Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

FIQIH IBADAH

ZAKAT

DISUSUN OLEH:

RAHMAWATI AZIZ

NIM : 18010106037

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

KENDARI 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah fiqih dan juga sebagai bahan
penambah ilmu pengetahuan. Saya menyadari dalam pembuatan tugas ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga tugas ini dapat menjadi bahan bacaan demi peningkatan mutu
pendidikan. Dalam pembahasan ini saya akan menjelaskan tentang zakat. Sekian dan saya
ucapkan terima kasih.

Kendari, 7 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................4

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

A. PENGERTIAN ZAKAT...............................................................................................5

B. DASAR HUKUM DAN HIKMAH ZAKAT...............................................................6

HUKUM ZAKAT...............................................................................................................6

HUKUM ORANG YANG ENGGAN BERZAKAT.........................................................7

HIKMAH ZAKAT.............................................................................................................7

C. MACAM-MACAM ZAKAT........................................................................................8

D. SYARAT-SYARAT MENGELUARKAN ZAKAT.................................................14

BAB III KESIMPULAN........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zakat merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam yang digunakan untuk memebantu
masyarakat lain, menstabilkan ekonomi masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan
atas, sehingga dengan adanya zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat
menghilangkan jarak antara orang kaya dan orang miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai
salah satu instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk membangkitkan banga dari
keterpurukan, zakat juga sebagai ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi orang-orang Islam,
namun diperuntukkan bagi kepentingan seluruh masyarakat.

Zakat merupakan suatu ibdah yang dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga
dengan adanya zakat (baik zakat fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali
silaturrahmi dengan sesama umat Islam maupun dengan umat lain. Dalam makalah ini saya
akan membahas tentang pengertian zakat, hukum dan hikmah zakat, macam-macam zakat,
dan syarat-syarat mengeluarkan zakat.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian dari zakat!
2. Jelaskan hukum dan hikmah zakat!
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam zakat!
4. Apa saja syarat-syarat mengeluarkan zakat
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAKAT

Zakat menurut bahasa mempunyai beberapa arti:

 An-Namaau; berarti: kesuburan, bertumbuh


 At-Thaharatu; berarti: kesucian
 Al-Barakatu; berarti: keberkatan

Zakat menurut istilah syara' ialah nama bagi sesuatu harta yang dikeluarkan oleh manusia
dari hak milik Allah kepada fuqaha (para kaum faqir).

Sesudah mengeluarkan zakat (infak) seseorang telah suci (bersih) dirinya dari penyakit
kikir dan tamak. Hartanya juga telah bersih, karena tidak ada lagi hak pada orang lain pada
hartanya itu.

(Sayid Sabiq): Fiqhus-Sunnah h,276)

Al-Imam Taqyuddin Al-Husainy dalam kitabnya: Kifayatul Akhyar, menjelaskan


pengertian zakat:

Artinya: ‘’Zakat menurut syara' ialah: nama bagi kadar harta tertentu yang diserahkan
kepada golongan-golongan tertentu dengan beberapa persyaratan.’’ (h.172)

Di dalam Al-Quur'an kalimat zakat disebut berulang kali. Ada 82 tempat, kalimat zakat
disebutkan sesudah kata shalat. (Sayid Sabiq, h.276)

Di samping kalimat zakat terdapat pula beberapa terminologi yang digunakan oleh Al-
Qur'an di dalam menerangkan zakat itu.

Nama-nama itu antara lain:

1. Shadaqah, Allah SWT, berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka.”(S. At-Taubah 103)

2. Nafaqah, Allah SWT, berfirman:


“Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, akan mendapati siksa yabg pedih.”
(At-Taubah 34)

3. Haq, Allah SWT berfirman:

“Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada


fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
oramg yang berlebih-lebihan. (S. Al-An'am 141)

4. Afwu, Allah SWT, berfirman:

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku'.” (S. Al-Baqarah 43)

B. DASAR HUKUM DAN HIKMAH ZAKAT

HUKUM ZAKAT
Ayat perintah menunaikan zakat dan infak telah dikemukakan sebagian pada ayat-
ayat: Al-Baqarah/2: 43, 83, 110, 195, 254, 267.

Selain ayat-ayat di atas dijelaskan juga dalam firman Allah, yabg artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat ity kamu membersihkan
dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bgi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (At-Taubah/9:103)

FirmanAllah, yang artinya:

“Dan Dia-lah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak
berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya. Zaitun dan
delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama rasanya. Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya pada hari memetik
hasilnya (dikeluarkan zakatnaya) dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(Al-An'am/6:141)

Sabda Rasulullah, yang artinya:


“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW. Mengutus Mu'az
ke negeri Yaman, beliau pun bersabda: “Ajaklah mereka supaya meyakini (mengakui),
bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sesungguhnya aku utusan Allah.
Jika mereka mematuhinya (taat), maka beritahulah kepada mereka, bahwa Allah
mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaatinya, maka
beritahulah, bahwa Allah mewajibkan sedekah (zakat) atas mereka (zakat itu) dikenakan
kepada orang kaya dan diberikan kepada para fakir di kalangan mereka.” (HR. Muttafaq
Alaih)

Berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits di atas jelas, bahwa mengeluarkan zakat itu
hukumnya wajib sebagai salah satu rukun Islam.

Zakat merupakan ibadah amaliya, yang termasuk salah satu rukun Islam yang lima. Di
fardhukan pada tahun kedua Hijriah oleh Allah SWT, kepada orang-orang yang telah
memenuhi syarat untuk menunaikan zakat tersebut, sesuai dengan firman-Nya antaranya:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu
usahakan bagi dirmu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (S. Al-Baqarah 110)

Hadits Nabi SAW:

“Islam didirikan di atas lima sendi: mengaku bahwa Tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan bahwasanya Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
mengerjakan haji dan berpuasa pada bulan Ramadhan.”

HUKUM ORANG YANG ENGGAN BERZAKAT


Masalah ini sebenarnya banyak dibicarakan para Fuqoha secara panjang lebar, namun
di sini kita ringkas sebagai berikut:

1.) Orang yang tidak menunaikan zakat, sedang dia masih berkeyakinan bahwa zakat itu
wajib, maka dengan keengganannya itu dia berdosa, akan tetapi tidak murtad dari
Islam. Dan pemerintah berkewajiban memungut zakat dari dia secara paksa, tapi tidak
boleh mengambil lebih dari ukuran zakat yang semestinya.
2.) Orang yang tidak mau menunaikan zakat, sedang dia masih berkeyakinan bahwa
zakat itu wajib, tapi dia unjuk gigi membela diri, maka dia berhak diperangi sampai
dia mau menunaikannya.
3.) Sedang orang yang tak mau menunaikan zakat sedang dia tidak mengakui lagi bahwa
zakat itu wajib, maka dia telah keluar dari Islam dan berhak dibunuh sebagai orang
kafir.

HIKMAH ZAKAT
Ibadah zakat mengandung berbagai hikmah yang sangat tinggi artinya dalam
kehidupan ummat manusia karena:

a. Zakat sebagai manifestasi rasa syukur dan pernyataan rasa terima kasih
seorang hamba kepada Khalik-Nya yang telah menganugerahkan rahmat dan
nikmat-Nya berupa kekayaan. Justru itu zakat merupakan pendidikan positif
bagi manusia untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada si
pemberi/Allah SWT. (S. Ibrahim ayat 7)
b. Zakat mendidik manusia mensucikan jiwa dan rohaninya dari sifat bakhil,
kikir dan rasa tamak. Sebaliknya mendidik manusia menjadi dermawan,
pemurah dan pengasih kepada sesamanya, sekaligus berlatar belakang sebagai
latihan disiplin dan menunaikan “kewajiban dan amanah” kepada yang hak
dan yabg berkepentingan (suatu pendidikan akhlak mulia). (S. At-Taubah 103)
c. Zakat merupakan sarana/sistem dalam struktur ekonomi Islam yang selalu
berorientasi kepada perjuangan untuk membela kepentingan kaum dhu'afa
(kaum lemah). Menunjukkan pula bahwa Islam adalah agama pembela
kemanusiaan sejati. Seperti telah dibuktikan dalam sejarah, oleh Rasulullah
SAW, beserta para sahabat dimana beliau selalu memperhatikan kepentingan-
kepentingan hidup kaum lemah, baik dalam memenuhi tuntutan kemerdekaan
pribadinya dari perbudakan maupun dalam memenuhi tuntutan sosial ekonomi
untuk hidup secara wajar. (Q.S. Al-Qashash ayat 5)
d. Zakat merupakan alat menghilangkan jurang pemisah antara orang-orang kaya
dan orang-orang miskin dan antara si kuat dan si lemah sekaligus berfungsi
menghilangkan perbedaan-perbedaan sosial yang tajam. Sebaliknya zakat
menghubungkan tali kasih sayang antara golongan berpunya dan golongan
yang tidak berpunya, bagaikan “satu bangunan yang bagian-bagiannya saling
kuat-menguatkan.” (H.R. Bukhari)
e. Ajaran zakat menunjukkan bahwa kemiskinan merupakan indikator yang
harus di atasi dan di bendung. Islam memandang bahwa kemiskinan termasuk
salah satu sumber kejahatan dan kekafiran, sebab itu kemiskinan harus di
lawan. Orang-orang yang hidupnya mengalami tekanan-tekanan sosial
ekonomi sangat mudah terpengaruh kepada perbuatan yang tercelah, penipuan,
pencurian dan perampokan dan sebagainya “kemelaratan mendekatkan kepada
kekafiran” (H.R. Abu Na'im).

C. MACAM-MACAM ZAKAT

Zakatnya ada dua macam:

1. Zakat yang berkaitan dengan badan, yaitu Zakat Fitrah


2. Zakat yang berkaitan dengan harta, yaitu zakat ternak, emas dan perak,
tanaman, buah-buahan dan barang dagangan, barang tambang, dan
kekayaan yang bersifat umum.
 Zakat Fitrah

Zakat fitrah diwajibkan pada tahun kedua hijra, yaitu pada saat puasa Ramadhan
diwajibkan untuk menyucikan diri dari orang yang berpuasa dari ucapan kotor dan perbuatan
yang tidak ada gunanya. Zakat fitrah itu diberikan kepada orang miskin untuk memenuhi
kebutuhan mereka dan jangan sampai meminta-minta pada hari raya itu.

Zakat fitrah itu zakat pribadi yang bertujuan untuk membersihkan pribadi, sebagaimana
zakat harta untuk membersihkan harta. Kalau kita analogikan dengan pajak, maka ada pajak
kekayaan (harta) dan ada pula pajak kepala(pribadi). Dengan demikian, persyaratan zakat
fitrah tidak sama dengan persyaratan zakat lainnya.

a. Landasan Hukumnya

Sebagai landasan hukum zakat fitrah diwajibkan adalah sabda Rasulullah:

“Sesungguhnya Rasulullah SAW. Telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan


Ramadhan satu sha' kurma atau satu sha' gandum kepada setiap orang yang merdeka,
hamba sahaya, baik laki-laki maupun perempuan dari kaum muslimin.” (HR. Jama'ah Ahli
Hadis)
Jumhur ulama salaf dan Khalaf berbeda pendapat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib,
karena ada kata “fardhu.” Di samping itu, perintah menunaikan zakat secara umum
sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikan zakat, dan taatlah kepada rasulsupaya kamu
diberi rahmat” (An-Nur/24:56)

b. Hikmah Zakat Fitrah

Ada dua hal pokok sebagai hikmah diwajibkan zakat fitrah, sebagaimana dapat kita
lihat dalam sabda Nabi:

“Rasulullah SAW mewajibkan “Dan dirikan shalat dan tunaikan zakat, untuk
membersihkan orang yang berpuasa dari omongan yang tidak ada manfaatnya dan omongan
kotor, serta untuk memberikan makanan bagi orang-orang yang miskin.” (HR. Abu Daud)

1. Hikmah zakat fitrah bagi orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan

Puasa yang baik adalah puasa yang tidak hanya menahan lapar dan haus serta menahan
hawa nafsu berhubungan ingin antara suami istri pada siang hari di bulan Ramadhan saja,
tetapi masih ada hal-hal lain yang harus diperhatikan selama berpuasa. Pancaindra
diupayakan supaya ikut juga berpuasa, seperti lidah, telinga, mata, tangan dan pancaindra
lainnya. Pikiran pun disuruh puasa, supaya tidak memikirkan hal-hal yang tidak baik yang
menyalahi agama Islam, demikian juga hati diperintahkan untuk berpuasa, supaya tidak ada
yang melintas dalam hati perasaan-perasaan yang tidak baik

2. Hikmah zakat fitrah bagi masyarakat

Zakat fitrah diharapakan dapat mengatasi kesulitan yang mereka hadapi dan sekurang-
kurangnya pada saat lebaran itu, mereka dapat bersuka ria dan melupakan penderitaan selama
ini.

c. Orang Yang Wajib Berzakat Fitrah

Orang yang wajib berzakat fitrah adalah orang-orang yang dinyatakan dalam sabda
Rasulullah:

‘’Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadhan atas orang
yang merdeka, hamba sahaya, laki-laki dan perempuan dari kaum muslimin.” (HR. Jama'ah
Ahli Hadis)
Sabda Rasulullah yang artinya:

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah tentang zakat fitrah, wajib atas orang-orang yang
merdeka, hamba sahaya, baik laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang dewasa, fakir
atau kaya...” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasa'i)

Semua hadis tersebut memberi petunjuk kepada kita, bahwa zakat fitrah itu adalah
kewajiban yang bersifat umum pada setiap pribadi dari kaum muslimin tanpa membedakan
antara orang merdeka dengan hamba sahaya, antara laki-laki dan perempuan, antara anak-
anak dengan orang dewasa, dan antara orang kaya dengan orang miskin.

d. Syarat-Syarat Dan Nisab Zakat Fitrah

Apabila kita perhatikan hadis di atas, yaitu orang merdeka dan hamba sahaya (yang
tidak punya milik), orang kaya dan orang miskin (yang tidak memiliki senisab harta), maka
jelas zakat fitrah itu tidak terikat pada nisab. Ada dua hal saja yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Islam
b) Ukuran kewajiban zakat fitrah adalah kelebihan dari makan orang yang bersangkutan
dan makanan orang yang menjadi tanggungannya pada hari dan malam dari raya Idul
Fitri itu.
e. Jenis Benda Yang Dikeluarkan Untuk Zakat Fitrah

Jenis benda yang dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok. Pada zaman
sekarang ini, ada orang yang mau mengeluarkan uang sebagai penggantinya, senilai beras
pada saat itu.

Menurut Imam Malik, Syafi'i dan Ahmad, tidak dibenarkan mengeluarkan zakat
dengan uang sebagai pengganti makanan pokok. Ibnu Hazm dan beberapa ulama lain, juga
berpendapat demikian. Tetapi Imam ats Tsauri, Abu Hanifah dan beberapa ulama lainnya
berpendapat, bahwa uang pun dapat diserahkan sebagai zakat fitrah.

f. Waktu Wajib Dan Waktu Mengeluarkan Zakat Fitrah

Para ulama sepakat, bahwa zakat fitrah itu wajib, sebab lebaran pada akhir bulan
Ramadhan bertujuan untuk menggembirakan fakir miskin dan pembersih diri pribadi. Namun
para ulama berbeda pendapat tentang batas waktu wajib.

Imam Syafi'i, Ahmad, Ishak, ats Tsauri dan Imam Malik dalam sebuah riwayat,
bahwa zakat fitrah itu wajib setelah terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan, karena
zakat itu bertujuan untuk menyucikan orang yang berpuasa, sedangkan puasa itu berakhir
pada waktu matahari sudah terbenam.

Sedangkan Abu Hanifah, Iman Laits, Abu Tsaur dan Imam Malik dalam sebuah
riwayat berpendapat, bahwa zakat fitrah itu wajib setelah terbit fajar hari raya, karena zakat
itu berhubungan dengan hari raya.

g. Orang Yang Berhak Menerima Zakat Fitrah

Mengenai orang yang berhak menerima zakat fitrah, terdapat perbedaan pendapat.

a. Zakat fitrah itu wajib dibagikan kepada asnaf yang disebutkan dalam surah At-
Taubah: 60
b. Zakat fitrah itu boleh saja diberikan kepada asnaf yang delapan, tetapi lebih
khusus kepada fakir miskin (jumhur ulama)
c. Zakat fitrah itu dibagikan khusus untuk fakir miskin saja. Pendapat ini
dipegang oleh sebagian Maliki, Ibnu Qayyim, Ibnu Taimiyah, Imam Hadi,
Qashim dan Abu Thalib, karena zakat fitrah itu khusus untuk membersihkan
diri pribadi dan memberi makan orang miskin.

Di dalam Al-Qur'an, sebenarnya tidak secara jelas dan tegas dinyatakan harta yang
wajib dikeluarkan zakatnya. Sunnah Rasulullah-lah yang menjelaskan lebih lanjut mengenai
harta yang wajib dizakati dan jumlah yang wajib dikeluarkan.

Di dalam Al-Qur'an, hanya beberapa macam saja yang disebutkan sebagai harta kekayaan
yang wajib dikeluarkan zakatnya, seperti:

a. Zakat ternak

Binatang Ternak Yang Wajib Zakat

1. Zakat sapi (kerbau)

Zakat sapi (kerbau) tidak secara rinci dijelaskan oleh Rasulullah, karena itu terjadi
perbedaan pendapat. Zakat sapi (kerbau) ditetapkan zakatnya berdasarkan sunnah dan ijma'
(pendapat yang masyhur).

Adapun berdasarkan hadis Mu'adz bin Jabal yang diriwayatkan oleh Ahmad dari
Masyruq, yaitu Nabi memerintahkan Mu'adz supaya setiap 30 ekor sapi diambil zakatnya
seekor sapi yang berumur satu tahun.
Kemudian ada lagi pendapat yang kedua, yaitu menurut ijma' yang dikemukakan oleh
Imam Abu Ja'far Ibnu Jarir al Thabari, bahwa nisab sapi (kerbau) adalah 50 ekor dan
zakatnya 1 ekor.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Ibnu Hazm dalam al-Muhalla, bahwa setiap 50
ekor dikeluarkan zakatnya 1 ekor dan setiap 100 ekor, zakatnya 2 ekor, dan kalau ternaksapi
itu banyak, maka setiap 50 ekor zakatnya 1 ekor.

2. Zakat kambing (domba)

Zakat kambing (domba), wajib berdasarkan hadis dan ijma' dalam hadis disebutkan,
yang artinya:

“Zakat kambing (domba), bila sampai 40 ekor sampai 120 ekor, 1 ekor kambing .”
(HR. Bukhari)

Apabila kambing (domba) lebih dari 599, maka zakatnya setiap 100 ekor 1 ekor
kambing, umpamabya kalau ada 800 ekor kambing, berarti zakatnya 8 ekor kambing.

Ada beberapa hal yang perlu diketahui pemilik kambing (domba) pada saat
mengeluarkan zakat, untuk memperlihatkan, bahwa dia benar-benar ikhlas mengeluarkan
zakat itu.

a. Mutu

Zakat yang diberikan tidak boleh cacat, seperti luka, terlalu tua, pincang dan
sebagainya sebab cacat itu mengurangi manfaat dan harganya, sebagaimana firman Allah,
yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal
kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya.
Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.” (al-Baqarah/2:267)

Kemudian dalam hadis Nabi diperingatkan, yang artinya:

“Tidak boleh dikeluarkan zakat dari ternak yang sudah tua, yang cacat tubuhnya,
dan kambing jantan kecuali disetujui oleh amilnya.”(Hadis Anas bin Malik)

b. Jenis Kelamin
Menurut Hanafi, zakatnya boleh betina dan boleh pula jantan tidak ada perbedaan,
demikian juga pendapat Malik.

Menurut Hambali, tidak boleh dikeluarkan zakatnya jantan, bila nisabnya


(bilangannya) betina. Jadi, dilihat dari kambing yang dizakati.

c. Umur

Umur kambing (domba) yang dijadikan zakat, ada perbedaan pendapat. Malik
memandang sama kambing dan domba, karena jenisnya sama. Zakatnya sudah dipandang
memadai kalau sudah berumur satu tahun. Syafi'i dan Ahmad mengatakan anak kambing
jantan umur satu tahun dan anak domba jantan umur enam bulan.

3. Zakat Kuda

Para ulama sependapat, bahwa kuda yang dipergunakan oleh pemiliknya untuk
kepentingan pribadi, seperti untuk tunggangan, alat transportasi tidak dikenakan zakat.
Demikian juga untuk kepentingan perang mempertahankan negara, tidak dikenakan zakat.

Adapun kuda yang sengaja dikembangbiakkan pada padang rumput atau tidak, tetap
dikeluarkan zakatnya. Demikian menurut pendapat Abu Hanifah. Menurut Abu Hanifah
nisabnya 5 ekor kuda (pendapat yang dipandang kuat). Setiap ekor zakatnya 1 dinar, dan
kalau dinilai dengan uang (dirham) setiap 200 dirham zakatnya 5 dirham (1/40 dari harga).
Atau sama saja dengan mengeluarkan zakat 2 ½% sebagaimana zakat barang dagangan.
Sedangkan ulama fiqh yang lain mengatakan tidak wajib.

Pendapat ini didukung oleh dalil hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir, dari Ali
Ibnu Umar asy-Sya'bi, ‘Atha al-Husain al-Abdi, Umar bin Abdul ‘Aziz, ats-Tsauri, Abu
yusuf, Muhammad (2 orang sahabat/murid Abu Hanifah) Abu Tsaur, AbuKhaitsamah dan
Abu Bakar bin Syaibah dan diriwayatkan pula oleh orang lain dari Umar, Malik, al-Auz'i al-
Laits dan Daud.

Para ulama sependapat (kecuali Dzahiriyah), bahwa kuda-kuda yang dijadikan


komoditi perdagangan wajib dikeluarkan zakatnya. Jadi, cara perhitungan zakatnya sama
seperti barang dagangan lainnya.

4. Zakat Ternak Lainnya

Sebenarnya ternak di Indonesia ini, tidak hanya sapi (kerbau), kambing (domba) dan
kuda, sebagaimana telah dikemukakan di atas, tetapi masih ada ternak, seperti ternak kelinci,
ayam dengan segala macam jenisnya. Demikian juga ternak burung dengan segala macam
jenisnya.

Semua macam usaha yang halal dan seperti bermacam ternak yang disebutkan di atas,
dikenakan zakatnya, karena merupakan usaha yang menghasilkan dan berkembang.

Berbeda kalau ternak ayam atau ikan untuk kepentingan sendiri (dimakan), tentu tidak
dikenakan zakatnya. Dalam masalah ini terjadi perbedaan pendapat, apakah cara menghitung
zakatnya dengan emas dan perak sebagai standar, atau dengan uang secara langsung, tidak
perlu lagi dihitung dengan emas, yaitu seberat 93,6 gr.

Apabila ternak itu telah mencapai nilai 93,6 gr, berarti telah sampai nisabnya dan
wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 2,5% (1/40 × uang).

Pendapat di atas dikemukakan oleh Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahab Khallaf
dan Abd Rahman Hasan.

Berbeda dengan Yusuf Qardlawi, beliau menghitung langsung dengan uang. Cara
menghitungnya demikian: batas minimum (paling kecil) nisab zakatnya kambing adalah 40
ekor dan zakat yang dikeluarkan 1 ekor kambing, berarti sama juga dengan 1/40 × 40 = 1
ekor.

Bagi mukmin yang sadar memandang bahwa harta itu adalah amanah dan karunia dari
Allah, tentu tidak terlalu mempersoalkan pendapat yang berbeda di kalangan ulama, apalagi
mencari dalil atau alasan yang menjurus kepada pembebasan dari keinginan mengelak dari
kewajiban berzakat. Selama kewajiban itu belum ditunaikan, harta kita belum bersih dan
penyakit jiwa pun mungkin akan bertambah parah dan kambuh (kikir, tamak).

b. Emas dan perak yang disebutkan dalam firman-Nya

“...Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada
jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa
yabg pedih.” (At-Taubah/9:34)

c. Tanaman hasil bumi dan buah-buahan yang dinyatakan dalam Al-Qur'an,


sebagaimana telah disebutkan dalam Surah Al-An'aam/6:141.

d. Binatang ternak
Mengenai binatang ternak ini, telah ditentukan jenisnya oleh Rasulullah dan sepeninggal
beliau oleh para sahabat.

e. Harta dagang

Harta dagang maksudnya harta yang diperdagangakan. Dalam hal ini Ibnu Hazm
berpendapat, bahwa harta dagang itu tidak wajib dikeluarkan zakatanya. Sebab, tidak ada
Nash (sunnah) yang datang dari Rasulullah, tentang kewajiban zakat atas kekeyaan jenis ini.
Sedangkan hukum wajib zakat harta dagang berdasarkan pendapat sahabat. Akan tetapi,
jumhur ulama fiqih mewajibkan zakat atas harta dagang.

f. Barang-barang tambang

Mengenai hali ini dinyatakan dalam firman Allah Surah Al-Baqarah/2:267, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.”

g. Kekayaan yang bersifat umum

Mengenai hal ini dinyatakan dalam firman Allah, yang artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan menyucikan mereka...(At-Taubah/9:103)

Sebagian ulama seperti Ibnu Hazm berpendapat, bahwa jenis kekayaan yang tidak ada
atau tidak pernah diperbuat oleh Nabi, tidak dikeluarkan zakatnya. Sedangkan, saya
sependapat dengan ulama-ulama yang menyatakan, bahwa jenis kekayaan (harta) apa pun
yang kita miliki wajib dikeluarkan zakatnya, asal telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang
berlaku menurut agama Islam.

Apa yang dipandang sebagai harta kekayaan di Indonesia ini, tentu tidak sama dengan
harta kekayaan pada negara lain, seperti di Timur Tengah, Afrika, Amerika, Eropa, dan
negara-negara lainnya. Namun, harus ada suatu prinsip dan suatu keyakinan, bahwa apa pun
karunia Allah yang mengalir kapada kita, harus ada yang mengalir kepada orang lain
(mustahik), apakah berupa zakat, infak, atau sedekah. Jangan hendaknya ada pemikiran,
bahwa harta kekayaan yang tidak ada disebutkan dalam fiqih Islam, tidak dikeluarkan
zakatnya.
Hendaknya dipahami, bahwa harta yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta yang
berkembang. Dengan demikian, rumah tempat tinggal tidak dikeluarkan zakat. Begitu juga
mobil, motor, televisi, dan akat-alat keperluan rumah tangga dan perhiasan dalam jumlah
yang wajar, tidak dikenakan zakat. Namun, bila berkembang, seperti rumah untuk disewakan,
toko, dan bahkan tanah yang disewakan wajib dikeluarkan zakatnya.

D. SYARAT-SYARAT MENGELUARKAN ZAKAT

1. Sampai Nisab

Binatang ternak yang dikeluarkan zakatnya harus mencapai jumlah tertentu, yaitu
sampai nisabnya (batas minimal dikenakan zakat), tidak hanya asal sudah mempunyai
beberapa ekor, sudah dikenakan zakat.

2. Haul (telah dimiliki satu tahun)

Binatang ternak itu dikeluarkan zakatnya sesudah sampai satu tahun. Ketentuan ini
berlaku berdasarkan praktik yang telah berlaku, yang pernah dilaksanakan Rasulullah dan
khalifah sesudah beliau (khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali
bin Abi Thalib).

Sebagai landasan haul itu adalah sabda Rasulullah SAW, yang artinya:

“Tidak dikenakan zakat harta, sehingga sampai satu tahun.” (HR. Abu Daud)

3. Binatang Gembalaan

Binatang ternak itu sengaja diurus sepanjang tahun, supaya dapat diambil manfaatnya,
seperti susunya, dagingnya, dan untuk dikembangbiakkan.

Binatang yang dipergunakan untuk keperluan pribadi (termasuk tamu), tidak


dikenakan zakatnya apakah untuk keperluan di sawah (ladang) atau angkutan (transportasi).

4. Tidak Dipekerjakan

Binatang ternak yang dipergunakan (dimanfaatkan) untuk kepentingan pemiliknya,


tidak dikenakan zakatnya, seperti menggarap tanah pertanian, dijadikan sebagai alat untuk
mengambil air guna menyiram tanaman dan untuk alat angkutan. Sabda Nabi, yang artinya:

“Sapi yang dipekerjakan tidak dikenakan zakat.” (HR. Abu ‘Ubaid)

Sabda Nabi, yang artinya:


“Sapi pembajak tanah tidak dikenakan zakat.” (HR. Thabrani)

Pendapat di atas berbeda dengan pendapat Malik, bahwa binatang gembalaan atau
yang diberi makanan di kandang, binatang yang dipekerjakan atau tidak, tetap dikenakan
zakat.
BAB III KESIMPULAN

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (namaau) dan bertambah (ziyadah). Sedangkan
menurut istilah zakat adalah penyerahan atau penunaian hak yang wajib yang terdapat di
dalam harta untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak.

Zakat terbagi 2 yaitu zakat fitrah dan zakat maal (zakat harta). Zakat fitrah adalah
zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar zakat
ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan. Zakat maal
(zakat harta) adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali
yang sudah memenuhi nisab mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut,
hasil ternak, harta temuan, emas dan perak serta hasil kerja (profesi). Masing-masing jenis
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan Muhammad. Zakat dan Infak. Prenada Media Group. Jakarta. 2008
Thahir Drs. H. Nurdin. Ilmu Fiqih. IAIN Kendari. Kendari. 2007 M
Umar Anshori. Fiqih Wanita. CV. Asy-Syifa’. Semarang. 1986

Anda mungkin juga menyukai