Anda di halaman 1dari 39

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI

DISUSUN OLEH:
NAMA:BRURI. C. IZAACH
KELAS: IX-SAINS
TUGAS: MAKALAH “PGI & GPM”
SMP NEGERI 6 AMBON

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga tugas Makalah yang berjudul “sejarah
PGI dan anggota-anggotanya serta sejarah GPM dan sinodenya” ini
dapat saya selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai kewajiban untuk
memenuhi tugas.
Dalam penyusunan tugas ini, tak sedikit hambatan yang saya hadapi,
namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan dorongan dan bimbingan orangtua
sehingga kendala kendala yang saya hadapi teratasi oleh karena itu saya
mengucap terima kasih kepada.
Ibu guru PAK dan Budi Pekerti yang telah memberikan tugas, petunjuk
kepada saya, sehingga saya bermotifasi dan menyelesaikan tugas ini.
Orang tua yang telah turut membantu,membimbing dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Dalam penulisan tugas makalah ini saya masih merasa banyak
kekurangan baik pada teknis maupun materi, mengingat akan
kemampuan dan kekurangan yang saya miliki untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat saya harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi
sumbangan fikiran bagi pihak yang membutuhkan khususnya bagi saya
sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
sabtu, 1 september 2018
Penyusun
BRURI C IZAACH

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ...................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ................................................................................................................. 1
1.3. Tujuan .................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
2.1. Sejarah PGI .............................................................................................................................. 2
2.1.1 Manifes Pembentukan DGI ............................................................................................. 3
2.2. Lima Dokumen Keesaan Gereja............................................................................................. 5
2.3. Majelis Pekerja Harian .......................................................................................................... 5
2.4. Keanggotaan ............................................................................................................................. 5
2.4.1. Sinode Gereja-gereja Anggota PGI....................................................................................... 5
2.4.2. PGI Wilayah........................................................................................................................ 21
2.4.3. Syarat-syarat Keanggotaan ................................................................................................. 21
2.5. Tokoh PGI ................................................................................................................................ 22
2.6. Pengurus MPH, BPP dan MP PGI Periode 2014-2019 ........................................................ 22
2.6.1. MPH PGI ............................................................................................................................ 22
2.6.2. BPP MPH PGI: ................................................................................................................... 23
2.6.3. Majelis Pertimbangan PGI .................................................................................................. 23
2.7. Sejarah Gereja Protestan di Maluku (± 1800-1864) ............................................................. 23
2.8. majelis pekerja harian GPM periode 2015-2020................................................................... 32
2.9. Nama-nama Klasis di GPM .................................................................................................... 32
2.10. Nama –nama jemaat di klasis pulau ambon ........................................................................ 33
BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 34
3.1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 34
3.2. Kritik dan saran .................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 35
DAFTAR GAMBAR
gambar 2. 2 Maranatha ......................................................................................................................... 25
gambar 2. 1 GPM pertama .................................................................................................................... 25

iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Pasca kebangkitan dan sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para
murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke
atas mereka. Setelah Tuhan Yesus Kristus terangkat ke sorga, para murid yang mendengar
langsung perintah Tuhan Yesus Kristus akhirnya mereka kembali ke Yerusalem untuk
menantikan turunnya Roh Kudus. Para murid bertekun dalam doa dan puasa untuk mengalami
pencurahan kuasa dari tempat mahatinggi. Pada hari ke-50 penantian para murid tidak sia-sia.
Roh Kudus diutus oleh Bapa sesuai dengan janji Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya.
Pencurahan Roh Kudus ke dalam hidup para murid dalam sejarah gereja dikenal dengan istilah
hari pentakosta. “Pentakosta, juga dieja Pantekosta, (dari bahasa Yunani: Πεντηκοστή
[ἡμέρα], Pentēkostē [hēmera], "[hari] kelima-puluh") adalah hari raya Kristiani yang
memperingati peristiwa dicurahkannya Roh Kudus kepadapara rasul di Yerusalem, yang
terjadi 50 hari setelah kebangkitan Yesus Kristus. Pada hari pentakosta, Roh Kudus dicurahkan
sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sesudah kenaikan-Nya ke sorga. Menurut Alkitab, murid-
murid Yesus berhasil mempertobatkan tiga ribu jiwa pada hari tersebut dan hal inilah yang
disebut dengan lahirnya gereja mula-mula (Sumber: kitab Kisah Para Rasul pasal ke-2).
Sebelumnya Pentakosta adalah hari raya besar orang yahudi yang kemudian diadopsi oleh
gereja barat dan gereja timur”. Peranan Roh Kudus begitu utama dan penting serta strategis
dalam pertumbuhan dan perkembangan gereja. Roh Kudus memakai dan memberikan kuasa
yang besar kepada para murid untuk melakukan tanda-tanda ajaib. Melalui tanda-tanda ajaib
yang dilakukan oleh Roh Kudus melalui para murid, banyak orang yang menjadi percaya
kepada Tuhan Yesus Kristus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.

1.2. Rumusan masalah


1.2.1. Bagaimana sejarah PGI?
1.2.2. Bagaimana manifest pembentukan DGI?
1.2.3. Apa saja lima dokumen keesaan gereja?
1.2.4. sebutkan anggota PGI?
1.2.5. Sebutkan Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah?
1.2.6. Sebutkan syarat-syaraat untuk menjadi anggota PGI?
1.2.7. Siapa saja tokoh PGI?
1.2.8. Sebutkan pengurus PGI(MPH PGI, BPP MOH PGI, MAJELIS PERTIMBANGAN
PGI?
1.2.9. Bagaimana sejarah GPM
1.2.10. Sebutkan majelis pekerja harian GPM periode 2015-2020

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah meliputi beberapa hal diantaranya :
 Memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PAK dan Budi Pekerti.
 Mengetahui seluk beluk, sejarah serta perkembangan gereja.
 Sebagai tambahan pengetahuan tentang gereja.

1
BAB II PEMBAHASAN
PGI

Informasi

Berdiri 25 Mei 1950

Nama Sebelumnya Dewan Gereja-gereja di Indonesia

Motto Mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia

Ketua Umum Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang

Jumlah Anggota 89 gereja

Alamat Jalan Salemba Raya No. 10, Jakarta Pusat 10430

Telpon (021)3140541

Website pgi.or.id

e-Mail pgi@pgi.or.id

2.1. Sejarah PGI


Pada tanggal 6-13 November 1949 diadakan: ‘Konferensi Persiapan Dewan Gereja-gereja di
Indonesia.” Seperti diketahui sebelum Perang Dunia II telah diupayakan mendirikan suatu
Dewan yang membawahi pekerjaan Zending; namun karena pecahnya PD II maksud tersebut
diundur. Setelah PD II berdirilah tiga buah Dewan Daerah, yaitu: “Dewan Permusyawaratan
Gereja-gereja di Indonesia, berpusat di Yogyakarta (Mei 1946) ; “Majelis Usaha bersama
Gereja-gereja di indonesia bagian Timur”, berpusat di Makasar (9 Maret 1947) dan “Majelis
Gereja-gereja bagian Sumatera” (awal tahun 1949), di Medan.
Ketiga dewan daerah ini didirikan dengan maksud membentuk satu Dewan Gereja-gereja di
Indonesia, yang melingkupi ketiga dewan tersebut. Pada tanggal 21-28 Mei 1950 diadakan
Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI), bertempat di Sekolah
Theologia Tinggi (sekarang Sekolah Tinggi Teologi Jakarta). Hadir dalam konferensi tersebut
adalah:
1. HKBP

2
2. GBKP
3. Gereja Methodist Sumatera
4. BNKP
5. Gereja Kalimantan Evengelis
6. GPIB
7. Gereformeerde Kerken in Indonesia
8. GKP
9. Gereja Kristen Sekitar Muria
10. Gereja Kristen Jawa Tengah
11. Gereja Kristen Djawi Wetan
12. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Barat
13. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Tengah
14. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jawa Timur
15. Tionghoa Kie Tok Kauw Hwee/Khoe hwee Jakarta
16. Gereja Kristen Protestan di Bali
17. Gereja Kristen Sumba
18. Gereja Masehi Injili Timor
19. Gereja Masehi Injili Sangihe & Talaud
20. Gereja Masehi Injili Minahasa
21. Gereja Masehi Injili Bolaang Mongondow
22. GKST
23. GKTR
24. GKTM
25. GKST
26. GKSS Makassar
27. GMIH
28. Gereja Protestan Maluku
29. Gereja Masehi Injili Irian
30. Gereja Protestan di Indonesia
2.1.1 Manifes Pembentukan DGI
Salah satu agenda dalam konferensi tersebut adalah pembahasan tentang Anggaran Dasar DGI.
Pada tanggal 25 Mei 1950, Anggaran Dasar DGI disetujui oleh peserta konferensi dan tanggal
tersebut ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) dalam
sebuah naskah “Manifes Pembentoekan DGI”:
Naskah versi asli:
"Kami anggota-anggota Konferensi Pembentoekan Dewan Geredja-geredja di Indonesia,
mengoemoemkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan geredja-geredja di Indonesia telah
diperdirikan, sebagai tempat permoesjawaratan dan oesaha bersama dari Geredja-geredja di
Indonesia, seperti termaktoeb dalam Anggaran Dasar Dewan geredja-geredja di Indonesia,
yang soedah ditetapkan oleh Sidang pada tanggal 25 Mei1950. Kami pertjaja, bahwa dewan
Geredja-geredja di Indonesia adalah karoenia Allah bagi kami di Indonesia sebagai soeatoe
tanda keesaan Kristen jang benar menoedjoe pada pembentoekan satoe Geredja di Indonesia
menoeroet amanat Jesoes Kristoes, Toehan dan Kepala Geredja, kepada oematNja, oentoek
kemoeliaan nama Toehan dalam doenia ini".

3
Naskah versi EYD:
"Kami anggota-anggota Konferensi Pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia,
mengumumkan dengan ini, bahwa sekarang Dewan gereja-gereja di Indonesia telah didirikan,
sebagai tempat permusyawaratan dan usaha bersama dari Gereja-gereja di Indonesia, seperti
termaktub dalam Anggaran Dasar Dewan gereja-gereja di Indonesia, yang sudah ditetapkan
oleh Sidang pada tanggal 25 Mei 1950. Kami percaya, bahwa dewan Gereja-gereja di
Indonesia adalah karunia Allah bagi kami di Indonesia sebagai suatu tanda keesaan Kristen
yang benar menuju pada pembentukan satu Gereja di Indonesia menurut amanat Yesus Kristus,
Tuhan dan Kepala Gereja, kepada umat-Nya, untuk kemuliaan nama Tuhan dalam dunia ini".
Demikianlah DGI telah menjadi wadah berhimpun Gereja-gereja di Indonesia. Anggotanya
pun semakin bertambah dari waktu ke waktu. Dengan makin berkembangnya jumlah anggota,
maka makin menunjukkan semangat kebersamaan untuk menyatu dalam gerakan oikoumene
di Indonesia. Dalam wadah PGI, gereja-gereja di Indonesia yang memiliki keragaman latar
belakang teologis, denominasi, suku, ras, tradisi budaya dan tradisi gerejawi, tidak lagi dilihat
dalam kerangka perbedaan yang memisahkan, melainkan diterima sebagai harta yang berharga
dalam memperkaya kehidupan gereja-gereja sebagai Tubuh Kristus. Seiring dengan
perkembangan dan semangat kebersamaan itu pulalah yang turut mendasari perubahan nama
“Dewan Gereja-gereja di Indonesia” menjadi “Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia”
sebagaimana diputuskan pada Sidang Raya X di Ambon tahun 1984. Perubahan nama itu
terjadi atas pertimbangan: “bahwa persekutuan lebih bersifat gerejawi dibanding dengan
perkataan dewan, sebab dewan lebih mengesankan kepelbagaian dalam kebersamaan antara
gereja-gereja anggota, sedangkan persekutuan lebih menunjukkan keterikatan lahir-batin
antara gereja-gereja dalam proses menuju keesaan".
Dengan demikian, pergantian nama itu mengandung perubahan makna. Persekutuan
merupakan istilah Alkitab yang menyentuh segi eksistensial, internal dan spiritual dari
kebersamaan umat Kristiani yang satu. Sesuai dengan pengakuan PGI bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan dan Juruselamat dunia serta Kepala Gereja, sumber Kebenaran dan Hidup, yang
menghimpun dan menumbuhkan gereja sesuai dengan Firman Allah, maka sejak berdirinya
PGI, gereja-gereja berkomitmen untuk menyatakan satu gereja yang esa di Indonesia. Keesaan
itu ditunjukkan melalui kebersamaan dalam kesaksian dan pelayanan, persekutuan, saling
menolong dan membantu. Oleh karena itu PGI tidaklah bermaksud untuk menyeragamkan
gereja-gereja di Indonesia, dan PGI juga bukanlah hendak menjadi suatu super church yang
mendominasi gereja-gereja anggota, melainkan keesaan yang dimaksud adalah keesaan dalam
tindakan, artinya keesaan yang makin lama makin bertumbuh dan berkembang ketika
melakukan kegiatan-kegiatan bersama dalam visi dan misi bersama.
Sampai pada tahun 2009, PGI telah menghimpun 89 gereja anggota dan lebih dari 15 juta
anggota jemaat yang tersebar dari Merauke – Sabang dan dari Rote – Talaud. Keanggotaan
PGI mewakili 80 persen umat Kristen di Indonesia. Dengan lambang “oikoumene” gereja-
gereja anggota PGI optimistis berkarya dan melayani di Indonesia dan dunia. Di samping
merekatkan hubungan di antara gereja-gereja anggotanya, PGI juga terpanggil untuk
bekerjasama dan membangun kemitraan dengan gereja-gereja dan lembaga oikoumene
lainnya, dan antaragama, baik tingkat nasional maupun internasional. Hubungan kemitraan ini
dimaksudkan untuk menciptakan kerukunan umat beragama serta kesejahteraan manusia di
Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya.

4
2.2. Lima Dokumen Keesaan Gereja
PGI berusaha terus mengembangkan persatuan atau keesaan di kalangan gereja-gereja di
Indonesia. Oleh karena itu, pada Sidang Raya XII PGI di Jayapura tanggal 21-30 Oktober
1994, disahkanlah Lima Dokumen Keesaan Gereja (LDKG). Perumusan dan pengesahan
LDKG ini merupakan bentuk dari kesadaran bersama gereja-gereja untuk menggumuli dan
menyepakati bersama hal-hal pokok yang saling berkaitan. Kelima dokumen tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Pokok-pokok Tugas Panggilan Bersama (PTPB)
2. Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK)
3. Piagam Saling Mengakui dan Saling Menerima (PSMSM)
4. Tata Dasar Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (TD)
5. Kemandirian Teologi, Daya, dan Dana (Kemandirian)
2.3. Majelis Pekerja Harian
Kegiatan sehari-hari PGI ditangani oleh Majelis Pekerja Harian yang terdiri atas Ketua Umum,
beberapa ketua, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara, dan Wakil Bendahara,
serta sejumlah anggota. Roda organisasi juga dibantu oleh Badan Pemeriksa Perbendaharaan
(BPP) dan Majelis Pertimbangan (MP). Jabatan Ketua Umum PGI untuk periode 2004-2009
dipegang oleh Pdt. Dr. A.A. Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara jabatan
Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt. Dr. Richard M. Daulay (Gereja Methodist Indonesia) Dan
pada Jabatan Ketua Umum PGI untuk periode 2009-2014 dipegang kembali oleh Pdt. Dr. A.A.
Yewangoe dari Gereja Kristen Sumba, sementara jabatan Sekretaris Umum dipegang oleh Pdt.
Gomar Gultom, M.Th dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Pada Sidang Raya XVI PGI
di Nias pada 11-17 November 2014, PGI mencatat sejarah baru dengan memilih seorang
perempuan untuk menjabat Ketua Umum PGI periode 2014-2019 yakni Pdt. Dr. Henriette
Tabita Hutabarat-Lebang dari Gereja Toraja, sementara jabatan Sekretaris Umum dipegang
kembali oleh Pdt. Gomar Gultom, M.Th. dari Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Dalam
menjalankan roda organisasinya, MPH PGI dibantu oleh sejumlah Bidang dan Biro, yaitu
Bidang Keesaan dan Pembaharuan Gereja (Koinonia), Bidang Keadilan dan Perdamaian
(Koinonia), dan Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (Marturia). Adapun biro yang
membantu adalah Biro Perempuan dan Anak, Biro Pemuda dan Remaja, dan Biro Penelitian
dan Pengembangan (Litbang), serta Biro Hubungan Masyarakat (Humas). Dalam pergerakan
ekumenis, PGI juga dibantu oleh Yayasan Komunikasi Masyarakat (Yakoma), yang membantu
PGI dalam hal publikasi, media, dan pengembangan sumber teknologi.
2.4. Keanggotaan
PGI mempunyai dua jenis anggota, yaitu Sinode-sinode Gereja dan PGI Wilayah
2.4.1. Sinode Gereja-gereja Anggota PGI
Saat ini terdapat 89 sinode gereja (yang terus bertambah) di bawah PGI yaitu,

5
NAMA GEREJA (SINODE) LOGO
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 7 Oktober 1861
Telepon: (0633)21707, 21122(Ext 100-139) | Fax: (0633)21596
e-Mail: binbinemailok@yahoo.com
website: www.hkbp.or.id
Banua Niha Keriso Protestan (BNKP)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 15 Mei 1938
Telepon: (0639) 21448 | Fax: (0639) 323.127
e-Mail: sinodebnkp@yahoo.com; biroprogram@yahoo.com
website: wikipedia
Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 18 April 1890
Telepon: (0628) 20466, 21524 | Fax: (0628) 20392
e-Mail: moderamen@gbkp.or.id
website: www.gbkp.or.id
Gereja Methodist Indonesia (GMI)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: Mei 1905
Telepon: (061) 451.0570; 457.1191 | Fax: (061) 415.7118
e-Mail: methodis@indosat.net.id
website: www.gmi.or.id
Gereja Kalimantan Evangelis (GKE)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 4 April 1935
Telepon: (0511) 335.4856 | Fax: (0511) 436.5297
e-Mail: msgke@indo.net.id; ms_gke@yahoo.com
website: www.gke.or.id

6
Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 25 Mei 1947
Telepon: (0432) 21370
Fax: (0432) 22828, 21865
e-Mail:
Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 30 September 1934
Telepon: (0431) 351.036 | Fax: (0431) 351.161
e-Mail: gmim@telkom.net
website:
Gereja Masehi Injili Di Bolaang Mongondow (GMIBM)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 28 Juni 1950
Telepon: (0434) 21280 | Fax: (0434) 22446
e-Mail: gmibm@telkom.net; sinodegmibm@gmail.com
website:

Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 18 Oktober 1947
Telepon: (0458) 21050, 21141, 21136, 21459 | Fax: (0458)
21318, 21711
e-Mail:
website:
Gereja Toraja (GETOR)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 25 Oktober 1947
Telepon: (0423) 21460, 21539, 21612, 21742 | Fax: (0423)
25143
e-Mail: bpsgetor@gmail.com
website:
Gereja Toraja Mamasa (GTM)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 7 Juni 1947
Telepon: 0428-2841003 | Fax:
e-Mail:
website:

7
Gereja Kristen di Sulawesi Selatan (GKSS)

menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 12 Juni 1966
Telepon: (0411) 854436 | Fax: (0411) 854436
e-Mail: sinode_gkss@ilovejesus.net
website:

Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 10 Februari 1957
Telepon: (0401) 3121.506 | Fax: (0401) 3122.626
e-Mail: gepsultra@telkom.net
website:
Gereja Masehi Injili Halmahera (GMIH)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 06 September 1949
Telepon: (0924) 21166 | Fax: (0924) 21302
e-Mai :
website:
Gereja Protestan Maluku (GPM)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 6 September 1935
Telepon: (0911) 352248,342442 | Fax: (0911) 312440
e-Mail: sinode@ambon-wasantara.net.id
website: http://www.sinodegpm.org
Gereja Kristen Injili di Tanah Papua (GKITP)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 26 Oktober 1956
Telepon: (0967) 531.472
Fax: (0967) 533.192
e-Mail: gktanahpapua@yahoo.com
website:
Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 31 Oktober 1947
Telepon: (0380) 832.943; 826.927 | Fax: (0380) 831.182,
832.943
e-Mail: sinodegmit@plasa.com; sinodegmit@telkom.net
website:

8
Gereja Kristen Sumba (GKS)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950

Berdiri: 15 Januari 1947


Telepon: (0387) 61342,62279 | Fax: (0387) 61342,62279
e-Mail: gks@indo.net.id
website:
Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 11 November 1931
Telepon: (0361) 4424.862 | Fax: (0361) 4420.591
e-Mail: gkpbbali@indosat.net.id
website: www.christianchurchbali.org
Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 11 Desember 1931
Telepon: (0341) 325.846, 325.873, 325.946 | Fax: (0341)
362.604
e-
Mail: ma.gkjw@yahoo.com; sekretariat_magkjw@yahoo.com
website :
Gereja Kristen Indonesia (GKI)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 26 Agustus 1988
Telepon: (021) 4585.0904 | Fax: (021) 4585.2899
e-Mail: synodgki@indo.net.id
website:
Gereja Injili di Tanah Jawa (GITJ)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 30 Mei 1940
Telepon: (0295) 385.337 | Fax: 0295-384.280
e-Mail: sinodegitj@gmail.com
website:
Gereja Kristen Jawa (GKJ)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 17 Februari 1931
Telepon: (0298) 326.684, 326.351
Fax: (0298) 323.985
e-Mail: sinodegkj@salatiga.wasantara.net.id;

9
sinodegkj@telkom.net
website: www.gkj.or.id
Gereja Kristen Pasundan (GKP)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 14 November 1934
Telepon: (022) 520.8723, 7080.2012
Fax: (022)-520.5698
e-Mail: sinode@gkp.or.id
website: www.gkp.or.id
Gereja Kristus (GK)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 12 Jun 1939
Telepon: 911.0536
Fax: 021-563.4118
e-
Mail: sinodegk@cbn.net.id; sinodegerejakristus@ymail.com
website :
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 31 Oktober 1948
Telepon: (021) 384.2895, 384.9917
Fax: (021) 385.9250
e-Mail: ms.gpib@gpib.org
website: www.gpib.org
Gereja Protestan di Indonesia (GPI)

Menjadi Anggota PGI: 25 Mei 1950


Berdiri: 6 Juni 1927
Telepon: (021) 351.9003
Fax: (021) 3483.0224
e-Mail: BPHGPI@telkom.net
website: www.sejarah-gpi.org
Gereja Isa Almasih (GIA)

Menjadi Anggota PGI: 17 Juli 1956


Berdiri: 21 Juli 1946
Telepon: (024) 351.7141, 3515.649, 351.3970
Fax: (024) 356.4265
e-Mail: gia_mph@yahoo.com
website: www.gia.or.id

10
Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI)

Menjadi Anggota PGI: 13 September 1960


Berdiri: 6 Desember 1920
Telepon: (024) 831.2795
Fax: (024) 8442.644
e-Mail: sinodemi@idola.net.id
website:
Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS)

Menjadi Anggota PGI: SR V di Jakarta (3-14 Mei 1964)


Berdiri: 2 September 1903
Telepon: (0622) 23676, 433381
Fax: (0622) 22626
e-Mail: gkps@gkps.or.id
website: www.gkps.or.id
Gereja Kristen Pemancar Injil (GKPI)

Menjadi Anggota PGI: 10 Mei 1964


Berdiri: 30 Mei 1959
Telepon: (0551) 21154
Fax: (0551) 34469
e-Mail: mstrk-gkpi@plasa.com; mstrk-gkpi@telkom.net
website:

Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS)

Menjadi Anggota PGI: 14 Mei 1964


Berdiri: 21 Januari 1952
Telepon: (0271) 585.1555, 672.7107
Fax: (0271) 624704
e-Mail: bp_gbis@telkom.net
website: http://www.gbis-online.org
Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS)

Menjadi Anggota PGI: 10 Mei 1964


Berdiri: 25 Februari 1964
Telepon: (031) 547.7614 | Fax: (031) 547.6938
e-Mail:
website:

Huria Kristen Indonesia (HKI)

Menjadi Anggota PGI: 29 Oktober 1967


Berdiri: 1 Mei 1927
Telepon: (0622) 25995 | Fax: (0622) 23238

11
e-Mail: support@kanpushki.com
website: http://www.kanpushki.com
Gereja Kristen di Luwuk Banggai (GKLB)

Menjadi Anggota PGI: 29 Oktober 1967


Berdiri: 27 Januari 1966
Telepon: (0461) 21436 | Fax: (0461) 22218
e-Mail:
website:
Gereja Kristus Tuhan (GKT)

Menjadi Anggota PGI: 29 Oktober 1967


Berdiri: 7 Desember 1939
Telepon: (0341) 325826
Fax: (0341) 368871
e-Mail:
website :
Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID)

Menjadi Anggota PGI: 10 Mei 1964


Berdiri: 4 April 1965
Telepon: (0451) 484.682 | Fax: (0451) 484.683
e-Mail: ms_gpid@yahoo.com
website :
Gereja Punguan Kristen Batak (GPKB)

Menjadi Anggota PGI: 26 April 1971


Berdiri: 10 Juli 1927
Telepon: (021) 3190.3203 | Fax: (021) 314.3881,877.92729
e-Mail: mpgpkb@plasa.com
website:
Gereja Protestan Indonesia Gorontalo (GPIG)

Menjadi Anggota PGI: 26 April 1971


Berdiri: 18 Juli 1965
Telepon: (0435) 823.815 | Fax: (0435) 823.815
e-Mail: sinode_gpig@yahoo.co.id
website:

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU)

Menjadi Anggota PGI: 22 April 1972


Berdiri: 22 April 1937
Telepon: (0298) 321.149/325.674 | Fax: (0298) 321.149/325.674
e-Mail: gkjtu@indo.net.id
website:

12
Gereja Kristen Kalimantan Barat (GKKB)

Menjadi Anggota PGI: 22 April 1972


Berdiri: 2 Juli 1966
Telepon: (0561) 737411 | Fax: (0561) 737411
e-Mail: sinodegkkb@yahoo.com
website: http://www.gkkb.or.id/

Gereja Gerakan Pantekosta (GGP)

Menjadi Anggota PGI: 29 Oktober 1967


Berdiri: 29 Maret 1923
Telepon: (021) 315.1984 | Fax: (021) 315.1984
e-Mail: adiharsanto@yahoo.co.id
website :
Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI)

Menjadi Anggota PGI: 10 Juli 1976


Berdiri: 30 Agustus 1964
Telepon: (0622) 22664
Fax: (0622) 433.625
e-Mail:
website: www.gkpi.org
Gereja Protestan Indonesia di Buol Toli-toli (GPIBT)

Menjadi Anggota PGI: 10 Juli 1976


Berdiri: 18 Apr 1965
Telepon: (0453) 23143 | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Protestan Mentawai (GKPM)

Menjadi Anggota PGI: 10 Juli 1976


Berdiri: 9 Juli 1916
Telepon: (0759) 322.012 | Fax: (0759) 322.011
e-Mail: pusatgkpm@yahoo.co.id
website:
Gereja Kristen di Indonesia di Sumatera Utara (GKI
SUMUT)

Menjadi Anggota PGI: 10 Juli 1976


Berdiri: 11 Sep 1969
Telepon: 0622-23143 | Fax:
e-Mail:
website:

13
Gereja Kristen Protestan Angkola (GKPA)

Menjadi Anggota PGI: 19 Mei 1977


Berdiri: 26 Oktober 1975
Telepon: (0634) 21302 | Fax: (0634) 22751
e-Mail: kp_gkpa@yahoo.com
website: http://gkpa.wordpress.com
Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM)

Menjadi Anggota PGI: 6 September 1979


Berdiri: 25 Maret 1933
Telepon: (0431) 865.941 | Fax:
e-Mail: revlibororing@yahoo.com
website:
Gereja Mission Batak (GMB)

Menjadi Anggota PGI: 22 Juli 1980


Berdiri: 17 Juli 1927
Telepon: (061) 770.94788
Fax:
e-Mail:
website:

Gereja Angowuloa Masehi Indonesia Nias (Gereja AMIN)

menjadi Anggota PGI: 22 Juli 1980


Berdiri: 12 Mei 1946
Telepon: | Fax:
e-Mail: amin.nias@yahoo.co.id
website:
Gereja Kristen Anugerah (GKA)

Menjadi Anggota PGI: 4 Desember 1980


Berdiri: 1 September 1963
Telepon: (021) 631.5309 | Fax: (021) 6470.0736
e-Mail:
website:
Gereja Protestan Indonesia Luwu (GPIL)

Menjadi Anggota PGI: 3 Oktober 1983


Berdiri: 6 Februari 1966
Telepon: (0471) 23616 | Fax: (0471) 23616
e-Mail:
website:

14
Gereja Kebangunan Kalam Allah (GKKA)

Menjadi Anggota PGI: 28 Oktober 1984


Berdiri: 13 Mei 1973
Telepon: (031) 849.0732, 841.6908 Fax: (031) 849.0151
e-Mail : mph_gkkaind@yahoo.com
website :

Gereja Kristen Kalam Kudus (GKKK)

Menjadi Anggota PGI: 25 Februari 1987


Berdiri: 5 September 1973
Telepon: (021) 2903.4345-6
Fax: (021) 2903.4337
e-Mail:sinodegkkk@cbn.net.id;gkkk@sinodekalamkudus.org
website: http://www.sinodekalamkudus.org
Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP)

Menjadi Anggota PGI: 22 April 1988


Berdiri: 16 April 1952
Telepon: 0639-22750 | Fax: 0639-22750
e-Mail: pimpinanpusatonkp@gmail.com
website:
Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)

Menjadi Anggota PGI: 22 April 1988


Berdiri: 6 Agustus 1987
Telepon: (0725) 42598 | Fax: (0725) 42598
e-Mail: sinode_gksbs@yahoo.co.id; sinode@gksbs.org
website: http://www.gksbs.org
Gereja Protestan Kalimantan Barat (GPKB) Pontianak

Menjadi Anggota PGI: 24 April 1989


Berdiri: 10 Februari 1963
Telepon: (0561) 37523 | Fax:
e-Mail: sinode.gpkb@gmail.com
website:
Gereja Bethel Indonesia (GBI)

Menjadi Anggota PGI: 30 Oktober 1989


Berdiri: 6 Oktober 1970
Telepon: (021) 420.6330; 428.03664 | Fax: (021) 4280.3786
e-Mail: bpsgbi@cbn.net.id
website:

15
Gereja Kristen Injili Indonesia (GKII)

Menjadi Anggota PGI: 7 Mei 1991


Berdiri : 17 Juni 1967
Telepon: (0732) 7000.572 | Fax:
e-Mail: sinodegkii@ymail.co.id
website:

Gereja Masehi Injili Indonesia (GEMINDO)

Menjadi Anggota PGI: 12 Mei 1993


Berdiri: 19 Agustus 1964
Telepon: (021) 437.2212 | Fax: (021) 437.2210
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Injili di Indonesia (GEKISIA)

Menjadi Anggota PGI: 12 Mei 1993


Berdiri: 11 Agustus 1964
Telepon: (0736) 26991 | Fax: (0736) 26991
e-Mail: msg@bengkulu.wasantara.net.id
website:
Gereja Kristen Luther Indonesia (GKLI)

Menjadi Anggota PGI: 12 Mei 1993


Berdiri: 18 Mei 1965
Telepon: | Fax: (0633) 31708
e-Mail:
website:
Gereja Protestan Persekutuan (GPP)

Menjadi Anggota PGI: 13 Mei 1993


Berdiri: 18 Mei 1975
Telepon: (061) 787.5903 | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI)

Menjadi Anggota PGI: 12 Mei 1993


Berdiri: 21 November 1988
Telepon: 021-4661954 – 56 | Fax: 021-4661957 ; 021-79197836
e-Mail: admin@sinode-gksi-setia.org
website: http://www.sinode-gksi-setia.org

16
Gereja Tuhan di Indonesia (GTDI)

Menjadi Anggota PGI: 12 Mei 1993


Berdiri: 1 Juni 1971
Telepon: (061) 451.6477 | Fax:
e-Mail: katnasbphgtdi@yahoo.com
website:
Gereja Kristen Indonesia di Sulawesi Selatan (GKI SULSEL)

menjadi Anggota PGI: 20 Oktober 1994


Berdiri: 1980
Telepon: (0411) 332.981/322.984 | Fax: (0411) 332.981, 326.871
e-Mail:
website :
Gereja Kristen Perjanjian Baru (GKPB)

Menjadi Anggota PGI: 29 Juni 1995


Berdiri: 7 Juni 1987
Telepon: (021) 536.90033 | Fax: (021) 536.90055
e-Mail:
website: http://www.gkpb.net/
Angowuloa Fa’awosa Kho Yesu (AFY)

Menjadi Anggota PGI: 11 November 1995


Berdiri: 25 November 1925
Telepon: (0639) 22581 | Fax: (0639) 22581
e-Mail:
website:

Gereja Rehoboth (GR)

Menjadi Anggota PGI: 25 November 1996


Berdiri: 27 Juli 1947
Telepon: (022) 423.0722 | Fax: (022) – 4216784
e-Mail: info@gerejarehoboth.org; j.runkat@gmail.com
website: http://gerejarehoboth.org
Gereja Protestan Indonesia di Papua (GPI PAPUA)

Menjadi Anggota PGI: 10 November 1997


Berdiri: 25 Mei 1985
Telepon: (0956) 22426 | Fax: (0956) 22170
e-Mail:
website:

17
Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD)

Menjadi Anggota PGI: 13 November 1997


Berdiri: 25 Agustus 1991
Telepon: (0627) 22428 | Fax: (0627) 22428
e-Mail: kpsgkppdsdk@yahoo.co.id
website: http://gkppd.blogspot.com
Gereja Keesaan Injili Indonesia (GEKINDO)

Menjadi Anggota PGI: 25 Januari 1999


Berdiri: 31 Oktober 1993
Telepon: (021) 8242.0642 | Fax: (021) 910.6942
e-Mail: gekindoindonesia@yahoo.com
website:
Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU)

Menjadi Anggota PGI: 26 November 1998


Berdiri: 15 Maret 1950
Telepon: (0431) 867.336/862.703, 861.703 | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Sulawesi Barat (GKSB)

Menjadi Anggota PGI: 22 Maret 2000


Berdiri: 31 Oktober 1977
Telepon: (0426) 21519 | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Oikoumene di Indonesia (GKO)

Menjadi Anggota PGI: 22 Maret 2000


Berdiri: 29 Juli 1979
Telepon: (021) 745.3362 | Fax: (021) 745.3362
e-Mail: sinode_gko@yahoo.com
website: http://sinodegko.wordpress.com
Gereja Sahabat Indonesia (GSI)

Menjadi Anggota PGI: 23 November 2000


Berdiri: 19 Desember 1989
Telepon: (021) 5312.5894 | Fax: (021) 5312.5894
e-Mail: gsi@cbn.net.id; arbitergs@yahoo.com
website:

18
Gereja Utusan Pantekosta di Indonesia (GUPDI)

Menjadi Anggota PGI: 23 November 2000


Berdiri: 22 Januari 1935
Telepon: (021) 30010301, 30010309 | Fax: (021) 30010308
e-Mail: sinodegupdi@yahoogroups.com
website:
Gereja Protestan Indonesia di Banggai Kepulauan (GPIBK)

Menjadi Anggota PGI: 21 November 2001


Berdiri: 3 Februari 2000
Telepon: | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Masehi Injili di Talaud (GERMITA)

Menjadi Anggota PGI: 12 Oktober 2002


Berdiri: 23 Oktober 1997
Telepon: 0433-311.407 | Fax: 0433-311.407
e-Mail: germita_lirung@yahoo.com
website:
Gereja Kristen Abdiel (GKA)

Menjadi Anggota PGI: 24 Maret 2005


Berdiri: 14 Agustus 1976
Telepon: (031) 7315860 | Fax: (031) 7315860
e-Mail: sinodegka@telkom.net; tjan.eng.liem@gmail.com
website:
Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI)

Menjadi Anggota PGI: 26 Januari 2006


Berdiri: 12 Desember 1971
Telepon: (021) 586.9522 | Fax: (021) 569.80495
e-Mail: sinodegkri@yahoo.co.id
website:
Gereja Sidang-sidang Jemaat Allah (GSJA)

Menjadi Anggota PGI: 26 Januari 2006


Berdiri: 4 April 1941
Telepon: (021) 380.7454 | Fax: (021) 384.3200
e-Mail:
website:

19
Gereja Kristus Yesus (GKY)

Menjadi Anggota PGI: 26 Januari 2007


Berdiri: 3 Juni 2002
Telepon: (021) 649.9903,649.9903 | Fax: (021) 649.9903
e-Mail: sekum@cbn.net.id
website: http://www.gky.or.id
Gereja Kristen Protestan Injili Indonesia (GKPII)

Menjadi Anggota PGI: 26 Januari 2007


Berdiri: 7 Desember 1969
Telepon: (024) 352.0260-61 | Fax:
e-Mail:
website:
Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII)

Menjadi Anggota PGI:26 Januari 2007


Berdiri: 10 Februari 1928
Telepon: (021) 319.02510 | Fax: (021) 314.2148
e-Mail: bphp@kemah-injil.org; gkiipusatjkt@yahoo.co.id
website: http://www.kemah-injil.org
Gereja Protestan Soteria di Indonesia (GPSI)

Menjadi Anggota PGI: 26 Januari 2007


Berdiri: 4 Mei 1975
Telepon: (021) 435.0118, 439.00856 | Fax: (021) 435.0118
e-Mail:
website:
Gereja Kristen Sangkakala Indonesia (GKSI)

Menjadi Anggota PGI: 28 Februari 2008


Berdiri: 22 September 1946
Telepon: (021) 569.66547 | Fax: (021) 569.60327, 560.0687
e-Mail: gksipusat@yahoo.co.id
website: http://gksi.or.id
Kerukunan Gereja Masehi Protestan Indonesia (KGMPI)

Menjadi Anggota PGI: 23 Februari 2009


Berdiri: 20 Juli 1965
Telepon: 0411- 854.553 | Fax:
e-Mail:
website:

20
Jemaat Kristen Indonesia (JKI)
Berdiri : tahun 1977
website :

2.4.2. PGI Wilayah


Saat ini terdapat 27 Majelis Pekerja Harian (Cabang) PGI Wilayah
1. PGI Wilayah DKI Jaya
2. PGI Wilayah Jawa Barat
3. PGI Wilayah Jawa Tengah
4. PGI Wilayah Jawa Timur
5. PGI Wilayah Sumatera Utara
6. PGI Wilayah Kalimantan Selatan
7. Pelaksana Harian Sinode Am Gereja-gereja di Sulutteng
8. PGI Wilayah Sulselbara
9. PGI Wilayah NTT dan Timtim
10. PGI Wilayah Maluku
11. PGI Wilayah Maluku Utara
12. PGI Wilayah Papua
13. PGI Wilayah Sumatera Selatan
14. PGI Wilayah Kalimantan Barat
15. PGI Wilayah Kaltim
16. PGI Wilayah Lampung
17. PGI Wilayah Bali
18. PGI Wilayah Jambi
19. PGI Wilayah NTB
20. PGI Wilayah Kalteng
21. PGI Wilayah Aceh
22. PGI Wilayah Sumbar
23. PGI Wilayah Riau
24. PGI Wilayah Yogyakarta
25. PGI Wilayah Bengkulu
26. PGI Wilayah Kepulauan Riau
27. PGI Wilayah Banten
Selain menjadi wadah nasional Gereja-gereja di Indonesia, PGI juga menjadi anggota Dewan
Gereja-gereja Asia (CCA) dan Dewan Gereja-gereja se-Dunia(WCC)
2.4.3. Syarat-syarat Keanggotaan
Berikut adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi Anggota PGI:

21
1. Mempunyai Tata gereja sendiri memberitakan Firman Allah dan melayani sakramen
sesuai dengan kesaksian Alkitab.
2. Mempunyai Anggota Dewasa yang sudah dibaptis/sidi sekurang-kurangnya 2.000
orang.
3. Menunjukkan kerjasama yang baik dengan gereja-gereja tetangganya, terutama gereja
anggota PGI.
4. Menyatakan persetujuannya secara tertulis terhadap Dokumen Keesaan Gereja serta
kesediaannya untuk melaksanakan semua hal dan kewajibannya sebagai gereja anggota
dengan bersungguh-sungguh.
5. Menyatakan kesediaan mencantumkan "ANGGOTA PGI" di belakang nama gereja
yang bersangkutan.
2.5. Tokoh PGI
 Liesje Tamuntuan-Makisanti (GPI/GMIM)
 Pudjo Setoto Abednego (GBI)
 Frieda Helena PMH Manaloe (GKPI)
 J.R. Hutauruk (HKBP)
 Engkesman Hilep (GKE)
 St. Benyamin Pinem (GBKP)
 Febry C. Tetelepta
 Inget Sembiring (GBKP)
 Togar Simanjuntak (GKSI)
 Andreas A. Yewangoe (GKS)
 Daniel Susanto (GKI)
 Jan Sihar Aritonang (GKPI)
 Margaretha M. Hendriks (GPI/GPM)
 Richard M. Daulay (GMI)
 Kumala Setiabrata (Gereja Kristus)
 Weinata Sairin (GKP)
 Christian P. Masengi (GPI/GPIB)
 Bungaran Saragih (GKPS)
 St. John R.P. Hutbarat (HKI)
 Yan Santoso Purba (GKPS)
 Yupiter Gulo (BNKP)
 Favor. A. Bancin ( GKPPD )
2.6. Pengurus MPH, BPP dan MP PGI Periode 2014-2019
2.6.1. MPH PGI
1. Ketua Umum: Pdt. Dr. Henriette Tabita Hutabarat-Lebang (Gereja Toraja)
Ketua:
2. Pdt. Dr. Tuhoni Telaumbanua, Ph.D (BNKP)
3. Pdt. Dr. Ir. Bambang H. Widjaja, MA (Gereja Kristen Perjanjian Baru)
4. Pdt. Drs. Samuel Budi Prasetya, M.Si (GIA) (+) (2014-2016)
5. Dr. Agustin Teras Narang, SH, MH (GKE) (2017-sekarang)
6. Pdt. Dr. Albertus Patty (GKI)
7. Sekretaris Umum: Pdt. Gomar Gultom, M.Th (HKBP)

22
8. Wakil Sekretaris Umum : Pdt. Krise Anki Rotti–Gosal, S.Th (GMIM)
9. Bendahara Umum : Pnt. Ivan Rinaldi, SE, MM (GEMINDO)
10. Wakil Bendahara Umum : Drs. Arie Moningka (Gereja Kemah Injil Indonesia)
Anggota :
1. Pdt. Retno Ratih Suryaning Handayani, M.Th, MA (GKJ)
2. Pdt. Budieli Hia (ONKP)
3. Pdt. Dr. Zakaria Jusuf Ngelow (GKSS)
4. Pdt. Lintje H. Pellu, M.Si, Ph.D (GMIT)
2.6.2. BPP MPH PGI:
1. Ketua : Pdt. Kumala Setiabrata, M.Th (Gereja Kristus)
2. Sekretaris : Drs. Monang Simorangkir (Gereja Protestan Persekutuan)
3. Anggota : St. Dr. John R.P. Hutabarat (HKI)
2.6.3. Majelis Pertimbangan PGI
1. Ketua : Pdt. Dr. A. A. Yewangoe (GKS)
2. Wakil Ketua : Pdt. Dr. Karel Ph. Erari (GKI TP)
3. Sekretaris : Pdt. Abraham Lincoln Hutasoit (GKPA) (+) (2014-2016)
Pdt. Prof. John A. Titaley, Th.D (GPIB) (2017-sekarang)
Anggota :
1. Pdt. Dr. Kadarmanto Hardjowarsito, Th.M (GKJ)
2. Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa (GBI)

2.7. Sejarah Gereja Protestan di Maluku (± 1800-1864)

Gereja Protestan Maluku

Logo GPM

Klasifikasi Protestan, Calvinis

23
Pemimpin Ketua Umum Pdt. Dr. Ates
Werinussa, M.Si.

Wilayah Indonesia

Didirikan 6 September 1935


Maluku

Pecahan/pemekaran dari Gereja Protestan Calvanis


Gereja Protestan di Indonesia
(GPI)

Umat 504.128 jiwa

Gereja Protestan Maluku (GPM) merupakan salah satu gereja di Indonesia yang
beraliran Protestan Reformasi atau Calvinis. GPM berdiri di Ambon, Maluku pada tanggal 6
September 1935. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari kelahiran GPM. GPM
memandirikan dirinya dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) atau Indische Kerk sebagai
bentuk kemandirian gereja.

Gereja Protestan Maluku atau GPM adalah gereja Protestan yang melayani di
wilayah Provinsi Maluku (Pulau Buru, Pulau Seram, Pulau Ambon, Pulau-
pulau Lease (Saparua, Haruku dan Nusalaut), Pulau-pulau Banda, Kepulauan Kei,
Kepulauan Aru (Dobo), Tanimbar, Babar, Leti-Moa-Lakor, Kisar hingga Wetar, dan Provinsi
Maluku Utara (Ternate, Pulau-pulau Bacan, Pulau-pulau Obi, dan Kepulauan Sula) GPM
bertumbuh dengan berbagai tantangan yang bukannya membuat umat Kristen di provinsi
kepulauan ini mundur, tetapi semakin membuat semangat kekristenan mereka makin menyala-
nyala. Tantangan-tantangan yang dihadapi mulai dari dibombardirnya wilayah Ambon
pada Perang Dunia II oleh Jepang, yang menyebabkan separuh hamba Tuhan terbunuh dan
penduduk di beberapa desa dibantai. Kemudian ketika pecahnya pemberontakan Republik
Maluku Selatan (RMS) pada tahun 1950 berakibat pada hancurnya sebagian besar gereja di
Ambon dan Seram. Kemudian yang terakhir ketika pecah kerusuhan antarwarga Kristen
– Islam yang sangat disayangkan adalah buah tangan orang-orang yang membenci kedamaian.
Sehingga kembali lagi gereja dan bangunan-bangunan penting milik GPM ikut hancur, fasilitas
sekolah dan kampus Universitas Kristen hangus terbakar. Dua Klasis berhenti melayani dan
ratusan warga yang ada di desa dan kota dibantai. Ribuan orang pun mengungsikan diri ke
wilayah aman seperti Sulawesi Utara, Bali, dan Papua. Akibatnya di Ambon dan beberapa
tempat bekas kerusuhan muncul pembagian wilayah-wilayah Islam dan Kristen yang
sebenarnya sangat disayangkan, serta muncul trauma-trauma negatif yang masih tertanam pada
kedua pihak. Kini GPM bekerja keras tidak hanya untuk membangun kembali gereja secara
fisik tetapi juga secara mental dan spiritual. Dengan fokus membangun kehidupan masyarakat
Kristen yang berlandaskan teologi hidup dan semangat “pela gandong” yang diharapkan dapat

24
menyembuhkan luka-luka konflik dan kekerasan. Sehingga masyarakat Kristen di Maluku
khususnya warga GPM dapat kembali melanjutkan pelayanan dengan semangat penginjilan
yang teguh dan tidak terkungkung dalam kebodohan duniawi dengan salah satu cara yakni;
memberikan pelayanan Injil yang komprehensif di tengah masyarakat, seperti tampak dari
keikutsertaan dalam mencerdaskan anak-anak bangsa melalui penyelenggaraan pendidikan.

Keadaan Umum
Mulai dari tahun-tahun 1790-an sampai sekitar tahun 1820, Ambon dan kepulauan Maluku
berada dalam keadaan yang tidak menentu. Dua kali orang-orang InggerisALAH orang-orang
Belanda sebagai penguasa (1796-1802, 1810-1817). Mereka meringankan beban yang harus
ditanggung penduduk akibat sistim monopoli VOC (§ 10). Ketika orang-orang Belanda
kembali (1817), mereka langsung mulai lagi membujuk orang-orang yang bertanggung jawab,
dan hal yang turut menyebabkan pemberontakan yang hebat di Saparua. Tahun-tahun 1820-an
merupakan periode yang tenang, tetapi mulai dari 1835 pulau-pulau Maluku Tengah
digoncangkan oleh gempa bumi dan wabah. Dalam pada itu kehidupan orang-orang Maluku
tetap berjalan sesuai corak yang sudah terjadi selama masa VOC. Mereka tidak
mengembangkan kegiatan ekonomi sendiri selain untuk mencari manfaat yang paling
mendasar. Pulau-pulau Maluku miskin, dan banyak orang yang merantau menjadi pegawai
atau pemerintah untuk pemerintah Belanda. Di bidang politik, orang-orang Ambon tetap
berada di bawah perwalian orang-orang Belanda. Apa pun yang terjadi di atas, dan mereka
akan menerima apa saja yang diputuskan oleh mereka.

Tak ada pendeta-pendeta


Gereja di Maluku ikut serta dalam perkembangan umum. Pada tahun-tahun 1780-an masih ada
tiga orang pendeta di Ambon. Sebab-sebab runtuhnya VOC, hubungan dengan dunia luar
diputuskan. Mulai 1793 sampai 1815 tidak ada lagi Pendeta di Ambon, kecuali selama
beberapa bulan saja; di Saparua seorang pendeta masih bertahan sampai tahun 1801. Di Ternate

gambar 2. 2 GPM pertama gambar 2. 1 Maranatha

dan Banda, keadaan tidak banyak berbeda. Barulah pada tahun 1813, pemerintah Inggeris
mendatangkan

25
seorang pendeta dari India, yaitu Jabez Carey, anak William Carey yang terkenal itu. Mereka
adalah seorang Baptis, dan bersedia bekerja dalam rangka pekerjaan di Maluku.
Arti tiadanya pendeta-pendeta
Terputusnya hubungan dengan dunia luar sama sekali tidak berarti bahwa gereja Kristen di
Ambon menjadi punah. Orang-orang Kristen Ambon sekarang juga (bnd § 9) ingin tetap
berpegang pada agama Kristen. Sejak dahulu kala, kekristenan di Ambon terutama terpelihara
oleh guru-guru, bukan oleh pendeta-pendeta asing. Dan kini guru-guru itu adalah kegiatan-
kegiatan yang biasa di gereja dan di sekolah. Pendidikkan mereka itu cukup. Namun demikian,
di antara mereka terdapat orang-orang yang memimpin jemaat dengan cara yang sama sekali
dapat dipertanggungjawabkan. Kita mendengar tentang guru Lokolo di Amahai yang
membimbing jemaatnya dengan sangat setia; tentang guru yang khotbahnya dipuji juga oleh
serumpun Injil yang serba kritis itu; Tentang guru kepala Risakotta di Saparua, yang
sekolahnya di Tiouwengaruh asukai sekolah-teladan. Guru-guru seperti ini menyatakan pula
khotbah yang mereka susun sendiri (§ 10), dan menurut pekerjaannya, mereka layak disebut
sebagai pendeta. Hanya, mereka tidak ditahbiskan dan mereka tidak boleh melayankan
sakramen-sakramen.
Kehidupan gereja tidak banyak berobah
Katakanlah bahwa orang-orang Kristen di Maluku sangat tidak menyenangkan. Orang-orang
Kristen di luar kota Ambon sudah biasa dengan pelayanan sakramen-sakramen yang jarang
sekali terjadi. Dan mereka bertemu dengan satu pendeta paling banyak satu kali dari; sering
juga kurang dari itu. Jadi, bagi mereka tidak banyak yang berobah dengan perginya pendeta
yang terakhir. Massa kekosongan pendeta itu hanya menandaskan kekurangan-kekurangan dan
kelemahan yang sudah ada selama zaman Misi dan gereja Gereformeerd. Selama dua setengah
abad, orang-orang Kristen Maluku sudah tidak mendapat tenaga pelayan yang terdidik baik,
dan mereka tidak dilayankan sakramen-sakramen secara teratur. Sekarang hubungan dengan
dunia luar telah putus, dan gereja sama sekali tidak memiliki lagi pendeta atau
sakramen. Masih dalam kondisi seperti itu gereja di Maluku sudah hidup selama tiga abad.
Orang-orang maluku berpegang pada agama Kristen
Niat orang-orang Ambon seharusnya berpegang pada agama yang diwariskan kepada mereka
menjadi nyata dalam pemberontakan di Saparua (1817), yang dipimpin oleh Thomas Matulessy
yang dinamakan pula Pattimura. Pemberontakan ini untuk sebagian besar dicetuskan oleh isu-
dana di bidang agama, yaitu gereja dan sekolah. Pemerintah Belanda ingin membayar gaji para
guru dari Kas negara, dan mereka akan ditanggung oleh negeri-negeri sendiri. Orang-orang
Maluku menamatkan itu sebagai tindakan yang merusak agama Kristen. Orang yang memilih
untuk mengirim pendeta (Belanda) lebih banyak, demi pemeliharaan rohani terjamin. Salah
satu alasan lain yang dikemukakan Pattimura adalah bahwa orang-orang Islam di Maluku
konon mau dikristenkan secara paksa. Dan terakhir orang marah karena salah satu gedung
gereja di kota Ambon, yang sudah rongsok, mau dijadikan gudang. Pattimura mendapat banyak
orang dari guru, dan mereka yakin bahwa Allah tetap dipihak mereka - tentu saja pernyataan
seperti ini pada orang-orang Belanda.
Corak kepercayaan orang-orang Maluku

26
Dari kebebasan-lingkaran yang dikemukakan oleh Pattimura dan oleh guru-guru yang
mendukung dia, dapat menghasilkan beberapa hal lain lagi.
Kesatuan Kehidupan
Sebuah. Orang-orang Kristen Maluku menganggap bahwa hubungan yang erat antara gereja,
sekolah dan negara, seperti yang telah berlaku pada zaman VOC, adalah wajar. Gagasan-
konsep baru yang telah muncul di Barat Pencerahan dan Pietisme, yaitu bahwa negara-negara
dengan sekolah dan bahwa sekolah harus dilepaskan dari pimpinan gereja, adalah sama sekali
bagi mereka. Divide mereka masih dianut seperti yang ada dalam lingkungan agama suku (§
1) dan di dunia Barat sebelum abad ke-18 (§ 3,10).
Kesucian = kesaktian
Keberatan mereka terhadap harga jual gedung-gedung gereja mungkin sekali menandakan
bahwa mereka melihat benda-benda sebagai benda-benda suci. Dengan kata lain, bahwa bagi
mereka "kesucian" mendapat arti "kesaktian", "keramat", sama seperti dalam agama suku
(namun anggapan ini tersebar luas dan di tengah-tengah kekristenan Barat). Kesan ini diperkuat
oleh berita-berita tentang sifat magis yang melekat pada benda-benda yang digunakan dalam
ibadah, seperti kisah-kisah yang disebut pemuda yang merampas isi peti derma, dan diserang
yang menghasilkan lubang-lubang dalam peti derma itu. Kita bisa juga mengingat penggunaan
air baptisan dan roti perjamuan sebagai obat atau pupuk.
Tidak misioner
Reaksi mereka terhadap desas-desus seakan-akan orang-orang Islam mau dikonfigurasikan
menjadi Kristen, melihat kepada kita bahwa mereka melihat agama Kristen itu sebagai milik
yang sangat nyata, tetapi tidak dapat diteruskan kepada saudara-saudara mereka yang beragama
lain. Wajarlah jika mereka sendiri menganut agama Kristen; wajar juga kalau di negeri-negeri
lain orang menganut agama Islam. Dalam hal ini pula kita melihat komponen-komponen
agama, yang tidak bersifat misbal terhadap anggota-anggota lingkungan yang lain.
Pengaruh agama secara langsung
Dalam hal-hal yang dapat dilakukan sebelumnya itu nampaklah mempengaruhi agama yang
tidak langsung, yaitu pola-pola agama yang ditemukan dalam agama suku. Bentuk agama
Kristen ditentukan olehnya. Di samping itu masih tersedia dan mempengaruhi suku-suku yang
langsung, yaitu kebiasaan-kebiasaan yang berasal dari agama suku. Sebagian orang-orang
Kristen masih menyimpan benda-benda keramat, benda-benda yang berwujud nenek-
moyang. Pendeta-pendeta pada zaman VOC telah menjadi anggota unsur-unsur agama, dan
jika kedapatan, orang menerima panggilan berat, sampai diancam tonton mati. Anehnya,
pendeta-pendeta yang kurang berfikir agama yang tidak langsung itu dalam perwujudan agama
Kristen seperti yang ada di Maluku (atau di Belanda sendiri). Korban,
Tenaga baru: Jabez Carey (1814 - 1818)
Pemerintah Inggeris tidak senang melihat keadaan tersebut. Mereka meminta tenaga baru dari
Zending Inggeris di India. Yang diutus adalah Jabez Carey, putera tokoh zending yang terkenal
itu, yaitu William Carey. Pada zaman VOC para pendeta Belanda membawa-serta bentuk-
bentuk dan corak gereja mereka dari tanah-udara, begitu pula Carey ini memasukkan ke
Ambon keyakinan-keyakinan khas dari gerejanya sendiri, yaitu gereja Baptis. Ia bahkan
disuruh mengingat kembali buku-buku sekolah dan kitab katekismus (§ 10), menyerang

27
baptisan anak-anak, dan “gereja-gereja injili”, yang terdiri dari orang-orang yang betul-betul
takut akan Allah. Tapi Carey belum berhasil mewujudkan cita-cita ini, membuat orang-orang
Belanda kembali di Maluku (1817), dan mengusir dia (1818).
Tenaga baru: Joseph Kam (1769-1833)
Sebelum pemerintah Belanda mengoperasi Ambon, seorang pendeta Belanda sudah memulai
pelayanan di sana. Joseph Kam berasal dari keluarga Pietis di Belanda. Hanya ia sekeluarga
tetap tinggal anggota-anggota gereja gereformeerd (gereja-rakyat, gereja-negara). Keluarganya
memiliki hubungan yang akrab dengan jemaat Herrnhut (§ 19), dan dengan penuh perhatian
membaca berita-berita tentang usaha pekabaran Injil oleh utusan-utusan Herrnhut. Yusuf ingin
menjadi seorang pekabar Injil juga, tetapi baru setelah isterinya meninggal, ia dapat melamar
ke NZG (lembaga ini tidak mau mengutus orang-orang yang berkeluarga). Selama beberapa
tahun ia dididik oleh pendeta-pendeta dari lingkungan Pengurus NZG. Baru diudian hari NZG.
Gabung sekolah pendidikan calon-zendeling. Kam di tahbiskan menjadi pendeta dan pada
tahun 1814 ia tiba di Jawa,
Kam "disita" pemerintah
Kam dan kedua orang yang belajar untuk bekerja di tengah-tengah orang yang bukan-Kristen,
lepas dari jemaat-yang sudah ada. Akan tetapi pemerintah menganggap lebih baik dari jemaat-
lebih lebih banyak dari Injil dan ayat zendeling yang disuruh mengisi lowongan-lowongan
dalam gereja-gereja (§ 18). Bruckner ditempatkan di Semarang (§ 24), sedangkan Kam sendiri
dikirim ke Ambon. Sebelum berangkat ke sana, Kam selama setengah tahun melayani jemaat
Surabaya. Di situ ia berkenalan dengan beberapa orang yang peka terhadap pemberitaannya,
antara lain seorang tukang arloji berkebangsaan Jerman yang namanya Emde (§ 24). Dalam
hati mereka Kam tanamkan kesadaran bahwa mereka bertanggung jawab atas pekabaran Injil
di tengah-tengah orang-orang Jawa. Pada tahun 1815 Kam mendarat di Ambon dan mulai
bekerja di sana.
Pekerjaan Kam di Maluku (1815 - 1833)
Di Maluku, Kam menemukan kamera yang telah digambarkan di atas. Yang menjadi legenda
adalah, bagaimana menghadapinya. Mungkin kita berpikir bahwa kita akan mencari corak
Pietisme / Revival dengan mengumpulkan “orang-orang Kristen hidup” dari antara “massa
anggota gereja yang mati” dan dengan menggunakan kelompok-kelompok orang-orang saleh
itu sebagai pangkalan untuk membaharui gereja. Metode yang telah dipilih oleh William
Carey. Dan memang Kam segera memulai latihan-latihan spiritual dan kumpulan-kumpulan
doa, di mana orang-orang yang sudah “dibangunkan” berkumpul. Kumpulan-kumpulan itu
merupakan sarana yang penting dalam membangun kembali gereja di Maluku. Akan tetapi
Kamacanya seorang Pietis yang fanatik, yang tidak mau tahu tentang gereja-rakyat dan yang
meremehkan pemberitaan Firman dan layanan sakramen-sakramen kepada orang banyak. Lain
dari pada Carey, ia segera menyingsingkan lengan dan mulai mengejar ketinggalan yang terjadi
akibat tidak adanya pendeta selama duapuluh tahun. Dua harises tiba di Ambon ia mulai
melayankan Firman; tiga minggu kemudian ia memimpin perayaan perjamuan Kudus. Dan
karena di Ambon, ada tiga ribu anak yang belum di baptis, mereka mulai melayankan baptisan
kepada mereka (dengan menetapkan jatah 120 orang per minggu). Dalam pekerjannya ini, Kam
membentuk cita-cita Pietisme dengan sikap terbuka terhadap realitas dan nilai gereja rakyat. ia

28
segera menyingsingkan dan mengeluarkan semangat yang terjadi akibat tidak adanya pendeta
selama duapuluh tahun. Dua harises tiba di Ambon ia mulai melayankan Firman; tiga minggu
kemudian ia memimpin perayaan perjamuan Kudus. Dan karena di Ambon, ada tiga ribu anak
yang belum di baptis, mereka mulai melayankan baptisan kepada mereka (dengan menetapkan
jatah 120 orang per minggu). Dalam pekerjannya ini, Kam membentuk cita-cita Pietisme
dengan sikap terbuka terhadap realitas dan nilai gereja rakyat. ia segera menyingsingkan dan
mengeluarkan semangat yang terjadi akibat tidak adanya pendeta selama duapuluh tahun. Dua
harises tiba di Ambon ia mulai melayankan Firman; tiga minggu kemudian ia memimpin
perayaan perjamuan Kudus. Dan karena di Ambon, ada tiga ribu anak yang belum di baptis,
mereka mulai melayankan baptisan kepada mereka (dengan menetapkan jatah 120 orang per
minggu). Dalam pekerjannya ini, Kam membentuk cita-cita Pietisme dengan sikap terbuka
terhadap realitas dan nilai gereja rakyat.
Di luar kota Ambon, wilayah dalam, wilayah luar
Tetapi tidak hanya kota Ambon yang menjadi lapangan kerja Kam. Ia merupakan satu-satunya
pendeta di wilayah Maluku, malahan di seluruh Indonesia Timur. Kam lebih dulu mencurahkan
perhatiannya kepada wilayah-dalam itu jemaat-jemaat di pulau Ambon dan pulau-pulau
sekitarnya. Pada tahun 1815-1816 ia menjadi anggota jemaat dan di mana-mana ia
memberitakan Firman, menegakkan disiplin gereja dan di sekolah, ditinjaunya juga. Untuk
melengkapi dia mengunjungi jemaat-jemaat ini - tercakup 70 lebih - satu kali siang. Di samping
itu beberapa kali melakukan perjalanan besar ke Ternate - Minahasa - Sangir dan ke pulau-
pulau Selatan sampai ke Timor. Di situ, kondisi jemaat adalah jauh lebih buruk di Ambon dan
sekitarnya (bnd § 10, 11). Karena itu, mereka tidak dapat memberikan layanan yang teratur
untuk jemaat-jemaat itu, Kamayakan NZG agar mengirim tenaga-tenaga baru buat
mendaftarkan lapangan itu. Delapan di antara perpisahan-baru yang ditempatkan di pulau-
pulau Maluku Selatan, tetapi usaha mereka di sana gagal dan berlaku pada tahun 1841.tetapi
di Timor-Leste dan di Timor, pekerjaan perpisahan-NZG mencapai hasil yang lebih besar (§
21, 22).
Arti Pekerjaan Kam dapat dirangkum dalam dua pokok.
1. Di tengah kekristenan Ambon yang masih menganut tingkat kehidupan yang
bersifat statis dan yang belum ada, itulah yang menyebabkan munculnya jenis kekristenan yang
baru, yaitu kekristenan gaya Pietisme / Revival. Hal ini akan membawa kepada ketegangan-
putus. Akan tetapi oleh persamaan berkembang juga kekuatan-kekuatan baru, yang
mempersiapkan gereja di Maluku untuk menjadi besar yang akan datang pada tahun 1935 dan
tahun 1950, yaitu kemerdekaan gereja dan pemutusan negara.
2. Di kota Ambon dan di jemaat-Maluku Tengah, Kam mendirikan kembali layanan
Firman dan sakramen-sakramen serta penggembalaan sampai tingkat yang lama, yaitu tingkat
yang rendah. Di daerah-daerah pinggir, dari Minahasa sampai ke Timor, ia hanya memulai
kembali jemaat-jemaat, yang di sana adalah bagaikan tanaman yang merana, malahan sudah
hampir mati.
Pengganti Kam: Roskott (1835 - 1864)
Sepeninggal Kam, hanya selama satu tahun dari kota Ambon. Sesudahnya, pemerintah (§ 18)
kembali mengirim pendeta-pendeta lepas Universitas, yang tidak memiliki hubungan dengan

29
NZG. Pada pendeta-pendeta GPI ini tidak ada semangat yang ada pada Kam, lagi pula mereka
semua lekas mati atau marah pulang. Di samping mereka, tetap ada beberapa kebaktian NZG
di Maluku. Salah satu dari mereka yang menjadi makna dari Kam yang sebenarnya, yaitu
Roskott (di Ambon 1835-1873).
Usaha mendirikan SPG, Hehanusa
Roskott gelap pendeta, seorang guru seorang guru. Ia diutus NZG dalam rangka rencana untuk
sekolah pendidikan guru (SPG). Kami telah menemukan bahwa para guru pendidikan perlu
diperbaiki, bahkan ada persyaratan untuk perbaikan keadaan di sekolah dan sekolah. Dan ia
telah menerima jumlah murid di rumah. Salah seorang dari murid-murid ini adalah W.
Hehanusa (1799-1887) yang kemudian ditempatkan di Minahasa dan di sana ditahbiskan
menjadi salah seorang pendeta Indonesia yang pertama (§ 21). Namun Kam tidak dapat
mencurahkan perhatian secukupnya kepada pendidikan murid-muridnya, pada hasil yang biasa
ini sangat memuaskan. Makanya NZGangganan Roskott dengan tugas untuk secara khusus
memperhatikan bidang pendidikan.
SPG Roskott Picauly
Roskott membuka SPG-nya di Batumerah (1835). Ia memiliki rekan sepekerjaan seorang
Ambon, yaitu Picauly. Murid-murid hanya terima melalui penyaringan yang ketat dan mereka
harus disiplin yang sangat ketat - tetapi serentak mereka sendiri Memberikan suara yang besar
dalam pelaksanaan disiplin itu, dan malahan dalam penyaringan murid-murid baru. Jelaslah
bahwa guru-guru yang telah dididik dengan sistem ini tidak akan menjadi orang-orang yang
senang jika semata-mata menjadi alat pendeta dan yang hanya ingin mengetahui keadaan yang
sudah berlaku (bnd § 27). Pendidikan mereka menambah mata pelajaran yang bermanfaat bagi
sekolah atau gereja, antara lain latihan khotbah dan tentu saja musik. SPG Batumerah
menghasilkan sekitar guru. Mereka lama-lama suplemen angkatan guru yang lama,
Ketegangan “gereja-negara”
Pemerintah Belanda senang sekali melihat kualitas guru-guru tamatan Batumerah. Akan tetapi
setelah beberapa waktu, mulailah nampak hasil-hasil sistem pendidikan Roskott yang tidak
mungkin menyenangkan bagi pemerintah. Guru-guru muda didikan Roskott tidak selalu puas
dengan keadaan yang mereka dapati dinegeri-negeri tempat mereka bekerja. Mereka mulai
menggugat tata-cara, "adat Kristen", yang mudah terbentuk sejak dua abad lebih. Para raja
sebagai pelindung adat tidak menerima baik perobahan-perobahan yang diusahakan oleh para
guru, dan terjadilah bentrokan-bentrokan. Secara kecil-kecilan terulang di sini pertikaian antara
gereja dan negara yang telah terjadi di Eropa dalam Abad Pertengahan, yaitu konflik antara
negara-negara yang ingin mempertahankan kesatuan kehidupan yang statis,
Perintah tindakan, dan reaksi NZG
Roskott mau memecahkan masalah ini dengan kewajiban semua orang di hadapan para tuan
Injil (bnd cita-cita jeda Innocentius!). Ya pemerintah Belanda tidak menerima ini dan
mengambil tindakan yang benar untuk membendung kesan mengirim yang membahayakan
"keamanan dan ketertiban" itu (bnd § 17). Daerah Ambon dan sekitarnya ditutup untuk
pekabaran Injil (1842). Para zendeling memungkinkan tetap tinggal, tetapi sebagai pekerja
GPI. Di dalam rangka GPI mereka lebih mudah dapat diawasi. Dan memang oleh Pengurus
GPI mereka dilarang mencampuri urusan-urusan pemerintahan negeri (desa) (1850). Para

30
zendeling menerangi urusan urusan sekolah. Bagi pemerintah Belanda, dalam abad ke-19,
sekolah bukan lagi persemaian gereja (§ 10), lembaga lembaga untuk mendidik warganegara-
warganegara yang baik. Di negara itu, NZG tidak mau lagi membebankan SPG. Pada tahun
1864 lembaga itu ditutup. (Keputusan ini dipercepat oleh pertikaian antara Pengurus NZG
dengan Roskott). NZG tidak mau lagi bekerja sama dengan pemerintah pula. Analisis, para
zendeling yang memungkinkan beralih ke GPI status status resmi dalam gereja itu, dengan
pangkat pendeta-pembantu (1867). Seluruh Maluku menjadi wilayah GPI.
Penyediaan buku-buku, Kam, Roskott
Kam dan Roskott ingin meningkatkan kualitas hidup gerejani di Maluku dengan cara lain lagi,
dengan buku-buku. Ketika Kam datang, hampir tidak tersedia bacaan Kristen dalam bahasa
Melayu. Alkitab pun (terjemahan Leijdecker, § 15) sudah menjadi sangat langka, dijual dengan
harga ribuan rupiah. Kitab Mazmur, buku katekisasi (§ 10, 15), semuanya habis. Kam segera
merayakan bahan-bahan yang paling perlu, ribuan buah Alkitab dan duapuluh ribu kitab
Mazmur. Lebih dari itu dan berpikir lebih baik dari percetakan sendiri. Di situ ia antara lain
mencetak kitab katekisasi besar yang lama ("Tiksar", § 10), sebuah kitab katekisasi sederhana
yang baru, dan juga kumpulan khotbah-khotbah yang diterjemahkannya sendiri dari bahasa
Inggeris. Khotbah-khotbah ini berlaku kumpulan Caron (§ 10),Roskott dienakan hari pizza
terjemahan PB ke dalam bahasa Melayu yang lebih sederhana daripada yang digunakan dalam
Alkitab-Leijdecker. Dengan kegiatan ini juga, kedua tokoh-tokoh yang mengatur dasar untuk
hidup gerejani yang lebih mantap.
Unsur baru bekerja terus
Namun demikian, kehidupan baru dalam gereja di Maluku tidak berhasil dimatikan. Kegiatan
terpisah-delegasi NZG telah melakukan penelitian-penelitian baru di dalam lingkungan jemaat-
jemaat di Maluku. Unsur baru itu untuk sementara waktu tidak diberi tahu membuat pembaruan
di dalam, karena dikekang oleh pemerintah. Tapi semangat baru itu diarahkan ke luar. Di
banyak jemaat didirikan kelompok-kelompok yang menunjang pekerjaan oleh guru-guru
Ambon dilakukan di daerah-daerah di Maluku atau di luarnya, sampai di Timor dan
Irian. Melalui usaha-usaha ini, orang-orang Kristen di Maluku belajar melihat Gereja sebagai
badan mereka sendiri yang harus mereka tanggung sendiri.
Ringkasan
Sekitar tahun 1800, hubungan gereja di Maluku dengan dunia luar terputus untuk sementara
waktu. Di Maluku Tengah, hidup gerejani berlangsung terus di bawah pimpinan para guru,
menurut corak yang berlaku sejak abad ke-17. Di daerah-daerah luar, jemaat-jemaat semakin
tipis atau malah menghilang. Mulai tahun 1813, tenaga-tenaga baru membawa kekristenan
gaya baru ke Maluku. Unsur baru ini di lama-lama mulai mengerjakan keputusan dalam
jemaat-jemaat. Pemerintah mencoba mengekangnya, tetapi butuh buku yang terus berjalan.

 1605, 27 Februari: GPM berawal dari ibadah perdana Gereja Protestan Calvinis dari orang-
orang Belanda, pegawai VOC, di Ambon.
 1621: Terbentuklah Majelis Jemaat Indische Kerk pertama di Indonesia dengan
berkedudukan di Batavia (Jakarta),

31
 1622: Majelis Jemaat Indische Kerk dibentuk pula di Banda, yang berdampak, aktivitas
penginjilan di wilayah Maluku pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khususnya
melalui peran Pendeta Adriaan Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke
Ambon, namun kapalnya tenggelam di Teluk Ambon, dia pun meninggal, dan misinya
dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam
menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku, maupun Indonesia).
 1799: Setelah VOC dibubarkan, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang telantar,
termasuk beberapa jemaat di Ambon.
 1815-1833: Joseph Kam diutus ke Maluku oleh Nederlandsch Zendeling
Genootschap (NZG).
 1871: Joseph Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon
 1930: Gereja terus berkembang pada masa pemerintahan Hindia Belanda yang dilayani
oleh Gereja Protestan di Indonesia (GPI) dan Nederlandsch Zendeling
Genotschaap (NZG) dan daerah pelayanannya telah meliputi hampir seluruh Maluku.
 1935, 6 September: GPM berdiri sebagai gereja yang mandiri dalam
bidang konfesi, liturgi dan keuangan
 1950: RMS membakar Kota Ambon dan wilayah Pulau Seram yang mengakibatkan
banyaknya gedung gereja ikut terbakar.
 Pada tanggal 25 Mei 1950, GPM menjadi anggota PGI.
 1999-2003: Kerusuhan antara warga Islam dan Kristen yang terprovokasi, sehingga
mengakibatkan ratusan gereja dan masjid terbakar dan ribuan orang meninggal.

2.8. majelis pekerja harian GPM periode 2015-2020

 Ketua : Pdt. Drs. A.J.S. Werinussa, M.Si


 Wakil Ketua 1 : Pdt. W.B. Pariama, S.Th
 Wakil Ketua 2 : Pdt. P. Refialy, M.Th
 Sekretaris Umum : Pdt. E.T. Maspaitella
 Wakil Sekretaris Umum : Pdt. Ny. M. Soukotta-Joseph, S.Th
 Anggota:
 Pdt. Dr. N. Sedubun. M.Th
 Pdt. H. Siahaya, S.Si
 Pnt. Dr. Ny. Dien Rumerung-S
 Pnt. R.R. Reyper, M.Pd
2.9. Nama-nama Klasis di GPM
- Ternate
- Bacan
- Pp Sula
- Pp Obi
- Buru Utara
- Buru Selatan
- Seram Utara
- Taniwel
- Seram Barat
- Kairatu
- Masohi

32
- Teluti
- Seram timur
- Lease
- Kota Ambon
- Pulau Ambon
- Banda
- Kei Kecil
- Kei Besar
- Pp Aru
- Tanimbar Utara
- Tanimbar Selatan
- Barbar
- Pp Kisar
- Lemola (Leti, moa, lakor)
2.10. Nama –nama jemaat di klasis pulau ambon
1. Jemaat Rehoboth
2. Jemaat Eden
3. Jemaat Kezia
4. Jemaat Bukit Zaitun
5. Jemaat Pancaran Kasih
6. Jemaat Nehemia
7. Jemaat Sinar
8. Jemaat Imanuel-Osm
9. Jemaat Pniel-Bentas
10. Jemaat Bethesda
11. Jemaat Kusu-Kusu Sereh
12. Jemaat Tuni
13. Jemaat Mahia
14. Jemaat Soya
15. Jemaat Amahusu
16. Jemaat Nusaniwe Erie
17. Jemaat Seilale
18. Jemaat Latuhalat
19. Jemaat Waimahu
20. Jemaat Airlouw
21. Jemaat Seri
22. Jemaat Nusaniwe Kayeli

33
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas saya mengambil kesimpulan bahwa gereja adalah tempat
untuk orang-orang yang bersekutu dengan Tuhan. Gereja itu terdiri atas dua arti yaitu
arti yang universal dan arti yang lokal. Oleh sebab itu, gereja harus ada yang memimpin
untuk mengatur organisasi agar gereja bisa tertib dan berkembang. Untuk itu saya
mengajak setiap pembaca makalah ini untuk mempertahankan gereja agar tetap utuh
dan bermakna sehingga menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.

3.2. Kritik dan saran


Sekian informasi yang dapat saya jelaskan. saya menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Dan semoga Dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

34
DAFTAR PUSTAKA

ambon, s. k. (2016, november 9). nama-nama jemaat se-klasis gpm pulau ambon. Retrieved from
sekretariat klasis pulau ambon: https://sekretariatklasis.wordpress.com
gereja anggota PGI. (n.d.). Retrieved from https://pgi.or.id
gereja protestan maluku. (2017, november 26). Retrieved from wikipedia.org: https://id.wikipedia.org
maluku, m. c. (2014, oktober 11). Gereja Protestan di Maluku (± 1800-1864). Retrieved from
sinodegpm.org: https://sinodegpm.org
Maluku, M. C. (2017, april 17). MPH Sinode GPM 2015-2020. Retrieved from MPH Sinode GPM
2015-2020: https://sinodegpm.org/
nama-nama klasis di GPM. (2011, juli). Retrieved from giafidrisa: http://giafidrisa.blogspot.com
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. (2018, juni 17). Retrieved from wikipedia.org:
https://id.wikipedia.org
PGI wilayah. (n.d.). Retrieved from https://pgi.or.id
rachman, R. (2009). hari raya liturgi. Hari Raya Liturgi, 88.
RE, y. (n.d.). makalah sejarah gereja dan misi dunia. Retrieved from academia.edu:
https://www.academia.edu
sejarah singkat PGI. (n.d.). Retrieved from https://pgi.or.id
susunan MPH PGI. (n.d.). Retrieved from https://pgi.or.id

35
(Maluku, 2017) (gereja protestan maluku, 2017) (RE, n.d.) (Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia, 2018) (gereja anggota PGI, n.d.) (PGI wilayah, n.d.) (susunan MPH PGI, n.d.)
(sejarah singkat PGI, n.d.) (maluku, 2014) (nama-nama klasis di GPM, 2011) (ambon, 2016)

36

Anda mungkin juga menyukai