Anda di halaman 1dari 2

Kelemahan terhadap konflik sosial warga mengenai pembangunan tol Sumo di Sidoarjo,

diantaranya:

Terjadinya adu argumentasi antara warga sekitar dengan pihak proyek pembangunan jalan tol
SUMO. Hal yang menjadi perdebatan adalah masalah harga ganti rugi tanah dan bangunan milik
warga atas pembebasan lahan. Warga sekitar meminta harga yang ditawarkan sesuai dengan
kepentingan pribadi, sedangkan pihak proyek memberikan harga yang sesuai pada masanya.
Sehingga pembebasan lahan rumah warga tersebut memakan waktu yang cukup lama. Sebab,
warga sebagai pemilik tanah maupun bangunan cenderung mengedepankan kepentingan individu
dari nilai ekonomis dari lahan tersebut. Panitia Pengadaan Tanah (P2T) telah melakukan
sosialisasi kepada warga untuk meyakinkan warga dalam membentuk kesepakatan atas harga
tanah dan bangunan milik warga. Akan tetapi, sosialisasi yang dilakukan kurang merata sehingga
menjadi hambatan dalam pembangunan tol SUMO. Selain masalah harga ganti rugi, warga juga
beralasan bahwa belum menemukan tempat tinggal yang sesuai atau warga enggan untuk pindah
ke tempat lain. Pasalnya, tol ini dibangun atas kepentingan negara demi kenyamanan bersama.

Ancaman (threat)

Sulitnya mencapai kesepakatan terkait ganti rugi tanah dan bangunan milik warga hingga
melibatkan pengadilan/konsinyasi (penyelesaian ganti rugi melalui pengadilan). Di satu sisi
pemilik tanah menginginkan besarnya ganti-rugi sesuai dengan harga pasar setempat, sementara
di sisi lain masih terbatasnya dana pemerintah yang tersedia untuk pengadaan tanah. Sehingga
menyebabkan terjadinya pembengkakan dana untuk pembebasan lahan. Selain itu, adanya isu
permasalahan AMDAL. Beberapa warga yang tidak terkena pembebasan lahan mengeluh, salah
satunya adanya pencemaran udara yang membuat lingkungan di sekitar proyek berdebu dan
gersang karena musim panas saat itu. Meskipun pihak proyek telah memberi solusi yaitu dengan
mendatangkan truk tangki air untuk menyiram lahan-lahan yang masih kosong dan dilakukan di
siang hari, namun warga merasa hal tersebut masih kurang.

Poin-poin (Ancaman) :

• Adanya warga yang meminta ganti rugi lebih tinggi sehingga menyebabkan terjadinya
pembengkakan dana untuk pembebasan lahan.

• Adanya isu permasalahan AMDAL


Kekuatan pembangunan tol SUMO di Sidoarjo

Pembangunan jalan tol dilaksanakan untuk mewujudkan pemerataan pembangunan serta


keseimbangan dalam pengembangan wilayah. Dengan terbitnya Perpres No. 13/2010 pengganti
Perpres No. 67/ 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta Dalam
Penyediaan Infrastruktur dapat mempercepat pembangunan jalan tol ini. Karena dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa investor bisa menjadi pemrakarsa bila usulan mereka diajukan kepada
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah dan disetujui oleh menteri terkait, sebelum
kemudian diajukan kepada menteri keuangan. Jalan tol dapat menjadi salah satu infrastruktur
pendukung yang dapat menekan biaya logistik dalam negeri. Dengan begitu, pelaku industri
dalam negeri akan mampu bersaing dalam biaya produksi. Adanya penambahan volume
kendaraan juga mendukung adanaya pembangunan jalan tol ini untuk mengurangi tingkat
kemacetann yang ada. Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk Perpres 65
Tahun 2006 yang merupakan penyempumaan dari Perpres 36 Tahun 2005 yang mengatur
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Demi Kepentingan Umum menjadi salah satu
payung hukum bagi pemerintah dalam hal mempermudah penyediaan tanah untuk pembangunan
tersebut. Melalui kebijakan tersebut, melalui mekanisme pencabutan hak atas tanah, pemerintah
mempunyai kewenangan untuk mengambil tanah milik masyarakat yang secara kebetulan
diperlukan untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

Anda mungkin juga menyukai