Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya zaman dalam lingkungan sekolah banyak sekali

ditemukan siswa dalam minat membaca dan menulisnya sudah mulai

berkurang yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya membiasakan

diri dalam membaca, sehingga berdampak terhadap aktifitas dan

kreatifitas siswa dalam sekolah tersebut juga berkurang.

Rendahnya literasi membaca bangsa kita saat ini dan dimasa

depan akan membuat rendahnya daya saing bangsa dalam persaingan

global (Satria, 2014: 80) . Pada tahun 2000 dalam hal literasi membaca,

Indonesia menempati peringkat 39 dari 41 negara; tahun 2003 peringkat

39 dari 40 negara semakin miris saja; dan pada tahun 2006 peringkat 48

dari 56 negara; tahun 2009 peringkat 57 dari 65 negara; pada tahun 2015

indonesia menempati peringkat 69 dari 76 negara (Bambang, 2016:18).

Dalam sebuah penelitian yang bersumber dari John Miller dan Michael

C. McKenna dalam bukunya Bambang Trim menyebutkan dalam sebuah

tabel sebagai berikut (Bambang, 2016:23).

Tabel 1.1 Peringkat Literasi

Ausrtalia 16 Singapura 36 Afrikaselatan 56

Inggris 17 Chili 37 Kolombia 57

Belgia 18 Meksiko 38 Maroko 58

Israil 19 China 39 Thailand 59


2

Polandia 20 Yunani 40 Indonesia 60

Botswana 61

Data di atas sudah jelas menunjukkan bahwa literasi di negara

kita Indonesia sangat mengkhawatirkan karena sangat tergolong negara

yang sangat rendah dibidang literasinya padahal literasi itu sendiri adalah

dibilang sebuah keharusan bagi seseorang terlebih terhadap siswa atau

pelajar. Oleh karena itu pemerintah membuat peraturan No. 23 tahun

2015, Kementrian Pendidikan dan kebudayaan mewajibkan setiap

siswanya untuk membaca buku sebelum memulai jam pelajaran

(Retnaningdyah, 2016:7).

Berdasarkan hasil analisis raport mutu SMPN 1 Batukliang. Nilai

yang diperoleh pada SKL 6,13. Diperoleh dari nilai rata-rata 3 indikator

SKL yaitu dimensi sikap dengan nilai 6,97 sudah SNP. Dimensi

pengetahuan memperoleh nilai 3,79 menuju SNP 3. Dimensi

keterampilan memperoleh nilai 6,46 menuju SNP 4. Terkait hasil pada

dimensi pengetahuan yang rendah diakui oleh kepala sekolah dan semua

guru di SMPN 1 Batukliang, bahwa rendahnya nilai pengetahuan

disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah rendahnya minat

baca peserta didik. Rendahnya minat baca diduga berkontribusi terhadap

rendahnya nilai pengetahuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

lampiran 03.

Dari table lampiran 03 tersebut, didapatkan hasil ulangan siswa

masih dalam katagori sedang, hal ini disebabkan karena masih rendahnya

minat baca peserta didik sehingga perlu pelaksanaan program literasi

yang lebih efektif dan terstruktur sebagai salah satu alternative solusi
3

perlu ditingkatkan, sebab selain dapat menstimulasi minat belajar peserta

didik literasi juga memegang fungsi penting dalam meningkatkan

beberapa standar mutu pendidikan yang terdapat pada standar isi, standar

proses dan standar kompetensi lulusan, yang mana pada standar tersebut,

SMPN 1 Batukliang masih tergolong rendah.

Untuk lebih jelasnya, khusus pada standar kompetensi lulusan,

indicator yang masih tergolong lemah yang terdapat pada raport mutu

SMPN 1 Batukliang dapat dilihat pada table berikut :

Tabel.1 Capaian SKL SMPN 1 Batukliang 2018

Strategi yang dilakukan oleh SMPN 1 Batukliang untuk

meningkatkan dimensi pengetahuan tersebut adalah dengan

melaksanakan kegiatan literasi tahap pengembangan. Literasi tahap

pengembangan mampu meningkatkan nilai dimensi pengetahuan peserta

didik, terbukti pada peningkatan hasil penilaian harian peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang diatas, dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1) Bagaimanakah siklus SPMI dalam kegiatan literasi tahap

pengembangan di SMPN 1 Batukliang?


4

2) Bagaimanakah program literasi tahap pengembangan

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada dimensi

pengetahuan di SMPN 1 Batukliang ?

C. Tujuan Kegiatan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka dapat ditentukan

tujuan sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui keterlaksanaan siklus SPMI dalam kegiatan

literasi tahap pengembangan di SMPN 1 Batukliang

2) Untuk mengetahui bahwa program literasi tahap pengembangan

dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada dimensi

pengetahuan di SMPN 1 Batukliang.

D. Manfaat Kegiatan

a. Bagi peserta didik

1) Meningkatkan hasil belajar peserta didik

2) Meningkatkan keaktifan dan kreatifitas peserta didik

b. Bagi Guru

1) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru

2) Meningkatkn pengetahuan guru tentang literasi

c. Bagi Sekolah

1) Meningkatkan budaya mutu di SMPN 1 Batukliang

2) Pengelolaan pembelajaran di Sekolah menjadi meningkat


5

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Sistem Penjaminan Mutu Internal

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional

Pendidikan,mengamanatkan bahwa setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan

nonformal melakukan penjaminan mutu pendidikan melalui sebuah sistem penjaminan

mutu dalam rangka memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan.

Pelaksanaan penjaminan mutu pendidikan telah diatur dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan menengah. Penjaminan mutu pendidikan

bertujuan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah

oleh satuan pendidikan di Indonesia berjalan sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikanatau melampaui Standar Nasional Pendidikan (SNP) . (SMPN 1 Batukliang,

2019:1)

Sistem Penjaminan Mutu Internal seperti digambarkan pada Gambar 2.,

merupakan suatu siklus yang kontinu yang dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan dalam

menjamin peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan serta terbangunnya budaya mutu

pendidikan di sekolah. Dalam menjalankan penjaminan mutu pendidikan di setiap satuan

pendidikan merupakan upaya terpadu dan sistematis antara seluruh pemangku

kepentingan di sekolah yang meliputi Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga

Kependidikan/Tata Usaha, dan bekerja sama dengan komite sekolah.


6

Gambar 2. Siklus SPMI

B. Literasi

1. Pengertian Literasi

Pada awal kemunculannya literasi dimaknai sebagai “keberaksaraan” dan

selanjutnya dimaknai sebagai “melek” atau “keterpahaman” yang didalamnya meliputi

kemampuan baca-tulis. Pada awalnya memang kemampuan membaca dan menulis lebih

ditekankan, karena kedua hal tersebut merupakan dasar untuk “melek” dalam segala hal.

Tetapi, permasalahan kemampuan membaca dan menulis tidak dapat direduksi

menjadi melek huruf semata. UNESCO memberikan pemaknaan yang lebih mendalam

mengenai literasi. Menurut UNESCO literasi merupakan kemampuan untuk

mengidentifikasi, memahami, mengartikan, menciptakan, mengkomunikasikan, dan

menghitung menggunakan materi tercetak dan tertulis yang berkaitan dengan berbagai

konteks.

Membaca dalam literasi bukan hanya sekedar mengenali huruf, namun juga
7

mampu mengolah huruf tersebut, menganalisa, dan kemudian memahaminya sehingga

bisa menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil sebuah keputusan.

Definisi literasi yang tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan

(UU Sisbuk) yaitu “kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap

orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam

meningkatkan kualitas hidupnya” (Elga, 2017: 10).

Peta jalan Gerakan Literasi Nasional (Kemdikbud, 2017) mendefinisikan literasi

sebagai :

a. Serangkain kecakapan membaca, menulis, serta berbicara, kecakapan

berhitung, dan kecakapan dalam mengakses serta menggunakan informasi;

b. Sebagai praktik sosial yang penerapannya dipengaruhi konteks;

c. Sebagai proses pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis sebagai

medium untuk merenungkan, menyelidik, menanyakan, dan mengkritisi ilmu

serta gagasan yang dipelajari, dan;

d. Sebagai pemanfaatan teks yang bervariasi menurut subjek, genre, dan tingkat

kompleksitas bahasa.

Sesuai dengan perkembangan zaman, istilah atau makna dari literasi juga turut

berkembang. Saat ini literasi digunakan dalam istilah yang lebih kompleks, luas, dan

diamis serta terus menerus ditafsirkan dan didefinisikan dengan berbagai cara dan

berbagai sudut pandang yang akhirnya literasi merujuk pada kemampuan yang lebih

dari sekedar membaca dan menulis.

2. Pengertian Literasi dalam Konteks Literasi Sekolah

Literasi dalam konteks literasi sekolah dimaknai sebagai kemampuan dalam

mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai

aktivitas seperti membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara di lingkungan


8

sekolah (Pratiwi, dkk., 2016:2). literasi sekolah adalah sebuah gerakan sosial dengan

dukungan kolaboratif dari berbagai elemen. Pelaksanaan literasi sekolah diwujudkan

dalam tiga tahap pelaksanaan, yakni tahap pembiasaan, pengembangan, dan

pembelajaran. Pada periode waktu tertentu yang sudah dijadwalkan akan dilakukan

asessment dan evaluasi untuk mengetahui dampak keberadaan literasi sekolah serta

agar keberadaannya bisa terus dikembangkan. Dengan adanya program literasi

sekolah ini, diharapkan mampu menggerakan warga sekolah, pemangku

kepentingan, serta masyarakat untuk secara bersama-sama memiliki, melaksanakan,

dan menjadikan Literasi Sekolah sebagai bagian penting dalam kehidupan.

Sekolah sebagai pihak organisasi pembelajar seharusnya mampu

mengembangkan peserta didik melalui program literasi sekolah tersebut. literasi

sekolah sendiri merupakan sebuah upaya yang sifatnya menyeluruh atau partisipatif,

karena pelaksanaannya tidak hanya melibatkan peserta didik saja, melainkan seluruh

warga sekolah termasuk guru, kepala sekolah, karyawan, komite, wali murid, serta

masyarakat sekitar.

C Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009:

3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar

merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru,

tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.

Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis

perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:


9

a. Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari


dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta,
peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b. Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal
yang dipelajari.
c. Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk
menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d. Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-
bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya
mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e. Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya
kemampuan menyusun suatu program.
f. Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan

data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar

kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek

kognitif adalah tes.

Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak

terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk.

(2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai

berikut:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.

Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.

b. Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi:

faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.


10

BAB III

PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Kegiatan

1. Sistim Penjaminan Mutu Internal

a. Pelaksanaan SPMI di SMPN 1 Batukliang

Pada pelaksanaan SPMI di SMPN 1 Batukliang, sekolah melakukan siklus

penjaminan yang terdiri dari lima tahap, yaitu (1) pemetaan mutu, (2) perencanaan

pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan pemenuhan mutu, (4) audit pelaksanaan pemenuhun

mutu, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu yang baru.

Pemetaan mutu dilakukan oleh sekolah melalui Evaluasi Diri Sekolah (EDS).

Instrumen EDS yang digunankan berupa instrumen yang telah baku dibuat oleh

pemerintah. Perencanaan pemenuhan mutu merujuk kepada hasil pemetaan mutu.

Disusun berdasarkan skala prioritas, mana indikator atau subindikator mutu pada pada

standar yang paling lemah, lalu dimasukkan ke dalam Rencana Kerja Sekolah (RKS)

dan Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS).

Audit pelaksanaan pemenuhan mutu atau disebut juga dengan monitoring dan

evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pemenuhan mutu

sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan

proses pelaksanaan pemenuhan mutu. Hasilnya lalu dievaluasi di akhir kegiatan untuk

dijadikan dasar pengambilan keputusan atau penyusunan program tindak lanjut

pascamonev. Adapun strategi pemenuhan mutu yang baru dilakukan jika kegiatan

pemenuhan mutu yang lama telah selesai dilaksanakan.

Dalam konteks literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), maka proses

SPMI erat sekali dengan kedua hal tersebut. Dalam konteks literasi, SPMI menuntut

Tim Penjaminan Mutu Pendidikan (TPMPS) untuk mengetahui tugas pokok dan

fungsinya masing-masing, mempelajari mekanisme dari tahapan-tahapan pelaksanaan


11

SPMI, dan belajar untuk mendokumentasikannya.

Tertib administrasi menjadi salah satu tujuan dari pelaksanaan SPMI, karena

sekolah kadang sudah melaksanakan berbagai program peningkatan mutu tapi kurang

teradministrasikan atau terdokumentasikan dengan baik, sehingga kadang kesulitan

ketika suatu saat membutuhkan data. Pelaksanaan SPMI mendorong warga sekolah

melek literasi administrasi dan manajemen sekolah agar mereka memiliki visi yang

sama untuk meningkatkan mutu sekolah.

Adapun langkah-langkah penjaminan mutu dilaksanakan dalam bentuk siklus,

antara lain:

1) Penetapan Standar

Memiliki standar mutu sebagai landasan dalam melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, SNP adalah kriteria

minimal dalam menyelenggarakan pendidikan. Satuan Pendidikan dapat

menetapkan standar di atas SNP apabila penyelenggaraan pendidikan telah memenuhi

seluruh kriteria dalam SNP.

2) Pemetaan Mutu

Memetakan mutu pendidikan pada satuan pendidikan berdasarkan standar mutu yang

telah ditetapkan melalui kegiatan evaluasi diri yang menghasilkan peta mutu (capaian

standar), masalah yang dihadapi dan rekomendasi;

3) Penyusunan Rencana Pemenuhan

Membuat perencanaan pemenuhan mutu berdasarkan hasil pemetaan mutu, dokumen

kebijakan pendidikan pada level nasional, daerah dan satuan pendidikan serta rencana

strategis pengembangan satuan pendidikan. Hasil perencanaan dituangkan dalam

dokumen perencanaan satuan pendidikan serta rencana aksi kegiatan;


12

4) Pelaksanaan Pemenuhan Mutu

Melaksanakan pemenuhan mutu dalam pengelolaan satuan pendidikan dan kegiatan

proses pembelajaran sesuai hasil perencanaan sehingga standar dapat tercapai;

5) Evaluasi/Audit Mutu

Melakukan pengendalian terhadap proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang telah

dilakukan sesuai dengan perencanaan yang disusun untuk menjamin kepastian

terjadinya peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Seluruh langkah dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh SMPN 1

Batukliang dalam pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan dengan melibatkan

pemangku kepentingan. Seluruh langkah penjaminan mutu pada satuan pendidikan

yang dilaksanakan dalam satu atau lebih siklus akan menghasilkan rapor hasil

implementasi sistem penjaminan mutu.

Sebagai tujuan ahir dan hasil dari Sistem Penjaminan Mutu Internal di SMPN 1

Batukliang adalah terjadinya peningkatan mutu pendidikan pada level sekolah dari

waktu ke waktu seperti yang terlihat pada table 02. Skor tersebut adalah untuk setiap

standar dari 8 SNP yang telah ditetapkan. Keberhasilan SPMI di setiap satuan

pendidikan ditunjukkan oleh peningkatan skor dari setiap standar setiap kali dilakukan

penilaian. Namun demikian, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah,

tidak harus dipaksakan menaikkan skor seluruh 8 standar pada periode yang sama.

Tabel 02. Hasil Implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) di SMPN 1

Batukliang 3 Tahun Terahir

Capaian Capaian Capaian Kab. Loteng Prop. Nasional


No Standar Nasional Pendidikan
2016 2017 2018 2018 NTB 2018 2018

1 Standar Kompetensi Lulusan 5.59 6 6.13 6.18 6.25 6.27


2 Standar Isi 5.8 6.14 5.55 5.87 5.89 5.83
3 Standar Proses 6 6.58 6.53 6.45 6.5 6.47
4 Standar Penilaian Pendidikan 4.49 6.09 6.16 5.99 6.05 6
5 Standar Pendidik dan Tenaga 4.39 3.58 4.27 3.18 3.22 3.4
13

Kependidikan
Standar Sarana dan
6 Prasarana Pendidikan 3.91 4.61 4.23 3.93 3.88 3.95
Standar Pengelolaan
7 Pendidikan 5.57 5.88 5.96 5.74 5.84 5.79
8 Standar Pembiayaan 4.61 6.86 6.76 5.72 5.84 5.76
Sumber data raport mutu SMPN 1 Batukliang tahun 2019

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah di SMPN 1

Batukliang adalah suatu kesatuan unsur yang terdiri atas organisasi, kebijakan, dan

proses terpadu yang mengatur segala kegiatan untuk meningkatkan mutu Pendidikan

Dasar dan Menengah secara sistematis, terencana dan berkelanjutan, bertujuan

menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan menengah secara

sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang budaya mutu

pada satuan pendidikan secara mandiri.

Sistem penjaminan mutu pendidikan berfungsi sebagai pengendali

penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan

yang bermutu.

Terkait dengan hal tersebut, maka salah satu upaya dalam meningkatkan SPMI di

SMPN 1 Batukliang adalah dengan melaksanakan kegiatan literasi, yang mana literasi ini

merupakan satu proses terpadu dari rangkaian kegiatan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di SMPN 1 Batukliang secara sistematis, terencana dan berkelanjutan.

Kegiatan ini dilakukan di SMPN 1 Batukliang mulai dari tanggal 1 November sampai

dengan tanggal 30 Desember 2019.

b. Monitoring dan Evaluasi SPMI

1) Waktu Pelaksanaan Monev

Untuk mewujudkan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan kegiatan SPMI ini

tentunya tidak terlepas dari data-data hasil observasi lapangan yang dilakukan oleh Tim

Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah, yang secara rutin dilakukan pada saat kegiatan
14

sedang berlangsung pada akhir setiap sesi, dalam hal ini dilakukan mulai dari tanggal

25-27 November 2019.

2) Sistim Pelaksanaan Monev

Agar tidak terjadi tumpang-tindih peranan antara kelembagaan sekolah yang

dipimpin oleh Kepala Sekolah dengan kelembagaan Tim Penjaminan Mutu Pendidikan

Sekolah, dilakukan pembagian peranan sebagai berikut:

Tugas Sekolah antara lain:

a) Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan mengembangkan SPMI

b) Menyusun dokumen SPMI

c) Membuat perencanaan peningkatan mutu yang dituangkan dalam Rencana Kerja

Sekolah

d) Melaksanakan pemenuhan mutu baik dalam pengelolaan satuan pendidikan maupun

proses pembelajaran

e) Menetapkan standar baru dan menyusun strategi peningkatan mutu berdasarkan

hasil monitoring dan evaluasi

f) Membentuk unit penjaminan mutu pada satuan pendidikan; dan

g) Mengelola data mutu pendidikan di tingkat satuan pendidikan

Sedangkan tugas Tim Penjaminan Mutu Pendidikan Sekolah :

1) Mengkoordinasikan pelaksanaan penjaminan mutu di tingkat satuan pendidikan


2) Melakukan pembinaan, pembimbingan, pendampingan, dan supervisi terhadap
pelaku pendidikan di satuan pendidikan dalam pengembangan penjaminan mutu
pendidikan;
3) Melaksanakan pemetaan mutu pendidikan berdasarkan data mutu pendidikan di
satuan pendidikan;
4) Melakukan monitoring dan evaluasi proses pelaksanaan pemenuhan mutu yang
telah dilakukan; dan
15

5) Memberikan rekomendasi strategi peningkatan mutu berdasarkan hasil monitoring


dan evaluasi.

Adapun nama-nama guru yang menjadi tim SPMI berdasarkan SK Kepsek Nomor

421.2 /167/ SMP / 2019 , dapat dipaparkan sebagai berikut :

No Nama Guru Jabatan Ket


1 Hj. Nurul Chairani, S.Pd Tim Auditor Guru PKn
NIP.19680814199011 2 001
2 Karyani , S.Pd Tim Auditor Guru IPA
NIP.19630513198403 2 010

2. Pelaksanaan Literasi Sekolah

Kegiatan literasi di SMPN 1 Batukliang ini dilaksanakan mulai dari tanggal 1 s/d 30

November 2019. Pada dasarnya kegiatan ini telah berjalan selama 3 tahun, dan sekarang telah

memasuki tahap pengembangan, sehingga pada kegiatan best practice ini, yang akan dipaparkan

adalah kegiatan literasi tahap pengembangan. Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan

literasi tahap pengembangan ini, dipaparkan sebagai berikut.

a. Rapat Sosialisasi

Segala bentuk kegiatan perlu dipersiapkan sedini mungkin untuk mencapai hasil yang

maksimal. Begitu juga dengan pelaksanaan literasi di SMPN 1 BAtukliang, sebelum

pelaksanaan kegiatan,

b. Sosialisasi

Sosialisasi ini diberikan kepada: (1) guru dan karyawan, sosialisasi ini dimaksudkan

untuk menyamakan persepsi dan komitmen guru dan karyawan tentang pelaksanaan kegiatan

literasi sekolah, (2) siswa, sosialisasi pada siswa bertujuan untuk memberikan pemahaman

tentang literasi sekolah, tujuan pelaksanaan literasi sekolah, dan mekanisme pelaksanaan

literasi sekolah, (3) komite sekolah dan orang tua siswa, sosialisasi ini bertujuan untuk

memberitahukan adanya kegiatan literasi sekolah dan berharap komite sekolah serta

orang tua siswa memberikan dukungan terhadap kegiatan literasi sekolah.

Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan


16

program literasi sekolah, pemahaman tentang literasi sekolah, pembentukan tim literasi

sekolah (Literasi sekolah) dan penyusunan garis besar program gerakan literasi. Rapat

koordinasi ini diikuti oleh kepala sekolah, wakil kepala sekolah, perwakilan guru dan

karyawan.

c. Pembentukan Tim Literasi Sekolah

Literasi sekolah adalah tulang punggung yang perlu terus diperkuat dan

dikembangkan. Dalam pembentukan Literasi Sekolah kepala sekolah perlu mencermati para

guru yang diyakini dapat menumbuh kembangkan literasi di sekolah, yakni guru bahasa dan

guru mata pelajaran lainnya yang peduli dengan literasi.

Gambar 01. Rapat pembentukan panitia literasi sekolah


Untuk menjamin kelancaran dan keberlangsungan program literasi, maka sekolah

telah membentuk tim literasi sekolah, adapun daftar nama -nama guru yang menjadi tim

literasi sekolah SPMI berdasarkan SK Kepsek Nomor 421.2 / / SMP / 2019 , dapat dilihat

pada lampiran 02.

d. Pelaksanaan Literasi di SMPN 1 Batukliang

Pelaksanaan Literasi di SMPN 1 Batukliang mempertimbangkan tiga tahap literasi,

yakni (1) pembiasaan (belum ada tagihan), (2) pengembangan (ada tagihan nonakademik),

dan (3) pembelajaran (ada tagihan akademik).

1) Tahap Pembiasaan

a) Membaca lima belas menit setiap hari pada jam ke-0.

Kegiatan ini merupakan upaya membiasakan membaca pada peserta didik.


17

(1) Guru memandu peserta didik untuk membaca selama lima belas menit.

(2) Guru dan peserta didik membaca selama lima belas menit.

(3) Guru memotivasi peserta didik untuk gemar membaca.

Gambar 02. kegiatan literasi siswa bersama guru SMPN 1 Batukliang (membaca 15
sebelum masuk sekolah)
b) Mengelola sudut baca.

Sudut baca ini merupakan upaya mendekatkan peserta didik pada buku. Berikut ini

salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengelola sudut baca.

(1) Guru kelas memandu peserta didik untuk membuat sudut baca.

(2) Setiap peserta didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.

(3) Ada peserta didik yang bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.

(4) Peserta didik wajib meminjam buku untuk dibaca.

Gambar 03. Kegiatan di sudut baca di dalam ruang kelas


18

c) Satu Peserta Dididk Didik Satu Buku (1 tahun sekali)

Program ini bertujuan untuk menambah jumlah koleksi buku di perpustakaan sekolah.

(1) Peserta didik diminta membawa satu buku.

(2) Peserta didik membaca buku yang dimiliki.

(3) Setelah dibaca, buku itu disumbangkan pada perpustakaan sekolah.

(4) Peserta didik dapat meminjam buku yang lain di sekolah.

(5) Sekolah memiliki koleksi buku lebih banyak.

d) Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah

Kegiatan ini bertujuan memanfaatkan perpustakaan untuk menumbuhkan kegemaran

membaca

(1) Pengelola perpustakaan memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada setiap

guru mata pelajaran.

(2) Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas

untuk berkunjung ke perpustakaan.

Gambar 04. kegiatan literasi dalam memanfaatkan waktu luang di ruang perpustakaan

e) Membacakan cerita.

Program ini bertujuan memotivasi peserta didik membaca lebih banyak lagi

(1) Guru memilih buku/cerita yang bermanfaat dan menarik untuk dibacakan di depan

peserta didik.

(2) Guru membacakan cerita dengan ekspresi dan penghayatan yang tepat.
19

(3) Tanya jawab dengan peserta didik tentang cerita yang telah dibacakan.

(4) Pada tahap berikutnya, peserta didik secara bergiliran diminta membaca cerita

menarik lain di hadapan teman sekelas.

(5) Diadadakan lomba membaca cerita bagi peserta didik setiap tahun.

2. Tahap Pengembangan

a. Mengelola sudut baca

Mengelola sudut baca dapat dilakukan lagi di tahap pengembangan dengan

menambahkan beberapa langkah. Berikut ini salah satu alternatif yang dapat dilakukan

untuk mengelola sudut baca dalam tahap pengembangan.

(1) Guru kelas memandu peserta didik untuk membuat sudut baca.

(2) Setiap peserta didik menyumbang satu buku untuk sudut baca.

(3) Ketua Kelas / Wakil Ketua Kelas bertugas mengelola administrasi peminjaman buku.

(4) Peserta didik wajib meminjam buku untuk dibaca.

(5) Peserta didik membuat resume hasil bacaan.

(6) Peserta didik mengumpulkan hasil serume di meja uru.

(7) Guru kelas memeriksa resume sebulan sekali.

(8) Peserta didik membuat perayaan hasil membaca, misalnya menceritakan hasil bacaan

di kelas.

b. Satu Jam Wajib Baca (seminggu sekali)

Kegiatan ini membiasakan peserta didik gemar...

(1) membaca buku yang disukai,

(2) membuat resume,

(3) mengisi jurnal membaca,

(4) menceritakan isi buku.

c. Kuis Membaca Pagi

Program ini membiasakan peserta didik dengan kegiatan membaca pada pagi

hari. Medianya berupa papan yang dilengkapi kotak-kotak kecil sebanyak jumlah

mata pelajaran di sekolah. Kotak-kotak ini untuk menempatkan kertas-kertas kuis di


20

tiap mata pelajaran. Berikut ini panduan pelaksanaan Kuis Membaca Pagi

(1) Tiap peserta didik diminta untuk mencari teks (tidak lebih dari satu halaman) yang

kemudian ditempel di kertas karton. Teks tersebut dilengkapi dengan soal yang

dibuat oleh peserta didik sendiri.

(2) Tiap peserta didik diberi kode untuk menandai teks tersebut. Seluruh teks dari

peserta didik ditempatkan di kotak yang telah disiapkan di kelas.

(3) Siapkan juga kartu pantau yang berisi tentang nomor urut, tanggal mengerjakan,

identitas peserta didik, kode teks dan soal yang dikerjakan!

(4) Sepakati hari untuk melaksanakan program ini, misal tiap Rabu dan Kamis.

(5) Pada hari yang telah disepakati, seluruh peserta didik memilih kartu soal dan teks

sesuai urutan daftar hadir kelas. Kegiatan dilaksanakan pagi hari sebelum jam

pelajaran dimulai.

(6) Peserta didik bisa mengambil lebih dari 1 teks dan soal untuk dikerjakan bila

waktunya masih mungkin.

(7) Usai membaca teks dan mengerjakan soal, peserta didik mengisi kartu pantau.

d. Duta Literasi

Duta literasi merupakan peserta didik terpilih yang bertugas untuk

mengembangkan program literasi di sekolah. Beberapa kegiatan duta literasi dapat

dilakukan, antara lain:

(1) Wali kelas mengadakan seleksi duta literasi.

(2) Wali kelas memilih tiga duta literasi .

(3) Duta literasi dilatih dan dibekali keterampilan membaca dan menulis.

(4) Duta literasi wajib menjadi teladan membaca dan menulis.

(5) Duta literasi bertugas memotivasi peserta didik lainnya agar gemar membaca.

(6) Duta literasi bertugas mengelola sudut baca.

(7) Duta literasi bertugas mengelola majalah dinding (mading) kelas. Kartu Mandiri

Kartu mandiri berguna untuk memonitor target buku bacaan peserta didik.

(8) Kartu mandiri berisi catatan buku yang sudah dibaca peserta didik.
21

(9) Peserta didik bersama guru menentukan target minimal buku, misalnya minimal 25

buku

f. Klub Pecinta Buku

Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan peserta didik membaca buku baru dan

membagi hasil bacaan pada teman. Kegiatan dalam klub pecinta buku dapat dilakukan

dengan berbagai cara, antara lain:

(1) membaca buku,

(2) membuat ringkasan/resensi buku,

(3) menceritakan isi buku,

(4) mendiskusikan isi buku.

Gambar 05. Siswa menulis jurnal membaca

g. Tantangan Membaca

Tantangan membaca tidak dilaksanakan pada tahap pembiasaan, tapi dapat

dilaksanakan setelah sekolah masuk dalam tahap pengembangan. Program ini menantang
22

peserta didik untuk meningkatkan kegemaran membaca. Berikut ini alternatif langkah-

langkah kegiatan yang dapat dilakukan:

(1) mendaftar program tantangan membaca,

(2) memilih judul buku untuk tantangan membaca,

(3) meringkas buku, tidak lebih dari dua ratus kata,

(4) melaporkan rencana daftar bacaan peserta didik dan hasil membacanya pada panitia,

(5) melaksanakan tantangan membaca,

(6) memberikan sertifikat pada peserta didik yang berhasil.

h. Penghargaan Membaca

Penghargaan ini bertujuan meningkatkan motivasi membaca peserta didik.

Kegiatan penghargaan membaca yang dapat dilakukan antara lain:

(1) memilih pembaca buku terbanyak dalam tiga bulan,

(2) memberikan penghargaan dan hadiah buku pada waktu upacara sekolah.

(3) Memilih peserta terbaik dalam penyampaian/penceritaan kembali isi buku yang

dibaca pada saat kegiatan literasi.

Gambar 06. Pemberian reading award kepada siswa oleh kepala sekolah

i. Menyusun Portofolio Membaca

Program ini bertujuan untuk mendokumentasikan perkembangan membaca

peserta didik. Portofolio hasil membaca dapat berupa dokumen bukti fisik
23

(1) hasil membaca misalnya ringkasan buku-buku yang telah dibaca atau jurnal membaca,

laporan tugas membaca peserta didik, dan hasil membaca kreatif peserta didik.

Berikut langkah-langkahnya.

(2) Guru meminta semua produk hasil membaca peserta didik untuk dikumpulkan.

(3) Peserta didik menyiapkan bahan-bahan untuk membuat portofolio (lembar kerja,

folder, dan map dokumen).

(4) Peserta didik menyusun portofolio berdasarkan bentuk dan isi produk.

(5) Tentukan isi portofolio (semua karya peserta didik atau hasil laporan membaca)

(6) Bentuk portofolio meliputi identitas peserta didik, daftar isi protofolio atau garis besar

portofolio dan kumpulan karya-karya.

(7) Setiap hari peserta didik mengerjakan portofolio (misalnya lima belas menit setiap

sore).

(8) Portofolio yang telah disusun, kemudian disimpan atau digantung berjajar di kelas

secara berurutan.

(9) Guru memantau dan menilai portofolio yang telah disusun peserta didik.

j. Membaca Berhadiah Buku

Pemberian buku sebagai hadiah dilakukan untuk lebih mendorong peserta didik

gemar membaca. Program ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut

(1) Guru bekerja sama dengan pengelola perpustakaan sekolah untuk menyediakan

catatan kunjungan peserta didik ke perpustakaan.

(2) Guru menyosialisasikan kepada seluruh peserta didik tentang program Pembaca

Terbaik yang akan dilaksanakan setiap bulan.

(3) Peserta didik akan berkompetisi membaca di perpustakaan sebanyak-banyaknya setiap

saat. Kunjungan peserta didik ke perpustakaan sekolah dapat dilakukan ketika jam

istirahat atau waktu senggang.

(4) Setiap bulan, guru akan memilih pembaca terbaik di sekolah kemudian diberi hadiah

buku dan tercatat di papan Pembaca Terbaik Bulan Ini.

(5) Pembaca terbaik dipilih berdasarkan frekuensi kunjungan peserta didik ke


24

perpustakaan, jumlah buku yang dipinjam, dan jenis buku-buku yang dibaca serta

dipinjam peserta didik.

(6) Jika sudah berjalan satu tahun, guru atau sekolah akan memilih pembaca terbaik

selama satu tahun.

(7) Pemilihan Pembaca Terbaik dapat dilakukan pada setiap jenjang.

k. Pos Baca Pos

Baca sekolah merupakan tempat bacaan dan membaca di area sekolah yang lebih

luas, seperti lorong-lorong sekolah, taman sekolah, kantin, dan sebagainya. Bahan yang

dipajang di Pos Baca dapat lebih bervariasi dan seluruh warga sekolah baik peserta didik,

guru, kepala sekolah bisa berpartisipasi menunjukkan karyanya melalui Pos Baca tersebut.

Berikut cara yang dapat ditempuh untuk mengembangkan Pos Baca.

(1) Guru dan peserta didik membuat pos baca di sekolah.

(2) Guru memberikan tugas kepada setiap kelas untuk secara bergiliran menyediakan dan

mengganti bahan-bahan bacaan pada pos baca secara rutin.

(3) Pada tahap awal perlu dikondisikan oleh guru atau kepala sekolah untuk membaca dan

memberikan laporan hasil bacaan pada Pos Baca.

(4) Peserta didik diminta membaca buku di Pos Baca dan memajang karyanya di Pos

Baca.
25

Gsmbar 07. Kegiatan literasi saat jam istirahat

3. Tahap Pembelajaran

a. Membaca Buku Cerita (satu jam, seminggu sekali)

Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Kegiatan

membaca buku cerita dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1) membaca buku cerita,

2) membuat ringkasan isi cerita,

3) membuat bahan presentasi,

4) menceritakan kembali pada teman atau kelompok.

Gambar 08. Kegiatan siswa mengungkapkan kembali isi suatu buku di depan
siswa dan dewan guru

b. Mading Kelas (terbit seminggu sekali)

Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk menulis, mempublikasi, dan

membaca karya secara berkala. Berikut ini beberapa kegiatan dalam majalah dinding
26

(mading) kelas.

1) membuat mading kelas,

2) menulis berita,

3) mempublikasikan berita di mading.

Gambar 09. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menulis

c. Diorama Cerita

Kegiatan ini bertujuan membiasakan peserta didik untuk membaca sastra.

Kegiatan dalam diorama cerita, antara lain:

1) peserta didik berkelompok 2–3 peserta didik,

2) membaca buku cerita,

3) mendiskusikannya dalam kelompok,

4) membuat diorama cerita,

5) peserta didik bercerita di depan teman dengan bantuan diorama cerita.


27

Gambar 10. Siswa menceritakan kembali hasil literasi di dalam kelas di depan
guru dan siswa lainya

d. Piramida Cerita

Kegiatan ini membiasakan peserta didik untuk membaca sastra. Berikut ini

contoh kegiatan dalam piramida cerita yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

1) berkelompok 2–3 peserta didik;

2) membaca buku cerita bersama;

3) diskusi menentukan bagian-bagian penting cerita;

4) mengambar piramida di kertas;

5) menulis bagian awal, inti, dan akhir cerita di tiga sisi piramida;

6) peserta didik bercerita di depan teman dengan bantuan piramida.

e. Wajib Kunjung Perpustakaan Sekolah

Kegiatan ini sudah dikenalkan pada tahap pembiasaan. Dalam tahap

pembelajaran, ada tambahan langkah terkait dengan tagihan akademik. Berikut ini

alternatif langkah yang dapat dilakukan.

1) Pengelola perpustakaan memberikan jadwal kunjung ke perpustakaan kepada setiap

guru mata pelajaran.

2) Sesuai dengan jadwal, setiap guru mata pelajaran membawa peserta didik satu kelas

untuk berkunjung ke perpustakaan.

3) Guru memberikan tugas untuk membaca buku yang berkaitan topik pembelajaran,

membuat resume, dan berdiskusi.


28

Gambar 11 . Kegiatan literasi dalam memanfaatkan waktu luang di ruang perpustakaan

f. Klub Literasi(Jangka panjang)

Peserta didik yang tergabung dalam klub ini melakukan berbagai aktivitas

literasi, di

antaranya sebagai berikut.

(1) bedah buku,

(2) pelatihan menulis,

(3) pameran buku,

(4) kontes membaca,

(5) seminar literasi,

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan SPMI di SMPN 1 Batukliang

Pada kegiatan ini, keberhasilan dari capaian-capain yang didapatkan tidak terlepas

dari analisis dan penilaian yang dilakukan TPMPS. Penilain yang dilakukan oleh tim auditor

nantinya akan menjadi bahan rujukan dan dasar dalam pengambilan kesimpulan. Pelaksanaan

kegiatan-kegiatan SPMI di SMPN 1 Batukliang mengacu pada siklus SPMI terdiri dari lima

tahap, yaitu: (1) pemetaan mutu, (2) penyusunan rencana pemenuhan mutu, (3) pelaksanaan

pemenuhan mutu, (4) monitoring dan evaluasi, dan (5) penyusunan strategi pemenuhan mutu

baru. Setiap tahapan tersebut perlu dipahami dengan baik oleh TPMPS.

Pemetaan mutu yang ada di SMPN 1 Batukliang salah satunya adalah dalam bentuk
29

pengisian intrumen Evaluasi Diri Sekolah (EDS) atau pengisian instrumen Pemetaan Mutu

Pendidikan (PMP). Rencana pemenuhan mutu mengacu kepada hasil pemetaan mutu dan

menganut skala prioritas, lalu dimasukkan ke dalam program sekolah jangka pendek, jangka

menengah, jangka panjang, Rencana Kerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja Sekolah (RKS),

dan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS).

Pelaksanaan pemenuhan mutu sebagai tindak lanjut rencana pemenuhan mutu.

Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian proses keterlaksanaan

program atau kegiatan yang dilakukan dengan rencana yang telah disusun untuk dijadikan

sebagai bahan evaluasi. Dan strategi pemenuhan mutu baru dilakukan jika pemenuhuan mutu

sebelumnya sudah tercapai.

Audit pelaksanaan pemenuhan mutu atau disebut juga dengan monitoring dan

evaluasi (monev) dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pemenuhan mutu sesuai

dengan rencana yang telah dibuat. Monitoring dilaksanakan bersamaan dengan proses

pelaksanaan pemenuhan mutu. Hasilnya lalu dievaluasi di akhir kegiatan untuk dijadikan

dasar pengambilan keputusan atau penyusunan program tindak lanjut pascamonev. Adapun

strategi pemenuhan mutu yang baru dilakukan jika kegiatan pemenuhan mutu yang lama telah

selesai dilaksanakan.

Terkait dengan hal tersebut, didapatkan hasil laporan dari tim auditor tentang

pelaksanaan SPMI di SMPN 1 Batukliang adalah sebagai berikut:

2. Literasi dan Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Selama pelaksanaan kegiatan, tidak terlepas dari Standar Procedure Operasional

(SOP), mulai dari tahap perencanaan sampai pada tahap evaluasi. Penelitian ini dilaksanakan

di SMP Negeri 1 Batukliang. Sekolah ini beralamat di Mantang, Kecamatan Batukliang.

Siswa berjumlah 545 yang terdiri atas 16 kelas. Guru pengampu mata pelajaran sebanyak 43

orang . Penelitian ini dilakukan pada Senin-Jumat selama November 2019 sesuai jadwal

kegiatan Literasi di SMP Negeri 1 Batukliang.

Berdasarkan laporan hasil dari tim auditor, terkait program literasi tahap

pengembangan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik pada dimensi pengetahuan di
30

SMPN 1 Batukliang, dipaparkan table perbandingan nilai rata-rata kelas pada saat pra dan

pasca kegiatan literasi sebagai berikut :

Table 01. table perolehan nilai UH siswa pada saat Pra dan Pasca Literasi

Pra Literasi Pasca Literasi perbandingan


Pra dan Pasca
Rata-rata Rata-rata Literasi (UH2-
No Kelas Ket No Kelas Ket
nilai UH1 nilai UH2 UH1)
1 VII.1 78.8 baik 1 VII.1 81.3 sangat baik 2.5
2 VII.2 88.4 baik 2 VII.2 89 sangat baik 0.6
3 VII.3 76.9 baik 3 VII.3 83.7 sangat baik 6.8
4 VII.4 75.1 baik 4 VII.4 77.4 baik 2.3
5 VII.5 78.9 baik 5 VII.5 85.4 sangat baik 6.5
6 VIII.1 81.9 baik 6 VIII.1 88.8 sangat baik 6.9
7 VIII.2 86.6 baik 7 VIII.2 89.1 sangat baik 2.5
8 VIII.3 77.3 baik 8 VIII.3 80.2 sangat baik 2.9
9 VIII.4 73.6 baik 9 VIII.4 75.6 baik 2
10 VIII.5 78.3 baik 10 VIII.5 80.2 sangat baik 1.9
11 VIII.6 76.9 baik 11 VIII.6 80.1 sangat baik 3.2
12 IX.1 79.3 baik 12 IX.1 80.7 sangat baik 1.4
13 IX.2 76.4 baik 13 IX.2 78.3 baik 1.9
14 IX.3 78.5 baik 14 IX.3 80.9 sangat baik 2.4
15 IX.4 78.9 baik 15 IX.4 81.8 sangat baik 2.9
16 IX.5 73.2 baik 16 IX.5 75.4 baik 2.2
17 IX.6 79.2 baik 17 IX.6 80.8 sangat baik 1.6
jumlah 1338.2 1388.7 50.5
rata-
rata 78.72 81.69 2.97
Sumber: data primer diolah

Dari table tersebut diatas, didapatkan bahwa hasil rata-rata prestasi belajar siswa pra

literasi sebesar 78,72 dengan kriteria baik. Akan tetapi setelah dilakukan kegiatan literasi yang

terstruktur dan terkordinir sejak awal bulan November 2019 hasil capaian prestasi belajar

siswa didapatkan sebesar 81,69 yang dikatagorikan baik. Hal ini dapat dikatakan terjadi

peningkatan sebesar 2,97 poin.


31

Table 02. Hasil audit internal kegiatan literasi di SMPN 1 Batukliang


KETERLAKSANAAN
NO KEGIATAN ideal capaian
1 Indikator keluaran 28 19
2 Indikator hasil 38 30
3 Indikator dampak 34 25

total 100 74

Pada table tersebut, hasil audit internal kegiatan literasi, pada indicator keluaran

didapatkan capaian sebesar 19 poin dari ideal 28, indicator hasil sebesar 30 dari nilai ideal 38

dan pada indicator dampak didapatkan 25 dari nilai idela 34, hal ini dapat dikatagorikan baik,

adapun kendala yangmasih belumterpenuhi secara maksimal adalah pada subindikator Sekolah

bersama pemangku kepentingan menetapkan hasil rumusan tersebut sebagai acuan budaya

literasi dalam penyelenggaran pendidikan di sekolahyang terdapat pada indicator dampak,

namun pada sub indicator, sekolah telah Menyusun rencana jangka pendek dan jangka

menengah budaya literasi sehingga pada kegiatan literasi pada saat ini dapat dikatakan telah

memasuki tahap pengembangan. Secara umum, berdasarkan hasil audit internal pelaksanaan

literasi, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan literasi di SMPN 1 Batukliang masuk katagori

baik. Hal ini dapat dilihat dari dari responden yang mayoritas memilih alternatif jawaban “ya”

Dalam hal ini tingkat kemampuan, latar belakang dan kemandirian peserta didik dalam

melaksanakan literasi sudah sangat baik

Table 03. Hasil Audit Internal SPMI di SMPN 1 Batkliang

KETERLAKSANAAN
NO KEGIATAN ideal capaian
1 Indikator keluaran 20 18
2 Indikator hasil 20 17
3 Indikator dampak 60 51

Total 100 86
32

Berdasarkan hasil audit tersebut di atas, maka didapatkan hasil audit internal yang

dilakukan oleh tim auditor, didapatkan pada indicator keluaran sebesar 18 poin dari nilai ideal

20, indicator hasil 17 poin dari nilai ideal 20 dan pada indicator dampak didapatkan sebesar 51

poin dari nilai ideal 60. Hal ini dapat dikatagorikan baik. Walaupun demikian pelaksanaan

SPMI di SMPN 1 Batukliang ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi.

Hasil wawancara dengan Bapak Marna, S.Pd tim penjaminan mutu dia SMPN 1

Batukliang memberikan informasi bahwa dalam pengimplementasian SPMI terdapat beberapa

kendala yaitu penurunan kedisiplinan dalam pelaksanaan prosedur operasional dan konsistensi

guru yang kadang kala naik turun. Hal ini disebabkan karena kurang berjalannya audit internal

dan eksternal yang dilaksanakan pada tahun sebelumnya.


33

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan hasil dan pembahasan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik beberapa

kesimpula, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Pelaksanaan Sistem penjaminan mutu internal di SMPN 1 Batukliang telah dilaksanakan

berdasarkan SOP yang ada, dengan indiktor keberhasilan penjaminan mutu pendidikan terdiri

dari indikator keluaran (output), hasil (outcome) dan dampak. Dalam hal ini, seluruh langkah

dalam siklus penjaminan mutu dilaksanakan oleh SMPN 1 Batukliang dalam pengelolaan

pendidikan di satuan pendidikan dengan melibatkan pemangku kepentingan. Seluruh langkah

penjaminan mutu pada satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam satu atau lebih siklus akan

menghasilkan rapor hasil implementasi sistem penjaminan mutu. Adapun beberapa standar

yang dapat di tingkatkan melalui pelaksanaan kegiatan SPMI di SMPN 1 Batukliang antara

lain adalah standar kompetensi Lulusan, Standar Isi dan Standar Proses.

2. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa di SMPN 1 Batukliang maka diterapkan kegiatan

program literasi. Kegiatan literasi yang diterapkan di SMPN 1 Batukliang adalah merupakan

kegiatan literasi tahap pengembangan yaitu membaca dan dilanjutkan dengan literasi menulis,

atau membuat kesimpulan dari apa yang dibaca yang kemudian hasil dari tulisannya tersebut

dipresentasikan dikelas, sedangkan program literasi yang diterapkan di SMPN 1 Batukliang

adalah mengikuti program gerakan literasi sekolah yang dibuat oleh kemendikbud dan sudah

mencapai tahap pengembangan. Dari hasil analisis data didapatkan bahwa hasil rata-rata

prestasi belajar siswa pra literasi sebesar 78,72 dengan kriteria baik. Akan tetapi setelah

dilakukan kegiatan literasi yang terstruktur dan terkordinir sejak awal bulan November 2019

hasil capaian prestasi belajar siswa didapatkan sebesar 81,69 yang dikatagorikan baik. Hal ini

dapat dikatakan terjadi peningkatan sebesar 2,97 poin. Hal ini berarti pelaksanaan literasi di

SMPN 1 Batukliang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


34

B. Saran-Saran

Dari hasil penelusuran literatur dan kenyataan dilapangan, maka

peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Untuk “Kepala Sekolah”

a. Dalam menerapkan program literasi hendaknya pihak sekolah

menyiapkan dulu sarana dan prasarana yang berkaitan dengan

program literasi itu sendiri agar dalam pelaksanaan penerapannya

nanti berjalan sesuai dengan yang diinginkan semua pihak.

b. Mengadakan penyuluhan atau seminar tentang pentingnya program

literasi miniml pada setiap tahun ajaran baru.

2. Kepada semua guru di SMPN 1 Batukliang agar selalu memberi

motivasi siswa serta mengawasinya agar program literasi ini berjalan

sesuai yang diharapkan.

3. Kepada seluruh siswa di SMPN 1 Batukliang untuk selalu semangat

dalam mengikuti program literasi ini agar hasil belajar yang dicapai

lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.Chaedar. 2012. Pokoknya Rekayasa Literasi. Bandung: PT Kiblat Buku


Utama
Axford, Nick. 2009. “Child Well being Through Different Lenses Why Concept matters”.
Bouchard, Margaret. 2005. Comprehension Strategies for English Language Learners.
New York: Boulting House.
Cakiroglu, Ahmet and Hayriye Gul Kuruyer. 2012. First grade elementary school
student’s family involvement in theprocess of reading and writing skilLiterasi
Sekolah acquisition. Procedia - Social and Behavioral Sciences 46: 5588 – 5592.
(http://www.sciencedirect.com/science)
Cooper, J. David. (2014). Literacy: Helping Students Construct Meaning. Houghton
Mifflin. https://books.google.co.id/bo oks. Diunduh pada 17 Januari 2018.
Dalman. (2015). Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Diunduh pada 17 Januari 2018.
Faizah, Dewi Utama dkk. 2016. Panduan Gerakan Literasi Sekolah Di Sekolah Dasar.
Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan
Jurnal Child & Family Social Work, 14(3), hlm 372-383.
Kata” di SMA Muhammadiyah Toboali Kab. Bangka Selatan.
STUDIA Vol. 1 No. 1 Mei 2016.
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas
(Edisi Kedua). Jakarta: PT Indeks.
Mahmudi, Ali. 2006. Pembelajaran Kolaboratif. http://eprints.uny.ac.id/11996/
1/PM%20%2057%20Ali%20Mahmudi.pdf Diunduh pada 18 Januari 2018.
Nurdiyanti, Eko dan Edy Suryanto. 2010. Pembelajaran Literasi Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia pada Sisiwa Kelas V Sekolah Dasar. Jurnal Paedagogia. Volume 13
No2, http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/paedagogia/article/view/153
Retaningdyah, Pratiwi, dkk. 2016. Panduan Gerakan Liiterasi di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Supiandi. 2016. Menumbuhkan Budaya Literasi dengan Menggunakan “Program
Susanto, Amad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
Widodo, Slamet dkk. 2015. Membangun Kelas Literat Berbasis Pendidikan Lingkungan
Hidup Untuk Melatihkan Kemampuan Literasi Siswa Di Sekolah Dasar. Prosding
Seminar Nasional Pendidikan. Diakses pada 24 Oktober 2015
Wiedarti, dkk. (2016). Buku Saku Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan
Wildova, Radka. 2014. Initial Reading Literacy Development in Current Primary School
Practice. Procedia - Social and Behavioral Sciences 159: 334-339.
(http://www.sciencedirect.com/science)

Anda mungkin juga menyukai