PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Agama Islam bersumber dari Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-
Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Berbicara tentang Al-Qur’an, Al-Qur’an
mengandung berbagai kisah dari sejarah jaman lampau hingga masa yang akan
datang, termuat juga hukum-hukum islam, rahasia alam semesta, serta masih
banyak lagi.
Al-Qur’an menjadi salah satu mukjizat besar Nabi Muhammad SAW, sebab
turunnya Al-Qur’an melalui perantara beliau, Al-Qur’an mempunyai peranan
yang sangat penting untuk kelangsungan umat manusia di dunia. Betapa tidak,
semua persoalan manusia di dunia sebagian besar dapat ditemukan jawabannya
pada Al-Qur’an. Oleh karenannya kemudian Al-Qur’an di yakini sebagai firman
Allah yang menjadi sumber hukum Islam pertama.
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa saja peranan dan fungsi Al-Qur’an?
2. Bagaimana cara pendekatan dalam memahami Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Mengetahui peran dan fungsi Al-Qur’an
2. Mengetahui bahwa Al-Qur’an sebagai kalam Allah
3. Mengetahui bagaimana cara pendekatan dalam memahami Al-
Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Peran dan Fungsi Al-Qur’an
Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang dikemukakan oleh subhi
shalih, Al-Quran berarti bacaan yang merupakan kata turunan (masdar) dari kata
qara’a (fi’l madli) yang artinya dibaca. Al-Qur’an merupakan kalam ilahi yang
merupakan bacaan kaum muslimin, karena tiada satu bacaan di dunia ini yang
sebanding dengannya.
Didalam firman-Nya Allah telah menerangkan tentang keberadaan Al-Qur’an
dan keutamaan Al-Qur’an.
Dalam Surah Fushilat ayat 3,
Artinya: ”kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, Yakni bacaan dalam bahasa Arab,
untuk kaum yang mengetahui.
Al-Qur’an adalah kitab yang otensitasnya dijamin dan dipelihara oleh Allah,
seperti yang dijelaskan dalam firman-Nya: “kami yang menurunkan Al-Qur’an
dan kami-lah yang memeliharanya”. Kitab suci Al-Qur’an memiliki peran dan
fungsi dalam perjalanan hidup umat manusia, baik dalam dimensi masa lampau,
sekarang maupun dimasa yang akan datang. Kata Al-Qur’an selanjutnya
dipergunakan untuk menunjukan kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad Saw. Kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi-nabi sebelumnya
tidak dinamai Al-Qur’an, banyak para ahli tafsir yang berselisih pendapat
mengenai penamaan Al-Qur’an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw.
Fath Ridwan(1975 :74-75) menerangkan bahwa para ahli tafsir bersilang
pendapat mengenai penamaan Al-Qur’an. Pertama, sebagian ulama berpendapat
bahwa Al-Qur’an adalah nama yang khusus (khas) bagi firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kedua, sebagian ulama lagi
menyatakan bahwa Al-Qur’an diambil dari kata qara’in (petunjuk atau indikator)
karena ayat-ayat Al-Qur’an satu sama lainnya saling menguatkan dan
membenarkan, selain itu Al-Qur’an juga diambil dari kata al-qar’u yang berarti
2
kumpulan (al-jam’). Ketiga, ulama yang lainnya memberikan nama lain bagi Al-
Qur’an seperti al-Kitab, al-Nur, al-Rahmah, al-Furqan , al-Syifa, al-Maui’zhah,
al-Dizkr, al-Hukm, al-Qaul, al-Naba, al-Azhim, Ahsan al-Hadits, al-Matsany, al-
Tanjil, al-Ruh, al-Bayan, al Wahy wa al Bashir, al’Ilm, al-Haqq, al-Shidq,
al-‘Adl, al-Amr, al-Basyary, dan al-Balag.
Nama-nama lain dari Al-Qur’an dikembangkan para ulama sedemikian rupa,
sehingga abu hasan al harali dan abd al ma’alisyaizalah masing-masing
memberikan nama sebannyak 95 dan 55 macam. Pemberian nama terhadap Al-
Quran yang begitu banyak tidak disetujui oleh sebagian ulama, antara lain subhi
shalih. Menurutnya, pemberian nama yang terlalu banyak terhadap Al-Qur’an
dinilai berlebihan sehingga terkesan adanya pencampuradukan antara nama-nama
Al-Quran dan sifatnya.(muhaimin, dkk 1994: 88). Namun dari sekian banyak
nama tersebut yang termasyhur hanya empat, yakni Al-qur’an itu sendiri, Al-
Kitab, Al-Furqan dan Al-Dzikr.1
Sebagian nama tersebut sebagian langsung maupun tidak langsung
memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Quran. Al-Qur’an diturunkan memiliki
beberapa fungsi, fungsi dari Al-Quran itu sendiri dapat dilihat dari berbagai aspek
diantaranya;
1. Dilihat dari sudut subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana
tersurat nama-namanya dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk)
Dalam Al-Qur'an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur'an sebagai
petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum. Sebagaimana
dalam firman Allah Q.S al-Baqarah[2]: 185
…
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan
yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil),…
Q.S al-Baqarah[2]: 185
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.
Sebagaimana firman Allah SWT Q.S al-Baqarah[2]: 2
6
generasi pertama yang kita kenal sebagai sahabat Nabi Muhammad Saw.5 Allah
menjamin bahwa Al-Qur’an dipelihara dengan sebaik-baiknya. Ia berfirman
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Quran dan sesungguhnya kami
benar-benar memeliharanya.” (Q.S al-Hijr[15]: 9)
Demikianlah kedudukan Al-Qur’an sebagai firman Allah. Berdasarkan
substansinya, Al-Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad., ia dipelihara oleh
Allah yang mewahyukannya.
5 Atang Abd Hakim, Jaih Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2012.hlm.73.
7
yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang artinya: Ketika turun ayat
ini,”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan syirik,…”(al-An’aam: 82), Ketika ditanya para sahabat tentang ayat
tersebut, Rasul menjawab,”Kezaliman disini bukan seperti yang kamu
pahami. Tidakkah kamu mendengar apa yang dikatakan hamba yang saleh
(luqman),’aesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar,”(Luqman: 13). Kezaliman disini adalah syirik.”(HR
Ahmad, Bukhari dan Muslim).
Di dalam hadits terdapat juga rincian tentang apa yang diperintah dan apa
yang dilarang serta ketentuan hukum yang difardhukan oleh Allah SWT.
Maka hadits-hadits semacam ini berarti tatsir atau penjelasan atau suatu ayat
didalam Al-Qur’an misalnya didalam AI-Qur’an kaum Muslimin diperintah
untuk menunaikan shalat namun AI-Qur’an tidak menjelaskan teknis
pelaksanaan shalat maka shalat Nabi yang tergambar didalam hadits
merupakan penafsiran ayat tentang shalat dan begitulah seterusnya sehingga
Al-Qur’an memang harus kita pahami dgn hadits-hadits baik sisi kandungan
maupun teknis pelaksanaan dari suatu ayat.
3. Memahami Al-Qur’an dengan Asbabun Nuzul (sebab diturunkannya).
Tidak kurang dari sepertiga Al-Qur’an turun dengan asbabun nuzul. Ini
berarti untuk memahami maksud tujuan dan kandungan AI-Qur’an harus kita
lakukan melalui asbabun nuzul. Menurut Manna Khalil Al Qattan dalam
bukunya mabahits fi Ulumil Qur’an mendefinisikan asbabun nuzul “Sesuatu
hal yang karenanya AI-Qur’an diturunkan untuk menerangkan status nya pada
masa hal itu terjadi baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.” Dengan
memahami asbabun nuzul kita mengetahui latar belakang diturunkanya suatu
ayat atau surat dan dengan itu pula kita mengetahui makna dan kandungan
suatu ayat dan surat serta terhindar dari pemahaman yang keliru dari
kandungan yang sesungguhnya dari satu ayat atau surat. Bahkan dengan
asbabun nuzul pula kita bisa mencegah terjadinya penyalahgunaan makna
suatu ayat untuk kepentingan-kepentingan yang bertentangan dengan AI-
Qur’an.
4. Memahami Al-Qur’an dengan Qaul (pendapat) Sahabat.
8
Para sahabat merupakan generasi yang merasakan suasana turunya AI-
Qur’an apalagi mereka memiliki kesiapan rohani yang kuat untuk bisa
menerima pesan-pesan yang terkandung di dalam AI-Qur’an. Karena itu
wajar saja apabila untuk memahami AI-Qur’an kita juga harus merujuknya
kepada ucapan pemahaman atau penafsiran para sahabat terhadap AI-Qur’an.
Disamping sahabat yang menjadi khalifah ada banyak sahabat yang
sering kali menafsirkan AI-Qur’an, misalnya saja lbnu Mas’ud Ubai bin
Ka’ab Zaid bin Tsabit Abdullah bin Zubajr Aisyah r. a. dll. Diantara contoh
tentang ayat yang ditafsirkan sahabat adalah firman Allah yang
artinya “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka itu bersyukur”. lbnu Abbas menafsirkan ayat
tersebut seperti yang dikutip oleh lbnu Katsir bahwa yang dimaksud dengan
syaitan menggoda dari depan adalah agar manusia tidak percaya akan
kehidupan akhirat, dari belakang agar manusia terlalu cinta pada dunia, dari
kanan agar manusia mengabaikan syari’at dan dari kiri agar manusia lebih
cenderung pada dosa dan kemaksiatan.
5. Memahami Al-Qur’an dengan makna kata.
AI-Qur’an merupakan kitab suci yang berasal dari bahasa Arab. Oleh
Karena itu untuk memahami ayat-ayat yang terkandung didalam AI-Qur’an
kita perlu menggunakan pendekatan dari makna kosa kata yang terdapat dari
AI-Qur’an itu, meskipun maksud AI-Qur’an tidak persis sama dengan arti
harfiyah pada suatu istilah tapi paling tidak berangkat dari makna kosa kata
kita akan memahami kemana arah atau makna dari suatu ayat. Sebagai contoh
didalam AI-Qur’an terdapat kata “amar ma’ruf dan nahi munkar” yang
diterjemahkan dengan memerintahkan yang baik dan mencegah yang buruk.
Secara harfiyah ma’ruf itu artinya dikenal yakni sesuatu yg sudah dikenal
oleh manusia. Kebaikan pada dasarnya sudah diketahui oleh manusia, akan
tetapi meskipun manusia sudah mengetahui tentang kebaikan belum tentu
manusia melakukan kebaikan itu. Adapun munkar artinya sesuatu yang
diingkari keburukan kemaksiatan dan kebathilan disebut munkar karena pada
dasarnya manusia tidak suka kemunkaran, namun ternyata dengan hawa nafsu
manusia malah melakukan kemunkaran itu. Dengan demikian pendekatan
9
makna kata untuk memahami kandungan suatu ayat menjadi sangat penting
kita lakukan untuk bisa memahami ayat itu sendiri.
6. Memahami Al-Qur’an dengan tafsir para ulama yang membantu kita
dalam memahami Al-Qur’an dengan kitab yang mereka tulis.
Kapasitas keilmuan kita yg belum memadai untuk memahami AI-Qur’an
secara langsung tidak membuat kita harus berkecil hati untuk bisa memahami
Al-Qur’an dengan baik, kita mungkin saja bisa memahami Al-Qur’an dengan
baik dengan membaca dan mengkaji penafsiran dan para ulama ahli tafsir
yang diakui oleh para ulama dan umat Islam pada umumnya. Baik ulama dari
dalam negeri kita sendiri seperti Prof. Dr. Hamka dengan Tafsir Al Azhar,
Prof. Dr. Quraish Shihab dengan Tafsir Al Misbah, Prof. Dr. Hasbi Ash
Shiddiqi dengan Tafsir An Nur dll. Sedangkan ulama dari luar antara lain
Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir Abu Ja’far At Tabari
dengan Tafsir At Tabari Ismail bin Amr Al Qurasyi bin Katsir dgn Tafsir lbnu
Katsir hingga Sayyid Qutb dengan Tafsir Fi Zilalil Qur’an dll.
Demikianlah secara umum beberapa pendekatan yang harus ditempuh
dalam upaya memahami Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Ini berarti
menjadi keharusan kita bersama untuk terus melakukan tadabbur atau
pengkajian terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam AI-Qur’an
10
BAB III
KESIMPULAN
Kitab suci Al-Qur’an memiliki peran dan fungsi dalam perjalanan hidup
umat manusia, baik dalam dimensi masa lampau, sekarang maupun dimasa yang
akan datang. Fungsi dari Al-Quran itu sendiri dapat dilihat dari berbagai aspek
diantaranya;
1. Dilihat dari sudut subtansinya, fungsi Al-Qur’an sebagaimana
tersurat nama-namanya dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
a. Al-Huda (petunjuk), dalam Al-Qur'an terdapat tiga kategori
tentang posisi Al-Qur'an sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia
secara umum. Kedua, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa. Ketiga,
petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.
b. Al-Furqon (pembeda), dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa ia adalah
ugeran untuk membedakan antara yang hak dan yang batil.
c.Al-Asyifa (obat), dalam Al-Qur'an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai
obat bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada.
d. Al-Mau’izah (nasihat), didalam Al-Qur’an di katakan bahwa ia
berfungsi sebagai penasihat bagi orang-orang yang bertakwa
2. Fungsi Al-Qur’an di lihat dari realitas kehidupan manusia
a.Al-Qur’an sebagai mukjizat bagi Rasulallah SAW.
b. Al-Qur’an sebagai hakim tertinggi (pemutus terakhir atau
korektor)
c. Al-Qur’an sebagai penguat kebenaran adanya agama Allah
sebelum nabi Muhammad Saw.
d. Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi umat
manusia
e. Sebagai kabar gembira
Sebagai wahyu, alquran bukan merupakan ciptaan ataupun pemikiran Nabi
Muhammad saw. Oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu
11
merupaka ciptaan atau pikiran Nabi Muhammad Saw, tidak benar dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan karena Al-Qur’an itu sebagai kalam Allah Swt serta Al-
Qur’an merupakan petunjuk hidup manusia. Oleh karena itu, setiap muslim harus
memahaminya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Atang, Abd. Hakim dan Jaih Mubarok. 2012. Metodologi Studi Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya
12
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT karena kehendak dan ridhanya,
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat
tersusun dan terselesaikan dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa kami
curahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan
pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan Sunnah untuk keselamatan di dunia.
Penulis
13
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan masalah
1
C. Tujuan
1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Peran dan Fungsi Al-Qur’an
2
B. Al-Qur’an Sebagai Kalam Allah
6
C. Pendekatan Memahami Al-Qur’an
8
DAFTAR PUSTAKA 13
14
MAKALAH ii
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
15
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON
2014
16