Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengaruh Sedekah

1. Pengertian Sedekah

Kata sedekah berasal dari bahasa Arab, ashodaqah, secara bahasa

bermaka suatu yang dijadikan sedekah. Kata ini diambil dari huruf sha-da-qa.

Kata shadaqah sendiri diambil dari kata ash-shidq ‘benar’, karena ia

menunjukkan kebenaran ibadah untuk Allah. (Hamman, 2013:11)

Menurut al-Jurjani, sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk

megharap ridho Allah. Sementara Imam an-Nawawi mengatakan,

“Dinamakan sedekah karena ia menunjukkan pembenaran orang yang

bersedekah, dan menunjukkan kebenaran imannya secara lahir dan batinnya.

Karenanya, sedekah adalah pembenaran dan kebenaran iman” (Hamman,

2013:11).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sedekah adalah derma kepada

orang miskin dan sebagainya. Berdasarkan cinta kasih kepada sesama

manusia, selamatan, kenduri, pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau

yang berhak menerimanya, di luar kewajiban zakat dan zakat fitrah sesuai

dengan kemampuan pemberi (dermawan) ( Ana Retnoningsih dan Suharso,

2006 : 80 ).

10
11

Shadaqah berasal dari bahasa arab yang di dalam bahasa Indonesia

diartikan dengan sedekah yaitu suatu pemberian yang diberikan oleh seorang

muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh

ruang dan waktu dan jumlah tertentu (Masykur,2008:15).

Shadaqah juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang

sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala

semata.Shadaqah berasal dari kata shiddiq yang berarti benar. Makna

shadaqah secara bahasa adalah membenarkan sesuatu.Shadaqah menurut

bahasa adalah sesuatu yang diberikan dengan tujuan mendekatkan diri pada

Allah swt. (Sanusi, 2009:9).

Sedekah berasal dari kata sadaqa yang berarti benar. Orang yang gemar

bersedekah bisa diartikan sebagai orang yang benar pengakuan imannya.

Menurut istilah atau terminologi syariat, sedekah yaitu mengeluarkan

sebagian harta atau pendapatan / penghasilan untuk suatu kepentingan yang

diperintahkan oleh agama. Sedekah juga merupakan pemberian yang

dikeluarkan secara sukarela kepada siapa saja, tanpa nisab dan tanpa adanya

aturan waktu yang mengikat (Muhammad Sanusi, 2009: 8-9).

Menurut Wahyu (2007: 5) sedekah itu berarti menyisihkan sebagian

harta yang dimilikinya untuk diberikan kaum fuqara wal masakin atau orang

yang berhak mendapatkannya dengan hati yang ikhlas dan mengharap dari

ridha Allah. Pemberian kepada orang lain, baik bersifat materi maupun

nonmateri secara sukarela, tanpa nisab, dan bisa dilakukan kapan pun dan
12

dimana pun, serta kepada siapa pun tanpa aturan dan syarat, kecuali untuk

mengharapkan ridho Allah ( Wahyu Indah Retnowati, 2007 : 5 ).

Secara umum, shodaqah memiliki pengertian menginfakkan harta di

jalan Allah SWT. baik ditujukkan kepada fakir miskin, kerabat, meupun

kepentingan jihad fi sabilillah. (Mawaddah, 2013: 13) Sebagaimana banyak

ayat al-Qur’an menjelaskan, di antaranya:

Al-Baqarah [2]:264

      


        
       
        
        
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya
karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang
di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu
menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai
sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

At-Taubah [9]:60

     


     
           
 
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
13

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan


Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Kedua ayat di atas menggambarkan bahwa sedekah memiliki makna

mendermakan uang di jalan Allah swt.

Makna sedekah tidak hanya fokus menggunakan harta untuk hal-hal

yang baik. Namun terdapat makna sosial yang hendak menyelamatkan

kehidupan orang miskin, anak yatim, para pengemis, pemulung dan peminta-

minta. Belakangan ini, masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan.

Kebanyakan harta yang dimiliki seolah-olah tidak ada campur tangan Allah,

dianggap jerih payah sendiri, sehingga mereka acuh tak acuh, hidup

individualistic. Oleh karena itu, untuk merespon dan membentuk jiwa yang

peduli maka perlu dilatih bersedekah mulai dari lingkungan keluarga sampai

lingkungan masyarakat.

Menurut al-Qadhi Abu Bakar bin al-Arabi (Mawaddah, 2013:14), benar

disini terkait benarnya perbuatan, ucapan, dan kayakinan. Dalam makna

seperi inilah, sedekah diibaratkan dalam hadits: “Dan sedekah itu merupakan

burhan (bukti).” (H.r. Muslim)

Sedekah semakin luas dari sekedar zakat maupun infak, karena sedekah

tidak hanya berarti mengeluarkan atau mendermakan harta. Namun, sedekah

mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadits

digambarkan, “Memberi senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.”

(Mawaddah, 2013:14)
14

Jadi sedekah adalah keseluruhan amal kebaikan yang dilakukan oleh

setiap orang muslim untuk menciptakan kesejahteraan umat termasuk

menciptakan kelestarian lingkugan hidup dari alam semesta, guna

memperoleh hidayah dan ridho Allah.

Di dalam al-Qur’an surah an-Nisaa:114

           
         
      
Artinya: tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali
bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi
sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di
antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya
pahala yang besar.

Sedekah pada dasarnya adalah sunah, yaitu berpahala bila dilakukan dan

tidak berdosa jika ditinggalkan. Disamping sunah, adakalanya hukum sedekah

mejadi haram yaitu ketika dalam keadaan seseorang yang bersedekah

mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan

menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan. Terakhir adakalanya juga

hukum sedekah berubah menjadi wajib, yaitu ketika seseorang bertemu

dengan orang lainyang sedang kelaparan hingga dapat mengancam

keselamatan jiwanya, sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa

yang diperlukan saat itu. Hukum sedekah juga menajdi wajib, ketika

seseorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga.

(Oyyo Radyt, 2010:1)


15

Menurut Iskandar, suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim

kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan

jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang

sebagai kebajikan yang mengharapkan ridho Allah SWT dan pahala semata.

Shadaqoh berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Makna sedekah secara

bahasa adalah membenarkan sesuatu. (Mirza, 2013:18)

Sedekah merupakan sebuah ibadah dengan ganjaran tanpa batas dan

investasi yang tidak pernah berhenti. Sedekah mengandung datangnya rezeki.

Rezeki disedekahkan akan terus bertambah dan berlipat ganda. Sedekah bisa

menyembuhkan penyakit. Sedekah dapat menolak bala, menahan musibah,

dan menghilangkan kesulitan. Sedekah juga bisa mendatangkan ketenangan.

Intinya, sedekah adalah ibadah dengan segudang manfaat dan keajaiban.

Sedekah mengandung keutamaan agung dan pahala yang besar di dunia dan

akhirat, yang didapatkan oleh mereka yang diridhai Allah dan dikehendaki

kebaikan padanya. Di antara dampak sedekah adalah memperoleh keutamaan

yang besar.

Sedekah adalah mengeluarkan harta demi mendekatkan diri kepada

Allah. Sedekah merupakan benteng sekaligus penolak bala‟ dan keburukan

yang besar. Sedekah juga menolak kematian yang buruk su’ul khatimah

(Fahrur Mu’is, 2016 : 27 ).

Ibnu Mandzur dalam Lisân al-‘Arab menuturkan bahwa sedekah adalah

apa yang kamu sedekahkan kepada orang fakir karena Allah. Sedekah akan
16

membuat amalan ibadah semakin lengkap di mata Allah SWT, dan semakin

sempurna untuk kehidupan sosial ditengah masyarakat luas (Muhammad

Thobroni, 2007 : 26).

Secara etimologi sedekah berasal dari bahasa Arab ash-Shadâqah, yang

berarti, suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang

lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu

(Fahrur Mu’is, 2016 : 16).

Juga berarti pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan

yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala semata. Sedekah dalam

pengertian di atas oleh para fuqaha (ahli fikih) disebut sadaqah at

tatawwu’(sedekah secara spontan dan sukarela) (Nasrun Haroen, 2007 : 80).

Menurut Samr Al-Jam’an, ia mengatkan bahwa,” sedekah adalah harta

yang dinafkahkan dengan mengharap pahala dari Allah Swt. Sedekah terbagi

menjadi yang wajib dan yang sunnah. Dalam penggunaan istilah Syariat, yang

wajib disebut dengan lafazh zakat, dan yang sunnah dengan lapazh sedekah.

Disebut dengan istilah sedekah, karena diambil dari pengertian dan nya

ketulusan, baik dalam perbuatan, ucapan, maupun keyakinan”(Samr Al-

Jam’an, 2009 : 11).

Sedekah tidak hanya menggunakan harta yang dimiliki manusia, namun

sedekah juga sebagai perbuatan ma’ruf dengan berbagai jenisnya. Sedekah

dengan amal kebajikan sifatnya lebih umum dan lebih mudah daripada

sedekah harta. Harta adalah milik Allah Swt. Allah menitipkanya kepada para
17

hambanya untuk melihat apa yang mereka perbuat dengan harta tersebut

(Faishal Bin Ali Al-Ba’dani, 2009 : 15).

Harta yang kitapunya akan lebih bermakna jika kita pergunakan untuk

ibadah kepada Allah Swt. Menurut Wajih Mahmud, selain sedekah dengan

harta setiap muslim juga bisa bersedekah tanpa harta yang dimilikinya

diantarannya yaitu :

1. Bersedekah dengan dzikir

2. Bersedekah dengan sholat

3. Bersedekah dengan shaum

4. Bersedekah dengan ucapan yang baik

5. Bersedekah dengan akhlak mulia

6. Bersedekahdengan orang mukmin

7. Bersedekah kepada keluarga ( Wajih Mahmud, 2008 : 41).

Sedekah itu adalah sebagian kecil dari ibadah, maka doa adalah sebagai

penyempurnanya. Seseorang yang memilih bahwa “ jangan meminta-minta sama

Allah, sedekah-sedekah saja”, maka orang ini bolehlah rugi. Ada kesempatan

meminta malah tidak meminta. Sebab ketika datang dengan Allah dengan amal

sholeh, maka pintu sudah terbuka dengan amal shaleh tersebut. Tinggal mintanya saja

sama Allah ( Yusuf Mansur, 2012 : 135 ).

Dari beberapa poin diatas, dapat kita maknai bahwa sedekah bukanlah

dengan harta saja, sedekah juga bisa kita lakukan setiap hari dengan berbagai
18

macam prilaku kehidupan. Dalam hal ini sedekah tanpa harta merupakan jalan

yang mudah bagi setiap umat muslim yang ingin melaksanakan sedekah

dengan tidak menggunakan harta.

Sedekah yang dilakukan tidak menggunakan harta serta menggunkan

harta, jika dilakukakan secara spontan dan sukarela lebih memiliki makna

yang sangat besar, karena pahala sedekah akan lenyap jika pemberi sedekah

selalu menyebut-nyebut sedekah yang telah dia berikan kepada penerima

sedekah.

Sedekah secara umum, memiliki pengertian memberian harta dijalan

Allah Swt, baik harta tersebut diberikan kepada keluarga yang miskin maupun

kepada orang lain. Makna sedekah memang sering dikontaminasikan dengan

memberikan harta utuk kepentingan tertentu di jalan Allah Swt. Begitu pun di

dalam Al-Qur’an, banyak yang menjelaskan mengenai sedekah dengan harta.

Secara bahasa, sedekah berasal dari kata Shidq, yang berarti benar. Muslim

meriwayatkan bahwa sedekah merupakan bukti.

Sedekah maknanya lebih luas dari sekedar infak dan zakat. Sedekah

tidak hanya berarti mengeluarkan atau memberikan harta. Sedekah mencakup

segala amal dan perbuatan baik. Dijelaskan dalam sebuah hadist bahwa

memberikan senyuman adalah sedekah. Hal ini berarti bahwa sedekah tidak

hanya mencakup harta, akantetapi amal perbuatan kita juga termasuk sedekah

(Muhammad Habibillah, 2015 : 30).


19

Sedekah sunat, seperti juga sedekah wajib (zakat) dapat pula

diperuntukan bagi Fi–Sabilillah, berupa :

1. Penikatan dakwahmelalui lembaga-lembaga dakwah

2. Peningkatan pengetahuan kader-kader Islam

3. Peningkatan bangunan fisik keagamaan, seperti masjid dan

madrasah

4. Penyediaan nafkah bagi orang-orang yang sibuk dengan tugas

agama, sepertikiai, guru agama dan mubaligh.

5. Penyelanggaraan kursus keterampilan dan kewirausahaan

6. Penyediaan biaya lembaga penelitian ilmu keagamaan.

7. Pusat pusat rehabilitas.

Dari penjelasan diatas maka sedekah dapat pula dijadikan sebagai

sumberpembiayaan pendidikan, seperti untuk gaji guru, beasiswa maupun sarana

danprasarana pendidikan Islam (Ramayulis, 2002 : 429).

Penggunaan kata sedekah memiliki arti sangat luas seperti yang terdapat

didalam Al Quran, menjadikan perbedaan dalam hukum terhadap sedekah. Sedekah

memiliki makna yang wajib yaitu yang disebut zakat. Sedekah disebut juga sebagai

infak.

Namun dalam kenegaraan sedekah juga disebut sebagai pajak. Dari penjelasan

diatas, dapat disimpulkan bahwa sedekah adalah suatu kebaikan yang diberikan

kepada seseorang kepada umat muslim, tanpa mengharapkan suatu imbalan, dalam

bentuk materi maupun non materi.


20

Peran sedekah atau zakat dalam mengentaskan kemiskinan adalah peran yang

tidak bisa dipungkiri keberadaannya baik dalam kehidupan muslim maupun dalam

kehidupan lainnya. Khalayak umum hanya mengetahui bahwasanya tujuan

zakatadalah mengentaskan kemiskinanjuga membantu para fakir miskin tanpa

mengetahui gambarannya secara gamblang, nafkah yang dikeluarkan para kerabat

yang mampu untuk membantu kerabat lainnya dan juga ada kas dibanyak negara

islam yang dikelluarkan untuk hak atas harta yang dimiliki setelah dikeluarkan

zakatnya (Yusuf Qaradhawi, 2005 : 29).

Selain itu, juga ada sedekah yang yang disunnahkanbanyak lagi yang lainnya.

Kesemua itu selain adanya kewajiban zakat bertujuan untuk mengentaskan

kemiskinan dan juga melepaskan cengkramannya (Yusuf Qaradhawi, 2005 : 29).

Sedekah merupakan hal yang menunjukkan kebenaran penghambaan kepada

Allah dan juga merupakan sebuah bukti atas kepercayaan pelakunya atas kebenaran

imannya (Achmad Sunarto, 2015 : 7).

Sedekah merupakan hal yang menunjukkankebenaran penghambaan kepada

Allah dan juga merupakan sebuah bukti atas kepercayaan pelakunya atas kebenaran

imannya, makna sedekah mempunyai cakupan yang luas dari yang paling ringan

seperti tersenyum, ucapan yang baik, salam kepada orang lain (Gus Arifin, 2011 :

198).

Sedekah memiliki pengertian memberikan sesuatu kepada orang lain dengan

memiliki niat untuk menolong dan ikhlas beribadah kepada Allah SWT dan memiliki

jenis jenis untuk melakukan sedekah, yaitu sebagai berikut :


21

2. Jenis-jenis Sedekah

Ancaman Allah terhadap orang-orang bakhil hendaknya memotivasi

kita untuk berlomba-lomba dalam mengeluarkan sedekah bagaimana pun

keadaan kita, selagi kaya atau miskin, waktu sehat maupun sakit. Sedekah

memang lebih utama dengan harta yang kita miliki. Namun, bukan berarti

orang yang tidak mempunyai harta tidak bisa bersedekah.

Di dalam bersedekah bukan hanya dengan harta saja akan tetapi

bersedekah memiliki macam macam cara yang lain nya, sebagaimana yang di

kemukakan oleh Syabrini (2013:22-26) macam-macam sedekah, yaitu:

a. Sedekah dengan harta

b. Sedekah dengan tenaga dan pikiran

c. Sedekah dengan ilmu

d. Sedekah dengan perbuatan baik

Berikut ini penjelasan yang diberikan sebagaimana yang di kemukakan oleh

Syabrini (2013:22-26) tentang macam-macam sedekah :

a. Sedekah dengan harta

Sedekah yang paling utama adalah dengan harta, baik dengan hartayang

telah ada maupun dengan bekerja mencarinya terlebih dahulu. Islam

menyuruh umatnya agar kaya raya supaya ia bisa bersedekah lebih

banyak. Orang kaya memiliki kesempatan lebih banyak untukbersedekah.


22

Ia bisa mendekati Allah melalui harta yang dimilikinya, yakni dengan

bersedakah.

Jika anda termasuk orang kaya, janganlah menikmati harta sendirian,

janganlah merasa bingung dengan harta kekayaan yang dimiliki. Segeralah

bersedekah sebelum saatnya harta kekayaan yang kita miliki hilang, tanpa

sempat kita bersedekah. Sisihkan sebagian harta yang kita miliki, yang

sesugguhnya adalah hak orang lain yang dititipkan melalui tangan kita.

Ada banyak orang lain yang membutuhkan harta kita, seperti orang-orang

fakir-miskin, anak-anak yatim, janda-janda tua, panti-panti asuhan, para

peminta-minta, lembaga-lembaga sosial, dan sebagainya. Merekalah

ladang utama untuk bersedekah dengan harta yang kita miliki.

b. Sedekah dengan tenaga dan pikiran

Jika orang kaya medekatkan diri kepada Allah dengan menyedekahkan

hartaya, orang miskin bisa bersedekah dengan cara lain, yaitu melalui

tenaga dan pikirannya. Meski tiada berharta, tidak perlu putus asa. Kita

bisa bersedekah dengan tenaga dan pikiran. Tenaga bisa disedekahkan

untuk bekerja bakti, mengurus korban bencana, ronda menjaga keamanan

kampung, menjadi pengurus masjid atau mushala, mengelola lembaga-

lembaga sosial yang tidak ada bayarannya, dan sebagainya. Bila tenaga

pun tak mampu, bisa berbagi sumbangsih pemikiran. Gunakan kekuatan

dan keajaiban otak untuk membantu menyelesaikan persoalan-persoalan

yang sekiranya bisa kita bantu.


23

c. Sedekah dengan ilmu

Ditengah kondisi bangsa kita yang masih dililit kebodohan, kita juga

bisa memanfaatkan ilmu yang kita miliki sebagai sedekah. Jangan pelit

ilmu dengan menyembunyikannya. Mengajarkan suatu ilmu kepada orang

lain berarti kita sedang bersedekah dengan ilmu. Dengan ilmu yag

dimiliki, kita bisa membantu membimbing belajar anak-anak miskin yang

yang mampu untuk bersekolah. Bisa membantu anak-anak belajar Al-

Qur’an dan ilmu agama tanpa memungut bayaran. Bisa memberikan

tausiyah, mengisi pengajian, dan memberikan motivasi kepada orang lain

agar sukses. Semua itu merupakan bagian dari bersedekah. Rasulullah

bersabda, “Sedekah yang paling baik adalah jika seorang muslim

mempelajari suatu ilmu, kemudian ia megajarkann kepada saudaranya

yang muslim.” (HR. Ibnu Majah)

d. Sedekah dengan perbuatan baik

Jika tidak memiliki harta dan ilmu, anda tetap bisa bersedekah.

Banyak jalan menuju besedekah. Yang paling mudah adalah dengan

berbuat baik sebanyak mungkin. Sebab, setiap perbuatan baik adalah

sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Semua perbuatan baik

adalah sedekah.” (HR. Bukhari) oleh karena itu janganlah meremehkan

perbuatan baik sekecil apa pun. Dan janganlah menyia-nyiakan peluag

untuk berbuat baik. (Syabrini, 2013:22-26)


24

Sedekah memiliki arti yang sangat luas dan memiliki hikmah yang

sangat banyak, adapun nilai nilai sedekah menurut hadist yang

dikemukakan oleh imam imam besar yang terdapat di dalam perbuatan-

perbuatan baik yang dihitung sebagai sedekah yaitu:

1) Dzikir dan sholat dhuha. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Setiap

pagi pada ruas tulang kalian terdapat sedekah. Setiap ucapan tasbih

(Subhanallah) adalah sedekah, setiap ucapan tahmid (Alhamdulillah)

adalah sedekah, setiap ucapan tahlil (Laa ilaaha illallah) adalah

sedekah, setiap uacapan takbir (Allahu Akbar) adalah sedekah, setiap

kebaikan adalah sedekah, mencegah perkara yang mungkar adalah

sedekah, dan dua rakaat dalam sholat dhuha telah mencakup

semuanya.” (HR. Muslim)

2) Meringankan beban orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

“Setiap persendian hendaknya bersedekah setiap hari mulai terbitnya

matahari. Berlaku adil di antara dua orang adalah sedekah,

membantu orang dengan memberikan tumpangan adalah sedekah,

atau membantu mengangkat barang adalah sedekah.” (HR. Bukhari

Muslim)

3) Membuang kotoran dan duri dari jalan. Sebagaimana sabda Rasulullah

saw., “Engkau membersihkan duri dari jalan (supaya orang lain tidak

celaka), itu adalah sedekah.” (HR. Bukhari)


25

4) Menangguhkan hutang. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Orang

yang menanngguhkan hutang orang yang tidak mampu maka baginya

pahala sedekah setiap hari sejumlah harta yang dihutangkan.

Kemudian beliau bersabda lagi, “Orang yag menangguhkan hutang

orang yang mampu maka baginya pahala sedekah setiap hari dua kali

lipat dari jumlah harta yang dihutangkan.” (HR. Ahmad)

5) Banyak tersenyum. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Semua

kebaikan adalah sedekah, di antara kebaikan itu adalah menemui

saudaramu dengan wajah berseri (tersenyum).” (HR. Tirmidzi)

6) Tidak berbuat jahat kepada orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah

saw., “Engkau mencegah kejahatanmu kepada orang lain, itu adalah

sedekahmu terhadap dirimu.” (HR. Muslim)

7) Berkata baik. Sebaimana sabda Rasulullah saw., “Jagalah kamu dari

api neraka walaupun hanya bersedekahdengan sebutir kurma. Kalau

tidak punya, berkatalah dengan baik, itu pun termasuk sedekah.” (HR.

Bukhari)

8) Berjimak dengan istri. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Setiap

tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil

adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf adalah

sedekah, nahi munkar adalah sedekah, dan menyalurkan syahwat

kepada istrinya adalah sedekah.” (HR. Bukhari)


26

9) Menunjukkan jalan kepada yang tersesat. Sebagaimana sabda

Rasulullah saw., “Menunjukkan jalan kepada orang yang tersesat

termasuk sedekah dan menyingkirkan batu, duri, dan tulang adalah

sedekah.” (HR. Ibnu Majah)

Dari uaraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa untuk bersedekah tidak

harus menunggu kaya dan tidak melulu harus dengan harta. Banyak cara

untuk melakukan sedekah. Jadi, tidak ada alasan bagi kita untuk

meninggalkan sedekah.

Dengan demikian, salah satu yang harus dilakukan oleh kaum muslimin

dalam hidupnnya adalah bersedekah. Ini akan membuat keberadaannya terasa

bermanfaat besar, tidak hanya bagi diri dan keluarganya, tapi juga bagi orang

lain. Namun, banyak orang yang merasa tidak bisa bersedekah karena tidak

banyak harta yang dimilikinya. Memang banyak diantara kita yang

memahami bahwa sedekah itu mesti dengan harta, padahal banyak cara yang

bisa kita lakukan untuk bersedekah meskipun kita tidak punya harta, sehingga

tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mau bersedekah.

Sedekah dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, oleh siapa saja, dan

kepada siapa saja. Oleh karena itu, sedekah juga bisa dilakukan dengan apa

saja, baik dengan harta atau materi, maupun bukan harta atau nonmateri.

Menurut Muhammad Sanusi (dalam The Power of Sedekah, 2009)

pemetaan macam-macam bersedekah dibagi menjadi dua macam, sedekah

materi dan sedekah nonmateri (sedekah potensi).


27

1. Sedekah Materi Sedekah melalui harta benda merupakan sedekah dalam

arti konvensional, yang dilakukan antar sesama melalui momen-momen

tertentu. Pada umumnya manusia lebih cenderung memikirkan kebutuhan

ekonominya dari pada kebutuhan lain. Sedekah dengan harta merupakan

representasi dari kepekaan atau sensitifitas terhadap keadaan masyarakat.

Orang yang mempunyai harta lebih dari pada mereka yang kekurangan

dan membutuhkan bantuan, maka sedekah harta adalah yang paling

dianjurkan untuk dilakukan.

2. Sedekah Potensi Telah disebutkan bahwa sedekah tidak hanya berbentuk

materi saja, ada banyak hal yang dilakukan untuk mempraktikan amalan

sedekah, diantaranya:

a. Potensi tenaga, yaitu kemampuan untuk difungsikan dan

dimanfaatkan dalam melakukan kegiatan positif. Seperti

membantu orang lain, gotong royong membangun masjid,

membersihkan lingkungan, melestarikan sarana dan prasarana

lingkungan, menjaga keamanan lingkungan serta membuang atau

menyingkirkan duri di jalan termasuk sedekah dengan tenaga.

b. Potensi pikiran, merupakan kemampuan untuk berfikir dalam

memecahkan setiap persoalan yang dihadapi manusia. Seseorang

yang berada dalam kesulitan maka dapat bersedekah dengan

sumbangan saran dan nasihat yang baik (Muhammad Sanusi,


28

2009: 13-20). Rasulullah bersabda :”Janganlah sekali-kali engkau

meremehkan suatu kebaikan, walaupun hanya menemui saudaramu

(sesama muslim) dengan wajah yang ramah”. (HR. Muslim).

Sedekah memiliki nilai nilai agama yang sangat tinggi serta memiliki

fungsi dari sedekah tersebut, fungsi dari sedekah tersebut akan diuraikan

sebagai berikut :

3. Fungsi Sedekah

Sedekah mangandung keutamaan agung dan pahala yang besar di dunia

dan akhirat, yang didapatkan oleh mereka yang diridhai Allah dan

dikehendaki padanya. Di antara dampak sedekah adalah memperoleh

keutamaan yang besar sebagaimana fungsinya adalah sebagai berikut

(Hamman, 2013:15-25):

a. Sedekah mensucikan dan membersihkann diri

Allah swt. berfirman,

       

   

      


Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah
untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi
Maha mengetahui. (QS. At-Taubah [8]:103)
29

Kalimat membersihkan mereka, bermakna membersihkan dari dosa-dosa

mereka dan dari kebakhilan jiwa mereka. Sedangkan kalimat mensucikan

mereka, yakni mengisyaratkan ada mimbar pemberian keutamaan dan

kebaikan unntuk mereka, karenaa sedekah membersihkan dan mensucikan

serta menghilangkan keburukan, dan meningkatkan derajat.

b. Sedekah adalah realisasi perintah Allah dan Rasul-Nya

Di antara sifat orang beriman dan bertakawa adalah bersegera

melaksanakan perintah Allah. Sedekah merupakan termasuk amalan yang

diperintahkann, disunnahkan dan disenagi Allah swt.

c. Pada hari kiamat orang mukmin dilinndungi oleh sedekahnya

Pada hari kiamat kelak, setiap orang berkumpul dan matahari berada dekat

di atas kepala manusia, hingga bannyak keringat tercucur sampai

menutupi seluruh tubuh manusia. Dalam keadaan seperti itu, manusia

sangat membutuhkan perlindungan. Maka sedekah pun datag unntuk

menaungi dan melindungi manusia yang bersedekah.

d. Pahala sedekah tidak terputus

Ketika kehidupan seorag manusia di dunia ini berakhir, ajalnya sudah

dicabut dan ruhnya menghadap kehadirat Tuhannya unntuk

mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang dilakukannya selama di

dunia.

Sedekah itu sendiri memiliki hikmah dan manfaat bagi orang yang

melaksanakan nya adapun manfaat dari sedekah ialah sebagai berikut :


30

4. Manfaat Sedekah

Mengeluarkan sebagian harta yang kita miliki kepada orang lain yang

lebih membutuhkan atau bersedekah di jalan Allah SWT sungguh luar biasa

pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Di samping mendapatkan pahala di sisi

Allah SWT, sesungguhnya harta yang kita sedekahkan akan mendapatkan

ganti yang lebih banyak dan lebih baik dari Allah. Jadi, harta yang kita

berikan itu sebenarnya tidak membuat harta kita berkurang, tapi bertambah.

Itulah salah satu keajaiban sedekah.

Tidak hanya menambahkan rezeki dan memperpanjang usia, bersedekah

memilik manfaat yang lain nya, berikut ini adalah beberapa manfaat yang

didapatkan dengan mengeluarkan sedekah (Syabrini, 2013:87) yaitu sebagai

berikut:

A. Sedekah dapat mengundang dan melipatgandakan rezeki

B. Sedekah dapat melejitkan usaha

C. Sedekah dapat menolak bencana

D. Sedekah dapat menyembuhkan penyakit

E. Sedekah dapat memperpanjang usia

F. Sedekah dapat menyehatkan dan melahirkan ketenangan

G. Sedekah dapat menciptakan keharmonisan keluarga

Dalam uraian di atas merupakan manfaat dari bersedekah yang memiliki

penjelasan di setiap manfaat nya, manfaat tersebut akan di jelaskan sebagai berikut :
31

a. Sedekah dapat mengundang dan melipatgandakan rezeki

Mayoritas orang beranggapan bahwa sedekah akan mengurangi harta.

Anggapan ini salah besar. Sedekah tidak akan perah mengurangi harta.

Justru sebaliknya, sedekah akan melipatgadakan rezeki sebanyak 10 kali

lipat bahkan 700 kali lipat, bahkan bisa lebih dari itu. Allah berfirman

dalam Surah Al-Baqarah [2]: 261

       


         
        
Artinya: perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui.

Dari ayat tersebut, dapat ditegaskan bahwa harta yang dikeluarkan

sebagai sedekah akan semakin subur dan kian bertambah atau

dilipatgandakan jumlahnya oleh Allah SWT. Jadi, bersedekahtidak

membuat seseorang kehilangan hartanya. Sebaliknya, ia akan

mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda. Hal ini sepertinya sangat

aneh bagi orang yang kikir atau bagi orang yang tidak membuktikannya

sendiri. Jangan menghitung balasan sedekah dengan matematika manusia,

karena tidak akan ketemu hasilnya.

Sebagai umat Islam, kita harus yakin bahwa dengan banyak memberi

maka kita akan banyak menerima. Dalam keadaaan kesulitan ekonomi,


32

sebenarnya sedekah merupakan solusi terbaik untuk memperbaikinya.

Kelapangan setelah kesempitan adalah sebuah keadaan yang sangat

diharapkan bagi setiap orang yang sedang mengalami kesempitan rezeki.

Tetapi, kebanyakan kita masih beranggapan bahwa bersedekah itu hanya

untuk orang-orang yang sudah kaya saja. Sedangkan orang-orang miskin

atau menngalami kesempitan rezeki semestinya mendapatkan sedekah,

bukan bersedekah. Pemahaman seperti ini salah besar, dan harus segera

diperbaiki. Kaya atau miskin tetap harus sedekah. Bahkan, mengeluarkan

sedekah disaat kita kekurangan adalah perbuatan yang sangat mulia diban

dingkan orang kaya yang bersedekah.

b. Sedekah dapat melejitkan usaha

Pengusaha yang sukses seringkali dianggap sebagai orang-orang yang

mencapai keberhasilannya dengan bersikap kikir dan pelit. Memberi akan

melatih mindset wirausaha. Banyak pengusaha pemula mengalami

kegagalan bukan karena faktor keahlian, pengetahuan, atau modal.

Namun, mereka gagal justru karena tidak memiliki cara berfikir atau

mindset yang tepat. Cara berfikir yang unumnya berkembang di

masyarakat adalah cara berfikir kelangkaan (scarcity), bahwa segala yang

ada di dunia ini sangat terbatas, sehingga untuk memilikinya kita harus

saling berebut, bersaing, dan saling mengalahkan. Cara berpikir demikian

menyebabkan lahirnya pengusaha-pengusaha rakus dan tamak. Usaha


33

mereka berbasis persaingan yang saling membunuh, bukan kerjasama

yang saling menguntungkan.

Setelah kita memahami pentingnya sedekah sebagai cara pandang dan

bagian strategi pengembangan usaha, maka kita perlu cara efektif untuk

menjadikan sedekah sebagai kebiasaan positif kita. Pertama, biasakanlah

untuk memiliki sikap bahwa uang adalah akibat dan bukan sebab. Kedua,

kita bisa memulai dengan membiasakan diri untuk memberikan sesuatu

setiap bertemu dengan orang lain. Ketiga, kita bisa belajar melakukan pay

it forward. Ini adalah cara menghormati orang yang sudah membantu atau

memberikan sesuatu untuk kita dengan cara membantu orang lain.

c. Sedekah dapat menolak bencana

Tidak diragukan lagi, ketika seseorang mengeluarkan sebagian

hartanya untuk sedekah atau berinfak di jalan Allah, maka balasannya

pasti berlipat ganda. Namun, tidak hanya itu, sedekah juga ternyata dapat

mencegah datangnya bala’. Rasulullah saw. Bersabda, “Bersegeralah

untuk bersedekah. Sebab, musibah dan bencana tidak bisa mendahului

sedekah.”

Untuk itulah, di tengah kondisi mencekam di negeri kita saat ini, di

mana bencana datang silih berganti, semua itu sejatinya menyadarkan kita

untuk berbanyak-banyak menunaikan sedekah. Sebab, bencana bisa

muncul dari segala penjuru, baik cepat atau lambat, yang disediakan oleh
34

hal-hal yang tersembunyi maupun yang terang benderang. Musibah juga

adakalanya dapat ditebak dan diprediksi kemunculannya, namun

adalakanya tidak mampu dilihat dan dirasakan dari mana kelak akan

muncul. Sedekah yang ditunaikan seseorang, apalagi menjadi budaya

sebuah bangsa, kelak akan menghindarkan bangsa dari bencana.

d. Sedekah dapat menyembuhkan penyakit

Salah satu keajaiban lainnya adalah sedekah tak hanya dapat membuat

anda kaya, tapi juga dapat mencegah sakit sekaligus menyembuhkan

penyakit. Bila anda sakit, bersedekahlah. Bila sudah bersedekah dan

belum juga sembuh, perbanyaklah lagi sedekah anda. Tungglah, Allah

SWT sedang mendengarkan doa orang-orang yang pernah anda beri

sedekah. Bersedekah sama dengan mencegah datangnya penyakit. Sebab,

mencegah datangnya sesuatu sebelum sesuatu itu datang jauh lebih mudah

daripada harus menghilangkannya setelah sesuatu itu datang. Dan, terapi

pencegahan lebih berguna daripada terapi penyembuhan. Oleh karena itu,

obat yang paling mujarab sebenarnya adalah sesuatu yang bisa mencegah

datangnya penyakit. Obat mujarab itu tak lain adalah sedekah.

e. Sedekah dapat memperpanjang usia

Allah memanjangkan usia atau umur seseorang lantaran orang tersebut

bersedekah. Jadi, jika anda mengharapkan umur panjang, banyak-

banyaklah bersedekah, baik ketika sehat, terlebih ketika sedang sakit dan

tak kunjung sembuh.


35

f. Sedekah dapat menyehatkan dan melahirkan ketenangan

Sedekah tidak hanya membahagiakan penerimanya, tapi juga

pemberinya. Dengan bersedekah, kehidupan akan dipenuhi kebajikan.

Selalu tumbuh kepuasan batin karena dapat membantu meringankan beban

orang. Dengan sedekah, hidup menjadi lebih berkualitas, sehat, tenang,

dan terhindar dari penyakit psikis.

g. Sedekah dapat menciptakan keharmonisan keluarga

Hidup bahagia dalam rumah tangga adalah keinginan setiap orang

yang telah menikah. Sholat dan sedekah mampu membuat keluarga

menjadi Harmonis.Dalam keadaan keluarga yang tidak Harmonis, Betapa

manusia membutuhkan perlindungan Allah. Makasar duka pun datang

untuk menang dan melindungi pelakunya sebagaimana disebutkan dalam

Hadits yang diriwayatkan ‘Uqbah bin Amir, Dia berkata, aku mendengar

Rasulullah S AW bersabda, “Setiap manusia berada dalam naungan

sedekahnya Sampai memisahkan antara manusia, atau sampai diputuskan

antara manusia.” (HR. Ibnu Khuzaimah).

Seperti halnya sedekah yang di sunnahkan bagi seorang muslim yang

baligh dan berakal tanpa memandang status kaya dan miskin, pejabat,

rakyat, sehat, sakit, dan sebagainya. Disinilah kemudian terjadi feomena

sedekah yang secara kasat mata begitu sedikit, tetapi ternyata oleh Allah

Maha Pemurah di hargai dengan sangat mahal. Yaitu ketika orang miskin

tidak memiliki apa apa namun memiliki sifat dermawan dan lapang dada,
36

ia tetap menyisihkan sebagian harta nya yang tidak seberapa untuk

diberikan kepada orang lain.

Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan

imannya. Menurut syariat, pengertian sedekah sama dengan pengertian

infaq, termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya. Hanya saja, jika

infaq berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas dari

sekedar material, misal senyum itu sedekah. Dari hal ini yang perlu

diperhatikan adalah jika seseorang telah berzakat tetapi masih memiliki

kelebihan harta, sangat dianjurkan sekali untuk berinfaq atau bersedekah

dalam beberapa ungkapan al-Qur’an.

Islam memerintahkan kepada umatnya untuk suka memberi, dan

Rasulullah SAW merupakan teladan bagi umat Islam untuk mencintai

perilaku berderma kepada siapa saja.Islam mengajarkan kepada umatnya

untuk memiliki jiwa dermawan dengan tujuan untuk menjernihkan jiwa

seseorang, mewujudkan kepekaan sosial yang tinggi, tenggang rasa

terhadap saudara yang fakir, kesempatan penting untuk mengingat karunia

Allah dari berbagai nikmat yang diberikan-Nya.

Hidup sederhana dan tidak berlebih-lebihan dan tidak bermewah-

mewahan, serta untuk menyalurkan harta dijalan Allah semata berharap

rida Allah SWT. Selain itu syariat Islam bertujuan untuk mewujudkan

keridhaan dan kelapangan hati seseorang yang menerima sedekah, perekat

ukuwah Islamiyah, terciptanya masyarakat yang dinamis, gemar tolong-


37

menolong. Hal itu menekankan bahwa Islam adalah agama yang

mempunyai satu tujuan, satu landasan, dan satu kewajiban.

Menurut Aqilah Selma Amalia Sedekah berasal dari kata shadaqoh

yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada

orang lain secara spontan dan suka rela tanpa dibatasi oleh waktu dan

jumlah tertentu. Sedekah berarti suatu pemberian yang diberikan oleh

seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan pahala

semata (Aqilah Selma Amalia, 2014: 140).

Manfaat lain yang diperoleh dengan bersedekah yaitu mensucikan hati

dan sifat bakhil, dan membersihkan harta dari terambilnya hak-hak orang

lain (Wahyu, 2007: 23). Hikmah bersedekah menurut Ibrahim (2010, 85-

87) antara lain yaitu:

a. Sedekah sebagai obat. Dalam hadits dsebutkan, “Obatilah

orang sakit di antara kalian dengan sedekah.”

b. Allah akan melipat-gandakan pahala orang yang bersedakah.

(Firman Allah dalam Surat Al Hadid: 18).

c. Sukses meraih keinginan dan selamat dari sesuatu yang

dihindari. (surat At-Taghabun: 16).

d. Sedekah dapat menolak kematian yang buruk. Dalam hadis

disebutkan , “Sesungguhnya sedekah itu memadamkan murka

Rabb dan menolak kematian yang buruk.”


38

e. Sedekah dapat melindungi/menaunginya di hari kiamat.

f. Mendekatkan diri kepada Allah. (surat Al-A’raf: 56 ).

Bershadaqah banyak sekali manfaatdan fungsinya selain untuk diri sendiri

juga bermanfaat buat orang yang dishadaqahi.Shadaqah di dalam salah satu bukunya

Yusuf Mansur banyak sekali kisah yang langsung mendapatkan manfaat dari

shadaqah. Shadaqah merupakan jalan cepat bagi siapa sajayang ingin mendapatkan

rezeki,sebagaimana sabda Rasulullah SAW,“carilah rezeki dengan

bershadaqah”.Bahkan dalam keadaan sempit punseseorang di anjurkan untuk

bershadaqahagar seseorang itu menjadi lapang. Tujuan shadaqah bagi pemberiadalah:

a. Shadaqah dapat membuat orang bekerja keras sehingga melipat

gandakan rezekinya.Bekerja itu sendiri merupakan shadaqah apabila

diniatkan untuk kebaikan, baik kebaikan diri sendiri, kebaikan

keluarga, kebaikan masyarakat, dan juga bangsa. Shadaqah memberi

sugesti kepada manusia agar mau bekerja keras, sehingga membuat

rezeki manusia dilipatgandakan.

Bila seseorang mau bershadaqah maka Allah SWT akan

melipat gandakannya hingga sebesar gunung uhud, diMadinah, sabda

Rasulullah SAW yang artinya:“barang siapa bershadaqah

dengansyarat dari harta yang halal, bukan dariharta yang haram, maka

Allah SWT akanmemelihara shadaqah itu sebagaimanaseseorang yang

memelihara anak kudakalian,sehingga shadaqah itu akanmenjadi besar

seperti gunung” (Thobrani,2008:36).


39

b. Bershadaqah bisa mengawali orang untuk mencari rizki yang halal,

shadaqah adalah cara manusia untuk bertaubat dari perilaku negative

ditempat kerja. Shadaqah akan menjadikan manusia lebih terkontrol

dalam bekerja, karena manusia akan merasa di awasi oleh orang-orang

yang anda beri shadaqah dan iniakan menjadikan anda lebih hidup

penuh berkah. Itulah sebabnya, shadaqah akan membuat manusia

berusaha mengumpulkan rezeki yang halal. Shadaqah adalah bentuk

syukur seorang hamba kepada Allah SWT atas anugerah nikmat yang

diberikan oleh-NYA dengan cara yang tepat dengan memanfaatkan

harta benda dalam hal kebaikan, sehingga menghindarkan pemilik

harta benda dari perbuatan jelek dan maksiat.

c. Bershadaqah bisa meningkatkan kepedulian sosial, karena manusia

hidup di dunia ini pasti membutuhkan sesama. Manusia bisa dikatakan

kaya karena adanya orang miskin dan itulah pentingnya bershadaqah.

Bershadaqah akan membuat jalinan silaturahim dengan sesama

bisa tersambung, dengan silaturahim yang baik maka manusia bisa

menjaga sumber rizki, karena orang yang gemar menyambung tali

silaturahim akan diluaskan rezekinya.

d. Bershadaqah akan membuat hidup manusia sederhana dan rendah hati.

Shadaqah yang ditunaikan dari sebagian harta terbaik, akan mendidik

seseorang menjadi pribadi yang rendah hati dan belajar hidup

bersahaja. Orang yang gemar bershadaqah berarti mengoptimalkan


40

keberadaan harta benda, menghindari hidup berfoya-foya, hura-hura,

boros sekaligus mubadzir.

Bershadaqah akan selalu mengingatkan manusia untuk hidup

hati-hati dalam mengelola harta benda dan menggunakannya secara

tepat dan berguna.

e. Bershadaqah bisa mengurangi cinta dunia dan menyiapkan kehidupan

akhirat. Harta benda bagi seorang pemberi shadaqah hanya sebagai

alat untuk mendukung keberhasilan akhirat, dan menggunakan harta

benda yang dititipkan kepada mereka untuk berbanyak-banyak

shadaqah.

f. Bershadaqah bisa menghindari gaya hidup bermegah-megahan dan

suka pamer. Banyak sekali contoh dalam kehidupan kita sehari-hari

kalau harta benda telah menipu mausia, mereka berlomba-lomba

menumpuk harta benda, tetapi tidak tahu bagaimana

memanfaatkannya untuk kebaikan sesama.

Terlalu banyak manusia yang menempatkan harta benda

sebagai simbol status sosial, kebanggaan pribadi dan keluarga,

sehingga terjebak dalam hidup bermegah-megahan. Gaya hidup

bermegah-megahan adalah gaya hidup yang tidak sehat. Gaya hidup

bermegah-megahan dapat memancing rasa iri hati, dengki, hasud, dan

merusak tatanan sosial.


41

Shadaqah akan mendidik seseorang untuk tidak hidup dalam

bermegah-megahan dan suka pamer, karena dengan shadaqah,

seseorang tidak hanya menumpuk harta benda tetapi menyisihkan

sebagian harta untuk dishadaqahkan kepada orang lain.

Orang yang gemar bershadaqah juga akan menjadi orang yang

rendah hati dan tidak suka pamer, karena shadaqah harus diiringi niat

ikhlas. Shadaqah karena popularitas, niat mendapatkan sanjungan dan

status sosial, keinginan untuk dipuja-puji, hanyalah akan mendapatkan

nista di sisi Allah SWT (Thobrani, 2008: 50).

1. Mukmin hakiki adalah mukmin yang bersegera

melaksanakan kebaikan, dengan cepat melaksanakan

amal shaleh dan menginfakkan sebagian rezeki yang

diberikan Allah. Abu Laits as-Samarqandi pernah

berkata “Bersedekahlah dengan harta sedikit atau

banyak. Sesungguhnya di dalam sedekah itu ada

sepuluh sifat terpuji, yang lima di dunia dan lima di

akhirat.”

Adapun lima sifat di dunia adalah :

a. Membersihkan harta.

b. Membersihkan badan dari dosa.

c. Menolak bala‟ dan sakit.


42

d. Memberi kebahagiaan kepada orang-orang miskin.

e. Dalam sedekah terdapat berkah pada harta dan

kelapangan rezeki ( Fahrur Mu’is, 2016 : 20-22).

Adapun lima sifat di akhirat, adalah sebagai berikut:

a. Menjadikan naungan bagi pemiliknya dari sengatan

panas.

b. Meringankan hisab.

c. Memberatkan timbangan kebaikan.

d. Selamat menyebrangi shirath.

e. Menambah derajat disurga.

Sedekah merupakan amalan yang disebutkan balasannya di dunia, baik

dalam al-Qur‟an maupun hadist. Sedekah dapat menjadi wasilah dalam

menyuburkan harta, mendapatkan kesembuhan dan menghapus kesalahan.

Sedekah memiliki keutamaan yang besar dan pahala yang melimpah di dunia

maupun di akhirat. Hal itu akan diperoleh oleh seseorang yang diberikan bimbingan

oleh Allah dan dikehendaki kebaikan kepadanya (Achmad Sunarto, 2015 : 10).

Adapun diantara keutamaan bersedekah yaitu:

1. Melindungi dari bencana

2. Menjadikan harta berkah dan berkembang

3. Melapangkan jalan ke surga, menyumbat jalan ke neraka

4. Sedekah dapat menyembuhkan penyakit.

Rasulullah saw.bersabda, “Obatilah penyakitmu dengan sedekah”.


43

5. Sedekah dapat menunda kematian dan memanjangkan umur, Rasulullah

saw bersabda, “Perbanyaklah sedekah sebab, sedekah bisa

memanjangkan umur”.

6. Mendapatkan pahala dan keutamaan 700 kebaikan, Allah berfirman dalam

Al-Qur’an yang Artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh)

orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa

dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir:

seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia

kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha

Mengetahui”(QS. al-Baqarah: 261).

7. Diberikan kemudahan dan jalan keluar oleh Allah.

8. Mendapatkan ketenangan dan kelapangan jiwa.

9. Sedekah dapat menutup kesalahan.

Allah menutupi aib orang yang berinfak dideunia dan di akhirat,

sedangkan orang kafir akan dibongkar aibnya didunia dan di akhirat (Gus

Arifin, 2011 : 209-210)

10. Sedekah mencegah kemalangan dan musibah.

Dalam kitab tanbihul gāfilῑnhal. 164 disebutkan bahwa al-faqih yaitu abu

laits as-samarqindi/pengarang kitab tanbihul gāfilῑn) berpesan agar kita

senantiasa bersedekah baik sedikit maupun banyak.


44

B. Perilaku Masyarakat

1. Pengertian Perilaku

Tindakan atau aktifitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai

bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian

tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktifitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat di

amati oleh pihak luar (notoatmojo, 2003),

Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak langsung. Secara operasional, perilaku diartikan suatu respons

organisme atau seseorang terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut.

Sedangkan masyarakat adalah makhluk sosial yang dalam hidupnya perlu

kawan dan bekerja sama dengan orang lain.

Adapun perilaku perilaku masyarakat yang dapat membedakan mereka

dengan yang lain ialah memiliki perilaku khusus, ciri-cirinya adalah:

a. Kepekaan Sosial

Kemampuan manusia untuk dapat meyelesaikan perilakunya sesuai

dengan pandangan dan harapan orang lain. Perilaku manusia adalah

situasional, yaitu perilaku manusia akan berbeda pada situasi yang

berbeda.

b. Kelangsungan Perilaku
45

Perilaku yang satu ada kaitannya degan perilaku yang lain, perilaku

sekarang adalah kelanjutan perilaku yag baru, lalu, dan seterusnya. Dalam

kata lain, bahwa perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan

secara serta merta.

Jadi, sebenarnya perilaku manusia tidak pernah berhenti pada suatu saat.

Perilaku pada masa lalu merupakan persiapan bagi perilaku kemudian dan

perilaku kemudian merupakan kelanjutan perilaku sebelumnya.

c. Orientasi pada tugas

Perilaku manusia memiliki orientasi pada suatu tugas tertentu. Perilaku

seseorang akan sangat sesuai dengan peran orangtua tersebut, kepada

masyarakat. Jika dalam masyarakat dia berperan sebagai pemimpin, maka

perilakunya akan sangat berbeda dengan yang dipimpin. Inilah yang

membedakan perilaku seseorang menurut tugas sesuai peran masing-

masing.

d. Usaha dan Perjuangan

Usaha dan perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri,

serta tidak akan memperjuagkan sesuatu yang memang tidak ingin

diperjuangkan. Jadi, sebenarnya manusia memiliki cita-cita yang ingin

diperjuanngkannya, sedangkan hewan hanya berjuang untuk mendapatkan

sesuatu yang sudah tersedia di alam.

e. Tiap-tiap manusia adalah individu yang unik


46

Unik disini mengadung arti bahwa manusia satu berbeda dengan manusia

yang lain dan tidak ada dua manusia yang sama persis di muka bumi ini,

walaupun ia dilahirkan kembar. Perbedaan pengalaman yang dialami

individu pada masa silam dan cita-citanya kelak dikemudian hari,

menentukan perilaku individu di masa kini yang berbeda-beda pula.

2. Pengertian Masyarakat

Masyarakat adalah kelompok atau himpunan orang-orang yang hidup

bersama dan terjalin satu sama lainnya sehingga menghasilkan kebudayaan.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

tertutup (atau semi terbuka), di mana sebagian besar interaksi adalah antara

individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat"

sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak yang artinya . Lebih

abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan

antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen

(saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan

untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas

yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat

dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan,

serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia

kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan. Masyarakat


47

sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata

pencaharian. (https://id.wikipedia.org /wiki/ Masyarakat akses 13 September

2018)

Masyarakat pada hakikatnya memiliki dua kepentingan, yaitu

kepentingan individu dan kepentingan bersama. Kepentingan individu

didasarkan manusia sebagai makhluk individu, karena pribadi manusia yang

ingin rnemenuhi kebutuhan pribadi. Kepentingan bersama didasarkan

manusia sebagai makhluk sosial yang ingin mernenuhi kebutuhan bersama.

Masyarakat sebagai makhluk sosial, hendaknya mendahulukan kepentingan

yang sifatnya kolektif daripada kepentingan individual. Namun, faktanya

masih terdapat dalam suatu masyarakat yang bersifat individual dengan

memilih pekerjaannya daripada menyalurkan bantuan untuk kepentingan

bersama. Telah menjadi kodrat dan fitrah manusia, bahwa manusia lahir

sebagai makhluk sosial yang senantiasa bergaul dan melakukan hubungan satu

sama lain. Sehingga terjadilah sistem bantu-membantu dan tolong menolong

demi untuk mengisi hidup dan kehidupan dalam berbagai aspek. Manusia

sebagai makhluk sosial memiliki dimensi sosial yang kuat. Sejak jaman nenek

moyang sampai sekarangpun tidak ada manusia yang hidup sendiri. Jaman

dahulu (Jaman Prasejarah) manusia hidup dalam kelompok-kelornpok kecil

untuk berlahan hidup. Mereka memang kerap berperan dengan kelompok lain

namun dalam tubuh kelompok tersebut mereka saling membangun

kepercayaan melalui hubungan sosial. Kelompok yang memiliki hubungan


48

sosial yang kuat biasanya menjadi kelompok yang besar dan kuat. Mereka

harus menjaga hubungan sosial bila ingin terus bertahan hidup, apabila tidak

berhubungan sosial maka mereka harus siap-siap disingkirkan. Sifat solider

bagian dari kehidupan manusia, manusia memang membutuhkan orang lain

dan cenderung hidup berkelompok. Saat ini kita dapat melihatnya dari

kelompok terkecil, keluarga, RT (rukun tetangga), RW (rukun warga),

kecamatan, kelurahan, kabupaten, provinsi, negara, dan masyarakat

tradisional, masyarakat nasional, bahkan masyarakat internasional. Faktanya,

manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari bantuan orang lain. Itu sebabnya

manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. (Naroko, 2007:17)

Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan sesama

manusia, bersosialisasi pada dasarnya merupakan proses penyesuaian diri

terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya seseorang hidup

di dalam kelompoknya, baik dalam kelompok kecil maupun kelompok

masyarakat secara luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak

ia iahir sampai meninggal dengan cara yang amat sederhana. Hubungan antara

sesama manusia akan tercipta serta terpelihara dengan baik, jika ada kesediaan

melebur sebagian keinginan individu demi tercapainya kepentingan bersama

yang didasarkan atas saling pengertian, harga-menghargai, saling

menghormati, serta menghargai pengorbanan. Tujuannya adalah

menghasilkan integrasi yang kukuh, mendorong kerja sama yang produktif

untuk mencapai sasaran bersama.


49

Adaptasi masyarakat diartikan sebagai suatu penyesuaian diri terhadap

lingkungan dan kondisi lingkungan masyarakatnya, manusia dalam proses

interaksinya menghasilkan keseimbangan yang dinamis antara kebutuhan

penduduk dan potensi lingkungannya yang dapat mengembangkan cipta, rasa,

dan karsanya sehingga terbentuklah suatu sistem gagasan, tindakan dalam

rangka kehidupan manusia atau masyarakat. Sebagaimana lazimnya

masyarakat desa yang lugu dan sederhana, yang beradaptasi kemudian

menciptakan suasana kekerabatan sebagai wujud solidaritas sosial dalam

kehidupannya.

Tenaga seorang manusia tidak akan dapat menahan tenaga seekor

binatang bisu manapun, terutama tenaga dari binatang-binatang buas. Manusia

pada umumnya tidak sanggup mempertahankan dirinya dari mereka secara

sendirian. Begitu pula tenaganya tiada akan cukup untuk mempergunakan

alat-alat pertahanan yang ada. Karena alat-alat semacam itu banyak sekali

adanya dan meminta banyak sekali usaha-usaha tangan dan benda-benda yang

diperlukan. Maka tak boleh tidak, amatlah perlu bagi manusia supaya

bergotong-royong sesamanya. Selama gotong-royong seperti itu tidak ada, ia

tidaklah akan memperoleh makanan atau santapan apapun, dan kehidupan

tidaklah memenuhi baginya, karena Allah SWT telah menciptakannya begitu

rupa sehingga ia berhajat pada makanan jika ia hendak hidup. (Ralibi dan

Khaldum, 1962:138)
50

Jiwa atau semangat gotong royong dapat diartikan sebagai peranan rela

atau kesediaan membantu sesama warga masyarakat, sikap yang mengandung

perhatian terhadap kebutuhan sesama warga masyarakat. Masyarakat serupa

itu misalnya, kebutuhan umum akan dinilai lebih tinggi dari kebutuhan

individu, kerja bakti untuk umum adalah suatu hal yang terpuji, dalam sistem

hukumnya hak-hak individu tidak diutamakan secara tajam dan sebagainya.

Lawan dari jiwa gotong royong adalah individualis, yaitu kebutuhan umum

akan dikalahkan oleh kebutuhan-kebutuhan individu, kerja bakti umum akan

dianggap tidak berguna, dalam sistem hukumnya hak-hak individu akan

dipertahankaan secara tajam, hasil kerja individu dinilai amat tinggi dan

sebagainya. (Suriyani, 13)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Perilaku atau sikap seseorang, adalah suatu respon atau reaksi seseorang

dari satu stimulus yag diberikan dan akan mendasari seseorang tersebut untuk

melakukan sesuatu atau menimbulkan sesuatu.

Adapun berikut adalah faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Masyarakat ialah:

a. Lingkungan

1) Rumah

Tingkah laku seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana

sikap-sikap orang yang berada di dalam rumah itu, melainkan juga


51

bagaimana sikap-sikap mereka dan bagaimana mereka mengadakan

atau melakukan hubungan-hubungan dengan orang-orang di luar

rumah.

2) Sekolah

Peran pranata pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian

anggota masyarakat agar menjadi warga yang baik dan unggul secara

intelektual. Peran guru sangat besar mempengaruhi pola pikir, perilaku

serta sikap peserta didik dalam membetuk kepribadiannya.

3) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap perilaku atau

sikap seseorang. Kondisi lingkungan pekerjaan yang nyaman, akan

membentuk sikap positif pada pekerjanya, begitu sebaliknya

lingkungan kerja yang tidak nyaman akan membentuk sikap negatif

pekerjanya.

b. Pengalaman

Apa yag telah dan sedang dialami seseorang, akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap simulasi sosial.

Pengalaman akan didapatkan dari pendidikan suatu instanssi, pernah

mengalami suatu kejadian dan pernah melihat pengalaman dari orang lain.

Pengalaman sangat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku atau

bersikap.

c. Pendidikan
52

Pendidikan bisa berupa pendidikan formal maupun nonformal.

Pembentukan perilaku serta sikap dan faktor yang berpengaruh terhadap

pembentukan perilaku seseorang sangat ditentukan oleh kepribadian,

intelegensia, dan minat seseorang. (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/

bitstream/123456789/24113/1/RUSMANTO-fkik.pdf akses 19 Agustus

2018)

4. Upaya Mewujudkan Mayarakat Berperilaku Baik

Warga negara yang baik merupakan warga negara yang cerdas dalam arti

bahwa mereka sadar akan hak dan kewajibannya di dalam suatu negara. Tidak

hanya cerdas semata maka harus disertai oleh beberapa sikap-sikap dan

perilaku yang mampu mendukung seseorang menjadi warga negara yang baik

untuk mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Aristoteles (Winarno, 2009:10) Karakteristik warga negara yang

baik adalah adanya “civic virtue” (keutamaan sipil) dalam dirinya.

Menurutnya ada 4 komponen civic virtue yaitu:

a) Temperance (kesederhanaan) termasuk self-control dan avoidance of

extremes.

b) Justice (keadilan)

c) Courage (keberanian atau keteguhan) termasuk patriotism

d) Wisdom or prudence (kebijaksanaan atau kesopanan) termasuk the

capacity for judgment.


53

Warga negara yang memiliki kualifikasi demikian akan menjadi warga

negara yang baik. Dia akan mampu memerintah secara baik dan juga ia dapat

diperintah secara baik pula. Sampai disitu akhirnya ia menyatakan warga

negara yang termasuk good citizen dan bad citizen. Good citizen juga berbeda

dengan good man. Good citizen amat ditentukan dari konstitusi.

Pembangunan nasional kita yang berhakikat bersasaran jangka panjang

untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh

masyarakat Indonesia adalah strategi pembangunan yang bersifat integralistik

kolosal, meliputi segala bidang kehidupan bangsa termasuk kehidupan

beragama.

Bangsa Indonesia berwatak sosialistik-religius bercita-cita meraih

kehidupan yang seimbang, serasi dan selaras antara kehidupan batiniah,

mental spiritual dengan kehidupan lahiriah, fisik material, dimana nilai-nilai

keagamaan menjadi dasar atau sumber motivasinya.

Tuntunan agama islam pada khususnya, sejak awal penyebarannya didunia

telah mengajak dan mendorong umat manusia agar bekerja keras mencari

kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat secara simultan.

Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam pada

khususnya antara lain adalah dehumanisasi pendidikan, netralisasi nilai-nilai

agama, atau upaya mengendalkan dan mengarahkan nilai-nilai tradisional

kepada suatu pemukiman yang Ilahi yang kokoh dan tahan banting, baik

dalam dimensi individual maupun social cultural. (Arifin, 1995:9)


54

Dikarenakan pembenturan antara nilai sekuler dan nilai absolutisme dari

Tuhan akibat rentangnya pola pikir manusia tekhnologis yang pragmatis-

relativistis inilai pendidikan islam harus hidup mengacu dan membuktikan

kemampuan canggihnya.

Oleh karena itu pendidikan beserta kelembagaannya sering harus

mengalami inovasi dan peka terhadap perubahan sosial, maka perencanaan

pendidikan harus mulai dari identifikasi kebutuhan, yaitu kebutuhan

perkembangan anak didik seirama dengan perkembangan masyarakat.

Namun dampak pada kita bahwa masa depan kehidupan umat manusia tetap

mengandalkan lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal sebagai

pusat-pusat pengembangan dan pengendalian kecenderungan manusia moder

menuju kearah optimism.. apalagi jika pendidikan itu dilandasi dengan nilai-

nilai moral agama. Oleh karena itu pendidikan masih tetap dipandang

potensial bagi pengembangan peradaban umat manusia jauh di masa depan

dilihat dari berbagai alasan sosiologis, psikologis, cultural dan tekhnologis.

(Arifin, 1995:14)

Pada segi-segi penggambaran masa depan di atas, sesungguhnya idealis

pendidikan agama islam dapat menjadi suatu kekuatan moral dan ideal bagi

upaya pembudayaan memanusiakan dan mengangamakan manusia kurun ultra

modern sesuai dengan peunjuk Al-Qur’an yang menyatakan anyata lain dalam

surah An-Nisaa’ ayat 9 yang berbunyi :


55

       


       
Terjemahan :

Olehnya itu, jika pendidikan islam berorientasi kepaa pola pikir bahwa

nilai-nilai islam yang mengandung potensi merubah potensi masa lampau ke

masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan, maka model pendidikan

islam menjadi bercorak penerealistik di mana nilai-nilai yang terbukti tahan

lama saja yang diinternalisasikan kedalam pribadi anak didik.

Penghayatan dan pengamalan keagamaan umat islam dalam masa dua atau

tiga dekade terakhir ini jauh lebih maju, semarak dan mantap dibandingkan

dengan masa sebelumnya atau dimasa orde lama. Betapapun masih ada

kekurangan dan hambatan, program pendidikan agama telah memberikan

hasil dan dampak positif bagi peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan

generasi muda sebagai bagian dari anggota masyarakat Indonesia dan umat

islam Indonesia umumnya dn umat islam secara khusus sebagai bagian dari

masyarakat Indonesia.

Sebagaimana dijelaskan bahwa dalam rangka untuk mengatasi tantangan

dan hambatan yang diakibatkan dampak ilmu pengetahuan dan teknologi baik

dari luar maupun dari dalam, maka pemerintah menggalakkan pesantren kilat

bagi semua siswa dan semua jenjang pendidikan juga digalakkan TPA dan

Majelis Ta’lim serta penempatan penyuluh-penyuluh agama honorer di setiap

desa dan kelurahan dan di tiap instansi adalah salah satu upaya pemerintah
56

untuk mengatasi dekadensi moral sehingga terwujud kualitas hidup

masyarakat yang aman dan tenteram di bawah naungan ridha Allah swt.

Sejalan dengan itu, maka peranan TPA dan Majelis Ta’lim adalah

merupakan wadah atau wahana dakwah islamiyah yang murni institusional

keagamaan. Sebagai institusi keagamaan islam, sistem majelis ta’lim adalah

built-in (melekat) pada agama islam itu sendiri.(Arifin, 1995:119)

Untuk itu, secara strategis majelis ta’lim itu adalah menjadi sarana dakwah

dan tabligh yang islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan

peningkatan kualitas hidup umat islam sesuai dengan tuntunan ajaran agama

islam. Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai petunjuk

jalan kearah kecerahan sikap islami yang membawa kepada kesehatan mental-

rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah di buminya sendiri, dalam

hal ini bagi umat islam Indonesia adalah bumi Indonesia yang sedang

membangun. Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim adalah

mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang

mental-spiritual keagamaan islam dalam rangka meningkatkan kualitas

hidupnya secara integral lahiriah dan batiniyah, duniawiyah dan ukhrawiah

bersamaan (simultan), sesuai tuntunan ajaran agama islam yaitu iman dan

takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya.

(Arifin, 1995:120)

Dengan dasar tersebut pendidikan islam yang diselenggarakan di tengah

masyarakat hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat


57

sehubungan dengan perkembangan zaman modern saat ini yang

mengharuskan kita semua untuk mengatasinya secara bersama-sama.

Olehnya itu, pendidikan islam sangat berperan di dalam meningkatkan

kualitas hidup masyarakat sebagaimana telah diuraikan di atas baik pada

masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Dengan dasar inilah

terbentuknya masyarakat Indonesia seutuhnya yang berkualitas unggul yakni

keseimbangan antara lahiriah dan batiniah serta antara jasmaniah dan

rohaniah.

Jadi dapat dikatakan bahwa agama dipandang sebagai tempat

berlindungnya nafsu-nafsu erotis yang dialihkan, sehingga dapat dikatakan

pula bahwa orang-orang yang beragama itu tiada lain hanyalah termasuk

orang yang melindungi dirinya karena tekanan nafsu-nafsu rendahnya ke

dalam tata cara hidup yang dirumuskan sebagai suatu penyelesaiannya.

Anda mungkin juga menyukai