Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MENUMBUHKAN SOLIDARITAS SOSIAL MELALUI ZAKAT

Penulis:
TITIK LASIATI, S.PdI
NIP : 198101272006042019

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1
JOMBANG
Jalan Dr. Soetomo 15 Telp (0321) 861516 Fax (0321) 861180
E-mail : kantor@smkn1jombang.sch.id
JOMBANG
HALAMAN PENGESAHAN

Makalah “Strategi Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah” telah disahkan


dan disetujui pada:
Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh:

Kepala SMK Negeri 1 Jombang Kepala Perpustakaan


SMK Negeri 1 Jombang

Drs. SUPRIYADI, M.Kes. UMI KULSUM, S.Pd.


NIP. 19620610 198710 1 0 04 NIP.19720924 200604
2 018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Ka mi panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “ Menumbuhkan
Solidaritas Sosial Melalui Zakat”

Makalah Pendidikan Agama Islam ini telah kami susun dengan


maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat
perlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semuanya yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Pendidikan Agama Islam


tentang menumbuhkan solidaritas sosial melalui zakat dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………......

DAFTARISI..…………………

BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang……….........
1.2 Rumusan Masalah…..........
1.3 Maksud danTujuan…….....
1.4 Manfaat…………………..

BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Zakat.....................……
2.2 Penyebab Tumbuhnya Solidaritas Sosial Melalui Zakat .....................
2.3 Solusi Untuk Menumbuhkan Solidaritas Sosial Melalui Zakat .............

BAB 3 : KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan………………
3.2 Saran……………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Islam merupakan agama Allah yang di wahyukan
kepada Nabi Muhammad Saw. Orang- orang muslim mendasari
kehidupan pada lima rukun yaitu Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat dan
Haji. Zakat merupakan salah satu sendi pokok ajaran Islam di
samping Puasa dan Haji.zakat dan shalat dijadikan oleh Al-Qur’an
sebagai perlambangan dari keseluruhan ajaran Islam. Memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan bangsa merupakan amanah
konstitusi yang harus di wujudkan oleh Negara dan
pemerintah.Namun setelah lebih dari setengah abad Indonesia
merdeka, masalah kesejahteraan dan kualitas sumber daya manusia
bangsa kita masih merupakan problem sosial yang sulit teratasi.Laju
pertumbuhan penduduk yang relatif cepat pada tiga dasa warsa yang
terkhir yang tidak dapat diimbangi dengan pertumbuhan ekonomi
yang memadai, cukup menimbulkan masalah sendiri.
Besarnya jumlah masyarakat miskin, tingginya angka
penganguran dan rendahnya kualitas sumber daya manusia semakin
menjadi beban sosial bagi bangsa ini.Permasalahan yang kompleks
ini tidak mungkin dapat ditangani oleh pemerintah saja, tetapi
diperlukan keikutsertakan semua komponen bangsa dan dengan
menggali setiap potensi yang dimiliki bangsa.Diantara sekian
banyak komponen bangsa yang dapat diandalkan sebagai pilar
pembangunan bangsa adalah umat Islam yang merupakan mayoritas
penduduk Negri ini, dan potensi zakat yang merupakan ajaran Islam
dalam rangka pemberdayaan umat.Zakat adalah ibadah yang
berkaitan dengan harta benda.Pertumbuhan zakat tergantung pada
perkembang pada usaha manusia yang mendatangkan hasil dan
keuntungan yang membawa pengaruh pula terhadap pertumbuhan
dan perkembangan zakat. Seseorang yang telah memenuhi syarat-
syaratnya yaitu setiap muslim yang mempunyai kekayaan tertentu
dan telah sampai nisabnya, wajib mengeluarkan zakatnya.

B. Rumusan Masalah

Pada materi ini yang membahas tentang zakat menjadi


pembentuk solidaritas.Akan membahas berbagai inti dari materi
tersebut dengan begitu rinci.Zakat bagi setiap manusia yang setiap
harinya dapat memakan nasi itu hukumnya wajib.Pada materi ini
kita akan membahas untuk siapa saja zakat tersebut diberikan,apa
pengertian dari zakat,dan apa hunbungannya rasa solidaritas dengan
zakat.Apakah zakat dapat menumbuhkan rasa solidaritas jika kita
melakukannya.Atau memang itj terjadi alami karena adanya hungan
ukwah islamia.

C. Tujuan Masalah

Islam telah menetapkan zakat sebagai kewajiban dan


menjadikannya sebagai salah satu rukunnya serta memposisikannya
pada kedudukan tinggi lagi mulia. Karena dalam pelaksanaan dan
penerapannya mengandung tujuan-tujuan syar’i (maqâshid syari’at)
yang agung yang mendatangkan kebaikan dunia dan akhirat, baik
bagi si kaya maupun si miskin.Dan dalam berinteraksi juga
berkaitan dengan zakat.

Adapun tujuan mulia dari zakat menurut Muhammad Said Wahbah


(Nuruddin, 2006 : 32-33) yaitu :
1. Membangun jiwa dan semangat untuk saling menunjang dan
solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam.

2. Merapatkan dan mendekatkan kesenjangan sosial ekonomi dalam


masyarakat.

3. Menanggulangi pembiayaan yang mungkin timbul akibat berbagai


bencana, seperti bencana alam maupun bencana lainnya.

4. Menutup biaya-biaya yang timbul akibat terjadnya konflik,


persengketaan dan berbagai bentuk kekerasan dalam masyarakat.

5. Menyediakan dana taktis dan khusus untuk penangulangan biaya


hidup para gelandangan, para pengangguran, dan tuna sosial
lainnya, termasuk dana untuk membantu orang-orang yang hendak
menikah, tetapi tidak memiliki dana untuk itu.

D. Manfaat

1. Membuktikan Penghambaan Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla


Dengan Menjalankan Perintah-Nya.1. Membuktikan Penghambaan
Diri Kepada Allâh Azza wa Jalla Dengan Menjalankan Perintah-
Nya.
Banyak dalil yang memerintahkan agar kaum Muslimin
melaksanakan kewajiban agung ini, sebagaimana Allâh Azza wa
Jalla firmankan dalam banyak ayat, diantaranya :

َّ ‫ار َكعُوا َم َع‬


َ‫الرا ِكعِين‬ ْ ‫الزكَاة َ َو‬ َّ ‫َوأ َ ِقي ُموا ال‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآتُوا‬

Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-


orang yang ruku’.” [al-Baqarah/2:43]
Allâh Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa menunaikan zakat
merupakan sifat kaum Mukminin yang taat. Allâh Azza wa Jalla
berfirman :

َّ ‫ش إِ ََّّل‬
ۖ َ‫َّللا‬ َ ‫الزكَاةَ َولَ ْم يَ ْخ‬
َّ ‫ص ََلة َ َوآت َى‬ َ َ‫اَّلل َو ْاليَ ْو ِم ْاْل ِخ ِر َوأَق‬
َّ ‫ام ال‬ ِ َّ ِ‫َّللاِ َم ْن آ َمنَ ب‬
َّ َ‫اجد‬ِ ‫س‬ َ ‫إِنَّ َما يَ ْع ُم ُر َم‬
َ‫س ٰى أُو ٰلَئِكَ أ َ ْن يَ ُكونُوا ِمنَ ْال ُم ْهتَدِين‬َ َ‫فَع‬

Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allâh ialah


orang-orang yang beriman kepada Allâh dan hari akhir, serta tetap
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
siapapun) selain kepada Allâh, maka merekalah orang-orang yang
diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat
petunjuk. [at-Taubah/9:18]

Seorang mukmin menghambakan diri kepada Allâh Azza wa


Jalla dengan menjalankan perintah-Nya melalui pelaksanaan
kewajiban zakat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
syari’at.Zakat bukan pajak. Zakat adalah ketaatan dan ibadah
kepada Allâh Azza wa Jalla yang dilakukan oleh seorang Mukmin
demi meraih pahala dan balasan di sisi Allâh Azza wa Jalla . Allâh
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

‫الزكَاة َ لَ ُه ْم أَجْ ُر ُه ْم ِع ْندَ َر ِب ِه ْم َو ََّل‬ َّ ‫ت َوأَقَا ُموا ال‬


َّ ‫ص ََلة َ َوآت َُوا‬ َّ ‫ِإ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َو ََّل ُه ْم َيحْ زَ نُون‬
ٌ ‫خ َْو‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan


amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka
mendapat pahala di sisi Rabbnya. tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [al-Baqarah/2:277].

Juga firman-Nya. Yang artinya : “Tetapi orang-orang yang


mendalami ilmunya di antara mereka dan orang-orang Mukmin,
mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (al-
Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang
yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman
kepada Allâh dan hari Kemudian. Orang-orang itulah yang akan
Kami berikan kepada mereka pahala yang besar.” [an-Nisa`/4:162]

2. Mensyukuri Nikmat Allâh Dengan Menunaikan Zakat Harta Yang


Telah Allâh Azza wa Jalla LimpahkanSebagai Karunia
Kepada Manusia.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

َ َ‫شك َْرت ُ ْم ََل َ ِزيدَ َّن ُك ْم ۖ َولَ ِئ ْن َكفَ ْرت ُ ْم ِإ َّن َعذَا ِبي ل‬
ٌ ‫شدِيد‬ َ ‫َو ِإذْ تَأَذَّنَ َربُّ ُك ْم لَ ِئ ْن‬

Dan (ingatlah juga), tatkala Rabbmu memaklumkan,


‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” [Ibrâhim/14:7]

Mensyukuri nikmat adalah kewajiban seorang muslim,


dengannya nikmat akan langgng dan bertambah. Imam as-Subki
rahimahullah mengatakan, “Diantara makna yang terkandung dalam
zakat adalah mensyukuri nikmat Allâh Subhanahu wa Ta’ala . Ini
berlaku umum pada seluruh taklief (beban) agama, baik yang
berkaitan dengan harta maupun badan, karena Allâh Azza wa Jalla
telah memberikan nikmat kepada manusia pada badan dan harta.

Mereka wajib mensyukuri nikmat-nikmat tersebut,


mensyukuri nikmat badan dan nikmat harta. Hanya saja, meski
sudah kita tahu itu merupakan wujud syukur atas nikmat badan atau
nikmat harta, namun terkadang kita masih bimbang. Zakat masuk
kategori ini.” [5]
Membayar zakat adalah pengakuan terhadap kemurahan
Allâh, mensyukuri-Nya dan menggunakan nikmat tersebut dalam
keridhaan dan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla .

3. Menyucikan Orang Yang Menunaikan Zakat Dari Dosa-Dosa.


Allâh Azza wa Jalla berfirman yang artinya : Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan doakanlah mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allâh
Maha mendengar lagi Maha mengetahui. [at-Taubah/9:103].

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya


kewajiban membayar zakat dalam ayat di atas berkaitan dengan
hikmah pembersihan dari dosa-dosa.”[6]

Ada juga hadits yang menegaskan makna di atas,


sebagaimana dalam hadits Muadz bin Jabal Radhiyallahu anhu
bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ار‬ ْ ‫َط ْيئَةَ َك َما ي‬


َ َّ‫ُط ِفئ ُال َما ُء الن‬ ِ ‫ئ الخ‬ ْ ُ ‫صدَقَةُ ت‬
ُ ‫ط ِف‬ َّ ‫ال‬

Sedekah itu bisa memadamkan kesalahan sebagaimana air


memadamkan api.”[HR. Ahmad 5/231 dan at-tirmidzi no. 2616 dan
dishahihkan al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi]

Ayat di atas mengumpulkan banyak tujuan dan hikmah


syar’i yang terkandung dalam kewajiban zakat. Tujuan-tujuan dan
hikmah-hikmah itu terangkum dalam dua kata yang muhkam yaitu,
“Dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”
4. Membersihkan Orang Yang Menunaikannya Dari Sifat Bakhil.
Al-Kâsâni rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya zakat
membersihkan jiwa orang yang menunaikannya dari kotoran dosa
dan menghiasi akhlaknya dengan sifat dermawan dan pemurah.
Juga membuang kekikiran dan kebakhilan, karena tabiat jiwa sangat
menyukai harta benda. Zakat dapat membiasakan orang menjadi
pemurah, melatih menunaikan amanat dan menyampaikan hak-hak
kepada pemiliknya. Semua itu terkandung dalam firman Allâh Azza
wa Jalla :

‫ص ِل َعلَ ْي ِه ْم‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬


َ ‫ط ِه ُر ُه ْم َوتُزَ ِكي ِه ْم ِب َها َو‬ َ ‫ُخذْ ِم ْن أ َ ْم َوا ِل ِه ْم‬

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu


kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka.[7]

Kikir adalah penyakit yang dibenci dan tercela. Sifat ini


menjadikan manusia berupaya untuk selalu mewujudkan ambisinya,
egois, cinta hidup di dunia dan suka menumpuk harta. Sifat ini akan
menumbuhkan sikap monopoli terhadap semua. Tentang hakikat ini,
Allâh Azza wa Jalla berfirman :

ً ُ ‫سانُ قَت‬
‫ورا‬ ِ ْ َ‫َو َكان‬
َ ‫اْل ْن‬

Dan manusia itu sangat kikir. [al-Isrâ`/17:100]

Allâh Azza wa Jalla berfirman :

ُ ُ‫ت ْاَل َ ْنف‬


ُّ ‫س ال‬
‫ش َّح‬ ِ ْ‫َوأُح‬
ِ ‫ض َر‬

Walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. [an-Nisâ`/4:128]


Sifat kikir ini merupakan faktor terbesar yang menyebabkan
manusia sangat tergantung kepada dunia dan berpaling dari akhirat.
Sifat ini menjadi sebab kesengsaraan. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda :

Sengsara hamba dinar, sengsara hamba dirham, sengsara


hamba khamishah ! Bila dia diberi maka dia rela, bila tidak maka
dia murka, sengsara dan tersungkurlah dia, bila dia tertusuk duri
maka dia tidak akan mencabutnya. [8]

Cinta dunia dan harta adalah salah satu sumber dosa dan
kesalahan. Bila seseorang terselamatkan darinya dan terlindungi
dari sifat kikir maka dia akan sukses, sebagaimana firman Allâh
Azza wa Jalla yang artinya, “Dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” [al-
Hasyr/59:9]

Allâh Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang kikir lagi


bakhil, Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta
yang Allâh berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka,
bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. sebenarnya kebakhilan itu
adalah buruk bagi mereka. harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. [Ali Imrân/3:180]

al-Fakhrurrazi rahimahullah berkata, “Kecintaan mendalam


terhadap harta bisa melalaikan jiwa dari kecintaan kepada Allâh dan
persiapan menghadapi kehidupan akhirat. Hikmah Allâh Azza wa
Jalla menuntut agr pemilik harta mengeluarkan sebagian harta yang
dipegangnya
Agar apa yang dikeluarkan itu menjadi alat penghancur
ketamakan terhadap harta, pencegah agar jiwa tidak berpaling
kepada harta secara total dan sebagai pengingat agar jiwa sadar
bahwa kebahagiaan manusia tidak bisa tercapai dengan sibuk
menumpuk harta.

Akan tetapi kebahagian itu akan terwujud dengan


menginfakkan harta untuk mencari ridha Allâh Azza wa Jalla .
Kewajiban zakat adalah terapi tepat dan suatu keharusan untuk
melenyapkan kecintaan kepada dunia dari hati. Allâh Azza wa Jalla
mewajibkan zakat untuk hikmah mulia ini. Inilah yang dimaksud
oleh firman-Nya, yang artinya, “Ambillah zakat dari sebagian harta
mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka dan mendoalah untuk mereka.” Yakni membersihkan dan
mensucikan mereka dari sikap berlebih-lebihan dalam menuntut
dunia.” [9]

5. Membersihkan Harta Yang Dizakati.


Karena harta yang masih ada keterkaitan dengan hak orang lain
berarti masih kotor dan keruh. Jika hak-hak orang itu sudah
ditunaikan berarti harta itu telah dibersihkan. Permasalahan ini
diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamsaat beliau n
menjelaskan alasan kenapa zakat tidak boleh diberikan kepada
keluarga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Yaitu karena zakat
adalah kotoran harta manusia.

6. Membersihkan Hati Orang Miskin Dari Hasad Dan Iri Hati


Terhadap Orang Kaya.
Bila orang fakir melihat orang disekitarnya hidup senang dengan
harta yang melimpah sementara dia sendiri harus memikul derita
kemiskinan, bisa jadi kondisi ini menjadi sebab timbulnya rasa
hasad, dengki, permusuhan dan kebencian dalam hati orang miskin
kepada orang kaya. Rasa-rasa ini tentu melemahkan hubungan antar
sesama Muslim, bahkan berpotensi memutus tali persaudaraan.

Hasad, dengki dan kebencian adalah penyakit berbahaya yang


mengancam masyarakat dan mengguncang pondasinya. Islam
berupaya untuk mengatasinya dengan menjelaskan bahayanya dan
dengan pensyariatan kewajiban zakat. Ini adalah metode praktis
yang efektif untuk mengatasi penyakit-penyakit tersebut dan untuk
menyebarkan rasa cinta dan belas kasih di antara anggota
masyarakat.

Orang yang menunaikannya akan dilipatgandakan kebaikannya dan


ditinggikan derajatnya. Ini termasuk tujuan syar’i yang penting.
Allâh Azza wa Jalla berfirman.

7. Menghibur Dan Membantu Orang Miskin.


Al-Kâsâni rahimahullah berkata, “Pembayaran zakat termasuk
bantuan kepada orang lemah dan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan. Zakat membuat orang lemah menjadi mampu dan
kuat untuk melaksanakan tauhid dan ibadah yang Allâh wajibkan,
sementara sarana menuju pelaksanaan kewajiban adalah wajib.”
[11]

8. Pertumbuhan Harta Yang Dizakati.


Telah diketahui bersama bahwa di antara makna zakat dalam bahasa
Arab adalah pertumbuhan. Kemudian syariat telah menetapkan
makna ini dan menetapkannya pada kewajiban zakat. Allâh Azza
wa Jalla berfirman :
Allâh memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan
Allâh tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan
selalu berbuat dosa.” (al-Baqarah/2:276). Yakni menumbuhkan dan
memperbanyak. [12]

Juga firman-Nya, yang artinya, “Dan barang apa saja yang kamu
nafkahkan, maka Allâh akan menggantinya dan Dia-lah pemberi
rizki yang sebaik-baiknya.” (Saba`/34:39). Yakni Allâh
menggantinya di dunia dengan yang semisalnya dan di akhirat
dengan pahala dan balasan. [13]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada satu hari di


mana manusia mendapatkan waktu pagi kecuali ada dua malaikat
turun, salah satu dari keduanya berkata, ‘Ya Allâh berikanlah
pengganti kepada orang yang berinfak.’ Sedangkan yang lainnya
berkata, ‘Ya Allâh berikanlah kebinasaan kepada orang yang
menahan.” [Muttafaqun ‘alaihi]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda : Sedekah tidak


mengurangi harta. [HR Muslim]

9. Mewujudkan Solidaritas Dan Kesetiakawanan Sosial.


Zakat adalah bagian utama dari rangkaian solidaritas sosial yang
berpijak kepada penyediaan kebutuhan dasar kehidupan. Kebutuhan
dasar kehidupan itu berupa makanan, sandang, tempat tinggal
(papan), terbayarnya hutang-hutang, memulangkan orang-orang
yang tidak bisa pulang ke negara mereka, membebaskan hamba
sahaya dan bentuk-bentuk solidaritas lainnya yang ditetapkan dalam
Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda :
‫عض ٌْو‬ ُ ُ‫اح ِد إِذَا ا ْشتَكَى ِم ْنه‬
ِ ‫الو‬َ ‫س ِد‬ ُ ‫َمث َ ُل ال ُمؤْ ِمنِينَ فِي ت ََو ِاد ِه ْم َوت ََرا ُح ِم ِه ْم َوتَعَا‬
َ ‫ط ِف ِه ْم َك َمث َ ِل ال َج‬
‫س ْه ِر َوال ُح َّمى‬
َ ‫س ِد باِل‬ َ ُ‫تَدَا َعى لَه‬
َ ‫سائِ ُر ال َج‬

Perumpamaan orang-orang mukmin dalam sikap saling


menyayangi, mengasihi dan melindungi adalah seperti jasad yang
satu, bila ada satu anggota jasad yang sakit maka anggota lainnya
akan ikut merasakannya dengan tidak tidur dan demam. [HR
Muslim]

10.MenumbuhkanPerekonomianIslam.
Zakat mempunyai pengaruh positif yang sangat signifikan dalam
mendorong gerak roda perekonomian Islam dan
mengembangkannya. Karena pertumbuhan harta individu pembayar
zakat memberikan kekuatan dan kemajuan bagi ekonomi
masyarakat. Sebagaimana juga zakat dapat menghalangi
penumpukan harta di tangan orang-orang kaya saja. Allâh Azza wa
Jalla berfirman, yang artinya, “Supaya harta itu jangan beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan
Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu,
maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allâh. Sesungguhnya
Allâh amat keras hukumanNya.” [al-Hasyr/59:7]

Keberadaan uang di tangan kebanyakan anggota masyarakat


mendorong pemiliknya untuk membeli keperluan hidup, sehingga
daya beli terhadap barang meningkat. Keadaan ini dapat
meningkatkan produksi yang menyerap tenaga kerja dan membunuh
pengangguran. [14]

11. Dakwah kepada Allâh Azza wa Jalla .


Di antara tujuan mendasar zakat adalah berdakwah kepada Allâh
dan menyebarkan agama serta menutup hajat fakir-miskin.
Semua ini mendorong mereka untuk lebih lapang dada dalam
menerima agama dan menaati Allâh Azza wa Jalla .

Demikian banyaknya faedah dan hikmah pensyariatan zakat


lainnya yang belum disampaikan, namun semua yang telah
disampaikan diatas sudah cukup menunjukkan betapa penting dan
bergunanya zakat dalam kehidupan individu dan masyarakat Islam

1. PENGERTIAN ZAKAT

Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh


pemeluk agama Islam untuk diberikan kepada golongan yang
berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai
dengan yang ditetapkan oleh syariah.

Zakat termasuk ke dalam rukun Islam dan menjadi salah satu


unsur yang paling penting dalam menegakkan syariat Islam. Oleh
karena itu hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk
ibadah seperti sholat, puasa, dan lainnya dan telah diatur dengan
rinci berdasarkan Al-quran dan Sunah.

2. MACAM-MACAM ZAKAT
Zakat tediri dari dua macam. Yang pertama adalah zakat
fitrah. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dilakukan bagi para
muslim menjelang hari raya Idul Fitri atau pada bulan Ramadhan.
Zakat fitrah dapat dibayar yaitu setara dengan 3,5 liter (2,5
kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan
pokok di Indonesia adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai
zakat adalah berupa beras.

Yang kedua adalah zakat maal. Zakat maal (harta) adalah


zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan, hasil
laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak.
Masing-masing jenis penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Dalam Undang-undang tentang Pengelolaan Zakat No. 38


tahun 1998, pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki orang
muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya. Undang-undang tersebut juga menjelaskan
tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang dikeluarkan
pada bulan Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi
orang yang ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok
untuk sehari pada hari raya idul fitri.

3. PENERIMA ZAKAT
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak
mendapatkan zakat menurut kaidah Islam dibagi menjadi delapan
golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:

1. Fakir: Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun


sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

2. Miskin: Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak


bisa mencukupi kebutuhan dasar untuk hidupnya.

3. Amil: Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.


4. Mu'allaf: Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama
Islam dan memerlukan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan
keadaan baru.
5. Hamba Sahaya: Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin: Orang yang berhutang untuk memenuhi
kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan tersebut adalah
halal, akan tetapi tidak sanggup untuk membayar hutangnya.
7. Fisabilillah: Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil: Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan sendiri oleh


pembaca, apakah Anda termasuk yang harus membayar zakat, atau
Anda berhak menerimanya. Perlu juga Anda ingat bahwa segala hal
baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan yang
lebih baik dan ada hikmah dibalik segala kejadian. Dengan
memenuhi kewajiban Anda sebagai umat muslim untuk membayar
zakat, tentu saja banyak kebaikan yang bisa didapat. Beberapa
kebaikan tersebut diantaranya adalah:

1. Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan


dengan yang berkecukupan
2. Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
3. Sebagai pembersih harta dan juga menjaga seseorang dari
ketamakan akan hartanya
4. Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT. yang telah diberikan
pada umatnya
5. Untuk pengembangan potensi diri bagi umat islam
6. Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam
7. Menciptakan Ketenangan

Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan


hanya kepada penerima, yang memberikan zakat pun juga
merasakannya. Rasa dengki dan iri hati dapat timbul dari mereka
yang hidup dalam kekurangan ketika mereka melihat orang-orang
dengan harta melimpah dan bersikap acuh pada mereka yang
hidupnya serba kekurangan. Rasa dengki tersebut dapat
menimbulkan rasa permusuhan yang pada akhirnya bisa
mengakibatkan keresahan bagi para pemilik harta tersebut dan
membuat perasaan tegang dan cemas
3. PENYEBAB TUMBUHNYA SOLIDARITAS SOSIAL
MELALUI ZAKAT

MANUSIA merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang


sangat sempurna, manusia diciptakan Allah dengan akal dan pikiran
itulah yang menyebabkan manusia terus menerus mengembangkan
Ilmu pengetahuan dan teknologi di muka bumi ini. Manusia terus
berlomba-lomba untuk menemukan penemuan baru sampai-sampai
manusia lupa akan adanya dunia akhirat.

Manusia terus saja mencari harta kekayaan dimuka bumi ini


baik itu dari pagi atau bahkan sampai malam sekalipun, mereka
hanya mencari harta kekayaan dimuka bumi saja tanpa mereka
sadari bahwa disebagian harta yang mereka miliki ada harta orang
lain yang harus diberikan, sebagian harta yang dimiliki oleh
seseorang tersebut bisa saja disalurkan baik itu berupa zakat, infak
dan sedekah.

Zakat bisa disebut juga sebagai ibadah maliyah atau ibadah


harta karena zakat merupakan sarana ibadah di bidang harta yang
diberikan oleh orang kaya terhadap orang miskin. Tujuannya yaitu
selain untuk menjalankan ibadah kepada Allah juga untuk
mempunyai sifat solidaritas sosial di kalangan masyarakat Islam.

Oleh karena itu, zakat harus dikeluarkan secara ikhlas hanya


untuk mengharapkan ridha Allah, karena segala sesuatu termasuk
jiwa dan raga manusia itu sendiri adalah milik Allah, manusia tidak
memiliki hak milik yang tinggi.

Lalu apakah kalian tahu arti zakat itu? Dan Apa saja yang termasuk
zakat itu sendiri?.
Zakat merupakan rukun Islam yang ketiga dari rukun Islam
yang lima, karenanya zakat merupakan ibadah wajib yang harus
dilaksanakan oleh seorang muslim sebagaimana wajibnya
melaksanakan shalat. Di dalam kitab Az-Zakah, Muhammad Arsyad
Al-Banjari mengemukakan bahwa sebagian ulama sepakat yaitu
seseorang menjadi kafir dan diperangi orang yang enggan daripada
mengeluarkan zakat dan apabila perlu harus diambil daripadanya
dengan kekerasan maupun perang sekalipun.

Syarah hadits pilihan Bukhari Muslim, Abdullah bin


Abdurrahman Ali Bassam : 367 berpendapat bahwa zakat berarti
hak wajib dalam harta yang khusus, yaitu hewan ternak, hasil bumi,
uang tunai, barang dagangan, yang diperuntukkan bagi delapan
golongan yang disebutkan di dalam surat At-Taubah pada waktu
tertentu yaitu genap satu tahun, selain buah-buahan bahwa waktu
panennya merupakan waktu yang diwajibkan.

Zakat dari segi prakteknya adalah kegiatan bagi-bagi yang


diwajibkan bagi umat islam. Zakat berbeda dengan gratifikasi.
Gratifikasi adalah kegiatan bagi-bagi yang tidak diperkenankan oleh
negara atau ketentuan pemerintah. Orang yang mengeluarkan zakat
disebut Muzakki Orang yang berhak menerima zakat disebut
Mustahik.

Secara garis besar zakat terbagi menjadi 2 bagian, zakat


fitrah dan zakat maal. Zakat fitrahadalah zakat yang dikeluarkan
pada saat menjelang hari raya, paling lambat sebelum shalat Idul
Fitri, dengan maksud untuk menyenangkan kaum fakir miskin saat
hari raya, dan hukumnya wajib. Sedangkan Zakat mal adalah zakat
yang meliputi segala harta benda,zakat mal dibagi menjadi beberapa
jenis zakat yaitu zakat emas dan perak, zakat tijarah(zakat
perniagaan/perdagangan), zakat hasil tanaman dan buah-
buahan,zakat binatang ternak, zakat barang temuan dan barang
tambang, zakat profesi/penghasilan/ pendapatan, zakat uang
simpanan dan zakat saham dan obligasi.

Landasan hukum diwajibkannya zakat tertuang dalam


Alquran “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. 9 : 103).
Kedua dari As Sunnah, Rasulullah SAW bersabda “Islam dibangun
atas lima rukun; syahadat tiada tuhan selain Allah dan Muhammad
saw utusan Allah, menegakkan shalat, membayar zakat,
menunaikan haji dan shaum ramadhan (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga, Ijma, para ulama salaf (terdahulu, klasik) ataupun kholaf
(kontemporer) telah sepakat akan wajibnya zakat. Dasar zakat.

firman Allah SWT Q.S. Al-Fushilat ayat 6-7:Artinya: “Dan


kecelakaan yang besarlah bagi orang – orang yang
mempersekutukan-Nya . (yaitu) orang – orang yang tidak
menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan)
akhirat”. Di awal perkembangan Islam, tidak diberikan batasan
harta yang wajib dikeluarkan zakatnya dan tidak diatur tarif nya,
sementara dalam ayat-ayat yang turun di Madinah menegaskan
zakat itu wajib, dalam bentuk perintah yang tegas dan instruksi
pelaksanaan yang jelas. “Dirikanlah oleh kalian shalat dan bayarlah
zakat.”(QS 2;110) dan QS.9 (at taubah) adalah satu surat dalam al-
quran yang banyak membahas masalah zakat.

Dari penjelasan di atas kita jadi tahu bahwa zakat hukumnya


wajib bagi setiap muslim, zakat mempunyai banyak hikmahnya bagi
kita maupun penerima zakat sendiri. Adapun hikmah zakat yaitu,
Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan
kewajibannya kepada Allah dan makhluk Allah, membersihkan diri
dari sikap kikir dan akhlak yang tercela.
Sebagai ucapan syukur dan terimakasih atas nikmat yang diberikan,
Guna mencegah kejahatan yang akan timbul dari si miskin yang
lemah iman dan lemah pemahaman agamanya, dan guna
mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si
kaya dan miskin. Harta seseorang tidakkan akan habis jika untuk
membayar zakat, bahkan Allah akan menambah harta yang kita
miliki jadi mari kita membayar zakat.

4. SOLUSI UNTUK MENUMBUHKAN SOLIDARITAS


SOSIAL MELALUI ZAKAT

Membangun Solidaritas Sosial dengan Berzakat. MANUSIA


diciptakan Allah sebagai makhluk sosial yang hidup
bermasyarakat (zoon politicon).Sebagai makhluk sosial, manusia
tidak hanya mengandalkan kekuatannya sendiri, tetapi setiap
manusia membutuhkan satu sama lain, dan kelebihan yang satu
dapat menutupi kekurangan yang lain. Saling tolong menolong
dalam kebaikan (materi) dan taqwa (ruhani) dalam hidup
bermasyarakat merupakan titah Allah Swt dalam al-Qur’an.

Hidup berkelompok, berserikat serta bermasyarakat


merupakan fitrah dan tabiat dasar manusia. Tidak ada satu pekerjaan
pun yang dapat dilakukan sendirian, semua pasti membutuhkan
peran serta orang lain. Karena inilah ciri hidup sosial dan
bermasyarakat. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “Wahai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu saling kenal-
mengenal” (QS al-Hujarat : 13).

Di dunia ini tidak ada satu pun kebutuhan yang dapat


terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Untuk segelas air minuman saja
misalnya, ia membutuhkan ribuan bahkan jutaan orang sebelum ia
meminumnya. Mulai dari cara memperolehnya, apakah melalui air
sungai, air sumur, atau air ledeng. Untuk mengail dan menyalurkan
air, butuh banyak peralatan mulai dari tali yang dibikin ribuan
orang, bejana tempat air dan lainnya. Belum lagi penampungan air,
peralatan untuk memasak air hingga mendidih, seperti korek api,
kompor, minyak, listrik dan seterusnya, semua membutuhkan peran
serta orang lain.Manusia tidak bisa hidup sendiri, karena segala
sesuatunya pasti dan selalu membutuhkan uluran tangan orang lain.
Hal ini membuktikan bahwa kita manusia adalah makhluk yang
lemah, sehingga saling membutuhkan satu sama lain. Tidak ada
alasan untuk tidak membantu orang lain, karena kita pun selalu
ditopang uluran tangan yang lain. Jika seseorang telah banyak
mendapatkan sesuatu dari orang lain, saatnya ia berpikir tentang apa
yang bisa diberikan kepada mereka.

Seseorang yang memiliki kecintaan yang tinggi pada yang


lain, dibuktikan dari pengorbanan yang bisa dilakukan dirinya.
Demi seorang tercinta, ia rela memberikan apapun yang dimilikinya
termasuk yang dianggap oleh dirinya paling berharga di sisinya
sekalipun! Pengorbanan sejati, adalah kemampuan memberikan
sesuatu yang dicintai untuk yang lain. Inilah yang disebut dengan
kebajikan sempurna.

Allah Swt berfirman, “Kamu sekali-kali tidak sampai


kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah Swt mengetahuinya” (QS.
Ali-Imran : 92).

Mari kita sama-sama rasakan, sepanjang hidup kita ini. Saat


seseorang dilanda perasaan cinta, maka ia akan memberikan
apapun yang dimilikinya demi berkorban pada orang yang ia cintai,
atau bahkan demi cinta itu sendiri. Seseorang akan melepaskan
seluruh kepemilikannya yang berharga, nyawa sekalipun dalam
pandangannya sendiri, demi mendapatkan simpati dan cinta balik
dari yang dicintainya. Itu baru sebatas antara sesama makhluk,
apalagi cinta antar seorang makhluk dengan sang Khaliknya.
Rasulullah Saw bersabda, “Tidak sempurna keimanan seseorang
hingga ia mencintai saudaranya seperti halnya ia mencintai dirinya
sendiri” (HR. Muttafaq Alaih).

Seseorang yang telah mengorbankan hawa nafsunya, ia akan


mencapai derajat kesucian dalam arti dekat kepada Allah Swt. Dan
berikutnya, ia akan memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap
sesamanya, terutama kepada mereka yang masih hidup
berkekurangan. Ingatlah, Allah Swt itu dekat dengan orang-orang
yang lemah. Kita pun termasuk diberi rejeki berkat kasih sayang
Allah Swt kepada mereka (masakin).Seandainya tidak ada orang
tua, anak-anak dan orang lemah di antara manusia, niscaya Allah
Swt tidak akan menurunkan rejeki-Nya kepada manusia. Demikian
pernah dijelaskan dalam sebuah hadits. Saat orang lemah
membutuhkan, saat itulah Allah Swt memanggil kita untuk
menolongnya. Menyayangi orang lemah, berarti bukti kecintaan kita
kepada Allah Swt. Sebaliknya menelantarkan orang lemah dan tidak
berdaya berarti bukti ketidakcintaan kita kepada Allah Swt.

5. PENDIDIKAN ILAHIYAH MELALUI ZAKAT

Sungguh mulia dan sempurna pendidikan ilahiyah melalui


zakat dan puasa. Islam begitu perduli membina semangat sosial
melalui kewajiban zakat ini. Setelah merasakan penderitaan orang
lain yang kelaparan dalam puasa, selanjutnya diharapkan
sensibilitas sosial seseorang tergerak untuk membantu meringankan
orang lain dan menolong mereka yang masih hidup jauh dari garis
kemiskinan. Sedemikian indah Allah Swt mengajarkan pada umat
Islam bagaimana memperhatikan orang-orang fakir, karena kita
sendiri hakikatnya adalah fakir.

Al faqr, bermakna membutuhkan. Seseorang yang


membutuhkan yang lain, tentu saja termasuk orang lemah.
Perenungan tersebut semestinya memberikan kesadaran pada setiap
individu, bahwa memberi pada orang lain yang membutuhkan,
merupakan kesadaran dasar akan kelemahan, sekaligus menjadi
tuntutan sosial bagi seseorang. Orang yang lemah dan senantiasa
membutuhkan orang lain, dampaknya menjadikan seseorang tidak
akan bersikap sombong pada yang lain, tidak mencaci sesama, tidak
menggunjing sesama, dan senantiasa berbuat baik pada orang
lain,Permisalan bagi orang yang mukmin adalah ibarat jaringan satu
tubuh (kaljasadil wahid). Jika salah satunya sakit, maka yang lain
pun turut merasakan. Seandainya hal ini tidak terwujud, berarti ada
yang sakit dalam struktur masyarakat, di mana anggota tubuh yang
satu dan lainnya tidak saling merasakan penderitaan masing-masing.

Zakat merupakan wujud solidaritas sosial terhadap sesama


umat Islam yang berkekurangan. Sebagaimana fungsi zakat tiada
lain adalah, Pertama, menolong orang-orang yang
berkekurangan. Kedua, mensucikan harta dari berbagai kotoran
selama proses pencarian harta itu dilakukann. Karenanya, harta
ketika dizakati akan kembali fitrah (suci). Harta inilah yang bersih
untuk digunakan dan dimanfaatkan. Ketiga, menitipkan kelebihan
harta pada orang-orang kaya untuk didistribusikan pada orang-orang
yang miskin.

Kemudian, agar apa yang seseorang berikan menjadi berkah


bagi dirinya dan orang lain, maka ada beberapa hal yang perlu
dilakukan. Pertama, ikhlas tidak riya (ingin dipuji-puji orang lain).
Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti
orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah Swt dan hari kemudian. Maka
perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadikan dia
bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari
apa yang mereka usahakan, dan Allah Swt tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang kafir itu” (QS. Al-Baqarah : 264).

Kedua, memberi tanpa menyakiti dan memaki penerimanya.


Firman Allah Swt, “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih
baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Swt Kaya lagi Maha
Penyantun,” (QS. Al-Baqarah : 263). Firman-Nya yang
lain, “Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka
janganlah kamu menghardiknya,” (QS. Adh-Dhuha : 9-10).

Orang-orang yang menghardik dan menistakan orang-orang


miskin dan anak yatim disinyalir al-Quran sebagai orang-orang
yang telah mendustakan agama. Padahal ia tahu, bahwa mereka
perlu diberi pertolongan namun tidak ada keimanan untuk segera
bergerak menolongnya. Allah Swt berfirman, “Tahukah kamu
(orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik
anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin,” (QS. Al-Ma’un : 1-3).

Ketiga, tidak memberi yang jelek atau yang tidak terpakai


lagi oleh pemberinya. Memberikan yang jelek bukanlah
pengorbanan sehingga mudah dilakukan siapapun. Tetapi,
memberikan yang terbaik menjadi sulit dilakukan seseorang jika
tanpa kecintaan tulus dan sungguh-sungguh. Hakikatnya memberi
bukanlah membuang, memberi adalah menyerahkan yang terbaik
yang berbeda dengan membuang, yaitu melempar yang tidak kita
butuhkan dan pergunakan lagi. ng menuntut kita pada suatu
renungan, sudahkah kita meberi pada orang lain dengan benar-benar
memberi ?

Keempat, secara sembunyi-sembunyi di mana tangan kiri


tidak tau apa yang diberikan oleh tangan kanan. Hal ini merupakan
sebuah permisalan di mana orang lain tidak banyak tahu, untuk
memelihara keikhlasan si pemberi. Allah Swt berfirman, “Jika kamu
menampakkan sedekahmu, maka itu adalah baik sekali. Dan jika
kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang
fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu. Dan Allah Swt
meghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu, dan
Allah Swt mengetahui apa yang kamu kerjakan”, (QS. Al-Baqarah :
271).

Memberi lebih baik dari meminta-minta. Rasulullah Saw


bersabda, “Sebaik-baik sedekah kelebihan dari kecukupan, tangan
di atas lebih baik dari tangan di bawah, mulailah dari orang yang
berada atas”, (HR. Bukhari). Allah Swt juga
berfirman, “(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terkait
(oleh jihad) di jalan Allah Swt, mereka tidak dapat (berusaha) di
bumi, orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kayak
karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka
dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang
secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Swt Maha
Mengetahui”, (QS. Al-Baqarah : 273).
Tatkala sesorang terlalu cinta pada dirinya sendiri, saat itulah benih
egoisme bersemi. Ia akan selalu hidup sendiri tanpa orang lain.
Hanya kepentingan-kepentingan dirinya yang diutamakan.
Kalaupun harus berhubungan dengan orang lain, itu semata terkait
keuntungan dan kebutuhan yang ingin diperoleh dan diraih oleh
dirinya. Pola hidup seperti ini tentu saja jauh dari keberkahan.
Hidup seperti ini lebih mengutamakan “apa yang harus didapat”
ketimbang “apa yang harus diberikan”.

Islam sangat memperdulikan nasib-nasib orang-orang yang miskin,


kesejahteraan mereka dititipkan kepada orang-orang kaya dan
negara. Nabi Saw sangat mengecam mereka yang tidak taat
membayarnya. Bagi mereka, bahkan dianjurkan agar pemerintah
menarik paksa kewajiban zakat mereka. Karena pada hakekatnya,
harta itu bukan milik mereka, melainkan ada hak orang-orang lemah
di dalamnya.

Dengan adanya kesadaran zakat yang tinggi, semoga kehidupan kita


akan dapat berlangsung harmonis, tidak mengalami kesenjangan
hidup yang sangat jauh antara sesamanya. Aminnnnn
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Zakat termasuk kedalam rukun Islam dan menjadi salah satu


unsur yang paling penting dalam menegakkan syari’at Islam. Oleh
karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah
memenuhi syarat-syarat tertentu.

Zakat juga merupakan bentu ibadah seperti sholat, puasa,


dan lainnya yang telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Qur’an
dan Sunnah. Sebagai ibadah wajib zakat terbagi menjadi dua, yaitu
zakat mal dan zakat fitrah.

Dijelaskan dalam Al-Qur’an :

( Q.S At-Taubah [9]:103)

َّ ‫سكَنٌ لَ ُه ْم ۗ َو‬
ُ‫َّللا‬ َ َ‫ع َلي ِْه ْم ۖ إِنَّ ص َََلت َك‬ ِ ‫ص َدقَةً ت ُ َط ِه ُر ُه ْم َوت َُز ِك‬
َ ‫يه ْم بِهَا َوص َِل‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َوا ِل ِه ْم‬
‫ع ِلي ٌم‬
َ ‫س ِمي ٌع‬
َ

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu
(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Zakat fitrah adalah pengeluaran yang wajib dilakukan oleh setiap


muslim yang mempunyai kelebihan dari nafkah keluarga pada
malam idul fitri. Banyaknya 1 sha’ (sekitar 2,5 kg) atau 3.5 liter
beras yang dapat dibayarkan dengan uang seharga 1 sha’ (sekitar
2,5 kg) atau 3,5 liter beras yang biasa dikonsumsi.
Secara umum seseorang berkewajiban mengeluarkan zakat
mal apabila sedah memiliki syarat sebagai berikut:

 Islam

 Merdeka (bukan budak)

 Hak milik yang sempurna

 Telah mencapai nisab

 Masa memiliki sudah sampai satu tahun (selain tanaman dan buah-
buahan)

Zakat mal waktunya tidak ditentukan, sedangkan zakat fitrah


dibagi menjadi 5, yaitu waktu mubah, wajib, sunah, makruh, dan
waktu haram

Ada 8 golongan yang berhak menerima zakat yaitu; Fakir, Miskin,


Amil, Mualaf, Riqab,.Gharim, Sabilillah, Ibnu Sabil

 Orang kafir (hanya berhak menerima sedekah)

 Orang atheis

 Keluarga Bani Hasyim dan Bani Muttalib

 Ayah, anak, kakek, nenek, ibu, cucu dan istri yang menjadi
tanggungan orang yang berzakat

B. SARAN

1. Sebaiknya kita menunaikan ibadah zakat untuk menyempurnakan


rukun islam kita

2. Kita harus membayar zakat agar kita dapat menolong orang yang
lemah dan menderita

3. Kita harus membayar zakat di waktu dan orang yang tepat


DAFTAR PUSTAKA
Agustiano, Wakaf Produktif Untuk Kesejahteraan Umat, Jakarta: Niriah, 2008

Al-Alabij, Adijani, Perwakafan Tanah di Indonesia (Dalam Teori dan Praktek),


Jakarta: Rajawali Pers, 1992.

Al-Hadi, ,Abu Azam Upaya Pemberdayaan Tanah Wakaf Produktif Bagi


Kesejahteraan Ummat, dalam jurnal ISLAMICA, Vol. 4 No. 1, September 2009.

Al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah Fiqh Kontemporer, Bandung: Grafika,


2004
Amirin , Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Bandung: Sinar Baru, 1991.

Anto, M. B. Hendrie, Pengantar Ekonomi Mikro Islam, Yogyakarta, Ekonisis,


2003

Anwar , M.Ahmad, Prinsip-prinsip Metodologi Research, Yogyakarta: Penerbit


Sumbanngsih, 1975.

Arikunto , Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakart:


Reneka Cipta, 1993.
Bahri , Zainul, Kamus Umum Khususnya Bidang Hukum dan Politik, Bandung:
Angkasa, 1996.

Bahruddin dan Rudy, Ekonomika Otonomi Daerah, Yogyakarta: UPPSTM YK,


2002

Budi , Iman Setya, Revitalisasi Wakaf sebagai Penggerak Ekonomi Masyarakat,


dalam jurnal: Al-Iqtishadiyah Jurnal Ekonomi Syariah dan Hukum Ekonomi
Syariah, Volume: II, Nomor II. Juni 2015
Chapra, M.Umar , Sistem Moneter Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2000

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Direktorat Pemberdayaan


Wakaf, Manajemen Pengelolaan Proyek Percontohan Wakaf Produktif, Jakarta
Departemen Agama RI, 2011

Direktorat Jendral Bisma Islam dan Penyelenggara Haji, UU No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005

Anda mungkin juga menyukai