Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakekat supervisi pendidikan adalah pelayanan dan bantuan yang


diberikan secara terus menerus dalam usaha menstimulir, membimbing, dan
mengkoordinir guru-guru dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya
agar mereka dapat berinisiatif, kreatif, dan konstruktif dalam mengembangkan
dan meningkatkan proses belajar mengajar disekolah. Dengan demikian dalam
supervisi itu terdapat pengakuan terhadap potensi yang dimiliki oleh guru-
guru. Potensi-potensi tersebut harus dikembangkan untuk dapat menemukan
dirinya sendiri sehingga dapat menumbuhkan potensi kreatif, inisiatif, dan
kontruktif dalam pencapaian tujuan pengajaran di sekolah atau dengan kata
lain bahwa supervisi itu adalah penerapan prinsip-prinsip kerja sama
(kooperatif) yang memungkinkan potensi-potensi yang dimiliki guru-guru
dapat berkembang secara optimal.
Sasaran utama dalam pengembangan dan proses belajar mengajar adalah
guru-guru sebagai pelaksana utama dalam pengembangandan peningkatan
proses belajar mengajar adalah guru-guru sebagai pelaksana utama dalam
rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu
pada hakekatnya tugas kepala sekolah sebagai supervisor ialah memberikan
pelayanan dan bantuan berupa bimbingan dan pembinaan terhadap guru guru
secara terus menerus.
Perilaku supervisi pembelajaran diasumsikan sebagai sistem perilaku
secara resmi yang disediakan oleh organisasi untuk tujuan berinteraksi dengan
sistem perilaku mengajar untuk mempertahankan, mengubah, dan
meningkatkan desain dan aktualisasi kesempatan belajar bagi siswa. Individu
baik dari dalam organisasi dan di luar organisasi yang secara resmi ditunjuk
oleh organisasi untuk bekerja meningkatkan guru dan / atau guru-murid
bekerja dalam sistem perilaku kepengawasan.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 1


Instruksional supervisi di organisasi pendidikan, tidak hanya
membutuhkan konseptualisasi yang hati-hati atau pengawasan instruksional.
Akan tetapi pertimbangan yang sama hati-hati dari lingkungan tempat
berinteraksi. Studi dan praktek pengawasan instruksional di organisasi
pendidikan telah terganggu, terhambat, dibatasi, dan terdistorsi oleh
kurangnya memadai konseptualisasi pengawasan instruksional termasuk
sifatnya, tujuan, struktur organisasi, dan peran serta tanggung jawab orang
yang menduduki posisi dalam kepengawasan.
Oleh karena didalam kegiatan supervisi tidak terlepas dari adanya
interaksi dari berbagai komponen seperti guru, siswa, pengawas, kepala
sekolah dan juga staf administrasi. Diperlukan pemahaman yang baik pada
setiap komponen mengenai perilaku organisasi dalam supervise pendidikan itu
sendiri.

B. Rumusan Masalah

Adanya perbedaan anggapan mengenai hakikat Pengawasan, tergantung


Orang yang membaca atau mendengar kata itu. Seorang supervisor mungkin
menganggapnya sebagai kekuatan positif untuk perbaikan program; seorang
guru dapat melihatnya sebagai ancaman terhadap individualitas; guru lain
mungkin menganggapnya sebagai sumber bantuan dan dukungan.
Oleh karenanya dibutuhkan pemahaman untuk menyamakan pandangan
mengenai hakikat supervisi, yang diawali dengan memahami dengan baik
mengenai perilaku organisasi supervisi pendidikan.

C. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah, pertama. untuk
memperjelas hakikat supervisi termasuk tujuan dan fungsi pengawasan
instruksional, kedua untuk mengembangkan sistem rasional personil
organisasi untuk memenuhi persyaratan instruksional dalam pengawasan. Dan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 2


ketiga upaya dilakukan untuk memberikan arah dan analisis tentang perilaku
organisasi supervisi pendidikan.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 3


BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Konsep Intruksional Perilaku Supervisi


Organisasi pendidikan sebagai bagian dari subsistem masyarakat, yang
diharapkan memberikan layanan yang berharga dalam menghasilkan
pendidikan yang baik untuk siswa. Oleh Karena itu ketika kita berpikir tentang
organisasi pendidikan, penting untuk memikirkan siswa sebagai fokus utama.
Secara umum, masyarakat ikut menentukan hasil pendidikan yang
diharapkan dan dapat memberikan "masukan". Untuk mencapai tujuan
organisasi pendidikan itu sendiri. Dengan kata lain dalam perilaku
pengawasan terdiri dari sekelompok perilaku yang saling berinteraksi.
sistem yang ada untuk berkontribusi pada pencapaian tujuan dari super
sistem (organisasi pendidikan). Sistem perilaku siswa adalah yang paling
penting karena semua sistem lain ada untuk memberikan kontribusi
pencapaian tujuan dari sistem perilaku siswa. Siswa yang beroperasi dari basis
konseptual mereka sendiri; termasuk keterampilan mereka, pengetahuan,
pandangan dunia, nilai, sikap, dan pemahaman, diharapkan memperluas
konseptual mereka dalam pertumbuhan dan perkembangan ke arah yang
konsisten dengan yang mereka butuhkan sendiri menjadi perhatian
masyarakat.

Untuk memastikan bahwa tujuan sistem prilaku siswa tercapai,


organisasi menyediakan subsistem perilaku mengajar untuk memfasilitasi
pencapaian hasil belajar siswa. perilaku guru mengonseptualisasikan sistem
perilaku yang secara formal disediakan oleh organisasi untuk berinteraksi
dengan sistem perilaku siswa. Untuk mencapai tujuan mereka. Organisasi
telah mengenali kebutuhan untuk perilaku yang berkontribusi pada sistem
perilaku siswa dengan berbagai cara. Misalnya "sistem perilaku administratif
"perilaku konseling siswa" berfungsi untuk membantu siswa mengatasi
masalah pribadi.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 4


Lovell (1967 p. 2) mendefinisikan instruksional behavior system: "Perilaku
pengawasan instructional untuk sistem guru-murid, sepenuhnya perilaku guru
sedemikian rupa untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.
Fokus utama tentang supervisi instruksional sebagai sistem perilaku
organisasi pendidikan, telah didefinisikan sebagai sistem perilaku yang
ditetapkan secara formal berinteraksi langsung dengan sistem perilaku
mengajar dengan tujuan meningkatkan sistem perilaku pengajaran 'akan
tercapai. (Lovell.1967 hal. 12—28).
Diperkirakan tujuan operasional berikut akan memberikan arahan sebagai
upaya meningkatkan instruksional (Lovell. 1978 hal. 42):
1. merumuskan tujuan, pelaksanaan. dan evaluasi
2. Pengembangan kurikulum
3. Dukungan dan layanan untuk system perilaku pengajaran
4. Evaluasi keputusan
5. Pelayanan pendidikan
6. Evaluasi hasil pendidikan

Tujuan operasional dari supervisi pembelajaran diidentifikasi pada


Gambar II-I dan memberikan dasar untuk mengklarifikasi parameter perilaku
pengawasan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 5


Gambar II-I menunjukkan komponen utama dari skema konseptual dalam
melihat perilaku pengawasan.

Organisasi pendidikan digambarkan sebagai suatu sistem dinamis


dimana subsistem dari masyarakat ini selalu berubah. Sistem perilaku guru
adalah subsistem organisasi dan berinteraksi dengan sistem perilaku siswa.
Diasumsikan bahwa pengajaran perilaku yang memfasilitasi pembentukan
tujuan, desain dan pelaksanaan operasi, serta evaluasi hasilnya akan
memberikan kontribusi pada efektivitas sistem perilaku belajar siswa.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 6


Perilaku mengajar di asumsikan memiliki lima dimensi yang berbeda
tetapi saling terkait, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penjabaran, analisis, dan
simpulan.

Gambar II.2 perilaku mengajar diasumsikan lima dimensi yang berbeda


tetapi interdependen: 1. Perencanaan 2. Aktualisasikan 4. Menganalisis 5.
Generalisasi.

1. Perencanaan adalah dimensi di mana guru mengembangkan tujuan dan


sasaran, desain pelaksanaan atau kesempatan bagi siswa yang
diasumsikankan untuk memberikan dukungan terhadap pencapaian
tujuan, cara memverifikasi pelaksanaan yang diadakan, cara menganalisa
"apa yang terjadi" dan cara mengevaluasi hasil. Dalam hal ini Guru
mewujudkan dalam “Perangkat Pembelajaran.
2. Dimensi pelaksanaan adalah proses menempatkan rencana ke dalam
pelaksanaan.
3. Dimensi penjabaran melibatkan penggunaan rencana untuk mengamati
dan mencatat apa yang sebenarnya terjadi selama pembelajaran.
4. Dimensi menganalisis merupakan penelitian dan meminta data
pengamatan untuk memahami apa yang terjadi, mengapa dan bagaimana

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 7


hal itu terjadi. Apa yang terjadi dihubungkan dengan pencapaian tujuan
belajar.
5. Dimensi simpulan yaitu membuat keputusan tentang rencana dan
pelaksanaan yang akan datang.

Guru yang berpartisipasi dalam perilaku perencanaan memberikan


kesempatan yang sangat baik bagi pengawas untuk menyediakan layanan.
Guru membutuhkan seseorang yang kompeten, percaya dan layak serta peduli
sebagai sumber dan dukungan, dan sebagai orang yang mau mendengarkan
dan menganggapi dengan antusias. Dalam hal pengajaran. Guru perlu umpan
balik, untuk digunakan sebagai dasar untuk perbaikan, yang didasarkan pada
pengamatan kompetensi dan analisis pengajaran. Mereka perlu berkolaborasi
dipengenalan strategi, metode, dan konten baru.

B. Tujuan Operasional Intruksional Perilaku Supervisi

Tujuan Operasional Supervisi Pembelajaran memberikan arahan dan


menentukan dimensi dari sistem perilaku supervisi instruksional. Tujuan
operasional akan memberikan arahan bagi upaya meningkatkan pembelajaran.
Hal-hal yang diperhatikan yakni pada: Tujuan pengembangan, implementasi,
dan evaluasi, Pengembangan kurikulum, Pelayanan dan dukungan langsung
terhadap guru, Evaluasi Pelaksanaan, Perbaikan pendidikan, Evaluasi hasil
pendidikan.
Tindakan operasional berikut akan memberikan arahan sebagai upaya
meningkatkan instruksional (Lovell. 1978 hal. 42):
1. merumuskan tujuan, pelaksanaan. dan evaluasi
2. Pengembangan kurikulum
3. Dukungan dan layanan untuk system perilaku pengajaran
4. Evaluasi keputusan
5. Pelayanan pendidikan
6. Evaluasi hasil pendidikan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 8


Merumuskan tujuan, pelaksanaan. dan evaluasi

Konseptualisasi dari organisasi pendidikan sebagai subsistem dari


masyarakat luas menunjukan prestasi hasil pendidikan. Harapan ini harus
diterjemahkan dalam tujuan pendidikan untuk berbagai system perilaku siswa. Hal
ini adalah tugas yang berkisanambungan ditingkat sekolah dan menuntut kerja
sama antara guru, pengawas, dan administrator. Kerjasama yang baikakan
mendukung terlaksananya system perilaku pengawasan.

Pengembangan kurikulum
Untuk mencapai dari system perilaku siswa diperlukan perencanaan,

penerapan dan evaluasi peluang keterlibatan siswa, yang diasumsikan


berkontribusi pada pencapaian hasil tertentu. Upaya perencanaan harus dilakukan
pada tingkat kedinasan, tingkat sekolah dan juga tingkat kelas dan tingkat siswa.

Penting bagi sekolah untuk memiliki desain kurikulum secara keseluruhan untuk
mencapai tujuan mereka. Seperti rencana umum berfungsi untuk menunjukan
bagai mana berbagai program cocok dalam hal urutan, kedalaman dan cakupan.
Pengawas instruksional harus memberikan kepemimpinan untuk melibatkan guru,
administrator, dan pengawas dalam upaya bekerjasama untuk menyelesaikan
tugas. Keterlibatkan guru dilibatkan dalam dua hal, pertama kompetensi mereka
dibutuhkan. Kedua guru adalah pelaksana utama kurikulum, oleh karena itu
membutuhkan pemahaman dan komitmen untuk desain kurikulum secara
keseluruhan.

Dukungan dan layanan untuk system perilaku pengajaran

Pentingnya dukungan dan layanan langsung oleh guru dalam membantu


siswa dalam belajar kepada kelompok siswa. Jenis dukungan yang dapat
dilakukan oleh guru berupa mengajar dan mengawas apa yang sudah
direncanakan, yang terjadi dan yang dihasilkan. Proses penting dalam
pendampingan pemecahan masalah. Hal semacam ini menjadi dimensi penting
dalam perilaku pengawasan.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 9


Pelayanan pendidikan

Guru dan profesi lainnya membutuhkan kesempatan berkelanjutan dalam


mengembangkan keprofesionalannya dalam memberikan pelayanan. Akan tetapi
keterbatasan pengtahuan dan lingkungan pembelajaran terkadang menjadi
penghalang. Guru diharuskan mengikuti perkembangan pengetahuan, hal ini
penting untuk metodologi pengajaran oleh karenanya guru membutuhkan
dukungan sekaligus bantuan.

Evaluasi hasil pendidikan

Organisasi pendidikan haruslah memilah langkah efektif untuk


menghasilkan kompetensi lulusan yang baik, hal ini dapat ditnjau dari hasil
pendidikan ditingkat perorangan, perkelas, bahkan tingkat sekolah. Hasil evaluasi
dapat digunakan untuk perencanan peningkatan kualitas pendidikan yang akan
dating, sebagai bahan evaluasi terhadap kelemahan dan mencari upaya mengatasi
permasalahan tersebut.

C. Proses Instruksional Pengawasan


Proses intruksional supervisi pembelajaran diasumsikan sebagai interaksi
manusia yang digunakan untuk meningkatkan rencana instruksional. Proses
berikut ini menyangkut hal-hal mendasar dalam interaksi manusia, yaitu :
mengembangkan potensi manusia, perubahan, kepemimpinan, dan komunikasi.
Proses-proses ini dianggap saling ketergantungan satu dengan yang lain dan
akan berfungsi jika bergabung bersama-sama dengan normal dan dengan dasar
operasional supervisi.

Berdasarkan proses dalam pelayanan pembelajaran yang sangat mendasar


dalam interaksi dengan sesame, kita dapat merumuskan intruksional supervise
kedalam empat hal berikut:

1. Menghasilkan manusia yang berpotensi


2. Adanya perubahan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 10


3. Kepemimpinan
4. Komunikasi

Keempat hal diatas akan berjalan dengan baik dan menjadi dasar dalam
pelaksanaan supervisi, dengan demikian menjadi kekuatan dan menambah
pengetahuan. Dengan demikian menjadi pertanda bahwa intruksional suprvisi
telah tercapai.
Seorang supervisor adalah seseorang yang secara resmi ditunjuk oleh
organisasi sebagai "supervisor"
Diakui bahwa beberapa individu yang menghabiskan sebagian besar waktu
mereka di lain peran organisasi sering secara resmi ditetapkan oleh organisasi
untuk bekerja pada sistem perilaku pengawasan instruksional. Misalnya,
seorang guru mungkin ditunjuk sebagai pemimpin resmi dari komite
kurikulum untuk mengevaluasi dan meningkatkan program membaca untuk
anak-anak di tiga kelas pertama. Dalam kapasitas ini guru bekerja sebagai
pengawas instruksional, tetapi masih dikenal sebagai guru yang mengajar
adalah tanggung jawab utamanya. Juga diakui bahwa ada dukungan informal
penting. Guru membantu guru lain. Siswa membantu siswa lainnya dan guru.
mengembangkan melalui sistem perilaku informal.
Tugas supervisi oleh seorang supervisor terbagi dalam empat kategori,
yaitu:

1. Pelayanan tidak langsung pada guru.

Merupakan pelayanan/binaan yang dilakukan oleh seseorang supervisor


kepada guru dan administrator yang pembinaannya melalui forum
ilmiah, misalnya seminar, rapat, lokakarya, dll .
2. Pelayanan langsung pada guru.
Layanan atau binaan yang dilakukan langsung kepada seorang guru
setelah melakukan supervisi kunjungan kelas yang tujuannya untuk
meningkatkan proses belajar siswa. Sehingga sangat berpengaruh

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 11


terhadap perilaku yang dinampakkan melalui sikap, perbuatan dan kata-
kata.
3. Administrator.
Binaan yang dilakukan oleh seorang supervisor kepada tenaga
administrasi/ kantor tata usaha (TU) tentang perlengkapan dan
kelengkapan sarana prasarana yang sangat berperan penting dalam
menunjang kegiatan belajar. Pada prinsipnya supervisi pembelajaran
administratif akan mengelola, mengendalikan kualitas program.
4. Penilai.
Binaan yang dilakukan oleh supervisor kepada tim penilai dalam rangka
persiapan pelaksanaan penilaian kepada siswa.
Supervisor akan bertanggung jawab terhadap pengendalian kualitas
program pembelajaran dan akan mengevaluasi kinerja guru dalam keputusan
personilia. Alokasi personilia, peralatan, dan materi merupakan hal yang
penting. Mereka akan mengkoordinasikan pengembangan kebijakan dan
implementasi dan akan melakukan tugas-tugas administratif yang terkait
dengan program pembelajaran.

D. Studi dan Analisis Instruksional Prilaku Supervisi

Pengawasan instruksional dikonseptualisasikan sebagai salah satu dari


banyak sistems perilaku yang secara formal disediakan oleh organisasi untuk
berinteraksi dengan sistem perilaku mengajar. dengan tujuan meningkatkan
pembelajaran tertentu termasuk sistem perilaku siswa. Arti perbaikan
instruksional-diklarifikasi dengan identifikasi dan diskusi mengenai tujuan
operasionalnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pengetahuan
(konsep, formulasi teoritis temuan penelitian empiris, keterampilan dan
asumsi filosofis).
Implikasi lebih efektif dan efisien dalam pengawasan instruksional
berrtujuan untuk menjelaskan pengetahuan mendasar dari mana memulai dan
mencoba untuk mengambil prinsip logis dan praktek supervisi instruksional.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 12


Sebagai hasil dari studi literature dan penelitian serta pengalaman bertahun-
tahun sebagai supersisor dan sebagai guru, sebagai sumber pengetahuan
terpenting diidentifikasi sebagai berikut:
1. Guru atau guru yang ditunjuk sebagai Supervisor, membutuhkan
pengetahuan tentang kebutuhan, minat, perhatian, kedewasaan, dan sikap dan
konsep diri (dia guru dengan siapa mereka bekerja. Apakah atau tidak guru
memiliki pengalaman positif dengan pengawas di masa lalu dapat menjadi
penting untuk menentukan keputusan tentang pendekatan pengawasan. Jika
para guru telah mengarahkan diri sendiri. berpengetahuan luas tentang
pengawasan. dan percaya diri, dan telah mengembangkan kepercayaan dan
penghormatan terhadap supervisor, pendekatan pengawasa yang tepat,
mungkin sangat berbeda dari mereka dalam situasi yang berbeda
bahkanmenjadi penghalang. penghalang harus mengenali keunikan individu
dengan siapa mereka bekerja jika mereka menerima untuk menyediakan
perilaku pengawasan yang tepat.
2. Konteks sosial dan psikologis, yang mana perilaku pengawasan
terjadi. Iklim organisasi, harapan dan imbalan administratif. Waktu
disediakan untuk pengawasan. alokasi sumber daya manusia untuk
pengawasan. Tersedianya dari materi dan peralatan dan dukungan
administratif untuk pengawasan adalah faktor-faktor dari konteks sosial dan
psikologis yang harus dipertimbangkan
3. Seorang Pengawas. pengawas adalah pertimbangan penting.
Apakah mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk
menyediakan layanan yang dibutuhkan?
Apakah mereka dipercaya dan dihormati oleh para guru? mereka percaya dan
menghormati guru?
diteliti sebagai dasar untuk (ia menentukan strategi dan metode pengawasan
yang tepat .
4. Bidang studi terorganisir. sejumlah bidang studi memiliki konsep
teoritis yang berbeda-beda yang berimplikasi pada studi dan praktik
Instruksional.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 13


E. Konteks Sosial Dan Psykollogis

Ada delapan katagori yang menjadi sumber pengetahuan bagi seorang


supervisor yang secara toritis mendasari dalam menjalankan tugas
kepengawasan, yaitu:
1. Komunikasi
2. Motivasi
3. Kemampuan melakukan perubahan
4. Memiliki jiwa kepemimpinan
5. Kesehatan mental
6. Belajar dan Mengajar
7. Pengembangan kelompok
8. Organisasi

Delapan kategori diatas adalah sumber pengetahuan dari pengawas yang dapat
membedakan dasar konseptual dan teoritis untuk praktik mereka.
dan juga sebagai dasar untuk praktek memfasilitasi evaluasi dan improvisasi
berkelanjutan. Untuk membantu memperjelas hubungan dari berbagai
pengetahuan dapat digambarkan pada gambar II.3
.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 14


Gambar II.3 hubungan dari berbagai sumber pengetahuan

Pengawasan instruksional didefinisikan sebagai subsistem dari organisasi


pendidikan. berinteraksi langsung dengan mengajarkan perilaku untuk
menanamkan keefektifan dan efisiensi dari perilaku pengajaran. Oleh karena itu
Seorang pengawas harus memiliki pengetahuan tentang sifat dari guru dengan
siapa mereka berinteraksi. Mereka harus tahu norma, kedewasaan, pengembangan
keterampilan, perasaan tentang guru, dan pengaruh potensial. pengetahuan diri
seorang supervisor seharusnya signifikan dalam menggambarkan kompetensi
tentang perilaku pengawasan yang tepat. Gambar II-3 dengan jelas menunjukkan
bahwa perilaku pengawasan terjadi sangat kompleks termasuk lingkungan sosial
dan psikologis.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 15


Elemen lingkungan ini sendiri termasuk siswa, guru, pengawas,
administrator atau tata usaha, organisasi sekolah, komite sekolah dan lingkungan
masyarakat yang lebih besar. Seorang supervisor haruslah menyadari betul akan
sifat social dan konteks psikologis dimana tempat bertugas. tidak hanya
mempengaruhi apa pengawas dapat atau tidak dapat dilakukan, tetapi juga dapat
berubah melalui upaya pengawas.

F. Kerangka Konseptual
Defenisi pengawasan intruksional membantu memberikan arahan untuk
mengidentifikasi dan mengorganisasikan pengetahuan yang relevan dan dapat
digunakan sebagai dasar untuk merrencanakan dan menerapkan perilaku
pengawasan dalam memenuhi kebutuhan situasi tertentu.
Seorang supervisor selalu mengembangkan dari dasar teoritis, untuk
menjelaskan kerangka kerja konseptual tentang pengawasan. Melalui evaluasi,
bertanya, menerima saran dalam diskusi-diskusi berkontribusi dalam
menyelaraskan antara keduanya baik secara dasar teoritis dalam pelaksanaan
supervise dan keefektifan dalam pelaksanaan supervise itu sendiri.

Dalam usaha memberikan pelayanan profesional kepada guru-guru,


supervisor pendidikan akan menaruh perhatian terhadap aspek-aspek proses
mengajar belajar yang merupakan kondisi bagi terwujudnya proses belajar yang
efektif. Dalam hal ini tugas seorang supervisor pendidikan adalah mempelajari
secara objektif dan terus menerus tentang masalah proses mengajar belajar atas
dasar itu ia memberikan pelayanan atau bimbingan profesional yang diperlukan
kepada guru-guru.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 16


BAB III
PEMBAHASAN

Konsep Intruksional Perilaku Supervisi


Konsep Intruksional Perilaku Supervisi, membantu organisasi pendidikan
sebagai subsistem ditengah masyarakat dalam memberikan layanan pendidikan.
keberadaan masyarakat sendiri ikut andil dalam menciptakan hasil pendidikan
baik melalui masukan dan dukungan langsung oleh masyarakat yang tergabung
dalam komite sekolah. Setiap organisasi pendidikan diharuskan menjadikan siswa
sebagai focus utamanya.
Untuk memastikan bahwa tujuan sistem prilaku siswa tercapai,
organisasi menyediakan subsistem perilaku mengajar untuk memfasilitasi
pencapaian hasil belajar siswa. perilaku guru mengonseptualisasikan sistem
perilaku yang secara formal disediakan oleh organisasi pendidikan untuk
berinteraksi dengan sistem perilaku siswa, dalam interaksi antara perilaku guru
dan perilaku siswa didalamnya dibutuhkan Perencanaan, aktualisasi,
menggabarkan, menganalis dan menyimpulkan.
Subsistem perilaku mengajar akan langsung berinteraksi dengan system
perilaku pengawasan, yang bersumber dari guru, kepala sekolah, pengawas dan
pengambil kebijakan (Dinas Pendidikan) dengan tujuan meningkatkan sistem
perilaku pengajaran dapat tercapai. (Lovell.1967 hal. 12—28). Tindakan
operasional untuk meningkatkan instruksional adalah sebagai berikut; 1.
merumuskan tujuan, pelaksanaan. dan evaluasi 2. Pengembangan kurikulum 3.
Dukungan dan layanan untuk system perilaku pengajaran, 4. Evaluasi keputusan,
5. Pelayanan pendidikan, 6. Evaluasi hasil pendidikan.

Intruksional perilaku pengawasan terbentuk dari hasil interaksi antara


perilaku guru dan perilaku pengawas yang didalamnya melibatkan lima dimensi
yaitu; perncanaan (planning), aktualisasikan (actualizing), menjabarkan
(describing), Menganalisis (analyzing) dan Generalisasi (generalizing).

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 17


Hasil interaksi antara system perilaku mengajar dan Sistem perilaku
pengawasan membentuk system organisasi suatu sekolah, yang dipengaruhi juga
oleh keberadaan masyarakat di lingkungan sekolah. Desain dan pelaksanaan
operasionalnya serta evaluasi hasilnya akan memberikan kontribusi pada
efektivitas sistem perilaku belajar siswa.

Tujuan Intruksional Perilaku Pengawasan

Tujuan operational dari Instruksional perilaku pengawasan adalah


memberikan arahan dan menentukan dimensi dari sistem perilaku supervisi
instruksional, sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal-hal yang
diperhatikan yakni pada: Tujuan pengembangan, implementasi, dan evaluasi,
Pengembangan kurikulum, Pelayanan dan dukungan langsung terhadap guru,
Evaluasi Pelaksanaan, Perbaikan pendidikan, Evaluasi hasil pendidikan.

Proses-proses Intruksional Pengawasan


Proses intruksional supervisi pembelajaran diasumsikan sebagai interaksi
manusia yang digunakan untuk meningkatkan rencana instruksional. Proses
berikut ini menyangkut hal-hal mendasar dalam interaksi manusia, yaitu :
mengembangkan potensi manusia, perubahan, kepemimpinan, dan komunikasi.
Proses-proses ini dianggap saling ketergantungan satu dengan yang lain dan akan
berfungsi jika bergabung bersama-sama dengan normal dan dengan dasar
operasional supervisi.
Seorang supervisor adalah seseorang yang secara resmi ditunjuk oleh
organisasi sebagai "supervisor" untuk melaksanakan pengawasan/ supervise.
Tugas supervisi oleh seorang supervisor terbagi dalam empat kategori, yaitu:

1. Pelayanan tidak langsung pada guru.

Merupakan pelayanan/binaan yang dilakukan oleh seseorang supervisor


kepada guru dan administrator yang pembinaannya melalui forum ilmiah,
misalnya seminar, rapat, lokakarya, dll .
2. Pelayanan langsung pada guru.

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 18


Layanan atau binaan yang dilakukan langsung kepada seorang guru setelah
melakukan supervisi kunjungan kelas yang tujuannya untuk meningkatkan
proses belajar siswa. Sehingga sangat berpengaruh terhadap perilaku yang
dinampakkan melalui sikap, perbuatan dan kata-kata.
3. Administrator.
Binaan yang dilakukan oleh seorang supervisor kepada tenaga administrasi/
kantor tata usaha (TU) tentang perlengkapan dan kelengkapan sarana
prasarana yang sangat berperan penting dalam menunjang kegiatan belajar.
Pada prinsipnya supervisi pembelajaran administratif akan mengelola,
mengendalikan kualitas program.
4. Penilai.
Binaan yang dilakukan oleh supervisor kepada tim penilai dalam rangka
persiapan pelaksanaan penilaian kepada siswa.

Supervisor akan bertanggung jawab terhadap pengendalian kualitas program


pembelajaran dan akan mengevaluasi kinerja guru dalam keputusan
kepegawaian. Alokasi personilia, peralatan, dan materi merupakan hal yang
penting. Mereka akan mengkoordinasikan pengembangan kebijakan dan
implementasi dan akan melakukan tugas-tugas administratif yang terkait dengan
program pembelajaran.
Studi dan Analisis Instruksional Perilaku pengawasan
Intruksional perilaku dalam pengawasan adalah perilaku utama yang
desain sedemikian rupa oleh organisasi pendidikan dengan tujuan secara langsung
mempengaruhi subsistem perilaku mengajar sebagai sarana fasilitator dalam
mencapai tujuan belajar siswa. Objek dari system perilaku ini adalah tujuan
pengembangan, dukungan psikologis dan tekhnik pada guru, program
pengembangan, evaluasi tampilan personil, mengembangkan keprofesionalan dan
evaluasi dari kompetensi lulusan.
Proses pundamental dari intruksional perilaku pengawasan diasumsikan
menjadi; kemampuan kepemimpinan, kemampuan berkomuniasi, kemampuan
dalam menggali potensi manusia dan kemampuan dalam memberikan perubahan.
Pengawasan instruksional dikonseptualisasikan sebagai salah satu dari
berbagai sistems perilaku organisasi untuk berinteraksi dengan sistem perilaku

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 19


mengajar. dengan tujuan meningkatkan pembelajaran tertentu termasuk sistem
perilaku siswa. Arti perbaikan instruksional-diklarifikasi dengan identifikasi dan
diskusi mengenai tujuan operasionalnya, untuk mengembangkan pengetahuan
(konsep, formulasi teoritis temuan penelitian empiris, keterampilan dan asumsi
filosofis). Implikasi lebih efektif dan efisien dalam pengawasan instruksional
berrtujuan untuk menjelaskan pengetahuan mendasar dari mana memulai dan
mencoba untuk mengambil prinsip logis dan pelaksanaan supervisi instruksional.

Konteks Sosial dan Psikologis


Pada umumnya secara diam-diam guru menentang supervisi dan
berpendapat bahwa hal tersebut tidak banyak membantu. Mereka sebenarnya tidak
membenci supervisi itu sendiri melainkan gaya supervisi yang mereka terima.
Hal tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : (1) Supervisi
dengan cara tradisional cernderung tidak menyenangkan sehingga interaksi antara
guru dan supervisor cenderung dihindari atau dikurangi, (2) Supervisi lebih
banyak memberikan pengarahan daripada menanyakan hal-hal yang menjadi pusat
perhatian (conserri) serta kebutuhan guru dalam mengajar. Supervisor lebih
banyak mengawasi (controlling) dari pada memberikan ide dan pengalaman
(skorring of indeas and experiences), pengawas cenderung tidak mempercayai
kemampuan yang dimiliki guru-guru, (3) supervisi yang dilakukan bukan karena
sesuatu kebutuhan yang diperlukan guru-guru melainkan kerena kepala sekolah
sendiri harus melaksaakanya karena sudah menjadi tugasnya, (4) supervisi masih
disamakan dengan penilaian guru cenderung menjadi resah apabila mereka
mengetahui bahwa dirinya dinilai terutama penilaian yang bersifat negatif, (5)
supervisi sendiri dalam pelaksanaan tugasnya mungkin tidak tahu apa yang akan
diamati dan dinilainya, sedangkan guru tidak tahu apa yang akan diamati dan
dinilai oleh kepala sekolah. Akibatnya ialah data pengamatan dalam kelas tidak
jelas, tidak sistematis, dan bersifat subyektif. Jika kondisi tersebut tetap
berlangsung maka pelaksanaan supervisi pendidikan disekolah tidak akan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 20


memberikan kontribusi yang berarti dalam peningkatan mutu pendidikan
disekolah.
Kerangka berpikir secara konseptual

Supervisi pembelajaran dapat dikonseptualisasikan sebagai salah satu


perilaku sistem resmi yang diberikan oleh organisasi untuk berinteraksi dengan
sistem perilaku pengajaran, dengan tujuan meningkatkan pembelajaran. Beberapa
hal paling penting berikut ini :
1. Guru / para guru bersama dengan supervisor bekerja sama.
Supervisor membutuhkan pengetahuan tentang kebutuhan, minat,
keprihatinan, kedewasaan, sikap, dan konsep diri guru dengan siapa mereka
bekerja. Guru yang telah memiliki pengalaman positif dengan supervisor di masa
lalu dapat menjadi hal penting untuk keputusan tentang pendekatan pengawasan.
Supervisor harus mengakui keunikan individu dengan siapa mereka bekerja jika
mereka berharap untuk memberikan perilaku kepengawasan yang sesuai.
2. Konteks sosial dan psikologi di mana perilaku kepengawasan terjadi.
Iklim organisasi, manfaat dan harapan administrasi, waktu yang
disediakan untuk pengawasan, alokasi sumber daya manusia untuk pengawasan,
ketersediaan bahan dan peralatan, dan dukungan administrasi untuk pengawasan
adalah beberapa faktor dari konteks sosial dan psikologis yang harus
dipertimbangkan dalam upaya untuk menyediakan layanan pengawasan yang
tepat.
3. Pengawas.
Sifat dari pengawas adalah suatu pertimbangan penting. Salah satu
pendukung keberhasilan dalam melaksanakan supervisi ialah perilakusupervisor
sendiri. Faktor manusia di belakang tugas mempunyai pengaruh besar
dalamkeberhasilan misi supervisi. Supervisi yang berhasil adalah mereka yang
dapat melaksanakan tugasnya berkenaan dengan diri “supervisee” (orang yang
disupervisi). Ia memiliki sifat –sifa tkepribadian yang diterima dalam pergaulan
sesama kerabat kerja. Ia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan profesi
supervisor. Ia dapat menjaga etik pekerjaannya. Sifat utama yang berhubungan
dengan kepribadian, yang harus dimiliki supervosor yani: Memperhatikan

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 21


perbuatan nyata dalam segala hal, Bertindak sesuai dengan waktu dan tempatnya
dalam segala hal, Keterbukaan, tidak menyembunyikan sesuatu yang
dirahasiakan, Tidak kehabisan inisiatif, penuh prakarsa, Tekun dan ulet dalam
mengerjakan pekerjaan dan Mempunyai daya tahan dan psikis yang tinggi, tidak
cepat putus asa.
4. Pengamatan pada bidang-bidang yang terorganisasi
Penelitian itu metitikberatkan pada bidang komunikasi, motivasi,
perubahan, kepemimpinan, kesehatan mental, pembelajaran, perkembangan
kelompok, dan organisasi. Delapan kategori tersebut merupakan sumber
pengetahuan dimana supervisor dapat memperoleh dasar secara konseptual dan
teoritis untuk kerja mereka.
Secara operasional dan terinci mengenai tujuan supervisi pendidikan dapat
dijabarkan sebagai berikut:

1. membantu guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan dan


peranan sekolah dalam pencapaian tujuan.
2. membantu guru-guru untuk lebih menyadari dan memahami
kebutuhankebutuhan dan kesulitan-kesulitan dan dapat mengatasinya,
membantu guru-guru untuk dapat menilai aktifitas-aktifitasnya dan
perkembangan murid.

3. membantu guru untuk dapat mendiagnosis secara kritis mengenai


kesulitan-kesulitan belajar mengajar dan membantu mencari usaha-usaha
perbaikannya.
4. memperbesar kesadaran guru terhadap tata kerja yang demokratis dan
kooperatif, memperbesar kesediaan unuk salingbtolong-menolong.
5. memupuk dan memperbesar ambisi guru untuk mempertinggi keahlian dan
kerjanya.
6. membantu guru untuk lebih memahami dan memanfaatkan pengalaman-
pengalamannya.
7. membantu kariawan baru selama masa orientasinya membantu guru lebih
menyadari kewajiban hak dan tanggung jawabnya sebagai pendid

Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 22


Supervisi Pendidikan by Kurniawan Page 23

Anda mungkin juga menyukai