Anda di halaman 1dari 16

Tradisi “REWANG” Sebuah Studi Dalam Merawat Kerukunan Umat Beragama

Di Kp.2 Jorong Mahakarya, Nagari Koto Baru Kec. Luhak Nan Duo
– Kab. Pasaman Barat

Disusun Oleh :

BAMBANG SETIAWAN

MAS AL-MADANI Pasaman Barat

Jalan Raya Kp.II Mahakarya Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman Barat-Provinsi Sumatera Barat
Telp. 081261318842
Email : masalmadani020@yahoo.com
DAFTAR ISI

COVER JUDUL ...................................................................................................i


SURAT PERNYATAAN .......................................................................................ii
BIODATA DIRI ................................................................................................iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang......................................................................................................... 4


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 5
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tradisi ....................................................................................................6


2.2 Pengertian Rewang ...............................................................................................6
2.3 Pengertian Kerukunan .........................................................................................6
2.4 Dimensi Kerukunan ...............................................................................................7
2.5 Hipotesis .................................................................................................................7
2.6 Lokasi dan Waktu ...................................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode .................... .............................................................................................. 8
3.2. Populasi dan Sampel ................................................................................................ 9
3.3. Teknik dan Alat Pengumpul Data ......................................................................... 9
3.4. Analisis ................................................................................................................ 9
3.5. Jadwal Penelitian ..................................................................................................11

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1. Kegiatan Rewang .... ........................................................................................... 12


4.2. Wujud Kerukunan dalam Kegiatan Rewang ……………..…………………… 14

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan dan Saran......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 17

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia hakikatnya dilahirkan seorang diri. Seiring berjalannya waktu dalam
perkembangan dan perjalanan hidup manusia harus hidup berdampingan dengan orang
sekitarnya atau disebut sebagai mahluk sosial. Sejak lahir, manusia sudah lahir
berhubungan dengan manusia lainnya. Manusia dilahirkan tidak berupa fisik semata, tetapi
juga akal pikiran yang dimanfaatkan untuk mencari dan mencukupi kebutuhan yang
diperlukan dalam menjalani kehidupan.

Awal mula manusia sudah mengenal lingkungan dalam keluarganya, sehingga


berkembang di lingkugnan sekitar keluarganya. Hal itu dimulai dari masyarakat lingkup
terkecil hingga lingkup yang lebih luas, seperti sekolah dan dunia kerja. Dalam kehidupan
bermasyarakat, manusia mulai mengenal berbagai macam pengalaman, kebiasaan, tradisi
ataupun kebudayaan. Berbagai pengalaman dan tradisi, secara tidak langsung manusia
menyadari bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri atau makhluk sosial. Sehingga disinilah
fungsi tradisi, adat atau kebudayaan sebagai perekat antar warga sekaligus upaya
pemeliharaan kerukunan antar umat beragama menemukan esensinya.

Dalam dimensi budaya Hofstede terdapat budaya individualis dan kolektivis.


Budaya individualis seseorang akan memiliki sifat independen, yang merupakan lawan dari
saling bergantung sebagai anggota suatu kelompok. Sehingga individualis terdapat
kesenjangan sosial. Sedangkan dalam budaya kolektivis terdapat budaya dimana seseorang
sejak lahir hingga seumur hidupnya diintegrasikan ke dalam kelompok dan sering dijumpai
dalam keluarga besar. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki budaya
kolektivis sehingga masyarakatnya memilih untuk lebih mementingkan kebutuhan
kelompoknya.

Hingga saat ini, tradisi gotong royong masih melekat pada kehidupan
bermasyarakat di Tanah Air sejak zaman dahulu. Salah satu contoh yang bisa kita lihat
adalah gelaran acara hajatan pernikahan ataupun sunatan di lingkungan rumah. Begitupun
dengan tradisi unik masyarakat Jawa bernama “REWANG”. Tradisi Rewang merupakan
istilah dari masyarakat Jawa dalam suatu kegiatan yang disebut ‘hajatan’ dimana
melibatkan kaum perempuan maupun laki-laki. Gotong royong dilakukan untuk menopang

3
suksesnya suatu acara hajatan besar seperti pernikahan atau sunatan. Sebagai salah satu
warisan budaya, tradisi ini diteruskan secara turun-menurun. Kekhasan dan nilai-nilai yang
terkandung di dalam tradisi ini menjadi latar belakang penelitian ini di lakukan di Wilayah
Kampung 2, Desa/Kejorongan Mahakarya, Nagari Koto Baru, Kecamatan Luhak Nan Duo
Kabupaten Pasaman Barat – Sumatera Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi rewang memberikan pengaruh pada

terjalinnya kerukunan umat beragama ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka masalah

yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui bagaimana tradisi rewang memberikan pengaruh pada

terjalinnya kerukunan umat beragama ?

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah sebagai

berikut:

1. Dari hasil penelitian mengenai Tradisi Rewang yang berperan dalam merawat kerukunan

umat beragama di Kp.II, di harapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

Bagi peneliti

Penelitian ini di harapkan dapat memperluas wawasan tentang Tradisi Rewang yang
ternyata turut menjadi bagian merawat kerukunan antar umat beragama.

Bagi Keluarga dan masyarakat

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan dalam cara memandang sebuah tradisi
yang baik, terutama bagi terciptanya kerukunan hidup bermasyarakat yang heterogen.

4
Bagi peneliti lain

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi landasan kajian berikutnya terhadap tradisi-
tradisi yang memberikan kontribusi positif pada peningkatan kualitas kerukunan antar
umat beragama.

5
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tradisi

Istilah “tradisi” secara umum dipahami sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan,

praktik, dan lain-lain yang diwariskan secara turun temurun termasuk cara penyampaian

pengetahuan, doktrin, dan praktik tersebut1 . Judistira K. Garna2 menjelaskan tradisi

merupakan kebiasaan sosial yang diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui

proses sosialisasi. Tradisi menentukan nilainilai dan moral masyarakat, karena tradisi

merupakan aturan-aturan tentang apa yang dianggap benar dan apa yang dianggap salah

oleh suatu masyarakat. Konsep tradisi menyangkut masalah pandangan dunia (world

view), sistem kepercayaan, nilai-nilai dan cara serta pola berpikir masyarakat.

2.2 Pengertian Rewang dan Hajatan

Rewang adalah suatu kegiatan mengumpulkan orang-orang atau warga masyarakat

dalam kegiatan pesta perkawinan. Jadi, kelompok orang yang diundang oleh tuan rumah

atau warga yang mempunyai hajatan tersebutlah yang disebut Rewang. Para anggota atau

peserta Rewang ini dijemput secara langsung oleh tuan rumah untuk menyampaikan hajat

kedatangannya. Jadi jemputan terhadap anggota Rewang dilakukan secara langsung oleh

tuan rumah dan tidak dapat diwakilkan – dan apabila harus diwakilkan, maka perwakilan

tersebut haruslah orang yang terpandang – serta dilakukan jauh-jauh hari (biasanya 7 – 10

hari) sebelum acara dilangsungkan. Sementara ‘hajatan’ menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia berarti ‘acara’ seperti kegiatan resepsi atau selamatan.

2.3 Pengertian Kerukunan

Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna baik dan damai.

Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan bersepakat untuk

tidak menciptakan perselisihan maupun pertengkaran. Kerukunan berasal dari

6
kata “rukun”. secara etimologis pada mulanya kata kerukunan berasal dari bahasa arab,

yaitu;” rukun” yang berarti tiang, dasar, atau sila. baik dan damai, tidak bertengkar

(tentang pertalian persahabatan); (2) bersatu hati, bersepakat.

2.4 Dimensi Kerukunan

Kerukunan yang akan dikaji dalam penelitian ini akan meliputi

tiga dimensi yang disorot, yaitu toleransi, kesetaraan, dan kerja sama. Hal ini tentunya

merujuk pada aspek yang dipakai dalam Indeks Kerukunan Umat beragama yang ada di

Indonesia.

2.5 Hipotesis

Terdapat korelasi atau hungan antara rangkaian kegiatan hajatan/baralek terhadap

terciptanya kehidupan beragama yang rukun atau harmonis. Tercermin dari minimnya

konflik yang timbul di tengah-tengah masyarakat.

2.6 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa/Kejorongan Mahakarya, Nagari Koto Baru Kecamatan

Luhak Nan Duo Pasaman Barat. Lokasi ini dipilih karena di desa ini dihuni oleh mayoritas

warga transmigrasi masyarakat etnis jawa yang menganut tidak hanya satu agama.

Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih du bulan yaitu bulan Agustus sampai

September 2022.

7
BAB 3

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dalam subbab 1.2, pada bab ini akan

dijelaskan mengenai langkah-langkah yang akan dilakukan untuk menyelesaikan

permasalahan tersebut. Berikut ini merupakan metode penelitian untuk

menjelaskan tentang Tradisi Kerukunan yang ternyata turut merawat kerukunan antar umat

beragama.

3.1. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), yaitu

penelitian yang dilakukan degan cara mendatangi langsung tempat objek penelitian

(Moh.Nazir, 2005:65)

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif-deskriptif. Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

(Moeleong, 2006: 6).

Secara harfiah penelitin deskriptif adalah peelitian yang bermaksud untuk membuat

deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Sumardi Suryabrata, 1991:76).

Sedangkan cara untuk memperoleh data-data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dengan

cara studi pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan

pembahasan yang sedang diteliti oleh penulis.

Dari latar belakang penelitian, terdapat banyak masalah yang diidentifikasi oleh
8
peneliti, namun peneliti membatasi fokus bahasan Tradisi Rewang yang berkontribusi

untuk merawat kerukunan antar umat beragama di Kampung II Desa/Kejorongan

Mahakarya..

3.2. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini, akan memilih informan dengan menggunakan purposive

sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan pertimbangan dan

tujuan tertentu. Sugiyono (2012:126) menjelaskan bahwa dalam  purposive sampling yaitu

teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Masyarakat yang akan dijadikan

narasumber dan informan dipilih secara purposive (dipilih) yaitu tokoh masyarakat, tokoh

agama, serta warga masyarakat yang melakukan hajatan yang melibatkan warga dengan

agama yang berbeda-beda. Dari informan ini diharapkan diperoleh data untuk menjawab

rumusan masalah penelitian.

3.3. Teknik dan Alat Pengumpul Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini akan diperoleh dari hasil wawancara dan

observasi pada masyarakat yang terlibat tradisi rewang. Peneliti mewawancarai para

informan tidak hanya dalam satu kesempatan namun berulang hingga data yang dibutuhkan

dirasa cukup untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Penggunaan alat recording

berupa kamera dan perekap akan digunakan untuk mendukung pengumpulan data.

3.4. Analisis

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam

suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. Teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif model Miles dan Huberman.

Teknik ini menggunakan empat komponen analisis yaitu:


9
Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi

pada orang yang pernah melaksanakan kegiatan rewang. Peneliti mewawancarai para

informan tidak hanya dalam satu kesempatan namun berulang hingga data yang dibutuhkan

dirasa cukup untuk menjawab rumusan masalah penelitian.

Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16). Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya. Reduksi data/proses transformasi ini

berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Dalam

proses reduksi data ini, peneliti melakukan pemilihan atau mengkoding wawancara untuk

kemudian kutipan wawancara tersebut digunakan untuk menguatkan hasil pembahasan dan

analisis. Koding dalam transkrip wawancara dipilih berdasarkan dengan fokus pembahasan

dalam penelitian ini.

Penyajian Data

Penyajian data merupakan alur penting selanjutnya setelah reduksi data. Penyajian data

merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan adanya penyajian, kita dapat memahami

apa yang terjadi, dan mengambil tindakan selanjutnya dari data yang ada. Penyajian data

dalam penelitian kualitatif yang paling sering digunakan adalah teks naratif. Dalam

penelitian ini data disajikan dalam bentuk kata-kata atau deskripsi.

10
Penarikan Kesimpulan

Kegiatan analisis data selanjutnya yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.

Dari permulaan pengumpulan data, peneliti kemudian mulai memutuskan apakah makna

sesuatu, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur

kausal, dan proposisi-proposisi. Setelah menyimpulkan hasil penelitian dari data yang telah

didapatkan dan diolah, peneliti melakukan verifikasi dengan cara melihat ataupun kembali

mendiskusikannya. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian lebih valid dan bisa

dipertanggungjawabkan.

3.5 Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian

Penelitian akan dilakukan di Desa/Kejorongan Mahakarya, Nagari Koto Baru Kecamatan

Luhak Nan Duo Pasaman Barat. Lokasi ini dipilih karena di desa ini dihuni oleh mayoritas

warga transmigrasi masyarakat etnis jawa yang menganut tidak hanya satu agama.

Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih tiga bulan yaitu bulan Juni 2022 sampai

Agustus 2022.

11
BAB 4

PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN

4.1 Kegiatan Rewang

Kegiatan rewang yang berada di lokasi penelitian ini berdasarkan hasil pengamatan dan

wawan cara yang dilakukan setidaknya meliputi beberapa aspek kegiatan yaitu :

a. Persiapan Rewang

Pertama pribadi, persiapan rewang ini meliputi persiapan pribadi tuan rumah yang

mempunyai hajat untuk pesta/resepsi pernikahan, sunat rasul atau kelahiran bayi atau

bahkan yang berkaitan dengan ritual yang berkait dengan kematian seperti mendo’a

atau kenduri.

Kedua, masih dalam kerangka persiapan, ada kegiatan ‘mengundang’ atau lebih

tepatnya ‘minta tolong’ kepada kaum kerabat dan tetangga terdekat (biasanya satu

RT) yang dalam bahasa masyarakat lokal di lokasi penelitian di sebut dengan istilah

“ulem-ulem”. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga yang punya hajat (biasanya

suami istri) dengan mendatangi langsung rumah keluarga, atau tetangga yang

diminta untuk membantu kegiatan baralek/hajatan. Waktunya biasanya satu bulan

sampai satu minggu sebelum acara. Ini berlangsung baik di komunitas muslim

ataupun keristen.

b. Pelaksanaan Rewang

Hari awal pelaksanaan rewang biasanya sudah dimulai 1 minggu atau setidaknya 3

hari sebelum hari resepsi utama. Orang yang datang (perewang) ketempat tuan rumah

yang punya hajat biasanya membawa barang bawaan minimal berupa beras satu

sukat, gula satu kilo dan mie putih 2 buah. Bawaan itu dibawa oleh kaum perempuan,

sedangkan kaum laki-laki biasanya tidak membawa apa-apa. Tetapi kaum laki-laki

12
biasanya langsung memulai membantu kerja persiapan seperti membuat pentas,

mengatur tata letak ruang untuk tamu, hiasan-hiasan, dan juga ada memasak yang

berat-berat seperti membuat galamai atau wajik.

4.2 Wujud Kerukunan

Kegiatan rewang mencerminkan kerukunan umat beragama setidaknya terlihat dari

beberapa hal atau kegiatan :

a. Kehadiran diundang dan kemauan mengundang

Terlihat bahwa tidaklagi ada rasa sungkan untuk mengundang saudara sekampung

yang berbeda agama, begitu juga terlihat tidak ada juga terlihat membatasi untuk

hadir ketika diundang walaupun oleh saudaranya yang berbeda agama.

b. Proses menyiapkan hidangan makanan

- Para juru masak utama dipastikan adalah saudara-saudara yang beragama Islam

(mayoritas) agar tidak ada kesan bahwa makanannya teragukan kehalalannya.

- Untuk memotong unggas, atau binatang pedaging yang dikonsumsi untuk acara

baralek/hajatan maka yang memotong adalah saudara yang muslim, juga untuk

menjamin kehalalan makanan

- Peralatan masak pribadi (jika yang punya hajat beragama keristen) disimpan dan

tidak dipergunakan untuk memasak hidangan umum, untuk menghilangkan

kekhawatiran bahwa peralan tersebut pernah bersentuhan dengan hal-hal yang

bagi muslim terhukumi tidak halal

c. Proses mendo’a (kenduri)

- Jika mendo’a khusus bagi agama Islam (missal membaca Surah Yaasiin atau

Tahlil) maka saudara yang keristen tidak diundang hadir.

13
- Namun jika di kenduri yang merupakan adat, maka mereka tetap saling undang,

hanya ketika ada moment berdo’a, maka masing-masing berdo’a menurut

keyakinan dan kepercayaan masing-masing.

- Standar makanan dalam kenduri juga disamakan dengan perlakuan seperti yang

sudah dijelaskan di atas jika melibatkan saudara yang berlain akidah.

14
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kegiatan rewang yang berada di lokasi penelitian telah memperlihatkan

fenomena bagaimana merawat kerukunan antar umat beragama. Konsep utamanya

adalah sikap saling memahami tentang latar belakang keyakinan dari saudara yang

berlainan akidah. Baik pada poin makanan dan tata cara berdo’a. Dengan demikian

tidak terjadi gap social antar umat beragama, misalnya tidak saling mengundang, atau

bersikeras bersikap ekslusif sesuai dengan keyakinannya. Maka secara social terlihat

adanya kerukunan hidup berdampingan dengan perbedaan yang ada, namun secara

keyakinan tetap teguh dengan ajarannya masing-masing.Lakum diinukum Waliyadiinn.

5.2 Saran

1. Untuk semua komunitas beragama, hendaknya mengembangkan sikap saling

menghargai untuk tercitanya kerukunan social.

2. Untuk pemangku kepentingan agar terus memfasilitasi, dialog-dialog cerdas tentang

keberagaman.

15
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Raja Grafindo.

Slamet, Margono. 1985. Pengantar Sosiologi, CV. Rajawali, Jakarta.

Moh. Nazir. Ph.D, 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.

Moleong, L.J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Bungin, Burhan. 2003. Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Moeleong, (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta

16

Anda mungkin juga menyukai