MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ilmu Fiqih
Dosen pengampu: Ali Imron, M.Ag.
Disusun Oleh:
Aini (2103016222)
Ahmadatul Rifqi Nur Azizah (21030162)
Annur Prima Utama (21030162)
Dikara Sabriansyah Alfaiza (21030162)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Zakat” dengan tepat waktu. Dan tak lupa Sholawat dan salam
kita haturkan kepada jujungan nabi kita nabi Muhammad SAW. Yang insyaalah kita dapat
mendapat syafaat nya di hari akhir nanti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah lmu Fiqih yang menjelaskan
tentang “Zakat” .Kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan beliau bapak Ali Imron,
M.Ag. selaku pengampu mata kuliah ini karena telam membimbing kami dalam mata kuliah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1
Nurul Huda, Dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset, (Jakarta: Prenadamedia Grup, 2015), hlm.
25.
2
Hikmat Kurnia, A Hidayat, Panduan Pintar Zakat, (Jakarta: Qultum Media, 2008), hlm. 2.
1.3.1 Mengetahui pengertian dari zakat
1.3.2 Mengetahui dasar hukum dilaksanakannya zakat
1.3.3 Mengetahui syarat-syarat dilaksanakannya zakat
1.3.4 Mengetahui orang-orang yang berhak menerima zakat
1.3.5 Mengetahui macam-macam zakat.
1.3.6 Mengetahui hikmah zakat.
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, PT Grasindo, Jakarta, 2006, hal. 10.
4
K.N. Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Cet. I (Surabaya: al-Ikhlas,1995), hlm. 26.
Artinya: "Islam dibangun di atas lima perkara: persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak
disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan.'" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari hadis diatas dapat disimpulkan jika zakat merupakan rukun islam. Maka dari itu, orang
yang menentang ataupun mengingkarinya akan menjadi kufur sekalipun dia menunaikan
zakat.Akan tetapi hal itu hanya berlaku untuk zakat yang disepakati oleh para ulama seperti
zakat fitrah. Adapun zakat yang diperselisihkan diantaranya yaitu zakat rikaz, zakat dagang,
dan zakatnya harta benda milik anak kecil. Sebenarnya ada satu ulama yang masih
memperselisihkan zakat fitrah, hanya saja pendapatnya sangat lemah.
2.3 Syarat-syarat Dilaksanakannya Zakat
Zakat tidak secara mutlak wajib kepada seluruh manusia. Ada syarat-syarat tertentu ( sesuai
syariat) yang menyebabkan seseorang wajib mengeluarkan zakat. Jika syarat tersebut sudah
terpenuhi dalam dirinya maka dia fardhu ‘ain mengeluarkan zakat. Selain itu, ada beberapa
syarat juga yang disandarakan pada harta yang akan dizakati.
Secara garis besar, syarat tersebut dibagi menjadi dua, syarat wajib dan syarat sah.
Syarat wajib zakat adalah sebagai berikut :
1. Merdeka (al-Huriyah)
Keharusan merdeka bagi wajib zakat menafikan kewajiban zakat terhadap
hamba sahaya. Hal ini sebagai konsekuensi dari ketiadaan hak milik yang diberikan
kepadanya. Hamba sahaya dan semua yang ada padanya menjadi milik taunya.
Demikian halnya dirinya dengan tebusan, karna ia belum secara sempurna memiliki
apa yang ada padanya. Dalam hal ini, menurut jumhur fuqaha, tuanyalah yang wajib
mengeluarkan zakat dari harta yang ada paa hamba sahaya tidak dikenakan wajib
zakat baik terhadap tuanya maupun dirinya sendiri. Karna tuanya tidak berhak
memiliki harta hambanya dan hamba sen, iri tidak sempurna memiliki hartanya.5
2. Islam
Oleh karna zakat merupakan ibadah yang berfunggsi menyucikan jiwa orang
yangg berzakat ( nuzakki ) maka hanya orang muslimah yang dikenakan kewajiban
zakat. Karna orang kafir bukanlah orang yang ahli di dalam beribadah seperti yang di
syari‟at Islam. Seorang islam yang telah memenuhi syarat wajib zakat kemudian ia
murtad sebelum membayarkan zakat maka menurut fuqaha syafi‟iah, wajib baginya
mengeluarkan zakat yang di milikinya sebelum murtad. Sedangkan abu Hanifah
berpendapat murtanya seseorang menggugurkan semua kewajiban sebelum murtad,
sebab setelah murtad ia menjadi kafir asli dalam pengertian semua amal ibadahnya
yang lalu tidak ada gunanya.
3. Baligh dan Berakal
Fikih mazhab Hanafi menetapkan baligh dan berakal sebagai syarat wajib
zakat. Menurut mereka harta anak kecil dan orang gila tidak dikenakan wajib zakat,
5
Wahbah Zuhayli, , jilid II., h.738, Ibnu Rusyd, Bidayah alMujtahid, jilid 1, (Beirut , Dar Al-Fikri), h. 236.
karna keduanya tidak dituntut membayarkan zakat hartanya seperti halnya shalat dan
puasa.6
Mayoritas ahli fiqh selain hanafiyah tidak menetapkan baliqh dan berakal
sebagai syarat wajib zakat. Oleh karna itu, menurut mereka harta anak kecil dan orang
gila wajib dikeluarkan zakatnya, dan yang mengeluarkannya adalah walinya,
berdasarkan hadist nabi (HR Al-Baihaqi).7
Hadist tersebut mengandung arti bahwa seorang wali mempunyai kewajiban untuk
mengembangkan harta anak kecil yang berada di bawah kewliannya dan jika harta
anak kecil itu mencapai dalam jumlah nisab maka wali wajib mengeluarkan zakatnya.
4. Mencukupi Satu Nisab
Diantara syarat wajib zakat adalah apabila jumlah harta itu mencapai satu nisab.
5. Harta itu milik sendiri secara sempurna
Yang dimaksud dealam istilah ini ialah harta yang tidak ada didalamnya hak
orang lain yang wajib dibayarkan atas dasar syarat ini seorang yang memiliki harta
yang cukup satu nisab, tetapi karna ia masih mempunyai hutang pada orang lain yang
jika dibayarkan sisa hartanya tidak lagi mencapai satu nisab, maka dalam hal ini tidak
wajib zakat padanya; karna hartanya bukanlah miliknya secara sempurna. Orang
tersebut tidak dapat disebut orang kaya melainkan orang miskin.8
6. Sampai Haul
Haul adalah perputaran masa selama satu tahun atau dua belas bulan. Harta yang
sudah cukup senisab baru wajib dizakatkan jika sudah sampai setahun dimiliki secara
sempurna. Tetapi harta kekayaan yang dikenakan wajib zakat itu tidak semuanya
disyaratkan haul, karena ada diantara harta kekayaan yang walaupun baru diperoleh
hasilnya tetapi sudah wajib dizakatkan apabila cukup nisabnya, misalnya: tanaman-
tanaman dan logam yang ditemukan dari galian. Harta-harta yang jumlahnya sampai
senisab dan disyaratkan pula cukup haul seperti emas, perak, uang kertas, hasil ternak
dan hasil perdagangan. Dalam hal ini nabi SAW bersabda yang artiya:
Dari ali Karamallahu Wajhahu, Sesungguhnya nabi Saw bersabda: “tidak wajib zakat
2.4
2.5
2.6 Hikmah Zakat
Hikmah disyariatkan zakat adalah untuk membersihkan dan mensucikan harta kekayaan
maupun pemiliknya. Hikmah zakat bagi orang yang mengeluarkan zakat yaitu sebagai
berikut:
a) Dapat menyucikan jiwa dari sifat kikir
b) Mendidik untuk suka berinfaq dan suka memberi
c) Mewujudkan rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah Swt.
6
Ibnu Rusyid, Ibid., h. 178.
7
Al-Khalani, Subul al-Salam, jilid II, (Maktabah Dahlan, Bandung, t.t) , h.129.
8
Sayyid Sabiq, Op.Cit., jilid I, h. 273.
d) Mengobati hati dari sifat cinta harta atau dunia yang berlebihan
e) Mengembangkan kekayaan batin dan menghidupkan nurani
f) Mendekatkan diri kepada Allah Swt karena dapat mentaati perintah Allah Swt.
g) Mensucikan dan menyuburkan harta
Berikut hikmah yang dapat dipetik bagi penerima zakat:
a) Membebaskan kesulitan hidup fakir miskin
b) Mengangkat fakir miskin dari kehinaan
c) Membantu orang yang banyak mempunyai hutang
d) Membantu orang yang berjuang di jalan Allah Swt.
e) Memudahkan ibnu sabil dalam perjalanannya
Hikmah zakat bagi umat islam secara keseluruhan yaitu sebagai berikut:
a) Terjalinnya ukhuwah Islamiyah, yang kaya memperhatikan yang miskin dan orang
miskin tidak iri hati terhadap orang kaya. Masing-masing mensyukuri nikmat yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya.
b) Dapat memperkuat bangunan umat islam, karena setiap orang saling menolong
dengan kelebihannya masing-masing.
c) Terjadinya hubungan yang harmonis dan sinergi antar anggota masyarakat.