Anda di halaman 1dari 2

Analisis Kasus (Pemberian Hadiah atau Cindera Mata)

 Deskripsi Kasus
Kasus pertama yakni pemberian hadiah kepada Seorang Guru yang sudah
berpengalaman lebih dari 20 tahun, Ibu Mawar S.Pd. (bukan nama sebenarnya) menjadi salah
satu guru favorit bukan hanya bagi murid-muridnya tetapi juga bagi orang tua murid di salah
satu Sekolah Dasar Negeri di Kota Bengkulu. Tidak mengherankan apabila setiap kali
penerimaan rapor kenaikan kelas, banyak orang tua murid yang memberikan hadiah berupa
kerudung, sarung, taplak meja atau peralatan dapur kepada Ibu Mawar. Orang tua murid
memberikan hadiah kepada Ibu Mawar secara sukarela dan tulus hati sebagai ucapan terima
kasih karena sudah mendidik anak-anak mereka dengan sangat baik
 Analisis Kasus
Contoh kasus diatas dapat diaktegorikan dalam tindakan gratifikasi. Tindakan
gratifikasi dapat berubah menjadi tindakan korupsi. Berdasarkan rumusan Pasal 12B Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001.
“Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:....”
Jika dilihat dari rumusan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu
gratifikasi atau pemberian hadiah berubah menjadi suatu yang perbuatan pidana suap
khususnya pada seorang Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri adalah pada saat
Penyelenggara Negara atau Pegawai Negeri tersebut melakukan tindakan menerima suatu
gratifikasi atau pemberian hadiah dari pihak manapun sepanjang pemberian tersebut
diberikan berhubungan dengan jabatan ataupun pekerjaannya
Salah satu kajian yang dilakukan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK
(2009) mengungkapkan bahwa pemberian hadiah atau gratifikasi yang diterima oleh
penyelenggara negara adalah salah satu sumber penyebab timbulnya konflik kepentingan.
Konflik kepentingan yang tidak ditangani dengan baik dapat berpotensi mendorong
terjadinya tindak pidana korupsi. Definisi konflik kepentingan adalah situasi dimana
seseorang Penyelenggara Negara yang mendapatkan kekuasaan dan kewenangan berdasarkan
peraturan perundang-undangan memiliki atau diduga memiliki kepentingan pribadi atas
setiap penggunaan wewenang yang dimilikinya sehingga dapat mempengaruhi kualitas dan
kinerja yang seharusnya
Beberapa bentuk konflik kepentingan yang dapat timbul dari pemberian gratifikasi ini antara
lain adalah:
1. Penerimaan gratifikasi dapat membawa vested interest dan kewajiban timbal balik atas
sebuah pemberian sehingga independensi penyelenggara negara dapat terganggu;
2. Penerimaan gratifikasi dapat mempengaruhi objektivitas dan penilaian profesional
penyelenggara negara;
3. Penerimaan gratifikasi dapat digunakan sedemikian rupa untuk mengaburkan terjadinya
tindak pidana korupsi; dll.
4.
 Analisis Nilai Etika Publik
Tindakan gratifikasi seperti yang ada pada contoh kasus diatas, tentu bertentangann
dengan nilai dasar etika publik yang tercantum dalam Undang-Undang ASN, meliputi etika:
1. Menjalankan tugas secara professional dan tidak berpihak
2. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian
3. Menciptakan lapangan kerja yang non diskriminatif
4. Memberikan layanan secara jujur
5. Mendorong kesetaraan
Gratifikasi akan mendorong seseorang untuk lebih bersifat diskriminatif atau memiliki
keberpihakan pada pihak tertentu sebagai bentuk balas jasa atas imbalan yang telah
diberikan. Padahal sudah menjadi tugas seorang guru (pegawai ASN) untuk menjalankan
tugas dan wewenangnya dengan adil, tidak berpihak pada siapapun, serta tidak
mengharapkan imbalan berupa hadiah atau pemberian apapun dari penerima layanan publik.
Sumber:
https://inspektorat.bppt.go.id/attachments/article/36/buku_saku_memahami_gratifikasi_kpk.
pdf

Anda mungkin juga menyukai