Anda di halaman 1dari 33

Sesi 2

Muktamar Pemikiran Dosen PMII


Blue Print Indonesia Emas 2045

Pukul: 13.00 WIB


Hari, Tanggal: Senin, 05 April 2021
Tempat: Aula Arief Mutaqien Lt. 6, UIN SATU Tulungagung
Notulis: M. Agung Dimyati
Mohammad Rifai

Moderator: Dr. HM. Faisal (PB-IKA PMII)


Pemateri:
- Dr. H. Jazilul Fawaid S. Q., MA (Wakil ketua MPR RI)
- Dr. Ida Fauziyah, M.Si (Menaker RI) : Tantangan Sektor ketenagakerjaan
Menuju Indonesia Emas
- Drs. H. Akhmad Muqowwam (Ketum PB-IKA PMII) : Tata Kelembagaan
dan SDM Dosen IKA PMII
- Prof. Dr. Abd. Halim Soebahar (Direktur Pasca UIN KHAS Jember) :
Tantangan Pendidikan Tinggi Untuk Indonesia Emas
- Dr. Sony HB Harmadi (Bappenas) Tema: Posisi Saat Ini Menuju
Indonesia Emas
- Dr. H. Abdul Halim Iskandar, M.Pd (Mendes PDT RI) Tema: Mewujudkan
Indonesia Emas dari Desa; Memetakan Peran Perguruan Tinggi

Acara menurut rundown seharusnya dimulai pukul 13.00 WIB. Namun, baru dimulai
pukul 14.00 WIB karena menunggu para peserta yang sedang istirahat dan makan
di lantai bawah.

Moderator: Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Bapak ibu hadirin peserta Muktamar pemikiran, marilah kita ikuti bersama
pemaparan para narasumber pada tema Blue Print Indonesia Emas 2045, para nara
sumber kita yaitu oleh Dr.H. Jazilul Fawaid, Wakil Ketua MPR RI. Selanjutnya ada
Ketua Umum kita, Drs. KH. Akhmad Muqowam. Kemudian hadir juga senior kita
semua, Prof. Abdul Halim Soebahar, beliau adalah Direktur Pascasarjana UIN Khas
Jember Tepuk tangan untuk beliau.

Karena memang oleh panitia moderator jangan terlalu banyak komentar, supaya
diskusi kita menjadi panjang. Dan kemudian nanti Bapak Ibu sekalian akan hadir
secara tipping view Ibu Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia, ibu Dr. Hj. Ida
Fauziah. Kemudian juga nanti akan hadir secara Live Zoom, menteri Desa Gus
Abdul Halim Iskandar, Insya Allah beliau akan hadir bersama kita dan juga nanti
akan hadir Dr. Sony beliau adalah tokoh demografi dan juga saat ini berada di
Bappenas. Beliau nanti akan mengeksplorasi dan juga akan memberikan berbagai
pemikiran dan gagasan terkait dengan Blueprint Indonesia Emas.

Untuk mempersingkat waktu kesempatan pertama kami berikan kepada wakil ketua
MPR RI, bapak Dr H. Jazilul Fawaid. Kepada beliau kami persilahkan dan tentu kita
awali dengan tepuk tangan.

Jazilul Fawaid: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh


Bismillahirrohmanirrohim alhamdulillahirobbilalamin Allahumma sholli wasallim
wabarik ala sayyidina Muhammadin sayyidil mursalin rahmatan lil alamin wa ala alihi
wa shohbihi ajma'in Amma ba'du.

Yang saya hormati, senior sekaligus guru saya ketua PB IKA PMII, pembina partai-
partai, kata Cak Imin tadi, Pak Akhmad Muqowam.

Yang saya hormati, narasumber dari UIN Jember Pak Halim Soebahar, sahabat
saya Pak Faisal, moderator. Dan para peserta Muktamar Pemikiran Dosen PMII
yang saya hormati dan saya banggakan.

Pertama puji syukur saya diberikan kesempatan untuk hadir dan sekaligus urun
rembuk dalam rangka Muktamar pemikiran. Memang sejak saya dulu masuk di PMII.
Kebetulan saya ini dari perguruan tinggi yang kecil yaitu di Perguruan Tinggi Ilmu
Alquran. Kita bisa menjangkau punya wawasan luas, karena memang kita di kader.
Waktu itu diajari Nilai Dasar Pergerakan (NDP) dan macam-macam lah. Memang
tugas PMII itu membangun infrastruktur pikiran. Sehingga kalau ada Muktamar
pemikiran itu memang sudah relnya, sudah ada di jalur yang benar. Karena menurut
saya hari ini, itu memang harus ada sekelompok orang yang secara tekun
membangun infrastruktur pikiran. Supaya orientasi agama dan bangsa ini tidak
keluar dari jalur.

Makanya kalau disebut Muktamar pemikiran ini memang pikiran benar ini, bukan
pikiran ngeres. Karena yang di muktamarkan ini pikiran positif, bukan pikiran ngeres.
Makanya pasti semua di luar menunggu apa hasil dari Muktamar pemikiran ini. Ini
menjadi penting, kenapa temanya kemudian Blueprint Indonesia emas? Saya yakin
ini juga didasari oleh satu paradigma yang Rasulullah bersabda ada yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Sesungguhnya Allah akan mengutus, akan
menurunkan kepada umat ini di setiap permulaan 100 tahun itu ada orang yang
akan membuat agama ini cemerlang. Nah makanya negara juga ikut, Indonesia
emas itu ditandai oleh satu abad kelahiran atau kemerdekaan Indonesia.
Sebenarnya itu, dengan harapan ini bukan jargon. Memang ada orang yang nanti
akan lahir, kalau bahasa jawanya itu Satrio Piningit. Akan ada orang, ada kelompok
dari orang itu, mudah-mudahan dari PMII, yang akan membawa Indonesia menjadi
Indonesia emas.

Nah ini harus dirumuskan, artinya begini, 100 tahun Indonesia, 100 tahun Nahdlatul
Ulama kalau tidak dirumuskan dalam Muktamar pemikiran ini, maka yang disebut
orang yang akan memperbaiki agama, mereformasi agama, bukan dari kalangan
PMII. Nah sekarang kalau dari data pak Muqowam tadi kan kita menyebar dimana-
mana sebenarnya. Cuma yang paling banyak tentu di Kementerian Agama. Tadi
Mas Eselon 1 di Kementerian Agama, kenapa kita tidak pernah membahas Eselon 1
di kementerian keuangan, Dirjen pajaknya siapa, Dirjen perbendaharaan negara
siapa, Dirjen bea cukai siapa, kan begitu. Selalu Dirjen Madrasah, itu penting, tetapi
untuk menuju Indonesia emas tidak cukup kita bicara soal dosen-dosen agama.
saya ini dosen juga, saya mengawali karir saya terus terang dari dosen. Saya dosen
di Sekolah Tinggi Nahdlatul Ulama, jadi Stainu Jakarta yang sekarang berubah
menjadi UNUSIA. Awalnya lahir UNU, turun derajatnya menjadi Stainu, naik lagi
menjadi di UNUSIA. Dan Saya juga dengan teman-teman untuk mendapatkan lahan
di daerah Parung.

Sekarang kita petani satu-satu, untuk menyongsong satu abad Nahdlatul Ulama
untuk menyongsong Indonesia emas, ada empat pilar yang itu menjadi rumusan
yang harus terlampaui, yang harus dipikul oleh Satrio Piningit, oleh para mujadid
termasuk di Muktamar pemikiran ini.

Pilar pertama adalah pilar pembangunan sumber daya manusia dan iptek. SDM kita
coba di cross check satu-satu itu nanti. Apakah SDM PMII ini sudah lengkap atau
belum untuk menyongsong Indonesia emas. Tanpa itu kita akan hadir 100 tahun
Indonesia, akan hadir 100 tahun Nahdlatul Ulama, tapi kita ada di belakang bukan di
depan. Makmuman lillahi ta'ala. Padahal kita ini kan waj’alna Lil muttaqina imama,
itu doa kita. Tapi yang terjadi makmuman lillahi ta'ala, tidak boleh itu terjadi. 100
tahun ketika selesai Muktamar pemikiran PMII, maka kita imaman lillahi ta'ala,
Jangan makmuman, kalau makmuman itu bagiannya bukan kader itu, kan begitu.
Memang meniatkan bahwa Muktamar Pemikiran itu akan melahirkan siapa sosok
yang kira-kira bisa, dan juga infrastruktur pikiran untuk menyambut 100 tahun atau 1
abad Indonesia itu yang disebut Indonesia emas.

Sisi ilmu pengetahuan dan teknologi, coba masing-masing kita renungkan, apakah
PMII, alumni PMII itu mampu mengejar ketertinggalan ilmu pengetahuan dan
teknologi di mana mereka, siapa mereka, seperti apa merumuskannya? Karena itu
itu salah satu pilar bahwa Indonesia akan disebut Indonesia emas kalau SDM,
IPMnya, teknologinya maju. Teknologi kita apa nggak tahu saya. Saya dari kecil
kalau pegang pulpen itu pilot made in Jepang. Indonesia nggak tahu yang saya
pegang itu yang made in Indonesia itu yang mana? Kecuali gado-gado, onde-onde,
pecel. Karena saya dari Lamongan ya tentu kalau pecel lele made in Lamongan, itu
saja, yang saya tahu itu made in Indonesia itu ya pecel lele.

Yang kedua adalah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, kita juga harus
menkonstruksii pikiran apakah desain ekonomi Indonesia ini betul-betul bermanfaat
bagi rakyatnya, betul-betul itu diarahkan pada orientasi rakyat. Karena ekonomi kita
ekonomi berdasarkan kerakyatan sesungguhnya. Itu pilar yang harus kita punya.
Pilar yang ketiga, pemerataan pembangunan. Sebenarnya kalau boleh jujur, yang
paling tidak mendapatkan bagian itu sebenarnya ya PMII. Dari kue bangunan yang
nggak rata, saya aja yang masih dapat. Kalau kita lakukan survei soal pemerataan
pembangunan yang sekarang rasio gininya itu hampir 4%, itu di komparasi dengan
negara-negara itu menunjukkan bahwa negara kita itu bukan negara yang adil.
Karena rasio gini nya seperti itu. Syarat menjadi Indonesia emas itu pemerataan
harus terjadi bukan hanya pertumbuhan, tetapi pemerataan.

Pilar yang keempat adalah pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola
pemerintahan. Jadi teman-teman juga di Muktamar pemikiran, harus juga
memberikan pemikiran masukan terkait dengan ketahanan nasional. Orang kita ini
sudah dijajah sebenarnya. Makanan kalau di kota-kota besar itu kita sudah kalah
dengan makanan Jepang dan Korea. Pecel lele kesukaan saya yang itu dari Dapil
saya, itu kalau saya masuk Mall Pondok Indah enggak ada itu Pak. Adanya itu di
pinggir jalan Ciputat kalau di Jakarta. Enggak ada yang namanya pecel lele itu
masuk Plaza Tunjungan. Itu adanya di parkiran nya.

Nah kehadiran pemerintah untuk membantu tata kelola pemerintahan, ketahanan


nasional, yang disebut ketahanan nasional itu ketahanan budaya, ketahanan pangan
itu kita juga rentan. Kita itu mau bicara soal Indonesia emas tanpa satu kedaulatan
nggak mungkin. Kedaulatan pangan, kedaulatan buday. Bahkan anak saya saja itu
di kamarnya yang ditempel itu artis Korea. Saya juga nggak tahu siapa namanya.
Jadi itu sudah menjajah anak saya itu. Secara tidak sadar yang kita tonton, yang kita
banggakan itu produk orang lain gimana soal ketahanan nasional. Nah oleh sebab
itu, untuk kalimat terakhir saja. Karena ini dosen, saya menempatkan dosen itu di
kalangan intelektual dan cendekiawan. Saya bukan hanya sekedar komparasi saja,
bahwa pernah terjadi revolusi disuatu negara yaitu Iran. Salah satu desainer
pemikirnya itu adalah Ali Syariati.

Apa yang digunakan ketika itu? Itu yang disebut rausyan fikr. Jadi intelektual harus
menjadi rausyan fikr, dosen harus menjadi rausyan fikr. Artinya apa? Dosen jangan
hanya mengajar. Dosen itu harus hidup di masyarakat dan memberikan pencerahan.
Baru itu yang disebut dengan Muktamar pemikiran dosen PMII, baru itu. Kalau tidak
mencerahkan, maka selesai dari Muktamar ini kita akan kembali seperti biasa-biasa
saja. Makanya saya hanya menyampaikan usul saja, hendaknya para dosen PMII
yang tidak hanya mengajar, tapi dia terjun ke masyarakat untuk menyongsong
Indonesia emas. Dia berdiri tegak bersama masyarakat dan memberikan
pencerahan. Istilahnya kalau bahasa Pilpres dulu, kalau tidak sekarang kapan lagi,
kalau bukan kita siapa lagi.

Itu juga harus menyongsong Indonesia emas, harus itu, dan itu bisa dilakukan kalau
para dosen ini yang di depan saya ini. Ini menjadi rausyan fikr. Dia memancarkan
cahaya, dia memberikan pencerahan. Sehingga masyarakat cerdas sehingga
melakukan lompatan perubahan dan kita melukis jalan sejarah, bahwa dosen PMII
bahwa hasil muktamar pemikiran memberikan arah pikiran sekaligus gerakan agar
Indonesia emas tahun 2045.

Mungkin kalau saya masih ada jatahnya atau tidak Ini? Kankalau kita pakai
ukurannya 1945, maka 2045 itu terjadi perubahan. Kalau kita pakai penanggalannya
Nahdlatul Ulama 1926 maka 2026, kalau itu kemungkinan saya masih dapat itu.
Makanya momen Pilpres 2024, menurut saya karena saya di politik tentu perspektif
saya politik. Mau tidak mau, PMII harus hadir di situ dan PMII yang memimpin.
Untuk membuktikan bahwa setiap 100 tahun ada pembaharu. Dan ini tahun 2026
kalau pakai penanggalan masehi, tapi kalau pakai penanggalan qomariyah itu kita
sudah 98 tahun Nahdlatul Ulama. Artinya 2023 sangat dekat. Tapi kok kelihatan
belum muncul ini siapa yang disebut, yang membangun pikiran dan sekaligus
memimpin pikiran untuk memperbaiki keadaan.

Saya pikir itu Pak Faisal, mudah-mudahan selepas dari Muktamar pikiran ini, kalau
sudah satu pikiran lanjut pada satu gerakan. Kalau sudah satu pikiran, maka harus
melangkah karena pikiran tanpa gerakan, tanpa amal, itu kalau di pesantren seperti
pohon nggak ada buahnya, omong-omong doang. Harus beranjak kita itu menjadi
gerakan yang memang menghasilkan sesuatu. Mudah-mudahan Muktamar
pemikiran ini akan melahirkan kalimatun Toyyibah. Satu kata yang pasti yang benar
yang di situ diumpamakan seperti pohon yang akarnya kuat. Mudah-mudahan dosen
PMII ini memiliki akar yang kuat, cabang dan ranting yang menjulang. Dan dapat
dimanfaatkan kapanpun, dimanapun,dan selalu siap siaga.

Selamat sekali lagi untuk Muktamar pemikiran dan seluruh peserta. Yang penting ke
depan ini kita bersiap agar Indonesia emas, kita bukan hanya penonton tapi kita juga
mendesain dan kita juga memimpin. Demikian, wallahu wallahul muwafiq Ila
aqwamith Thariq. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Moderator: Terimakasih kepada Gus Jazil, Saya kira selain 4 pilar yang disebutkan
tadi yang paling penting yang disebutkan adalah bagaimana melalui Muktamar
pemikiran ini menjadi salah satu ikhtiar dosen PMII untuk membangun infrastruktur
pemikiran. Itu catatan penting yang nanti tentu akan kita diskusikan secara panjang
lebar

Selanjut untuk mempersingkat waktu, kita berikan kesempatan yang kedua, kepada
Prof. Abdul Halim Soebahar untuk menyampaikan gagasan dan pikirannya terkait
Indonesia emas ini. Monggo, Prof.

Prof. Abd. Halim: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bismillah alhamdulillah wassalatu wassalamu ala sayyidina Muhammadin ibni


Abdillah wa ala alihi wa shohbihi ajma'in Amma ba'du

Yang sangat kami hormati, sahabat moderator Dr. Faisal. Sahabat Dr H. Jazilul
Fawaid. Yang kami muliakan dan senior kita Bapak KH. Ahkmad Muqowam beserta
para peserta sekalian yang sangat kami banggakan.
Alhamdulillah beberapa hal kami sudah menyimak beberapa informasi pemikiran
sekaligus greneng-greneng peserta ini. Tapi ada satu hal yang terlupakan, ketika
kita bicara tentang generasi baru. Generasi yang akan menuju pada Indonesia emas
ini kelembagaan perguruan tinggi di pesantren sering kita lupakan. Kalau saya
bicara tentang perguruan tinggi Pesantren adalah perguruan tinggi yang khas hanya
ada di pesantren. Misalkan Ma'had Aly, Ma'had aly itu sekarang sedang melakukan
rekonstruksi pada berbagai hal. Begitu UU No 18 tahun 2018 tentang pesantren.
Kemudian ada PP nomor 30 tentang pendirian dan penyelenggaraan pesantren. Ada
Peraturan Pemerintah Nomor 31 tentang pendidikan pesantren. Kemudian nomor 32
tentang Ma'had Aly. Itu ternyata Ma'had aly tumbuh dan berkembang sangat pesat,
justru malah mengalahkan jumlah PTKIN yang ada di Indonesia.

Sebelum UU Pesantren itu diundangkan, Ma’had Aly itu sedikit sekali. Tapi ternyata
sampai akhir tahun 2020 kira-kira bulan Oktober, jumlah Ma'had aly sudah mencapai
54 perguruan tinggi, dan itu sangat luar biasa. Bagaimana pesantren itu
mempersiapkan SDM yang diperkirakan nanti itu akan memiliki peran yang sangat
besar di masyarakat. Memang program studinya terbatas pada program-program
studi agama sebagaimana di IAIN, di STAIN. Tetapi penguatan, kalau tadi disebut
ada infrastruktur pemikiran itu sangat luar biasa. Karena diantara kelebihan Ma'had
aly, mereka yang tarekrut sebagai mahasiswa adalah mereka yang pintar bahasa
Arab, mahir baca kitab kuning. Itu prasyarat utama.

Tentu saja basis-basis keilmuan mereka, itu akan mempermudah mereka untuk
akses terhadap suatu referensi utama dalam kajian keislaman dan pendidikan. Oleh
karena itu, saya mereview pernah Profesor Mukti Ali menyampaikan pemikirannya
setelah beliau melakukan riset terhadap beberapa pesantren yang ada di Indonesia
dan beberapa pendidikan yang ada di komplek pondok pesantren. Dia
menyimpulkan begini, tidak ada lembaga pendidikan yang lebih baik dibanding
lembaga pendidikan yang ada di komplek pondok pesantren. Tidak ada sekolah atau
madrasah yang lebih baik dibanding sekolah dan madrasah yang ada di pondok
pesantren. Kenapa? Karena kalau sekolah itu berada tidak di kompleks pesantren,
maka sekolah itu hanya berhasil membina otak tapi gagal membina watak. Tetapi
kalau sekolah, madrasah, perguruan tinggi itu ada di kompleks pesantren, maka
kedua-duanya itu akan berhasil. Otak iya, watak juga iya.

Otak itu karena di pesantren, di sekolah madrasah maupun di Ma'had aly, itu dibina
memang oleh orang-orang yang memiliki kompetensi tinggi di bidang keilmuan.
Sementara watak dengan iklim pendidikan yang ada di pesantren itu ternyata luar
biasa efeknya. Kemudian pada tahun 2011, Asia Foundation mengkoordinir
beberapa lembaga kajian dan penelitian, termasuk bekerjasama dengan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, UIN Jogja, UIN Surabaya, LKiS, Paramadina, dan ada sekitar
20an lembaga penelitian dan kajian yang ada di kampus –kampus. Yang meneliti
tentang efektivitas pendidikan nilai-nilai karakter antara di pesantren Madrasah
dengan sekolah. Apa hasilnya? Ternyata tidak ada satuan pendidikan madrasah
atau sekolah dalam penanaman nilai-nilai karakter yang lebih berhasil dibanding
dengan nilai-nilai karakter yang dikembangkan di pondok pesantren.

Karakter ini saya kira penting dan ini harus menjadi modal dasar bagi generasi baru
menuju Indonesia emas. Sebab kalau karakter ini sudah di nomor sekian kan, maka
bisa jadi generasi kita yang akan datang ini adalah generasi yang tidak memiliki jati
diri yang jelas. Oleh karena itu kenapa Ma'had Aly itu penting bagi kami, dan kenapa
keterlibatan PMII itu harus selalu hadir dalam rangka mendampingi perkembangan
Ma'had aly ini dan secara kebetulan ini ketua panitianya itu alumni Ma'had Aly.
Memang alumni Ma'had aly itu hebat-hebat memang. Dan kedepan ini adalah
Ma’had Aly itu menjadi bentuk perguruan tinggi yang diakui oleh undang-undang No.
12 tahun 2012 juga pada undang-undang Pesantren. Saya kira perkembangannya
ini akan semakin pesat di masa-masa yang akan dating. Oleh karena itu, kalau kami
bicara tentang sistem pendidikan yang khas Pesantren itu hanya tiga. Satuan
pendidikan muadalah, pendidikan diniyah formal, dan Ma'had aly. Dan ini memang
hebat-hebat khususnya yang pendidikan diniyah formal dan Ma'had aly yang ini ada
di pesantren-pesantren besar yang ada di Indonesia.

Seperti di sini ada Prof Fathoni itu adalah santri Sidogiri, kalau Prof Haris itu adalah
santri Sukorejo. Semuanya sekarang memiliki Ma'had aly di pesantren-pesantren
besar. Oleh karena itu, saya kira PMII ini tidak seperti kacang yang lupa pada
kulitnya ya. Jadi banyak sekali basis-basis potensi PMII ini yang berlatar belakang
Pesantren. Dan sekarang Pesantren itu memiliki lembaga pilot project yang tadi
saya sebutkan dengan Ma'had aly dan ini menjadi energi baru yang akan menjadi
pesaing baik Universitas Islam Negeri, IAIN, maupun STAIN yang ada di Indonesia.
Karena ini memiliki karakteristik yang jelas sebagai lembaga pendidikan pilot project
yang ada di pesantren.

Cuman sekarang harus ada percepatan pengembangan SDM seperti yang tadi
disampaikan oleh Bapak Dr. H. Jazilul Fawaid. Karena SDM di pesantren itu
memang problem utamanya seperti saja di Ma'had Aly dosen itu yang Doctor sangat
kurang yang memang ahli di bidang itu. Satu-satunya yang Doctor, Doctor Honoris
Causa adalah Dr Afifuddin Muhajir yang dapat Doktor gelarnya dari UIN Walisongo
Semarang. Beliau memang hebat di bidang fiqih dan Ushul Fiqh. Dan program studi
yang ada di Ma'had aly apakah itu program sarjana maupun program magister itu
adalah fiqih dan Ulumul fiqh. Dan sekarang banyak sekali problem-problem dan
program studi yang dikembangkan di Ma'had aly.

Di Jawa Timur ini sebagai kasus yang mungkin nanti bisa di backup oleh Pak Dr H.
Jazil Fawaid ini. Jawa Timur itu untuk pengembangan SDM itu banyak beasiswa.
Yang pertama Ma'had aly itu ada 26 Ma’had aly yang setiap tahun itu mendapatkan
beasiswa 10 orang yang untuk studi S2. Studi S2 di perguruan tinggi Jawa Timur
yang ada S2 nya. Dan semuanya kebagian itu ternyata. Kmudian yang dikuliahkan
S1, yaitu mereka guru Madin ada yang kuliah S1, ada yang kuliah S2, dan ada yang
sekarang ini 50 orang yang itu diberi beasiswa secara kompetitif untuk melanjutkan
studi di Al Azhar. Karena kebetulan mungkin dua minggu kedepan kami ke situ
dalam rangka survei terkait dengan reposisi tempat mereka ketika mereka sedang
belajar. Itu ada 50 orang. Ini percepatan-percepatan sehingga pemerintah itu hadir,
Insyaallah kelembagaan pendidikan yang ada di pondok pesantren apakah itu
Ma'had aly, apakah pendidikan diniyah formal, maupun satuan pendidikan muadalah
yang sudah disahkan dan ada undang-undang no. 18 tahun 2019 itu akan
berkembang secara pesat.

Jadi memang saya sangat setuju kalau persoalan utama itu sangat terkait dengan
persoalan SDM. Dan itu sangat dirasakan tetapi ketika SDM pesantren atau
lembaga pendidikan yang ada di pondok pesantren itu disentuh oleh program
pemerintah, itu akan dahsyat perkembangannya. Kenapa? Karena Pesantren itu
lebih dari 100 tahun, tidak pernah hadir pemerintah untuk mendampingi pendidikan
yang ada di pesantren. Begitu pemerintah itu hadir, apalagi dengan payung hukum
yang kuat undang-undang Pesantren, ada 3 PMA sebagai aturan operasional dari
pesantren, maka perkembangan SDM itu akan tumbuh dengan pesat. Oleh karena
itu, kaitan dengan persoalan keilmuan memang problem utamanya Ma'had aly atau
lembaga pendidikan yang ada Pesantren itu masih numpuk di Kementerian Agama
atau di prodi-prodi umum sehingga distribusi kader PMII itu memang banyak
menumpuk kalau tidak di dosen, kalau di Kementerian itu biasanya di Kementerian
Agama. Sementara sangat sedikit yang ada di kementerian yang lain.

Yang ketiga itu saya kira sinergi itu sangat penting. Oleh karena itu, sinergi itu
menjadi tantangan bagi siapapun di depan. Kita tidak bisa bekerja sendiri, kita
bekerja harus bersama-sama. Oleh karena itu yang sering dikemukakan, kita tidak
bisa menjadi superhero hanya hebat sendiri, tetapi kita harus bersama-sama
menjadi super tim. Agar supaya kemajuan kita itu bisa dirasakan bersama-sama di
masa yang akan datang.

Itu mungkin, sementara yang dapat kami sampaikan. Kami kembalikan ke moderator
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Moderator: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih kepada


Prof.

Bapak Ibu sekalian sebelum kita nanti diskusi. Alhamdulillah untuk informasi panitia,
bahwa Bapak menteri Desa dan PDT, Gus Abdul Halim Iskandar telah hadir
bersama kita dan juga akan memberikan gagasan, pemikirannya, dalam forum
Muktamar pemikiran dosen PMII ini. Coba kita sapa dulu. Assalamualaikum Gus
Menteri apa bisa monitor?

Abdul Halim Iskandar: Terima kasih Pak Faisal.

Moderator: Gus Menteri apa kabar, Gus? Bapak ibu sekalian mari kita berikan
tepuk tangan kepada Menteri Desa dan PDT. Alhamdulillah telah hadir bersama kita
pada kesempatan ini. Sebagai informasi Gus Menteri, ijin kami sampaikan informasi
singkat jumlah peserta yang hadir dalam pembukaan Muktamar pemikiran dosen
PMII ini menurut catatan panitia tadi 400 lebih yang hadir, Gus menteri. Dan
Alhamdulillah tetap menggunakan protokol kesehatan. Dan juga hadir tadi, Ketua
Umum PKB yang juga wakil ketua DPR RI dan saat ini ada Gus Jazil. Kemudian ada
juga Ketua Umum PB IKA PMII, mas Muqowam dan juga Pak Direktur Pascasarjana
UIN Khas Jember.

Gus Menteri kami persilakan waktu kurang lebih 20 sampai 25 menit, Gus menteri
untuk menyampaikan berbagai gagasan dan pemikiran terkait dengan Muktamar
pemikiran dosen PMII dengan tema besar yaitu Blue Print Indonesia Emas. Monggo
Gus Menteri.

Abdul Halim Iskandar: Mohon ijin Pak Faisal, saya usul gimana kalau Pak Soni
dulu biar beliau menyampaikan gagasannya dulu, tamu kita. Kalau saya kan bagian
dari keluarga besar maka kita mohon dari Pak Soni dulu. Usul Pak moderator.

Moderator: Ijin panitia.Pak Soni sudah siap? Assalamualaikum Mas Soni bisa
monitor?

Sony: Waalaikumussalam, Pak Faisal

Moderator: Alhamdulillah, kita berikan tepuk tangan kepada Mas Soni. Saya kira
banyak tulisan-tulisan beliau yang menghiasi jagat dunia maya dan juga jagat
pendidikan terutama tulisan-tulisan beliau yang paling menarik itu ketika berbicara
tentang demografi. Banyak sekali gagasan pikiran dan juga konsep-konsep yang
disampaikan oleh Mas Soni. Untuk mempersingkat wakt, Mas Soni ada kurang lebih
20 sampai 25 menit waktu untuk Mas Soni memberikan berbagai gagasan di forum
Muktamar pemikiran dosen PMII yang ada di Tulungagung.

Sony: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Yang terhormat Pak Menteri Gus Halim, ini guru saya beliau dari dulu. Senang sekali
ketemu Gus Halim lagi. Terima kasih pak Menteri, mohon terus dukungannya.
Kemudian juga ada guru saya juga, Kyai Ahkmad Muqowam senior yang luar biasa.
Juga Pak Jazilul, terima kasih bapak wakil ketua MPR RI. Lalu juga tentunya para
narasumber yang sudah hadir termasuk tadi Pak Halim Soebahar, terima kasih
paparannya.

Baik saya singkat saja terima kasih atas undangannya, dan juga selamat pagi
teman-teman PMII. Muktamar ini luar biasa, sebuah terobosan untuk mencari
bagaimana format Indonesia emas tahun 2045. Jadi 100 tahun Indonesia merdeka
ini memang sangat penting dan harusnya kita punya target-target pencapaian yang
luar biasa. Sehingga kita keluar dari negara berkembang menjadi negara maju.
Mohon izin sesuai arahan pak Menteri ini, saya tadi sebetulnya diinstruksikan tadi
oleh pak menteri Desa ini sebagai mantan pimpinan kami.
Jadi Bapak Ibu sekalian, pertama saya akan cerita dulu tentang kondisi
kependudukan Indonesia 2020. Kemarin sudah selesai hasil sensus penduduk 2020
dan berdasarkan hasil sensus tersebut jumlah penduduk kita sudah mencapai 270,2
juta jiwa. Lalu kemudian kepadatan penduduk Indonesia sekitar 141 jiwa per km 2 ini
naik tentunya. Lalu kemudian, kita bersyukur bahwa laju pertumbuhan penduduk kita
menurun dari keberhasilan program KB bahkan kita sekarang sudah diangka 1,25%
dari yang sebelumnya pada Sensus Penduduk 2010 1,39% atau 1,4% ini
menunjukkan bahwa masyarakat kita sudah lebih menekankan pada aspek kualitas
dari anak, ketimbang kuantitas.

Lalu kemudian kita lihat piramida penduduk kita mulai gemuk di tengah dan akan
gemuk di atas dalam beberapa tahun kedepan. Lalu juga kita perhatikan jumlah
penduduk paling banyak di Jawa Barat seluruh Indonesia mencapai 48,27 juta
orang. Nomor dua Jawa Timur, kampungnya Gus Halim dan kampung saya juga,
yaitu 40,67 juta lalu disusul oleh Jawa Tengah. Jadi inilah 3 Provinsi dengan jumlah
lah penduduk paling banyak dan tentunya karena saya kebetulan sekarang di
Satgas penanganan Covid-19 ini juga menjadi 3 Provinsi dengan kasus yang cukup
tinggi selain DKI Jakarta.

Lalu kemudian Bapak Ibu sekalian, ada beberapa provinsi di luar DKI Jakarta
dengan jumlah penduduk lebih dari 8 juta diantaranya Sumsel-Lampung, Sulsel dan
Sumut, kemudian kita tahu bahwa konsentrasi penduduk kita masih didominasi di
Jawa sekitar 56,1% tetapi persentase penduduk di Maluku dan Papua ini mulai naik.
Lalu kemudian yang stagnan itu sebetulan Jawa dan Sumatera, mulai naik juga
secara presentase di Kalimantan. Lalu kemudian jumlah penduduk laki-laki kita
sedikit lebih banyak dibanding perempuan. Jadi kalau sekarang sebetulnya bukan
masanya poligami ini, karena jumlah penduduk laki-laki, jumlah penduduk
perempuan hampir sama. Hampir seluruh provinsi di Indonesia jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak daripada perempuan, kecuali yang agak berimbang di provinsi
Jawa Timur, NTB, dan NTT.

Kemudian Bapak Ibu sekalian, ini satu hal yang cukup mengagetkan karena ternyata
terjadi lonjakan penduduk usia produktif jadi yang warna kuning ini usia 15 sampai
64 tahun itu melonjak sampai 70,72%. Padahal perkiraan kita di tahun 2020
sebelumnya itu proyeksi penduduk kita hanya sekitar 67-68%. Kenapa kita tiba-tiba
mengalami lonjakan penduduk usia produktif yang besar? Salah satunya karena
ternyata cukup banyak orang yang pulang dari luar negeri selama masa pandemi
dan mereka kembali ke Indonesia dalam kondisi mereka membawa penduduk usia
produktif. Terjadi lonjakan lagi penduduk usia produktif di dalam negeri. Lalu
kemudian ini komposisi penduduk kita ini menarik bahwa ternyata dari 100%
penduduk Indonesia, 28% adalah generasi Z. Jadi 28% dari penduduk kita itu
adalah generasi Z yang lahir tahun 1997 sampai 2012.

Yang kemarin dibahas kalau ini juga punya resiko untuk terpapar radikalisasi. Jadi
ini juga perlu menjadi perhatian kita lalu kemudian generasi yang kedua yang
komposisinya cukup besar adalah generasi milenial sekitar 25,87%. Jadi kalau
generasi milenial dan generasi Z Ini digabung, jumlahnya sudah 53% sendiri.
Sedangkan generasi saya yaitu generasi X ini sekarang yang persentasenya kira-
kira 21,88%. Jadi apa manfaat kita mengetahui struktur umur ini, untuk mengetahui
bagaimana cara berfikir masyarakat Indonesia. Jadi setiap kelompok umur itu dia
mempunyai cara berfikirnya sendiri-sendiri. Sebagai contoh, generasi Z ini adalah
generasi yang lahir 1997 sampai 2012, dimana tingkat persaingan sudah sangat
tinggi. Jadi mereka masuk SD bersaing, masuk SMP bersaing, masuk SMA
bersaing, masuk kuliah bersaing, dapat kerja bersaing, dan seterusnya. Dan mereka
ini cenderung individualis, jadi mereka cenderung lebih pintar connected kids. Jadi
mereka bisa mahir komputer dengan sangat baik, tetapi karena mereka tidak punya
waktu diluar belajar dan tidak punya waktu untuk bersosialisasi kecenderungannya
generasi Z ini cenderung lebih individualis.

Kalau kita lihat generasi milenial berbeda lagi, generasi X berbeda lagi, dan
seterusnya. Lalu kemudian Bapak Ibu sekalian ini juga perlu kita lihat bahwa indeks
pembangunan manusia kita terus naik, tetapi memang dengan adanya pandemi ini
ada potensi IPM kita bisa saja turun. Komponen IPM yang bisa kita lihat di sini apa?
Satu, usia harapan hidup kita ini sudah diangka 71 tahun. Jadi kalau sudah 71 tahun
dengan adanya pandemi kalau terjadi peningkatan angka kematian terutama pada
kelompok bayi dan balita, usia harapan hidup kita bisa turun. Lalu kemudian rata-
rata lama sekolah kita ini sekarang sudah di angka 8,34 tahun untuk usia dewasa.
Jadi Bapak Ibu sekalian begini, kita itu sebenarnya IPM-nya sudah naik terus, tapi
kita punya potensi IPM kita untuk turun termasuk rata-rata lama sekolah dan
harapan lama sekolah.

Harapan lama sekolah ini untuk anak-anak usia muda, yang kira-kira sekarang jika
sekolah itu masuk SD dia punya harapan sampai semester 1 semester 2 di
perguruan tinggi. Lalu kemudian harapan lama sekolah ini, bisa turun karena terjadi
Drop Out. Jadi selama masa pandemi ini ada kecenderungan bisa terjadi Drop Out
yang lebih tinggi daripada kondisi biasanya karena orangtua mengalami kesulitan
ekonomi, anak juga mengalami beban psikologis, dan seterusnya. Nah ini yang perlu
kita perhatikan. Apalagi alhamdulillah disini ada pak menteri. Kita itu sebetulnya
sejak tahun 2020-2024 kita berada dalam periode puncak untuk bonus demografi.
Bahkan bapak Presiden dalam pidato kenegaraan tahun 2019, bahwa antara tahun
2020-2024 kita berada dalam puncak periode bonus demografi.

Jadi bonus demografi ini adalah rentangnya dari 2012 sampai 2040 tapi kondisi
terbaiknya justru di tahun 2020-2024 atau di RPJMN kelima dari RPJPN 2005-2025.
Jadi Bapak Ibu sekalian kita berada di kondisi puncak, namun sayangnya ketika kita
berada di puncak justru berada di kondisi pandemic. Nah jadi diharapan lama
sekolah harusnya bisa naik tetapi ini juga ada potensi tergerus. Lalu pengeluaran
kapita per kapita kita juga sudah cukup tinggi. Dan harapannya tidak turun tetapi
dengan pertumbuhan ekonomi yang negatif juga bisa mengalami penurunan. Lalu
kemudian bagaimana kondisi kualitas SDM kita ini yang menjadi PR. Bapak Ibu
sekalian untuk mencapai Indonesia emas 2045, kita ini Insya Allah bisa. Karena
Indonesia itu sebetulnya mengalami lamanya siklus tujuh abad, siklus 700 tahunan
yaitu dari mulai tahun abad ke-7 yaitu dengan kejayaan Sriwijaya, lalu kemudian
abad ke-14 dengan kejayaan Majapahit dan harapan kita di abad ke-21 kita bisa
mencapai kejayaan Nusantara kembali.

Jadi dengan siklus 700 tahunan atau 7 abad tadi kita berharap. PR kita adalah
angka partisipasi sekolah SMA dan perguruan tinggi ini cenderung masih rendah.
Dan juga yang menarik begini kalau kita perhatikan ternyata siswa-siswa kita yang
berprestasi termasuk mahasiswa, itu lebih banyak perempuan. Jadi kalau anak saya
misalnya dipanggil gitu ya, pengumuman siapa saja yang terbaik, bisa 9 perempuan
yang 1 itu laki-laki. Jadi anak-anak perempuan kita ini punya prestasi yang luar
biasa. Sayangnya mereka biasanya dengan prestasi yang begitu tinggi sudah bisa
mencapai pendidikan bagus dan bahkan mereka menonjol secara akademik mereka
biasanya kemudian tidak melanjutkan, dalam artian setelah lulus ia menikah terus
kemudian tidak masuk ke pasar kerja dan seterusnya. Ini menjadi PR kita.

Angka stunting kita pak Menteri Desa Gus Halim punya PR dengan kepala BKKBN.
Menurunkan angka stunting kita yang masih tinggi sepertiga dari balita kita
mengalami stanting atau kurang pertumbuhannya. Kenapa bisa terjadi stunting itu,
seorang anak bisa mengalami stunting atau pertumbuhan yang tidak optimal karena
dia biasanya mengalami lingkaran infeksi berulang. Infeksi berulang ini bisa karena
airnya kotor bisa karena kemudian lingkungan rumahnya tidak bersih dan
seterusnya. Jadi dia mengalami infeksi berulang ketika dia mengalami infeksi suhu
tubuhnya naik 1 derajat Celsius, justru mereka itu justru membutuhkan tambahan
asupan makanan 10%. Jadi biasanya makan 100% harus makan 110% karena
untuk melawan infeksinya tetapi umumnya anak-anak yang sedang sakit Itu justru
sulit untuk makan dan kemudian ditambah dengan kemampuan orang tua untuk
memberikan makanan yang bergizi terbatas sehingga terjadi namanya defisiensi
atau defisit dari nutrisi atau gizi. Akibatnya terjadilah kekurangan gizi dan anak
mengalami gagal tumbuh.

Lalu kemudian ini bukan kebetulan ya pak menteri, ini memang kami tulis sebelum
ketemu pak menteri. Jadi peran pembangunan Daerah dan desa ini luar biasa ini
sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM Indonesia ini beberapa dampak
Covid-19 terhadap empat pilar bonus demografi. Yang pertama adalah dalam hal
pendidikan sekolah dari ini juga bisa menurunkan motivasi anak tetapi ini yang
terbaik memang kalau kita belajar dari pengalaman flu Spanyol 1918-1920 anak-
anak yang hidup pada saat itu, dan usia sekolah pada saat mereka mencapai
kondisi prestasi yang jauh lebih rendah daripada generasi diluar itu. Jadi ini memang
resiko yang dihadapi oleh dunia bukan hanya Indonesia bahwa flu Spanyol pelajaran
dari flu Spanyol anak-anak usia sekolah yang berada di zaman pandemi cenderung
prestasinya, karirnya, juga atau kinerjanya rendah daripada anak-anak diluar itu.
Penurunan potensi kualitas pendidikan anak juga harus memastikan bahwa tidak
ada peningkatan anak putus sekolah yang akan berpengaruh pada IPM. Siapa yang
bisa memastikan? Tentu komunitas di desa yaitu memastikan anak usia sekolah
tidak putus sekolah, lalu kemudian kesehatan juga anak sekarang takut untuk
fasilitas kesehatan di tingkat pertama Puskesmas atau klinik karena faktor tertular.
Sehingga sekarang banyak kehamilan yang tidak diperiksa. Kemudian juga jadwal
imunisasi anak juga menjadi terganggu. Jadi Bapak Ibu sekalian mohon ini bisa
menjadi perhatian dan kami yakin teman-teman di PMII punya konsen yang sangat
bagus terutama juga dalam hal 1000 hari pertama kehidupan dalam pemenuhan
gizi. Pak menteri Desa Halim berkali-kali menyampaikan bahwa pemenuhan gizi di
desa sangat penting untuk mendukung program penurunan stunting nasional. Lalu
kemudian kita juga mendorong produktivitas masyarakat yang justru di masa
pandemi ini harusnya kita bisa mengakumulasikan produktivitas kita dengan belajar
hal yang baru. Kemudian membaca hal yang baru dan seterusnya. Oleh karenanya
teman-teman di PMII, alumni PMII bisa bergerak untuk mempersiapkan. Begitu
selesai kita pandemi produktivitas nalik dan kita menyongsong Indonesia emas 2045
dengan baik.

Ini juga ada PR Keluarga Berencana di mana ada yang namanya unwanted
pregnancy yaitu kehamilan yang tidak diharapkan. Karena terlalu banyak di rumah.
Bapak Ibu sekalian beberapa hal itu bonus demografi yang sudah saya sampaikan
bahwa sekarang kita berada di titik terendah. Titik terendah depandancy ratio itu
artinya rasio ketergantungannya paling rendah. Sekarang angkanya itu 45, artinya
setiap 100 penduduk usia produktif hanya menanggung 45 orang penduduk usia non
produktif. Bayangkan, 40 tahun yang lalu setiap 100 penduduk usia produktif yang
menanggung lebih dari 70 orang penduduk usia non produktif. Jadi kita sekarang
beban tanggungan orang produktif itu sudah turun dan kita berada dalam kondisi
puncak yang namanya disebut sebagai the window of opportunity 2020-2024
menjadi kunci kita untuk memanfaatkan momentum 2020-2024 agar betul-betul siap
di 2045 menjadi generasi emas.

Bapak ibu sekalian, Bonus demografi dikatakan berhasil apabila kita bisa
mentransformasi bonus demografi menjadi bonus kesejahteraan. Jadi bonus
demografi itu baru sebatas potensi. Baru sebatas potensi, dan kita bisa dorong
menjadi bonus kesejahteraan.. Ciri-cirinya apa bonus demografi yang berhasil?
Yang peningkatan jumlah tenaga kerja produktif, yang kedua penumpukan kekayaan
tabungan yang lebih besar. Karena sekarang menanggung usia produktif lebih
sedikit, kemampuan menabung masyarakat meningkat, dan yang ketiga
memperbaiki diri dengan kualitas SDM yang lebih baik.

Nah kemudian siapa yang akan menjadi pemimpin kita di generasi saat Indonesia
emas 2045? Ternyata mereka yang saat ini usianya antara 0 sampai 19 tahun. Jadi
kalau kita tahu Mas menteri Pak Nadiem Makarim, sekarang usianya di usia 34
tahun, nah ini nanti yang akan menjadi pimpinan kita di tahun 2045 adalah mereka
yang sekarang usianya antara 10 sampai 19 tahun. Dan Bapak Ibu sekalian, mereka
tentu terdampak dengan adanya pandemi ini ketika mereka sedang bersekolah.
Kemudian ini generasi emas 2045 itu adalah mereka harus terpelajar. Terpelajar itu
bukan hanya capaian tingkat pendidikannya tinggi, tetapi mereka mampu
memanfaatkan mereka untuk lebih produktif dan kreatif. Dan mereka itu bisa
menjadi generasi cerdas kreatif inovatif. Tapi PR kita berikutnya, Tadi saya sudah
bilang karena generasi Z inilah yang akan menjadi pemimpin di 2045. Mereka ini
cenderung generasi yang lahir pada masa kompetisi yang begitu tinggi. Jadi
population pressure, tekanan penduduk yang begitu besar menyebabkan kompetisi
dari generasi Z ini sangat tinggi. Nggak punya waktu dia untuk sosialisasi waktu kecil
sih saya sering main gobak sodor, main misalkan mobil-mobilan pakai dari kulit jeruk
Bali, dan seterusnya. Tapi kalau generasi jadi ini nggak punya waktu. Sehingga
mereka cenderung pintar, cerdas, kreatif, inovatif, tapi tidak memiliki karakter yang
kuat.

Nah teman-teman Pesantren ini punya peran sangat penting di dalam membangun
karakter yang kuat. Sehat dan menyehatkan, sehingga mereka sehat dan juga
melindungi orang lain seperti sekarang, yaitu kampanye 3M, kampanye pakai
masker itu ya sehat, tapi juga menyehatkan.

Dan kemudian peradaban unggul jadi ini yang kita harapkan nasionalisme kita juga
menonjol. Lalu kemudian dengan karakter budaya yang kuat, saya pikir demikian. Ini
masih banyak soalnya, nanti pak menteri, saya dimarahin Pak Menteri ini. Mohon
maaf tidak menggurui pak menteri, tetapi ada beberapa hal yang perlu kita
perhatikan. Mudah-mudahan pertemuan kali ini teman-teman IAIN Tulungagung juga
bisa menyiapkan bagaimana strategi generasi emas kita di masa mendatang.

Sekali lagi terima kasih, mohon maaf jika ada yang kurang bahasa. Kami kembalikan
lagi mohon maaf jika ada yang kurang.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Moderator: Baik terima kasih kepada Pak Soni yang telah memaparkan materi yang
sangat luar biasa. Sehingga kita tahu apa yang akan menjadi bahan kita bersama
untuk merumuskan agenda-agenda strategis menuju Indonesia emas 2045.

Baik Bapak Ibu sekalian selanjutnya kita akan mendengarkan paparan materi dari
Menteri Desa dan PDT, Gus Halim Iskandar. Mari kita berikan aplus kepada Menteri
Desa dan PDT beliau akan memaparkan berbagai pandangan beliau. Gagasan dan
juga pemikiran terkait dengan Indonesia emas. Pada Gus menteri kami persilahkan.

Abd. Halim Iskandar: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Terima kasih moderator Bapak Faisal, Terima kasih Pak Soni sudah lama tidak
ketemu Pak Soni. Alhamdulillah bisa ketemu di forum IKA PMII. Yang kita
banggakan Pak Ahkmad Muqowam senior kita semua, termasuk senior saya ya.
Juga Pak Halim Soebahar salah satu narasumber Pak Jazilul Fawaid yang sudah
banyak menyampaikan gagasan makronya. Kemudian Bu Ida Fauziyah dan seluruh
peserta Muktamar pemikiran Ikatan Keluarga alumni PMII yang saya banggakan.

Saya sangat tersanjung dan bersyukur menjadi bagian dari satu kegiatan yang
sangat luar biasa, yang digagas dan dilaksanakan oleh sahabat-sahabat IKA PMII
dan kebetulan saya juga merupakan salah satu anggota dari IKA PMII meskipun dari
kelompok minoritas. Jadi saya dulu di PMII IKIP Jogja (UNY) termasuk kategori
kelompok minoritas karena anggotanya sedikit tapi alhamdulillah militan karena
sedikit itu militant, dari satu rumah ke rumah, dari tempat ke tempat lain untuk
memperjuangkan kebesaran PMII di Kampus IKIP Yogyakarta. Tentu ini juga bagian
dari melanjutkan senior-senior saya di PMII IKIP yang juga menjadi bagian dari PMII
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sahabat-sahabat sekalian yang saya banggakan, Saya tidak banyak bicara secara
makro karena memang saya bertugas pada level mikro. Meskipun mikro, tetapi
kalau diakumulasi sangat berpengaruh ada kebijakan - kebijakan dan keberhasilan
makro. Karena dilihat dari geografi saja menurut data di Kementerian Dalam Negeri
hari ini jumlah desa di Indonesia ada 74.961. Dari aspek kewilayahan itu 91%
wilayah Indonesia itu ada di desa. Kemudian dari sisi Kewargaan tadi disampaikan
oleh Pak Soni hasil sensus 2020 Indonesia 43% penduduk Indonesia itu ada di
desa. Sehingga kalau kita bicara tentang kontribusi keberhasilan pembangunan
desa atas pembangunan nasional atau pencapaian tujuan pembangunan nasional,
itu bisa mencapai sekitar 74%.

Nah tetapi karena ini komunitas-komunitas kecil dalam totalitas 74.961, sehingga
tidak mudah memang di dalam pengelolaannya tetapi bukan berarti tidak bisa.Inilah
yang kemudian hari ini sedang kita upayakan betul agar apa yang sudah dihasilkan
oleh para kaum pergerakan termasuk diantaranya adalah senior kita Ahkmad
Muqowam yang menghasilkan undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.
Saya yakin waktu itu banyak sekali kiprah kaum pergerakan, ada Pak Muqowam,
ada Pak Jazilul Fawaid, ada Pak Marwan Jafar, ada banyak sekali kaum-kaum
pergerakan yang kemudian berhasil mengegolkan yang saat ini kita sebut undang-
undang Desa. Undang-undang tentang desa atau undang-undang Nomor 6 Tahun
2014.

Bahkan bukan hanya kelahiran undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
saja yang digagas yang dimotori atau dimobilisasi oleh kaum pergerakan, dalam hal
ini adalah para anggota IKA PMII, tetapi tindak lanjut atas undang-undang Desa
itupun kemudian diisi oleh IKA PMII. Dimana menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal yang pertama yaitu Pak sahabat kita Marwan Jafar, kemudian dilanjutkan
yaitu beliau adalah aktivis pergerakan kemudian Pak Eko Putro Sandjojo. Beliau
juga semua tahu dekat dengan para aktivis pergerakan. Karena dekat dengan Pak
Jazil, dekat dengan Pak Marwan Jafar, dekat dengan sahabat-sahabat pergerakan,
saya meyakini tidak jauh karena berpikirnya dengan sahabat-sahabat pergerakan.
Kemudian saat ini secara kebetulan Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi diamanatkan kepada saya. Untuk melanjutkan apa
yang sudah dirintis oleh Pak Marwan Jafar, apa yang sudah digagas dan digulirkan
oleh para kaum pergerakan yang kebetulan saya juga menjadi bagian dari kaum
pergerakan.

Sahabat-sahabat sekalian yang saya banggakan, target di 2045 tentu kalau kita
bicara tentang Indonesia emas ada tiga hal yang menjadi fokus utama di dalam
pencapaian untuk Indonesia emas menurut perspektif kami. Yang pertama yaitu
kualitas penduduk di sektor pendidikan dan kesehatan. Ini mutlak kita tidak mungkin
bisa menggapai atau apa yang kita sebut dengan Indonesia emas kalau kualitas
penduduk kita di sektor pendidikan dan kesehatan tidak bisa mencapai pada posisi
yang maksimal. Termasuk tadi yang disampaikan oleh Pak Soni yaitu terkait dengan
kesehatan stunting. Kemudian penyakit kronis menahun dan penyakit menular
misalnya TBC. Ini masih banyak sekali di desa-desa yang menjadi sasaran penting
bagi percepatan untuk pembangunan desa.

Kemudian yang kedua adalah keterbukaan lapangan pekerjaan yang produktif,


dengan mengembangkan keahlian tenaga kerja yang tentu hari ini di desa terus kita
upayakan dengan satu kebijakan baru yang merupakan tindak lanjut atau atas
kebijakan lama yaitu terpenuhinya kebutuhan keberadaan Bumdes, perusahaan
umum milik desa sebagai badan hokum. Dengan lahirnya undang-undang Cipta
kerja undang-undang nomor 11 tahun 2020, yang sudah ditindaklanjuti dengan
peraturan pemerintah nomor 11 tahun 2021 tentang badan usaha milik desa. Dan
hari ini sudah kita terbitkan Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi nomor 3 tahun 2021 itu terkait dengan pendirian
akreditasi pengembangan badan usaha milik desa.

Ini satu momentum yang sangat strategis bagi menyongsong Indonesia emas tahun
2045, karena semua tatanan yang kita lakukan di desa berbasis pada upaya-upaya
agar kemandirian Desa sebagaimana diamanatkan oleh undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 bisa kita wujudkan dalam waktu yang secepat-cepatnya. Dan pada
gilirannya tentu di tahun 2045 apa yang menjadi harapan kita Indonesia emas betul-
betul bisa terwujud. Yang salah satunya bisa ditopang dengan keberhasilan
pembangunan 74.961 desa-desa di Indonesia yang kesemuanya itu sudah ditopang
sedemikian rupa dengan kebijakan dana desa yang dimulai keberadaannya di saat
kepemimpinan Pak Jokowi sebagai presiden Republik Indonesia.

Banyak sekali sukses story terkait dengan pemanfaatan dana desa misalnya di
daerah Maluku Utara, ada satu desa yang hanya dalam kurun 4 tahun dia berhasil
memposisikan dirinya dari Desa sangat tertinggal menjadi Desa mandiri, berbekal
dengan optimalisasi penggunaan dan pemanfaatan Dana Desa tepat sasaran dan
tepat pengelolaan. Saya selalu mengatakan, pemanfaatan dana desa pada hari ini
lebih cenderung pada tepat pemanfaatannya. Tetapi belum tepat sasarannya, tepat
pemanfaatan itu wujudnya adalah ketika diperiksa oleh inspektorat maka tidak ada
penyimpangan terkait dengan penggunaan dana desa bisa dipertanggungjawabkan
secara benar, nomenklatur yang disusun sudah benar, musyawarah desa dilakukan
dengan benar. Tetapi belum tepat sasaran dalam artian arah yang kemudian disasar
dengan penggunaan dana desa masih belum menempatkan permasalahan prioritas
di desa untuk diselesaikan.

Dengan demikian, fokus terkait dengan berbagai permasalahan yang digarap


dengan dana desa belum sedemikian rupa sesuai dengan yang diharapkan oleh
warga masyarakat. Itulah makanya arahan bapak Presiden yang disampaikan
kepada saya terkait dengan dana desa itu dua hal. Pertama, agar Dana Desa
dirasakan kehadirannya oleh semua warga desa, terutama oleh warga miskin.
Kemudian yang kedua dampak pembangunan desa itu harus bertumpu pada
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan sumber daya manusia. Nah dua hal inilah
yang mutlak kemudian kita coba, kita rumuskan dengan lebih spesifik, dan
operasional yang ternyata sudah ada rujukan utamanya yaitu Perpres 59 tahun 2017
tentang tujuan pembangunan berkelanjutan yang merupakan tindak lanjut atas
kebijakan Global yang digagas oleh PBB di mana Indonesia menjadi salah satu
negara yang ikut andil ambil bagian dari 193 negara di dunia dengan rumusan
SDGs. Cuma di desa kita sederhanakan dalam berbagai hal termasuk dalam
penggunaan diksinya pun kita sederhanakan sedemikian rupa supaya mudah
dipahami dan lebih jelas kemana arahnya. Misalnya bicara tentang goals yang
pertama yaitu Desa tanpa kemiskinan, yang kedua Desa tanpa kelaparan. Goals
yang ketiga desa sehat dan sejahtera, yang keempat pendidikan Desa berkualitas,
yang kelima keterlibatan perempuan desa. Kemudian desa layak air bersih dan
sanitasi, kemudian Desa energi bersih dan terbarukan. Kemudian pertumbuhan
ekonomi desa yang merata seperti yang diharapkan oleh Pak Jazilul Fawaid tadi
agar keadilan pemerataan dan pertumbuhan selalu berjalan secara seimbang.
Sampai kepada kemitraan untuk pembangunan desa atau tujuan yang ke- 17.

Nah ada satu hal yang baru di dalam SDGs Desa yaitu goals yang ke-18 disini kita
bicara tentang kelembagaan Desa dinamis dan budaya Desa adaptif. Ini khas SDGs
desa, khas Indonesia. Karena kita tahu Indonesia ini memiliki ragam budaya
keragaman agama, keragaman bahasa, adat istiadat, dan semuanya itu harus
dipertahankan dan harus menjadi basis di dalam perencanaan pembangunan di
tingkat desa dimana-mana. Selalu saya katakan perencanaan pembangunan desa
jangan keluar dari kearifan budaya. Kearifan budaya lokal inilah yang kemudian kita
munculkan di SDGs ke-18 agar kebhinekaan Indonesia dipertahankan di desa-desa.

Sahabat-sahabat sekalian yang saya banggakan, tentu dalam upaya untuk


mewujudkan tercapainya ke-18 goals tadi yang utamanya berbasis Kewargaan ada
di goals pertama sampai goals ke-6 atau tujuan ke-6. Ini tidak mungkin bisa
dilakukan oleh desa secara mandiri, butuh keterlibatan para pihak. Namun kemudian
ketika kita bertumpu pada potensi desa yang salah satunya adalah Dana Desa maka
kita sangat yakin kalau di tahun 2030 atau yang menjadi target tujuan pembangunan
berkelanjutan sebagaimana diamanahkan di Perpres 59 tahun 2017. Maka SDGs
Desa ini akan mulai terwujud akan mulai nampak hasilnya. Nah kalau kemudian kita
menuju Indonesia emas tahun 2045, maka saya yakin bicara tentang kemiskinan di
Indonesia pasti sudah akan sangat menurun.

Bicara tentang pendidikan desa yang berkualitas pasti sudah akan sangat baik
angka partisipasi murni di tingkat SD, SLTP, SLTA, yang hari ini antara desa dan
kota itu mulai terlihat ada jeda itu ada pada tingkat SLTP, semakin tinggi lagi
jedanya ketika SLTA, dan semakin tinggi lagi disparitasnya ketika sudah tingkat
pendidikan tinggi. Maka saya yakin dengan penataan pertumbuhan ekonomi yang
tertata sedemikian rupa dengan berbasis Bumdes, badan usaha milik desa,
ditambah lagi dengan ruang yang cukup untuk menjalin kerjasama antar desa di
bidang ekonomi dengan membentuk Bumdes dan satu tatanan intervensi yang
sistematis karena road map pembangunan desa semakin jelas arahnya. Maka saya
yakin dan saya berani memprediksikan bahwa di tahun 2030 dimulai hari ini tahun
2021 yang kita sudah mulai melakukan pendataan yang pada gilirannya nanti kita
akan memiliki data 118 juta warga desa dengan segala variannya yang sudah kita
mulai dengan pola pemutakhiran data di tingkat desa. Mulai pendataan di tingkat
Desa kemudian pendataan di tingkat RT dan sampai pendataan di tingkat warga.
Basis data yang sangat mikro pada tingkat Desa, tetapi kemudian secara akumulatif
adalah basis data yang sangat luas secara rentang keIndonesiaan dan tentu dengan
basis data mikro permasalahan-permasalahan juga bisa kita dekati secara mikro.

Bicara tentang kemiskinan di desa pasti secara by name by address by lokasi.


Bicara tentang warga masyarakat yang terdampak Covid kita juga punya data
secara detil, maka treatment-nya pun akan jauh lebih efektif dan efisien karena
sasarannya jelas karena skalanya skala mikro. Nah dengan skala mikro inilah maka
pendekatan mikro pun bisa dilakukan dengan menggunakan dana desa dan dan hal-
hal yang bersifat supradesa ini menjadi tanggung jawab di tingkat supradesa.
Misalnya APBD Kabupaten, APBD provinsi, APBN ini bertanggung jawab untuk
melakukan intervensi pada skala Supra desa.

Nah itulah makanya saya sangat berkeyakinan bahwa di tahun 2030 kemudian di
Indonesia emas tahun 2045 berbagai permasalahan kemiskinan, berbagai
permasalahan keterbelakangan pendidikan di desa-desa, saya sangat yakin akan
sudah lebih teratasi dengan percepatan yang sangat luar biasa apalagi kemudian
didukung oleh perguruan tinggi dengan optimalisasi Tri Dharma Perguruan
Tingginya ditambah kampus Merdeka Project Desa melakukan pendampingan desa
dengan segala tantangan yang dihadapi. Maka saya akan sangat optimis bahwa
masa depan Indonesia di 2045 betul-betul bisa terwujud apa yang kita harapkan
sebagai Indonesia emas.

Sahabat-sahabat sekalian, itu yang kira-kira bisa saya sampaikan. Untuk memicu
diskusi kita pada siang hari ini tentu saya sekali lagi sangat berterima kasih atas
kesempatan yang diberikan kepada saya untuk menjadi bagian dalam kegiatan yang
luar biasa ini. Sekaligus saya meminta maaf tidak bisa hadir secara langsung
meskipun batin saya rasanya sangat kepingin untuk bisa hadir, karena bisa ketemu
dengan sahabat-sahabat PMII dari berbagai daerah dari penjuru Indonesia.

Demikian kurang lebihnya mohon maaf. Wallahul muwafiq Ila aqwamith Thariq.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Moderator: Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Sekali lagi kita berikan


aplaus kepada Gus menteri. Bapak Ibu sekalian, terima kasih Gus menteri yang
sudah banyak memberikan informasi kepada kita dan memaparkan berbagai hal
yang telah dilakukan. Dan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian PDT. Dan
sahabat-sahabat sekalian, sebelum nanti kita lanjutkan ke pak Ahkmad Muqowam
kita sejenak untuk bersama-sama menyaksikan Tipping video dari ibu menteri
tenaga kerja yaitu Ibu Dr. Hj. Ida Fauziah kepada teman-teman panitia kami silakan
untuk menampilkan video pidato ibu Ida Fauziah.

Ida Fauziah: Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillah Alhamdulillah wassalatu wassalamu ala rasulillah La haula wala quwwata


illa Billah. Amma ba'du. Salam sejahtera, salam sehat untuk kita semua.

Yang saya hormati wakil ketua DPR RI Bapak Dr H. Abdul Muhaimin Iskandar, Gus
Ami. Dan saya hormati Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, Gus Halim Iskandar. Bapak Sony HB Harmadi, Bapak moderator dan
seluruh peserta dan panitia Muktamar Pemikiran Dosen PMII se-Indonesia.

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Alhamdulillah kita
diberikan nikmat yang luar biasa bisa menyelenggarakan Muktamar pemikiran dosen
PMII se-indonesia. Bapak ibu hadirin sekalian yang saya hormati, Indonesia emas
tepat seabad kemerdekaan Indonesia pada tahun 2045, ini adalah salah satu
momen penting untuk mengukur sejauh mana capaian kita semua sebagai bangsa
dalam pembangunan di segala bidang. Targetnya adalah waktu tersebut kita sudah
menjadi negara maju secara perekonomian dengan pembangunan yang merata,
dengan berbagai aspek, dan ini adalah sebuah tantangan besar. Apakah kita mau
menjawab tantangan tersebut dan menjadikan tantangan tersebut sebagai peluang.
Jawabannya adalah mampu, optimis harus mampu. Dengan satu syarat penguatan
sumber daya manusia, infrastruktur yang memadai, serta karakter bangsa yang
kuat.

Tentu ini bukan perkara yang mudah. Tetapi dengan semangat kebersamaan antara
pemerintah, masyarakat, seluruh stakeholder bangsa Indonesia tidak ada yang
mustahil semua itu bisa kita lakukan. Merujuk survei yang dirilis McKinsey Global
Institute pada tahun 2012, Indonesia diprediksi akan menjadi negara dengan
kekuatan ekonomi ke-7 dunia pada tahun 2030. Temuan ini tentu sejalan dengan
target Indonesia emas yaitu Indonesia menjadi salah satu negara barometer
pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2045. Salah satu basis alasannya adalah
Indonesia dihadapkan dengan puncak bonus demografi periode 2020 sampai 2035.
Dimana pada periode tersebut penduduk usia produktif usia 15-64 tahun jauh lebih
besar dibanding penduduk usia non produktif. Bonus demografi adalah jembatan
emas yang disediakan Allah untuk menghantarkan Indonesia menjadi negara maju
yang sangat berpengaruh. Baik di kawasan regional maupun global. Namun untuk
melintasi jembatan emas bonus demografi ada syarat yang harus dipenuhi, yakni
penduduk usia produktif harus memiliki skill dan kompetensi untuk memenangkan
persaingan global.

Jika kita mampu memanfaatkan bonus demografi, maka kita optimis mampu
merayakan seabad Indonesia emas pada 2045. Kita harus belajar dari pengalaman
beberapa negara yang sukses memanfaatkan bonus demografi sebagai kekuatan
pertumbuhan ekonomi antara lain Jepang, Korea, dan Cina.

Bapak ibu hadirin sekalian yang saya hormati, terkait peningkatan sumber daya
manusia demi memenangkan persaingan, saat ini kita dihadapkan pada tantangan
yang tidak mudah. Data BPS yang baru dirilis menunjukkan pada bulan Agustus
2020 ada sekitar 138 juta angkatan kerja, yang terdiri dari 128 juta penduduk yang
bekerja. Dari data tersebut ditemukan sekitar 57% lebih penduduk bekerja memiliki
pendidikan rendah, SMP ke bawah. Dan Skill terbatas terutama masih tingginya
persentase pekerja yang ada di sektor informal. Terdapat juga tantangan dari sisi
produktivitas. Data menunjukkan produktivitas pekerja Indonesia masih tertinggal.
Menurut data ILO tingkat pertumbuhan output tahun dan bekerja kita masih rendah,
bahkan di bawah rata-rata negara dengan penghasilan menengah ke bawah.
Tingkat produktivitas tenaga kerja kita juga berada dibawah negara pesaing kita
seperti Vietnam.

Data terkini pada bulan Agustus 2020 menunjukkan ada 9,7 juta penganggur
dengan tingkat pengangguran terbuka mencapai 7,07% untuk lulusan pendidikan
tinggi ada sekitar 1,2 juta orang yang menganggur. Ada kenaikan jumlah
penganggur dan dan TPT yang signifikan akibat dampak pandemi dibandingkan
dengan data sebelumnya. Bahkan menurut data yang dihimpun oleh BPS ada
sekitar 29,12 juta usia kerja yang terdampak pandemi. Adanya pandemi juga
mempercepat proses transformasi ketenagakerjaan yang sudah berlangsung akibat
revolusi industri 4.0. Dunia industri dan pasar kerja berubah drastis seiring dengan
pemanfaatan teknologi yang semakin besar dan semua aspek. Semua hal tersebut
menimbulkan tantangan besar bagi sektor ketenagakerjaan di Indonesia selain dari
tantangan yang sudah ada sebelumnya terkait dengan kualitas sumber daya
manusia kompetensi dan produktivitas.

Bapak ibu hadirin yang saya hormati, melihat segala kondisi dan tantangan yang kita
hadapi tersebut kita harus cepat bergerak dengan memanfaatkan potensi bonus
demografi yang puncaknya sudah semakin dekat dan agar tidak tertinggal dengan
persaingan global yang ketat ini. Saat ini Pemerintah sudah bergerak, visi Indonesia
2045 telah disiapkan peningkatan kompetensi dan produktivitas SDM merupakan
konsentrasi utama Bapak Presiden Jokowi pada pemerintahan kedua beliau. Salah
satu pilar pembangunan sumber daya yang ditetapkan adalah melalui massifikasi
pendidikan vokasi, pelatihan vokasi, untuk meningkatkan kompetensi sumber daya
manusia Indonesia agar produktif dan mampu berdaya saing secara global.

Untuk itu dibuat sebuah grand design pelatihan vokasi Indonesia dimana
Kementerian Ketenagakerjaan ikut menjadi salah satu elemen penting di dalamnya
perbaikan regulasi ekosistem ketenagakerjaan juga dilakukan melalui undang-
undang Cipta kerja. Ini merupakan salah satu langkah untuk menjawab tantangan
yang saya sampaikan tadi. Pada sisi yang lain salah satu elemen penting dari grand
design Indonesia emas dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia
adalah peranan perguruan tinggi. Pendidikan tinggi sebagai kasta tertinggi dan
puncak dari proses pendidikan harus mampu menghasilkan lulusan yang siap
masuk industri dan menghasilkan riset inovatif yang siap dirilis serta mampu
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Dalam proses menuju Indonesia emas, ditargetkan angka partisipasi masyarakat


dalam pendidikan tinggi akan semakin meningkat dengan kualitas lulusan yang
semakin baik. Untuk itu pemerintah terus mendorong pemerataan akses,
peningkatan kualitas, peningkatan relevansi, dan daya saing serta perbaikan tata
kelola pada sektor pendidikan tinggi.

Bapak ibu hadirin sekalian yang saya hormati, melihat besarnya peranan pendidikan
tinggi demi mencapai Indonesia emas, maka tidak bisa dipungkiri bahwa peranan
para dosen sangatlah penting. Para dosen merupakan pendidik suri tauladan dan
penggerak generasi muda mahasiswa terpilih saat ini yang merupakan kunci untuk
mencapai Indonesia emas. Pada tahun 2045 mendatang generasi muda mahasiswa
saat ini akan berada pada puncak usia produktif mereka. Artinya nasib Indonesia
mendatang ditentukan oleh generasi mahasiswa hari ini. Syubbanul Yaum rijalul
ghod. Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Bahwa kemampuan
membangun sumber daya manusia anak muda saat ini menjadi kunci keberhasilan
kepemimpinan dan kejayaan bangsa ini di masa mendatang.

Oleh karena itu, tanggung jawab kita semua para dosen NU yang tergabung dalam
IKA PMII sangatlah besar bagi masa depan bangsa. Pengajaran dan teladan bapak
ibu semua akan tercermin pada kompetensi dan karakter mahasiswa bapak-ibu.
Hasil riset pembimbingan akan menjadi penentu inovasi masa depan Indonesia.
Untuk itulah dosen-dosen PMII harus mampu menjadi tenaga inti penggerak
peningkatan kualitas riset serta peningkatan kualitas sumber daya manusia generasi
muda mahasiswa Indonesia yang mandiri, berdikari, kompeten, produktif,
berkarakter dan tentu saja memiliki akhlakul karimah yang mampu memberikan
dampak positif bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.

Saya yakin para dosen NU, dosen yang tergabung dalam IKA PMII akan mampu
berkolaborasi, bersinergi, bekerja keras untuk memenuhi semua tanggung jawab
tersebut. Selamat bekerja keras, bekerja cerdas, berkontribusi mencapai Indonesia
emas. Yang terakhir saya ingin mengucapkan apresiasi atas penyelenggaraan acara
ini. Selamat melaksanakan Muktamar, semoga dari acara ini bisa memberikan
sumbangan pemikiran yang kontributif pada pembangunan Indonesia mencapai
Indonesia emas 2045.

Terimakasih. Wallahul muwafiq Ila aqwamith Thariq. Wassalamu'alaikum


warahmatullahi wabarakatuh.

Tanya Jawab

Saya Setyo Utomo dari PW IKA PMII Riau, saya mengajar di Ilmu Pemerintahan
Universitas Islam Riau. Bagaimana agenda ke depan PMII ini bisa mengambil di
gerbong besar ini, di luar Jawa agar cepat lah nanti senior-senior di Jakarta kalau
nggak presiden minimal ya wapres begitulah nanti kira-kira, mungkin cukup sekian
assalamualaikum warahmatullah.

Saya dari IAIN Purwokerto, nama Ubaidilah saya akan bertanya kepada bapak
Menteri Kemendes. Pertanyaan saya begini, kita itu Indonesia itu bangsa besar ya
punya banyak kekayaan literasi yang hampir hilang anak saya kecil dikenalkan
bahasa Inggris sama bahasa Arab di sekolah, sementara peradaban kita sebagai
orang asli Indonesia yang kita punya peradaban sendiri ya, kegiatan lliterasi sendiri
itu udah mulai hilang, aksara Jawa atau aksara aksara yang lain yang kita miliki di
Indonesia, saya baca aksara Thailand itu nggak bisa pak kenapa bangsa Thailand
mempertahankan pengetahuan soal itu walaupun mereka pandai berbahasa Inggris.

Tapi kita tidak paham pada bahasa asli Indonesia, putra-putrinya saya sendiri juga
pintar bahasa Inggris peradaban bangsa anglo-saxon antara lain itu merupakan
peradaban kita, bagaimana rencana program dari kemendes terkait dengan sdc itu?
kita memasukkan agenda literasi desa ya terhadap huruf atau peninggalan dari
bangsa kita oleh negara untuk dikenalkan kepada generasi yang akan datang terima
kasih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

nama saya Muhammad Iwan satriawan dari universitas negeri Lampung


Alhamdulillah untuk laporan aja kepada ketua IKAPMIII di Unila yang dulu banyak
kelompok sebelah sekarang sedikit demi sedikit dosennya sudah banyak yang
paham Aswaja.

Jadi pertanyaan saya mungkin kepada apa ketua IKAPMIII ini curhat aja kondisi di
daerah bagaimana kemudian PWNU pcnu itu meskipun diisi oleh kader-kader PMII
cuman kualitasnya sangat jauh karena rupanya kader PMII baik yang ada di daerah
khususnya di luar Jawa itu banyak terseret ke ranah politik praktis, akhirnya MKNU,
PKPNU itu menjadi ajang kaderisasi instan mungkin oleh ketua IKAPMIII bisa
disarankan atau diusulkan kepada PBNU untuk merubah format MKNU tidak
menjadi 3 hari, jangan sampai 3 hari terus bisa nyalon kepala daerah didukung oleh
PWNU PCNU, inilah yang terjadi di bandar Lampung, jangan sampai seperti itu kita
akhirnya kami dari kalangan akademisi prihatin mungkin di daerah-daerah lain
mungkin juga seperti itu, maka kemudian perlu dilakukan evaluasi terhadap
mekanisme MKNU atau PKPNU.

Jika kita nyantri di pondok pesantren kilat, jangan harapkan bisa hafal alfiah,
mungkin kepada ketua IKAPMIII agar mengusulkan kepada PBNU untuk melakukan
evaluasi dan memformat ulang terkait MKN NU dan PKNU mungkin itu saja yang
bisa saya sampaikan terima kasih assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Ya terima kasih atas masukan saran tadi ada tiga penanya cuman yang fokus pada
saya Pak Setyo Utomo dari dosen ilmu pemerintahan baru dengar lumayan juga ada
dosen ilmu pemerintahan biasanya dosen dirosah islamiyah, jadi pak setyo penting
Islam Riau kita lahirkan kader dosen mahasiswa tentu pembibitan mulai sekarang
karena Indonesia emas itu masih 20 tahun lagi, memang keprihatinan terhadap NU
di luar Jawa itu dirasakan oleh semua wilayah yang ada di luar Jawa, dan rata-rata
terkadang yang mampu menggerakkan itu justru para politisi, dan politisi tidak boleh
duduk di kepengurusan NU itu fakta itu kenapa misalkan terjadi kepemimpinan yang
paling banyak terus terang apakah itu dosen atau apa saya tidak tahu tapi yang saya
dengar mayoritas itu kepala kantor Kementerian agama yang jadi.

Artinya rekrutmen kepemimpinannya itu untuk mengatakan PMII paling top itu kalau
di daerah itu kalau jadi kepala kantor Kementerian agama, mestinya dosen-dosen
ilmu pemerintahan yang ada yang PNS tuh kepala kantor urusan agama, itu artinya
ada kemacetan setuju kemacetan di pola kaderisasi instan jadi ketika dia di dunia
kampus mungkin ber PMII begitu sudah bagus kalau tidak malah lebih jelek lagi
kemudian dia menduduki jabatan di strata pemerintahan Kementerian agama, itulah
yang dianggap paling layak, justru tantangan kita bersama mungkin setelah
muktamar pemikiran ini.

Kaderisasi yang dilakukan oleh PMII itu kaderisasi yang menurut pak muqowam tadi
saya dengar itu yang paling berhasil yang masuk ke semua sektor keluarga
Nahdlatul ulama, sekarang apakah dosen yang kumpul hari ini itu mau merumuskan
yang salah sebut tadi infrastruktur pemikiran atau enggak, di mana letaknya di mana
tempatnya tadi sudah diusulkan oleh Pak Setyo letaknya di luar Jawa pak, kita
desain seperti apa NU luar Jawa karena memang berbeda asal-usul sejarah di
masing-masing tempat misalkan di Sulawesi Selatan kulturnya memang Nahdiyin
banget, tapi kan arahnya berbeda misalkan di Jawa barat.

Terus terang pola keislamannya lebih seraman yang NU zaman dulu maka perlu
menurut saya setelah muktamar pemikiran ini keluar semacam rekomendasi untuk
melakukan dakwah kaderisasi yang ditunjukkan pada daerah darah di luar Jawa,
Riau atau yang mana lagi begitu dan berapa dan polanya seperti apa dilakukan oleh
siapa hasilnya dimensions kaya apa terus terang saya kemarin mengisi di lembaga
dakwah Nahdlatul ulama Pak muqowam dia membuat untuk dai saya tanya dulu
Walisongo saya bilang itu yang 9 orang itu yang ada di Jawa itu yang luar Jawa
memori wali songo ada di Jawa saya bilang itu dengan dakwah yang bervariasi
pakai budaya dan lain-lain mampu mengislamkan tanah Jawa.

Saya pernah bertanya pada LDNU, sepanjang ldnu hadir itu sudah berapa orang
yang diislamkan katanya 400 prof setelah 400 di islamkan itu gimana maintenance-
nya, seringkali juga kita melakukan pendidikan kader itu kurang serius dan yang
seringkali terjadi itu justru politik yang masuk, ini soal sudut pandang, maka dari itu
saya katakan ini memang soal sudut pandang, ini ada baiknya yang ikut muktamar
bukan hanya dosen, kalau di semua kalangan yang jadi IKAPMII ikut muktamar
mungkin akan jadi lebih baik.

Dan sekaligus alam yang dari Lampung daerah itu dengan PKB atau ormas yang
lain itu hampir sama yang jadi ketua itu biasanya dipandang apa jabatannya yang
kedua punya duit atau enggak kalau dosen-dosen dosen itu kan jarang punya duit
jadi susah jadi ini soal perspektif cara pandang makanya saya jangan itu yang
menjadi ukuran tetapi semangat siapa yang paling terdepan, Karena kalau seperti ini
kita rusak nantinya tak pikir itu memang hari ini caranya adalah era inovasi dan
kompetisi saya ini luar biasa tersinggung yang membuat mu'tamar pemikiran para
dosen karena saya dosen ini dilakukan pemikiran oleh bukan nanya dosen tetap
dibuat blueprint yang jelas semua kekuatan termasuk yang ada di politik yang
termasuk ada di dunia ekonomi termasuk yang di doktor termasuk yang di insinyur
jadi ini yang di depan saya ini yang akan mampu menggerakkan nanti di Indonesia
emas tahun 2045 jadi disitu pak setyo.

Tanpa kompetisi tanpa inovasi saya pastikan tidak akan mampu berkompetisi,
karena eranya itu apalagi kalau menggunakan iptek teknologi media sosial dakwah
pola itu kita jauh banget ketinggalannya daripada kita membuat daftar ketinggalan
beberapa kekurangan, mending yang kita list seberapa kuat kita untuk maju dan
kemauan kita untuk maju, semoga kita nanti yang pulang dari muktamar pemikiran
itu akan melahirkan perubahan untuk Indonesia, di Lampung ada orangnya ini nanti
ini kurangnya ini minimal harus melahirkan pikiran yang kemudian menjadi
keyakinan yang kemudian menjadi gerakan.

Sekarang kekuatan solidaritas antar kita itu di mana saya pikir zaman ini Pak ketua
umum, ini inilah yang mungkin saya sangat saya harapkan antara pemilih yang tentu
kita tahu warna yang juga berbeda-beda profesinya juga berbeda-beda dalam satu
dari tas ke dalam Alquran namanya kalbun Yani marsus yang sangat kokoh kalau itu
tidak terjad akan ambyari pikirannya kita duduk bersama tapi punya cita-cita punya
pikiran yang berbeda-beda itu yang seringkali kita dapati seringkali terjadi pemikiran
mestinya muncul satu pikiran eh ternyata tidak tetap dalam pikiran kita masing-
masing.

Bahkan tidak tahu kita akan menatap kearah mana itu pasti jadi terima kasih tadi
memberikan semangat insyaallah nanti kalau saya sempat ke Riau atau ada
kegiatan NU di Riau saya akan hadir ke tempatnya Pak Setyo untuk menguatkan
karena itu menurut saya penting di luar Jawa itu apalagi pas denger di Riau nya tadi
saya yang Banser nya itu kurang menyatu dengan adat melayu itu selalu dia bisa
menyatu dengan tradisi kemudian di Riau itu waktu saya baca berita kesultanan
Riau, Banser disitu aneh sekali, itu pendekatan yang salah dan apresiasi untuk tadi
yang berikan ini dari Purwokerto dan dari Lampung.

Sekali lagi saya mohon maaf saya sebenarnya ingin terus lanjut tapi kita ini ada
acara di Kediri jadi saya akan melanjutkan tapi karena ini muktamar pemikiran yang
jelas pikiran kita akan terus berlanjut dalam satu visi untuk merebut Indonesia emas
untuk mengawa,l menyongsong 100 tahun NU kita harus menjadi pemimpinnya
kalau tidak ya muktamar pemikiran ini segera ditutup saja, daripada cape cape kita
ke Tulungagung kita menemukan kata yang bisa dijadikan pegangan dijadikan
gerakan untukmu dan dibuktikan di dalam kehidupan kita sehari-hari itu pak
moderator pak muqowam mohon sama saya kapan pun juga bisa perintahkan saya
demikian kurang lebihnya mohon maaf assalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh.

masukan mulai dari prof Halim, Pak jazil, Pak Soni, Pak Mentri desa, Bu menteri
ketenaga kerja dalam apa praktek negara mengkonversi pemikiran menjadi
kebijakan itu tidak mudah, mengkonversi suara menjadi kursi pemilu itu mudah tapi
pemikiran wacana keilmuan kebijakan wacana keilmuan dalam kebijakan tidak.
Maka dari itu yang disampaikan narasumber seperti yang dikatakan pak azazil itu
menurut menteri itu menurut Pak menteri itu menurut Pak Sony tetapi yang saya
tanda kepada kita semua adalah mampukah kita melahirkan visi 2045 versi
perspektif visi kita, dari apa yang disampaikan narasumber tadi.

Tantangan muktamar kita ini adalah mampu merumuskan pemikiran pemikiran


mengenai visi Indonesia emas tahun 2045 versi alumni ikatan alumni PMII itu yang
menjadi tantangan, yang perlu program perlu kebijakan perlu tulus apakah dia
regulasi apakah dia perlu menejemem lain-lain, itu kan mencapai ke sana itu kan
atas persaingan yang luar biasa kepada kita semua.

Pak Amsar pernah bertanya begini, Mas teman-teman PMII yang makan di
Sudirman Thamrin itu berapa persen? tiap-tiap makan siang itu kader putri yang dari
PMII cabang Jakarta ada nggak 5% makan di Sudirman Thamrin? rumah makan
mewah yang eropasentris yang model Amerika, saya bukan bicara mengenai
makanan ya tapi simbolistik itu adalah mereka yang di sana itu sudah orang yang
secara ekonomi sudah selesai, itu dalam satu sisi belum sisi yang lain seperti apa
yang kedua adalah menuju ke sana itu kita sendiri ya itu saya minta kepada kita
semua.

Mari kita rumuskan bahwa perspektif Indonesia emas versi PMII adalah, ini lo versi
kyai said. maka ini adalah Indonesia emas versi NU. Di hadapan kita semua, data
dari lembaga survei, indonesia ini pada tahun 2019 islam ada sekitar 87,8% yang
non muslim itu jika kita baca referensi ini sekalian tersinggung kah kita dengan data
ini ada apa Islam di Indonesia kita menyalakan diri kita, antara lain tetapi bahwa
model pendekatan kuantitatif cara seperti ini saya kira menjadi satu fakta bahwa
dulu 96% kenapa sekarang 87,8% jadi 4,3%.

Yang agak menarik adalah data dari LSI adalah alumni 212 itu 0,7% yang kemarin
baru dibubarkan itu 0,4% dari jumlah penduduk 250 juta 2020 kemarin dalam 2020
NU tahun 2021 awal kemarin anggota itu adalah kira-kira jumlahnya 79,04 juta, ini
menurut Al farra itu 22,426 juta 50 yang saya katakan tadi dia 9,39 yang
mendominasi 57,33% dan 5 7,3% ini baru bicara angka belum bicara latar belakang
belum bicara mengenai apakah ini PMII atau tidak ya apakah kemudian mereka itu
apakah melalui salat yang benar apakah cara pendekatan politik ini,i di Jawa itu dia
tinggi adalah 59,8% kalau kemudian perlu program perlu kegiatan perlu kebijakan
perlu afirmasi perlu regulasi dan saya kira saat ini juga harus kita kaji apa yang
menyebabkan dan bagaimana kalau kemudian kita bicara proses pengembangan
berikutnya ketika kita bicara Indonesia emas 2045.

Jangan sampai istilah orde baru dulu yang lain sudah siap untuk tinggal landas kita
tadi tertinggal di landasan, yang secara profesional struktural hari ini ada yang hadir
ini ada ada wakil rektor ada dekan saya mohon maaf sekali kalau memang begitu
karena dengan otomatis punya otoritas untuk menyampaikan apapun di dalam forum
ini kaitanya dengan pemikiran kita, itulah yang mengatakan bahwa strategis kita itu
disini.

Ada orang bertanya apakah ini biar legal standing dalam bahasa hukum itu benar-
benar ini ya, bukan di mana perlu saya sampaikan tetapi di dalam bab 3 tujuan dan
udah dipasang itu jelas sekali. bawa tujuannya adalah mengembangkan dan
memberdayakan mendayagunakan seluruh potensi alumni di berbagai bidang
pengabdian dalam kehidupan kemasyarakatan kenegaraan dan kebangsaan demi
terwujudnya masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera adil makmur mandiri
demokratis berkeadilan dalam wadah NKRI yang berdasar pada Pancasila dan UUD
45 yang diridhoi oleh Allah subhanahuawataala ini ada kita di dalam anggaran dasar
itu sekalian.

Saya kira ini sudah menjadi otomatis akan menjadi pilihan di dalam ruang memiliki
ikatan alumni pergerakanm bangsa Indonesia mengembangkan meningkatkan
hubungan silaturahmi dan kekeluargaan diantara anggota yang pada ayat 2 itu ada
membina dan mendayagunakan seluruh potensi alumni PMII dalam upaya
mengembangkan karir dan profesi di berbagai bidang pengabdian.

Jadi rupanya di dalam pasal 7 sudah ada kata profesi pengambilan sudah ada di
dalam anggaran dasar pergerakan IKAPMII itu, kalau bicara profesionalitas
profesionalitas apa yang mencirikan di situ tapi sebelum saya sampaikan bahwa
calon anggaran dasar ini Pak Subakir kemudian Mas steering committee ini, apa pun
namanya lembaga ini nanti tinggal nanti sekalian itu mana yang kurang perlu
diperbaiki mana yang perlu tambahan substansi silakan ditambahin dan sebagainya
segera panitia sudah menyiapkan itu dengan baik kepada kita semua.

Ini memangl atas sama profesionalitas dan entitas kita, profesi ini berimplikasi pada
regulasi ada didalamnya, salah satunya adalah hanya ada satu organisasi untuk
setiap profesi, profesi dosen profesi politisi profesi aparatur sipil negara atau profesi
apapun namanya silakan kita kembangkan tapi dalam konteks dosen saya kira kita
sepakat ini satu-satunya wadah profesi alumni PMII yang berfungsi sebagai dosen.
Lalu yang kedua ikatan utama para anggota dan atas dasar kebanggaan dan
kehormatan, dari prof halim saya membaca saya mencermati saya mendengarkan
dengan baik, bahwa Indonesia ini menyongsong dengan segala harapan bahwa
semoga muktamar ini menghasilkan sesuatu yang bisa kita petik, posisi strategis ini
nggak mudah dan perlu keseriusan, perlu ketekunan, perlu pengorbanan yang benar
tujuan utama menjaga martabat dan kehormatan profesi sekalian eksklusivitas
sebagai dosen berusaha ini adalah sesuatu yang harus kita jaga bersama-sama di
dalam aturan main kita, kemudian lakukan bahwa tindakan harus sesuai dengan apa
yang kita inginkan.

Semua itu punya hubungan dan antar anggota bersifat persaudaraan yang
mempunyai sifat kepemimpinan dan efektif karena itu saya sudah mencoba
menerobos bahwa kedepan jangan terlalu strukturalis ke depan perbincangan di
dalam ini, sudah tak bosan jika harus baik mulia terakhir mekanisme pengambilan
keputusan ini atas dasar kesepakatan, semua memberikan satu pemikiran kepada
kita semua agar blue print Indonesia emas tahun 2045 itu kita tidak dalam posisi
yang hanya sebagai penumpang dalam istilahnya cak Imin tadi, jadi bisa dibilang
karena dianggap nanti menghambat PKB repotnya susah diatur sama bebek cak
Imin padahal kalau saya katakan wakil ketua DPD dari itu siapa nggak ada yang tau,
Indonesia dengan baik dengan segala profesionalitas yang ada di kita dengan
profesionalisme yang sahabat-sahabat kembangkan.

Saya melihat bahwa proklim sekali lagi bukan sekadar peninggalan masa lalu, kata
profesor Abdul Halim soebahar bukan sekedar profesor semua yang saya ketahui,
alhamdulillah beberapa kali membaca tulisan beliau tapi baru kali secara fisik bisa
ketemu, bahwa di adiknya saya juga beberapa kali dan menjadi pendamping pada
waktu di DVD, jadi PR mengenai Indonesia Emas blueprint bukan sekedar diskusi
Mas dan mbak sekalian, tapi bagaimana kita ditantang untuk merumuskan versi
berdasar pada visi yang kita kehendaki, kembali ke tempat ini Pak mohon maaf ini
saya hanya istilah ingin gitu pengen yang kita lahir betul-betul yang eksklusif dia
strategis dia organisasi yang bisa menjawab banyak hal sehingga saya sangat
berharap bahwa blueprint ini juga bukan sekedar diskusi prof, tapi bagaimana kita
bisa merumuskan dengan baik di dalam forum muktamar pemikiran dosen, sekian
mohon maaf assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh waalaikumsalam
warabarakatuh

Kita berikan tepuk tangan untuk sahabat-sahabat sekalian, para peserta yang
berbahagia kami berikan kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan
pertanyaan atau apa saja terhadap apa yang sudah disampaikan oleh narasumber
yang ada di depan tadi masih kecil sudah berangkat ada prof Halim di sini ada ketua
umum PB IKAPMII dan Mas Soni kami persilakan sedangkan untuk pertanyaan
yang ditujukan kepada menteri PDT dan transmigrasi khusus Halim dapat
disampaikan secara tertulis kepada panitia dan nanti panitia akan diteruskan kepada
menteri ada yang mau disampaikan Bapak ibu sekalian?

Baik silakan setelah ini nanti kita akan meminta kan pada Mas Soni untuk merespon
apa yang telah disampaikan oleh peserta selama sesi ini.

Moderator

Silakan ketua PW IKA PMII Sulawesi tengah waktu kita ini kurang lebih 10 menit
pohon fokus kepada inti pertanyaan dan untuk forum perdebatan pemikiran insya
Allah nanti malam.

assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh yang kita hormati bersama sahabat


Ketum PB IKAPMII karena sudah dilarang pakai kyai depan tadi maka kita
menyesuaikan diri haji Ahmad muqowam yang kita cintai bersama, tepuk tangan
untuk beliau.

pertama ini mungkin agak curhat tapi karena ada profesor depan kita ada juga
proposal dari peserta yang lain dan itu merupakan 1 aspek yang penting boleh jadi
dipikirkan oleh Kementerian agama, berkaitan dengan konsep merdeka belajar kan
begitu yang di kementerian agama baru proses adaptasi sosialisasi pelajar dan
seterusnya, ada kritik terhadap itu pak, bukan merdeka belajar bagi mahasiswa
dengan memerdekakan dosennya, berkaitan dengan administrasi administrasi,
pelaporan keuangan penelitian para dosen dan banyak sekali mungkin mayoritas
dosen-dosen PMII saya yakin itu yang kurang cerdas membuat laporan karena rata-
rata menipu dalam prosesnya.

Para dosen tidak mau menipu tapi yang lain semuanya itu gimana caranya, kita
yang lebih di ditekankan dan lebih dipentingkan pada aspek laporan administrasi
dana penelitian, pada temuan penelitian ini sesuatu yang kontradiktif di aspek yang
lain output penelitian itu penting penting bagi para dosen, yang salah satu agenda ini
adalah muktamar ini adalah akselerasi guru besar dosen PMII, bagaimana ini bisa
dirubah jadi berkaitan sebenarnya dengan sahabat anggota wakil ketua MPR RI
bertanya tapi kan terbatas mudah-mudahan bisa disampaikan pada beliau.

Kemudian yang kedua ini kegelisahan saat kita semua di seluruh Kementerian di
seluruh segmentasi bangsa yaitu ada juga hubungannya sedikit dengan ceramah
dari bapak dokter siapa tadi sebelum, kita saat ini kita sudah baca seluruh beberapa
penelitian laporan penelitian sampai 30% generasi milenial dengan ideologi radikal
kampus IAIN STAIN UIN ada jaringan organisasi mereka di sana induknya kami
kami di tahun ke bawah menjadi LDK, LDK dengan nama yang beragam di LDK
tempat lain mungkin namanya sama atau beda sangat sangat berbeda ciri khasnya
sangat berbeda nilai perjuangannya dibanding dengan tetangga kita sebelah yang
sangat berbeda nilai perjuangannya dibanding dengan gerakan PMII di kampus
maupun anak tetangga kita, sayapnya di luar kampus maksud saya.

Ternyata ini terhubung langsung dengan HTI, bagaimana kita sebagai para pemikir
PMII yang berada di kampus kami semua sudah melakukan itu tapi yang di luar
kampus yang terkait langsung dengan pemangku kebijakan publik ini, lembaga-
lembaga tinggi negara, Kementerian merespon ini sebagai sebuah tantangan bagi
generasi masa depan kita, mereka ini yang akan mengcover generasi
kepemimpinan bangsa, kepentingan nasional bagaimana bisa sedangkan mereka ini
nanti di dibekali dengan ideologi yang kalau dalam bahasa telanjang ingin menggant
NKRI itu, bagaimana solusi terima kasih

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh yang terakhir ini dari senior ini silakan
silakan assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh saya amsar dari Unusia,
proses menghasilkan output dan outputnya ditentukan oleh data pemilih, saya tadi
berbicara dengan pak soni tentang generasi emas, semua data kan hanya untuk
kepentingan pemilu pemilih milenial gitu jadi di construct tidak sekadar sebagai
pengembangan sumber daya manusia yang cukup baik, tapi ini merupakan
kapitalisasi dari sebuah kepentingan partai politik, lalu bagaimana bisa bergaining
terhadap realisasi dari 2024 ke depan, dan itu sudah disiapkan dengan fenomena
pernikahan kemarin.

Dua tokoh nasional di satu tempat hanya cuman youtuber 15 juta subscribe, dari situ
saja bappenas tidak kerja apa apa hanya menghabiskan anggaran, yang kita mau
masuk pada proyeksi tentang ke NU orang yang sedikit mengalami bagaimana
kaderisasi di sekolah tinggi agama yang hanya dipolitisasi ketika mau pemilihan
cabang atau mau pemilihan ketua koordinator cabang itu kampus-kampus ada
hanya berdiri tapi sumber dayanya gak ada, yang sangat sangat nampak kali
dilakukan oleh NU juga ya, itu salah satu yang akhirnya kalaupun ada cabangnya
agama yang hanya berpikir pada proyeksinya, kita punya profesor satu kebanggaan
dari beberapa suku yang ada di bawah ada yang sudah saya tadi juga termasuk
sudah bagaimana realitas buku yang diterbitkan oleh penulis-penulis kita itu rata-rata
kepentingan akreditasi dari kepangkatan.

Kalau kita merujuk pada satu pemikiran emile durkheim bahwa sistem nilai itu
merupakan realitas dari sebuah dampak adaptasi belajar, bagaimana kita
mengambil lagi satu langkah tentang sosiologi berpikirnya Weber itu bahwa
tindakannya kita lakukan itu merupakan ruang sadar dari sekian sistem nilai gimana
kita harus kumpul itu sebagai satu konsep perubahan atas realitas sosial yang
melingkupi kita, kontruksi sosiologis tidak bisa kita lepaskan karena di situlah
sunnatullah hadir, maka apa yang kita lakukan terhadap pilihan ketika harus
beradaptasi masuk makanya memperbaiki tradisi dan menjaga tradisi totalitas yang
disitu totalitas kita sebagai pemilik dari sebuah tradisi yang ada dan mau melihat
riset tentang perkembangan ke tempat yang saya lakukan dengan beberapa teman,
kenapa radikalisme bisa memasuki Indonesia, itu kan sama kepentingannya dengan
globalisasi dan di mana adanya perubahan dari yang realitas lakukan itu terproyeksi
pada kepentingan eskalasi politik, contoh yang sangat terlihat ada nggak dana abadi
untuk program beasiswa untuk melahirkan 1 tahun?

Minimal 1 wilayah ikapmii sekitar 50 orang yang namanya departemen agama


apalagi kita bercermin pada tetangga sebelah kepengurusan NU saja sudah tidak
masalah bagi mereka, apalagi mereka untuk melakukan sebuah program doktoral itu
sudah merupakan representasi dari aset pengembangan sumberdaya ini doktor kita
nyari duit saja susah, apalagi ada adik kita yang mau sekolah lalu studi
perbandingan nya itu, kembali lagi Mas kekuatan kita itu di modal sosial salah
satunya adalah struktur NU yang dari atas sampai bawah floating mass itu hancur
tidak berlaku di NU dengan eskalasi politik yang dilakukan oleh nu melalui kiai,
masuk melalui tokoh dan melalui aktor-aktor masuk, saya meminjam weber ada
aktor karismatik ada aktor tradisional tapi yang banyak berkembang sekarang tolong
diperhatikan itu sekarang sudah aktornya legal forrmal dan sekedar menerima SK
lalu dijadikan kredit politik, ini realitas pak.

Saya tidak terlalu bangga melihat kepengurusan nu di berbagai daerah, kita bisa
mengukur secara paradigmatik berapa besar representasi dia memang merupakan
realitas yang memang dibutuhkan pada upaya melihat perubahan 2024 tadi, mas
muqowam sementara semior kita menciptakan buku di 2024 itu menurut saya buku
yang tidak paradigmatik, apa yang dikahirkan oleh isnu kecuali eskalasi politik
kecuali yang berkepentingan dengan warga NU, yang artinya ada berapa pentingnya
asosiasiinsinyur untuk melahirkan produktivitas produktivitas yang memang
berdampak pada realitas dari pada ngumpul kan begini hanya cuman eskalasi
politik, contoh yang sangat terlihat hari ini kita sudah terkooptasi kenapa tidak pak
muqowam saja yang membuka tapi kenapa kok Muhaimin Iskandar, mohon maaf
panitia, saya dalam ruangan ini sebagai aspirasi untuk menyampaikan tentang
realitas politik itu tidak bisa diukur dari situ, bagaimana kita sebagai seorang pemikir
tapi yang ngebuka partai politik, mereka kita siapkan saja untuk sambutan, itu harus
mencari yang pemikirannya bagus untuk menterjemahkan pemikiran kita kedepan.
Masukan untuk PKB jangan terlalu banyak mengangkangi dari gerakan pikiran yang
ada, di gerakan kultur itu merupakan realitas yang tidak bisa terbendung gerakan
ekotomi bisa diputuskan melalui rezim tapi sampai sekarang gerakan kultural
merupakan realitas dari kesejarahan yang terus tumbuh dan ada sampai saat ini,
terima kasih Mas muqowam itu sambutan saya untuk menyampaikan dari realitas
yang ada tapi saya bersyukur sekarang di Jakarta saja saya mencari itu hanya ada
bendera PMII di pojok, ada Mas Anam ada Mas said budairy ada Mas Halid Mawardi
itu tokohnya itu saja rata-rata eskalasinya hanya wartawan dan politisi, tapi sekarang
saya sudah ngeliat kayak begini memang tersaksikan apalagi ketika saya
menyaksikan kongres di Jambi ada sekitar 5000 orang.

Itu ke depan akan menjadi realitas sumber daya yang sangat luar biasa, pertanyaan
saya sama Gus Dur dan beberapa senior senior termasuk mas Muqowam termasuk
mengkoordinasikan keliaran cara berpikir seorang intelektual yang tidak dibatasi
dengan loyalitas yang merupakan realitas kreatif dari analisis yang berkembang atas
realitas kesejarahan di mana dunia itu merupakan empiristik dari ruang
kesadarannya, kita mulai mimpi dalam sebuah ruangan, kita tetapkan mimpi itu
supaya sama tapi lota menetapkan mimpi itu berbeda dengan mimpi para politisi itu
yang harus kita kembangkan terima kasih assalamualaikum warahmatullah
wabarakatuh

Memang salah satu kelemahan junior itu untuk menghentikan kan senior berbicara
itu susah betul, kalau kita hentikan nanti sampai di rumahnya nanti kurang ajar kau
kan junior aku senior kenapa kau hentikan pembicaraanku, terimakasih pak Amsar.

Baik pertanyaan sekaligus pernyataan yang sangat bagus sekali, kita semua
mengetahui bahwasanya 2045 itu sebentar lagi, maka kita harus menyiapkan
generasi generasi milenial yang akan memimpin negara kita mulai sekarang, tapi
langsung kita design dengan strategi yang tepat. Kita sangat berterimakasih pada
IKAPMII yang memiliki pemikiran yang sangat luar biasa, keberhasilan di masa
depan berasal dari mimpi dan pemikiran yang jelas, maka dari itu saya harap pak
muqowam dan ikapmii ikut dalam merancang RPJPM mulai tahun 2025 sampai
2045 yang akan kita mulai dari sekarang. Kita harus membayangkan apa yang akan
terjadi pada 25 tahun kedepan, jadi kita harus berfikir bagaimana kader PMII
menjadi teknokrat yang hebat karena teknologi tidak bisa ditularkan, maka dari itu
kita harus menciptakan teknologi itu sendiri.

Penguasaan teknologi itu bisa dilakukan ketika pendidikan kita yang berbasis
teknologi itu bisa terjangkau di masyarakat, yang harus kita ketahui bahwasanya
sarjana kita 70% itu dari ilmu sosial, karena perguruan tinggi kita yang berbasis
teknologi itu terbatas dan sulit dijangkau oleh semua masyarakat, karena biayanya
mahal. Maka dari itu yang harus kita siapkan adalah penguasaan terhadap
teknologi, mereka terpaksa mengambil keputusan untuk terjun ke ilmu sosial karena
mahalnya pendidikan berbasis teknologi. Kita mengetahui karakteristik pemikiran
kader PMII itu tentang pendidikan karakter, tradisi kultural NU yang sangat luar biasa
tadi bisa menjadi modal awal untuk membawa Indonesia dengan jati diri yang kuat,
bukan tidak mungkin kita menguasai teknologi dan mengerjakan semua dari rumah
tapi kita masih tetap memakai sarung.

Saya mengobrol dengan kepala bnpt, mahasiswa kita yang dari eksakta yang masih
sedikit, mereka ini mudah terpapar radikalisme karena cara berfikir mereka yang
eksakta. Saya rasa demikian yang bisa saya sampaikan, semoga bisa menanggapi
tanggapan yang telah disampaikan pada teman teman dari muktamar ini
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Prof halim

Kita semua merasakan tujuan bersama adalah mengembangkan islam wassatiah


atau islam moderat, dan disisi kita ada kelompok ekstrim kanan dan ekstrim kiri,
yang ada di posisi moderat itu banyak tapi kurang militan, sedangkan di posisi kanan
dan kiri itu mereka sedikit tapi sangat militan, meskipun yang tengah ini banyak tapi
kita masih rentan untuk digerogoti karena sumber daya manusia yang masih
terbatas.

Yang kedua tentang IPTEK, kita yang berada di posisi tengah ini penguasaan
tentang IPTEK masih rendah dan mereka yang ada di kiri/kanan merupakan orang-
orang yang terpelajar, kelemahan kita itu selalu bergerombol sedangkan mereka itu
sangat telaten dalam menghadiri diskusi, satu per satu di datangi dan itu yang
membuat mereka sangat militan. Konten yang keras dan saklek itu tadi yang
sekarang banyak di minati para kaum muda, karena kaum muda saat ini suka hal
yang simpel, memaknai apapun dengan sangat sederhana, contohnya jika mereka
berselisih paham dengan beda keyakinan atau pilihan politik sudah dianggap kafir,
maka dari itu seharusnya PMII juga mengurus hal hal yang seperti ini, makanya
media juga harus dilawan dengan media. Islam wasathiyah yang sudah di desain
oleh kementrian agama yang saat ini kita rancang, mungkin seperti itu moderator
yang dapat saya sampaikan Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai