Anda di halaman 1dari 22

KONSEP FIQH ZAKAT DALAM ISLAM

MAKALAH
Disusun Untuk Melengkapi Persyaratan Tugas
Mata kuliah Pengelolaan zakat, wakaf, infaq dan shodaqoh

Disusun oleh:
Kelompok VII MD A

1. KMS. M. Bilal azani (2120504021)


2. M. Ridho Ismail (21205040)

Dosen Pembimbing : Ahmad Nizam S.Ag., M.H.I

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin segala puji bagi Allah Swt, karena atas izin dan rahmat-Nya
serta kekuatan-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah yang
berjudul konsep Fiqh Zakat Dalam Islam. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
suri tauladan kita nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabat serta pengikutnya
yang in syaa Allah istiqomah dalam mengikuti sunnah-sunnah nya hingga akhir zaman.
Dalam makalah ini kami membahas tentang konsep Fiqh Zakat dalam Islam yang dimana
merupakan suatu ibadah yang biasanya dilaksanakan dalam Islam.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari bapak Ahmad Nizam S.Ag., M.H.I selaku
dosen pada mata kuliah pengelolaan zakat, infaq, wakaf dan shodaqoh di UIN Raden Fatah
Palembang dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad Nizam S.Ag.,
M.H.I selaku dosen pada mata kuliah pengelolaan zakat, wakaf, infaq, dan shodaqoh.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwasanya makalah ini masih ada kekurangan, dan kami
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga apa yang telah kami susun ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 06 September 2023

Penyusun kelompok II
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan penulis ......................................................................................................1

BAB II KONSEP FIQH ZAKAT DALAM ISLAM......................................................2


A. Definisi Zakat .......................................................................................................2
B. Sumber Hukum Zakat ...........................................................................................
C. Kedudukan dan Fungsi Zakat Dalam Islam .........................................................
D. Definisi Muzakki ..................................................................................................
E. Definisi 8 Asnaf / Golongan Mustahik .................................................................
F. Berbagai Macam Zakat .........................................................................................
G. Hikmah Zakat .......................................................................................................

BAB III PENUTUP..........................................................................................................


A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat adalah bagian tertentu dari harta yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim apabila telah
mencapai syarat yang ditetapkan. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat ditunaikan untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerimanya (asnaf).
Zakat berasal dari bentuk kata "zaka" yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang.
Dinamakan zakat, karena di dalamnya terkandung harapan untuk memperoleh berkah, membersihkan
jiwa dan memupuknya dengan berbagai kebaikan (Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq: 5)
Makna tumbuh dalam arti zakat menunjukkan bahwa mengeluarkan zakat sebagai sebab adanya
pertumbuhan dan perkembangan harta, pelaksanaan zakat itu mengakibatkan pahala menjadi banyak.
Sedangkan makna suci menunjukkan bahwa zakat adalah mensucikan jiwa dari kejelekan, kebatilan
dan pensuci dari dosa-dosa.
Menurut istilah dalam kitab al-Hâwî, al-Mawardi mendefinisikan zakat dengan nama
pengambilan tertentu dari harta tertentu, menurut sifat-sifat tertentu dan untuk diberikan kepada
golongan tertentu. Orang yang menunaikan zakat disebut Muzaki. Sedangkan orang yang menerima
zakat disebut Mustahik.
Sementara menurut Peraturan Menteri Agama No 52 Tahun 2014, zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha yang dimiliki oleh orang Islam untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan zakat dalam konsep Islam ?
2. Apa saja fungsi dan kedudukan zakat dan siapa saja yang berhak menerima zakat ?
3. Sebutkan macam - macam zakat ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian zakat dalam konsep Islam.
2. Untuk mengetahui fungsi dan kedudukan zakat serta yang berhak menerima zakat.
3. Untuk mengetahui macam - macam jenis zakat.

1
KONSEP FIQH ZAKAT DALAM ISLAM

A. Definisi Zakat
1. Secara Bahasa
Kata Zakat berasal dari Bahasa Arab ‫ زكاة‬atau “Zakah” yang berarti bersih, suci,
subur, berkat, dan berkembang1. Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat
Islam, Zakat merupakan rukun yang ke empat dari rukun Islam. Secara bahasa zakat
mengandung beberapa makna antara lain2 :
a. At-Thahuru, yang artinya mensucikan atau membersihkan. Makna ini menegaskan
bahwa orang yang selalu menunaikan zakat karena Allah SWT dan bukan karena
ingin dipuji manusia, Allah akan membersihkan dan mensucikannya, baik harta
maupun jiwa.
b. Al-Barokatu, yang artinya berkah. Makna ini bermakna bahwa orang yang selalu
menunaikan zakat pada hartanya akan dilimpahkan keberkahan, kemudian
keberkahan ini akan berdampak pada keberkahan hidup. Keberkahan ini lahir karena
harta yang kita gunakan adalah harta yang suci dan bersih.
c. An-Namuw, yang artinya tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan bahwa
harta yang dizakatkan (dengan izin Allah) akan selalu tumbuh dan berkembang. Hal
ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban
zakatnya.
d. As-Shalahu, yang artinya aman atau baik. Bahwa orang-orang yang selalu menuaikan
zakatnya hartanya akan selalu merasa aman dan jauh dari masalah.
2. Secara Istilah
Menurut istilah, Zakat (Zakah) adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh
umat Muslim dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya sesuai dengan
syarat yang telah ditetapkan di dalam islam.
Dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin

1
Al-Ghozi, Muhammad ibnu Qosim, Kitab Fathul Qorib, Semarang: Pustaka Alawiyyah
2
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Pedoman Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2013), hal. 29

2
dan sebagainya). Pada dasarnya zakat di dalam agama Islam artinya “kadar harta yang
tertentu, yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.3
Para ulama’ madzhab mengemukakan masing - masing pendapatnya mengenai
pengertian zakat antara lain4 :
a. Mazhab Malikiyah berpendapat bahwa zakat adalah mengeluarkan sebagian tertentu
dari harta tertentu yang telah sampai hisab kepada orang yang berhak menerima.
Harta yang dimaksud dengan syarat kepemilikan, haul (genap satu tahun) telah
sempurna selain barang tambang, tanaman dan harta temuan.
b. Mazhab Hanafiah mendefinisikan zakat sebagai pemberian hak kepemilikan atas
sebagian harta tertentu dari harta tertentu oleh syariat, semata-mata karena Allah.
c. Mazhab Syafi'iyah menyatakan bahwa zakat adalah nama untuk barang yang
dikeluarkan untuk harta atau badan (diri manusia untuk zakat fitrah) kepada pihak
tertentu.
d. Mazhab Hanbaliah menyebut zakat sebagai hak yang wajib pada harta tertentu
kepada kelompok tertentu pada waktu tertentu.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat diartikan bahwa zakat merupakan
suatu ibadah yang dilaksanakan oleh seorang muslim dengan mengeluarkan sejumlah harta
yang telah ditentukan sesuai syari’at islam yang bertujuan untuk mensucikan dan
memperoleh barokah serta melaksanakan perintah Allah Swt.

B. Sumber Hukum Zakat


1. Al - Qur’an
a. Q.S. Al - Baqarah ayat 435

‫َو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَة َو اْر َك ُعْو ا َم َع الّٰر ِكِع ْيَن‬
Artinya :
Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang
rukuk. (Al-Baqarah [2]:43)
b. Q.S. At – Taubah ayat 103
3
Sulaiman Rasyid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1990), Cet. ke-23, h. 187
4
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Cet 1. Jakarta: Gema Insani,
2011
5
https://quran.kemenag.go.id/quran/per-ayat/surah/2?from=43&to=286 Diakses pada hari Senin, 4 September
2023 pukul 21.15 WIB

3
‫ُخ ْذ ِم ْن َاْمَو اِلِهْم َص َد َقًة ُتَطِّهُر ُهْم َو ُتَز ِّك ْيِهْم ِبَها َو َص ِّل َع َلْيِه ْۗم ِاَّن َص ٰل وَتَك َس َك ٌن َّلُهْۗم‬

‫َوُهّٰللا َسِمْيٌع َع ِلْيٌم‬


Artinya :
Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka,
dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi
mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah [9]:103)
2. Hadits
a. H.R. Bukhari

‫َح َّد َثَنا َأُبو َعاِص ٍم الَّضَّح اُك ْبُن َم ْخ َلٍد َعْن َز َك ِرَّياَء ْبِن ِإْسَح اَق َعْن َيْح َيى ْبِن َعْبِد ِهَّللا‬
‫ْبِن َص ْيِفٍّي َعْن َأِبي َم ْعَبٍد َعْن اْبِن َع َّباٍس َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا َأَّن الَّنِبَّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه‬
‫َو َس َّلَم َبَعَث ُم َعاًذ ا َر ِض َي ُهَّللا َع ْنُه ِإَلى اْلَيَمِن َفَقاَل اْدُع ُهْم ِإَلى َش َهاَد ِة َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهَّللا‬
‫َو َأِّني َر ُس وُل ِهَّللا َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا َقْد اْفَتَر َض َع َلْيِهْم َخ ْم َس‬
‫َص َلَو اٍت ِفي ُك ِّل َيْو ٍم َو َلْيَلٍة َفِإْن ُهْم َأَطاُعوا ِلَذ ِلَك َفَأْع ِلْم ُهْم َأَّن َهَّللا اْفَتَر َض َع َلْيِهْم‬
‫َص َد َقًة ِفي َأْمَو اِلِهْم ُتْؤ َخ ُذ ِم ْن َأْغ ِنَياِئِهْم َو ُتَر ُّد َع َلى ُفَقَر اِئِهْم‬
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim Adh-Dlohhak bin Makhlad dari
Zakariya' bin Ishaq dari Yahya bin 'Abdullah bin Shayfiy dari Abu Ma'bad dari Ibnu
'Abbas radliallahu 'anhuma bahwa ketika Nabi Shallallahu'alaihiwasallam mengutus
Mu'adz radliallahu 'anhu ke negeri Yaman, Beliau berkata,: "Ajaklah mereka kepada
syahadah (persaksian) tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa
aku adalah utusan Allah. Jika mereka telah mentaatinya, maka beritahukanlah bahwa
Allah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu sehari semalam. Dan jika mereka
telah mena'atinya, maka beritahukanlah bahwa Allah telah mewajibkan atas mereka
shadaqah (zakat) dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya mereka dan
diberikan kepada orang-orang faqir mereka".6
3. Ijma’ Ulama’

6
https://www.laduni.id/post/read/511308/hadis-imam-bukhari-no-1308-kewajiban-berzakat Di akses pada hari
Jum’at, 8 September 2023 pukul 17.00 WIB

4
Dari ijma‟ ulama, mereka sepakat dari generasi ke generasi hingga sekarang tentang
wajibnya zakat. Bahkan para sahabat Nabi sepakat untuk memerangi orang-orang yang
enggan membayar Zakat. Dengan demikian, seorang muslim yang mengingkari
kewajiaban zakat berarti dia dianggap telah murtad.
4. Undang – undang Zakat
Pemerintah mengeluarkan undang-undang zakat yaitu Undang - Undang Nomor 23
Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Dalam Undang-Undang tersebut meliputi
berbagai aspek. Pengertian zakat tertera pada Pasal 1 ayat 2 yaitu zakat adalah harta
yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada
yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat islam.
Tujuan dari pengelolaan zakat tertera pada Pasal 3 yaitu:
a. meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat,
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.7

C. Kedudukan dan Fungsi Zakat Dalam Islam


1. Kedudukan Zakat8
Mengenai kedudukan zakat dalam Islam, bahwasanya zakat itu mengandung dua
aspek, yaitu aspek kebaktian terhadap Allah dan kebaktian terhadap sesama
manusia/masyarakat.
a. Adapun kebaktian kepada Allah adalah, bahwa menunaikan zakat bukan
memberikan umpeti material kepada-Nya, melainkan mempersembahkan
ketakwaan dengan melaksanakan perintahnya. Karena zakat adalah rukun Islam
yang ke empat dan salah satu pilar bangunannya yang agung Allâh Azza wa Jalla
dan Allah Swt. juga menyandingkan perintah menunaikan zakat dengan perintah
melaksanakan shalat di dua puluh delapan tempat dalam al-Qur`ân.
b. Adapun kebaktian kepada masyarakat mengandung segi sosial dan ekonomi.
Karena di dalamnya mengandung unsur amal sosial kemasyarakatan, selain unsur
ibadah, oleh karenanya masalah-masalah yang terkandung dalam bab mengenai

7
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
8
https://almanhaj.or.id/11748-zakat-dalam-islam-kedudukan-dan-tujuan-tujuan-syarinya.html Diakses pada hari
pukul

5
zakat memerlukan peran ijtihad di dalamnya. Dengan demikian zakat itu bisa
berkembang seirama dengan tuntutan perkembangan masyarakat sebagaimana
manfaat-manfaat pendayagunaannya yang diharapkan oleh persyariatan dan
pelembagaan zakat itu sendiri.
2. Fungsi Zakat9
Adapun yang dimaksud Fungsi zakat, dalam hal ini adalah sasaran praktisnya. Yusuf
Al-Qardhawi membagi tiga fungsi zakat, yaitu dari pihak para wajib zakat (muzakkiy),
pihak penerima zakat (mustahiq) dan dari kepentingan masyarakat (sosial).
a. Fungsi zakat bagi pihak wajib zakat (muzakkiy), dalam hal ini adalah untuk
mensucikan diri dari sifat bakhil, rakus, egois dan sejenisnya, selain itu juga melatih
jiwa untuk bersikap terpuji, seperti bersyukur atas nikmat Allah, mengobati bathin
dari
sikap berlebihan mencintai harta sehingga dapat diperbudak oleh harta itu sendiri.
Selain itu juga menumbuhkan sikap kasih sayang kepada sesama, membersihkan
nilai harta itu dari unsur noda dan cacat, dan melatih diri agar menjadi pemurah serta
menumbuh kembangkan harta itu sehingga memberi keberkatan bagi pemiliknya.
b. Adapun fungsi zakat bagi penerima zakat (mustahiq) adalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup, terutama kebutuhan primer sehari-hari dan tersucikannya hati
mereka dari rasa dengki dan kebencian yang sering menyelimuti hati mereka apabila
melihat orang kaya yang bakhil. Selain itu akan muncul dalam hati mereka rasa
simpati, hormat serta rasa tanggung jawab untuk ikut mengamankan dan mendo’akan
keselamatan dan pengembangan harta orang-orang kaya yang pemurah.
c. Adapun fungsi zakat dilihat dari kepentingan kehidupan sosial, antara lain adalah
bahwa zakat itu bernilai ekonomi, merealisasi fungsi harta sebagai alat perjuangan
untuk agama Allah dan mewujudkan keadilan sosial ekonomi masyarakat pada
umumnya.

D. Definisi Muzakki
1. Pengertian Muzakki

9
https://www.yayasanhadjikalla.or.id/umum/artikel-kedudukan-zakat-infaq-dan-sadaqah-dalam-islam/ Diakses
pada hari pukul

6
Menurut UU No 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat pasal 1, muzakki adalah
orang atau badan yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunakian
zakat. Berdasarkan penyataan tersebut jelas bahwa zakat tidak hanya diwajibkan kepada
perorangan saja. Para ahli fiqih sepakat bahwa setiap muslim, merdeka, baligh dan
berakal wajib menunaikan zakat.10
2. Syarat Wajib Muzakki11
a. Beragama Islam
Syarat pertama untuk menjadi muzakki adalah seseorang harus beragama Islam.
Karena kewajiban akan zakat ini hanya berlaku bagi seorang muslim.
Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW, "Abu Bakar Shiddiq berkata, inilah
sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh Rasulullah kepada kaum Muslim." (HR
Bukhari).Sedangkan bagi orang non-muslim yang ingin mengeluarkan hartanya,
maka itu tidak bisa disebut sebagai zakat.
b. Status Merdeka
Syarat selanjutnya, kewajiban membayar zakat hanya bisa berlaku bagi orang
yang berstatus merdeka. Sedangkan seorang hamba sahaya atau budak tidak bisa
dikenai wajib zakat.
Hal ini karena seorang budak tidaklah memiliki harta apa-apa, bahkan ia sendiri
adalah milik tuannya. Kalaupun ia memiliki sesuatu, maka itu bukanlah pemilikan
yang sempurna (penuh).
c. Dewasa dan Berakal
Syekh Yusuf Qardhawi dalam Kitabul Fiqh 'alal Mazaahibil arba'ah menyebutkan
bahwa syarat wajib zakat itu adalah baligh, berakal dan Islam. Namun dalam hal ini,
para ulama memiliki perbedaan pendapat.
Untuk anak-anak dan orang gila yang memiliki harta, menurut tiga imam kecuali
Hanafiyyah, wajib dikeluarkan zakatnya, akan tetapi kewajiban itu dibebankan
kepada walinya. Sementara menurut Hanafiyyah mereka tidak wajib zakat.
3. Syarat Harta Muzakki
Berikut ini 6 syarat harta yang diwajibkan zakat;

10
Undang- Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat
11
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6662377/apa-itu-muzakki-dalam-zakat-ini-arti-syarat-dan-contohnya.
Diakses pada hari pukul

7
a. Milik Penuh
Artinya harta benda yang wajib dibayarkan zakat adalah harta yang murni
sepenuhnya dimiliki seorang muslim secara sempurna. Jika harta yang dimiliki
adalah hasil perkongsian (dimiliki bersama) dengan orang lain, maka yang wajib
dikenakan zakat hanyalah bagian harta yang dimiliki.
Begitu juga dengan harta yang statusnya hutang. Maka harta tersebut tidak
dikenakan kewajiban untuk zakat.
b. Berkembang
Artinya harta kekayaan tersebut dapat dikembangkan atau mempunyai potensi
untuk bertambah. Contohnya seperti hasil usaha, hasil ternak atau hasil tambang.
Sementara harta yang tidak bisa bertambah atau berkembang, maka tidak wajib
untuk dibayar zakatnya. Contohnya adalah barang pribadi seperti mobil, motor,
pakaian, rumah, dll.
c. Cukup Satu Nisab
Nisab adalah jumlah harta tertentu yang harus dipenuhi untuk membuat
seseorang wajib membayar zakat. Besar nisab zakat dihitung berdasarkan harga
emas murni satu mitsqal setara 85 gram emas.
Oleh karena itu, jika total nilai harta yang dimiliki sudah mencapai atau
melebihi 85 gram emas murni, maka seseorang dianggap sudah wajib membayar
zakat. Namun, jika jumlahnya masih di bawah nisab, maka seseorang tidak
diwajibkan untuk membayar zakat pada tahun itu.
Untuk menghitung apakah harta kita sudah cukup nisab, kita harus mengetahui
nilai emas saat ini dan mengalikan dengan jumlah emas yang dimiliki. Contohnya,
jika harga emas saat ini adalah Rp 1.000.000 per gram dan kita memiliki 10 gram
emas, maka total nilai emas kita adalah Rp 10.000.000.
Selanjutnya kadar yang harus dikeluarkan dari total harta tersebut adalah 2,5%.
Dalam contoh ini jumlahnya adalah Rp 250.000.
Selanjutnya, kita perlu memperhitungkan juga nilai harta lain yang kita miliki
seperti uang tunai, tanah, dan aset lainnya. Setelah semua harta dijumlahkan,
apabila jumlahnya mencapai atau melebihi jumlah nisab zakat yang berlaku, maka
kita diwajibkan untuk membayar zakat.

8
d. Sudah Lebih untuk Memenuhi Kebutuhan Pokok
Syarat selanjutnya harta yang wajib dikenakan zakat adalah bahwa harta
tersebut sudah cukup dan lebih untuk memenuhi kebutuhan pokok. Seperti untuk
makan, pakaian, tempat tinggal, kendaraan, sarana mencari nafkah dan lain-lain.
e. Bebas dari Utang
Bebas dari utang adalah salah satu syarat harta yang wajib zakat. Artinya, jika
seseorang memiliki utang, maka hutang tersebut harus dibayar terlebih dahulu
sebelum menghitung besaran zakat yang harus dikeluarkan.
Hutang yang dimaksud di sini adalah utang yang jatuh tempo pembayarannya
pada saat zakat wajib dikeluarkan. Jika seseorang memiliki hutang yang jatuh
tempo setelah jatuh tempo zakat, maka utang tersebut tidak perlu dipertimbangkan
dalam menghitung besaran zakat yang harus dikeluarkan.
f. Cukup Haul
Cukup haul atau cukup satu tahun adalah syarat harta yang wajib zakat.
Artinya, harta yang dimiliki seseorang harus sudah melewati masa kepemilikan
selama satu tahun Hijriyah (12 bulan qomariyah) atau lebih sebelum dihitung
zakatnya.
Syarat ini sangat penting karena zakat dikenakan hanya pada harta yang
dimiliki selama satu tahun Hijriyah atau lebih. Jika seseorang memiliki harta
selama kurang dari satu tahun Hijriyah, maka harta tersebut tidak wajib
dikeluarkan zakatnya.
Syarat satu tahun ini berlaku untuk ternak, uang, perdagangan dan perusahaan.
Sedangkan zakat pertanian, harta qarun, barang tambang, dan semua yang
dikategorikan pendapatan, tidaklah disyaratkan satu tahun. Jenis Harta yang Wajib
Dikeluarkan Zakatnya.

Selain syarat harta di atas, ada pula beberapa aturan tentang jenis harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya. Hal ini untuk memudahkan masyarakat dalam mengetahui
kewajiban zakatnya.
Menurut Yusuf Qardhawi, berikut jenis-jenis kekayaan yang wajib dikeluarkan
zakatnya;

9
a. Binatang ternak, seperti unta, sapi, kambing, domba dan kuda.
b. Emas dan Perak, termasuk di dalamnya uang dan perhiasan.
c. Perdagangan
d. Pertanian
e. Madu dan produksi hewani lain, seperti sutera, susu dll.
f. Barang tambang dan hasil laut
g. Investasi
h. Pencarian dan profesi
i. Saham dan obligasi

E. Definisi 8 Asnaf / Golongan Mustahik


Dalam pengertian secara umum, mustahik atau mustahiq ( ‫ )ُم ْسَتِح ّق‬memiliki arti berhak
menerima; pantas menerima.Sementara dalam konteks agama Islam, mustahiq merupakan
golongan orang yang berhak menerima zakat dalam konteks zakat apapun.
Secara mendasar, seseorang dapat dikatakan sebagai mustahiq/mustahik apabila tidak
berkecukupan secara finansial ataupun materi.12
Menurut UU Administrasi Zakat No. 38 Tahun 1999, 8 Asnaf Mustahiq dinyatakan
sebagai fakir, miskin, amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah dan ibnu sabil, yang
dimungkinkan dalam diri mereka.
Aplikasi ini mencakup masyarakat yang paling rentan secara kebutuhan ekonomi,
seperti halnya anak yatim, jompo, orang cacat, orang yang sedang menuntut ilmu,
pesantren, anak yang terlantar atau tidak terurus, debitur, pengungsi yang terlantar dan
korban dari bencana alam. Allah Swt. Berfirman :

‫َو اْلَم ٰس ِكْيِن َو اْلٰع ِمِلْيَن َع َلْيَها َو اْلُم َؤ َّلَفِة ُقُلْو ُبُهْم َو ِفى الِّر َقاِب‬ ‫ِاَّنَم ا الَّص َد ٰق ُت ِلْلُفَقَر ۤا ِء‬
‫ِهّٰللا َو اْبِن الَّس ِبْيِۗل َفِر ْيَض ًة ِّم َن ِهّٰللاۗ َوُهّٰللا َع ِلْيٌم َح ِكْيٌم‬ ‫َو اْلٰغ ِر ِم ْيَن َو ِفْي َس ِبْيِل‬
Artinya :
Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, para
amil zakat, orang-orang yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) para
hamba sahaya, untuk (membebaskan) orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan

12
https://jatim.tribunnews.com/2022/04/16/apa-itu-mustahik-yang-berasal-dari-bahasa-arab-ini-pengertian-
secara-umum-dan-8-golongan-mustahik. Diakses pada hari pukul

10
untuk orang-orang yang sedang dalam perjalanan (yang memerlukan pertolongan), sebagai
kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Q.S. At-Taubah
[9]:60)
Berdasarkan ayat tersebut ada 8 asnaf atau golongan mustahik (mereka yang berhak
menerima zakat) antara lain :
1. Fakir
Terdapat perbedaan interpretasi ulama fiqih dalam mendefinisikan orang fakir (al-
faqr, jamaknya al-fuqara). Imam Abu Hanifah berpendapat orang fakir adalah orang
yang tidak memiliki penghasilan tetap untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Adapun menurut jumhur ulama fakir adalah orang-orang yang tidak mempunyai harta
atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal,
dan segala keperluan pokok lainnya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga
dan orang-orang yang menjadi tanggungannya.13
Menurut tiga mazhab fakir adalah orang-orang yang tidak memiliki harta maupun
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan orang yang berada dibawah
tanggungjawabnya, seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan serta segala
kebutuhan pokok lainnya. Sebagai contoh, orang memerlukan 10 ribu rupiah untuk
memenuhi kebutuhannya, namun ia hanya memilki 3 ribu rupiah (Qardhawi, 1996:
513).
2. Miskin
Dalam mendefinisikan orang miskin (al-miskin, jamaknya al-masakin) orang miskin
adalah orang yang memiliki pekerjaan tetap tetapi tiddak dapat mencukupi
kebutuhannya sehari-hari. Jumhur ulama mengatakan bahwa orang miskin adalah orang
yang mempunya harta atau penghasilan layak untuk memenuhi kebutuhan diri dan
tanggungannya, tetapi penghasilan tersebut tidak mencukupi.
Menurut tiga mazhab lainnya miskin adalah orang-orang yang memiliki penghasilan
atau kekayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya dan orang yang
menjadi tanggung jawabnya tetapi belum sepenuhnya mencukupi. Sebagai contoh orang
dalam memenuhi kebutuhannya membutuhakan 10 ribu rupiah, namun ia hanya mampu
memenuhi sebesar 8 ribu rupiah. (Qardhawi, 1996: 513).

13
John L. Esposito, Inseklopedi Oxford Dunia Islam Modern, (Bandung :Mizan, 2001), cet ke-5.

11
3. Amil Zakat
Yaitu orang-orang yang bertugas mengambil zakat dari para muzakki dan
mendistribusikan kepada para mustahiq. Mereka itu adalah kelengkapan personil dan
finasial untuk mengelola zakat.
a. Termasuk dalam kewajiban imam adalah mengutus para pemungut zakat dan
mendistribusikannya, seperti yang pernah dilakukan Rasulullah dan para khalifah
sesudahnya.
b. Syarat orang-orang yang dapat dipekerjakan sebagai amil pengelola zakat, adalah
seorang muslim, baligh dan berakal, mengerti hukum zakat-sesuai dengan kebutuhan
lapangan - membidangi pekerjaannya, dimungkinkan mempekerjakan wanita dalam
sebagian urusan zakat, terutama yang berkaitan dengan wanita, dengan tetap menjaga
syarat-syarat syar’i.
c. Para amil mendapatkan kompensasi sesuai dengan pekerjaannya. d. Para amil harus
bersikap lunak dengan para muzakki, meyakinkan apa yang menjadi kewajibannya,
mendoakannya ketika mengambil zakat, menetapkan para mustahiq, dan memberikan
bagian mereka.
4. Muallaf
Mu’allaf adalah orang-orang yang sedang dilunakkan hatinya untuk memeluk Islam,
atau untuk menguatkan Islamnya, atau untuk mencegah keburukan sikapnya terhadap
kaum muslimin, atau mengharapkan dukungannya terhadap kaum muslimin.
Para Fuqaha’ membagi muallaf dalam dua golongan; pertama, mereka yang masih
non-Muslim, yaitu mereka yang diharap akan beriman dengan diberikan pertolongan
atau kafir yang diberikan kepadanya hak muallaf untuk menolak kejahatannya. Kedua,
mereka yang telah menjadi Muslim akan tetapi masih lemah imannya. Ketiga, orang
Islam diperbatasan yang tinggal diperbatasan (Shiddieqy, 1997: 179-180). Ibnu katsir
mendefinisikan muallaf dengan mereka kaum yang lunak hatinya kepada Islam dari
kalangan orang yang tidak benar menolongnya, demi memperbaiki dirinya dan
keluarganya (Al-Mubarak, 2010).
5. Riqab (hamba sahaya)
Riqab adalah mereka yang masih dalam perbudakan. Riqab dalam QS. attaubah ayat
60 diartikan sebagai “segala mereka yang hendak melepaskan dirinya dari ikatan riqab

12
atau perbudakan” (Shiddieqy, hal: 183, 1997). Riqab merupakan bentuk jamak dari
raqabah, istilah ini dalam al-Qur’an berarti budak belian laki-laki (abid) dan bukan
budak belian perempuan (amah). Istilah ini berkaitan dengan pembebasan atau
pelepasan, maksudnya perbudakan bagi manusia tidak ada bedanya dengan belenggu
yang mengikat. Membebaskan budak belian artinya sama dengan menghilangkan atau
melepaskan belenggu yang mengikatnya.
Maka disinilah zakat berfungsi untuk memerdekakan budak (hamba sahaya) seperti :
a. Membantu para budak mukatab, yaitu budak yang sedang menyicil pembayaran
sejumlah tertentu untuk pembebasan dirinya dari majikannya agar dapat hidup
merdeka. Mereka berhak mendapatkannya dari zakat.
b. Atau dengan membeli budak kemudian dimerdekakan.
Pada zaman sekarang ini, sejak penghapusan sistem perbudakan di dunia, mereka
sudah ‘dianggap’ tidak ada lagi. Tetapi menurut sebagian mazhab Maliki dan Hanbali,
pembebasan tawanan muslim dari tangan musuh dengan uang zakat termasuk dalam bab
perbudakan. Dengan demikian maka mustahik ini tetap akan ada selama masih
berlangsung peperangan antara kaum muslimin dengan musuhnya. Bahkan Mahmud
Syaltut (tokoh fiqih Mesir) menyatakan bahwa bagian zakat untuk memerdekakan
budak bisa dipergunakan untuk menghindari suatu Negara dari perbudakan ekonomi,
cara berpikir dan politik 4. ( Inseklopedi Oxford, Op.cit. h. 1996 )
6. Al Gharim
Al-Gharim adalah orang yang berhutang dan tidak mampu membayarnya. Ada dua
macam jenis gharim, yaitu:
a. Al-Gharim untuk kepentingan dirinya sendiri, yaitu orang yang berhutang untuk
menutup kebutuhan primer pribadi dan orang-orang yang menjadi tanggung
jawabnya, seperti rumah, makan, pernikahan, perabotan. Atau orang yang terkena
musibah sehingga kehilangan hartanya, dan memaksanya untuk berhutang. Mereka
dapat diberi zakat dengan syarat:
1. Membutuhkan dana untuk membayar hutang
2. Hutangnya untuk mentaati Allah atau untuk perbuatan mubah
3. Hutangnya jatuh tempo saat itu atau pada tahun itu

13
4. Tagihan hutang dengan sesama manusia, maka hutang kifarat tidak termasuk
dalam jenis ini, karena tidak ada seorangpun yang dapat menagihnya.
b. Al-Gharim untuk kemaslahatan orang lain, seperti orang yang berhutang untuk
mendamaikan dua orang muslim yang sedang berselisih, dan harus mengeluarkan
dana untuk meredam kemarahannya. Maka, siapapun yang mengeluarkan dana untuk
kemaslahatan umum yang diperbolehkan agama, lalu ia berhutang untuk itu, ia
dibantu melunasinya dari zakat
7. Ibnu Sabil
Ibnul Atsir berkata, kata Sabilillah berkonotasi umum, untuk seluruh orang yang
bekerja ikhlas untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban,
yang sunnah dan kebaikan-kebaikan lainnya. Dan jika kata itu diucapkan, maka pada
umumnya ditujukan untuk makna jihad. Karena banyak penggunaannya untuk konotasi
ini maka sepertinya kata fisabilillah, hanya digunakan untuk makna jihad ini.
8. Fi sabilillah
Ibnu sabil oleh ulama diqiyaskan dengan musafir, yaitu mereka yang melakukan
perjalanan dari satu daerah ke daerah lainnya. As-sabil secara bahasa berarti ath-thariq
atau jalan. Imam Syafi’i berpendapat, yang dimaksud dengan ibnu sabil ialah mereka
yang kehabisan bekal dalam perjalanannya ataupun mereka yang akan memulai
perjalanan namun tidak memiliki bekal, mereka berhak menerima zakat untuk
memenuhi kebutuhannya, dengan tujuan kemaslahatan. Sedangkan menurut Qardhawi,
tidak setiap orang yang melakukan perjalanan demi kemaslahatan diberi bagian zakat,
walaupun perjalanannya untuk suatu kemanfaatan tertentu (Qardhawi, 1996: 654-655).
Menurut jumhur ulama, ibnu sabil adalah musafir yang melakukan suatu perjalanan
bukan untuk maksiat dan dalam perjalanan itu mereka kehabisan bekal. Dari pengertian
diatas, dapat dipahami bahwa orang yang mampu (sekalipun ia tidak termasuk kategori
kaya) maka tetap tidak boleh menerima zakat.

F. Macam - Macam Zakat


1. Zakat Fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkannya terkait dengan bulan suci
ramadhan. Zakat fitrah untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan yang

14
tidak ada gunanya dengan memberikan makan pada orang-orang miskin dan
14
mencukupkan mereka dari kebutuhan dan minta-minta pada hari raya.
Zakat fitrah disyari’atkan pada tahun kedua Hijriyah bulan Syakban. Sejak saat itu
zakat fitrah menjadi pengeluaran wajib yang dilakukan setiap muslim yang mempunyai
kelebihan dari keperluan keluarga yang wajar pada malam dan hari raya Idul Fitri,
sebagai tanda syukur kepada Allah karena telah menyelesaikan ibadah puasa.15
Imam Malik, imam Syafi’i, Imam Ahmad dan para ulama lain sepakat bahwa
zakat fitrah ditunaikan sebesar satu sha’ (di Indonesia berat satu sha’ dibakukan menjadi
2,5 kg) kurma, gandum, atau makanan lain yang menjadi makanan pokok negeri yang
bersangkutan. Imam Hanafi membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang senilai
bahan makanan pokok yang wajib dibayarkan. Namun, ukuran satu sha’ menurut
16
madzhab hanafiyyah lebih tinggi dari pendapat para ulama’ yang lain, yakni 3,8 kg.
2. Zakat mal
Zakat maal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh manusia untuk dimiliki,
dimanfaatkan dan juga disimpan. Sesuatu inilah yang perlu dikeluarkan zakatnya jika
sudah memenuhi syarat dan rukunnya.
Dalam perekonomian modern zakat maal dapat berupa17:
1) Zakat profesi.
2) Zakat perusahaan.
3) Zakat surat-surat berharga (saham dan obligasi).
4) Zakat perdagangan mata uang.
5) Zakat hewan ternak yang diperdagangkan.
6) Zakat madu dan produk hewani (sutra dan susu).
7) Zakat investasi property.
8) Zakat usaha tanaman anggrek, sarang burung wallet, ikan hias, dan sector modern
lainnya yang sejenis.
9) Zakat sektor rumah tangga modern.

14
Direktorat Masyarakat Islam & Direktorat Pemberdayaan Zakat, Panduan Zakat Praktis, (Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2013), hal. 43
15
Ahmad Hadi Yasin, Buku Panduan Zakat Praktis, (Jakarta: Dompet Dhuafa Republika,), hal. 45
16
Ahmad Hadi Yasin, Buku Panduan Zakat Praktis…, hal. 47
17
Didin Hafidhuddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern…, hal.7

15
G. Hikmah Zakat
Dalam ajaran Islam tiap-tiap perintah untuk melakukan ibadah mengandung hikmah dan
rahasia yang sangat berguna bagi pelaku ibadah tersebut, termasuk ibadah zakat. Adapun
yang dimaksud dengan hikmah zakat dalam hal ini adalah makna yang bersifat rohaniah
dan filosofis yang mengandung manfaat.
Dari berbagai hikmah disyariatkannya zakat menurut para ulama, maka dapat dibagi
menjadi tiga aspek, yaitu aspek diniyyah, aspek khuluqiyyah, dan aspek ijtimaiyyah.
1. Faidah dinniyah (segi agama)
Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek dinniyah ini adalah :
a. Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari rukun Islam yang
menghantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia
akhirat.
b. Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada
Tuhannya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat
beberapa macam ketaatan.
c. Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda,
sebagaimana dijanjikan oleh Allah SWT dalamn QS. Al-baqarah ayat 276:
‫َٰق‬
‫َيۡم َح ُق ٱُهَّلل ٱلِّر َبٰو ْا َو ُيۡر ِبي ٱلَّص َد ِۗت َو ٱُهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َأِثيٍم‬
Terjemahnya:
“Allah Memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa”.
2. Faidah Khuluqiyah (segi akhlak)
Di antara hikmah zakat apabila ditinjau dari aspek khuluqiyah ini adalah :
a. Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi
pembayar zakat.
b. Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut
kepada saudaranya yang tidak punya.
c. Merupakan realita, bahwa dengan menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat, baik
berupa harta maupun raga bagi kaum muslimin akan melapangkan dada dan

16
meluaskan jiwa, sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan
dihormati sesuai tingkat pengorbanannya. Di dalam zakat terdapat penyucian
terhadap akhlak.

3. Faidah Ijtimaiyyah (segi sosial kemasyarakatan)


Di antara hikmah zakat apabila di tinjau dari aspek ijtimaiyyah ini adalah ;
a. Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup fakir
miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
b. Memberikan support kekuatan bagi kaum muslimin dan mengangkat eksistensi
mereka. Hal ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah
mujahidin fi sabilillah.
c. Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam, dan rasa dongkol yang ada
dalam dada fakir miskin, karena masyarakat bawah akan mudah tersulut rasa
benci dan permusuhan jika mereka melihat kelompok masyarakat ekonomi tinggi
menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Apabila
harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan
tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
d. Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya
akan melimpah.
e. Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda, karena ketika harta
dibelanjakan maka perputarannya akan meluas lebih banyak pihak yang
mengambil manfaat.

PENUTUP

1. Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa zakat adalah suatu ibadah yang terdapat didalam islam
sebagaimana juga termasuk di dalam rukun islam yakni rukun yang ke empat, zakat

17
memiliki beberapa makna baik secara bahasa yaitu berasal dari kata al barokatu(barokah),
ath thohuru (suci), an namuw (tumbuh), ash sholahu (baik), yang memberikan kaitannya
dengan harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim. Sementara secara istilah zakat
memiliki makna adalah harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim dan diwajibkan
atasnya baik itu zakat fitrah (untuk badannya) atau pun zakat mal (untuk hartanya) yang
dikeluarkan dengan sesuai ketentuan dan syari’at dalam islam.
Didalam zakat juga terdapat istilah bagi yang mengeluarkan ataupun yang menerima
zakat. Untuk orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki dan bagi yang menerima
zakat disebut dengan mustahiq serta tentunya baik bagi yang mengeluarkan ataupun yang
menerima tentunya ada syarat dan ketentuan seperti islam, merdeka, baligh dan berakal.
Terkhusus untuk yang mengeluarkan zakat harus memiliki kuasa penuh atas harta, tidak
berhutang. Dan untuk yang menerima haruslah mereka yang termasuk kedalam 8 asnaf
atau golongan yang berhak menerima zakat yakni : fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, al
gharim, ibnu sabil, fii sabilillah sebagaimana dijelaskan di dalam Al - Qur’an Surat At -
Taubah ayat 60, mengenai golongan yang berhak menrima zakat.
Selain itu zakat memiliki kedudukan serta fungsi yang penting di dalamnya seperti
hubungan antara seorang hamba dengan Allah Swt. melalui pelaksanaan ibadah zakat, lalu
hubungan antara sesama makhluk yakni membantu bagi sesama saudara muslim yang
kurang mampu. Zakat juga terdiri atas 2 macam jenis zakat yaitu zakat fitrah (badan) dan
zakat maal (harta) yang berfungsi untuk mensucikan diri dan juga harta seorang muslim.
2. Saran
Kami menyarankan untuk kita semua agar dapat memahami dengan baik mengenai
konsep Fiqh Zakat di dalam Islam, karena zakat merupakan ibadah yang kita wajib
kerjakan sebagai umat islam dan sebagaimana dicantumkan di dalam rukun islam. Jika kita
dapat memahami dengan baik konsep Fiqh Zakat di dalam Islam maka insya allah kita
akan dapat melaksanakan dengan baik salah satu ibadah yang Allah Swt. perintahkan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarak, S. S. (2010). Tafsir Ibnu Katsir. In jilid 10 (p. 239). Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir.

18
Al-Qardhawi, Y. (2006). Fatwa-Fatwa Mutakhir. (Redaksi Pustaka Hidayah, Ed.). Bandung:
Pustaka Hidayah.
Shiddieqy, T. M. H. A. (1997). Pedoman Zakat. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
Qardhawi, Y. (1996). Hukum Zakat. Jakarta: PT. Pustaka Litera Antar Nusa.

19

Anda mungkin juga menyukai