Anda di halaman 1dari 14

AKAD IJARAH, WAKALAH,

HIBAH, DSB.
Ijarah (Sewa menyewa /upah mengupah)
• Ijarah diambil dari kata Ajr (Sabiq, 1977, 3: 177), artinya upah atau balasan.
Secara syara‟ ijarah adalah akad terhadap manfaat dengan adanya upah. Secara
lebih sederhana, ijarah adalah imbalan jasa atas manfaat yang diberikan
seseorang atau benda. Ijarah terdapat pada: a) Rumah, tanah, gedung, dan
sebagainya. b) Alat transportasi, seperti: mobil, bis, taksi, kapal laut, pesawat
terbang, dan sebagainya. c) Alat-alat rumah tangga, seperti: kursi, piring, dan
sebagainya. d) Tenaga manusia, seperti: upah, jasa, dan sebagainya.
• Pemilik yang menyewakan manfaat dinamakan mu‟jir (peminjam sewaan),
sedangkan pihak yang memberikan bayaran disebut musta‟jir. Sesuatu yang
diakadkan untuk diambil manfaatnya dinamakan ma‟jur. Sedangkan upah yang
diberikan karena diambil manfaatnya adalah ajr dan ujrah (upah). Ketika akad
ijarah berlangsung, maka musta‟jir memiliki hak untuk memanfaatkan. Dan pihak
yang menyewakan berhak memiliki upah, karena ijarah merupakan akad
mu‟âwadhah (tukar-menukar).
Hukum Ijarah
• Ijarah hukumnya boleh berdasarkan Al-Quran, Sunnah, dan Ijma.
• (QS. Al-Kahfi (18): 77).
• Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwasannya Rasulullah Saw.
bersabda: Berikanlah upah itu kepada pekerja sebelum kering
keringatnya. (HR. Ibnu Majah).
• Ibnul Mundzir menyebutkan adanya ijma‟ tentang kebolehannya, di
samping kebutuhan menghendaki demikian, karena kebutuhan
terhadap suatu manfaat seperti butuh kepada suatu barang.
Demikian juga sah menyewa manusia untuk mengerjakan
Rukun dan Syarat Ijarah
• Orang yang menyewakan dan penyewa, syaratnya: Masing-masingnya
disyaratkan harus berakal dan mumayyiz (bisa membedakan). Jika salah
satunya ada yang gila atau anak-anak belum mumayyiz, maka akad tidak
sah. Ulama madzhab Syafi‟i dan Hanbali menambahkan lagi syarat
berikutnya yaitu baligh. Oleh karenanya, tidak sah menurut mereka akad
anak-anak meskipun sudah tamyiz.
• Manfaat ijarah, syaratnya: 1) Dapat diketahui’ 2) Mubah (dibolehkan) untuk
dimanfaatkan; 3) Dapat diperhitungkan dengan jelas (upah berupa harta
bernilai yang ditentukan); (4) Dapat diberikan oleh pihak yang
menyewakan. (5) Dibatasi sesuai dengan perjanjian (waktunya ditentukan)
dan (6) Dapat diberikan oleh pihak yang menyewakan.
• Akad, disyaratkan ijab dan qabul dengan lafaz ijarah, kirâ‟ (sewa) dan kata-
kata yang muncul dari kedua kata itu dan semua lafaz yang menunjukkan
demikian
Batalnya Sewa Menyewa
• Pada dasarnya sewa menyewa dapat batal apabila:
1. Habis waktu sewa yang telah ditentukan. Meskipun salah satu pihak
meninggal dunia sebelum waktunya perjanjian, maka sewa
menyewa tidak batal, karena dapat berpindah kepada ahli waris.
2. Rusaknya barang atau benda yang disewakan sebelum diserahkan.
Apabila barang itu rusak pada penyewa, maka wajib menggantinya
sesuai dengan perjanjian (jika kerusakan itu disebabkan keteledoran
penyewa).
Hikmah Disyariatkannya Ijarah
• Ijarah disyariatkan karena kebutuhan manusia terhadapnya, mereka
butuh rumah untuk ditempati, butuh orang untuk melayani, butuh
hewan untuk ditumpangi dan mengangkut barang, butuh tanah untuk
ditanami dan beberapa alat untuk dipakai kebutuhan mereka
Ta’rif (Pengertian) dan Hukum Wakalah
• Wakalah artinya penyerahan seseorang kepada orang lain agar ia menggantikan posisinya
dalam hal-hal yang bisa diwakilkan.
• Hukum wakalah adalah masyru‟ (disyariatkan). Dalam Al-Quran disebutkan: Maka
suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang
perakmu ini, (QS. Al-Kahfi (81): 19). Juga firman Allah ta‟ala: Sesungguhnya zakat-zakat
itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat.
(QS. At-Taubah (9): 60). Dalam kedua ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta‟ala
membolehkan mewakilkan untuk mengurus sesuatu. Sedangkan dalam hadis, disebutkan
dari Urwah bin Ja‟d ia berkata, “Ditawarkan kepada Nabi shallallahu „alaihi wa sallam
barang-barang yang baru datang dari luar daerah, lalu Beliau memberiku satu dinar dan
bersabda, “Wahai Urwah, datangilah barang-barang itu dan belilah seekor kambing
untuk kita.” (HR. Bukhari).
• Kaum muslimin juga sepakat tentang bolehnya wakalah secara garis besar, karena
kebutuhan menghendaki hal itu. Bahkan wakaalah dianjurkan, karena termasuk
ta‟aawun „alal birri wat taqwa, (QS. Al-Maidah (5): 2). Rasulullah shallallahu „alaihi wa
sallam juga bersabda: “Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba tersebut
mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
Rukun Wakalah
• Wakalah merupakan salah satu akad yang sah jika terpenuhi rukunnya
yaitu ijab dan qabul, namun tidak disyaratkan untuk ijab dan qabul ini
memakai lafaz tertentu. Bahkan dianggap sah dengan semua yang
menunjukkan ijab dan qabul baik berupa ucapan maupun perbuatan.
Hibah
• Hibah (Sabiq, 1977, 3: 534) adalah pemberian harta kepada orang lain,
tanpa mengharapkan pamrih dan ingin menolong orang lain. Maka rasa iba
dan keinginan untuk menolong orang lain lebih dominan dibandingkan
kesadaran untuk memohon pahala dari Allah.
• Imam Malik meriwaatkan ucapan sahabat Abu Bakar ketika membatalkan
hibahnya kepada putri beliau tercinta Aisyah radhiyallahu „anha: “Wahai
putriku, tidak ada orang yang lebih aku cintai agar menjadi kaya dibanding
engkau dan sebaliknya tidak ada orang yang paling menjadikan aku
berduka bila ia ditimpa kemiskinan dibanding engkau. Sedangkan dahulu
aku pernah memberimu hasil panen sebanyak 20 wasaq (sekitar 3.180 Kg).
Bila pemberian ini telah engkau ambil, maka yang sudah tidak mengapa,
namun bila belum maka pemberianku itu sekarang aku tarik kembali
menjadi bagian dari harta warisan peninggalanku.”
Rukun dan Syarat Hibah
• Orang yang memberi, syaratnya: 1) Cakap bertindak sendiri (dewasa
dan berakal); 2) Atas kehendak sendiri (tidak ada paksaan); 3) Tidak
untuk maksud sia-sia atau pemborosan.
• Orang yang diberi, syaratnya: 1) Berhak memiliki; 2) Tidak sah kepada
anak yang masih berada dalam kandungan dan kepada binatang
karena keduanya tidak dapat memiliki.
• Ijab Qabul (serah terima).
• Barang yang diberikan, disyaratkan hendaknya barang yang mubah.
Sedekah
• Kata sedekah dalam banyak dalil memiliki makna yang sama dengan kata zakat,
sebagaimana disebutkan pada ayat berikut, yang artinya: “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka.” (QS. At-Taubah: 103). Dalam hadis yang shahih, Nabi bersabda: “Bila
anak Adam meninggal dunia maka seluruh pahala amalannya terputus, kecuali
pahala tiga amalan: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh
yang senantiasa mendoakan kebakan untuknya.” (HR. at-Tirmidzi dan lainnya).
• Berdasarkan hal ini, Imam Mawardi menyimpulkan: Sedekah adalah zakat dan
zakat adalah sedekah. Dua kata yang berbeda teksnya namun memiliki arti yang
sama. Dengan demikian sedekah mencakup yang wajib dan mencakup pula yang
sunah, asalkan bertujuan untuk mencari keridhaan Allah „Azza wa Jalla semata.
Walau demikian, dalam beberapa dalil, kata sedekah memiliki makna yang lebih
luas dari sekedar membayarkan sejumlah harta kepada orang lain. Sedekah
dalam beberapa dalil digunakan untuk menyebut segala bentuk amal baik yang
berguna bagi orang lain atau bahkan bagi diri sendiri.
Infak
• Kata infak dalam dalil-dalil Al-Quran dan Hadis memiliki makna yang cukup luas, karena
infak mencakup semua jenis pembelanjaan harta kekayaan. Allah Ta‟ala berfirman: “Dan
orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan
tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang
demikian.” (QS. Al-Furqan (25): 67).
• Hal serupa juga nampak dengan jelas pada sabda Nabi Saw. berikut: “Kelak pada hari
kiamat, kaki setiap anak Adam tidak akan bergeser dari hadapan Allah hingga ditanya
perihal lima hal: umurnya untuk apa ia habiskan, masa mudanya untuk apa ia lewatkan,
harta kekayaannya dari mana ia peroleh dan kemana ia infakkan (belanjakan) dan apa
yang ia lakukan dengan ilmunya.” (HR. At-Tirmidzi).
• Kemanapun dan untuk tujuan apapun, baik tujuan yang dibenarkan secara syariat
ataupun diharamkan, semuanya disebut dengan infak. Hal tersebut nampak pada ucapan
orang-orang munafik yang merencanakan kejahatan kepada Rasulullah dan para
sahabatnya, Allah ta‟ala berfirman: “Sesungguhnya orang-orang kafir menafkahkan
harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan
harta itu, kemudian menjadi penyesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. Dan
ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfal (1): 36).
• Oleh karena itu pada banyak dalil perintah untuk berinfak disertai dengan penjelasan
infak di jalan Allah, sebagaimana pada ayat berikut: “Dan infakkanlah/belanjakanlah
(harta bendamu) di jalan Allah.” (QS. Al-Baqarah (2): 195).
HADIAH
• Hadiah adalah suatu pemberian yang bertujuan untuk memuliakan
dan meningkatkan keeratan hubungan antara pemberi hadiah dan
penerima.
• Disamping itu sebagai bentuk penghargaan bagi yang menerima.
Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam mengartikan makna hadiah
dalam kehidupan masyarakat melalui sabdanya: “Hendaknya kalian
saling memberi hadiah niscaya kalian saling cinta mencintai.” (HR.
Bukhari).
Wakaf
• Wakaf menurut bahasa yaitu menahan (al-habsu). Menurut istilah,
menahan sesuatu benda yang kekal zatnya dan mengambil
manfaatnya untuk kebaikan.
Rukun Wakaf:
• Orang yang berwakaf;
• Orang yang berhak menerima hasil wakaf;
• Ijab dan Qabul;
• Benda yang diwakafkan.
Syarat Wakaf dilihat dalam Buku PAI Muamalah LSKPI UNISBA

Anda mungkin juga menyukai