Anda di halaman 1dari 1

NEGARA DAN PEMBANGUNAN

 Negara yang efektif dianggap dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial. Namun
masih menjadi perdebatan, di satu sisi para sarjana dan praktisi pembangunan lebih menyukai
pemerintahan terbatas. Di sisi lain negara intervensionis (campur tangan) yang kuat dibutuhkan
untuk memfasilitasi tatanan politik, pertumbuhan ekonomi dan kesetaraan di negara
berkembang.
 Negara yang tidak efektif merupakan negara yang diatur oleh penguasa yang personalistik dan
korup yang siap menyalurkan sumber daya publik untuk penggunaan pribadi (Callsghy dan
Ravenhill, 1994; Evans, 1995).

Kekhawatiran negara modern mengacu pada aparat politik dan birokrasi yang membantu
mempertahankan kontrol terpusat (Weber, 1994). juga penggunaan kekuasaan yang berlebihan dan
sewenang-wenang dapat mudah menciptakan tirani dan politik yang bermasalah. Tatanan politik
tersebut mempengaruhi proses pembangunan (Samuel Huntington, 1968). Di beberapa negara
berkembang terutama di Afrika sub-Sahara terjadi kelangkaan tatanan politik dengan gejala meliputi
pemerintahan yang tidak efektif dan berumur pendek, kekerasan etnis dan kelas bahkan terjadi
perang saudara.

Negara yang tidak efektif dan ketidakstabilan politik dapat merugikan pembangunan. Menurut para
ahli pembangunan, ketidakstabilan politik menghambat investasi swasta dan penguasa yang
personalistik mengalihkan investasi publik (pajak rakyat) menjadi penggunaan yang tidak efektif.
Negara yang tidak efektif juga merugikan mayarakat karena mereka sering diawaki oleh angkatan
bersenjata, birokrasi sipil, dan polisi yang kurang professional. Alih-alih mengejar kepentingan publik,
agen negara menggunakan kekuatan atau kekuasaan yang mereka miliki untuk menekan dan
mengeksploitasi citizen (warga negara).

Masih menjadi pertanyaan mengapa negara berkembang berakhir menjadi lebih tidak efektif dari
negara lain. Ketika negara Korea Selatan dan India diatur dengan baik, mengapa Nigeria dan Tanzania
tidak?
Alasan menurut Kohli (2004)
1. Negara modern muncul di eropa dan menyebar dari sana ke non barat, seringkali melalui
pemaksaan kolonial. Kesesuaian antara negara sebagai bentuk politik dan unit politik pribumi sangat
buruk di beberapa negara berkembang, contohnya di Afrika sub Sahara yang tidak memiliki unit
politik terpusat berskala besar.
2. Dampak politik kolonialisme bervariasi di negara lain. Misal di Korea dan India, penjajah
meninggalkan negara yang berfungsi dengan baik daripada di Nigedria dan Tanzania.
3. Gerakan revolusioner dan nasionalisme menjadi agen penting pembentukan negara di negara
berkembang. Namun hal tersebut hanya berhasil di beberapa negara

NEGARA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI


Negara berkembang telah berusaha menghambat pertumbuhan ekonomi. Banyak negara Asia Timur,
seperti Korea Selatan dan Taiwan yang mencontohkan negara berkolaborasi dengan investor swasta
untuk memfasilitasi industrialisasi dengan cepat. Sebaliknya, elit penguasa di banyak negara Afrika
menggunakan kebijakan dan sumber daya negara bukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,
tapi lebih untuk memperkaya diri mereka sendiri dan pendukung politik mereka.

Kontroversi tersebut memunculkan dua aliran pemikiran yaitu neoliberal dan statis. Sarjana neoliberal
dan pembuat kebijakan menyatakan bahwa mengikuti logika pasar membantu alokasi sumber daya
yang efisien (Bank Dunia, 1987, 1991). negara di Asia Timur membantu menciptakan ekonomi terbuka
sehingga dapat menetapkan ekspor cepat produk padat karya (Balassa, 1988). sedangkan negara di
Afrika sub sahara dipandang melayani kepentingan perkotaan dengan mendistorsi harga di sektor
pertanian inti.

Terdapat ide sebagai strategi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang yang dilanda utang
dengan menekankan stabilitas makroekonomi, intervensi negara minimal, ekonomi terbuka dan
privatisasi perusahaan publik (Williamson, 1990).

Anda mungkin juga menyukai