Anda di halaman 1dari 27

Kata  Pengantar

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan buku Indahnya bersedekah
dijalan allah. Dalam penyusunan buku Indahnya bersedekah dijalan allah ini,
penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis.
Namun sebagai manusia biasa, penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan
baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa.

       Kami menyadari tanpa arahan dari dosen-dosen serta masukan – masukan
dari berbagai pihak tidak mungkin kami bisa menyelesaikan buku Indahnya
bersedekah dijalan allah. Buku Indahnya bersedekah dijalan allah ini dibuat
sedemikian rupa semata-mata untuk membangkitkan kembali minat baca
masyarakat dan sebagai motivasi dalam berkarya khususnya karya tulis. Untuk
itu penulis hanya bisa menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak
yang terlibat, sehingga kami bisa menyelesaikan buku ini.

       Demikian semoga buku ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
para pembaca pada umumnya.

Penulis
DAFTAR ISI

Cover Buku ................................................................................................... i   

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi ....................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .................................................................................

BAB II Manfaat Bersedekah .....................................................................

BAB III Keutamaan Bersedekah ..............................................................

BAB IV Hikmah Bersedekah .....................................................................

BAB V Sedekah Yang Paling Utama ......................................................

BAB VI Bentuk-Bentuk Sedekah .............................................................

BAB VII Waktu Terbaik Untuk Bersedekah ...........................................


BAB I
Pendahuluan

Bersedekah adalah memberikan sebagian harta kita baik itu berupa uang,
makanan, maupun barang yang masih ada manfaatnya kepada orang yang
memang membutuhkannya secara ikhlas semata-mata karena Allah
Swt. Sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang Maha Pemberi
Rezeki. Dekat dengan Allah Yang Maha Kaya akan menjamin terjaganya
rezeki dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin
jauh kita dari rezeki dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya. Akan sangat
baik untuk kita bisa memulai membiasakan diri untuk menyisihkan sebagian
rezeki kita untuk orang lain, entah itu untuk orang tua, saudara, teman,
tetangga, atau pun guru. Ada baiknya orang-orang yang memiliki hubungan
kekeluargaan lebih didahulukan, kemudian tetangga dekat, tetangga jauh,
dan seterusnya.
Di dalam al-Qura’n banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum
muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah. Demikian pula di dalam
sunnah. Hadis yang menganjurkan sedekah tidak sedikit jumlahnya. Di
dalam salah satu hadis, Rasulullah bersabda : “Sebaik-baik orang di antara
kamu adalah yang memberi makan dan menjawab salam” (HR Ahmad bin
Hanbal atau Imam Hanbali).
BAB II
Manfaat Bersedekah

            Berikut adalah beberapa manfaat bersedekah yang dapat membuka mata


anda bahwa sedekah itu amalan yang sangat baik:[2]
1. Dengan bersedekah kita bukan hanya mendapatkan pahala dari allah SWT,
tetapi juga bisa meredam/mengurangi dosa yang telah lalu. Rasullah bersabda
“sedekah menghapus dosa seperti air memadamkan api” (H.R At-Ttirmidzi)
2.  Amalan sedekah bisa menghindarkan anda dari kematian yang su’ul
khatimah (kematian dalam keadaan tidak beriman).
3.  Menurut beberapa hadist memulai hari dengan bersedekah bisa
menghindarkan dari kejadian yang buruk, atau bisa dikatakan bahwa sedekah
adalah penolak bala/bencana.hal ini juga karena ketika anda bersedekah Allah
akan menjaga kita sepanjang hari.
4.  Sedekah mampu menyucikan jiwa dan harta anda. hati anda pun akan merasa
damai dan tentu saja anda akan terhindar dari perasaan negatif. selain itu harta
anda juga akan lebih di berkahi oleh Allah.
5.  Sedekah bisa memanjangkan umur anda karena allah akan mengundurkan
waktu kematian anda.allah memang pernah mengatakan kepada rasullah bahwa
sedekah memang memanjangkan umur dan menunda kematian.
6.  Manfaat amalan sedekah yang lain nya ialah sedekah bisa melipat gandakan
harta.
BAB III
Keutamaan Bersedekah

            Allah telah menerangkan dalam al-Qur’an tentang keutamaan-


keutamaan sedekah. Begitu pula Rasulullah telah menjelaskan hal tersebut.
Oleh karena itu, kami sebutkan beberapa keutamaan bersedekah, yaitu:
1. Sedekah dapat menghapus dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫والصدقة تطفىء الخطيئة كما تطفىء الماء النار‬
“Sedekah dapat menghapus dosa sebagaimana air memadamkan api.” (HR.
Tirmidzi, di shahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi, 614)
Adapun dalam hal diampuninya dosa dengan sebab sedekah di sini tentu saja
harus disertai taubat atas dosa yang dilakukan. Tidak sebagaimana yang
dilakukan sebagian orang yang sengaja bermaksiat, seperti korupsi, memakan
riba, mencuri, berbuat curang, mengambil harta anak yatim, dan sebelum
melakukan hal-hal ini ia sudah merencanakan untuk bersedekah setelahnya agar
‘impas’ tidak ada dosa. Yang demikian ini tidak dibenarkan karena termasuk
dalam merasa aman dari makar Allah, yang merupakan dosa besar. Allah Ta’ala
berfirman:
ِ ‫أَفَأ َ ِمنُوا َم ْك َر هَّللا ِ فَاَل يَأْ َمنُ َم ْك َر هَّللا ِ إِاَّل ْالقَوْ ُم ْالخ‬
َ‫َاسرُون‬
“Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah? Tiada yang merasa aman
dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf: 99)

2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang 7 jenis manusia
yang mendapat naungan di suatu, hari yang ketika itu tidak ada naungan lain
selain dari Allah, yaitu hari akhir. Salah satu jenis manusia yang
mendapatkannya adalah:
‫ حتى ال تعلم شماله ما تنفق يمينه‬،‫رجل تصدق بصدقة فأخفاها‬
“Seorang yang bersedekah dengan tangan kanannya, ia menyembunyikan
amalnya itu sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
disedekahkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari no. 1421)

3. Memberi keberkahan pada harta.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ما نقصت صدقة من مال وما زاد هللا عبدا بعفو إال عزا‬
“Harta tidak akan berkurang dengan sedekah. Dan seorang hamba yang pemaaf
pasti akan Allah tambahkan kewibawaan baginya.” (HR. Muslim, no. 2588)
Apa yang dimaksud hartanya tidak akan berkurang? Dalam Syarh Shahih
Muslim, An Nawawi menjelaskan: “Para ulama menyebutkan bahwa yang
dimaksud disini mencakup 2 hal: Pertama, yaitu hartanya diberkahi dan
dihindarkan dari bahaya. Maka pengurangan harta menjadi ‘impas’ tertutupi
oleh berkah yang abstrak. Ini bisa dirasakan oleh indera dan kebiasaan. Kedua,
jika secara dzatnya harta tersebut berkurang, maka pengurangan tersebut
‘impas’ tertutupi pahala yang didapat, dan pahala ini dilipatgandakan sampai
berlipat-lipat banyaknya.”

4. Allah melipat gandakan pahala orang yang bersedekah.


Allah Ta’ala berfirman:
‫ُضا َعفُ لَهُ ْم َولَهُ ْم أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬
َ ‫ت َوأَ ْق َرضُوا• هَّللا َ قَرْ ضا ً َح َسنا ً ي‬ َّ ‫ين َو ْال ُم‬
ِ ‫ص ِّدقَا‬ َّ ‫إِ َّن ْال ُم‬
•َ ِ‫ص ِّدق‬
“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan
dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat-
gandakan (ganjarannya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.”
(Qs. Al Hadid: 18)

5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah.
‫ فمن كان من أهل الصالة دُعي من‬:‫ هذا خير‬،‫ نودي في الجنة يا عبد هللا‬،‫من أنفق زوجين في سبيل هللا‬
‫ ومن كان من أهل الصدقة دُعي من باب‬،‫ ومن كان من أهل الجهاد دُعي من باب الجهاد‬،‫باب الصالة‬
‫الصدقة‬
“Orang memberikan menyumbangkan dua harta di jalan Allah, maka ia akan
dipanggil oleh salah satu dari pintu surga: “Wahai hamba Allah, kemarilah
untuk menuju kenikmatan”. Jika ia berasal dari golongan orang-orang yang
suka mendirikan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat, yang berasal dari
kalangan mujahid, maka akan dipanggil dari pintu jihad, jika ia berasal dari
golongan yang gemar bersedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.” (HR.
Bukhari no.3666, Muslim no. 1027)

6. Menjadi bukti keimanan seseorang.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫والصدقة برهان‬
“Sedekah adalah bukti.” (HR. Muslim no.223)
An Nawawi menjelaskan: “Yaitu bukti kebenaran imannya. Oleh karena itu
shadaqah dinamakan demikian karena merupakan bukti dari Shidqu Imanihi
(kebenaran imannya)”

7.Membebaskan dari siksa kubur.


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫إن الصدقة لتطفىء عن أهلها حر القبور‬
“Sedekah akan memadamkan api siksaan di dalam kubur.” (HR. Thabrani, di
shahihkan Al Albani dalam Shahih At Targhib, 873)

8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual-beli


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ فشوبوا بيعكم بالصدقة‬. ‫يا معشر التجار ! إن الشيطان واإلثم يحضران البيع‬
“Wahai para pedagang, sesungguhnya setan dan dosa keduanya hadir dalam
jual-beli. Maka hiasilah jual-beli kalian dengan sedekah.” (HR. Tirmidzi no.
1208, ia berkata: “Hasan shahih”)

9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang bahagia.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan permisalan yang bagus
tentang orang yang dermawan dengan orang yang pelit:
‫ فال‬: ‫ فأما المنفق‬، •‫ من ثديهما إلى تراقيهما‬، ‫ عليهما جبتان من حديد‬، ‫ كمثل رجلين‬، ‫مثل البخيل والمنفق‬
‫ فال يريد أن ينفق‬: ‫ وأما البخيل‬. ‫ وتعفو أثره‬، ‫ حتى تخفي بنانه‬، ‫ أو وفرت على جلده‬، ‫ينفق إال سبغت‬
‫ فهو يوسعها• وال تتسع‬، ‫شيئا إال لزقت كل حلقة مكانها‬
“Perumpamaan orang yang pelit dengan orang yang bersedekah seperti dua
orang yang memiliki baju besi, yang bila dipakai menutupi dada hingga
selangkangannya. Orang yang bersedekah, dikarenakan sedekahnya ia merasa
bajunya lapang dan longgar di kulitnya. Sampai-sampai ujung jarinya tidak
terlihat dan baju besinya tidak meninggalkan bekas pada kulitnya. Sedangkan
orang yang pelit, dikarenakan pelitnya ia merasakan setiap lingkar baju besinya
merekat erat di kulitnya. Ia berusaha melonggarkannya namun tidak bisa.” (HR.
Bukhari no. 1443)
Dan hal ini tentu pernah kita buktikan sendiri bukan? Ada rasa senang, bangga,
dada yang lapang setelah kita memberikan sedekah kepada orang lain yang
membutuhkan.

BAB IV
Hikmah Bersedekah

            Berikut adalah beberapa hikmah bershadaqah:


1. Sedekah membuka pintu rezeki.
Rasulullah Saw bersabda ” Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah)
dengan mengeluarkan sedekah.” (HR Al-Baihaqi). Dalam salah satu hadits
Qudsi, Allah berfirman: ” Hai anak Adam, infaklah (nafkahkanlah hartamu),
niscaya Aku memberikan n afkah kepadamu. “(HR Muslim).
2. Sedekah melipat gandakan rezeki.
Sedekah tidak saja membuka pintu rezeki/ tetapi juga melipatgandakan rezeki
yang ada pada kita.
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir, seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-Baqarah 2:261).
3. Sedekah menjauhkan diri dari api neraka
Rasulullah Saw bersabda: “Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya
dengan (sedekah) sebutir kurma.” ( Mutafaq’alaih).
4. Amalan sedekah adalah penawar untuk berbagai jenis penyakit jasmani
Sebagaimana sabda Nabi:”Bentengilah hartamu dengan zakat, obati orang-
orang sakit (dari kalanganmu) dengan bersedekah dan persiapkan doa untuk
menghadapi datangnya bencana.” (HR Ath-Thabrani).
5. Amalan sedekah adalah penawar berbagai jenis penyakit hati
Sebagaimana sabda Nabi kepada orang yang mengeluhkan kekerasaan hatinya
kepada beliau:”Jika kamu hendak melembutkan hatimu, maka berilah makan
orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.”(HR Ahmad).
Rasulullah Saw juga pernah bersabda bahwa sedekah dari seorang Muslim
meningkatkan(hartanya) dimasa kehidupannya, meringankan kepedihan saat
mautnya,dan Allah hilangkan perasaan sombong dan egois dari dirinya.[7]
6. Pelaku sedekah dikaruniakan keberkahan baginya dan hartanya.
Allah melapangkan dan menyempitkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya
(QS Saba 34: 39). Dan jika disedekahkan, maka tidak berkurang karena Allah
akan menggantinya.
7. Allah melipat gandakan ganjaran bagi orang yang bersedekah,
sebagaimana firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik
laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang
baik,niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka: dan bagi
mereka pahala yang banyak. (QS 57:18).
8. Sedekah membawa keberkahan

Setiap manusia sudah dijamin rezekinya oleh Allah. Tidak hanya rupiah tetapi
sangat luas sekali baik kesehatan, ketenteraman jiwa, keturunan, isteri dan anak
yang baik. 
Ada yang selalu mengeluh terhadap keadaan ekonomi kesehariannya, kerana
sudah membanting tulang kesana-kemari mencari rezeki tetapi belum juga
merubah nasibnya.

Sebagai hamba Allah yang beriman, anggaplah semua itu adalah cobaan serta
rintangan agar menjadikan diri kita lebih bersabar dan terus berusaha.

Teruslah berusaha karena setiap kesuksesan pastinya memerlukan kerja keras


yang terus-menerus.
Bersikap rido dan bertawakal agar Allah SWT. memberkati segala yang kita
lakukan. Sesungguhnya Allah Maha Pemberi dan Pemurah atas rezeki untuk
hamba-Nya.

Allah berfirman:
“Barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, maka Allah akan
mencukupkannya (memelihara). Sesungguhnya Allah menyampaikan urusan-
Nya. Sesungguhnya Allah mengadakan qadar (takdir) bagi setiap sesuatu.” (QS
At-Taalaq: 3).

Namun taukah anda bahwa sikap memberi atau bersedekah mempunyai


kelebihan dalam urusan mencari uang. Bahkan dapat membuka pintu rezeki
lebih luas, kepada mereka yang melakukannya.
Amalan bersedekah penyubur kebaikan serta melipat gandakan rezeki seseorang
hamba.
Allah berfirman sebagai berikut:
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya pada jalan Allah,
seperti sebutir benih yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada setiap tangkai
ada seratus biji, dan Allah melipat gandakan bagi siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Allah Maha Luas (kurniaan-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-
Baqarah : 261).

Kehidupan masyarakat ada yang dibawah ada juga diatas rata-rata. Tujuan kita
hidup bukanlah untuk memenuhi nafsu tetapi kita perlu melihat kekurangan dan
kesengsaraan orang lain.
Jika Allah ‘memberi’ pinjaman kekayaan kepada kita, maka gunakan
kesempatan itu untuk melihat keindahan dari ciptaan Allah. Sebenarnya masih
ada lagi yang memerlukan perhatian dan bantuan.

Justru jalankan amanah kekayaan yang Allah karuniakan itu, untuk membantu
golongan memerlukan. Dalam rezeki Allah itu terdapat hak orang lain yang
perlu dimanfaatkan.
Bersifat individualistik melambangkan seorang itu berhati kikir, sukar didekati
dan orang banyak tidak menghormatinya.
Alangkah baik jika pendekatan mencari rezeki sambil menyumbang diterapkan
dalam diri kita.
Sabda Rasulullah:
“Tidaklah harta itu berkurang disebabkan oleh sedekah.” (Riwayat Muslim).

Dengan memberi tanpa pamrih dapat menjadi pembersih harta kita. Sedekah
orang yang kurang hartanya lebih besar ganjarannya.

Allah berfirman:
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengharapakan  sesuatu yang dinafkahkannya itu dengan menyebut
pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Allah. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Surah al-Baqarah ayat 262).

Apabila bersedekah, kita harus diiringi dengan perasaan gembira dan tidak
boleh menyesal. Jika tidak mampu menyumbang harta, setidak-tidaknya
berusaha menyumbang tenaga dan fikiran untuk mengajak orang sekeliling
melakukan kebaikan. (Amar ma'ruf nahi munkar)

Rasulullah berkata dengan sahabat,  yaitu:


“Pada setiap Muslim tuntutan untuk bersedekah”, sahabat berkata: Bagaimana
jika tidak mampu? Nabi menjawab: “Berusahalah dengan kedua tanganmu
untuk menghasilkan perkara bermanfaat dan bersedekahlah.

Sahabat bertanya: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab:


“Carilah orang yang sangat memerlukan bantuan (dan bantulah semampumu).

Sahabat bertanya: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab:


“Ajaklah orang lakukan perkara kebaikan dan larang mereka dari kemungkaran.

Sahabat bertanya lagi: Bagaimana jika masih tidak mampu? Nabi menjawab:
“Janganlah kamu lakukan perbuatan buruk, ia juga satu sedekah (Riwayat Al-
Bukhari dan Muslim).

Setidak-tidaknya, gerakkan diri kita bersedekah kepada ahli keluarga yang


miskin dan memerlukan sebelum melaksanakannya kepada orang lain.

Menurut Ust. Miftahuddin sedekah dapat dibawa hingga mati.


“Rasulullah bersabda : “Apabila mati anak Adam maka terputuslah amalannya
kecuali tiga, sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang soleh yang
mendoakannya untuknya.”

“Dari hadis tersebut membuka peluang untuk kita mendapatkan bekalan


sebelum mata tertutup selamanya. Jika kita sedekahkan al-Quran atau sejadah
untuk kegunaan jemaah di masjid, selagi mana ia digunakan maka pahala tetap
sampai kepada kita. Begitu juga apabila memberi makan, minum dan pakaian
kepada anak yatim maka sudah tentu ganjarannya cukup besar,” katanya.
BAB V

Sedekah Yang Paling Utama

Sedekah semuanya baik, namun antara satu dengan yang lain berbeda
keutamaan dan nilainya, tergantung niat, kondisi orang yang bersedekah dan
kepentingan proyek atau sasaran sedekah. Di antara sedekah yang utama
menurut Islam adalah:

1.  Sedekah Sirriyyah

Sedekah sirriyyah adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.


Sedekah ini sangat utama karena lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat
riya’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Perlu diketahui, bahwa yang utama untuk disembunyikan adalah pada sedekah
kepada fakir dan miskin. Hal ini, karena ada banyak jenis sedekah yang mau
tidak mau harus ditampakkan, seperti membangun masjid, membangun sekolah,
jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad dan sebagainya.

Di antara hikmah menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk


menutupi aib saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di
kalangan manusia serta tidak diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui
bahwa tangannya berada di bawah dan bahwa dia orang yang tidak punya. Hal
ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam berbuat ihsan kepada fakir-miskin.
Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji sedekah sirriyyah,
memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan
yang dinaungi Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat.

2. Sedekah dalam kondisi sehat

Bersedekahlah dalam kondisi sehat lebih utama dari pada berwasiat sudah
menjelang ajal/ketika sudah sakit parah dan sulit diharapkan kesembuhannya.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Wahai Rasulullah, sedekah apa
yang paling utama?” Beliau menjawab:

“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam


kondisi kamu khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu
tunda, sehingga ruh sampai di tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan,
“Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk fulan sekian.” Padahal telah
menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.  Sedekah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:


“Yang lebih dari keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berfikir.” (QS. Al Baqarah: 219)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah
dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari)
4. Sedekah dengan Kemampuan Maksimal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya,
dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)

Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah berkata, “Hendaknya seorang


memilih untuk bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan
secukupnya untuk dirinya karena khawatir terhadap fitnah fakir (kemiskinan).
Sebab, boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang dia lakukan (dengan berinfak
seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala. Sedekah dan
kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Abu Bakar yang keluar dengan seluruh
hartanya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu persis kuatnya
keyakinan Abu Bakar dan kebenaran tawakkalnya, sehingga Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak khawatir fitnah itu menimpanya sebagaimana Beliau
khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga sangat
butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak utang bukanlah
sesuatu yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar utang dan
memberi nafkah keluarga atau diri sendiri yang memang butuh adalah lebih
utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk bersabar dan membiarkan
dirinya mengalah meskipun sebenarnya membutuhkan sebagaimana yang
dilakukan Abu Bakar dan itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum
Anshar terhadap kaum muhajirin.”

Oleh karena itu, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua
harta apabila orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak
berutang dan tidak ada orang yang wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-
syarat ini tidak ada, maka bersedekah ketika itu adalah makruh.

5. Menafkahi anak-istri

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk
memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin.
Namun dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar
pahalanya.” (HR. Muslim)

6. Sedekah di bulan ramadhan

1. Dalil:

Diriwayatkan dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas


radiyallahu anhuma, ia berkata:

َ‫سهُ القُ ْرآنَ َو َكان‬ ُ ‫ ِحيْنَ يَ ْلقَاهُ ِج ْب ِر ْي ُل فَيُدَا ِر‬، َ‫ضان‬ َ ‫س َو َكانَ أَ ْج َو َد َما يَ ُك ْونُ فِ ْي َر َم‬ ِ ‫ أَ ْج َو َد النَّا‬r ‫(( َكانَ النَّبِ ُّي‬
َ ِ‫ ِحيْنَ يَ ْلقَاهُ أَ ْج َو َد ب‬r ‫س ْو ُل هللا‬
‫الخ ْي ِر ِمن‬ ُ ‫ فَ َكانَ َر‬، َ‫سهُ القُ ْرآن‬
ُ ‫ فَيُدَا ِر‬، َ‫ضان‬ َ ‫ش ْه ِر َر َم‬َ ْ‫ِج ْب ِر ْي ُل يَ ْلقَاهُ ُك َّل لَ ْيلَ ٍة ِمن‬
)) ‫سلَ ِة‬ َ ‫ح ال ُم ْر‬ ِ ‫ال ِّر ْي‬
“Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah orang yang amat dermawan, dan
beliau lebih dermawan pada bulan Ramadhan, saat beliau ditemui Jibril untuk
membacakan padanya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau setiap malam pada
bulan Ramadhan, lalu membacakan padanya Al-Qur’an. Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam ketika ditemui jibril lebih dermawan dalam kebaikan daripada
angin yang berhembus.”

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad dengan tambahan:

)) ُ‫ش ْيئًا إِالَّ أَ ْعطَاه‬


َ ‫سأ َ ُل‬
ْ ُ‫(( َوالَ ي‬

“Dan beliau tidak pernah dimintai sesuatu kecuali memberikannya.”

Dan menurut riwayat Al-Baihaqi, dari Aisyah radhiyallahu anha:

َ ‫س ْي ٍر َوأَ ْعطَى ُك َّل‬


))‫سائِ ٍل‬ ِ َ‫ق ُك َّل أ‬
َ َ‫ضانَ أَ ْطل‬
َ ‫ إِ َذا د ََخ َل َر َم‬r ‫س ْو ُل هللا‬
ُ ‫(( َكانَ َر‬

“Rasullullah shallallahu alaihi wasallam jika masuk bulan Ramadhan


membebaskan setiap tawanan dan memberi setiap orang yang meminta.”

Kedermawanan adalah sifat murah hati dan mudah memberi, Allah pun bersifat
Maha Dermawan, sebagaimana diriwayatkan oleh At Tirmidzi dari sa’ad bin
Abi Waqqash t bahwa Nabi r bersabda:

)) ‫ َك ِر ْي ٌم يُ ِح ُّب ال َك َر َم‬،َ‫الج ْود‬


ُ ‫(( إِنَّ هللا َج َّوا ٌد يُ ِح ُّب‬

“Sesungguhnya Allah itu Maha Dermawan, cinta kepada kedermawanan dan


Maha Pemurah, cinta kepada kemurahan hati.”

Allah taala maha Dermawan, kedermawanan-Nya berlipat ganda pada waktu-


waktu tertentu seperti bulan Ramadhan. Dan Rasulullah r adalah manusia yang
paling dermawan, juga paling mulia paling berani dan amat sempurna dalam
segala sifat yang terpuji, kedermawanan beliau pada bulan Ramadhan berlipat
ganda daripada bulan-bulan lainnya, sebagaimana kedermawanan Tuhannya
berlipat ganda pada bulan ini.

Beberapa pelajaran yang dapat diambil dari berlipat gandanya kedermawanan


Nabi r di bulan Ramadhan:
1. Bahwa kesempatan ini amat berharga dan melipatgandakan amal
kebaikan.
2. Membantu orang-orang yang berpuasa dan berzikir untuk senantiasa taat,
agar memperolah pahala seperti pahala mereka, sebagaimana siapa yang
membekali orang yang berperang, dan siapa yang menanggung dengan
baik keluarga orang yang berperang maka ia memperoleh pula seperti
pahala orang yang berperang. Dinyatakan dalam hadits Zaid bin Khalid
dari Nabi r beliau bersabda:

.‫َي ٌء )) رواه أحمد والترمذي‬ َّ ‫ص ِمنْ أَ ْج ِر ال‬


ْ ‫صائِ ِم ش‬ َ ُ‫صائِ ًما فَلَهُ ِم ْث ُل أَ ْج ِر ِه ِمنْ َغ ْي ِر أَنْ يَ ْنق‬
َ ‫(( َمنْ فَطَّ َر‬

“Barangsiapa memberi makan pada orang yang berpuasa maka baginya


pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi sedikit pun
dari pahalanya.” (HR. Ahmad dan At Tirmidzi).

1. Bulan Ramadhan adalah saat Allah berderma kepada para hamba-Nya


denga rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Terutama pada
Lailatul Qadar. Allah taala melimpahkan kasih-Nya kepada para hamba-
Nya yang bersifat kasih, maka barangsiapa berderma kepada para hamba
Allah niscaya Allah Maha Dermawan kepadanya dengan anugerah dan
kebaikan. Balasan itu adalah sejenis dengan amal perbuatan.
2. Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersamaan termasuk sebab masuk
surga. Dinyatakan dalam hadits Ali t, bahwa Nabi r bersabda:

ُ ‫ لِ َمنْ يَا َر‬:‫ َوبُطُ ْونُ َها ِمنْ ظُ ُه ْو ِرهَا )) قَالُ ْوا‬،‫الجنَّ ِة ُغ َرفًا يُ َرى ظُ ُه ْو ُرهَا ِمنْ بُطُ ْونِ َها‬
:‫س ْو َل هللا؟ قَا َل‬ َ ‫(( إِنَّ فِ ْي‬
‫اس نِيَا ٌم )) رواه أحمد وابن حبان‬ ُ َّ‫صلَّى بِاللَّ ْي ِل َوالن‬ ِّ ‫ َوأَدَا َم‬،‫ َوأَ ْط َع َ}م الطَّ َعا َم‬،‫(( لِ َمنْ طَيَّ َب ال َكالَ َم‬
َ ‫ َو‬،‫الصيَا َم‬
.‫والبيهقي‬

“Sungguh di surga terdapat ruangan-ruangan yang bagian luarnya dapat


dilihat dari dalam dan bagian dalamnya dapat dilihat dari luar. Sahabat
bertanya: untuk siapakah ruangan-ruangan itu ya Rasulullah? Jawab beliau:
“untuk siapa saja yang berkata baik, memberi makan, selalu berpuasa dan
shalat malam ketika orang-orang dalam keadaan tidur.” (HR. Ahmad, Ibnu
Hibban dan Al Baihaqi).

Semua kriteria ini terdapat dalam bulan Ramadhan. Terkumpul bagi orang
mu’min dalam bulan ini; puasa, shalat malam, sedekah dan perkataan baik.
Karena pada waktu ini orang yang berpuasa dilarang dari perkataan kotor dan
perbuatan keji. Sedangkan shalat, puasa dan sedekah dapat menghantarkan
pelakunya kepada Allah taala.

1. Puasa dan sedekah bila dikerjakan bersama-sama lebih dapat


menghapuskan dosa-dosa dan menjauhkan dari api neraka Jahannam,
terutama jika ditambah lagi shalat malam. Dinyatakan dalam sebuah
hadis bahwa Nabi r bersabda:

)) ‫ َك ُجنَّتِ ِه ِمنَ القِتَا ِل‬،‫صيَا ُم ُجنَّةُ أَ َح ِد ُك ْم ِمنَ النَّا ِر‬


ِّ ‫(( ال‬

“Puasa itu merupakan perisai bagi seseorang dari api neraka sebagaimana
perisai dalam peperangan ([1]).”

Diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abi Hurairah bahwa Nabi r bersabda:

)) ‫صيْنٌ ِمنَ النَّا ِر‬ ْ ‫ص ْو ُم ُجنَّةٌ َو ِح‬


ِ ‫صنٌ َح‬ َّ ‫(( ال‬

“Puasa itu perisai dan benteng kokoh (yang melindungi seseorang) dari api
neraka([2]).”

Dan dalam hadits Mu’adz t Rasulullah r bersabda:

)) ‫ف اللَّ ْي ِل‬ َ َّ‫الخ ِط ْيئَةَ َك َما يُ ْطفِ ُئ الما َ ُء الن‬


ِ ‫ار َوقِيَا ُم ال َّر ُج ِل فِ ْي َج ْو‬ َ ‫ص َدقَةُ تُ ْطفِ ُئ‬
َّ ‫(( ال‬

“Sedekah dan shalat seseorang di tengah malam dapat menghapuskan dosa


sebagaimana air memadamkan api ([3]).”

Maksudnya shalat malam dapat pula mengahapuskan dosa.

1. Dalam puasa, tentu terdapat kekeliruan serta kekurangan. Dan puasa


dapat menghapuskan dosa-dosa dengan syarat menjaga diri dari apa yang
mesti dijaga. Padahal kebanyakan puasa yang dilakukan kebanyakan
orang tidak terpenuhi dalam puasanya itu penjagaan yang semestinya.
Dan dengan sedekah kekurangan dan kekeliruan yang terjadi dapat
terlengkapi. Karena itu pada akhir Ramadhan, diwajibkan membayar
zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkataan kotor
dan perbuatan keji.

Orang yang berpuasa meninggalkan makan dan minumnya. Jika ia dapat


membantu orang-orang lain yang berpuasa agar kuat dengan makan dan minum
maka kedudukannya sama dengan orang yang meninggalkan syahwatnya karena
Allah, memberikan dan membantukannya kepada orang lain. Untuk itu
disyari’atkan baginya memberi hidangan berbuka kepada orang –orang yang
berpuasa bersamanya, karena makanan saat itu sangat disukainya, maka
hendaknya ia membantu orang lain dengan makanan tersebut. Agar ia termasuk
orang yang memberi makanan yang disukai dan karenanya menjadi orang yang
bersyukur kepada Allah atas ni’mat makanan dan minuman yang dianugerahkan
kepadanya, di mana sebelumnya ia tidak mendapatkan anugerah tersebut.
Sungguh ni’mat ini hanyalah dapat diketahui nilainya ketika tidak
didapatkan ([4]).

7. Sedekah di hari jum’at :

Dalam kitabnya al-Iqna fi Halli Alfadz Abi Syuja’, Beliau menyatakan tentang
sedekah hari jumat,

‫ ويكثر من الصالة على رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬،‫ويسن كثرة الصدقة وفعل الخير في يومها وليلتها‬
‫ فإن صالتكم‬،‫ فأكثروا• علي من الصالة فيه‬،‫ إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة‬:‫في يومها وليلتها لخبر‬
‫معروضة علي‬

Dianjurkan memperbanyak sedekah dan beramal soleh di hari jumat atau malam
jumat. Memperbanyak shalawat untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
di malam atau siang hari jumat. Berdasarkan hadis: “Sesungguhnya hari yang
paling afdhal adalah hari jumat. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat
untukku. Karena shalawat kalian diperlihatan kepadaku.” (al-Iqna’, 1/170)

Kedua, keterangan Ibnul Qoyim – ulama hambali – (w. 751),

Dalam kitabnya Zadul Ma’ad, beliau menyebutkan beberapa keistimewaan hari


jumat,
‫ والصدقة فيه بالنسبة إلى سائر أيام‬،‫ أن للصدقة فيه مزية عليها في سائر األيام‬:‫الخامسة والعشرون‬
‫ وشاهدت شيخ اإلسالم ابن تيمية قدس هللا‬.‫ كالصدقة في شهر رمضان بالنسبة إلى سائر الشهور‬، •‫األسبوع‬
،‫ فيتصدق• به في طريقه سرا‬،‫ إذا خرج إلى الجمعة يأخذ ما وجد في البيت من خبز أو غيره‬،‫روحه‬
‫ فالصدقة بين‬،‫ إذا كان هللا قد أمرنا بالصدقة بين يدي مناجاة رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫وسمعته يقول‬
‫يدي مناجاته تعالى أفضل وأولى بالفضيلة‬

Keutamaan yang kedua puluh lima,

Bahwa sedekah di hari jumat memiliki keistimewaan khusus dibandingkan hari


yang lain. Sedekah di hari jumat, dibandingkan dengan sedekah di hari yang
lain, seperti perbandingan antara sedekah di bulan ramadhan dengan sedekah di
selain ramadhan. Saya pernah melihat Syaikhul Islam – rahimahullah – apabila
beliau berangkat jumatan, beliau membawa apa yang ada di rumah, baik roti
atau yang lainnya, dan beliau sedekahkan kepada orang di jalan diam-diam.
Saya pernah mendengar beliau mengatakan,

“Apabila Allah memerintahkan kita untk bersedekah sebelum menghadap


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka bersedekan sebelum menghadap
Allah lebih afdhal dan lebih besar keutamaannya.” (Zadul Ma’ad, 1/407).

Karena itu, tradisi di masyarakat kita dengan memberikan infaq setiap jumatan,
insyaaAllah termasuk tradisi yang baik. Meskipun kita menganjurkan agar
semacam ini tidak dibatasi selama hari jumat saja. Termasuk, tidak membatasi
hanya diberikan untuk masjid saja. Banyak masjid di sekitar kita danannya
melimpah. Sementara di sebelahnya ada orang muslim soleh yang lebih
membutuhkan bantuan.
BAB VI
Bentuk-Bentuk Sedekah

Al-Arba’un an-Nawawiyah, Hadis ke-26

‫ َوتُ ِعينُ ال َّر ُج َل فِى‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ ‫اال ْثنَي ِْن‬ ْ ‫ص َدقَةٌ ُك َّل يَوْ ٍم ت‬
ِ َ‫ تَ ْع ِد ُل بَ ْين‬، ُ‫َطلُ ُع فِي ِه ال َّش ْمس‬ ِ َّ‫ُكلُّ ُسالَ َمى ِمنَ الن‬
َ ‫اس َعلَ ْي ِه‬
‫صالَ ِة‬ ْ ُّ‫ َو ُكل‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َّ ‫خَط َو ٍة تَ ْم ِشيهَا إِلَى ال‬ َ ُ‫ َو ْال َكلِ َمةُ الطَّيِّبَة‬،ٌ‫ص َدقَة‬َ ُ‫دَابَّتِ ِه فَتَحْ ِملُهُ َعلَ ْيهَا أَوْ تَرْ فَ ُع لَهُ َعلَ ْيهَا َمتَا َعه‬
ٌ‫ص َدقَة‬َ ‫يق‬ ِ ‫ َوتُ ِميطُ• األَ َذى ع َِن الطَّ ِر‬،ٌ‫ص َدقَة‬ َ

Untuk setiap tulang/sendi manusia harus ada sedekahnya setiap hari yang di
dalamnya matahari terbit. Engkau berlaku adil di antara dua orang adalah
sedekah. Engkau membantu seseorang di kendaraannya dengan membantu dia
naik ke atasnya atau mengangkatkan barangnya ke atas kendaraannya adalah
sedekah. Kata-kata yang baik adalah sedekah. Setiap langkah yang engkau
ayunkan untuk menunaikan shalat adalah sedekah. Engkau menyingkirkan duri
dari jalanan adalah sedekah (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibn Hibban).

Susunan tulang/sendi dan keteraturannya termasuk nikmat Allah SWT yang


paling besar kepada hamba-Nya. Untuk setiap tulang/sendi itu perlu ada
sedekah yang disedekahkan sebagai ungkapan syukur atas nikmat tersebut.
Syukur atas setiap kenikmatan akan ditanyakan oleh Allah pada Hari Kiamat
kelak.

‫ثُ َّم لَتُسْأَلُ َّن يَوْ َمئِ ٍذ ع َِن النَّ ِع ِيم‬

Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (QS at-
Takatsur [102]: 8)

Keharusan bersyukur dengan bersedekah untuk tiap tulang/sendi itu—dalam


riwayat jumlah sendi/tulang manusia ada 360 buah—bersifat harian, yakni
setiap hari. Rasul saw. menegaskan: “setiap hari yang di dalamnya matahari
terbit”. Lalu bagaimana itu bisa dilakukan?

Rasul saw. memberikan beberapa contohnya dalam hadis ini. Abu Musa al-
Asy’ari juga menceritakan, Rasul saw bersabda:
‫• فَإِ ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع أَوْ لَ ْم‬:‫ قَالُوا‬،ُ‫َص َّدق‬ َ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَ ِج ْد؟ قَا َل فَيَ ْع َم ُل بِيَ َد ْي ِه فَيَ ْنفَ ُع نَ ْف َسهُ َويَت‬:‫ قَالُوا‬،ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫َعلَى ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬
:‫ قَالُوْ ا‬،‫ُوف‬ ِ ‫ بِ ْال َم ْعر‬:‫ أَوْ قَا َل‬،‫ فَيَأْ ُم ُر بِ ْالخَ ي ِْر‬:‫ال‬ َ َ‫• فَإِ ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ ؟ ق‬:‫ قَالُوا‬، َ‫ فَيُ ِعينُ َذا ْال َحا َج ِة ْال َم ْلهُوف‬:‫ال‬ َ َ‫يَ ْف َعلْ ؟ ق‬
ٌ‫ص َدقَة‬َ ُ‫ فَإِنَّهُ لَه‬، ِّ‫ك ع َِن ال َّشر‬ َ َ‫فَإِ ْن لَ ْم يَ ْف َعلْ ؟ ق‬
ُ ‫ فَيُ ْم ِس‬:‫ال‬

“Setiap Muslim harus bersedekah.” Mereka (para sahabat) berkata, “Jika ia


tidak menemukan apapun (untuk bersedekah)?” Nabi saw. bersabda,
“Hendaknya ia bekerja dengan tangannya sehingga memberi manfaat kepada
dirinya dan bisa bersedekah.” Mereka berkata, “Jika ia tidak bisa atau tidak
melakukannya?” Nabi bersabda, “Hendaknya ia membantu orang yang
membutuhkan yang meminta tolong.” Mereka berkata, “Jika tidak ia lakukan?”
Nabi bersabda, “Hendaknya ia memerintahkan kebaikan,” atau Nabi bersabda,
“kemakrufan”. Mereka berkata, “Jika tidak ia lakukan?” Nabi bersabda,
“Hendaknya ia menahan diri dari keburukan karena hal demikian ada pahala
sedekah bagi dirinya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menunjukkan, jika seseorang itu tidak bisa bersedekah dengan harta
atau perbuatan apapun, cukuplah bagi dirinya meninggalkan keburukan. Para
ulama menyebut ini sebagai syukur dalam derajat wajib. Seseorang menjauhi
keburukan itu, seperti yang dikatakan oleh al-Hafizh Ibn Rajab, adalah jika dia
melakukan kewajiban dan menjauhi keharaman. Sebab, keburukan terbesar
adalah meninggalkan kewajiban. Dari sini sebagian ulama mengatakan, syukur
itu adalah meninggalkan kemaksiatan. Sebagian yang lain mengatakan syukur
itu tidak menggunakan sedikitpun dari nikmat itu untuk bermaksiat. Abu Hazim
az-Zahid menyebutkan, syukur seluruh badan adalah dengan menjauhkan diri
dari kemaksiatan dan menggunakan badan dalam ketaatan.

Syukur derajat berikutnya adalah syukur yang mustahab. Setelah melaksanakan


kewajiban dan meninggalkan keharaman, hamba itu melaksanakan perbuatan-
perbuatan sunnah, baik yang berupa perbuatan, ucapan, bersifat finansial dan
sebagainya. Itulah yang di antaranya disebutkan oleh Rasul di dalam hadis ke-
26 ini, hadis ke-25 dan hadis lainnya.

Rasul saw. memberikan contoh juga dalam hadis ke-25 sebelumnya bermacam-
macam kebaikan, yakni ketaatan yang bisa mendatangkan pahala seperti
sedekah. Dari situ terlihat bahwa pintu-pintu kebaikan atau sedekah itu sangat
luas dan beragam. Karena itu tidak alasan bagi siapapun untuk tidak bisa
bersedekah, yaitu melakukan kebaikan dan ketaatan serta mendapatkan pahala
seperti sedekah.

Di antara contoh yang disebutkan oleh Nabi saw.: Pertama, berlaku adil di
antara manusia. Termasuk di dalamnya memutuskan perkara dan melakukan
ishlah dengan adil di antara dua orang yang berselisih.

Kedua, membantu orang lain menaiki kendaraan atau mengangkatkan


barangnya ke atas kendaraan. Ini mewakili bentuk kebaikan yang memberi
manfaat kepada orang lain, membantunya dalam hal yang dibutuhkan,
meringankan kesulitan, dsb. Termasuk di antaranya: menunjuki jalan,
membantu memperbaiki sesuatu, memberi utang, membebaskan utang sebagian
atau seluruhnya, memberi tangguh, menuntun orang buta atau orang tua, dsb.

Ketiga, dalam bentuk kata-kata yang baik. Termasuk di antaranya,


mengucapkan salam, mendoakan, menasihati, amar makruf nahi mungkar,
senyum, menampakkan wajah berseri, dan sebagainya.

Keempat, bentuk sedekah yang manfaatnya terbatas pada diri pelaku seperti,
berjalan untuk shalat berjamaah, duduk di masjid menunggu shalat, membaca
tahlil, takbir, tahmid, tasbih, istighfar, shalawat, membaca al-Quran,
mendengarkan kajian, dan sebagainya. Begitu juga dua rakaat shalat dhuha yang
dalam satu riwayat dikatakan oleh Nabi saw. bisa memenuhi sedekah untuk
semua tulang/sendi pada hari itu.

Kelima, menjauhkan bahaya dari orang lain, seperti menghilangkan duri dari
jalanan atau menjauhkan orang dari bahaya lisan dan tangan kita atau orang
lain.

Dakwah dan perjuangan agar syariah diterapkan untuk mengatur kehidupan dan
semua interaksi di masyarakat memiliki posisi sangat tinggi dalam hal ini.
Sebab, penerapannya syariah menjadi kunci pelaksanaan kewajiban lainnya,
menghalangi keharaman dan kemaksiatan, mewujudkan manfaat dan hak bagi
tiap orang, serta menjauhkan bahaya dan kemadaratan dari individu dan umat.
Karena itu, keterlibatan di dalam dakwah dan perjuangan penerapan syariah
adalah termasuk bentuk syukur yang paling tinggi.
BAB VII

Waktu Terbaik Untuk Bersedekah

Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam menjelaskan dalam sebuah hadist beliau


mengenai saat-saat terbaik bagi seseorang untuk bersedekah.

Sedekah selain bermanfaat bagi penerima sedekah, juga sebenarnya lebih


bermanfaat lagi bagi pemberi sedekah, lho kok bisa? ya begitulah yang menjadi
ketetapan Tuhan bahwa memberi lebih baik daripada menerima, disaat kita
memberi sebenarnya disaat itu juga kita telah menerima dari Allah, tentu tidak
semua sedekah dibalas dengan uang atau harta benda, bisa jadi Allah membalas
sedekah kita dengan kesehatan, terhindar dari mara bahaya, panjang umur dan
lain sebagainya. Bagi orang yang berusia muda dan sedang energik tentunya
bersedekah memiliki nilai lebih tinggi di sisi Allah daripada bersedekahnya
seorang yang telah lanjut usia, sakit-sakitan, dan sudah menjelang meninggal
dunia.
saat bersedekah terbaik.

Untuk itulah Nabi shallallahu ’alaih wa sallam memberikan gambaran kepada


ummatnya mengenai sedekah yang paling afdhal.

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ ِ ‫ع َْن أَبِي هُ َري َْرةَ َر‬
َ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ قَا َل ق‬
َ ‫ال َر ُج ٌل لِلنَّبِ ِّي‬

َ َ‫ق َوأَ ْنت‬


ٌ‫ص ِحي ٌح َح ِريص‬ َ ‫ال أَ ْن ت‬
•َ ‫َص َّد‬ َ ‫ص َدقَ ِة أَ ْف‬
َ َ‫ض ُل ق‬ َّ ‫ُول هَّللا ِ أَيُّ ال‬
َ ‫يَا َرس‬

ْ ‫تَأْ ُم ُل ْال ِغنَى َوت َْخ َشى ْالفَ ْق َر َواَل تُ ْم ِهلْ َحتَّى إِ َذا بَلَغ‬
‫َت ْالح ُْلقُو َم‬

‫قُ ْلتَ لِفُاَل ٍن َك َذا َولِفُاَل ٍن َك َذا َوقَ ْد َكانَ لِفُاَل ٍن‬

“Seseorang bertanya kepada Nabi shallallahu ’alaih wa sallam: “Wahai


Rasulullah, sedekah apakah yang paling afdhal?” Beliau menjawab: “Kau
bersedekah ketika kau masih dalam keadaan sehat lagi loba, kau sangat ingin
menjadi kaya, dan khawatir miskin. Jangan kau tunda hingga ruh sudah sampai
di kerongkongan, kau baru berpesan :”Untuk si fulan sekian, dan untuk si fulan
sekian.” Padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli waris).” (HR
Bukhary)

Nah.. betapa detilnya Rasulullah shallallahu ’alaih wa sallam menggambarkan


saat terbaik bagi orang yang yang ingin bersedekah. Sekurangnya kita temukan
ada empat kriteria yaitu:

    Disaat keadaan sehat lagi loba alias berambisi mengejar keuntungan
duniawi; 
    saat keadaan sangat ingin menjadi kaya; 
    saat keadaan sangat khawatir menjadi miskin dan 
    saat dalam keadaan sudah menjelang meninggal dunia dan bersiap-siap
membuat aneka wasiat soal harta yang bakal terpaksa ditinggalkannya.

1. saat orang yang terbaik dalam bersedekah ialah orang yang dalam keadaan
sehat lagi loba alias tamak alias berambisi sangat mengejar keuntungan
duniawi.

Artinya, ia masih muda lagi masa depan hidupnya masih dihiasi aneka ambisi
dan perencanaan untuk menjadi seorang yang sukses, mungkin dalam karirnya
atau bisinisnya.

Dalam keadaan seperti ini biasanya seseorang akan merasakan kesulitan dan
keengganan bersedekah karena segenap potensi harta yang ia miliki pastinya
ingin ia pusatkan dan curahkan untuk modal menyukseskan berbagai
perencanaan dan proyeknya.

Dengan dalih masih dalam tahap investasi, maka ia akan selalu menunda dan
menunda niat bersedekahnya dari sebagian harta yang ia miliki. Karena setiap ia
memiliki kelebihan harta sedikit saja, ia akan segera menyalurkannya ke pos
investasinya.

Setiap uang yang ia miliki segera ia tanam ke dalam bisnisnya dan ia katakan ke
dalam dirinya bahwa jika ia bersedekah dalam tahap tersebut maka sedekahnya
akan terlalu sedikit, lebih baik ditunda bersedekah ketika nanti sudah sukses
sehingga bisa bersedekah dalam jumlah ”signifikan” alias berjumlah banyak.
Akhirnya ia tidak kunjung pernah mengeluarkan sedekah selama masih dalam
masa investasi tersebut.

2. Bersedekah saat keadaan sedang sangat ingin menjadi kaya. Nabi shallallahu
’alaih wa sallam seolah ingin menggambarkan bahwa orang yang dalam
keadaan tidak ingin menjadi kaya berarti bersedekahnya kurang bernilai
dibandingkan orang yang dalam keadaan berambisi menjadi kaya. Sebab bila
seorang yang sedang berambisi menjadi kaya bersedekah berarti ia bukanlah
tipe orang yang hanya ingin menikmati kekayaan untuk dirinya sendiri.

Ia sejak masih bercita-cita menjadi kaya sudah mengembangkan sifat dan


karakter dermawan. Hal ini menunjukkan bahwa jika Allah izinkan dirinya
benar-benar menjadi orang kaya, maka dalam kekayaan itu dia bakal selalu
sadar ada hak kaum yang kurang bernasib baik yang perlu diperhatikan.

Sekaligus kebiasaan bersedekah yang dikembangkan sejak seseorang baru pada


tahap awal merintis bisnisnya, maka hal itu mengindikasikan bahwa si pelaku
bisnis itu sadar sekali bahwa rezeki yang ia peroleh seluruhnya berasal dari
Yang Maha Pemberi Rezeki, Allah Ar-Razzaq.

Hal ini sangat berbeda dengan orang kaya dari kaum kafir seperti Qarun,
misalnya. Qarun adalah tokoh kaya di zaman dahulu yang di dalam meraih
keberhasilan bisnisnya menyangka bahwa kekayaan yang ia peroleh merupakan
buah dari kepiawaiannya dalam berbisnis semata.

Ia tidak pernah mengkaitkan kesuksesan dirinya dengan Yang Maha Pemberi


Rezeki, Allah swt.

‫قَا َل إِنَّ َما أُوتِيتُهُ َعلَى ِع ْل ٍم ِع ْن ِد‬

“Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang
ada padaku".(QS Al-Qshshash ayat 78)

3. sedekah menjadi afdhal saat si pemberi sedekah berada dalam keadaan


khawatir menjadi miskin. Walaupun ia dalam keadaan khawatir menjadi miskin,
namun hal ini tidak mempengaruhi dirinya. Ia tetap berkeyakinan bahwa
bersedekah dalam keadaan seperti itu merupakan bukti ke-tawakkal-annya
kepada Allah.
Ia sadar bahwa jika Allah kehendaki, maka mungkin sekali dirinya menjadi
kaya atau menjadi miskin. Itu terserah Allah. Yang pasti keadaan apapun yang
dialaminya tidak mempengaruhi sedikitpun kebiasaannya bersedekah.

Ia sudah menjadikan bersedekah sebagai salah satu karakter penting di dalam


keseluruhan sifat dirinya. Persis gambarannya seperti orang bertaqwa di dalam
Al-Qur’an:

ْ ‫أُ ِع َّد‬
َّ ‫ت لِ ْل ُمتَّقِينَ الَّ ِذينَ يُ ْنفِقُونَ فِي ال َّسرَّا ِء َوال‬
‫ضرَّا ِء‬

”… yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang


yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit.” (QS Ali
Imran ayat 133-134)

4. Nabi shallallahu ’alaih wa sallam sangat mewanti-wanti agar jangan sampai


seseorang baru berfikir untuk bersedekah ketika ajal sudah menjelang. Sehingga
digambarkan oleh beliau bahwa orang itu kemudian baru menyuruh seorang
pencatat menginventarisasi siapa-siapa saja fihak yang berhak menerima harta
miliknya yang hendak disedekahkan alias diwasiatkan.

Ini bukanlah bentuk bersedekah yang afdhal. Sebab pada hakikatnya, seorang
yang bersedekah ketika ajal sudah menjelang, berarti ia melakukannya dalam
keadaan sudah dipaksa oleh keadaan dirinya yang sudah tidak punya pilihan
lain.

Saat seseorang bersedekah dalam keadaan ia bebas memilih antara


mengeluarkan sedekah atau tidak, berarti ia lebih bermakna daripada seseorang
yang bersedekah ketika tidak ada pilihan lainnya kecuali harus bersedekah.

Itulah sebabnya Nabi shallallahu’alaih wa sallam lebih menghargai orang yang


masih muda lagi sehat bersedekah daripada orang yang sudah tua dan
menjelang ajal baru berfikir untuk bersedekah.
DAFTAR PUSTAKA

http://hadis-islam.blogspot.co.id/2010/07/manfaat-sedekah-di-dunia-dan-akhirat.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2015/keutamaan-bersedekah.html
http://makrabahmanhajasalafi.wordpress.com
http://tinoberita.blogspot.com
http://rohissman43-artikel.blogspot.co.id/2012/09/sedekah-membawa-keberkahan.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2015/10/sedekah-yang-paling-utama.html
http://www.islam20.net
http://www.mvoa-islam.com
http://www.konsultasisyariah.com
https://madwahsisvo.wordpress.com/sedekah-di-bulan-ramadhan
https://konsultasisyariah.com/24693-keutamaan-sedekah-hari-jumat.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2013/09/aneka-bentuk-sedekah.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2014/10/doa-dan-sedekah-yang-tidak-diterima.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2015/11/korelasi-sedekah-dengan-syukur.html
http://www.irhams.wordpress.com
http://www.kayadengansedekah.blogspot.com
http://www.drhalim.blogspot.com
http://www.pinterest.com
http://www.hikmahsedekah.tk/2013/09/saat-terbaik-untuk-bersedekah-menurut.html
http://www.hikmahsedekah.tk/2013/09/emang-dahsyat-kekuatan-sedekah.html

Anda mungkin juga menyukai