Anda di halaman 1dari 16

PRINSIP, TIPE DAN FUNGSI SUPERVISI PENDIDIKAN

Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

Institut PTIQ Jakarta, Mahasiswa Pascasarjana


Institut PTIQ Jakarta, Mahasiswa Pascasarjana
Email: ayah.aio145@gmail.com
Email: izzatirh10@gmail.com

ABSTRAK
Dalam melakukan supervisi, seorang supervisor hendaknya memahami konsep dasar dari
prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan agar dapat menjalankan perannya dengan
baik untuk mendapatkan hasil supervisi yang akurat dan relevan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dan menjabarkan mengenai masing-masing pengertian dan aplikasi dari
setiap aspek tersebut, baik dari prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan tersebut.
Dengan menggunakan metode studi literatur dari buku, jurnal dan informasi di situs
daring, maka hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip supervisi pendidikan
merupakan sebuah pedoman bagi supervisor, tipe supervisi sebagai sebuah gambaran
mengenai berbagai tipe supervisor dalam melakukan inspeksi, sedangkan fungsi supervisi
pendidikan merupakan peran dari supervisi itu sendiri dalam pelaksanaannya. Oleh karena
itu, penting bagi supervisor untuk memahami ketiga aspek di atas secara menyeluruh agar
mendapatkan gambaran mengenai proses dalam melakukan supervisi dengan baik dan
efektif. Sehingga akan membuat para guru dan staf yang merupakan sasaran dari supervisi
tersebut menjadi lebih berkembang dan profesional.

Kata Kunci: Supervisi, tipe, fungsi, prinsip dan pendidikan

ABSTRACT
In realizing supervision, a supervisor should understand the basic concepts of the principles,
types and functions of educational supervision in order to carry out their role properly to
obtain accurate and relevant supervision results. This study aims to identify and describe
the respective meanings and applications of each of these aspects, from the principles, types
and functions of the educational supervision. By using the literature study method from
books, journals and information on online sites, the results of this study indicate that the
principle of educational supervision is a guideline for supervisors, the type of supervision is
an illustration of the various types of supervisors in conducting inspections, while the
function of educational supervision is the role of supervisors. of the supervision itself in its
implementation. Therefore, it is important for supervisors to understand the three aspects
above thoroughly in order to get an overview of the process of conducting good and
effective supervision. This will make the teachers and staff who are the targets of the
supervision more developed and professional.

Keywords: Supervision, type, function, principle and education


Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

1. PENDAHULUAN
Supervisi Pendidikan adalah sesuatu hal yang penting untuk dilakukan,
dalam rangka meningkatkan dan mendorong perbaikan demi perbaikan di dalam
proses belajar dan mengajar. Hal ini sejalan dengan cita-cita Pendidikan Nasional
yang terdapat pada kalimat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 yaitu,
“Mencerdaskan kehidupan bangsa.” Jelas tujuan utama Pendidikan Nasional adalah
untuk mendidik dan mensejajarkan pendidikan di setiap daerah yang berada dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia agar bangsa Indonesia menjadi
bangsa yang cerdas.
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 telah disebutkan di dalam
pasal 1 ayat 2 yang berbunyi, “Pendidikan Nasional adalah Pendidikan yang
berlandaskan Pancasila dan Undang-undnag dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
yang merujuk pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman.” Dalam pasal 3 Undang-undang nomor 20 tahun 2003
juga dijelaskan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi,
”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dalam rangka mewujudkan cita-cita yang luhur dari pendidikan nasional ini,
maka sangat diperlukan adanya pengawasan pendidikan, dalam hal ini adalah
supervisi pendidikan. Kepala Sekolah sebagai pemimpin di dalam lembaga instansi
sekolah harus berperan aktif di dalam pengawasan pendidikan atau supervisi ini,
selain itu Kepala Sekolah juga dibantu oleh para supervisor lainnya yang ditunjuk di
instansi lembaga sekolah tersbut.
Supervisi disini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pendidik atau guru di
dalam kegiatan belajar dan mengajar di kelas, sehingga setelahnya dapat diberikan
feedback, berupa pengarahan, bimbingan dan masukan serta cara metode mengajar
yang baik, menarik dan profesional. Oleh karena itu Kepala Sekolah dan para
pengawas lainnya yang ditunjuk harus perlu memahami mengenai konsep dasar
dari prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan. Dalam tulisan ini akan dijelaskan
mengenai prinsip, tipe dan fungsi supervisi pendidikan dan bagian-bagian yang
berkaitan dengan itu.

2. METODE
Dalam penulisan makalah ini, penulisan yang dilakukan adalah dengan
dengan menggunakan metode studi literatur , dengan cara mengumpulkan literatur
bahan-bahan materi yang bersumber dari hasil telaah berbagai macam jurnal dan
buku yang ditulis oleh orang-orang yang sudah profesional di bidangnya yaitu
bidang administrasi supervisi pendidikan dan juga evaluasi pendidikan itu sendiri.

2
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

Sebagaimana dalam pembahasannya mengenai prinsip, tipe dan fungsi supervisi


pendidikan.
Hasil dari telaah jurnal dan buku-buku yang ada di fokuskan pada prinsip,
tipe dan fungsi supervisi pendidikan agar dapat menganalisis lebih detil terkait
pembahasan kajiannya. Setelah bahan-bahan yang bersumber dari berbagai macam
jurnal dan buku-buku tersebut dikumpulkan dan di telaah, maka berikutnya adalah
penyusunan tulisan dengan menggabungkan semua literatur yang ada, sehingga
didapatkan tulisan yang sesuai dengan prinsip, tipe dan fungsi supervisi
pendidikan yang tentunya sesuai dengan apa yang menjadi tujuan pembuatan
tulisan ini.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam pembahasan mengenai supervisi pendidikan, maka akan menarik
ketika membahasnya dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yaitu; Apa? Mengapa?
Untuk siapa? Oleh siapa? Dan Bagaimana supervisi pendidikan tersebut? Dari
pertanyaan-pertanyaan ini, maka akan dapat ditemukan jawaban-jawabanya hingga
mengerucut menjadi bahasan yang sedang dikaji yaitu mengenai prinsip, tipe dan
fungsi supervisi pendidikan.
Bicara tentang supervisi pendidikan, maka akan kita dapati pengertian atau
definisi supervisi pendidikan. Secara etimologi supervisi berasal dari kata super dan
visi, yang artinya melihat dan meninjau dari atas atau menilik dan menilai dari atas,
yang dilakukan oleh pihak atasan terhadap aktivitas, kreatifitas dan kinerja
bawahan.1
Menurut Abd. Kadim Masaong, supervisi dalam pengertian sederhana
adalah melihat, meninjau atau melihat dari atas, yang dilakukan oleh atasan
(pengawas/Kepala Sekolah) terhadap perwujudan kegiatan pembelajaran atau
bermakna orang-orang yang memiliki kelebihan dari segi pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman terhadap guru-guru, Kepala Sekolah dan juga staf. 2
Menurut Sohiron, supervisi berarti pengawasan di bidang pendidikan dan orang
yang melakukan supervisi disebut dengan supervisor. Supervisor memiliki
kedudukan diatas dan mempunyai kedudukan yang lebih dari orang yang di
supervisinya.3
Danuri dan Siti Maisaroh mengatakan mengenai arti supervisi menurut asal
usul (etimologi), bentuk perkataannya (morfologi) , maupun isi yang terkandung
dalam perkataan itu (semantik). Bahwa secara morfologi, supervisi berasal dari dua
kata Bahasa Inggris yaitu super dan vision berarti melihat, menilik dan mengawasi.
Ini masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan serta penilikan

1
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: Diva Press,2012),
19.
2
Abd. Kadima Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru, (Bandung:
Penerbit Alfabeta, 2013), 3
3
Sohiron, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi Publishing, 2015),
163.

3
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan , orang yang berposisi diatas
terhadap hal-hal yang berada dibawahnya.
Secara sematik, supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa
bimbingan atau tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan
peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya. Beberapa ahli juga ada
yang memberikan definisi mengenai supervisi pendidikan yang pada prinsipnya
memiliki definisi yang sama. Beberapa ahli tersebut diantaranya adalah Kimbal
Wiles yang mendefinisikan tentang supervisi adalah bantuan dalam pengembangan
situasi mengajar yang lebih baik. Sedangkan menurut Piet A. Sahertian adalah usaha
memberi layanan kepada guru-guru, baik secara individual maupun secara
berkelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran.4
Dapat dikatakan supervisi adalah sebuah usaha untuk melihat, menilik dan
mengawasi dari atas. Supervisi juga merupakan suatu kegiatan pengawasan yang
bersifat humanistik dan manusiawi. Kegiatan supervisi dilakukan bukan untuk
mencari-cari kesalahan, tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan dalam
rangka meningkatkan teknik pengajaran dan agar kondisi subjek yang di supervisi
dapat diketahui kekurangannya, sehingga dapat melakukan perbaikan di kemudian
hari.
Ini juga sekaligus menjawab mengapa perlu adanya supervisi pendidikan
yaitu agar dapat mengetahui kekurangan dalam proses belajar dan mengajar
sehingga ketika didapati masih ada kekurangan, maka dapat dilakukan perbaikan
kembali kedepannya. Jika yang didapati adalah proses belajar dan mengajar yang
sudah baik, maka dapat terus ditingkatkan kembali. Selain itu juga dengan adanya
supervisi pendidikan dapat meningkatkan kinerja dan profesionalitas seorang guru.
Mengenai untuk siapa supervisi pendidikan dilakukan ini juga nampaknya
sudah jelas dilakukan untuk seluruh civitas sekolah dimulai dari siswa, Guru,
Kepala Sekolah, Sekolah, Dinas Pendidikan bahkan untuk Negara. Dimulai dari
penguasaan mengajar yang baik maka akan didapati siswa-siswi yang kompeten,
guru-guru yang profesional dan ketika guru-guru sudah banyak yang profesional
maka akan dipimpin oleh Kepala Sekolah yang lebih profesional sehingga sekolah
pun menjadi sekolah yang diminati karena kualitas yang dihasilkan. Dinas terkait
pun akan ikut harum namanya ketika daerahnya memiliki kualitas pendidikan yang
baik, sehingga cita-cita Negara untuk mencerdaskan anak bangsa dapat
terealisasikan.
Oleh siapa supervisi pendidikan dilakukan, maka ini pun sudah terjawab
sebagaimana definisi dari supervisi pendidikan itu sendiri, yaitu dari pihak yang
posisinya berada di atas semisal Kepala Sekolah atau Guru-guru yang ditunjuk
untuk melihat, meninjau, menilik dan menilai proses belajar dan mengajar.
Bagaimana supervisi pendidikan dilakukan, maka akan dapat dilihat
berdasarkan proses supervisi pendidikan yang dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi dan tidak lanjut dari proses supervisi pendidikan dan juga
4
Danuri dan Siti Maisaroh, Adminstrasi dan Supervisi Pendidikan, (Palembang: Tunas Gemilang
Press, 2020), 153.

4
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

terkait dengan teknik supervisi pendidikan. Sebelum mengetahui itu semua maka
sangat penting untuk mengetahui mengenai prinsip, tipe dan fungsi supervisi
pendidikan tersebut.

3.1 Prinsip Supervisi Pendidikan


Inti dari terselenggaranya pendidikan di sekolah terletak pada proses
pembelajarannya. Pembelajaran yang memiliki kualitas hanya dapat dilaksanakan
oleh guru yang kompeten dan memiliki kualitas dalam mengajar. Dalam upaya
untuk meningkatkan kualitas guru dan untuk memberdayakannya, maka
diperlukan supervisi pendidikan kepada guru. Supervisi ini adalah kegiatan yang
dapat membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam upaya pengelolaan
kelas dan proses pembelajaran sehingga dengan ini kompetensi seorang guru dapat
ditingkatkan.
Kegiatan supervisi pendidikan dilakukan oleh kepala sekolah terhadap para
guru dengan tujuan membantu guru agar semakin profesional dan memiliki
kompetensi yang profesional dan pedagogic, yang akan berdampak pada kinerja guru
di sekolah yang semakin meningkat. Dalam hal pengembangan kemampan guru
tidak hanya di titik beratkan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta
keahlian guru mengajar, akan tetapi juga harus ditingkatkan semangat, komitmen,
kemauan dan motivasi dari guru tersebut. Dengan meningkatkan kemampuan dan
motivasi kerja guru, kualitas akademik akan meningkat. Agar supervisi berjalan
dengan baik, maka diperlukanlah berbagai prinsip dari supervisi pendidikan.
Menurut KBBI arti dari prinsip itu adalah asas atau kebenaran yang menjadi
pokok dasar berpikir, bertindak, dan sebagainya. 5 Sedangkan Wikipedia
menjelaskan tentang prinsip yaitu, suatu pernyataan fundamental
atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau
kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip
merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan
akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek
tertentu.6
Dalam modul pelatihan penguatan Kepala Sekolah yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan tahun 2019, telah dikeluarkan
mengenai prinsip-prinsip supervisi pendidikan atau akademik sebanyak 14 prinsip,
yaitu:
1. Praktis artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi dan
tujuan pembelajaran.
3. Objektif, artinya masukan data/informasi sesuai aspek-aspek instrumen.
4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin
akan terjadi.
5
https://kbbi.web.id/prinsip diakses 07 Oktober 2021
6
https://id.wikipedia.org/wiki/Prinsip diakses 07 Oktober 2021

5
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreatifitas dan inovasi guru dalam


mengembangkan proses pembelajaran.
7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru
dalam mengembangkan pembelajaran.
8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam
mengembangkan pembelajaran.
9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademik.
10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
13. Terpadu, artinya menyatu dengan program pendidikan.
14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas
(Dodd, 1972).7

Seorang Kepala Sekolah sebagai supervisor atau pengawas, ketika dalam


melaksanakan tugasnya sebagai supervisor, hendaknya senantiasa menerapkan
beberapa prinsip diantaranya adalah:
1. Prinsip Ilmiah (scientific) dengan unsur-unsur:
a. Sistematis, berarti dilaksanakan secara teratur, berencana kontinyu.
b. Obyektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata,
bukan tafsiran pribadi.
2. Menggunakan alat (instrumen) yang dapat memberikan informasi sebagai
umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar mengajar.
3. Demoktaris, menjunjung tinggi atas musyawarah.
4. Kooperatif/kemitraan, seluruh staf dapat bekerja bersama, mengembangkan
usaha dalam ”menciptakan” situasi pembelajaran dan suasana kerja yang
lebih baik.
5. Konstruktif dan kreatif, membina inisiatif staf/guru serta mendorong untuk
aktif menciptakan suasana agar setiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensi-potensinya.

Masih menurut Abd. Kadim Masaong yang mengutip dari Rivai (1981), yang
telah membagi prinsip-prinsip supervisi atas dua bagian, yaitu prinsip positif dan
prinsip negatif.
1. Prinsip-prinsip Positif
a. Supervisi harus konstruktif dan kreatif
b. Supervisi harus lebih berdasarkan sumber kolektif kelompok daripada
usaha-usaha supervisi sendiri

7
Setyo Hartanto dan Sodiq Purwanto, Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah; Supervisi dan
Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, 2019), 10.

6
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

c. Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar


hubungan pribadi
d. Supervisi harus dapat mengembangkan segi-segi kelebihan pada yang
dipimpin
e. Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada anggota-anggota
kelompoknya
f. Supervisi harus progresif
g. Supervisi harus didasarkan pada keadaan yang riil dan sebenarnya
h. Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya
i. Supervisi harus obyektif dan sanggup mengadakan self evaluation.
2. Prinsip-prinsip Negatif
a. Supervisi tidak boleh bersifat mendesak/direktif
b. Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat/ kedudukan
atau atas dasar kekuasaan pribadi
c. Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pengajaran
(the ultimate educative goals)
d. Supervisi tidak boleh terlalu banyak mengenai soal-soal yang mendetail
mengenai cara-cara mengajar dan bahan pembelajaran
e. Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan dan kekurangan staf/ guru
f. Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil dan lekas kecewa.

Prinsip-prinsip positif dan negatif ini harus menjadi acuan utama pengawas
dalam menjalankan kegiatan supervisi di sekolah agar kontribusi supervisi terhadap
pembelajaran membuahkan hasil yang optimal. Realitas di lapangan masih
ditemukan pengawas dalam menjalankan tugas-tugas pembimbingan justru
cenderung pada implementasi prinsip negatif seperti:
1. Lebih mengedepankan kekuasaan dari pada kemitraan sehingga komunikasi
bersifat satu arah,
2. Cenderung mencari-cari kesalahan sehingga menimbulkan rasa takut di
kalangan guru,
3. Cenderung cepat mengharapkan hasil dan mengutamakan nilai belajar
daripada perbaikan proses pembelajaran, dan
4. Lebih banyak bersifat administratif ketimbang pembinaan aspek akademik. 8

Menurut Sohiron, seorang supervisor yang baik haruslah memahami prinsip-


prinsip atau asas-asas supervisi pendidikan, yang dapat dipergunakan sebagai
landasan dalam menunaikan tugas supervisi. Lagi menurut Sohiron, mengutip dari
Suharsimi Arikunto yang menyatakan bahwa supervisi dilakukan agar supervisi
dapat memenuhi fungsi seperti yang disebutkan dan juga sebaiknya harus
memenuhi prinsip-prinsip supervisi secara umum sebagai berikut :

8
Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru, 9-10.

7
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada


guru dan staf sekolah lain untuk mengatasi masalah dan mengatasi kesulitan,
dan bukan mencari-cari masalah.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung.
3. Apabila pengawas atau kepala sekolah merencanakan akan memberikan
saran atau umpan balik, sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak
lupa. Dalam memberikan umpan balik sebaiknya supervisor memberikan
kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk mengajukan petanyaan
atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi sebaiknnya dilakukan secara berkala.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan yang baik antara supervisor dan yang
disupervisi.
6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-hal
penting yang diperlukan untuk membuat laporan.9

Secara aplikatif, menurut Muwahid Shulhan, bahwa prinsip-prinsip supervisi


adalah sebagai berikut:
1. Supervisi bersifat memberikan bimbingan dan memberikan bantuan kepada
guru dan staf sekolah, untuk mengatasi masalah dan kesulitan serta bukan
untuk mencari-cari kesalahan.
2. Pemberian bantuan dan bimbingan dilakukan secara langsung, artinya
bahwa pihak yang mendapat bantuan dan bimbingan tersebut tanpa dipaksa,
dibukakan hatinya untuk menerima dan merasa sendiri serta sepadan
dengan kemampuan untuk dapat mengatasi sendiri.
3. Apabila supervisor merencanakan akan memberikan saran atau umpan balik,
sebaiknya disampaikan sesegera mungkin agar tidak lupa. Sebaiknya
supervisor memberikan kesempatan kepada pihak yang disupervisi untuk
mengajukan pertanyaan atau tanggapan.
4. Kegiatan supervisi baiknya dilakukan secara berkala, misalnya 3 bulan sekali,
bukan menurut minat dan kesempatan yang dimiliki supervisor.
5. Suasana yang terjadi selama supervisi berlangsung hendaknya
mencerminkan adanya hubungan baik antara supervisor dan yang
disupervisi, sehingga tercipta suasana kemitraan yang akrab. Hal ini
bertujuan agar pihak yang disupervisi tidak akan segan-segan
mengemukakan pendapat tentang kesulitan yang dihadapi atau kekurangan
yang dimiliki.

9
Sohiron, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, 174-175.

8
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

6. Untuk menjaga agar apa yang dilakukan dan yang ditemukan tidak hilang
atau terlupakan, sebaiknya supervisor membuat catatan singkat, berisi hal-
hal penting yang diperlukan untuk membuat laporan.10

Lebih ringkas lagi menurut Jamal Ma’mur Ashmani membagi prinsip-prinsip


supervisi pendidikan menjadi 4 bagian diantaranya adalah:
1. Prinsip dasar/fundamental (Fundamentalist Principle).
2. Prinsip Praktis (Practice Principle)
3. Prinsip Positif (Positive Principle)
4. Prinsip Negatif (Negative Principle)

Prinsip-prinsip tersebut memudahkan supervisor dalam melakukan tugas


dan tanggung jawabnya. Ia bisa disenangi dan kehadirannya selalu ditunggu oleh
bawahannya, karena sifatnya yang demokratis, konstruktif dan produktif.
Kehadirannya walaupun sebentar bisa mengubah situasi dan suasana. Ia
menghindari sifat negatif-destruktif, seperti menekan, memaksa serta mendikte.
Semua gagasan berkembang dengan baik secara elaboratif dan komunikatif. Para
anggota bisa menyampaikan pikirannya secara terbuka dan bertanggung jawab.
Kesimpulan dan saran rekomendasi yang disampaikan, diterima dan didukung oleh
semua pihak, baik mampu menggugah kesadaran dan memompa semangat untuk
maju secara progresif dan masif.11

3.2 Tipe Supervisi Pendidikan


Kebijakan mengenai pendidikan dari pemerintah terkait supervisi pada
tingkatan satuan pendidikan memiliki dua objek yang menjadi sasaran, yaitu
personal dan institusional. Dalam hal secara personal dapat dilihat dari model
supervisi yang menyebutkan bahwa supervisor bertugas membimbing dan melatih
sejauh mana profesionalisme pendidikan dan tenaga kependidikan yang ada di
dalamnya. Sedangkan secara institusional menyebutkan bahwa supervisor bertugas
meningkatkan kualitas standar nasional pendidikan pada tingkatan satuan
pendidikan.
Dalam hal ini, menurut Muwahid Shulhan ada lima tipe supervisi, dari yang
paling memberikan kebebasan kepada guru dan staf tata usaha sampai pada yang
paling ketat aturannya, dengan supervisor sebagai penguasa kelima tipe supervisi
tersebut, yaitu:
1. Tipe Inspeksi
Tipe seperti ini biasanya terjadi dalam administrasi dan model
kepemimpinan yang otokratis, mengutamakan pada upaya mencari
kesalahan orang lain, bertindak sebagai inspektur, yang bertugas mengawasi
pekerjaan guru. Supervisi ini dijalankan terutama untuk mengawasi, meneliti
dan mencermati apakah guru dan petugas di sekolah sudah melaksanakan
10
Muwahid Shulhan, Supervisi Pendidikan: Teori dan Terapan Dalam Mengembangkan Sumber
Daya Guru, (Surabaya: Acima Publishing, 2012), 69-70.
11
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, 43-44.

9
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

seluruh tugas yang diperintahkan serta ditentukan oleh atasannya.


Supervisor juga mengukur sejauh mana tugas-tugas yang diperintahkan
tersebut sudah dapat diselesaikan, masih membutuhkan dan pembinaan.
2. Tipe Laises Faire
Tipe ini kebalikan dari tipe sebelumnya, kalau dalam supervisi
inspeksi bawahan diawasi secara ketat dan harus menurut perintah atasan
pada supervisi Laisses Faire para pegawai dibiarkan saja bekerja
sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Misalnya, guru boleh
mengajar sebagaimana yang mereka inginkan baik pengembangan materi,
pemilihan metode ataupun alat pelajaran. Supervisi tipe Laisez faire memberi
kebebasan bergerak kepada pelaku untuk berinisiatif, bagi pegawai yang
kreatifitas tinggi akan semakin maju dan sebaliknya bagi pegawai yang pasif,
akan tetap pasif.
3. Tipe Coersive
Tipe ini jauh berbeda dengan tipe inspeksi, sifatnya memaksakan
kehendaknya. Apa yang diperkirakannya sebagai sesuatu yang baik,
meskipun tidak cocok dengan kondisi atau kemampuan pihak yang
disupervisi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi
kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Supervisi ini mungkin
masih bisa diterapkan secara tepat untuk hal-hal yang bersifat awal. Contoh
supervisi yang dilakukan kepada guru yang baru mulai mengajar. Dalam
keadaan demikian, apabila supervisor tidak bertindak tegas yang disupervisi
mungkin menjadi ragu-ragu dan bahkan kehilangan arah yang pasti.
4. Tipe Training and Guidance
Tipe ini diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Hal
yang positif dari supervisi ini yaitu guru dan staf tata usaha selalu
mendapatkan latihan dan bimbingan dari kepala Sekolah. Sedangkan dari sisi
negatifnya kurang adanya kepercayaan pada guru dan karyawan bahwa
mereka mampu mengembangkan diri tanpa selalu diawasi, dilatih dan
dibimbing oleh atasannya.
5. Tipe Demokratis
Selain kepemimpinan yang bersifat demokratis, tipe ini juga
memerlukan kondisi dan situasi yang khusus. Tanggung jawab bukan hanya
seseorang pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau
didelegasikan kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan
kemampuan dan keahlian masing-masing. Apabila dikaitkan dengan fungsi-
fungsi manajemen, supervisi berada atau terselip dalam fungsi dinamis yaitu
pengarahan, koordinasi dan evaluasi. Apabila kondisi dan situasi
kepemimpinan sekolah memang kondusif untuk terjadinya supervisi tipe
demokratis, maka fungsi-fungsi pengarahan, koordinasi dan evaluasi dapat
terjadi bukan dari satu arah, tetapi kolaboratif, ada kerja sama semua pihak
yang ada di dalam organisasi. Tanggung jawab bukan hanya seorang
pemimpin saja yang memegangnya, tetapi didistribusikan atau didelegasikan
10
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

kepada para anggota atau warga sekolah sesuai dengan kemampuan dan
keahlian masing-masing.12

Menurut Jamal Ma’mur Asmani, ketika proses melakukan supervisi,


supervisor seyogyanya mempelajari tipe dan gaya supervisi. Tentu tipe ini
disesuaikan dengan lokalitas. Tipe atau gaya supervisi dibedakan menjadi lima,
diantaranya adalah seagai berikut:
1. Tipe Autokratis
Supervisor autokratis menganggap bahwa fungsinya sebagai penentu
segala kebijakan yang harus dijalankan dan cara menjalankannya. Selanjutnya
ia mengawasi pelaksanaan kebijakannya oleh bawahannya. Tipe ini mirip
dengan inspeksi. Otoritas mutlak ada di pihak supervisor.
2. Tipe Demokratis
Supervisor demokratis melaksanakan fungsinya secara konsekuen
dengan fungsi supervisi yang sebenarnya. Fungsi tersebut adalah membina
dalam arti yang semurni-murninya. Otoritas supervisor seimbang dengan
otoritas pihak yang disupervisi.
3. Tipe Pseudo/ Quasi Demokratis (Demokratis Semu)
Dalam praktiknya, sering terdapat supervisor yang berbuat, seolah-
olah ia demokratis dengan mengadakan rapat untuk memusyawarahkan
sebuah problem. Tetapi dalam rapat ia memaksakan rencana dan
keinginannya agar diikuti oleh bawahan dengan cara muslihat yang halus
dan licin atau dapat juga bahwa yang dilaksanakannya bukan keputusan
rapat, dengan alasan yang dipaksakan.
4. Tipe Manipulasi Diplomatis
Supervisor melaksanakan prinsip demokratis, seperti mengadakan
rapat/musyawarah. Tetapi dengan kelihaiannya, ia berusaha menggiring
pikiran seluruh peserta rapat agar dapat menyetujui kehendaknya.
5. Tipe Laissez-Faire
Supervisor menginterpretasikan demokrasi dengan memberikan
kebabasan seluas-luasnya kepada bawahannya, sehingga supervisor
kehilangan otoritasnya sama sekali. Supervisor menyerahkan/ mempercayai
bawahannya untuk mengambil keputusan apa saja.13

Ada sedikit perbedaan terkait penamaan tipe-tipe supervisi pendidikan, akan


tetapi secara garis besar memiliki makna yang sama. Tipe-tipe yang umum yang
dipakai adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad Shulhan yaitu;
tipe inspeksi, tipe demokratis, tipe coersive, tipe training and guidance dan tipe
laissez faire.

12
Muhammad Shulhan, Supervisi Pendidikan; Teori dan Terapan Dalam Mengembangkan Sumber
Daya Guru, 65-68.
13
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, 33-35.

11
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

3.3 Fungsi Supervisi Pendidikan


Program supervisi pendidikan berfungsi sebagai pedoman dalam melakukan
kegiatan dan menjadi alat untuk mengukur keberhasilan pembinaan yang
profesional. Dengan adanya program supervisi yang baik guru dan pengawas dapat
mengetahui masalah-masalah pembelajaran apa saja yang dihadapi, cara apa saja
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah itu dan pada akhirnya dapat
diketahu secara sistematis perubahan-perubahan positif apa saja yang telah terjadi
dari waktu ke waktu. Program supervisi pendidikan yang realistik dapat membantu
pengawas melaksanakan kegiatan pembinaan yang progresif. Artinya pengawas
atau supervisor diharapkan terhindar dari menangani masalah yang sama dari
waktu ke waktu.14
Tujuan adanya supervisi adalah untuk mengembangkan kinerja guru dan
profesionalismenya dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan supervisi,
kegiatan pendidikan diharapkan dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam
mencapai tujuan sekolah hingga tujuan pendidikan nasional. 15 Berkaitan dengan
fungsi dari supervisi pendidikan, maka tujuan supervisi merupakan gambaran
tentang apa yang harus dicapai. Dalam upaya mencapai hal tersebut maka harus
dilihat dari seberapa berfungsinya supervisi pendidikan tersebut di sekolah.
Oleh karena itu, terdapat banyak pandangan mengenai fungsi dari supervisi
pendidikan itu sendiri, seperti dari sisi yang umum dan bersifat operasional atau
yang lebih konkrit. Menurut Burton dan Leo J. Brucker, fungsi utama dari supervisi
modern adalah untuk menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar para peserta didik.16 Dalam hal ini supervisi tersebut dilakukan oleh
Kepala Sekolah atau pengawas.
Fungsi supervisi pendidikan sendiri menurut Jamal Ma’mur Asmani adalah
menyangkut bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses
kelompok, administrasi personil dan bidang evaluasi. Berpijak dari hal ini, maka
supervisi pendidikan memiliki tiga fungsi, diantaranya adalah:
1. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
2. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada unsur-unsur yang
terkait dengan pendidikan.
3. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing.17

Sejalan dengan hal ini Siti Maisaroh dan Danuri melengkapi dengan
mengutip pendapat Ngalim Purwanto. Bahwa secara garis besar fungsi supervisi
dapat dikelompokkan menjadi lima hal yaitu mengenai;
1. Kepemimpinan
14
Junias Zulfahmi,”Penyusunan Program Supervisi Pendidikan Pada Madrasah Kabupaten
Nagan Raya,” Jurnal Ilmiah Peuraudeun Vol. II, No. 01 (2014): 137-138.
15
Muhammad Kristiawan dkk, Supervisi Pendidikan, ed. Yuyun Yunarsih (Bandung: Alfabeta,
2019), 8.
16
Henni Sukmawati, "Fungsi Supervisi Pendidikan", Ash-Shahabah, Jurnal Pendidikan dan Studi
Islam, Vol. 3, No. 2 (2017): 145-146.
17
Jamal Ma’mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, 31.

12
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

2. Kepengawasan
3. Pelaksana
4. Administrasi personil
5. Evaluasi18

Sedangkan menurut Sohiron, seorang supervisor pendidikan perlu


memahami dengan jelas tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya
dalam usaha kearah tercapainya tujuan tersebut. Fungsi utama yang merupakan
tugas pokok seorang supervisor dibidang pendidikan adalah sebagai berikut:
1. Penelitian
Fungsi ini diperlukan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan
objektif tentang situasi pendidikan yang ada dalam sekolah. Penelitian dalam
hal ini dimaksudkan untuk melihat seluruh situasi proses belajar mengajar
guna menemukan masalah-masalah, kekurangan baik pada guru, siswa,
perlengkapan, kurikulum, tujuan pengajaran, metode mengajar maupun
perangkat lain di dalam proses belajar mengajar. Penelitian di sini juga harus
bersumber pada data yang aktual dan bukan pada informasi yang telah
kadaluarsa.
2. Penilaian
Fungsi penilaian dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi situasi dan kondisi pendidikan serta pengajaran yang telah
diteliti sebelumnya. Setelah dilakukan hal tersebut, maka akan dievaluasi
untuk melihat bagaimana tingkat kualitas pendidikan di sekolah itu, apakah
menggembirakan atau memprihatinkan, mengalami kemajuan atau
kemunduran. Dalam melakukan penilaian maka harus menekankan terlebih
dahulu pada aspek-aspek yang positif (kebaikan dan kemajuan-kemajuan),
lalu pada aspek-aspek negatif seperti kekurangan dan kelemahan-kelemahan.
3. Perbaikan
Perbaikan terhadap aspek-aspek negatif yang timbul dilakukan ketika
telah adanya hasil penilaian terhadap aspek pengajaran. Cara dalam
melakukan perbaikan dapat beragam, seperti halnya loka karya, seminar,
simulasi dan cara lain yang dipandang efektif dalam menanggulangi aspek
negatif tersebut.
4. Peningkatan
Setelah aspek negatif diperbaiki, maka aspek positif yang ada
hendaknya ditingkatkan atau dikembangkan agar dapat lebih baik lagi. Hal
ini dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar
guru mau menerapkan cara baru dan membantu guru dalam memecahkan
kesulitan dalam menggunakan cara baru tersebut. 19

18
Siti Maisaroh dan Danuri, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, 156-158.
19
Muhammad Kristiawan dkk, Supervisi Pendidikan, 9-10.

13
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

Jadi fungsi supervisi pendidikan adalah upaya menilai proses kegiatan


pembelajaran dan memperbaikinya, melalui analisa dari kegiatan belajar dan
mengajar, serta membantu guru-guru untuk meningkatkan kemampuan dalam hal
pengajaran di kelas, sekaligus membantu kepala sekolah untuk mengetahui
kompetensi guru-guru dan administrasi di dalam proses belajar mengajar.

3.1.1 Fungsi Profesional Supervisor


Dalam menjalankan fungsi supervisi tersebut, maka seorang supervisor
hendaknya menjalankan fungsinya tersebut secara profesional. Menurut Anwar dan
Sagala seorang supervisor yang profesional memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Menetapkan Masalah
Masalah yang ditetapkan adalah yang betul-betul mendesak untuk
ditanggulangi dari data-data yang telah terkumpul dan diolah sebelumnya.
Pengumpulan data pun dilaksanakan dengan menggunakan berbagai
metode, seperti halnya observasi, wawancara, kuesioner dan sebagainya.
b. Menyelenggarakan Inspeksi
Sebelum memberikan pelayanan kepada guru, maka Kepala sekolah
sebagai supervisor hendaknya mengadakan inspeksi terlebih dahulu sebagai
usaha untuk mensurvei seluruh sistem pendidikan yang ada. Kegiatan ini
diperlukan untuk menghimpun data yang aktual dan menemukan masalah-
masalah, kekurangan-kekurangan baik pada guru maupun siswa,
perlengkapan, kurikulum, tujuan pendidikan, metode pengajaran dan
perangkat lain dalam proses pembelajaran. Hasil dari inspeksi dan survei
inilah yang akan dijadikan dasar oleh Kepala Sekolah untuk memberikan
bantuan profesional dengan tepat.
c. Penelitian Data dan Informasi
Dalam mengolah hasil inspeksi maka dapat dilakukan penelitian data
dan informasi dari hasil tersebut. Langkah dalam melaksanakan kegiatan
tersebut adalah:
 Menemukan masalah yang ada pada situasi pembelajaran;
 Mencari dan menentukan teknik pemecahan masalah yang dipandang
efektif;
 Menyusun alternatif program perbaikan;
 Mencoba cara baru dengan melakukan inovasi pendekatan
pembelajaran; dan
 Merumuskan dan menentukan pola perbaikan yang lebih standar
untuk pemakaian yang lebih luas.
d. Penilaian
Setelah Kepala Sekolah mengambil kesimpulan tentang situasi yang
sebenarnya terjadi di sekolah, maka Kepala Sekolah hendaknya
melaksanakan penilaian terhadap situasi-situasi tersebut. Oleh karena itu,
dalam penilaian ini, Kepala Sekolah diharapkan tidak hanya fokus kepada

14
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

hal-hal yang negatif saja, namun juga hal-hal yang dapat dinyatakan sebagai
kemajuan.
e. Pelatihan
Dari hasil penelitian dan penilaian maka akan ditemukan bahwasanya
kemampuan guru terhadap beberapa aspek yang berkaitan dengan
pengajaran masih kurang. Dengan begitu, kekurangan yang ada dapat diatasi
dengan diadakannya pelatihan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah sebagai
supervisor sesuai dengan kebutuhan. Pelatihan yang dilakukan dapat berupa
on the job training, lokakarya, seminar, demonstrasi mengajar, simulasi,
observasi, saling mengunjungi atau cara lain yang dipandang efektif.
f. Pembinaan dan Pengembangan
Setelah dilakukan rangkaian fungsi di atas, maka fungsi profesional
dari supervisor adalah memberiakan pembinaan dan pengembangan. Hal ini
dimaksudkan untuk menstimulasi, mengarahkan, memberi semangat agar
guru-guru mau menerapkan cara-cara baru yang diperkenalkan sebagai hasil
penemuan penelitian dan membantunya jika menemukan kesulitan dalam
menerapkannya. 20

4. KESIMPULAN
Dengan melihat supervisi pendidikan dari sisi prinsip, tipe dan fungsinya
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya dalam melakukan supervisi
hendaknya seorang supervisor memperhatikan aspek-aspek di atas sebagai upaya
untuk mendapatkan hasil supervisi yang relevan dan akurat sesuai keadaan sekolah
saat itu. Seorang supervisor yang memiliki prinsip dan tipe yang baik, tentu dapat
menjalankan fungsi supervisinya dengan baik. Apabila semua aspek tersebut telah
diterapkan dan dijalankan, maka harapannya hasil dari supervisi pendidikan yang
dilakukan dapat menghasilkan kebijakan yang dapat mendukung dan
meningkatkan kemampuan para guru dan staf di sekolah. Sehingga tujuan sekolah
dapat tercapai dan menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih bermutu kepada
para siswa.

20
Muhammad Kristiawan dkk, Supervisi Pendidikan, 7-8.

15
Aminulloh, Izzati Robbi Hamiyya

DAFTAR PUSTAKA

Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah. Jogjakarta: Diva
Press, 2012.
Hartanto, Setyo. dan Sodiq Purwanto. Modul Pelatihan Penguatan Kepala Sekolah;
Supervisi dan Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan, 2019.
Kristiawan, Muhammad dkk, Supervisi Pendidikan, Bandung: CV. Alfabeta, 2019.
Maisaroh, Siti. Dan Danuri. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Palembang: Tunas
Gemilang Press, 2020.
Masaong, Abd.Kadim. Supervisi Pembelajaran Dan Pengembangan Kapasitas Guru.
Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013.
Shulhan, Muwahid. Supervisi Pendidikan: Teori Dan Terapan Dalam Mengembangkan
Sumber Daya Guru. Surabaya: Acima Publishing, 2012.
Sohiron. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan. Pekanbaru: Kreasi Edukasi
Publishing, 2015.
Sukmawati, Henni. "Fungsi Supervisi Pendidikan", Ash-Shahabah, Jurnal Pendidikan
dan Studi Islam, Vol. 3, No. 2, 2017.
Zulfahmi, Junias. ”Penyusunan Program Supervisi Pendidikan Pada Madrasah
Kabupaten Nagan Raya.” Jurnal Ilmiah Peuraudeun, Vol. II, No. 01, 2014.
https://id.wikipedia.org
https://kbbi.web.id

16

Anda mungkin juga menyukai