MAKALAH
DI MBAY
OLEH
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena yang telah memberikan
rahmatnya sehingga penulis dapat men yelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Tradisi Ritual Etu (Tinju Adat) Nagekeo Di Mbay” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
sekolah pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
makalah ini dengan baik. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepadapihak
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Dinamisme. Animisme berarti percaya kepada roh-roh halus atau roh tempat
yang dianggap keramat. Kepercayaan seperti itu adalah agama mereka yang
pertama, semua yang bergerak dianggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib.
Tradisi atau kebudayaan tidak begitu saja muncul tanpa memiliki maksud
pegelaran tinju adat untuk uji kejantanan antara pemuda. Masyarakat sangat
leluhur. Tradisi Ritual Etu kadang masih dipahami oleh masyarakat yang tidak
mengerti akan tradisi ini sebagai sesuatu yang kejam, sadis, padahal tradisi ini
masyarakatnya.
1
Tradisi Etu ini dikategorikan menjadi dua yakni untuk anak anak yang
disebut dengan Etu Coo atau mbela loe danuntuk dewasa atau biasa disebut
dengan Etu meeze atau mblela mese. Kedua kategori ini akan dimainkan pada
hari yang berbeda, etu coo dimaikan pada hari pertama sedangkanetu meeze
Tradisi Ritual Etu ini dilaksankan secara sunguh-sungguh dan penuh rasa
karena hanya masyarakat yang memiliki Peo, Patung Bu’e Coo dan sejarah
1.3 Tujuan
Mbay
1.4 Manfaat
serta pengetahuan bagi penulis mengenai Tradisi Ritual Etu (Tinju Adat)
Nagekeo di Mbay.
2
Sehingga pada akhirnya dengan mengerti dan mengetahui informasi tadi
dan menjadi sebuah ilmu yang sangat berarti bagi banyak orang.
3
BAB II
PEMBAHASAN
mencapai tujuan bersama dalam wilayah hukum yang sama. Masyarakat pada
jaman dahulu memiliki peraturan sendiri, tidak seperti saat ini masyarakat
akan hukum atau norma untuk bisa dihormati bersama, dan biasanya
berdasarkan atas penuturan lisan, itulah yang disebut sebagai adat istiadat.
dengan cara seperti ini menilai bahwa tradisi Etu adalah cerminan dari
dari satu sisi saja, tidak melihat bagaimana orang yang datang berkumpul dan
disambut meriah oleh tokoh adat atau mosalaki dan seluruh warga kampung,
Masyarakat yang datang dijamu dan dilayani. Setiap masyarakat yang datang
membatasi berapa jumlah yang datang, dansemua yang hadir harus diberi
4
masalah duniawi seperti layaknya seorang yang ingin balas dendam secara
dari kesuburan yang ditunjukan dengan adanya darah yang keluar dari tubuh),
akan tetapi konsep Tradisi Ritual Etu bukan sekedar menyaksikan darah yang
keluar dari badan seseorang yang melakukan Ritual Etu, tetapi lebih khusus
lagi yakni sebagai acara ritual sakral yang ingin mengajak setiap generasi
sikap konsisten, dan saling menghargai, dengan harapan melaui tradisi ini
oleh Tradisi Ritual Etu, kepada pribadi masyarakta baik itu masyarakat
Ritual Etu merupakan tradisi yang sudah lama melekat dan dilaksanakan
sehingga sampai saat ini Ritual Etu ditengah masyarakat tidak pernah
dilepaskan, disamping itu juga ritual ini sudah sejak lama melekat dalam
setempat, bahwa wanita pada saat melakukan ritual ini disaat mencapai tahap
yang paling tinggi, dimana terjadi tahapan pengorbanan melalui simbol darah
pihak wanita dilarang untuk mengikuti atau melihat proses pada tahap ini.
5
Penghormatan terhadap leluhur dan Tuhan menjadi suatu kewajiban
didalam masyarakat adat. Ritual Etu menjadi sebuah sarana dalam melakukan
dengan upacara singkat untuk berdoa kepada leluhur meminta ijin bahwa
musim ini mereka tidak dapat melaksanakan ritual ini, namun sebagai simbol
simbol adat.
Masyarakat sudah sejak lama melaksanaka Tradisi Ritual Etu atau tinju
keutuhan. Masyarakat memahami dan menyadari benar akan bentuk ritual ini.
namun disisi lain masyarakat adat sadar akan posisi mereka saat ini, adanya
untuk bergabung dalam acara ini, karena melalui ritual ini masyarakat
percaya bahwa para leluhur hadir, ada kontak antara masyarakat dengan para
6
leluhuryang telah menanam benih-benih kesejahteraan yang sampai saat ini
mendukung acara ritual Etu, namun acara ini tidak hanya untuk suku-suku
tertentu saja sebagai tuan dalam pelaksanan acara ritual ini tetapi suku-suku
lain juga sudah menjadi bagian dari acara ritual ini, sehingga terjalin rasa
2.2 Proses Pelaksanaan “Tradisi Ritual Etu (Tinju Adat) Nagekeo Di Mbay
Tradisi Ritual atau tinju tradisonal berlangsung ada beberapa orang yang
upacara Etu.
c. Sike merupakan orang yang tugasnya adalah mengatur Moi Etu, sehingga
e. Babho ini bertugas sebagai penghubung siapa saja yang mau menjadi
matang, yang harus dipersiakan ialah persiapan sarana fisik maupun non
7
fisik atau mental. Persiapan fisik dalam Ritual Etu,adapun benda-benda
b. Loka Melo atau tempat ritual etu atau arena etu, dengan membuat
pagar keliling, dengan catatan kedua sisis lebar. Loka Melo didirikan
c. Kepo, alat ini terbuat dari serat-serat tumbuhan atau ijuk yang
beling.
d. Deze adalah baju penutup badan bagi seorang moi etu atau petinju,
f. Kau Kasa adalah pengikat dada, yakni selembar kain tenun yang
diikay pada bagian dada, berfungsi sebagai pelindung dada dan perut
petinju, selain itu sebagai alat pegangan seorang sike yang tugasnya
8
g. Sao Waja dalam ritual etu digunakan sebagai tempat akhir para moi
permusuhan.
Sudah menjadi sebuah tradisi apabila Ritual Etu, tidak hanya moi etu
yang memiliki etu tetapi juga masyarakat luas. Masing-masing para moi etu,
masalah apabaila seorang moi etu sebagai kerabat dekat dari masyarakat luas
tadi yang tidak menerima apabila moi etunya kalah. Sehingga seorang
ritual etu.
masyarakat, bahwa dalam pelaksanaan acara ini, sikap dan perbuatan harus
menciptakan jiwa sportif apapun hasilnya kalah atau menang harus diterima.
Bahwa sebenarnya Ritual Etu bukan dilihat kalah atau menang melainkan
Tradisi Ritual Etu dilaksanakan setiap Tahun sekali biasanya pada bulan
Juni-Juli, konon dulunya menetapka ritual ini dilihat sesuai dengan bulan
bahwa hedha wewa adalah berkaitan dengan tanah dan halaman. Sebab
9
tanah dan halaman dianggap sebagai seoarang ibu, dewi, ataupun leluhur.
Dalam ritual etu bagi masyarakat ritual ini biasanya dilaksankan selama
tiga hari.
a. Waktu
Tradisi Etu merupakan bukti konkret yang dapat dilihat dan dipegang
manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan segala kelebihan dan
acara ini konon terkait dengan perhitungan bulan dan bintang. Waktu
b. Tempat
kampung.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
kampung yang tersebar luas. Kampung bagi masyarakat adat sangat besar
pengaruhnya hingga saat ini, hal ini bisa terjadi sebab masyarakat memiliki
adalah faktor dan dukungan yang besar dari leluhur dan Tuhan. Masyarakat
Nagekeo diyakini sebagai sesuatu yang bernilai tinggi dalam kehidupan. Oleh
karena itu Ritual Etu merupakan sarana bagi masyarakat pendukungnya untuk
memohon perlindungan kepada kepada leluhur dan Tuhan agar segala rejeki
dan pengorbanan yang mereka lakukan, mendapatkan tempat dan hasil yang
memuaskan.
3.2 Saran
norma dan aturan yang menjadi kebudayaan yang telah diwariskan oleh nenek
moyang kita. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan kepada pembaca
11
atau tradisi Ritual Etu (Tinju Adat) Nagekeo di Mbay dan kebudayaan-
kebudayaan lainnya yang ada di Flores, Nusa Tenggara Timur. Sehingga, kita
12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.indosport.com/20171104/etu-tinju-adat-nagekeo-yg-mempersatukan-
masyarakat
http://josinf.blogspot.com/2012/09/ritual-tinju-adat-nagekeo-etu
https://id.m.wikipedia.org/wiki/etu
https://www.gempi.co/travel/21598/tinju-tradisional-di-nagekeo-tanduk-kerbau-
jadi-sarung-tinju
https://warisanbudaya.kemdikbudgo.id/
https://www.goodnewsformindonesia.id/2016/12/21/etu-sebuah-tinju-tradisional-
dari-flores
13