SUARNI
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
UIN Ar-Raniry Kopelma Darussalam Kota Banda Aceh
ABSTRACT
This study explains the difference between the meaning of ahruf sab'ah
and qiraat sab'ah. These two terms are a discussion of the ulumul of the Qur'an.
both terms have different meanings, but are interrelated. The discussion on the
qiraat sab'ah can not be separated from the discussion of ahruf sab'ah. Because
ahruf sab'ah is as a result of the emergence of sabah qiraat. But the term qiraat
sab'ah appears not merely because of ahruf sab'ah, meaning the term Ahruf Sab'ah
appears when the Qur'an is revealed to the Prophet Muhammad, while Qiraat
sab'ah arises because of the emergence of various Imam readings Qurra in the
recital of the Qur'an which is briefly the seven Imams.
ABSTRAK
Kajian ini menjelaskan tentang perbedaan antara makna ahruf sab’ah dan
qiraat sab’ah. Kedua istilah tersebut merupakan pembahasan dalam ilmu ulumul
Qur’an. kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, namun saling
berkaitan. Pembahasan mengenai qiraat sab’ah tidak bisa terlepas dari
pembahasan ahruf sab’ah. Karena ahruf sab’ah adalah sebagai akibat munculnya
qiraat sab’ah. Akan tetapi istilah qiraat sab’ah muncul bukan semata-mata karena
ahruf sab’ah, artinya istilah Ahruf Sab’ah muncul ketika Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw, sementara Qiraat sab’ah muncul karena munculnya
bermacam-macam bacaan Imam Qurra dalam membaca Al-Qur’an yang di
ringkas menjadi tujuh Imam.
A. Pendahuluan
Qiraat merupakan suatu mazhab pembaca al-Qur’an yang dianut oleh para
qari, yang antara satu sama lain saling berbeda. Perbedaan tersebut telah muncul
semenjak Rasulullah saw masih hidup. Diantara sebab terjadinya perbedaan
tersebut adalah selain al-Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf, al-Qur’an juga
diturunkan ditengah-tengah bangsa Arab yang komunitasnya berbahasa Arab.
Bangsa Arab memiliki lahjah (dialek) yang beragam antara satu kabilah
dengan kabilah yang lain, baik dari segi intonasi, bunyi maupun hurufnya saling
berbeda. Keberagaman dialek-dialek tersebut akan menjadi lebih sempurna
kemukjizatan al-Quran apabila dapat menampung berbagai dialek dan macam-
macam cara membaca Al-Qur’an sehingga memudahkan mereka untuk membaca,
_____________
1
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh,(Jakarta: Institut PTIQ dan Institut ilmu Al-
Qur’an (IIQ) dan Darul Ulum Press, 2005) hal 1.
2
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi ulumul Qur’an, cet. 3 (t.tp: tp, tt.), 170;
Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-Thibyan fi Ulum al-Qur’an, cet. 2 (t.tp., t.p 1980), 223
3
Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan, jil. 1 (Beirut: Dar al-Fikr, tt.),
421
4
Badr al-Din Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jil. I,
ditahqiq oleh Muhammad Abu al-Fath Ibrahim (Beirut: Dar al-Ma’arif, 1972), 395
Kalimat ﺑﺎﻋﺪdalam ayat tersebut dapat dibaca ﺑﺎﻋﺪ, sehingga menjadi ﻓﻘﺎﻟﻮا رﺑﻨﺎ
ﺑﺎﻋﺪ ﺑﯿﻦ اﺳﻔﺎرﻧﺎragam pertama berbentuk fiil amar sementara ragam kedua
berbentuk fiil madhi.
3. Keragaman dalam bentuk Ibdal14 اﻻﺑﺪالPenggantian suatu huruf atau lafaz
tertentu dengan huruf atau lafaz lain yang maknanya sama. Contohnya
Huruf dzal ( ) زpada kalimat ﻧﻨﺸﺰھﺎdalam ayat tersebut diganti dengan Ra (
)رsehingga bacaannya menjadi ﻧﻨﺸﺮھﺎ
4. Keragaman dalam bentuk Taqdim dan ta’khir yaitu mendahulukan dan
mengakhirkan15. Contohnya
_____________
12
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, ... hal 132
13
Hasanuddin, Anatomi Al Qur’an; perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath
hukum dalam Al-Qur’an ( Jakarta: PT RajaGrafindo Oersada, 1995) hal 99-103.
14
Muhammad Aly Ash-Shabuny, Pengamtar Study Al-Qur’an (At-Tibyan), Terj. Moch. Chudlori
Umar dkk, (Bandung:PT Al Maarif, 1996) hal 304.
15
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, ... hal 101.
“Ketika Nabi berada di dekat parit Bani Ghaffar, ia didatangi Jibril seraya
mengatakan: Allah memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada
umatmu dengan satu huruf. Ia menjawab “aku memohon kepada Allah ampunan
dan maghfirah-Nya, karena umatku tidak dapat melaksanakan perintah itu”.
Kemudian Jibril datang lagi untuk yang kedua kalinya dan berkata: Allah
memerintahkanmu agar membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan dua
huruf. Nabi menjawab: aku memohon kepada Allah ampunan dan maghfirah-Nya,
umatku tidak kuat melaksanakannya. Jibril datang lagi untuk yang ketiga kalinya,
lalu mengatakan: Allah memerintahkan agar membacakan al-Qur’an kepada
umatmu dengan tiga huruf. Nabi menjawab: aku memohon ampunan dan
maghfirah-Nya, sebab umatku tidak dapat melaksanakannya. Kemudian Jibril
datang lagi untuk yang keempat kalinya seraya berkata: Allah memerintahkan ke-
padamu agar membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf, dengan
huruf mana saja mereka baca, mereka tetap benar”. (HR. Muslim)
_____________
17
Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. I (Kairo: Dar al-Fikri, 1998), 353
18
Imam Muslim, Shahih Muslim, 354
D.Kesimpulan
Ahruf sab’ah dan qiraat sab’ah memiliki makna yang berbeda, namun
kedua istilah tersebut saling berkaitan. Karena pemahaman terhadap istilah ahruf
sab’ah tersebut sebagai akibat munculnya bermacam-macam bacaan. Macam-
macam bacaan para imam Qurra tersebut muncul setelah masa Tabiin yang
bersumber pada sahabat. Namun setelah dilakukan penelitian dengan syarat-syarat
tertentu, maka hanya tujuh qiraat yang diangap mutawatir yaitu Qiraat Imam
Nafi’, Abu Amr, Ashim, Ibnu Katsir, Al-Kisa’i, Hamzah, dan Ibnu Amir. Karena
jumlah para imam tersebut ada tujuh orang imam, maka qiraat tersebut dikenal
dengan qiraat sab’ah. Dengan demikian bahwa ahruf sab’ah merupakan bukan
Qiraat sab’ah.
Abdul Hadi al-Fadli, al-Qiraat al-Quraniyat, Beirut: Dar al-Majma al-‘Ilmi, 1979.
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh,Jakarta: Institut PTIQ dan Institut ilmu Al-Qur’an (IIQ) dan
Darul Ulum Press, 2005.
Ahmad Fathoni, Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Institut PTIQ dan Institut Ilmu Al-Qur’an dan
Darul Ulum Press, 2005.
Al-Suyuthi, Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Kairo: al-Halabi, 1951.
Badr al-Din Muhammad bin Abdillah al-Zarkasyi, Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an, jil. I, ditahqiq
oleh Muhammad Abu al-Fath Ibrahim, Beirut: Dar al-Ma’arif, 1972.
Hasanuddin, Anatomi Al Qur’an; perbedaan Qiraat dan pengaruhnya terhadap Istinbath hukum
dalam Al-Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo Oersada, 1995.
Imam Muslim, Shahih Muslim, juz. I, Kairo: Dar al-Fikri, 1998.
Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. Aunur Rafiq El-Mazni, Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006.
Manna’ Khalil al-Qaththan, Mabahis fi ulumul Qur’an, cet. 3, t.tp: tp, tt.
Muhammad Ali Al-Shabuni, Al-Thibyan fi Ulum al-Qur’an, cet. 2, t.tp., t.p 1980.
Muhammad Abd al-‘Azhim al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan, jil. 1, Beirut: Dar al-Fikr, tt.
Muhammad Aly Ash-Shabuny, Pengamtar Study Al-Qur’an (At-Tibyan), Terj. Moch. Chudlori
Umar dkk, Bandung:PT Al Maarif, 1996.
Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Qur’an, Jakarta: PT RajaGrafindo, 1996.