Dosen Pengampu:
Bapak Dr. Muhammad Faisal Riza, S. Sos., M. Si. dan Ibu Dr. Ika Ruhana, M. Si.
Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan pendekatan perilaku kepemimpinan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Dengan keterbatasan yang
kami miliki, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Selanjutnya di dalam makalah ini, kami akan menjelaskan lebih lanjut mengenai
beberapa pendekatan perilaku kepemimpinan yang biasa diterapkan pada organisasi atau suatu
tim. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya perilaku kepemimpinan yang dibahas akan
mampu berdampak positif untuk mencapai tujuan secara efektif dan tetap terstruktur dari
proses awal hingga akhir.
1.3 Tujuan
1. Memberikan pemahaman secara mendalam mengenai definisi perilaku kepemimpinan.
2. Memberikan pemahaman secara mendalam mengenai bagaimana bagaimana perilaku
kepemimpinan menurut pendekatan Ohio dan Michigan diterapkan untuk mencapai
suatu tujuan organisasi.
3. Memberikan pemahaman secara mendalam mengenai bagaimana perilaku
kepemimpinan menurut Black dan Mouton digagas dan digunakan sebagai alat ukur
untuk menilai perilaku kepemimpinan.
4. Memberikan pemahaman secara mendalam mengenai bagaimana perilaku
kepemimpinan Leader Member Exchange diterapkan di dalam suatu organisasi yang
berfokus pada hubungan dan interaksi antara bawahan dan atasan.
5. Memberikan penjelasasan secara mendalam mengenai bagaimana contoh studi kasus
yang tepat dalam menggambarkan beberapa pendekatan perilaku kepemimpinan yang
telah dijelaskan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sebagai pemrakarsa-pemrakarsa struktur struktur (initiating structure) dan
pertimbangan (consideration). Pemrakarsa sruktur merupakan perilaku dimana
pemimpin yang mengorganisasi dan menetapkan hubungan dalam suatu kelompok
cenderung membentuk saluran dan pola komunikasi yang ditetapkan dengan baik, dan
menunjukkan cara-cara penyelesaian pekerjaan. Pertimbangan menyangkut perilaku
yang menunjukkan persahabatan, kepercayaan timbal balik, saling menghormati,
kehangatan, dan hubungan-hubungan antara pemimpin dan pengikut.
Perilaku kepemimpinan initiating structure cenderung lebih mementingkan
tujuan organisasi daripada mementingkan bawahan, sehingga pemimpin dengan
perilaku semacam ini biasanya suka mengatur, menentukan pola organisasi, saluran
komunikasi, struktur peran dalam pencapaian tujuan organisasi dan cara
pelaksanaannya. Sedangkan perilaku kepemimpinan consideration cenderung lebih ke
arah kepentingan bawahan, di mana hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang hangat
antara seorang atasan dengan bawahan dimana terdapat sikap saling percaya,
kekeluargaan, dan penghargaan terhadap terhadap gagasan-gagasan bawahan.
Perilaku kepemimpinan initiating structure dan consideration tidak saling
tergantung. Artinya pelaksanaan perilaku yang satu tidak mempengaruhi pelaksanaan
perilaku yang lain. Dengan demikian, seorang pemimpin dapat sekaligus berperilaku
kepemimpinan initiating structure dan consideration dalam derajat yang sama-sama
tinggi atau sama-sama rendah. Seorang pemimpin juga dapat berperilaku initiating
structure dengan derajat tinggi dan consideration dengan derajat rendah ataupun
sebaliknya. Dengan kata lain, para peneliti dari Universitas Ohio ini,
mengidentifikasikan empat gaya kepemimpinan utama yaitu:
4
a. High initiating structure dan low consideration (Kuadran 1)
Seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan
pengarahan dan sedikit dukungan. Pemimpin ini memberikan instruksi yang
spesifik tentang peranan dan tujuan pengikutnya, dan secara ketat mengawasi
pelaksanaan tugas mereka. Tipe kepemimpinan ini dicirikan dengan komunikasi
dua arah. Pemimpin memberikan batasan-batasan peranan para anggotanya dan
memberitahukan mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana
melaksanakan melaksanakan tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan
keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin.
b. High consideration dan high initiating structure (Kuadran 2)
Pemimpin pada kuadran ini menunjukkan perilaku yang banyak
mengarahkan dan banyak memberikan memberikan dukungan. Pemimpin dalam
gaya seperti seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijakan yang ia ambil
dan mau menerima pendapat dari pengikutnya. Tetapi pemimpin dengan tipe ini
masih tetap harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian
tugas – tugas anggotanya. Komunikasi yang dijalin pun dua arah dan perilaku
mendukung dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan
yang dibuat, serta ide yang dibuat oleh para anggotanya. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
c. High consideration dan low initiating structure (Kuadran 3)
Perilaku pemimpin menekankan pada banyak memberikan dukungan dan
sedikit pengarahan. Dalam tipe pemimpin seperti ini, pemimpin menyusun
keputusan bersama-sama dengan anggotanya dan mendukung mendukung usaha-
usaha mereka dalam menyelesaikan tugas. Dengan tipe ini, pemimpin dan anggota
saling tukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi
dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah secara aktif mendengar.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar
berada dipihak besar berada dipihak anggota. Hal ini dikarenakan anggota memiliki
kemampuan untuk melaksanakan tugas.
d. Low initiating structure dan low consideration (Kuadran 4)
Seorang pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan.
Pemimpin dengan tipe ini mendelegasikan keputusan-keputusan dan tanggung
jawab pelaksanaan tugas kepada anggota. Pemimpin mendiskusikan masalah
5
bersama-sama dengan anggota sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi
masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara
keseluruhan kepada anggota. Sekarang anggotalah yang memiliki kontrol untuk
memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan
kesempatan yang luas bagi anggota untuk melaksanakan pekerjaan mereka sendiri
karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung
jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.
7
penghargaan- penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada
bawahan perasaan dibutuhkan dan dianggap penting.
6
5-5
5 MIDLE
ROAD
4
3
2 1-1 9-1
IMPOVERISHED TASK
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Concern for Production
8
Gaya pertama (1.1) adalah gaya pengalah (impoverished management), ditandai dengan
pengabaian terhadap karyawan dan produksi. Pemimpin mempunyai ciri lemah cenderung
menerima keputusan orang lain, menyetujui pendapat, sikap dan gagasan orang lain serta
menghindari terlibat kontroversi dan menghindari sikap memihak. Jika ada konflik maka
pemimpin ini tetap netral dan berada di luar masalah. Dengan tetap netral, pemimpin pengalah
jarang terlibat dan hanya sedikit saja mengatasi keadaan.
Gaya kedua (1.9) adalah gaya santai (country club style), ditandai dengan kurangnya
perhatian terhadap tugas dan tingginya perhatian terhadap manusia. Artinya pemimpin sangat
menghargai hubungan baik antara sesama manusia atau anggota organisasi termasuk
bawahannya. Ia lebih suka menerima pendapat, gagasan dan sikap orang lain daripada
memaksakan kehendaknya. Ia menghindari konflik tetapi jika tidak dapat dihindari, maka ia
akan melunakkan perasaan orang dan menjaga agar mereka dapat tetap bekerja sama. Namun
produkvitas akan menjadi perhatian rendah karena kurangnya kontrol dan arahan dari manajer.
Gaya ketiga (5.5) adalah pemimpin pertengahan (middle of the road style), ditandai
dengan seimbangnya perhatian terhadap tugas dan manusia. Pemimpin seperti ini mencari
solusi praktis terhadap suatu permasalahan, meskipun solusi tersebut tidak selalu merupakan
solusi terbaik. Jika ada pendapat, gagasan dan sikap yang berbeda dengan yang dianutnya,
maka pemimpin akan berusaha jujur tetapi tegas dan mencari pemecahan yang tidak memihak.
Jika mendapat tekanan, maka ia mungkin akan ragu dan mencari jalan untuk keluar dari
ketegangan. Ia akan berusaha untuk mempertahankan keadaan untuk tetap menjadi baik.
Gaya keempat (9.1) adalah gaya kerja (task style), ditandai dengan tingginya perhatian
terhadap pekerjaan tetapi sangat kurang memperhatikan manusianya. Pemimpin jenis ini
sangat menghargai keputusan yang telah dibuat. Perhatian utama adalah menyelesaikan
pekerjaan secara efisien dan cenderung mempertahankan pendapat, gagasan dan sikapnya
sekalipun didapat dengan cara menekan orang lain. Jika ada konflik, maka ia cenderung akan
menghentikan dan memenangkan posisinya dengan cara membela diri, bersikeras pada
pendapatnya atau dengan berargumentasi.
Gaya ketiga (9.9) adalah gaya tim (team style), ditandai oleh perhatian tinggi terhadap
tugas dan manusia. Pemimpin gaya tim sangat menghargai keputusan yang logis dan kreatif
sebagai hasil dari kesepakatan anggota organisasi. Ia mau mendengarkan dan mencari gagasan,
pendapat dan sikap yang berbeda dengan yang dianutnya. Ia juga memiliki keyakinan kuat
tentang hal yang harus dilakukan tetapi tetap memberi respon pada gagasan orang lain yang
logis dengan mengubah pendapatnya. Jika terjadi konflik, ia mencari alasan munculnya
9
perbedaan dan mencari penyebab utamanya. Dalam keadaan marah, ia dapat mengendalikan
diri meskipun kadang menampakkan ekspresi tidak suka. Ia memiliki rasa humor yang tinggi
meskipun dalam keadaan tertekan. Ia menunjukkan upaya yang keras dan kuat untuk
melibatkan orang lain untuk ikut bergabung dengannya. Pemimpin ini mampu menunjukkan
keinginannya untuk saling percaya dan saling menghargai di antara sesama anggota tim dan
juga menghargai pekerjaan.
11
Hal tersebut sejalan dengan Graen dan Cashman (1975) yang berpendapat bahwa
adanya perbedaan hubungan dan juga perlakuan yang dilakukan oleh atasan terhadap
bawahan mereka, membentuk adanya dua kategori bawahan yaitu in-group dan out-
group.
a. in group members
Seorang atasan yakin bahwa bawahannya yang termasuk dalam kategori ini
dapat dipercaya untuk melakukan tindaan sukarela dan mampu memikul tanggung
jawab lebih besar melebihi tuntutan peran dan deskripsi pekerjaan yang ada.
Seorang atasan melihat bawahannya yang berada dalam ketegori in-group ini
sebagai seorang yang dapat dipercaya dan kompeten. Sebagai konsekuensinya,
seorang atasan memperlakukan bawahannya ini sebagai “asisten kepercayaan” yang
melakukan pekerjaannya melampaui apa yang diharapkan oleh seorang atasan.
Hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan pada kategori ini diklasifikasikan
dalam kategori hubungan yang memiliki kualitas yang baik (high-quality exchange).
b. Out gruoup members
Seorang atasan melihat bahwa perilaku bawahannya yang berada pada ketegori
ini bekerja hanya berdasarkan pada apa yang tercantum dalam deskripsi
pekerjaannya saja dan tidak melakukan adanya suatu usaha lebih diluar deskripsi
pekerjaannya tersebut. “Hired hands” merupakan julukan yang digunakan untuk
menggambarkan individu pada kategori ini diklasifikasikan dalam kategori
hubungan yang memiliki kualitas yang rendah (low-quality exchange).
13
juga dukungan yang rendah.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa secara umum
pengertian leader member exchange adalah kualitas hubungan antara atasan dan
bawahan yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Hubungan yang saling
mempengaruhi antara atasan dan bawahan ini dapat terjalin dalam bentuk yang
berbeda pada setiap bawahan, karena pemimpin melakukan hubungann timbal balik
terhadap bawahannya secara personal.
14
3. Role Routinization
Pada tahapan ini, opertukaran yang didasarkan atas kepentingan diri sendiri
diubah menjadi saling member komitmen kepada misi dan sasaran dari unit kerja
tersebut.
15
memberi siapa pun kesan bahwa orang tertentu memiliki pengalaman tak terlupakan dan
dia harus berusaha keras mencegah terjadinya hal itu. Contoh, dia menghindari makan
siang bersama anak buahnya karena dia berpikir hal tersebut memperkuat persepsi
diskriminasi. Demikian pula, walaupun sahabatnya adalah salah seorang tenaga penjual,
dia jarang terlihat berbicara dengan dia, kecuali masalah bisnis.
Jenny juga menerapkan prinsip keadilan tentang bagaimana informasi dibagi di
dalam kantor. Dia tidak ingin ada orang yang merasa seolah-olah ada di luar lingkaran,
sehingga dia berusaha sengat keras untuk tetap membuat semua karyawan mendapat
informasi tentang semua masalah yang bis mempengaruhi mereka. Banyak dari hal ini
dia lakukan lewat kebijakan kantor pintu-terbuka. Jenny tidak memiliki kelompok
khusus karyawan dengan siapa dia bisa mengungkapkan masalahnya, dia lebih suka
menceritakan secara terbuka dengan mereka semua. Jenny sangat setia pada
pekerjaannya di City Mortgage. Dia bekerja dalam jam kerja yang panjang dan
membawa beeper (alat telekomunikasi seperti pager). Di titik karier ini dia hanya
khawatir bahwa dia bisa kelelahan).
16
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Pendekatan perilaku kepemimpinan merupakan bagaimana perilaku seorang pemimpin
atau manajer dalam memainkan peran yang sangat penting untuk memengaruhi kelompok atau
organisasi yang dipimpin. Dari penjelasan yang telah dipaparkan dapat diketahui bahwa proses
kepemimpinan tidak hanya bergantung pada seorang pemimpin, akan tetapi juga melibatkan
keinginan dan niat serta keterlibatan aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai
tujuan bersama. Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung
jawab (personal responsibility) pribadi untuk mencapai tujuan bersama. Berdasarkan hal
tersebut, pada makalah ini telah dipaparkan mengenai beberapa pendekatan perilaku
kepemimpinan oleh beberapa tokoh. Perilaku kepemimpinan tersebut diantaranya, pendekatan
Ohio dan Michigan, pendekatan Black dan Mouton, dan pendekatan Leader Member
Exchange. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka kita bisa menganalisis pada suatu
perusahaan tentang apa pendekatan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Dengan
mengetahui apa pendeketan yang digunakan maka sangat berpengaruh terhadap kefektifan
tercapainya antara tujuan dan pengelolaan sumber daya di dalamnya.
3.2 Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan dari makalah yang kami susun, baik dari
segi penulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, kami berharap saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca agar kami dapat menyusun makalah dengan lebih
baik lagi. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat menambah
wawasan kita dalam memahami Pendekatan Perilaku Kepemimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
18