BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
global (Satria, 2014: 80) . Pada tahun 2000 dalam hal literasi membaca,
39 dari 40 negara semakin miris saja; dan pada tahun 2006 peringkat 48
dari 56 negara; tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara; pada tahun 2015
Dalam sebuah penelitian yang bersumber dari John Miller dan Michael
Botswana 61
yang sangat rendah dibidang literasinya padahal literasi itu sendiri adalah
(Retnaningdyah, 2016:7).
yang diperoleh pada SKL 6,13. Diperoleh dari nilai rata-rata 3 indikator
SKL yaitu dimensi sikap dengan nilai 6,97 sudah SNP. Dimensi
dimensi pengetahuan yang rendah diakui oleh kepala sekolah dan semua
lampiran 03.
masih dalam katagori sedang, hal ini disebabkan karena masih rendahnya
yang lebih efektif dan terstruktur sebagai salah satu alternative solusi
3
beberapa standar mutu pendidikan yang terdapat pada standar isi, standar
proses dan standar kompetensi lulusan, yang mana pada standar tersebut,
indicator yang masih tergolong lemah yang terdapat pada raport mutu
B. Rumusan Masalah
berikut:
C. Tujuan Kegiatan
D. Manfaat Kegiatan
b. Bagi Guru
c. Bagi Sekolah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sistem Penjaminan Mutu Internal
Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Sistem
2019:1)
merupakan suatu siklus yang kontinu yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam
B. Literasi
1. Pengertian Literasi
kemampuan baca-tulis. Pada awalnya memang kemampuan membaca dan menulis lebih
ditekankan, karena kedua hal tersebut merupakan dasar untuk “melek” dalam segala hal.
menjadi melek huruf semata. UNESCO memberikan pemaknaan yang lebih mendalam
menghitung menggunakan materi tercetak dan tertulis yang berkaitan dengan berbagai
konteks.
Membaca dalam literasi bukan hanya sekedar mengenali huruf, namun juga
7
bisa menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil sebuah keputusan.
Definisi literasi yang tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan
(UU Sisbuk) yaitu “kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap
orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam
sebagai :
d. Sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat
kompleksitas bahasa.
Sesuai dengan perkembangan zaman, istilah atau makna dari literasi juga turut
berkembang. Saat ini literasi digunakan dalam istilah yang lebih kompleks, luas, dan
diamis serta terus menerus ditafsirkan dan didefinisikan dengan berbagai cara dan
berbagai sudut pandang yang akhirnya literasi merujuk pada kemampuan yang lebih
sekolah (Pratiwi, dkk., 2016:2). literasi sekolah adalah sebuah gerakan sosial dengan
pembelajaran. Pada periode waktu tertentu yang sudah dijadwalkan akan dilakukan
asessment dan evaluasi untuk mengetahui dampak keberadaan literasi sekolah serta
sekolah sendiri merupakan sebuah upaya yang sifatnya menyeluruh atau partisipatif,
karena pelaksanaannya tidak hanya melibatkan peserta didik saja, melainkan seluruh
warga sekolah termasuk guru, kepala sekolah, karyawan, komite, wali murid, serta
masyarakat sekitar.
C Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:
3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku
sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,
tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan
data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar
kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak
terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk.
(2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai
berikut:
a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:
BAB III
A. Pelaksanaan Kegiatan
penjaminan yang terdiri dari lima tahap, yaitu (1) pemetaan mutu, (2) perencanaan
pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) audit pelaksanaan pemenuhun
Pemetaan mutu dilakukan oleh sekolah melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS).
Instrumen EDS yang digunankan berupa instrumen yang telah baku dibuat oleh
Disusun berdasarkan skala prioritas, mana indikator atau subindikator mutu pada pada
standar yang paling lemah, lalu dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS)
Audit pelaksanaan pemenuhan mutu atau disebut juga dengan monitoring dan
sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan
proses pelaksanaan pemenuhan mutu. Hasilnya lalu dievaluasi di akhir kegiatan untuk
pascamonev. Adapun strategi pemenuhan mutu yang baru dilakukan jika kegiatan
Dalam konteks literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka proses
SPMI erat sekali dengan kedua hal tersebut. Dalam konteks literasi, SPMI menuntut
Tim Penjaminan Mutu Pendidikan (TPMPS) untuk mengetahui tugas pokok dan
Tertib administrasi menjadi salah satu tujuan dari pelaksanaan SPMI, karena
sekolah kadang sudah melaksanakan berbagai program peningkatan mutu tapi kurang
ketika suatu saat membutuhkan data. Pelaksanaan SPMI mendorong warga sekolah
melek literasi administrasi dan manajemen sekolah agar mereka memiliki visi yang
antara lain:
1) Penetapan Standar
pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, SNP adalah kriteria
2) Pemetaan Mutu
Memetakan mutu pendidikan pada satuan pendidikan berdasarkan standar mutu yang
telah ditetapkan melalui kegiatan evaluasi diri yang menghasilkan peta mutu (capaian
kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana
5) Evaluasi/Audit Mutu
yang dilaksanakan dalam satu atau lebih siklus akan menghasilkan rapor hasil
Sebagai tujuan ahir dan hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal di SMPN 1
Batukliang adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah dari
waktu ke waktu seperti yang terlihat pada table 02. Skor tersebut adalah untuk setiap
standar dari 8 SNP yang telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap satuan
pendidikan ditunjukkan oleh peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan
tidak harus dipaksakan menaikkan skor seluruh 8 standar pada periode yang sama.
Tabel 02. Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di SMPN 1
Kependidikan
Standar Sarana dan
6 Prasarana Pendidikan 3.91 4.61 4.23 3.93 3.88 3.95
Standar Pengelolaan
7 Pendidikan 5.57 5.88 5.96 5.74 5.84 5.79
8 Standar Pembiayaan 4.61 6.86 6.76 5.72 5.84 5.76
Sumber data raport mutu SMPN 1 Batukliang tahun 2019
Batukliang adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan
proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu Pendidikan
menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara
sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu
yang bermutu.
Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu upaya dalam meningkatkan SPMI di
SMPN 1 Batukliang adalah dengan melaksanakan kegiatan literasi, yang mana literasi ini
merupakan satu proses terpadu dari rangkaian kegiatan untuk meningkatkan mutu
Kegiatan ini dilakukan di SMPN 1 Batukliang mulai dari tanggal 1 November sampai
Untuk mewujudkan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan SPMI ini
tentunya tidak terlepas dari data-data hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh Tim
Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah, yang secara rutin dilakukan pada saat kegiatan
14
sedang berlangsung pada akhir setiap sesi, dalam hal ini dilakukan mulai dari tanggal
dipimpin oleh Kepala Sekolah dengan kelembagaan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan
Sekolah
proses pembelajaran
Adapun nama-nama guru yang menjadi tim SPMI berdasarkan SK Kepsek Nomor
Kegiatan literasi di SMPN 1 Batukliang ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1 s/d 30
November 2019. Pada dasarnya kegiatan ini telah berjalan selama 3 tahun, dan sekarang telah
memasuki tahap pengembangan, sehingga pada kegiatan best practice ini, yang akan dipaparkan
a. Rapat Sosialisasi
Segala bentuk kegiatan perlu dipersiapkan sedini mungkin untuk mencapai hasil yang
pelaksanaan kegiatan,
b. Sosialisasi
Sosialisasi ini diberikan kepada: (1) guru dan karyawan, sosialisasi ini dimaksudkan
untuk menyamakan persepsi dan komitmen guru dan karyawan tentang pelaksanaan kegiatan
literasi sekolah, (2) siswa, sosialisasi pada siswa bertujuan untuk memberikan pemahaman
tentang literasi sekolah, tujuan pelaksanaan literasi sekolah, dan mekanisme pelaksanaan
literasi sekolah, (3) komite sekolah dan orang tua siswa, sosialisasi ini bertujuan untuk
memberitahukan adanya kegiatan literasi sekolah dan berharap komite sekolah serta
program literasi sekolah, pemahaman tentang literasi sekolah, pembentukan tim literasi
sekolah (Literasi sekolah) dan penyusunan garis besar program gerakan literasi. Rapat
koordinasi ini diikuti oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru dan
karyawan.
Literasi sekolah adalah tulang punggung yang perlu terus diperkuat dan
dikembangkan. Dalam pembentukan Literasi Sekolah kepala sekolah perlu mencermati para
guru yang diyakini dapat menumbuh kembangkan literasi di sekolah, yakni guru bahasa dan
telah membentuk tim literasi sekolah, adapun daftar nama -nama guru yang menjadi tim
literasi sekolah SPMI berdasarkan SK Kepsek Nomor 421.2 / / SMP / 2019 , dapat dilihat
yakni (1) pembiasaan (belum ada tagihan), (2) pengembangan (ada tagihan nonakademik),
1) Tahap Pembiasaan
(1) Guru memandu peserta didik untuk membaca selama lima belas menit.
(2) Guru dan peserta didik membaca selama lima belas menit.
Gambar 02. kegiatan literasi siswa bersama guru SMPN 1 Batukliang (membaca 15
sebelum masuk sekolah)
b) Mengelola sudut baca.
Sudut baca ini merupakan upaya mendekatkan peserta didik pada buku. Berikut ini
salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengelola sudut baca.
(1) Guru kelas memandu peserta didik untuk membuat sudut baca.
(2) Setiap peserta didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.
(3) Ada peserta didik yang bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
Program ini bertujuan untuk menambah jumlah koleksi buku di perpustakaan sekolah.
membaca
(2) Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas
Gambar 04. kegiatan literasi dalam memanfaatkan waktu luang di ruang perpustakaan
e) Membacakan cerita.
Program ini bertujuan memotivasi peserta didik membaca lebih banyak lagi
(1) Guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan di depan
peserta didik.
(2) Guru membacakan cerita dengan ekspresi dan penghayatan yang tepat.
19
(3) Tanya jawab dengan peserta didik tentang cerita yang telah dibacakan.
(4) Pada tahap berikutnya, peserta didik secara bergiliran diminta membaca cerita
(5) Diadadakan lomba membaca cerita bagi peserta didik setiap tahun.
2. Tahap Pengembangan
menambahkan beberapa langkah. Berikut ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan
(1) Guru kelas memandu peserta didik untuk membuat sudut baca.
(2) Setiap peserta didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.
(3) Ketua Kelas / Wakil Ketua Kelas bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.
(8) Peserta didik membuat perayaan hasil membaca, misalnya menceritakan hasil bacaan
di kelas.
Program ini membiasakan peserta didik dengan kegiatan membaca pada pagi
hari. Medianya berupa papan yang dilengkapi kotak-kotak kecil sebanyak jumlah
tiap mata pelajaran. Berikut ini panduan pelaksanaan Kuis Membaca Pagi
(1) Tiap peserta didik diminta untuk mencari teks (tidak lebih dari satu halaman) yang
kemudian ditempel di kertas karton. Teks tersebut dilengkapi dengan soal yang
(2) Tiap peserta didik diberi kode untuk menandai teks tersebut. Seluruh teks dari
(3) Siapkan juga kartu pantau yang berisi tentang nomor urut, tanggal mengerjakan,
(4) Sepakati hari untuk melaksanakan program ini, misal tiap Rabu dan Kamis.
(5) Pada hari yang telah disepakati, seluruh peserta didik memilih kartu soal dan teks
sesuai urutan daftar hadir kelas. Kegiatan dilaksanakan pagi hari sebelum jam
pelajaran dimulai.
(6) Peserta didik bisa mengambil lebih dari 1 teks dan soal untuk dikerjakan bila
(7) Usai membaca teks dan mengerjakan soal, peserta didik mengisi kartu pantau.
d. Duta Literasi
(3) Duta literasi dilatih dan dibekali keterampilan membaca dan menulis.
(5) Duta literasi bertugas memotivasi peserta didik lainnya agar gemar membaca.
(7) Duta literasi bertugas mengelola majalah dinding (mading) kelas. Kartu Mandiri
Kartu mandiri berguna untuk memonitor target buku bacaan peserta didik.
(8) Kartu mandiri berisi catatan buku yang sudah dibaca peserta didik.
21
(9) Peserta didik bersama guru menentukan target minimal buku, misalnya minimal 25
buku
Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik membaca buku baru dan
membagi hasil bacaan pada teman. Kegiatan dalam klub pecinta buku dapat dilakukan
g. Tantangan Membaca
dilaksanakan setelah sekolah masuk dalam tahap pengembangan. Program ini menantang
22
peserta didik untuk meningkatkan kegemaran membaca. Berikut ini alternatif langkah-
(4) melaporkan rencana daftar bacaan peserta didik dan hasil membacanya pada panitia,
h. Penghargaan Membaca
(2) memberikan penghargaan dan hadiah buku pada waktu upacara sekolah.
(3) Memilih peserta terbaik dalam penyampaian/penceritaan kembali isi buku yang
Gambar 06. Pemberian reading award kepada siswa oleh kepala sekolah
peserta didik. Portofolio hasil membaca dapat berupa dokumen bukti fisik
23
(1) hasil membaca misalnya ringkasan buku-buku yang telah dibaca atau jurnal membaca,
laporan tugas membaca peserta didik, dan hasil membaca kreatif peserta didik.
Berikut langkah-langkahnya.
(2) Guru meminta semua produk hasil membaca peserta didik untuk dikumpulkan.
(3) Peserta didik menyiapkan bahan-bahan untuk membuat portofolio (lembar kerja,
(4) Peserta didik menyusun portofolio berdasarkan bentuk dan isi produk.
(5) Tentukan isi portofolio (semua karya peserta didik atau hasil laporan membaca)
(6) Bentuk portofolio meliputi identitas peserta didik, daftar isi protofolio atau garis besar
(7) Setiap hari peserta didik mengerjakan portofolio (misalnya lima belas menit setiap
sore).
(8) Portofolio yang telah disusun, kemudian disimpan atau digantung berjajar di kelas
secara berurutan.
(9) Guru memantau dan menilai portofolio yang telah disusun peserta didik.
Pemberian buku sebagai hadiah dilakukan untuk lebih mendorong peserta didik
(1) Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan sekolah untuk menyediakan
(2) Guru menyosialisasikan kepada seluruh peserta didik tentang program Pembaca
saat. Kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah dapat dilakukan ketika jam
(4) Setiap bulan, guru akan memilih pembaca terbaik di sekolah kemudian diberi hadiah
perpustakaan, jumlah buku yang dipinjam, dan jenis buku-buku yang dibaca serta
(6) Jika sudah berjalan satu tahun, guru atau sekolah akan memilih pembaca terbaik
Baca sekolah merupakan tempat bacaan dan membaca di area sekolah yang lebih
luas, seperti lorong-lorong sekolah, taman sekolah, kantin, dan sebagainya. Bahan yang
dipajang di Pos Baca dapat lebih bervariasi dan seluruh warga sekolah baik peserta didik,
guru, kepala sekolah bisa berpartisipasi menunjukkan karyanya melalui Pos Baca tersebut.
(2) Guru memberikan tugas kepada setiap kelas untuk secara bergiliran menyediakan dan
(3) Pada tahap awal perlu dikondisikan oleh guru atau kepala sekolah untuk membaca dan
(4) Peserta didik diminta membaca buku di Pos Baca dan memajang karyanya di Pos
Baca.
25
3. Tahap Pembelajaran
membaca buku cerita dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
Gambar 08. Kegiatan siswa mengungkapkan kembali isi suatu buku di depan
siswa dan dewan guru
membaca karya secara berkala. Berikut ini beberapa kegiatan dalam majalah dinding
26
(mading) kelas.
2) menulis berita,
c. Diorama Cerita
Gambar 10. Siswa menceritakan kembali hasil literasi di dalam kelas di depan
guru dan siswa lainya
d. Piramida Cerita
Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Berikut ini
contoh kegiatan dalam piramida cerita yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
5) menulis bagian awal, inti, dan akhir cerita di tiga sisi piramida;
pembelajaran, ada tambahan langkah terkait dengan tagihan akademik. Berikut ini
2) Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas
3) Guru memberikan tugas untuk membaca buku yang berkaitan topik pembelajaran,
Peserta didik yang tergabung dalam klub ini melakukan berbagai aktivitas
literasi, di
B. Pembahasan
Pada kegiatan ini, keberhasilan dari capaian-capain yang didapatkan tidak terlepas
dari analisis dan penilaian yang dilakukan TPMPS. Penilain yang dilakukan oleh tim auditor
nantinya akan menjadi bahan rujukan dan dasar dalam pengambilan kesimpulan. Pelaksanaan
kegiatan-kegiatan SPMI di SMPN 1 Batukliang mengacu pada siklus SPMI terdiri dari lima
tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2) penyusunan rencana pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan
pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu
baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS.
Pemetaan mutu yang ada di SMPN 1 Batukliang salah satunya adalah dalam bentuk
29
pengisian intrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) atau pengisian instrumen Pemetaan Mutu
Pendidikan (PMP). Rencana pemenuhan mutu mengacu kepada hasil pemetaan mutu dan
menganut skala prioritas, lalu dimasukkan ke dalam program sekolah jangka pendek, jangka
menengah, jangka panjang, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Sekolah (RKS),
program atau kegiatan yang dilakukan dengan rencana yang telah disusun untuk dijadikan
sebagai bahan evaluasi. Dan strategi pemenuhan mutu baru dilakukan jika pemenuhuan mutu
Audit pelaksanaan pemenuhan mutu atau disebut juga dengan monitoring dan
evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pemenuhan mutu sesuai
dengan rencana yang telah dibuat. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan proses
pelaksanaan pemenuhan mutu. Hasilnya lalu dievaluasi di akhir kegiatan untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan atau penyusunan program tindak lanjut pascamonev. Adapun
strategi pemenuhan mutu yang baru dilakukan jika kegiatan pemenuhan mutu yang lama telah
selesai dilaksanakan.
Terkait dengan hal tersebut, didapatkan hasil laporan dari tim auditor tentang
(SOP), mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan
Siswa berjumlah 545 yang terdiri atas 16 kelas. Guru pengampu mata pelajaran sebanyak 43
orang . Penelitian ini dilakukan pada Senin-Jumat selama November 2019 sesuai jadwal
Berdasarkan laporan hasil dari tim auditor, terkait program literasi tahap
pengembangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada dimensi pengetahuan di
30
SMPN 1 Batukliang, dipaparkan table perbandingan nilai rata-rata kelas pada saat pra dan
Table 01. table perolehan nilai UH siswa pada saat Pra dan Pasca Literasi
Dari table tersebut diatas, didapatkan bahwa hasil rata-rata prestasi belajar siswa pra
literasi sebesar 78,72 dengan kriteria baik. Akan tetapi setelah dilakukan kegiatan literasi yang
terstruktur dan terkordinir sejak awal bulan November 2019 hasil capaian prestasi belajar
siswa didapatkan sebesar 81,69 yang dikatagorikan baik. Hal ini dapat dikatakan terjadi
total 100 74
Pada table tersebut, hasil audit internal kegiatan literasi, pada indicator keluaran
didapatkan capaian sebesar 19 poin dari ideal 28, indicator hasil sebesar 30 dari nilai ideal 38
dan pada indicator dampak didapatkan 25 dari nilai idela 34, hal ini dapat dikatagorikan baik,
adapun kendala yangmasih belumterpenuhi secara maksimal adalah pada subindikator Sekolah
bersama pemangku kepentingan menetapkan hasil rumusan tersebut sebagai acuan budaya
namun pada sub indicator, sekolah telah Menyusun rencana jangka pendek dan jangka
menengah budaya literasi sehingga pada kegiatan literasi pada saat ini dapat dikatakan telah
memasuki tahap pengembangan. Secara umum, berdasarkan hasil audit internal pelaksanaan
literasi, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan literasi di SMPN 1 Batukliang masuk katagori
baik. Hal ini dapat dilihat dari dari responden yang mayoritas memilih alternatif jawaban “ya”
Dalam hal ini tingkat kemampuan, latar belakang dan kemandirian peserta didik dalam
KETERLAKSANAAN
NO KEGIATAN ideal capaian
1 Indikator keluaran 20 18
2 Indikator hasil 20 17
3 Indikator dampak 60 51
Total 100 86
32
Berdasarkan hasil audit tersebut di atas, maka didapatkan hasil audit internal yang
dilakukan oleh tim auditor, didapatkan pada indicator keluaran sebesar 18 poin dari nilai ideal
20, indicator hasil 17 poin dari nilai ideal 20 dan pada indicator dampak didapatkan sebesar 51
poin dari nilai ideal 60. Hal ini dapat dikatagorikan baik. Walaupun demikian pelaksanaan
SPMI di SMPN 1 Batukliang ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi.
Hasil wawancara dengan Bapak Marna, S.Pd tim penjaminan mutu dia SMPN 1
kendala yaitu penurunan kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur operasional dan konsistensi
guru yang kadang kala naik turun. Hal ini disebabkan karena kurang berjalannya audit internal
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan hasil dan pembahasan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa
berdasarkan SOP yang ada, dengan indiktor keberhasilan penjaminan mutu pendidikan terdiri
dari indikator keluaran (output), hasil (outcome) dan dampak. Dalam hal ini, seluruh langkah
dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh SMPN 1 Batukliang dalam pengelolaan
penjaminan mutu pada satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam satu atau lebih siklus akan
menghasilkan rapor hasil implementasi sistem penjaminan mutu. Adapun beberapa standar
yang dapat di tingkatkan melalui pelaksanaan kegiatan SPMI di SMPN 1 Batukliang antara
lain adalah standar kompetensi Lulusan, Standar Isi dan Standar Proses.
2. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMPN 1 Batukliang maka diterapkan kegiatan
program literasi. Kegiatan literasi yang diterapkan di SMPN 1 Batukliang adalah merupakan
kegiatan literasi tahap pengembangan yaitu membaca dan dilanjutkan dengan literasi menulis,
atau membuat kesimpulan dari apa yang dibaca yang kemudian hasil dari tulisannya tersebut
adalah mengikuti program gerakan literasi sekolah yang dibuat oleh kemendikbud dan sudah
mencapai tahap pengembangan. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil rata-rata
prestasi belajar siswa pra literasi sebesar 78,72 dengan kriteria baik. Akan tetapi setelah
dilakukan kegiatan literasi yang terstruktur dan terkordinir sejak awal bulan November 2019
hasil capaian prestasi belajar siswa didapatkan sebesar 81,69 yang dikatagorikan baik. Hal ini
dapat dikatakan terjadi peningkatan sebesar 2,97 poin. Hal ini berarti pelaksanaan literasi di
B. Saran-Saran
dalam mengikuti program literasi ini agar hasil belajar yang dicapai
lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA