Anda di halaman 1dari 16

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Tafsir Ahkam Haya Zabidi, S.Ag, M.Ag.

TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG ZAKAT INFAQ DAN SHADAQOH

“Disusun Oleh”
Muhammad Alfianor 20.11.1143

PROGRAM STUDI AKHWAL ASSYAKHSIYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

MARTAPURA

2022/2023
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada yang maha kuasa, karena berkat campur
tangan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul “Tafsir
Ayat-Ayat Tentang Zakat Infaq dan Shadaqoh”.
Adapun maksud daripada pembuatan Karya Ilmiah ini adalah sebagai
sumbangan pemikiran bagi para pembaca mengenai tafsir ayat-ayat tentang zakat infaq dan
shadaqoh.
Penulisan karya ilmiah ini tentu saja masih banyak kekurangan. Untuk itu
demi kesempurnaannya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
konstruktif.
Akhirnya, semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan Ilmu
Hukum.

Martapura, 04 Januari 2023


Penulis

Muhammad Alfianor

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat, Infaq dan


Shadaqoh............................................................................................ 2

B. Macam-macam Zakat .........................................................................


3

C. Kelompok/Orang-orang Yang Berhak Menerima


Zakat.................................................................................................. 8

D. Fungsi Zakat ...................................................................................... 9

E. Ancaman Bagi Orang Yang Memungkiri Kewajiban


Zakat............................................................................................... ..10

BAB III KESIMPULAN......................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan salah satu pilar dari pilar islam yang lima, Allah SWT.
telah mewajibkan bagi setiap muslim untuk mengeluarkannya sebagai penyuci
harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas
terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul
(satu tahun bagi harta simpanan dan niaga, atau telah tiba saat memanen hasil
pertanian).
Banyak sekali dalil-dalil baik dari al-quran maupun as-sunnah sahihah
yang menjelaskan tentang keutamaan zakat, infaq dan shadaqah. Sebagaimana
firman Allah taala yang berbunyi:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 277 ).
Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari
secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi
Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (Q.S. Al Baqarah : 274 ).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Zakat, Infaq dan Shadaqoh?


2. Bagaimana Macam-macam Zakat?
3. Bagimana Menentukan Kelompok/Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat?
4. Bagaimana Fungsi Zakat?
5. Bagaimana Waktu Pelaksanaan Zakat dan Syarat-syaratnya?
6. Bagaimana Ancaman Bagi Orang Yang Memungkiri Kewajiban Zakat?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Zakat,Infaq dan Shadaqah

Dalam pengertian bahasa, kata zakat (dalam bahasa Arab zakâh, dari kata
kerja zakâ) berarti ‘penyucian’ atau ‘pengembangan’. Dari pengertian ini, harta
seseorang yang telah dikeluarkan zakatnya menjadi bersih, karena tidak ada lagi
“kotoran” yang sebenarnya bukan miliknya. Jiwa orang yang mengeluarkannya pun
menjadi bersih. Dari pengertian ini pula, harta yang dikeluarkan zakatnya pada
hakikatnya tidak berkurang, justru akan tumbuh berkembang. Belum pernah ada
cerita orang menjadi miskin gara-gara mengeluarkan zakat.

Dalam pengertian istilah agama, zakat adalah “mengeluarkan kadar


tertentu dari harta benda yang sifatnya wajib dan setelah memenuhi syarat-syarat
tertentu”. Kadar tertentu, misalnya, 2,5% (untuk zakat mal/zakat harta, zakat emas,
zakat perak), 20% (untuk zakat barang temuan), 5% atau 10% (untuk zakat
pertanian, tergantung tingkat kesulitan pengairannya), dan lain-lain. Sedangkan
syarat tertentu adalah, misalnya, telah mencapai batas minimum (disebut nisab), dan
telah dimiliki satu tahun, dan sebagainya. Sekali lagi, zakat sifatnya wajib.

Infaq (bahasa Arabnya: infâq), maknanya lebih umum. Infak berarti


‘membelanjakan harta, uang, ataupun bentuk kekayaan yang lain, yang bersifat
wajib maupun yang bukan wajib’.

Shadaqah, dari segi bahasa berasal dari akar kata kerja shadaqa atau
bentuk nomina verbanyaash-shidq yang berarti ‘kesungguhan’ dan ‘kebenaran’. Al-
Qur’an menggunakan kata ini sebanyak lima kali dalam bentuk tunggal dan tujuh
kali dalam bentuk jamak—kesemuanya dalam konteks pengeluaran harta benda
secara ikhlas. Sedekah sifatnya tidak wajib, melainkan sunnah, sangat dianjurkan.
Tetapi, meski demikian, kata sedekah juga terkadang digunakan oleh al-Qur’an
untuk makna pengeluaran harta yang wajib. Surah at-Taubah ayat 103
memerintahkan Nabi saw. mengambil zakat harta dari mereka yang memenuhi
syarat-syarat. Demikian juga surah at-Taubah ayat 60 yang berbicara tentang

2
mereka yang berhak menerima zakat dengan menggunakan kata (shadaqah) sedekah
dalam arti zakat wajib.

B. Macam-macam Zakat
1. Zakat jiwa (nafsh)/zakat fitrah

Pengertian fitrah ialah, sifat asal, bakat, perasaan keagamaan dan


perangai, sedangkan zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi yang
mengembalikan manusia muslim keada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa
mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh
pergaulan dan sebagainya. Sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.
Yang dijadikan zakat fitrah adalah bahan makanan pokok bagi orang yang
mengeluaran zakat fitrah atau makanan pokok di daerah tempat berzakat
fitrah seperti; beras, jagung, tepung sagu, tepung gaplek dan sebagainya.

Zakat ini wajib dikeluarkan sesuai bulan Ramadhan sebelum shalat


‘id sedangkan, bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah setelah
dilaksanakan shalat’id maka apa yang diberikan bukanlah termasuk zakat
fitrah tetapi merupakan sedekah, hal ini sesuai dengan hadis Nabi saw dari
ibnu Abbas, ia berkata, “Rassulullah Saw mewajibkan zakat fitrah itu sebagai
pembersih bagi orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan
yang kotor dan sebagai makanan bagi orang yag miskin. Karena itu, barang
siapa mengeluarkan sesudah shalat maka dia itu adalah salah satu shadaqah
biasa (hadis abu daud dan ibnu majjah). Melewatkan pembayaran zakat fitrah
sampai selesai sembahyang hari raya hukumnya makruh karena tujuan
utamanya membahagiakan orang-orang miskin pada hari raya, dengan
demikian apabila dilewatkan pembayaran hilanglah separuh kebahagiannya
pada hari itu.

Banyaknya zakat fitrah untuk perorangan satu sha’ (2,5 kg/3,5 liter)
dari bahan makanan untuk membersihkan puasa dan mencukupi kebutuhan-
kebutuhan orang miskin di hari raya idul fitri, sesuai dengan hadis Nabi Saw,
“ dari ibnu umar ra; Rasulullah Saw telah mewajibkan zakat fitri 1(satu) sha’
dari kurma/gandum atau budak, orang merdeka laki-laki dan perempuan, anak
kecil dan orang tua dari seluruh kaum muslimin. Dan beliau perintahkan

3
supaya dikeluarkan sebelum manusia keluar untuk shalat ‘id (HR.Bukhari).

Jika maslahat orang-orang kafir mengharuskan dikeluarkan zakat


untuk mereka dalam bentuk uang maka tidak ada dosa di dalamnya ssuai
dengan madzhab hanafi dan madzhab syafi’i.

Menurut Yusuf Qardhawi ada dua hikmah zakat fitrah, ialah


sebagai berikut:

a. Membersihkan kotoran selama menjalankan puasa, karena selama


menjalankan puasa seringkali orang terjerumus pada perkataan dan
perbuatan yang tidak ada manfaatnya serta melakukan perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh Allah.

b. Menumbuhkan rasa kecintaan kepada orang-orang miskin dan kepada


orang-orang yang membutuhkan. Dengan member zakat fitrah kepada
orang-orang miskin dan orang- yang membutuhkan akan membawa
mereka kepada kebutuhan dan kegembiraan, bersuka cita pada hari raya.

Adapun niat mengeluarkan zakat fitrah bagi diri sendiri, “sengaja


saya mengeluarkan zakat fitrah pada saya diri sendiri, fardhu karena Allah
ta’ala. Sementara itu, bagi diri sendiri dan sekalian yang ditanggungnya, “
sengaja saya mengeluarkan zakat fitrah pada diri saya dan pada sekalian yang
saya dilazimkan ( diwajibkan) member nafkah pada mereka, fardhu karena
Allah ta’alla.

Cara penyerahan zakat fitrah dapat ditempuh dua cara adalah


sebagai berikut:

a. Zakat fitrah diserahkan langsung diserahkan yang bersangkutan kepada


fakir miskin. Apabila hal ini dilakukan maka sebaiknya pada malam hari
raya dan lebih baik lagi jika mereka diberikan pada pagi hari sebelum
shalat Idul fitri dimulai agar dengan adanya zakat fitrah itu melapangkan
kehidupan mereka, pada hari raya, sehingga mereka tidak perlu lagi
berkeliling menadahkan tangan kepada orang lain.

b. Zakat fitrah diserahkan pada amil (panitia) zakat. Apabila hal itu
4
dilakukan maka sebaiknya diserahkan satu hari atau dua hari ataupun
beberapa hari sebelum hari raya idul fitri agar panitia dapat mengatur
distribusinya dengan baik dan tertib kepada mereka yang berhak
menerimanya pada malam hari raya atau pada pagi harinya.

Ibnu Abbas meriwayatkan, “ Rasulullah SAW telah memfardhukan


zakat fitrah untuk menyucikan orang-orang yang berpuasa dari kelalaiannya.
Sesungguhnya ia salah satu shadaqoh, karena itu barang siapa yang
melewatkan pembayaran sampai terlaksananya shalat hari raya hukumnya
makruh (tidak berdosa), tetapi jika dilewatkan sampai terbenamnya matahari,
hukumnya berdosa dan dianggap sebagai hutang kepada Allah SWT yang
perlu segera dilakukan pembayarannya ( qadha) ”.

Adapun tempat mengeluarkan zakat fitrah yang lebih diutamakan


zakat fitrah ditempat Muzakki tinggal dan berkuasa, sedangkan jika dia puasa
ramadhan diluar negri karena perjalanan atau lainnya maka ia mengelurakan
zakat fitrah dinegri ditempat ia berpuasa.

Pembayaran zakat fitrah dapat dipindahkan ketempat atau daerah


lain jika penduduk ditempat atau didaerah tersebut amat memerlukannya
dibandingkan dengan penduduk ditempat atau daerah pemberi zakat.
Kemaslahatan perpindahan tersebut lebih memberi keuntungan dibandingkan
jika diberikan kepada penduduk atau daerah pemberi zakat tersebut telah
melebihi. ( Sari, 2007: 21-24)

2. Zakat Maal (Harta)

Zakat Maal (harta) adalah zakat yang dikenakan atas harta (maal)
yang dimiliki oleh individu atau lembaga dengan syarat-syarat dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan secara hukum (syara). Maal berasal dari
bahasa Arab yang secara harfiah berarti ‘harta’.

Harta yang akan dikeluarkan sebagai zakat harus memenuhi syarat-


syarat sebagai berikut:

a. Milik Penuh, yakni harta tersebut merupakan milik penuh individu yang

5
akan mengeluarkan zakat.

b. Berkembang, yakni harta tersebut memiliki potensi untuk berkembang


bila diusahakan.

c. Mencapai nisab, yakni harta tersebut telah mencapai ukuran/jumlah


tertentu sesuai dengan ketetapan, harta yang tidak mencapai nishab tidak
wajib dizakatkan dan dianjurkan untuk berinfaq atau bersedekah.

d. Lebih Dari Kebutuhan Pokok, orang yang berzakat hendaklah kebutuhan


minimal/pokok untuk hidupnya terpenuhi terlebih dahulu

e. Bebas dari Hutang, bila individu memiliki hutang yang bila


dikonversikan ke harta yang dizakatkan mengakibatkan tidak
terpenuhinya nishab, dan akan dibayar pada waktu yang sama maka harta
tersebut bebas dari kewajiban zakat.

f. Berlalu Satu Tahun (Al-Haul), kepemilikan harta tersebut telah mencapai


satu tahun khusus untuk ternak, harta simpanan dan harta perniagaan.
Hasil pertanian, buah-buahan dan rikaz(barang temuan) tidak memiliki
syarat haul.

Adapun Macam-macam zakat Maal dibedakan atas obyek zakatnya


antara lain:

a. Hewan ternak. Meliputi semua jenis & ukuran ternak (misal:


sapi,kerbau,kambing,domba,ayam)

b. Hasil pertanian. Hasil pertanian yang dimaksud adalah hasil tumbuh-


tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, umbi-
umbian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan,
dedaunan, dll Nishabnya sebanyak 5 wasaq= 300 sha’= 652,8 kg atau 653
kg. Kadar zakat yang harus dikeluarkan sebanyak 1/10-nya jika hasil
tanaman tersebut tumbuh dan berkembang tanpa disiram atau tanpa biaya
perawatannya, tanpa membayar orang lain untuk merawatnya. Apabila
pemeliharaannya memerlukan biaya maka kadar zakat yang harus
dikeluarkan sebanyak 1/20-nya. ( Hadzami, 2010:6)
6
c. Emas dan Perak. Meliputi harta yang terbuat dari emas dan perak dalam
bentuk apapun. Nisab zakat emas 20 mitsqal, berat timbangannya 93,6
gram; zakatnya 1/40 (2,5 % = ½ mitsqal = 2,125 gram). Nisab perak 200
dirham (624 gram) zakatnya 1/40 (2,5 %) = 5 dirham (15,6 gram).

Sabda Rasulullah yang artinya “Apabila engkau mempunyai


perak 200 dirham dan telah cukup satu tahun maka zakatnya 5 dirham,
dan tidak wajib atasmu zakat emas hingga engkau mempunyai 20 dinar.
Apabila engkau mempunyai 20 dinar dan telah cukup satu tahun, maka
wajib zakat adanya setengah dinar.” (Rasjid, 2011:202).

d. Harta Perniagaan. Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan


untuk diperjual-belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang
seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dll. Perniagaan disini
termasuk yang diusahakan secara perorangan maupun
kelompok/korporasi.

e. Hasil Tambang(Ma’din). Meliputi hasil dari proses penambangan benda-


benda yang terdapat dalam perut bumi/laut dan memiliki nilai ekonomis
seperti minyak, logam, batu bara, mutiara dan lain-lain.

f. Barang Temuan (Rikaz) adalah harta yang diperoleh seseorang yang


berasal dari galian dalam tanah. Harta tersebut ditanam oleh orang-orang
dimasa lampau dalm kurun waktu yang sudah cukup lama, dan sudah
tidak diketahui lagi pemilik yang sebenarnya, karena tidak didapat
keterangan yang cukup untuk itu. Harta terpendam, biasanya berupa emas
atau perak, dan wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 1/5 atau 20% dari
jumlah harta terpendam tersebut. Ketentuan ini sesuai dengan hadits
Rasulullah SAW: “ zakat rikaz ( harta terpendam) adalah sebanyak
seperlima”. ( HR. Bukhari dan Muslim). (Yusuf, 2004: 42).

g. Zakat Profesi. Yakni zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi


(hasil profesi) bila telah mencapai nisab. Profesi dimaksud mencakup
profesi pegawai negeri atau swasta, konsultan, dokter, notaris, akuntan,
artis, dan wiraswasta. Jika penghasilannya selama setahun lebih dari
senilai 85 gram emas dan zakatnya dikeluarkan setahun sekali sebesar
7
2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok. (Aminah, 2010: 119)

C. Kelompok/Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat


Zakat merupakan Kewajiban bagi yang punya kemampuan dinamakan
Muzakki yang bertujuan untuk membantu orang lain dan bagi tidak punya
kemampuan dinamakan Mustahik, diantaranya adalah Fakir, Miskin, Amil, Muallaf,
Orang Yang berutang, Orang yang Menuntut Ilmu, dan Orang yang berjuang dijalan
Allah Swt. Disamping itu zakat juga dapat menjadi alat pemberdayaan ummad. Para
Muzakki, Amil dan Lembaga Pengumpul Zakat (UPZ) harus berada pada garda
terdepan dalam dalam proses pemberdayaan umad, menurut Peraturan Menteri
Agama no 52 Tahun 2014, Zakat adalah Harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang islam untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

Menurut QS. At-Taubah ayat 60, bahwa Allah memberikan ketentuan ada
delapan golongan orang yang menerima Zakat. Secara umum Zakat terbagi menjadi
dua jenis yaitu Zakat Fitrah dan Zakat Harta (Mal). Zakat Fitrah wajib dikeluarkan
pada bulan suci ramadhan atas setiap jiwa baik laki laki maupun perempuan dengan
syarat beragama Islam, Hidup pada Bulan Ramadhan, Memiliki kebutuhan
makanan atau kebutuhan pokok untuk pada malam hari raya idul fitri. Zakat Harta
(Mal) adalah zakat yang dikeluarkan jika nizabnya sudah terpenuhi dan tidak
bertentangan dengan syariat agama.Dalam ajaran Islam zakat termasuk dalam rukun
Islam yang ke-4, zakat adalah kewajiban bagi umat Muslim untuk mengeluarkan
sejumlah hartanya untuk diberikan kepada beberapa golongan. Hal ini dilakukan
untuk menerapkan ajaran saling berbagi yang diajarkan oleh Allah.

Penerima zakat berdasarkan surat At-Taubah ayat 60 terdiri dari delapan


golongan, yakni sebagai berikut:

1. Fakir dan Miskin

2. Amil Zakat

3. Muallaf (Yang Dilunakan Hatinya)

4. Riqab (Budak/Hamba Sahaya

8
5. Gharim (Orang Yang Berutang

6. Fisabillah (Di Jalan Allah

7. Ibnu Sabil

D. Fungsi Zakat
Fungsi zakat yakni:

1. Sarana Pembersih Jiwa.

Sebagaimana arti bahsa dari zakat adalah suci, maka seseorang


yang berzakat, pada hakekatnyameupakan buktrhadap duninya dari upyanya
untuk mensucikan diri;mensucikan diri dari sifat kikir, tamak dan dari
kecintaan yang sangat terhadap dunianya , juga mensucikan hartanya dari
hak-hak orang lain.

2. Realisasi Kepedulian Sosial

Salah satu alasan esensial dalam Islam yang ditekankan untuk


ditegakkan adalah hidupnya suasana ?takaful dan tadhomun ? (rasa
sepenanggungan) dan hal tersebut akan bisa direalisasian dengan ZIS. Jika
sholat berfungsi Pembina ke khusu’an terhadap Allah, maka ZIS berfungsi
sebagai Pembina kelembutan hati seseorang terhadap sesame.

3. Sarana Untuk Meraih Pertolongan Sosial.

Allah SWT hanya akan memberikan pertolongan kepada


hambaNya, manakala hambanya Nya mematuhi ajranNya.Dan diantara ajaran
Allah yang harus ditaati adalah menunaikan ZIS (QS.22:39-40)

4. Ungkapan Rasa Syukur Kepada Allah.

Menunaikan ZIS merupkan ungkapan syukur atas nikmat yang


diberikan Allah kepada kita

5. Salah Satu Aksiomatika Dalam Islam.

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang diketahui oleh setiap
9
muslim, sebagaimana mereka mengetahui sholat dan rukun-rukun Islam
lainnya.

E. Ancaman Bagi Orang Yang Memungkiri Kewajiban Zakat


Zakat merupakan kewajiban agama yang sangat terkenal, termasuk salah
satu rukun Islam yang lima. Oleh karena itu, zakat termasuk dharuriyat (perkara-
perkara pasti) dalam agama Islam. Maka barangsiapa mengingkari kewajiban zakat,
ia menjadi kafir dan keluar dari agama Islam. Kecuali jika orang tersebut baru
masuk Islam, sehingga kebodohannya terhadap hukum-hukum Islam terma’afkan.
Atau orang itu tinggal di daerah yang jauh dari ulama’.

Allah mengancam keras terhadap orang yang meninggalkan kewajiban


zakat dengan firmanNya:

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah


berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik
bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang
mereka bakhilkan itu akan dikalungkan di lehernya kelak pada hari kiamat. Dan
kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Ali Imran/3:180].

Jika kita telah mengetahui betapa besarnya kewajiban berzakat, maka


sesungguhnya agama Islam memberikan hukuman tegas terhadap orang yang
meninggalkan kewajiban zakat ini. Orang Islam yang telah wajib berzakat, tetapi
tidak menunaikannya dan tidak meyakini kewajiban zakat, maka dia murtad dari
agama ini dan menjadi orang kafir. Adapun jika masih meyakini kewajibannya,
maka dia telah berbuat dosa besar, namun tidak kafir. Dalil tentang hal ini ialah
hadits yang telah disampaikan di atas. Bahwa orang yang tidak berzakat akan
disiksa sampai diputuskan hukuman pada hari kiamat, kemudian ia akan melihat
jalannya menuju surga atau neraka. Jika ia telah kafir, maka pasti tidak akan menuju
surga.

10
BAB III

KESIMPULAN

Manusia adalah makhluk soisal, hal ini disadari benar oleh Islam karenanya
Islam sanga mencela individualistis dan sebailiknya sangat menekankan pembinaan dan
semangat ukhuwah (kolektivisme), bahkan semanat ukuhuwah meruapkansalahsatu
risalah islam yan sangat menonjol.Kita bisa melihat betapa seriusnya Islam
memperhatikan masalah pembinaan ukhuwah ini didalam ajarannya, diantaranya
adalah zakat, infaq shadaqah.
ZIS mengajarkan kepada kita satu hal yang sangat esensial, yaitu bahwa Islam
mengakui hak pribadi setiap anggota masyarakat, tetapi juga menetapkan bahwa
didalam kepemilikan pribadi itu terdapat tanggung jawab social atau dalam kata lain
bahwa Islam dengan ajarannya sangat menjaga keseimbangannya antara maslahat
pribadi dan maslahat social.Zakat, sifatnya wajib dan adanya ketentuannya/batasan
jumlah harta yang harus zakat dan siapa yang boleh menerima. Infaq, sumbangan
sukarela atau seikhlasnya (materi). Shadaqah, lebih luas dari infaq, karena yang
disedekahkan tidak terbatas pada materi saja.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hadi Yasin, PANDUAN ZAKAT PRAKTIS (Jakarta: Ismail A. said, 2011)

BAZNAS BANYUASIN, “AMIL ZAKAT,” Baznas Banyuasin

Kementrian Agama RI, Panduan Zakat Praktis (Jakarta, 2013)

Muhammad Abduh Tuasikal, Panduan Zakat Minimal 2.5% (Yogyakarta: Rumaysho,


2020)

Samsul arifai S.A.B., M.A., “TUJUAN DAN SASARAN ZAKAT DALAM KONTEKS
IBADAH DAN MUAMALAH,” IBEF: Islamic Banking, Economic and
Financial Journal Volume 1 , Nomor 1 , Desember (2020), h. 83-94, 1.1
(2020), 1–14

Tuasikal., Muhammad Abduh, Panduan Zakat Minimal 2,5%, 1384

Yusuf Qordowi, Hukum Zakat (Bogor: PT. Pustaka Mizan, 1988)

12

Anda mungkin juga menyukai