Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MENGENAL KARAKTERISTIK REMAJA PADA SISWA


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik

Oleh

NOVIA SENJA KURNIA (120210301037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini.Guna memenuhi tugas matakuliah
Perkembangan Peserta Didik.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penyelesaian makalah ini. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terimaksih
kepada teman-teman yang telah membantu membuat makalah ini, sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.

Kami selaku penulis sudah berusaha sebaik-baiknya untuk menyelesaikan makalah


ini, tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanya milik-Nya. Tiada suatu usaha yang
besar akan berhasil tanpa dimulai dari usaha yang kecil. Sebagai penanggung jawab atas
karya tulis ini, kami mengharapkan kritik dan saran, serta masukan untuk perbaikan serta
penyempurnaan karya tulis ini.

Akhirnya penulis berharap, semoga hasil karya tulis ini memberikan manfaat dan
dapat dijadikan sebagai wacana untuk memperluas pengetahuan.

Jember,9 Desember 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai seorang guru, sangat perlu memahami perkembangan peserta didik.


Perkembangan peserta didik tersebut meliputi: perkembangan fisik, perkembangan
sosioemosional, dan bermuara pada perkembangan intelektual. Perkembangan fisik
dan perkembangan sosio sosial mempunyai kontribusi yang kuat terhadap
perkembangan intelektual atau perkembangan mental atau perkembangan kognitif
siswa.
Pemahaman terhadap perkembangan peserta didik di atas, sangat diperlukan
untuk merancang pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan
pembelajaran yang kondusif akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
sehingga mampu meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang diinginkan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas,maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
 Bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak remaja usia
SMP ?
 Bagaimana peran lingkungan terhadap pembelajaran anak usia remaja awal /
SMP?
 Bagaimana metode pembelajaran yang tepat pada siswa SMP?

C. TUJUAN
 Untuk mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak remaja
usia SMP
 Untuk mengetahui hubungan pemahaman karakter siswa SMP dengan proses
pembelajaran.
 Untu mengetahui metode pembelajaran yang tepat pada siswa SMP.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KARAKTERISTIK PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK REMAJA


USIA SMP

 Pertumbuhan Fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat
dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja
memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara
optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang
kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat.
 Perkembangan Seksual
Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja.
Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi
spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang
tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan, bila
rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi yang
pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki
pada lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah;
didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau
rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya
meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini
dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar
bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di
daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu.
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi
pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk bereproduksi.
Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua
jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan
dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2).
Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut
merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon
kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan
Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan
testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas
merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki
mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan
berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
 Cara Berfikir Kausalitas
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang
logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya
sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal
itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang
memuaskan maka dia akan tetap melakukannya. Apabila guru/pendidik dan oarang
tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan
remaja berupa pekelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini,
idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan
diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit,
dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu
melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem
pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar
satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir
anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang
cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak
memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan
mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap
pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa
berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
 Emosi Yang Meluap-luap
Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan
hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu
mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa
menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau
remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu
mereka hanya menuruti ego dalam diri tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi.
 Perkembangan Sosial
Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial
dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan
sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya.
Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial.
Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya
dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau
bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab
sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut
sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugas-tugas
perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat.
Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin
penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena
pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas
dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan.
Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan
menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga
dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung
berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan
bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya
gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan dsb.
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja
untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan
untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal
tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan.
Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada
dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki
ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri &
orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau
menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan
aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja
pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu
mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan
jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan
berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja
dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu
dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan
perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke
arah perilaku negatif.
Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk
satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok
sebayanya sehingga tidak jarang orang tua dinomorduakan, sedangkan
kelompoknya dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan
pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-
teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman.
Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada
lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua
kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga
remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan
secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki.
 Perkembangan Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para
remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah
populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik,
kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil
pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama
ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada
dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan
lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-
hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para
remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam
melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi
lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam
suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja
berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan
ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang
ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi
pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali
mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang
selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak
diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada
masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan
korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam
suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang
remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah
masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan
remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua
atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau
pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan
sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif
jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua
yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja
itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu
memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang
remaja tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran
orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan
baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang
diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orang tua mungkin akan mulai menajam.
 Perkembangan Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari
kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak
selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya).
Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang
berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak
menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan
penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa
mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
 Adapun ciri-ciri penting pada masa remaja awal atau anak SMP sebagaiberikut :
1. Pada masa ini terjadi kematangan alat-alat seksual.Dengan tumbuh dan
kembangnya fungsi-fungsi organ maka ciri-ciri seks sekunder mulai
berkembang seperti tumbuhnya rambut pubis dan timbulnya jakun pada anak
laki-laki.Sedangkan pada anak perempuan mulai memasuki masa menstruasi
dan mulai tumbuhnya buah dada. Dengan adanya kedewasaan biologis ini,
remaja memiliki kemampuan biologis yang sama dengan orang-orang dewasa
lainnya dalam hal reproduksi.
2. Masa remaja awal merupakan periode yang singkat dibandingkan dengan
banyaknya perubahan yang terjadi di dalam perkembangan manusia maka masa
puber merupakan periode yang paling singkat, yaitu sekitar dua sampai empat
tahun pada usianya.
3. Masa remaja awal merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang
pesat.Perubahan-perubahan yang pesat ini akan menimbulkan dampak pada
anak. Misalnya timbul keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman dan
dalam beberapa hal memungkinkan timbulnya perilaku negatif.
4. Masa remaja awal merupakan masa negatif .Pada masa ini anak cenderung
mengambil sikap anti terhadap kehidupan atau kehilangan sifat-sifat baiknya
yang pada masa sebelumnya sudah berkembang. Kondisi ini merupakan sesuatu
yang wajar. Beberapa ahli psikologi perkembangan menyebut ini sebagai masa
negatifistik kedua.
 Perkembangan anak usia SMP
Selama di SMP/ MTs seluruh aspek perkembangan manusia yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik mengalami perubahan sebagai masa transisi dari masa
anak-anak menjadi masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya
merupakan fenomena yang harus di hadapioleh guru.
Perkembangan aspek kognitif Arajoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek
kognitif meliputi fungsi intelektual seperti pemahaman, pengetahuan dan
ketrampilan berpikir. Untuk siswa SMP perkembangan kognitif utama yang
dialami adalah formal operasional,yang mampu berpikir abstrak dengan
menggunakan simbol-simbol tertentu atau mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal yang tidak terikat lagi oleh objek-objek yang bersifat konkrit, seperti
peningkatan kemampuan analisis,kemampuan mengembangkan suatu
kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, kemampuan
menarik generalisasi dan inferensasi dari berbagai kategori objek yang beragam.
Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dalam bahasa
dan perkembangan konseptual. Dengan kata lain, bahasa merupakan salah satu alat
vital untuk kegiatan kognitif.
Perkembangan aspek afektif Menurut Arajoo T.V (1986), ranah afektif
menyangkut perasaan,modal dan emosi.Perkembangan afektif siswa SMP
mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian
besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.
Perkembangan psikomotorik Wuest & Combardo (1974) menyatakan
bahwa perkembangan aspek psikomotorik seusia SMP ditandai dengan perubahan
jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut
adalah perubahan pertumbuhan tinggi badan dan berat badan,sering menganggap
diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan
akibat” dari perbuatan mereka, dan kadang mengalami proses pencarian jati diri.
B. PERAN LINGKUNGAN TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK USIA REMAJA
AWAL (SMP)

Konsep belajar behavioristik memandang manusia sebagai produk lingkungan.


Begitupun dalam kasus ini, faktor-faktor lingkungan sekitar mempunyai peran penting
dan andil yang kuat dalam proses pembelajaran seorang siswa secara
umum, khususnya siswa SMP.1.
Lingkungan Keluarga.Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kehidupan anak, khususnya lingkungan keluarga, karena sejak kecil
anak hidup bersama keluarga. Menurut Zakiah Daradjat, bahwa ” pendidikan pertama
dan utama bagi anak adalah dalam lingkungan keluarga,”. Situasi lingkungan tersebut
memberikan andil bagi aktivitas belajar anak.
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi
anak-anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral dan
pembentukan kepribadian dari pada pendidikan untuk menguasai ilmu pengetahuan.
Dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikan keluarga bersifat individual sesuai
dengan pandangan hidup keluarga masing-masing, ada keluarga dalam mendidik
anaknya mendasarkan pada kaidah-kaidah agama dan menekankan proses pendidikan
agama. Ada pula keluarga yang dasar dan tujuan penyelenggaraan pendidikannya
berorientasi pada kehidupan sosial dan ekonomi kemasyarakatan dengan tujuan untuk
menjadikan anaknya menjadi orang yang produktif dan bermanfaat dalam kehidupan
bermasyakarat.Anak dan remaja di dalam keluarga berkedudukan sebagai anak
didik dan orang tua sebagai pendidiknya. Banyak corak dan pola penyelenggaraan
pendidikan keluarga, yang secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga pola
pendidikan, yaitu : Pendidikan otoriter, pendidikan demokratis dan pendidikan liberal.
Dalam pendidikan yang bercorak otoriter anak-anak senantiasa harus
mengikuti apa yang telah digariskan oleh orang tuanya, sedang dalam pola pendidikan
liberal, anak-anak dibebaskan untuk menentukan tujuan dan cita-citanya. Kebanyakan
keluarga di Indonesia mengikuti corak pendidikan yang demokratis.Makna pendidikan
yang demokratis itu oleh Ki Hajar Dewantara dinyatakan bahwa penyelenggaraan
pendidikan itu hendaknya : ing ngarsasung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani,yang artinya :Di depan memberi contoh, di tengah membimbing dan di
belakangmemberi semangat.
Lingkungan Masyarakat.Masyarakat adalah lingkungan alami kedua yang
dikenal oleh anak-anak dan remaja. Remaja telah banyak mengenal karakteristik
masyarakatdengan berbagai norma dan keberagamannya. Kondisi masyarakat amat
beragam, tentu banyak hal yang harus diperhatikan baik oleh remaja maupun oleh
orang tuanya.Dalam menjalankan fungsi pendidikan, masyakarat banyak membentuk/
mendirikan kelompok-kelompok atau paguyuban atau kursusyang secara sengaja
disediakan untuk anak dan remaja dalam upaya mempersiapkan hidupnya di masa
depan. Seperti contoh, Karang Taruna,pengajian TPA, kursus komputer berskala desa,
atau pelatihan-pelatihanyang bersifat ekonomis yang profitable merupakan produk
nyatapembelajaran di masyarakat.
Lingkungan Sekolah.Sekolah merupakan lingkungan artificial yang sengaja
diciptakan untuk membina anak-anak kearah tujuan tertentu, khususnya
untuk memberikan kemampuan dan ketrampilan sebagai bekal kehidupannya
dikemudian hari. Lingkungan sekolah merupakan pengaruh besar dalam pembentukan
pemikiran manusia untuk menguasai ilmu pengetahuan.Di lingkungan sekolah ini,
remaja mendapat suatu pelajaran dan pengalaman yang berharga yang menjadi bekal
untuk langkah-langkah pembelajaran di kehidupan selanjutnya. Sekolah diharapkan
memberikan suatu wadah bagi pengembangan secara keseluruhan baik aspek
kognitif,afektif, maupun psikomotorik. Dibentuknya unit-unit kegiatan siswa(UKS),
memfasilitasi sarana dan prasarana yang memadai seperti sarana olahraga, musik
maupun berdasarkan potensi-potensi lain

C. METODE PEMBELAJARAN PADA SISWA SMP


 Model Pembelajaran Langsung / Direct Instruction
Pengetahuan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu : pengetahuan
Deklaratif dan pengetahuan procedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan
tentang sesuatu konsep.Pengetahuan Procedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana seseorang melakukan sesuatu.Moel pembelajaran langsug dirancang secara
khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan
prosedural maupun pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari langkah demi langkah.Metode yang digunakan dalam model pembelajaran
ini yang lebih dominan adalah metode Tanya jawab,Metode Ceramah, dan lain-
lain.Model ini harus dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi arah.Model
pembelajaran langsung mempunyai fase-fase penting diantarannya :
1. Fase Pendahuluan
Pada fase ini guru menyampaikan kompetensi apa yang harus dicapai siswa
setelah proses pembelajaran,memotivasi belajar,meningkatkan materi prasyarat.
2. Fase Presentasi Materi
Guru dengan menggunakan metode ceramah dan resistasi (mengecek pemahaman
dengan Tanya Jawab).
3. Fase terakhir Guru memberikan kesempatan kepadasiswa untuk
berlatih,menyimpulkan hasil belajar dan memberikan umpan balik terhadap
keberhasilan siswa. Fase tersebut dapat dilihat sebagaai berikut :
 Fase Peran guru
1. Pendahuluan menyampaikan kompetensi yang harus dikuasai
siswa,memotivasi,mengingatkan materi sebelumnya, dan mempersiapkan
siswa-siswa.
2. Presentasi materi mendemonstrasikan keterampilan atau menyajikan
informasi tahap demi tahap dengan metode ceramah dan resitasi.
3. Membimbing pelatihan memberikan latihan terbimbing.
4. Memberikan umpan balik dan mengecek kemampuan siswa.
5. Merangkum dengan tanya jawab dan memberikan tugas.
Model pembelajaran Kooperatif adalah pembelajaran yang
mengharuskan siswa untuk bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan
masalah,menyelesaikan tugas , atau mengerjakan sesuatu untuk tujuan
bersama.Model kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfasilitasi
siswa untuk mencapai kompetensiya dengan menekankan kerjasama antar
siswa.Dengan demikian, metode mengajar yang digunakan guru adalah diskusi
kelompok.Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif antara lain adalah :
- Untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan ,siswa belajar dalam
kelompok.
- Kelompok dibentuk dari siswa dengan memperhatikan
kemampuan,gender,ras,budaya dan suku
- Penghargaan diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuanpenting ,yaitu :
- Hasil belajar akademik pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
proses konstruksi siswa terhadap pengetahuan yang dipelajarinya.
- Penerimaan terhadap keberagaman ,menumbuhkembangkan interaksi
sosial bagi siswa.
Siswa akan lebih mudah menerima teman-temannya yang mempunyai
berbagai macam perbedaan latar belakang.
- Pengembangan keterampilan sosial dengan cara mengembangkan
saling percaya dengan berbagai tugas dalam kelompok, aktif
bertaya,menghargai pendapat orang lain,memancing teman untuk
bertanya,mempresentasikan dan lain-lain.
 Fase Indikator Kegiatan Guru
Fase ini dapat dilakukan dengan :
- Apersepsi Guru menyampaikan kompetensi yang harus ditunjukkan
siswa,memotivasi siswa,meningkatkan materi prasyarat-prasyarat
- Menyajikan informasi.Guru secukupnya berupa cara kerja atau cara
menyelesaikan tugas.
- Membentuk kelompokbekerja . (guru memberikan arahan cara
membentuk kelompok).
- Membimbing Kelompok Bekerja. (guru memberikan bimbingan
kepada kelompokyang memerlukan).
- Evaluasi (guru melakukan kesimpulan akhir,evaluasi proses maupun
hasil belajar).
- Memberikan Penghargaan (guru memberikan penghargaan kepada
setiap kelompok maupun individual).
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based
Instruction),Model PBM (problem based instruction) adalah suatu metodeyang
diajarkan dengan melihat fakta yang berkembang atau berdasarkan masalah yang ada
kemudian akan dilakukan diskusi dan pemecahan masalah tersebut. Model
Pembelajaran berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk :
- Membentu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan
keterampilan memecahkan masalah.
- Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa
- Belajar Mandiri
Pelaksanaan model pembelajaran masalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tujuan Gurumendeskripsikan tujuan model pembelajaran.
2. Meancang situasi masalah guru ,merumuskan masalah yang akan dipelajari atau
diselidiki siswa.Masalah tersebut harus otentik, dan bermakna bagi siswa.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik (guru menyiapkan atau
menginformasikan material,sarana atau sumber belajar yang dapat dimanfaatkan
siswa dalam memecahkan masalah yang ada.
4. Orientasi siswa pada masalah .
Siswa diberikan pengertian bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah tidak
untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah besar,melainkan siswa harus
melakukan penelitian terhadap masalah penting untuk biasa belajar mandiri.
5. Mengorganisasikan siswa untuk belajar (mengembangkan keterampilan kerjasama
antar siswa dan saling membatu untuk menyelidiki masalah secara bergotong-
royong.Guru membantu siswa yang memerlukan dalam merencanakan
penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan).
6. Assement dan Evaluasi Sistem Assement
Yang dilakukan adalah penilaian otentik yang menyangkut penilaian proses
berfikir siswa dan juga penilaian hasil belajar.
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

 Karakteristik Perkembangan Anak Usia SMP remaja dalam bahasa aslinya disebut
adolescence, berasal dari bahasa adolescere yang berarti “tumbuh atau tumbuh
untuk mencapai kematangan”.Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence
memiliki arti mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik.WHO
membagi 2 tahap usia remaja yaitu:a. Remaja Awal : 10 – 14 tahun.
Remaja akhir : 15 – 20 tahun. Oleh karena itu, anak usia Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dapat dikategorikan sebagai anak usia remaja awal.
Ciri-ciri Masa Remaja:
Ciri Fisik/BiologisPada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai
dengan menstruasi pertama pada remaja perempuan dan perubahan suara pada
remaja laki-laki.
Ciri PsikologisSecara umum, dari sisi psikologis seorang remaja memiliki
beberapa cirisebagai berikut:
1) Kegelisahan
2)Pertentangan
3) Mengkhayal
4) Aktivitas kelompok
5) Keinginan mencoba segala sesuatu
Perkembangan anak usia SMP meliputi:
a)Perkembangan aspek kognitif meliputi fungsi intelektual sepertipemahaman,
pengetahuan dan ketrampilan berpikir.
b)Perkembangan aspek afektif menyangkut perasaan, modal dan emosi.
c)Perkembangan aspek psikomotorik seusia anak SMP ditandai denganperubahan
jasmani dan fisiologis sex yang luar biasa.
 Tiga model pembelajaran yang digunakan untuk karakteristik anak usiaSekolah
Menengah Pertama (SMP), yaitu:
 Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).Metode yang
digunakan dalam model pembelajaran ini yang lebih dominan adalah
metode Tanya Jawab, metode Ceramah, dan lain-lain.Model ini harus
dikemas melibatkan terjadinya interaksi multi arah..
 Model Pembelajaran Kooperatif Model kooperatif merupakan model
pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk mencapai
kompetensinya dengan menekankan kerjasama antar siswa.
 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.Model Pembelajaran
berdasarkan pada masalah tertentu, bertujuan untuk
1)Membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir
danketrampilan memecahkan masalah.
2) Belajar menjadi peranan sebagai orang dewasa.
3) Belajar mandiri.
 Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran siswa adalah :
a. Lingkungan Keluarga
b. Lingkungan Masyarakat
c. Lingkungan Sekolah
DAFTAR PUSTAKA

 file:///http/metode%20pembelajran%20yang%20tepat/IMPLEMENTASI
%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20CREATIVE%20PROBLEM
%20SOLVING%20DENGAN%20MENGGUNAKAN%20ALAT%20PERAGA
%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20PRESTASI%20BELAJAR
%20MATEMATIKA%20POKOK%20BAHASAN%20BANGUN%20RUANG
%20PADA%20SISWA%20KELAS%20VIII%20SMP%20N%202%20GODEAN
%20%20%20Nuryadi.htm

 file:///http/metode%20pembelajran%20yang%20tepat/Metode%20Pembelajaran
%20Efektif%20%C2%AB%20MGMP%20Bahasa%20Indonesia%20SMP
%20Bogor.htm

 file:///http/karakter%20remaja%20pada%20siswa%20SMP/MAKALAH
%20Pengetahuan%20Kita%20%20Karakteristik%20anak%20usia%20SMP
%20%20%20Remaja.htm

 file:///http/karakter%20remaja%20pada%20siswa%20SMP/PENDIDIKAN
%20KARAKTER%20di%20SMP%20%C2%AB%20Belajar%20jadi
%20Guru.htm

Anda mungkin juga menyukai