Di Kp.2 Jorong Mahakarya, Nagari Koto Baru Kec. Luhak Nan Duo
– Kab. Pasaman Barat
Disusun Oleh :
BAMBANG SETIAWAN
Jalan Raya Kp.II Mahakarya Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman Barat-Provinsi Sumatera Barat
Telp. 081261318842
Email : masalmadani020@yahoo.com
DAFTAR ISI
BAB V PENUTUP
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Hingga saat ini, tradisi gotong royong masih melekat pada kehidupan
bermasyarakat di Tanah Air sejak zaman dahulu. Salah satu contoh yang bisa kita lihat
adalah gelaran acara hajatan pernikahan ataupun sunatan di lingkungan rumah. Begitupun
dengan tradisi unik masyarakat Jawa bernama “REWANG”. Tradisi Rewang merupakan
istilah dari masyarakat Jawa dalam suatu kegiatan yang disebut ‘hajatan’ dimana
melibatkan kaum perempuan maupun laki-laki. Gotong royong dilakukan untuk menopang
3
suksesnya suatu acara hajatan besar seperti pernikahan atau sunatan. Sebagai salah satu
warisan budaya, tradisi ini diteruskan secara turun-menurun. Kekhasan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalam tradisi ini menjadi latar belakang penelitian ini di lakukan di Wilayah
Kampung 2, Desa/Kejorongan Mahakarya, Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman Barat – Sumatera Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah yang dapat
berikut:
1. Dari hasil penelitian mengenai Tradisi Rewang yang berperan dalam merawat kerukunan
Bagi peneliti
Penelitian ini di harapkan dapat memperluas wawasan tentang Tradisi Rewang yang
ternyata turut menjadi bagian merawat kerukunan antar umat beragama.
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan dalam cara memandang sebuah tradisi
yang baik, terutama bagi terciptanya kerukunan hidup bermasyarakat yang heterogen.
4
Bagi peneliti lain
Penelitian ini di harapkan dapat menjadi landasan kajian berikutnya terhadap tradisi-
tradisi yang memberikan kontribusi positif pada peningkatan kualitas kerukunan antar
umat beragama.
5
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
praktik, dan lain-lain yang diwariskan secara turun temurun termasuk cara penyampaian
merupakan kebiasaan sosial yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui
proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilainilai dan moral masyarakat, karena tradisi
merupakan aturan-aturan tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah
oleh suatu masyarakat. Konsep tradisi menyangkut masalah pandangan dunia (world
view), sistem kepercayaan, nilai-nilai dan cara serta pola berpikir masyarakat.
dalam kegiatan pesta perkawinan. Jadi, kelompok orang yang diundang oleh tuan rumah
atau warga yang mempunyai hajatan tersebutlah yang disebut Rewang. Para anggota atau
peserta Rewang ini dijemput secara langsung oleh tuan rumah untuk menyampaikan hajat
kedatangannya. Jadi jemputan terhadap anggota Rewang dilakukan secara langsung oleh
tuan rumah dan tidak dapat diwakilkan – dan apabila harus diwakilkan, maka perwakilan
tersebut haruslah orang yang terpandang – serta dilakukan jauh-jauh hari (biasanya 7 – 10
hari) sebelum acara dilangsungkan. Sementara ‘hajatan’ menurut Kamus Besar Bahasa
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai.
Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan bersepakat untuk
6
kata “rukun”. secara etimologis pada mulanya kata kerukunan berasal dari bahasa arab,
yaitu;” rukun” yang berarti tiang, dasar, atau sila. baik dan damai, tidak bertengkar
tiga dimensi yang disorot, yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama. Hal ini tentunya
merujuk pada aspek yang dipakai dalam Indeks Kerukunan Umat beragama yang ada di
Indonesia.
2.5 Hipotesis
terciptanya kehidupan beragama yang rukun atau harmonis. Tercermin dari minimnya
Lokasi penelitian
Luhak Nan Duo Pasaman Barat. Lokasi ini dipilih karena di desa ini dihuni oleh mayoritas
warga transmigrasi masyarakat etnis jawa yang menganut tidak hanya satu agama.
Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih du bulan yaitu bulan Agustus sampai
September 2022.
7
BAB 3
METODE PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah dalam subbab 1.2, pada bab ini akan
menjelaskan tentang Tradisi Kerukunan yang ternyata turut merawat kerukunan antar umat
beragama.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
penelitian yang dilakukan degan cara mendatangi langsung tempat objek penelitian
(Moh.Nazir, 2005:65)
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah
Secara harfiah penelitin deskriptif adalah peelitian yang bermaksud untuk membuat
Sedangkan cara untuk memperoleh data-data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dengan
cara studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan
Dari latar belakang penelitian, terdapat banyak masalah yang diidentifikasi oleh
8
peneliti, namun peneliti membatasi fokus bahasan Tradisi Rewang yang berkontribusi
Mahakarya..
sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan pertimbangan dan
tujuan tertentu. Sugiyono (2012:126) menjelaskan bahwa dalam purposive sampling yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Masyarakat yang akan dijadikan
narasumber dan informan dipilih secara purposive (dipilih) yaitu tokoh masyarakat, tokoh
agama, serta warga masyarakat yang melakukan hajatan yang melibatkan warga dengan
agama yang berbeda-beda. Dari informan ini diharapkan diperoleh data untuk menjawab
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diperoleh dari hasil wawancara dan
observasi pada masyarakat yang terlibat tradisi rewang. Peneliti mewawancarai para
informan tidak hanya dalam satu kesempatan namun berulang hingga data yang dibutuhkan
dirasa cukup untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penggunaan alat recording
berupa kamera dan perekap akan digunakan untuk mendukung pengumpulan data.
3.4. Analisis
suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif model Miles dan Huberman.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi
pada orang yang pernah melaksanakan kegiatan rewang. Peneliti mewawancarai para
informan tidak hanya dalam satu kesempatan namun berulang hingga data yang dibutuhkan
Reduksi Data
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16). Selama pengumpulan data
berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Dalam
proses reduksi data ini, peneliti melakukan pemilihan atau mengkoding wawancara untuk
kemudian kutipan wawancara tersebut digunakan untuk menguatkan hasil pembahasan dan
analisis. Koding dalam transkrip wawancara dipilih berdasarkan dengan fokus pembahasan
Penyajian Data
Penyajian data merupakan alur penting selanjutnya setelah reduksi data. Penyajian data
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan adanya penyajian, kita dapat memahami
apa yang terjadi, dan mengambil tindakan selanjutnya dari data yang ada. Penyajian data
dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan adalah teks naratif. Dalam
10
Penarikan Kesimpulan
Kegiatan analisis data selanjutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kemudian mulai memutuskan apakah makna
kausal, dan proposisi-proposisi. Setelah menyimpulkan hasil penelitian dari data yang telah
didapatkan dan diolah, peneliti melakukan verifikasi dengan cara melihat ataupun kembali
mendiskusikannya. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian lebih valid dan bisa
dipertanggungjawabkan.
Lokasi penelitian
Luhak Nan Duo Pasaman Barat. Lokasi ini dipilih karena di desa ini dihuni oleh mayoritas
warga transmigrasi masyarakat etnis jawa yang menganut tidak hanya satu agama.
Waktu penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan yaitu bulan Juni 2022 sampai
Agustus 2022.
11
BAB 4
PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN
Kegiatan rewang yang berada di lokasi penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan dan
wawan cara yang dilakukan setidaknya meliputi beberapa aspek kegiatan yaitu :
a. Persiapan Rewang
Pertama pribadi, persiapan rewang ini meliputi persiapan pribadi tuan rumah yang
mempunyai hajat untuk pesta/resepsi pernikahan, sunat rasul atau kelahiran bayi atau
bahkan yang berkaitan dengan ritual yang berkait dengan kematian seperti mendo’a
atau kenduri.
Kedua, masih dalam kerangka persiapan, ada kegiatan ‘mengundang’ atau lebih
tepatnya ‘minta tolong’ kepada kaum kerabat dan tetangga terdekat (biasanya satu
RT) yang dalam bahasa masyarakat lokal di lokasi penelitian di sebut dengan istilah
“ulem-ulem”. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga yang punya hajat (biasanya
suami istri) dengan mendatangi langsung rumah keluarga, atau tetangga yang
sampai satu minggu sebelum acara. Ini berlangsung baik di komunitas muslim
ataupun keristen.
b. Pelaksanaan Rewang
Hari awal pelaksanaan rewang biasanya sudah dimulai 1 minggu atau setidaknya 3
hari sebelum hari resepsi utama. Orang yang datang (perewang) ketempat tuan rumah
yang punya hajat biasanya membawa barang bawaan minimal berupa beras satu
sukat, gula satu kilo dan mie putih 2 buah. Bawaan itu dibawa oleh kaum perempuan,
sedangkan kaum laki-laki biasanya tidak membawa apa-apa. Tetapi kaum laki-laki
12
biasanya langsung memulai membantu kerja persiapan seperti membuat pentas,
mengatur tata letak ruang untuk tamu, hiasan-hiasan, dan juga ada memasak yang
Terlihat bahwa tidaklagi ada rasa sungkan untuk mengundang saudara sekampung
yang berbeda agama, begitu juga terlihat tidak ada juga terlihat membatasi untuk
- Para juru masak utama dipastikan adalah saudara-saudara yang beragama Islam
- Untuk memotong unggas, atau binatang pedaging yang dikonsumsi untuk acara
baralek/hajatan maka yang memotong adalah saudara yang muslim, juga untuk
- Peralatan masak pribadi (jika yang punya hajat beragama keristen) disimpan dan
- Jika mendo’a khusus bagi agama Islam (missal membaca Surah Yaasiin atau
13
- Namun jika di kenduri yang merupakan adat, maka mereka tetap saling undang,
- Standar makanan dalam kenduri juga disamakan dengan perlakuan seperti yang
14
BAB 5
5.1 Kesimpulan
adalah sikap saling memahami tentang latar belakang keyakinan dari saudara yang
berlainan akidah. Baik pada poin makanan dan tata cara berdo’a. Dengan demikian
tidak terjadi gap social antar umat beragama, misalnya tidak saling mengundang, atau
bersikeras bersikap ekslusif sesuai dengan keyakinannya. Maka secara social terlihat
adanya kerukunan hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, namun secara
5.2 Saran
keberagaman.
15
DAFTAR PUSTAKA
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo.
Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Bungin, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
16