Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Islam adalah agama yang mengatur segala aspek kehidupan manusia
dimuka bumi ini baik itu tentang masalah besar dan maupun masalah yang kecil.
Salah satu yang diajarkan dalam agama islam tentang ketentuan dalam zakat,
infaq, sedekah, wakaf dan wasiat. Secara umum masyarakat saat ini masih
menganggap zakat, infaq, sedekah, wakaf dan wasiat adalah hal yang intinya
sama. Namun apakah sebenarnya persamaan dan perbedaan antara zakat, infaq,
sedekah, wakaf dan wasiat untuk itu dalam makalah ini kami berkeinginan untuk
mendefinisikannya secara lebih rinci.

B.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan dari shedeqah, infaq, wakaf dan wasiat?
2. Bagaimana tata cara infaq, sedekah, wakaf dan wasiat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian zakat, infaq, sedekah, wakaf dan wasiat.
2. Untuk memahami tata cara zakat, infaq, sedekah, wakaf dan wasiat.
D.

Sistematika Penulisan
Dalam penulisan makalah ini kami sajikan dalam bentuk bab. Serta tiap bab
terdapat bagian atau sub-sub sebagai penjabaran dari pokok bahasan tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN
A. ZAKAT
a. Pengertian dan Dasar Hukum Zakat
Zakat adalah memberikan harta yang telah mencapai nisab dan haul
kepada orang yang berhak menerimanya dengan syarat-syarat tertentu. Nisab
adalah ukuran tertentu dari harta yang dimiliki yang mewajibkan dikeluarkannya
zakat, sedangkan haul adalah berjalan genap satu tahun. Zakat juga berarti
kebersihan, setiap pemeluk Islam yang mempunyai harta cukup banyaknya
menurut ketentuan (nisab) zakat, wajiblah membersihkan hartanya itu dengan
mengeluarkan zakatnya.
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka yang berarti berkah,
tumbuh, bersih, dan baik. Segala sesuatu yang bertambah disebut zakat. Menurut
istilah fiqih zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk
diserahkan

kepada

muzakki,sedangkan

yang
orang

berhak.

Orang

yang

berhak

yang

wajib

menerima

zakat

disebut

zakat

disebut

mustahiq.Zakat merupakan pengikat solidaritas dalam masyarakat dan


mendidik jiwa untuk mengalahkan kelemahan dan mempraktikan pengorbanan
diri serta kemurahan hati. Di dalam Alquran Allah telah berfirman sebagai berikut:
Dan Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala-Nya pada sisi Allah.
Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. Q.S. AlBaqarah, 2:110
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Q.S. At-Taubah, 9:60.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui. Q. S. At-Taubah, 9:103.
Adapun hadits yang dipergunakan dasar hukum diwajibkannya zakat
antara lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas berikut:
Dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muaz ke Yaman, ia
bersabda: Sesungguhnya engkau akan datang ke satu kaum dari Ahli Kitab, oleh
karena itu ajaklah mereka untuk bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah,
dan sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Kemudian jika mereka taat
kepadamu untuk ajakan itu, maka beritahukannlah kepada mereka, bahwa Allah
telah mewajibkan kepada mereka atas mereka salat lima kali sehari semalam;
lalu jika mereka mentaatimu untuk ajakan itu, maka beritahukanlah kepada
mereka, bahwa Allah telah mewajibkan zakat atas mereka, yang diambil dari
orang-orang kaya mereka; kemudian jika mereka taat kepadamu untuk ajakan itu,
maka berhati-hatilah kamu terhadap kehormatan harta-harta mereka, dan
takutlah terhadap doa orang yang teraniaya, karena sesungguhnya antara doa itu
dan Allah tidak hijab (pembatas).
Adapun harta-harta yang wajib dizakati itu adalah sebagai berikut:
1. Harta yang berharga, seperti emas dan perak.
2. Hasil tanaman dan tumbuh-tumbuhan, seperti padi, gandum, kurma, anggur.
3. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, dan domba.
4. Harta perdagangan.
5. Harta galian termasuk juga harta rikaz.
Adapun orang yang berhak menerima zakat adalah:
1. Fakir, ialah orang yang tidak mempunyai dan tidak pula berusaha.
2.

Miskin, ialah orang yang tidak cukup penghidupannya dengan pendapatannya


sehingga ia selalu dalam keadaan kekurangan.

3.

Amil, ialah orang yang pekerjaannya mengurus dan mengumpulkan zakat


untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerimanya.

4. Muallaf, ialah orang yang baru masuk Islam yang masih lemah imannya, diberi
zakat agar menambah kekuatan hatinya dan tetap mempelajari agama Islam.
5. Riqab, ialah hamba sahaya atau budak belian yang diberi kebebasan berusaha
untuk menebus dirinya agar menjadi orang merdeka.
6. Gharim, ialah orang yang berhutang yang tidak ada kesanggupan
membayarnya.
7.

Fi sabilillah, ialah orang yang berjuang di jalan Allah demi menegakkan Islam.
3

8. Ibnussabil, ialah orang yang kehabisan biaya atau perbekalan dalam perjalanan
yang bermaksud baik (bukan untuk maksiat).
b.

Hikmah Zakat
Apabila prinsip-prinsip pengelolaan dan tujuan pengelolaan zakat

dilaksanakan dipegang oleh amil zakat baik itu berupa badan atau lembaga, dan
zakat, infak, dan sedekah dikelola dengan manajemen modern dengan tetap
menerapkan empat fungsi standar manajemen, tampaknya sasaran zakat, infak
maupun sedekah akan tercapai.
Zakat memiliki hikmah yang besar, bagi muzakki, mustahik, maupun bagi
masyarakat muslim pada umumnya. Bagi muzakki zakat berarti mendidik jiwa
manusia untuk suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat kikir, sombong
dan angkuh yang biasanya menyertai pemilikan harta yang banyak dan berlebih.
Bagi mustahik, zakat memberikan harapan akan adanya perubahan nasib dan
sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki dan suudzan terhadap orang-orang kaya,
sehingga jurang pemisah antara si kaya dan si miskin dapat dihilangkan.
Bagi masyarakat muslim, melalui zakat akan terdapat pemerataan pendapatan dan
pemilikan harta di kalangan umat Islam. Sedangkan dalam tata masyarakat
muslim tidak terjadi monopoli, melainkan sistim ekonomi yang menekankan
kepada mekanisme kerja sama dan tolong-menolong.

B. INFAQ
a.

Pengertian Infaq
Secara lughawi (etimologis) infaq berasal dari akar kata n-f-q yang

berarti membelanjankan harta.


Dalam istilah fiqih infaq (infak) adalah mengeluarkan atau membelanjakan harta
yang baik untuk perkara ibadah (mendapat pahala) atau perkara yang dibolehkan.
Dari pengertian di atas, maka menafkahi anak istri termasuk daripada infaq.
Infaq secara hukum terbagi menjadi: (a) Infaq mubah; (b) infaq wajib; (c) infaq
haram; (d) infaq sunnah.
a) Infaq Mubah
4

Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang, bercocok tanam


seperti tersebut dalam QS Al-Kahfi 18:43

b)

Infaq Wajib

Mengeluarkan harta untuk perkara wajib seperti :


(i) membayar mahar (maskawin) seperti disebut dalam QS AlMumtahanah :10 . . ..
..
(ii) menafkahi istri (QS An-Nisa 4:34
. .
) .

(iii) Menafkahi istri yang ditalak dan masih dalam keadaan iddah
(QS

At-Talaq

65:6-7)
.

.
. .

.



Artinya: Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu


bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu
menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika
mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka
berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian
jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah
kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka
perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya.
c)
Infaq Haram
Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu:
(i) Infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam. QS Al-Anfal
8:36 . .
. .
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta
mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan
menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan
mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam Jahannamlah orang-orang yang
kafir

itu

dikumpulkan,

(ii) Infaq-nya orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah.
5

.
. .
QS An-Nisa' 4:38 .

Artinya: Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta mereka
karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang tidak beriman
kepada Allah dan kepada hari kemudian. Barangsiapa yang mengambil
syaitan itu menjadi temannya, maka syaitan itu adalah teman yang
seburuk-buruknya.
d)
Infaq Sunnah
Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah. Infaq tipe ini ada (dua) macam
yaitu :
(i) infaq untuk jihad QS Al-Anfal:60.
(ii) infaq kepada yang membutuhkan.

b.

Hikmah Infaq
1)
Untuk mengangakat kehidupan orang-orang yang fakir untuk
2)

hidup yang layak


Supaya tidak nampak perbedaan yang terlalu mencolok antara si
kaya dan si miskin dan ternyata kemiskinan itu sangat berbahaya,

3)

karena agama juga bisa terjual.


Kehidupan dalam masyarakat tanpa ada yang berinfaq yang kaya
boros yang miskin hampir menjual agamanya, akan ada revolusi
kelaparan yaitu orang-orang yang miskin akan berontak, harta

C.

bukan hanya keliling kepada orang-orang yang kaya saja.


SEDEKAH
a. Pengertian Sedekah.
Sedangkan Sedekah secara bahasa berasal dari akar kata (shodaqa) yang

terdiri dari tiga huruf : Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang benar atau jujur.
Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah.
6

Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti kejujuran
atau kebenaran iman seseorang. Maka Rasulullah menyebut sedekah sebagai
burhan (bukti), sebagaimana sabdanya :
- . : - -
-
. : -


.

.



.
Dari Abu Malik Al harits Bin Ashim Al as'ariy ra.. ia berkata: Rasulullah saw
bersabda: "Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat
memenuhi timbangan, Subhanallah dan Alhamdulillah dapat memenuhi semua
yang ada diantara langit dan bumi, salat adalah cahaya, sedekah itu adalah
bukti iman, sabar adalah pelita dan AlQuran untuk berhujjah terhadap yang
kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu
pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya dan ada pula
yang membinasakan dirinya. (HR. Muslim).
Sedekah bisa diartikan juga dengan mengeluarkan harta yang tidak wajib
di jalan Allah. Tetapi kadang diartikan sebagai bantuan yang non materi, atau
ibadah-ibadah fisik non materi, seperti menolong orang lain dengan tenaga dan
pikirannya, mengajarkan ilmu, bertasbih, berdzikir, bahkan melakukan hubungan
suami istri, disebut juga sedekah. Ini sesuai dengan hadits :
. . : .

.
.

.
: .
..

: . .
.







. . . : .




. :

Dari Abu Dzar radhiallahu 'anhu : Sesungguhnya sebagian dari para sahabat
berkata kepada Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam : Wahai Rasulullah, orangorang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka mengerjakan shalat
sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, dan

mereka bershadaqah dengan kelebihan harta mereka. Nabi bersabda :


Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk bershadaqah?
Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shadaqah, tiap-tiap tahmid adalah
shadaqah, tiap-tiap tahlil adalah shadaqah, menyuruh kepada kebaikan adalah
shadaqah, mencegah kemungkaran adalah shadaqah dan persetubuhan salah
seorang di antara kamu (dengan istrinya) adalah shadaqah. Mereka bertanya :
Wahai Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi
syahwatnya, ia mendapat pahala? Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam
menjawab : Tahukah engkau jika seseorang memenuhi syahwatnya pada yang
haram, dia berdosa, demikian pula jika ia memenuhi syahwatnya itu pada yang
halal, ia mendapat pahala. (HR. Muslim)

D. WAKAF
1. Pengertian dan Hukum Wakaf
Ditinjau dari segi bahasa wakaf berarti menahan. Sedangkan menurut
istilah syara, ialah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, untuk diambil
manfaatnya untuk kebaikan dan kemajuanIslam. Menahan suatu benda yang kekal
zatnya, artinya tidak dijual dan tidak diberikan serta tidak pula diwariskan, tetapi
hanya disedekahkan untuk diambil manfaatnya saja.
Ada beberapa pengertian tentang wakaf antara lain:
Pengertian wakaf menurut mazhab syafii dan hambali adalah seseorang
menahan hartanya untuk bisa dimanfaatkan di segala bidang kemaslahatan dengan
tetap melanggengkan harta tersebut sebagai taqarrub kepada Allah taalaa
Pengertian wakaf menurut mazhab hanafi adalah menahan harta-benda
sehingga menjadi hukum milik Allah taalaa, maka seseorang yang mewakafkan
sesuatu berarti ia melepaskan kepemilikan harta tersebut dan memberikannya

kepada Allah untuk bisa memberikan manfaatnya kepada manusia secara tetap
dan kontinyu, tidak boleh dijual, dihibahkan, ataupun diwariskan.
Pengertian wakaf menurut imam Abu Hanafi adalah menahan harta-benda
atas kepemilikan orang yang berwakaf dan bershadaqah dari hasilnya atau
menyalurkan manfaat dari harta tersebut kepada orang-orang yang dicintainya.
Berdasarkan definisi dari Abu Hanifahini, maka harta tersebut ada dalam
pengawasan orang yang berwakaf (wakif) selama ia masih hidup, dan bisa
diwariskan kepada ahli warisnya jika ia sudah meninggal baik untuk dijual ayau
dihibahkan. Definisi ini berbeda dengan definisi yang dikeluarkan oleh Abu
Yusuf dan Muhammad, sahabat Imam Abu Hanifah itu sendiri
Pengertian wakaf menurut mazhab maliki adalah memberikan sesuatu
hasil manfaat dari harta, dimana harta pokoknya tetap/lestari atas kepemilikan
pemberi manfaat tersebut walaupun sesaat
Pengertian wakaf menurut peraturan pemerintah no. 28 tahun 1977 adalah
perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian harta
kekayaannya yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selamalamanya. Bagi kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai
dengan ajaran agama Islam.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa wakaf itu termasuk
salah satu diantara macam pemberian, akan tetapi hanya boleh diambil
manfaatnya, dan bendanya harus tetap utuh. Oleh karena itu, harta yang layak
untuk diwakafkan adalah harta yang tidak habis dipakai dan umumnya tidak dapat
dipindahkan, mislanya tanah, bangunan dan sejenisnya. Utamanya untuk
kepentingan umum, misalnya untuk masjid, mushala, pondok pesantren, panti
asuhan, jalan umum, dan sebagainya.
Hukum wakaf sama dengan amal jariyah. Sesuai dengan jenis amalnya maka
berwakaf bukan sekedar berderma (sedekah) biasa, tetapi lebih besar pahala dan
manfaatnya terhadap orang yang berwakaf. Pahala yang diterima mengalir terus
menerus selama barang atau benda yang diwakafkan itu masih berguna dan
bermanfaat. Hukum wakaf adalah sunah. Ditegaskan dalam hadits:

:
()

Artinya: Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya,
kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang
dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya. (HR Muslim)
Harta yang diwakafkan tidak boleh dijual, dihibahkan atau diwariskan. Akan
tetapi, harta wakaf tersebut harus secara terus menerus dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan umum sebagaimana maksud orang yang mewakafkan. Hadits Nabi
yang

artinya:

Sesungguhnya Umar telah

mendapatkan

sebidang

tanah

diKhaibar. Umar bertanya kepada Rasulullah SAW; Wahai Rasulullah apakah


perintahmu kepadaku sehubungan dengan tanah tersebut? Beliau menjawab: Jika
engkau suka tahanlah tanah itu dan sedekahkan manfaatnya! Maka dengan
petunjuk beliau itu, Umar menyedekahkan tanahnya dengan perjanjian tidak
akan dijual tanahnya, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan. (HR Bukhari
dan Muslim)

2. Syarat dan Rukun Wakaf


a. Syarat Wakaf
Syarat-syarat harta yang diwakafkan sebagai berikut:
1) Diwakafkan untuk selama-lamanya, tidak terbatas waktu tertentu
(disebut takbid).
2) Tunai tanpa menggantungkan pada suatu peristiwa di masa yang akan
datang. Misalnya, Saya wakafkan bila dapat keuntungan yang lebih
besar dari usaha yang akan datang. Hal ini disebut tanjiz.
3) Jelas mauquf alaih nya (orang yang diberi wakaf) dan bisa dimiliki
barang yang diwakafkan (mauquf) itu.
b. Rukun Wakaf
1)

Orang yang berwakaf (wakif), syaratnya;


a. kehendak sendiri
b. berhak berbuat baik walaupun non Islam

2)

Sesuatu (harta) yang diwakafkan (mauquf), syartanya;

10

a. barang yang dimilki dapat dipindahkan dan tetap zaknya,


berfaedah saat diberikan maupun dikemudian hari.
b. milik sendiri walaupun hanya sebagian yang diwakafkan atau
musya (bercampur dan tidak dapat dipindahkan dengan bagian
3)

yang lain.
Tempat berwakaf (yang berhaka menerima hasil wakaf itu), yakni

4)

orang yang memilki sesuatu, anak dalam kandungan tidak syah.


Akad, misalnya: Saya wakafkan ini kepada masjid, sekolah orang
yang tidak mampu dan sebagainya tidak perlu qabul (jawab) kecuali
yang bersifat pribadi (bukan bersifat umum).

3. Harta yang Diwakafkan


Wakaf meskipun tergolong pemberian sunah, namun tidak bisa
dikatakan sebagai sedekah biasa. Sebab harta yang diserahkan haruslah harta
yang tidak habis dipakai, tapi bermanfaat secara terus menerus dan tidak boleh
pula dimiliki secara perseorangan sebagai hak milik penuh. Oleh karena itu,
harta yang diwakafkan harus berwujud barang yang tahan lama dan bermanfaat
untuk orang banyak, misalnya:
a. sebidang tanah
b. pepohonan untuk diambil manfaat atau hasilnya
c. bangunan masjid, madrasah, atau jembatan
Dalam Islam, pemberian semacam ini termasuk sedekah jariyah atau amal
jariyah, yaitu sedekah yang pahalanya akan terus menerus mengalir kepada orang
yang bersedekah. Bahkan setelah meninggal sekalipun, selama harta yang
diwakafkan itu tetap bermanfaat. Hadits nabi SAW:

):
(
Artinya: Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya,
kecuali tiga (macam), yaitu sedekah jariyah (yang mengalir terus), ilmu yang
dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya. (HR Muslim)
4. Hikmah Wakaf
Hikmah wakaf adalah sebagai berikut:
1.
Melaksanakan perintah Allah SWT untuk selalu berbuat baik. Firman
Allah SWT:



11

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah


kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan. (QS Al Hajj : 77)
2.

Memanfaatkan harta atau barang tempo yang tidak terbatas


Kepentingan diri sendiri sebagai pahala sedekah jariah dan untuk

kepentingan masyarakat Islam sebagai upaya dan tanggung jawab kaum


muslimin. Mengenai hal ini, rasulullad SAW bersabda dalam salah satu
haditsnya:
( ) )

Artinya: Barangsiap yang tidak memperhatikan urusan dan kepentingan
kaum muslimin maka tidaklah ia dari golonganku. (Al Hadits)
3.

Mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi


Wakaf biasanya diberikan kepada badan hukum yang bergerak dalam
bidang sosial kemasyarakatan. Hal ini sesuai dengan kaidah usul fiqih
berikut ini.

)
Artinya:

Kemaslahatan

umum

harus

didahulukan

daripada

kemaslahatan yang khusus.


Adapun manfaat wakaf bagi orang yang menerima atau masyarakat
adalah:
1. Dapat menghilangkan kebodohan.
2. Dapat menghilangkan atau mengurangi kemiskinan.
3. Dapat menghilangkan atau mengurangi kesenjangan sosial.
4. Dapat memajukan atau menyejahterakan umat.
E. WASIAT
1. Pengertian Wasiat
Istilah wasiat diambil dari Washaitu-ushi asy-syaia (aku menyambung
sesuatu). Orang yang berwasiat menyambung apa yang ada di dalam hidupnya
setelah kematiannya. Dalam syariat, wasiat adalah penghibahan benda, piutang,

12

atau manfaat oleh seseorang kepada orang lain dengan ketentuan bahwa orang
yang diberi wasiat memiliki hibah tersebut setelah kematian orang yang berwasiat.
Sebagian ulama mendefinisikan wasiat sebagai pemberian kepemilikan
yang disandarkan kepada masa setelah kematian melalui derma. Dari definisi ini
tampak jelas perbedaan antara hibah dan wasiat. Kepemilikan yang didapatkan
dari hibah tetap seketika itu juga, sementara kepemilikan yang didapatkan dari
dari wasiat tidak tidak tetap kecuali setelah kematian. Dari sisi lain, hibah tidak
dilakukan kecuali dengan benda, sementara wasiat dilakukan dengan benda,
piutang, dan manfaat.

2. Dasar Hukum Wasiat


Wasiat disyariatkannya

berdasarkan

Al-Kitab,

As-Sunnah,dan

ijma(karena umat islam sejak dari Rasulullah sampai saat ini banyak melakukan
wasiat dan ternyata hal itu tidak pernah diingkari oleh seorangpun) :
a)
Firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 180
Diwajibkan atas kamu, jika maut hendak menjemput seseorang di antara
kamu, jika dia meninggalkan harta, berwasiat untuk untuk kedua orng tua
dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi orangb)
c)
d)

orang yng bertakwa


Firman Allah dalam QS. An-Nisa: 11
Firman Allah dalam QS. Al-Maidah: 106
Dalam Sunnah, Rasulullah s.a.w. bersabda:
Tidaklah patut bagi seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang dapat
diwasiatkannya untuk bermalam selama dua malam kecuali wasiatnya itu
sudah tertulis disisinya. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim), Hadis ini
menyebut kalimah 'tidak sepatutnya' menunjukkan bahwa langkah
persediaan perlu diambil oleh setiap seorang Muslim dengan menulis
wasiatnya karena dia tidak mengetahui bila ajalnya akan tiba. Kemungkinan
kelalaiannya akan mengakibatkan segala hajatnya terkendala dan tidak

e)

terlaksana.
Rasulullah s.a.w. bersabda :

13

Barang siapa mati dengan meninggalkan wasiat maka diatelah mati di


atas jalan dan sunnah, mati di atas ketakwaan dan kesyahidan, dan mati
dalam keadaan diampuni.(Hadits riwayat Ibnu Majjah)
3. Hukum Wasiat
Hukum wasiat itu ada beberapa macam yaitu :
a) Wajib
Wasiat itu wajib dalam keadaan jika manusia mempunyai kewajiban
syara yang dikhawatirkan akan disia-siakan bila dia tidak berwasiat,
seperti adanya titipan, hutang kepada Allah dan hutang kepada manusia.
Misalnya dia mempunyai kewajiban zakat yang belum ditunaikan, atau
haji yang belum dilaksanakan, atau amanat yang harus disampaikan,
atau dia mempunyai hutang yang tidak diketahui selain dirinya, atau dia
b)

mempunyai titipan yang tidak dipersaksikan.


Sunnah
Wasiat itu disunatkan bila diperuntukkan bagi kebajikan, karib kerabat,

orang-orang fakir dan orang-orang saleh.


c) Haram
Wasiat itu diharamkan jika ia merugikan ahli waris. Wasiat yang
maksudnya merugikan ahli waris seperti ini adalah batil, sekalipun
wasiat itu mencapai sepertiga harta. Diharamkan juga mewasiatkan
khamar, membangun gereja, atau tempat hiburan.
d) Makruh
Wasiat itu makruh jika orang yang berwasiat sedikit harta, sedang dia
mempunyai seorang atau banyak ahli waris yang membutuhkan
hartanya. Demikian pula dimakruhkan wasiat kepada orang yang fasik
jika diketahui atau diduga keras bahwa mereka akan menggunakan
harta itu di dalam kefasikan dan kerusakan.
e) Mubah
Wasiat diperbolehkan bila ia ditujukan kepada orang yang kaya, baik
orang yang diwasiati itu kerabat ataupun orang jauh (bukan kerabat). 1
[7]
4. Rukun dan Syarat Wasiat
1. Rukun wasiat
a) orang yang berwasiat
b) orang yang menerima wasiat
c) barang yang diwasiatkan
1

14

2.

d) sighat
Syarat wasiat
a) Syarat orang yang berwasiat disyaratkan agar orang yang memberi
wasiat itu adalah orang yang ahli kebaikan, yaitu orang yang
mempunyai kompetensi (kecakapan) yang sah.
b) Syarat orang yang menerima wasiatbukan ahli waris dari orang yang
berwasiat.Orang yang diberi wasiat disyaratkan ada dan benar-benar
ada disaat wasiat dilaksanakan baik ada secara nyata maupun secara
perkiraan, seperti berwasiat kepada anak dalam kandungan, maka
kandungan itu harus ada diwaktu wasiat diterima.Orang yang diberi
wasiat bukan lah orang yang membunuh orang yang memberi wasiat. 2
[8]
c) Syarat benda yang diwasiatkan, pada dasarnya benda yang menjadi
objek wasiat adalah benda-benda atau manfaat yang bisa dimiliki dan
dapat digunakan untuk kepentingan manusia secara positif .

5. Batalnya Wasiat
Wasiat menjadi batal dengan tidak terpenuhnya salah satu darisyarat yang
ada pada wasiat, misalnya sebagai berikut :
a)

Bila orang yang berwasiat itu gila dan kegilaannya itu parah yang

menyampaikannya pada kematian.


b) Bila orang yang diberi wasiat mati sebelum orang yang memberi wasiat.
c) Bila sesuatu yang diwasiatkan adalah tertentu danmusnah sebelum orang
yang diberi wasiat menerimanya.
6. Hikmah Wasiat
a. Pembolehan pemberian wasiat atas harta menegaskan akan hak pemilik
harta yang masih utuh.
b. Melakukan amal kebajikan dan amal jariyah.
c. Jalan keluar untuk mendistribusikan harta kepada kaum kerabat.
d. Pembatasan wasiat sampai 1/3 untuk memberikan perlindungan kepada ahli
waris.

15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian zakat adalah mengambil sebagian harta dengan ketentuan
tertentu untuk diberikan kepada kelompok tertentu. Menurut kewajiban
melakukannya, zakat adalah amal ibadah yang wajib dijalankan oleh setiap
muslim yang dikenai kewajiban membayar zakat dan diberikan kepada 8
golongan masyarakat
Sedekah adalah bentuk infak yang lebih khusus lagi, yaitu pembelanjaan
yang dilakukan di

jalan Allah. Bersedekah tidak harus berupa uang. Kita juga

dapat melakukannya dengan cara berbagi pikiran yang berguna dan membantu
dengan

tenaga.

Infak adalah semua jenis pembelanjaan seorang muslim untuk kepentingan diri
sendiri, keluarga, maupun masyarakat
Perbedaan zakat, infak dan sedekah yang kedua adalah waktu
pembayarannya. Kita dapat berinfak dan bersedekah kapan saja ketika memiliki
kemampuan membayarnya. Sedangkan waktu pembayaran zakat hanya boleh
dilakukan pada masa-masa tertentu saja. Zakat fitrah wajib dibayarkan selama
bulan Ramadhan, lalu zakat maal dibayarkan ketika telah mencapai nisabnya dan
dimiliki penuh selama setahun.
Persamaan dan Perbedaan wakaf dan wasiat. Persamaannya yaitu samasama mengalihkan kepemilikan kepada orang lain.Perbedaannya yaitu: wasiat
terkait dengan peninggalan seseorang diberikan ketika orang masih hidup
(pelaksanaannya ketika orang yang berwasiat sudah meninggal), sedangkan wakaf
terkait dengan kepemilikan (yaitu menahan kepemilikan harta kita untuk
kepentingan orang lain semata- mata mengharap ridha Allah Swt.)
1. Saran

16

Dalam makalah kami ini, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan
dikoreksi, materi-materi yang disajikan pun masih belum lengkap. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kontribusi positif untuk kemajuan kita bersama, karena
kami tidak menunggu sempurna untuk melakukan sesuatu, tapi kami melakukan
sesuatu untuk menuju kesempurnaan.
DAFTAR PUSTAKA
http://sriramadan.blogspot.com/2014/12/makalah-zakat-infaq-sedekah-danwakaf.html
http://www.ahmadzain.com/read/ilmu/384/pengertian-zakat-infak-dansedekah/http://duniakampus7.blogspot.com/2014/03/wakaf-dan-wasiat.html
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah, Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2010.
Karim, Helmi, Fiqih Muaamalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Fadal, Moh. Kurdi, Kaidah-kaidah Fiqih, Jakarta: CV Artha Rivera, 2008.
Zada Khamami dan Syarif Mujar Ibnu, Fiqh Siyasah Doktrin dan Pemikiran
Politik Islam, Jakarta: Erlangga, 2008.
Ritonga, Rahman dan Zainuddin. Fiqh Ibadah. Jakarta: Gaya Media Pratama,
1997.

17

Anda mungkin juga menyukai