Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diridhoi oleh Allah subhanahu wata’ala dan sebagai
rahmat bagi seluruh alam. Karena itu tolong menolong dalam kebaikan yang
diperintahkan dalam agama Islam yang mulia ini sebagai bukti bahwa Islam benar-
benar rahmatan lil ‘alamin. “Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.” (QS. A Maidah: 2)
“Dari Abu Hurairah, Abdullah Ibn Umar, dan Siti Aisyah Rodhiyallohu’anhuma
bahwa RasulullahSholallohu’alaihi Wasallam bersabda, saling memberi hadiahlah
kamu semua (maka) kamu akan saling mencintai.” (HR. Bukhori). Banyak sekali
istilah yang digunakan ketika seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain,
seperti hibah, sedekah, hadiah, bonus, kado, bingkisan atau yang lainnya sesuai
dengan kondisi, situasi, momen, dan evennya. Dalam makalah ini insyaAlloh akan
dibahas secara singkat namun padat tentang permasalahan waqaf, hibah, sedekah,
dan hadiah yang termasuk bagian dari perkara penting dalam urusan fiqih.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana yang dimaksud dengan wakaf?
2. Bagaimana yang dimaksud dengan wasiat?
3. Bagaimana yang dimaksud dengan hibah?
4. Bagaimana yang dimaksud dengan Sedekah?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Wakaf
1. Definisi Wakaf
Secara etimologis, istilah wakaf berasal dari kata waqf, bisa bermakna habs
(menahan). Istilah waqaf sendiri diturunkan dari kata waqafa-yaqifu-yaqfan, artinya
sama dengan hasa-yahbisu-habsan (menahan). Dalam syariat, waqaf bermakna
menahan pokok dan mendermakan buah, atau dengan kata lain menahan harta dan
mengalirkan manfaat-manfaatnya di jalan Allah.
Menurut Imam Nawawi, wakaf adalah menahan harta yang dapat diambil
manfaatnya bukan untuk dirinya, sementara benda itu tetap ada. Harta wakaf
digunakan manfaatnya untuk kebaikan dan mendekatkan diri pada Allah SWT1
Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, Pasal 1 ayat 1,
yang disebut wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau
untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’at. Wakaf adalah menahan sesuatu
benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.
2. Landasan pensyariatan wakaf
Allah telah mensyariatkan wakaf, menganjurkannya dan menjadikannya sebagai
salah satu ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.2
a. Al-Qur’an
QS. al Hajj : 77.
(٧٧ : ‫ )الحج‬.‫نواوفنعحلوا اولنخوينر لننعللحكوم تحوفللححوونن‬....
Artinya: “...dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.
QS. Ali Imran: 92
(٩٢ : ‫ )آل عمران‬....‫لنون تننناَّحلوا اولبللر نحلتىَّ تحونفلقحووا لملماَّ تحنحبَبوونن‬

1 Dardjad Zakiah.,Ilmu Fiqh jilid 3. Yogyakarta, 1995. Hlm: 168-174.


2 Ibid., Hlm: 168-174.

2
Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai...”.
b. Hadist
‫طللنع نعونللهح نعنملحللهح إللل‬
‫ت انللوننسللاَّحن الونقن ن‬ ‫نعون أنلبي هحنروينرةن رضي ا عنه أنلن نرحسونل ن ل‬
‫ ) إلنذا نماَّ ن‬: ‫ال صلىَّ ا عليه وسلم قناَّنل‬
( ‫ح ينودحعو لنهح‬ ‫ِ أنوو نولنحد ن‬،‫ِ أنوو لعولحم يحونتنفنحع بلله‬، ‫صندقنحة نجاَّلرينحة‬
‫صاَّلن ح‬ ‫لمون ثنلن ح‬
‫ ن‬:‫ث‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila ada orang meninggal dunia terputuslah
amalnya kecuali dari tiga hal, yaitu: Sedekah jariyah (yang mengalir), atau ilmu
yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakan untuknya.” (HR. Muslim)
3. Rukun dan Syarat Wakaf
a. Rukun Wakaf
1) Waqif (pemberi wakaf),
2) Mauquf (harta yang diwakafkan) pada permulaan wakaf diisyaratkan pada
zaman Rasulullah maka sifat-sifat harta yang diwakafkan haruslah yang tahan
lama dan bermanfaat seperti tanah dan kebun.
3) Mauquf ‘alaih (pihak yang diberi wakaf/ peruntukan wakaf)
4) Shighat/ Ikrar wakaf
b. Syarat-Syarat Wakaf
1) Untuk Selama-lamanya merupakan syarat sahnya amalan wakaf, berarti tidak
dibatasi dengan waktu.
2) Tidak boleh dicabut bila dalam melakukan wakaf telah sah maka pernyataan
itu tidak boleh dicabut.
3) Pemilikan wakaf tidak boleh dipindahtangankan, dengan terjadinya wakaf
maka sejak itu harta wakaf telah menjadi milik Allah SWT dan tidak boleh
dipindahtangankan kepada siapapun dan wajib dilindungi.
4) Setiap wakaf harus sesuai dengan tujuan wakaf pada umumnya, tidak sah
wakaf bila tujuannya tidak sesuai atau bertentangan dengan ajaran agama
islam.

3
B. Wasiat
1. Pengertian
Kata wasiat berasal dari washaya yang artinya orang yang berwasiat
menghubungkan harta bendanya waktu hidup dengan sesudah mati. Menurut
Taqiyuddin artinya pembelanjaan harta dengan khusus sesudah mati. Menurut
Zainuddin Ali, wasiat ialah penyerahan hak atas harta tertentu dari seseorang kepada
orang lain secara sukarela yang pelaksanaanya ditangguhkan hingga pemilik harta
meninggal dunia.3
Istilah “wasiat” diambil dari wadhaitu-ushi asy-sya’i (aku menyambung
sesuatu). Orang yang berwasiat menyambung apa yang ada di dalam hidupnya
setelah kematiannya. Dalam syariat, wasiat adalah penghibahan benda, piutang, atau
manfaat oleh seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang yang diberi
wasiat memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang berwasiat. Sebagian
ulama mendefinisikan wasiat sebagai pemberian kepemilikan yang disandarkan
kepada masa setelah kematian melalui derma.
2. Hukum Wasiat
Hukum wasiat adalah sunat. Akan tetapi, ada pula para ulama yang berbeda
pendapat tentang hukum wasiat tersebut. Ibnu Hazm al-Andalusia berpendapat
bahwa wasiat itu wajib bagi setiap yang akan meninggal dunia dan meninggalkan
harta peninggalan, baik sedikit atau banyak. Menurut Sayyid Sabiq hukum wasiat ada
beberapa macam, yaitu :
a. Wajib
Wasiat itu wajib dalam keadaan jika manusia mempunyai kewajiban syara’
yang dikhawatirkan akan disia-siakan bila ia tidak berwasiat, seperti adanya titipan,
hutang kepada Allah dan hutang kepada manusia.
b. Sunnah
Wasiat itu disunnahkan bila diperuntukkan bagi kebajikan, karib kerabat,
orang-orang fakir dan orang-orang shaleh.

3 Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjend Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama


RI,2007,Fiqih Wakaf, Jakarta: Depag RI,hlm.46

4
c. Haram
Wasiat itu diharamkan jika ia merugikan ahli warits. Wasiat yang maksudnya
merugikan ahli warits seperti ini adalah batil sekalipun wasiat itu mencapai sepertiga
harta. Diharamkan juga mewasiatkan khamar, membangun gereja atau tempat
hiburan.
d. Makruh
Wasiat itu makruh jika orang yang fasik jika diketahui atau diduga keras
bahwa mereka akan menggunakan harta itu didalam kefasikan dan kerusakan.
e. Jaiz
Wasiat diperbolehkan bila ia ditujukan kepada orang kaya, baik orang yang
diwasiati itu kerabat ataupun orang jauh (bukan kerabat).
3. Dasar Hukum Wasiat
a. Al-Qur’an

‫صيلةح للولنواللندوينلنوالنوقنربلوينن بلاَّولنموعحروو ل‬


َّ‫ف نحققاَّ نعلنللى‬ ‫ك نخويقرا أولنو ل‬ ‫ضنر أننحندحكوم أولنموو ن‬
‫ت إلون تننر ن‬ ‫ب نعلنويحكوم إلنذا نح ن‬
‫حكتل ن‬
[ ١٨٠ : ‫اولحمتلقلوينن ] البقرة‬
Artinya : “Diwajibkan pada kalian semua, apabila kematian telah tiba,
( dan meninggalkan harta yang cukup), untuk menyampaikan pesan wasiat kepada
kedua orang tua, dan kerabat dekat dengan baik dan bijaksana. Semua itu
merupakan hak bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah : 180)
b. Hadits
Adapun hadits tentang wasiat ini, dalam kitab Bulughul Maram dijelaskan
bahwasanya :
‫ ) إللن ن ل‬: ‫ال صلىَّ ا عليه وسلم ينقحللوحل‬
‫انلل‬ ‫ت نرحسونل ن ل‬ ‫نَنونعون أنلبي أحنماَّنمةن انولبناَّلهلليي رضي ا عنه نسلموع ح‬
‫ نونحلسللننهح‬, ‫ي‬‫ نواولنوربننعللةح إللل النلنسللاَّئل ل‬, ‫ث ( نرنواهح أنوحنمللحد‬ ‫ فننل نو ل‬, ‫ق نحقلهح‬
‫صلليلةن للللنوالر ح‬ ‫قنود أنوع ن‬
‫طىَّ حكلل لذيِ نح ق‬
‫ نواوبحن انولنجاَّحرولد‬, ‫ نوقنلواهح الوبحن حخنزوينمةن‬, ِ‫ي‬
َ‫أنوحنمحد نونالتيورلملذ ب‬
Artinya : Abu Umamah Al-Bahily ra. Berkata : aku mendengar Rasulullah bersabda:
“sesungguhnya allah telah memberi hak kepada tiap-tiap yang berhak dan tidak ada
wasiat untuk ahli waris.” (HR. Ahmad dan Imam Empat kecuali Nasa’i. Hadits
hasan menurut Ahmad dan Tirmidzi, dandikuatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu
Al-Jarud).

5
C. Hibah
1. Pengertian
Kata ‘hibah’ berasal dari kata hubuh ar-rih (embusan angin). Dan kata ini
digunakan untuk menunjukkan pemberian dan kebajikan kepada orang lain, baik
dengan harta maupun lainnya. Sementara itu menurut syariat, hibah adalah akad
yang berisi pemberian sesuatu oleh seseorang atas hartanya kepada orang lain ketika
dia masih hidup, tanpa penukar. Sedangkan hibah menurut istilah adalah akad yang
pokok persoalannya, pemberian harta milik orang lain di waktu ia masih hidup tanpa
imbalan. 4
Jika sesorang hanya mengizinkan orang lain untuk memanfaatkan hartanya, dan
tidak memberikan harta itu kepadanya, maka itu bukan hibah melainkan
peminjaman. Jika pemberian itu dilakukan ketika dia masih hidup, tetapi baru
dilakukan setelah yang memberikan harta itu meninggal, maka itu disebut wasiat.
Adapun hibah dengan makna umum mencakup hal-hal berikut ini:
a. Ibra’ (penghapusan utang) yaitu penghibahan utang kepada orang yang
berhutang.
b. Sedekah yaitu penghibahan sesuatu yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pahala di akhirat.
c. Hadiah yaitu penghibahan sesuatu yang harus diberikan penukarnya oleh
orang yang diberi hibah.5
2. Landasan Hibah
a. “Tolong menolonglah kamu sekalian atas kebaikan dan takwa dan janganlah
kamu sekalian tolong menolong atas sesuatu dosa dan permusuhan”. (Q.S Al –
Maidah : 2)
b. “Dan meberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak orang
miskin, musyafir ( yang memerlukan pertolongan), dan orangorang yang
meminta”. (Q.S. Al – Baqarah : 17)

4 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, juz III, Beirut: Dar Al-Fikir, 1992, hlm. 388.
5 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah…, hlm. 449-450

6
c. Rasulallah bersabda, artinya :
“Dari Abi Hurrairah dari Nabi Muhammad SAW bersabda : saling memberi
hadialah kamu sekalian niscaya kamu akan mencintai”. (HR. Al – Bukhari)
3. Rukun Hibah
Hibah dilakukan dengan ijab dan kabul, dengan perkataan yang menunjukkan
adanya proses pemberian suatu barang tanpa penukar. Misalnya, orang yang berhibah
berkata, “aku telah menhibahkan kepadamu, atau aku telah menhadiahkan kepadamu,
atau aku telah memberikana kepadamu,” dan sejenisnya. Dan si penerima berkata,
“aku telah menerima.”
Malik dan Syafi’i mengharuskan adanya kabul dalam hibah. Sebagian ulama
dari mazhab Hanafi berpendapat, ijab saja sudah cukup. Sementara itu, ulama
mazhab Hnbali mengatakan bahwa hibah cukup dilakukan dengan penyerahan dan
pemberian. Nabi saw. biasa memberi dan diberi hadiah, begitu pula dengan sahabat-
sahabat beliau. Dan mereka tidak mensyaratkan ijab dan kabul, atau
sejenisnya.6 Adapun yang menjadi rukun hibah:
a. Wahib (Pemberi) Wahib adalah pemberi hibah, yang menghibahkan barang
miliknya kepada orang lain.
b. Mauhub lah (Penerima hibah) adalah seluruh manusia dalam arti orang yang
menerima hibah.
c. Mauhub adalah barang yang di hibahkan.
d. Shighat (Ijab dan Qabul) .
4. Syarat Hibah
a. Syarat orang yang berhibah
1) Merupakan pemilik barang yang dihibahkan.
2) Tidak dilarang untuk membelanjakan hartanya dengan salah satu dari
sebab-sebab pelarangan.
3) Memiliki kebebasan kehendak, karena hibah adalah akad di man keridhaan
adalah syarat keabsahannya.
b. Syarat orang yang diberi hibah

6 Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah…, hlm. 449-450

7
Orang yang diberi hibah disyaratkan benar-benar ada ketika hibah diberikan.
Jika dia sama sekali tidak ada atau baru dianggap ada misalnya dia masih berbentuk
janin maka hibah tersebut tidak sah. Jika orang yang diberi hibah telah ada ketika
hibah diberikan, tapi dia masih kecil atau gila maka hibah diterima oleh walinya atau
orang yang merawatnya.
c. Syarat barang yang dihibahkan
1) Barangnya benar-benar ada.
2) Merupakan harta yang memiliki nilai.
3) Bisa dimiliki. Artinya, kepemilikan berlaku atau barang yang dihibahkan
dan kepemilikannya bisa dipindahkan dari satu ke tangan yang lain. Karena
itu, tidak sah menghibahkan air di sungai, ikaan di laut, burung di udara,
atau masjid dan mushola.
4) Tidak menempel dengan harta orang yang berhibah secara tetap, seperti
tanaman, pohon, dan bangunan tanpa tanah. Barang yang dihibahkan harus
bisa dipisahkan dan diserahkan agar bisa dimiliki oleh orang yang diberi
hibah.
5) Merupakan milik pribadi. Artinya, barang yang dihibahkan bukanlah milik
bersama. Sebagaiman dalam penggadaian, serah terima barang tersebut
tidak sah kecuali jika ia adalah milik pribadi. Sementara itu, Malik, Syafi’i,
Ahmad, dan Abu Tsaur tidak mensyaratkan hal ini. Mereka berpendapat,
barang milik bersama yang belum dibagikan boleh dihibahkan.

D. Sedekah
Definisi Shadaqah (transliterasi: shadaqah) adalah pemberian seorang Muslim
kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah
tertentu. Shadaqah lebih luas dari sekedar zakat maupun infak. Karena shadaqahtidak
hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta. Namun sedekah mencakup
segala amal atau perbuatan baik.
Secara harfiyah, sedekah berasal dari kata shadaqa yang artinya
benar. Shadaqahadalah pemberian atau perlakukan dari seorang muslim kepada orang
lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlahnya sebagai bentuk

8
kebajikan dalam rangka mengharap ridha Allah SWT. Dari penjelasan seperti ini,
shadaqah dapat kita pahami sebagai bukti kebenaran iman dalam berbagai bentuk
perbuatan baik, hal ini karena iman harus selalu dibuktikan dengan amal shaleh atau
amal yang baik sehingga setiap kebaikan yang dilakukan seorang muslim
adalah shadaqah, Rasulullah saw. bersabda:
“Tiap perbuatan baik adalah sedekah”7
Adapun anjuran yang lebih terperinci adalah sebagai berikut :
a. Ikhlas dalam bershadaqah
Ikhlas merupakan salah satu fondasi dari amal ibadah. Ibadah seseorang
mempunyai nilai di sisi Allah SWT atau tidak tergantung pada tingkat keikhlasannya.
Jika ada seseorang yang bershadaqah hanya ingin mendapat pujian dari orang, maka
pahala yang di dapatkan hanyalah pengakuan dari orang tersebut. Padahal shadaqah
tidak hanya berdiri di atas nilai sosial yang berhubungan dengan manusia, namun
juga selalu bertautan dengan Dzat Yang Maha Kuasa.
 Memulai dari yang terdekat
Bershadaqah bisa di berikan kepada siapa saja yang membutuhkan. Namun yang
lebih utama adalah memulai dari yang terdekat, seperti orang tua, yatim piatu,
tetangga, pengemis, dan orang tua renta yang sangat membutuhkan pertolongan.8
 Bershadaqah dengan harta yang halal
Perkara yang penting harus di perhatikan dalam bershadaqah adalah sumber
hartanya itu sendiri. Jika sumber shadaqah bersal dari sesuatu yang tidak halal, maka
bisa menjadikan shadaqah tidak ada artinya. Jadi bershadaqahlah dengan harta yang
halal tidak hanya menjadi anjuran, namun juga menjadi kewajiban yang harus di
lakukan apabila ingin shadaqah kita bernilai. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda:
“Tidak akan di terima shalat tanpa thaharah(bersuci), dan tidak akan pula di terima
shadaqah dari harta curian(ghukul)”

7 Priyo Suyogi,Kuak Rahasia Di Balik Ayat-Ayat Cinta Shadaqah,(Yogyakarta,Diva


Press:2012)hal 19
8 Najamudin Muhammad,Pantangan Dan Anjuran Dalam Bershadaqah Agar Shadaqahmu
Berbuah Kekayaan,(Yogyakarta,Safirah:2012), hal 30

9
 Shadaqah semampunya
Shadaqah tidak harus selalu dengan harta apabila memang dalam kondisi tidak
punya. Jika shadaqah selalu identik dengan harta, tentu bagi orang yang tidak
memiliki harta, atau bahkan dalam kondisi yang pas-pasan, tentu tidak mempunyai
kesempatan untuk bershadaqah. Rasulullah SAW pernah menggambarkan bahwa
setiap tasbih, tahlil, dan tahmid adalah shadaqah.9
Macam shodaqoh non materi lainnya misalnya menyingkirkan rintangan di jalan,
Rasulullah saw. bersabda:
”Engkau menyingkirkan batu, duri dan tulang dari tengah jalan itu adalah sedekah
bagimu”.
menuntun orang yang buta, memberikan senyuman manis kepada saudaranya,
Rasulullah saw. bersabda:

‫صقدققةة‬ ‫قتقبسسمُّم قك خفىِ قويجخه أقخخيي ق‬


‫ك لققك ق‬
“Senyummu di muka saudaramu adalah sedekah bagimu”.
dan masih banyak lagi.
Dan di jelaskan bahwa sedekah yang paling Agung pahalanya dan di mulyakan
Allah ialah memperbaiki hubungan antar sesama, baik sesama muslim, sesama
manusia ataupun sesama mahkluk Allah. 10

9 Najamuddin,Pantangan Bershadaqah…,hal 50
10 Fayet Maulana,Keajaiban Sedekah(Jombang,lintas Media:2009), hal 22

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam syariat, waqaf bermakna menahan pokok dan mendermakan buah, atau
dengan kata lain menahan harta dan mengalirkan manfaat-manfaatnya di jalan
Allah.
2. Dalam syariat, wasiat adalah penghibahan benda, piutang, atau manfaat oleh
seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang yang diberi
wasiat memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang berwasiat.
3. Menurut syariat, hibah adalah akad yang berisi pemberian sesuatu oleh
seseorang atas hartanya kepada orang lain ketika dia masih hidup, tanpa
penukar.
4. Shadaqahadalah pemberian atau perlakukan dari seorang muslim kepada
orang lain secara sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlahnya sebagai
bentuk kebajikan dalam rangka mengharap ridha Allah SWT.

B. Saran
Sebagai penulis kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dalam pembuatannya. Untuk itu kami memohon maaf apabila ada
kesalahan dan kami sangat mengharap kritik yang membangun dari pembaca
agar kemudian pembuatan makalah kami semakin lebih baik. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya, dan bagi kita semua
pada khususnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dardjad Zakiah.,Ilmu Fiqh jilid 3. Yogyakarta, 1995. Hlm: 168-174.


Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjend Bimbingan Masyarakat Islam Departemen
Agama RI,2007,Fiqih Wakaf, Jakarta: Depag RI,hlm.46
Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, juz III, Beirut: Dar Al-Fikir, 1992, hlm. 388.
Priyo Suyogi,Kuak Rahasia Di Balik Ayat-Ayat Cinta Shadaqah,(Yogyakarta,Diva
Press:2012)hal 19
Najamudin Muhammad,Pantangan Dan Anjuran Dalam Bershadaqah
Agar Shadaqahmu Berbuah Kekayaan,(Yogyakarta,Safirah:2012), hal 30
Fayet Maulana,Keajaiban Sedekah(Jombang,lintas Media:2009), hal 22

12

Anda mungkin juga menyukai