحبِّ ِّه ذَ ِّو‬
َ َ‫ىالقُ ْرب‬ ْ ‫َوأَت‬

“Dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-


anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang
meminta dan (memerdekakan) hamba sahaya” (QS. Al Baqarah : 177).
Memberikan Sesutu kepada orang lain, asal barang atau harta itu halal
termasuk perbuatan terpuji dan mendapat pahala dari Allah SWT. Untuk
itu hibah hukumnya mubah.

Sabda Nabi SAW. :

ُ‫ف ِّم ْن َغي ِّْرإِّس َْرافٍ َوالَ َم ْسأَلَ ٍة فَ ْليَ ْقبِّ ْله ُ َوالَيَ ُردُّه‬
ٌ ‫َع ْن خَا ِّلدِّاب ِّْن َع ِّدي ِّ أ َ َّن النَّبِّىَص م قَا َل َم ْن َجا َءهُ ِّم ْن ا َ ِّخ ْي ِّه َم ْع ُر ْو‬
‫ساقَهُ هللا ُاِّلَ ْي ِّه (رواه احمد‬ َ ‫)فَإِّنَّ َما ه َُو ِّر ْز ٌق‬

“Dari Khalid bin Adi, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW. telah


bersabda, : “Barang siapa yang diberi oleh saudaranya kebaikan dengan
tidak berlebih-lebihan dan tidak ia minta, hendaklah diterima (jangan
ditolak). Sesungguhnya yang demikian itu pemberian yangdiberikan
Allah kepadanya” (HR. Ahmad).
1. 2. Rukun dan Syarat Hibah
A. a. Pemberi Hibah (Wahib)
Syarat-syarat pemberi hibah (wahib) adalah sudah baligh, dilakukan atas
dasar kemauan sendiri, dibenarkan melakukan tindakan hukum dan orang
yang berhak memiliki barang.
1. b. Penerima Hibah (Mauhub Lahu)
Syarat-syarat penerima hibah (mauhub lahu), diantaranya :
Hendaknya penerima hibah itu terbukti adanya pada waktu dilakukan
hibah. Apabila tidak ada secara nyata atau hanya ada atas dasar perkiraan,
seperti janin yang masih dalam kandungan ibunya maka ia tidak sah
dilakukan hibah kepadanya.

1. c. Barang yang dihibahkan (Mauhub)


Syarat-syarat barang yang dihibahkan (Mauhub), diantaranya : jelas
terlihat wujudnya, barang yang dihibahkan memiliki nilai atau harga,
betul-betul milik pemberi hibah dan dapat dipindahkan status
kepemilikannya dari tangan pemberi hibah kepada penerima hibah.
1. d. Akad (Ijab dan Qabul), misalnya si penerima menyatakan “saya
hibahkan atau kuberikan tanah ini kepadamu”, si penerima menjawab,
“ya saya terima pemberian saudara”.
1. 3. Macam-macam Hibah
Hibah dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu :

1. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain
yang mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut,
yang pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun.
Misalnya menghibahkan rumah, sepeda motor, baju dan sebagainya.
2. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar
dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi
harta atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengan kata
lain, dalam hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak
guna atau hak pakai saja. Hibah manfaat terdiri dari hibah berwaktu
(hibah muajjalah) dan hibah seumur hidup (al-amri). Hibah
muajjalah dapat juga dikategorikan pinjaman (ariyah) karena setelah
lewat jangka waktu tertentu, barang yang dihibahkan manfaatnya
harus dikembalikan.
1. 4. Mencabut Hibah
Jumhur ulama berpendapat bahwa mencabut hibah itu hukumnya haram,
kecualii hibah

orang tua terhadap anaknya, sesuai dengan sabda Rasulullah SAW. :

‫ب ِّهبَةً فَيَ ْر ِّج ُع فِّ ْي َها ِّإالَّ ْال َوا ِّل ِّدفِّ ْي َمايُ ْع ِّطى ِّل َولَ ِّد ِّه‬
َ ‫الَيَ ِّح ُّل ِّل َر ُج ٍل ُم ْس ِّل ٍم أ َ ْن يُ ْع ِّطى َع ِّطيَّةًأَ ْويَ َه‬

“Tidak halal seorang muslim memberikan suatu barang kemudian ia


tarik kembali, kecuali seorang bapak kepada anaknya” (HR. Abu
Dawud).
Sabda Rasulullah SAW. :

‫ئ ث ُ َّم َيعُ ْودُفِّىقَ ْيئِّ ِّه (متفق عليه‬ ِّ ‫)ا َ ْلعَائِّد ُ فِّى ِّهبَتِّ ِّه كَااْلك َْل‬
ُ ‫ب يُ ِّق‬

“Orang yang menarik kembali hibahnya sebagaimana anjing yang


muntah lalu dimakannya kembali muntahnya itu” (HR. Bukhari
Muslim).
Hibah yang dapat dicabut, diantaranya sebagai berikut :

1. Hibahnya orang tua (bapak) terhadap anaknya, karena bapak melihat


bahwa mencabut itu demi menjaga kemaslahatan anaknya.
2. Bila dirasakan ada unsur ketidak adilan diantara anak-anaknya, yang
menerima hibah..
3. Apabila dengan adanya hibah itu ada kemungkinan menimbulkan iri
hati dan fitnah dari pihak lain.
1. 5. Beberapa Masalah Mengenai Hibah
A. Pemberian Orang Sakit yang Hampir Meninggal
Hukumnya adalah seperti wasiat, yaitu penerima harus bukan ahli
warisnya dan

jumlahnya tidak lebih dari sepertiga harta. Jika penerima itu ahli waris
maka hibah itu tidak sah. Jika hibah itu jumlahnya lebih dari sepertiga
harta maka yang dapat diberikan kepada penerima hibah (harus bukan
ahli waris) hanya sepertiga harta.
1. Penguasaan Orang Tua atas Hibah Anaknya
Jumhur ulama berpendapat bahwa seorang bapak boleh menguasai
barang yang

dihibahkan kepada anaknya yang masih kecil dan dalam perwaliannya


atau kepada anak yang sudah dewasa, tetapi lemah akalnya. Pendapat ini
didasarkan pada kebolehan meminta kembali hibah seseorang kepada
anaknya.

1. 6. Hikmah Hibah
Adapun hikmah hibah adalah :

1. Menumbuhkan rasa kasih sayang kepada sesama


2. Menumbuhkan sikap saling tolong menolong
3. Dapat mempererat tali silaturahmi
4. Menghindarkan diri dari berbagai malapetaka.
1. B. SHADAQAH DAN HADIAH
1. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Shadaqah dan Hadiah
Shadaqah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada orang lain
tanpa adanya imbalan dengan harapan mendapat ridla Allah SWT.
Sementara hadiah adalah akad pemberian harta milik seseorang kepada
orang lain tanpa adanya imbalan sebagai penghormatan atas suatu
prestasi. Shadaqah itu tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dalam
bentuk tindakan seperti senyum kepada orang lain termasuk shadaqah.
Hal ini sesuai dengan Sabda Rasulullah SAW. :

‫صدَقَةٌ (رواهالبخارى‬
َ َ‫ىوجْ ِّه أ َ ِّخيْكَ لَك‬ ُّ َ‫)تَب‬
َ ‫س ُمكَ ِّف‬

“Tersenyum dihadapan temanmu itu adalah bagian dari shadaqah” (HR.


Bukhari).
Hukum hadiah-menghadiahkan dari orang Islam kepada orang diluar
Islam atau sebaliknya adalah boleh karena persoalan ini termasuk sesuatu
yang berhubungan dengan sesama manusia (hablum minan naas).
1. 2. Hukum Shadaqah dan Hadiah
A. Hukum shadaqah adalah sunah
B. Hukum hadiah adalah mubah artinya boleh saja dilakukan dan
boleh ditinggalkan.
Sabda Rasulullah SAW. :

‫ي الل ُه َّم َع ْن ُه َم َع ِّن النَّبِّ ْي ص م قَا َل لَ ْود ُ ِّعيْتُ إِّلَىذ َِّراعٍ أَ ْو ُك َراعٍ ََل َ َجبْتُ َولَ ْو‬ ِّ ‫َع ْن اَبِّي ه َُري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬

‫ع لَقَ ِّب ْلتُ (رواه البخارى‬


ٌ ‫ع أ َ ْو ُك َرا‬ َ ‫)أ ُ ْهد‬
َّ َ‫ِّي اِّل‬
ٌ ‫ي ذ َِّرا‬

“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW.telah bersabda sekiranya saya


diundang untuk makan sepotong kaki binatang, undangan itu pasti saya
kabulkan, begitu juga kalau potongan kaki binatang dihadiahkan
kepada saya tentu saya terima” (HR. Bukhari).
1. 3. Perbedaan antara Shadaqah dan Hadiah
A. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar, sedangkan hadiah
ditujukan kepada orang yang berprestasi.
B. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi
kebutuhan pokoknya, sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-
kenangan dan penghargaan kepada orang yang dihormati.
C. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki
sedangkan hadiah hukumnya mubah (boleh).
1. 4. Syarat-syarat Shadaqah dan Hadiah
A. Orang yang memberikan shadaqah atau hadiah itu sehat akalnya
dan tidak dibawah perwalian orang lain. Hadiah orang gila, anak-
anak dan orang yang kurang sehat jiwanya (seperti pemboros) tidak
sah shadaqah dan hadiahnya.
B. Penerima haruslah orang yang benar-benar memerlukan karena
keadaannya yang terlantar.
C. Penerima shadaqah atau hadiah haruslah orang yang berhak
memiliki, jadi shadaqah atau hadiah kepada anak yang masih
dalam kandungan tidak sah.
D. Barang yang dishadaqahkan atau dihadiahkan harus bermanfaat
bagi penerimanya.
1. 5. Rukun Shadaqah dan Hadiah
A. Pemberi shadaqah atau hadiah.
B. Penerima shadaqah atau hadiah.
C. Ijab dan Qabul artinya pemberi menyatakan memberikan,
penerima menyatakan suka.
D. Barang atau Benda (yang dishadaqahkan/dihadiahkan).
1. 6. Hikmah Shadaqah dan Hadiah
A. Hikmah Shadaqah
1). Menumbuhkan ukhuwah Islamiyah

2). Dapat menghindarkan dari berbagai bencana

3). Akan dicintai Allah SWT.

1. Hikmah Hadiah
1). Menjadi unsur bagi suburnya kasih sayang

2). Menghilangkan tipu daya dan sifat kedengkian.

Sabda Nabi Muhammad SAW. :

َّ ‫)ت َ َهاد ُْوافَإ ِّ َّن ْال َه ِّديَّةَتُذْهِّبُ َو َح َّرال‬


‫صد ِّْر (رواه ابو يعلى‬

“Saling hadiah-menghadiahkan kamu, karena dapat menghilangkan


tipu daya dan
kedengkian” (HR. Abu Ya’la).
َّ ‫ث ْال َم َودَّة ََوتُذْهِّبُ ال‬
‫ضغَائِّنَ (رواه الديلمى‬ ِّ ُ ‫) َعلَ ْي ُك ْم ِّب ْال َهدَايَافَ ِّانَّ َهات‬
ُ ‫ور‬

“Hendaklah kamu saling memberi hadiah, karena ia akan mewariskan


kecintaan dan menghilangkan kedengkian-kedengkian” (HR. Dailami).

Pengertian Shodakah, Hibah Dan Hadiah.

Dalam bab pemberian dalam fiqh, Al ‘Athiyah (pemeberian) di bagi menjadi


beberapa bentuk, antara lain yaitu : shodaqoh, hibah dan hadiah. Shadaqah ialah
pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, dengan mengharap ridha
Allah semata. Sedangakan pemberina yang dilakukan untuk mengharapkan kebajikan
(sebagai amal sholeh) maka di sebut Hibah. Dan bila pemberian itu untuk mendapatkan
pujian maka di sebut Hadiah[1].

Dan lebih rinci lagi dijelaskan sebagai berikut[2]:

1. Hibah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak ada
sebabnya

2. Sedekah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya karena


mengharapkan pahala di akhirat

3. Hadiah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya serta dibawa ke
tempat yang diberi karena hendak memuliakannya.

Dalam keterangan lain, dalam buku karya Abdul Ghani bin Ismail an Nablusi. Dijelaskan
bahwa Al ‘Athiyah terdirir dari tiga bentuk yang lebih obyektif yaitu[3]:

1. Pemberian seseorang kepada seseorang yang kedudukanya dibawahnya, sebagai


bentuk penghormatan, dan pemberian ini tidak mengharapkan balasan.

2. Pemberian yang dilakukan oleh orang yang kedudukanya lebih rendah kepada
orang yang mempunyai kedudukan tinggi, hal ini dimkasutkan untuk mencari
perlindungan dan bantuan. Dan pemberian ini wajib dibalas.

3. Pemberian yang dilakukan oleh orang yang mempunyai kedudukan yang sama,
sebagi maksud dari menyambung tali silaturrahim. Maka pemberian ini ada yang
mengatakan boleh dibalas.

Dalam mendefinisikan sedekah, hibah, dan hadiah hampir semua mayoritas ulama
sepakat, bahwa sedekah, hibah dan hadiah merupakan amalan sunah dengan
memberikan sesuatu hal yang yang bermanfaat kepada orang lain secara hak, hanya
untuk mencari ridho Allah. Dalam pandangan madzhabiyah, untuk menentukan jenis
pemberian diatas maka dapat dilihat dari niatnya. Dan mereka mensyaratakan
barang pemberian kepada segala bentuk hal bermanfaat, tanpa alat tukar dan tanpa
syarat pertikaran.

Dan hukum pemberian ini pun dibagi menjadi tiga, yaitu[4]:

Halal, jika dilkukan atas dasar suka sama suka dan melalui jalan yang hak.
Haram, bila pemberian itu dumaksutkan untuk melakukan kezaliman.
Haram bagi penerima,dan halal bagi pemberi. Jika penerima adalah seseorang yang
mensyratakan untuk mengungkap kejahatan (tebusan).

Jadi, dalam analisa masalah pemberian ini bahwa sedekah, hibah dan hadiah
mempunyai perbedaan:

1. Shadaqah ditujukan kepada orang terlantar atau membutuhkan, sedangkan hadiah


ditujukan kepada orang yang berprestasi.

2. Shadaqah untuk membantu orang-orang terlantar memenuhi kebutuhan pokoknya,


sedangkan hadiah adalah sebagai kenang-kenangan dan penghargaan kepada orang
yang dihormati.

3. Shadaqah adalah wajib dikeluarkan jika keadaan menghendaki sedangkan hadiah


hukumnya mubah (boleh).

Rukun dan syarat

Adapun rukun-rukun dari shodaqoh, hibah dan hadiah yaitu[5]:

1. Ada yang memberi.


2. Ada yang di beri

3. Ada ijab qobul.

4. Ada barang yang diberikan

Dan syarat- syaratnya yaitu[6]:

Bagi Pemberi.

1. Dewasa (baligh)

2. Tidak dipaksa

3. Memiliki penuh atas yang diberikan

4. Bukan orang yang

Bagi Penerima

Benar-benar ada diwaktu di beri. Bila benar-benar tidak ada, atau diperkirakan adanya,
seperti janin, maka pemberian tidak sah.

Barang diberikan.

1. Harta itu ada.

2. Harta itu bernilai.

3. Dapat dimiliki dzatnya dan dapat diterima peredaranaya.


4. Tidak berhubungan dengan tempat kepemilikan baik pemberi maupun orang
lain. Akan tetapi bila telah dipisahkan maka boleh.

5. Dikhususkan. Yakni barang pemberian itu hendaknya bukan untuk umum seperti
haknya jaminan. Dalam konteks ini imam malik dan imam Asyafi’I dan imam Ahmad
dan Abu Tsaur berkata: sesungguhnya hibah yang untuk umum yang tidak dibagi-bagi
hukumnya sah.

Dan dalam Syarah Fathul Qorib lebih dispesifikan lagi bahwa harta yang disedekahkan
adalah yang bisa dan pantas dijual dan tidak boleh memberikan harta yang bersifat
sia-sia (harta yang tidak bisa masuk dalam syarat Buyu’)[7]

B. Masalah pemberian dan Ruju’ dalam pemberian (mengambil kembali barang


pemberian)

Pemberian shodaqoh merupakan perbuatan yang baik yang sangat dianjurkan dan
Allah Swt. Dalam surat Yusuf ayat 88 menjelasakan tentang cerita Nabi Yusuf dan
saudaranya perihal shodaqoh.

$£Jn=sù (#qè=yzyŠ Ïmø‹n=tã (#qä9$s% $pkš‰r'¯»tƒ Ⓝ͓yèø9$# $uZ¡¡tB


$uZn=÷dr&ur •Ž‘Ø9$# $uZ÷¥Å_ur 7py軟ÒÎ7Î/ 7p8y_÷“•B Å$÷rr'sù $uZs9
Ÿ@ø‹s3ø9$# ø-£‰|Ás?ur !$uZøŠn=tã ( ¨bÎ) ©!$# “Ì“øgs† šúüÏ%Ïd‰|ÁtFßJø9$# ÇÑÑÈ

“Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, mereka berkata: "Hai Al Aziz, kami dan
keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang
yang tak berharga, maka sempurnakanlah sukatan untuk kami, dan bersedekahlah
kepada kami, sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bersedekah."

Dan Rosulullah sangat menerima hadiah dan tidak menerima shodaqoh, seperti dalam
sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Imam Muslim.[8]

‫حدثنا عبد الرحمن بن سلام الجمحي حدثنا الربيع يعني ابن مسلم عن محمد وهو ابن زياد عن أبي‬
‫هريرة أن النبي صلى هللا عليه وسلم كان إذا أتي بطعام سأل عنه فإن قيل هدية أكل منها وإن‬
‫منها‬ ‫يأكل‬ ‫لم‬ ‫صدقة‬ ‫قيل‬

Artinya:

Bercerita kepadaku Abdurrahman bin salam bercerita Rabi’ yaitu Ibnu Muslim dari
Muhammad dan dia adalah Ibnu Ziyad Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu: Bahwa
Nabi Shallallahu alaihi wassalam biasanya bila dibawakan makanan, beliau selalu
menanyakannya terlebih dahulu. Jika dikatakan bahwa makanan itu adalah hadiah,
maka beliau memakannya. Dan kalau dikatakan bahwa itu adalah sedekah, maka beliau
tidak mau memakannya (muttafaqun alaih).

Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah
diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan: Nabi SAW pernah
memberikan 30 buah kasturi kepada Najasyi, kenmudian Najasyi meninggal dunia
sebelum menerimanya. Nabi SAW mencabut kembali pemberian itu. Kalau salah
seorang yang memberi atau yang diberi mati sebelum menerima, ahli warisnya boleh
menerima atau menerimakan barang yang telah diakadkan itu, dan boleh juga
mencabutnya[9].

Jumhurul ulama’ sepakat bahwaPemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima
tidak boleh dicabut kembali, sekalipun itu terjadi kepada suami, istri dan saudaranya
sendiri kecuali pemberian bapaknya kepada anaknya, tidak berhalangan dicabut atau
dimintanya kembali[10].

Hal ini seperti keterangan hadis riwayat imam

،‫ب‬
ٍ ‫ش َع ْي‬
ُ ‫م ِرو ْب ِن‬
ْ ‫ َع ْن َع‬، ‫ِم‬
ُ ‫ْم َعل‬
ُ ‫س ْي ٌن ال‬
َ ‫ قثنا ُح‬، ‫ب ْب ُن َع َطا ٍء‬ َ ‫م ُد ْب ُن أَ ِبي ال‬
ِ ‫ قثنا َع ْب ُد ال َْوهَّا‬، ِ‫ْع َّوام‬ َّ ‫م َح‬
ُ ‫َح َّد َث َنا‬
َ ‫ أَن َُّه َق‬, ‫م‬
‫ " لا‬: ‫ال‬ َ ‫س َّل‬
َ ‫ص َّلى ال َّل ُه َعلَيْهِ َو‬
َ ِ ‫ ِبهِ يَ ْر َف َعانِهِ إِلَى ال َّن ِبي‬, ‫اس‬
ٍ َّ‫ َوابْ ِن َعب‬، ‫م َر‬
َ ‫ َع ِن ابْ ِن ُع‬، ‫س‬ٍ ‫او‬
ُ ‫َع ْن َط‬
‫طيَّ ًة َي ْر ِج ُع‬ ِ ‫َل ا َّلذِي ُي ْع‬
ِ ‫طي َع‬ ُ ‫مث‬ َ ‫ َو‬، ‫ي َول ََد ُه‬َ ‫ط‬
ِ ‫ِيما ُي ْع‬ َ ‫ إِلا ال َْوال َِد ف‬, ‫ِيها‬
َ ‫طيَّ ًة َي ْر ِج ُع ف‬
ِ ‫ي َع‬ ِ ‫َيحِ لُّ ل َِر ُج ٍل أَ ْن ُي ْع‬
َ ‫ط‬
ِ‫فِيه‬ ‫اد‬
َ ‫َع‬ ‫م‬
َّ ُ‫ث‬ ‫اء‬
َ ‫َق‬ ‫ش ِب َع‬َ ‫ِإ َذا‬ ‫َحتَّى‬ ُ ‫َي ْأ ُك‬
‫ل‬ ‫ب‬
ِ ‫ا ْلكَ ْل‬ ‫َل‬ِ ‫مث‬
َ َ‫ك‬ ‫ِيها‬
َ ‫ف‬

Seorang bapak dibolehkan mencabut pemberian kepada anaknya karena ia berhak


menjaga kemaslahatan anaknya, juga cukup menaruh perhatian (kasih sayang kepada
anaknya).

Sungguh tidak berhalangan apabila bapak mencabut pemberian kepada anaknya,


tetapi dengan syarat “barang yang diberikan itu masih dalam kekuasaan anaknya”,
berarti masih tetap kepunyaan anaknya, meskipun sedang dirungguhkan. Maka apabila
milik anak telah hilang, si bapak tidak boleh mencabut pemberiannya lagi, walaupun
barang itu kembali kepada anak denhgan jalan lain. Bapak diperbolehkan
mengambilharta anaknya apabila dia menginginkannya.

Dalam memberikan shodaqoh dianjurkan denagn barang ( sesuatu) yang paling


disenanginya) untuk diberikan kepada kerabat, fakir miskin dan ibnu sabil, seperti
keterangan dalam surat Al baqoroh ayat 177

* }§øŠ©9 §ŽÉ9ø9$# br& (#q—9uqè? öNä3ydqã_ãr Ÿ@t6Ï% É-ÎŽô³yJø9$#


É>Ì•øóyJø9$#ur £`Å3»s9ur §ŽÉ9ø9$# ô`tB z`tB#uä «!$$Î/ ÏQöqu‹ø9$#ur Ì•ÅzFy$#
Ïpx6Í´¯»n=yJø9$#ur É=»tGÅ3ø9$#ur z`¿Íh‹Î;¨Z9$#ur ’tA#uäur tA$yJø9$# 4’n?tã
¾ÏmÎm6ãm “ÍrsŒ 4†n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur tûüÅ3»|¡yJø9$#ur tûøó$#ur
È@‹Î6¡¡9$# tû,Î#ͬ!$¡¡9$#ur ’Îûur ÅU$s%Ìh•9$# uQ$s%r&ur no4qn=¢Á9$# ’tA#uäur
no4qŸ2¨“9$# šcqèùqßJø9$#ur öNÏdωôgyèÎ/ #sŒÎ) (#r߉yg»tã ( tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ’Îû
Ïä!$y™ù't7ø9$# Ïä!#§ŽœØ9$#ur tûüÏnur Ĩù't7ø9$# 3 y7Í´¯»s9'ré& tûïÏ%©!$#
(#qè%y‰|¹ ( y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd tbqà)GßJø9$# ÇÊÐÐÈ

Artinya:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan
tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya
kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,
penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya);
dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”.

Selain itu bagi yang menerima hadiah hendaknya Barangsiapa yang tidak mempunyai
sesuatu untuk membalas hadiah maka hendaklah berdo’a atas hadiah tersbut,
sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Muhammad SAW:

‫ال َّث َنا ِء‬ ‫فِي‬ َ ‫أَ ْبل‬


‫َغ‬ ‫ـد‬
ْ ‫َف َق‬ ‫َخ ْي ًرا‬ ‫هللا‬
ُ ‫اك‬
َ ‫ـز‬
َ ‫َج‬ : ِ‫ِل َفاعِ لِه‬ ‫ال‬
َ ‫َف َق‬ ‫م ْع ُر ْو ًفا‬
َ ِ‫ِإل َْيه‬ ‫ص َن َع‬
َ ‫م ْن‬
َ

“Barangsiapa yang berbuat kebaikan kepada seseorang, kemudian dia berkata


kepada orang yang berbuat tersebut: ‫َخ ْي ًر‬ ‫هللا‬
ُ ‫اك‬
َ ‫ـز‬
َ ‫َج‬

(semoga Allah membalasmu dengan yang lebih baik) maka sungguh dia telah cukup
memadai dalam memuji”.[11]

Dan berikut ini adalah hal-hal yang membatalkan pahala pemeberian adalah[12]:

Al Mann (mebangkit-bangkitkan) yaitu mengungkit-ungkit sesuatu dan barang yang


telah diberikan sehingga orang lain tahu bahwa ia bersedekah.
Al Aza.(menyakiti). Oarang yang bersedekah kemudian ia menyakiti dengan sedeka
itu baik berupa ucapan maupun perbuatan.
Riya (pamrih). Bersedekah berniat pamrih, dihadapan orang banyak sehingga ia
menerima pujian.

C. Manfaat Dan Fadhilah Bersedekah, Hibah Dan Hadiah.


Sedekah, hibah dan hadiah mempunayi manfaat yang sangat besar yaitu[13]:

Laki-laki dan perempuan yang bersedekah akan mendapat pahala besar.

¨bÎ) šúüÏJÎ=ó¡ßJø9$# ÏM»yJÎ=ó¡ßJø9$#ur šúüÏZÏB÷sßJø9$#ur ÏM»oYÏB÷sßJø9$#ur


tûüÏGÏZ»s)ø9$#ur ÏM»tFÏZ»s)ø9$#ur tûüÏ%ω»¢Á9$#ur ÏM»s%ω»¢Á9$#ur
tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ÏNºuŽÉ9»¢Á9$#ur tûüÏèϱ»y‚ø9$#ur ÏM»yèϱ»y‚ø9$#ur
tûüÏ%Ïd‰|ÁtFßJø9$#ur ÏM»s%Ïd‰|ÁtFßJø9$#ur tûüÏJÍ´¯»¢Á9$#ur ÏM»yJÍ´¯»¢Á9$#ur
šúüÏàÏÿ»ptø:$#ur öNßgy_rãèù ÏM»sàÏÿ»ysø9$#ur šúï̍Å2º©%!$#ur ©!$# #ZŽÏVx.
ÏNºtÅ2º©%!$#ur £‰tãr& ª!$# Mçlm; ZotÏÿøó¨B #·ô_r&ur $VJ‹Ïàtã ÇÌÎÈ

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan
yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan
yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki
dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar. (Q.S. Al Ahzab : 35)

Dapat membantu si penerima hibah dari berbagai kesulitan hidup


Untuk mengakrabkan silaturrahim dan menjinakkan hati serta meneguhkan
kecintaan di antara sesamanya.
Mendapatkan perlindungan dari Alloh
Terhindar dari apai neraka di akherat kelak.
Dapat menolong orang yang membutuhkan dan memererat silaturrahim diantara
sesamanya.
Sebagai obat obat dari penyakit
Dapat meredam murka Alloh atau menolak bencana dan menambah umur
Memperoleh pahala yang mengalir terus
Akan bertambah rizkinya
Mengahpuskan kesalahan
Mendapat balasan yang setimpal
Mendapat pertolongan Alloh di akherat.

Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

1) Hibah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya dan tidak ada
sebabnya

2) Sedekah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya karena


mengharapkan pahala di akhirat

3) Hadiah yaitu memberikan barang dengan tidak ada tukarannya serta dibawa ke
tempat yang diberi karena hendak memuliakannya.

Rukun hibah, sedekah dan hadiah:

1. Ada yang memberi. Syaratnya ialah orang yang berhak memperedarkan hartanya
dan memeiliki barang yang diberikan. Maka anak kecil, orang gila, yang menyia-
nyiakan harta tidak sah memberikan harta benda mereka kepada yang lain, begitu
juga wali terhadap harta benda yang diserahkan kepadanya.

2. Ada yang diberi. Syaratnya yaitu berhak memiliki. Tidak sah memberi kepada anak
yang masih berada di dalam kandungan ibunya dan pada binatang. Karena keduanya
tidak dapat memiliki.

3. Ada ijab dan qabul, misalnya orang yang memberi berkata,”Saya berikan ini
kepada engkau.” Jawab yang diberi.”Saya terima.” Kecuali sesuatu yang menurut
kebiasaan memang tidak perlu mengucapkan ijab dan qabul, misalnya seorang istri
menghibahkan gilirannya kepada madunya, dan bapak memberikan pakaian kepada
anaknya yang masih kecil. Tetapi apabila suami memberikan perhiasan kepada istrinya,
tidaklah menjadi milik istrinya dengan ijab dan qabul. Perbedaan antara bapak kepada
anak dengan pemberian suami kepada istri ialah: bapak adalah wali anaknya,
sedangkan suami bukanlah wali terhadap istrinya. Pemberian pada waktu perayaan
mengkhitan anak hendaklah dilakukan menurut adat yang berlaku di tiap-tiap tempat
tentang perayaan itu.

4. Ada barang yang diberikan. Syaratnya hendaklah barang itu dapat dijual, kecuali:

a. Barang-barang yang kecil. Misalnya dua atau tiga butir biji beras, tidak sah dijual,
tetapi sah diberikan.

b. Barang yang tidak diketahui tidaklah sah dijual, tetapi sah diberikan.

c. Kulit bangkai sebelum disamaktidaklah sah dijual tetapi sah diberika

Barang yang diberikan belum menjadi milik orang yang diberi kecuali sesudah
diterimanya, tidak dengan semata-mata akad. Keterangan: Nabi SAW pernah
memberikan 30 buah kasturi kepada Najasyi, kenmudian Najasyi meninggal dunia
sebelum menerimanya. Nabi SAW mencabut kembali pemberian itu.

Kalau salah seorang yang memberi atau yang diberi mati sebelum menerima,
ahli warisnya boleh menerima atau menerimakan barang yang telah diakadkan itu, dan
boleh juga mencabutnya.

Pemberian yang sudah diberikan dan sudah diterima tidak boleh dicabut
kembali, kecuali pemberian bapaknya kepada anaknya, tidak berhalangan dicabut atau
dimintanya kembali.
Seorang bapak dibolehkan mencabut pemberian kepada anaknya karena ia
berhak menjaga kemaslahatan anaknya, juga cukup menaruh perhatian (kasih sayang
kepada anaknya).Sungguh tidak berhalangan apabila bapak mencabut pemberian
kepada anaknya, tetapi dengan syarat “barang yang diberikan itu masih dalam
kekuasaan anaknya”, berarti masih tetap kepunyaan anaknya, meskipun sedang
dirungguhkan. Maka apabila milik anak telah hilang, si bapak tidak boleh mencabut
pemberiannya lagi, walaupun barang itu kembali kepada anak denhgan jalan lain.
Bapak diperbolehkan mengambilharta anaknya apabila dia menginginkannya.

Adapun manfaatnya antara lain:

Mendapat pahala besar


Menjalin dan memperat jalinan silaturrahmi.

Anda mungkin juga menyukai