Anda di halaman 1dari 80

TRADISI NGELEMANG MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI KECAMATAN

BANGKUNAT KABUPATEN PESISIR BARAT


(Makalah)

Ditulis untuk Memenuhi Tugas Akhir Semester GanjiL


Disusun oleh :
Nama : Mila Haryanti
NIS :

SEKOLAH MENENGAH ATAS


SMA KEBANGSAAN LAMPUNG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan atas kehadirat Allah swt., atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai
dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca.
Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi penulis sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah berikutnya.

(Lampung ), 10 Januari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL HALAMAN...................................................................................i
PRAKATA.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

I. PENDAHULUAN....................................................................................6
1.1 Latar Belakang............................................................................................9
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................10
1.3 Tujuan Makalah..........................................................................................11
1.4 Manfaat Makalah........................................................................................12

II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................13


2.1 Mengenal Tradisi Budaya Lampung....................................................................13
2.2. Pengertian Tradisi Ngelemang.................................................................45

iii
2.3. Cara Mempertahankan Tradisi Ngelemang...........................................53
2.4. Mengajarkan Kepada Anak-anak generasi muda
Guna mempertahankan budaya lokal di Masyarkat................................58
2.5. Keberagaman Budaya Indinesia............................................................61

III. PENUTUP................................................................................................74
3.1 Simpulan.....................................................................................................74
3.2 Saran...........................................................................................................76

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................77

LAMPIRAN....................................................................................................80

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki adat istiadat yang beragam karena penduduknya heterogen. Masyarakat heterogen ini memiliki budaya,
tradisi, dan kebiasaan yang berbeda di setiap daerah. Norma, nilai, dan tradisi masyarakat Indonesia masih berlaku hingga kini. Adat
istiadat adalah bagian dari kekayaan budaya suatu daerah atau bangsa.
Tradisi atau kebiasaan adalah sebuah bentuk perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama. Kebiasaan yang
diulang-ulang ini dilakukan secara terus menerus karena dinilai bermanfaat bagi sekelompok orang, sehingga sekelompok orang
tersebut melestarikannya. Kata "Tradisi" diambil dari bahasa latin ''Tradere'' yang bermakna mentransmisikan dari satu tangan ke
tangan lain untuk dilestarikan.
Tradisi secara umum dikenal sebagai suatu bentuk kebiasaan yang memiliki rangkaian peristiwa sejarah kuno. Setiap tradisi
dikembangkan untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politis atau tujuan budaya dalam beberapa masa
Adat istiadat adalah bagian berasal kekayaan budaya suatu wilayah atau bangsa. tata cara norma adalah bentuk budaya yang mewakili
adat, nilai, tradisi, serta kebiasaan beserta berasal suatu grup. Umumnya, adat istiadat digunakan buat memandu sikap serta perilaku
warga tertentu.

6
Berikut ini adalah definisi dari tradisi yang dibahas oleh ahlinya.

1. Soerjono Soekamto (1990)


Pengertian tradisi menurut Soerjono Soekamto adalah kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dengan secara
langgeng (berulang-ulang).
2. WJS Poerwadaminto (1976)
Pengertian Tradisi menurut Wjs adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan dalam masyarakat yang di lakukan secara
terus-menerus seperti adat, budaya, kebiasaan, danjuga kepercayaan .

3. Van Reusen (1992:115)

Pengertian tradisi menurut Van Reusen adalah warisan atau norma adat istiada, kaidah-kaidah, harta-
harta. Tetapi tradisi bukan suatu yang tidak bisa dirubah. Tradisi justru perpaduan dengan beragam
perbuatan manusia dan diangkat dalam keseluruhannya.

4. Bastomi (1984:14)
Pengertian tradisi menurut Bastomi adalah roh dari sebuah kebudayaan, dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi
kokoh. Jika tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir saat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi
seringkali sudah teruji tingkat efektifitasnya dan tingkat efisiensinya. Efektifitas dan efisiensinya selalu mengikuti perjalanan
perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam mengatasi persoalan jika tingkat efektifitas dan

7
efisiennya rendah akan segera ditinggalkan oleh pelakunya dan tidak akan menjadi sebuah tradisi. Tentu saja suatu tradisi
akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat yang mewarisinya.
5. Piotr Sztompka (2011:69-70)
Pengertian tradisi menurut Piotr Sztompka adalah keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun
benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak atau dilupakan. Disini tradisi hanya berarti warisan, apa yang
sebenarnya tersisa dari masa lalu.

Adat istiadat adalah bagian berasal kekayaan budaya suatu wilayah atau bangsa. tata cara norma adalah bentuk budaya yang
mewakili adat, nilai, tradisi, serta kebiasaan beserta berasal suatu grup. Umumnya, adat istiadat digunakan buat memandu sikap serta
perilaku warga tertentu .Pada kamus antropologi adat tata cara disamakan menggunakan tradisi. Tradisi artinya bentuk perbuatan
yang sudah dilakukan berulang menggunakan cara yang sama. Tradisi berarti sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Suku Lampung atau yang biasa disebut Ulun lampung adalah suku bangsa pribumi yang berasal dari Provinsi Lampung yang
berada pada bagian ujung selatan pulau Sumatra. Pada awal mulanya, suku Lampung berdiam di tengkuk Gunung Pesagi. Wilayah
suku Lampung selain di provinsi Lampung juga tersebar di wilayah lainnya seperti: di sebagian provinsi Sumatra Selatan tepatnya di
sekitar Danau Ranau, Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan yang juga berdekatan bahkan berbatasan dengan provinsi Lampung.
Suku Lampung juga tersebar di desa-desa di perbatasan antara Bengkulu dan Lampung, tersebar di desa Merpas, Nasal, Kaur di
Bengkulu serta dapat juga ditemukan komunitas masyarakat Lampung di provinsi Banten tepatnya di desa cikoneng kecamatan
Anyar, kabupaten Serang.

8
Lampung memiliki keragaman budaya dan adat istiadat seperti di daerah-daerah lainnya di Indonesia. Masyarakat Lampung hingga
saat ini tetap menjaga budaya dan adat istiadatnya, karena kebudayaan dan adat istiadat dikembangkan atau dilestarikan bukan hanya
sebagai hiburan semata namun sebagai pengatur norma hidup bermasyarakat serta sebagai jati diri bangsa yang berbudaya.
Di dalam Lampung kebudayaan masyarakat di bagi menjadi dua yaitu Kebudayaan masyarakat Lampung Saibatin dan kebudayaan
masyarakat Lampung Pepadun. Salah satu kebudayan yang terdapat di Lampung khususnya masyarakat adat Lampung Saibatin di
Kecamatan Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat yang telah ada sejak dulu dan tetap dilaksanakan hingga saat ini adalah tradisi
ngelemang.

Tokoh adat Kecamatan Bangkunat mengatakan bahwa tradisi ngelemang dilaksanakan pada hari raya Idhul Fitri dan Maulid
Nabi. Waktu pelaksanaan secara bergiliran setiap pekon atau desa. Tradisi ngelemang dalam perspektf budaya dapat dimaknai
sebagai wujud dari sistem sosial karena mengandung aktivitas dan tindakan berpola pada masyarakat setempat. Dari pengertian
tersebut dapat dikatakan bahwa ngelemangmerupakan suatu tradisi yang ada dalam masyarakat, karena dalam waktu pelaksananya,
ngelemang dilakukan setiap tahun pada bulan syawal dan Maulid Nabi dari generasi kegenerasi sebagai bentuk kebiasaan yang
diwariskan secara turun temurun. Tidak sedikit masyarakat Lampung yang merasa asing dengan tradisi ngelemang, bahkan
masyarakat Bangkunat ada juga yang tidak mengetahui apa itu tradisi ngelemang , peneliti sangat menyayangkan akan hal ini, karena
ngelemang adalah tradisi milik lampung, sudah seharusnya masyarakat lampung mengetahui dan mengenal budayanya sendiri.
Adapun makna yang terkandung di dalam tradisi ngelemang ini bawasanya kita hidup saling membutuhkan satu sama lainnya, itu
berarti kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan selalu dianjurkan untuk saling tolong menolong, bergotong royong untuk mencapai
sebuah kebersamaan. Berdasarkan latar belakang fenomena di atas tentang masyarakat Kecamatan Bangkunat mengenai tradisi

9
ngelemang, penulis merasa tertarik untuk membahas mengenai bentuk tradisi ngelemang, yaitu yang dilaksanakan pada hari besar
Islam, yang kemudian penulis susun dalam sebuah karya ilmiah berbentuk makalah.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dalam tradisi ngelemang Pada Masyarakat Lampung Kecamatan Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat?

2. Bagaimana cara mempertahankan Tradisi Ngelemang di Era Modern Pada Masyarakat


Lampung Saibatin Kec. Marga Bangkunat Kab. Pesisir Barat ?

3. Apa yang menyebabkan Tradis-tradisi adat semakin pudar di era modern?

1.3 Tujuan Makalah

10
Bersumber pada rumusan permasalahan yang disusun oleh penulis di atas, hingga tujuan dalam penyusunan makalah ini merupakan
bagaikan berikut:

1. Makna tradisi Ngelemang Pada Masyarakat Lampung Saibatin Marga Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat.

2. Untuk mengenalkan Tradisi Ngelemang di Era Modern Pada Masyarakat Lampung.

3. Upaya - upaya melestarikan tradisi adat agar tetap mempertahankan warisan leluhur.

1.4 Manfaat Makalah

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi pengetahuan dan wawasan dalam mengetahui secara mendalam tentang makna filosofis dalam tradisi ngelemang
masyarakat Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat.

2. Menjadi bahan rujukan dan informasi tradisi adat turun-temurun agar tetap dikenal pada masa mendatang.

11
3. Untuk menambah pengetahuan tentang tradisi kebudayaan.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Tradisi Budaya Masyarakat Lampung Saibatin

Lampung adalah sebuah provinsi di bagian ujung selatan pulau Sumatra, Indonesia. Ibu kota dan pusat pemerintahannya berada
di kota Bandar Lampung.Provinsi ini memiliki dua kota, yaitu Bandar Lampung dan Metro, serta 13 kabupaten. Posisi provinsi
Lampung secara geografis di sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia, di sebelah timur dengan Laut Jawa, di sebelah utara
berbatasan dengan provinsi Sumatra Selatan dan Bengkulu, serta di sebelah selatan berbatasan dengan Selat Sunda.
Provinsi Lampung memiliki pelabuhan utama bernama Pelabuhan Panjang dan Pelabuhan Bakauheni, bandar udara utama yakni
Radin Intan II terletak 28 km dari ibu kota provinsi, serta Stasiun Tanjung Karang di pusat ibu kota. Pada 2020, penduduk provinsi
Lampung berjumlah 9.007.848 jiwa, dengan kepadatan 268 jiwa/km2.

Pada abad ke- 7 tahun 671 Masehi zaman pra-sejarah Lampung di Sumatra, Sriwijaya menguasai sebagian besar Asia
Tenggara hingga abad ke-11 Masehi, di adad ke-13 tahun 1289 Masehi penyebaran Islam awal bermula dari Batu Brak di tengkuk
gunung pesagi daerah hanibung yang ditandai dengan adanya peninggalan pra-sejarah hingga zaman sejarah yakni Dolmen dan
Megalitikum tertua di tanah Lampung, lokasi ini secara administrative berada di wilayah Kabupaten Lampung Barat yang beribu kota
di Liwa, penyebaran ini menjadi tanda tonggak berdirinya Kerajaan di wilayah tersebut. Pada abad ke-16 Masehi Penyebaran Islam
juga masuk dari Banten ke Tolang Pohwang, secara administrative berada di daerah Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung.

13
Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3/1964 yang
kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan keresidenan yang tergabung
dengan Provinsi Sumatra Selatan. Kendatipun Provinsi Lampung sebelum tanggal 18 Maret 1964 tersebut secara administratif masih
merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Selatan, namun daerah ini jauh sebelum Indonesia merdeka memang telah menunjukkan
potensi yang sangat besar serta corak warna kebudayaan tersendiri yang dapat menambah khazanah adat budaya di Nusantara. Oleh
karenanya, pada zaman VOC di dapat dari berbagai sumber bawasanya Vereenigde Oostindische Compagnie (Persatuan Perusahaan
Hindia Timur) yang berada di bawah pemerintahan Belanda pada tahun 1800 selama abad ke-19 hingga abad ke-20, Hindia
Belanda adalah salah satu koloni Eropa yang paling berharga di bawah kekuasaan Imperium Belanda. Tatanan sosial kolonial
didasarkan pada struktur rasial dan sosial yang kaku dengan para elit Belanda yang tinggi terpisah akan tetapi tetap berhubungan
dengan penduduk pribumi yang dijajah oleh mereka, sedangkan istilah Indonesia digunakan untuk lokasi geografis setelah tahun
1880 Masehi, nama Hindia Belanda tercatat dalam dokumen VOC pada awal tahun 1620 Masehi. Daerah Lampung sendiri tidak
terlepas dari incaran penjajahan Belanda.

Lampung Tolang Pohwang kemungkinan besar pernah menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda, setidaknya sampai abad
ke-16. Sebelum akhirnya Kesultanan Banten menghancurkan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Sultan Banten yakni Sultan Ageng
Tirtayasa, lalu tidak mengambil alih kekuasaan atas Lampung. Sesuai dengan semboyan Provinsi Lampung, Sai Bumi Ruwa Jurai,
atau Satu Bumi Dua Jiwa, masyarakat di provinsi ini dibagi dalam dua suku, yaitu Suku Lampung Sai Batin (Pesisir) dan Suku
Lampung Pepadun. Meskipun sama-sama menjadi masyarakat asli, namun kedua suku ini memiliki perbedaan yang cukup mencolok,
baik dalam bahasa maupun tata cara dan adat istiadat lainnya.

14
Masyarakat Suku Lampung Saibatin tinggal di sepanjang pesisir Lampung. Diyakini, masyarakat suku Pesisir ini menjadi
cikal bakal dari suku Lampung di Indonesia. Hal ini ditandai dengan hadirnya Kerajaan Sekala Berak yang merupakan kerajaan tertua
di Lampung dan bermukim di Lampung Barat. Sampai saat ini, Kerajaan Sekala Berak masih berdiri dengan memiliki empat
Kepaksian (sub-kerajaan) yang tersebar di seluruh Lampung.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pesisir adalah bahasa Lampung dengan dialek “A”. Pelafalan yang digunakan
oleh masyarakat ini lebih jelas, hampir setara dengan pelafalan Bahasa Indonesia pada umumnya. Untuk adat istiadat, masyarakat
suku Pesisir cenderung lebih selektif. Hal ini tercermin dalam sistem kerajaan dan pemberian gelar adat pada masyarakat. Hanya
masyarakat yang memiliki garis keturunan kerajaan atau bangsawan yang berhak untuk mendapatkan gelar adat dan menjadi Raja.
Suku Saibatin mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat. Wilayah persebaran Suku
Saibatin mencakup Lampung Timur, Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, Lampung Barat dan Pesisir Barat.

Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek
Abung atau Nyow.

Dialek Belalau (Dialek Api), terbagi menjadi:

1. Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu
Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya.
Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin,
Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talangpadang, Pagelaran,

15
Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung
Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam
Kecamatan Anyer, Serang.
2. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir
Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras.
3. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung
Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara.
4. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way
Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu.
5. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di
Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padangratu. Kota Bandar
Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat.
6. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi
Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya.
7. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di
Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Propinsi Sumatera Selatan.

16
Berbeda dengan masyarakat suku Pesisir, masyarakat suku Lampung Pepadun tinggal di daerah tengah atau daratan. Masyarakat
dengan suku ini terkonsentrasi di wilayah pedalaman dan dataran tinggi. Sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Suku
Pepadun adalah sistem patrilineal.
Dialek bahasa yang digunakan oleh masyarakat suku Pepadun adalah Bahasa Lampung dengan dialek “O”. Pelafalan yang diucapkan
oleh masyarakat ini adalah pelafalan dengan irama atau intonasi yang mengayun dan menekan. Tak jarang pengguna bahasa dialek
“O” ini diidentikkan sebagai masyarakat yang kurang ramah karena cara berbicaranya. Namun, ada beberapa daerah masyarakat
Lampung Pepadun yang juga menggunakan bahasa dialek “A” dalam bahasa percakapan sehari-hari.

Dialek Abung (Dialek Nyow), terbagi menjadi:

a. Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara
meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan
Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia.

b. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Kota Metro di
Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung di Gedongmeneng dan Labuhan Ratu.Bahasa Lampung
Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang
meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji,
PAGARDEWA TUHOW

17
“Saibatin” bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini sesuai dengan tatanan sosial dalam Suku Saibatin, hanya
ada satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat
hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. Tidak seperti Suku Pepadun, tidak ada upacara tertentu yang dapat mengubah status
sosial seseorang dalam masyarakat.

Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger
(sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk ini melambangkan
tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir
(awan gemisikh) yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat, diantaranya dalam prosesi pernikahan.
Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat,
diantaranya dalam prosesi pernikahan.

Berikut bentuk-bentuk kebudayaan masyarakat Lampung:

1. Upacara Adat yang Bersifat Sakral


Upacara jenis ini lebih berhubungan dengan kepercayaan, alur transcendental dan aura mistis. Upacara atau ritual jenis ini
diantaranya:

18
a) Upacara Ngebabali
Upacara jenis ini dilaksanakan saat membuka perladangan baru, disaaat membersihkan lahan untuk ditanami atau pada saat
mendirikan rumah dan kediaman baru.

b) Upacara Ngambabekha
Upacara ini dilaksanakan saat hendak membuka hutan untuk dijadikan perkampungan dan perkebunan, karena diyakini hutan
rimba memiliki penunggunya sendiri Upacara ini dilakukan dimaksudkan untuk mengadakan perdamian dan ungkapan
selamat datang agar tidak saling menggangu.

c) Upacara Ngala Humakha


Upacara ini dilaksanakan apabila masyarakat ingin mencari ikan di muara sungai, sebelumnya mereka menggunakan pawang
untuk meminta kepada penunggu tempat tersebut agar tidak mengganggu selama pencarian ikan.

d) Upacara Belimau
Upacara ini dilaksanakan secara bersama-sama biasanya di sungai, untuk membersihkan diri secara akidah
menurut ajaran agama, yaitu ketika memasuki bulan suci ramadhan:
1. Wanita yang habis melahirkan (masa nifas)
2. Wanita sehabis masa haid.

19
2. Upacara Adat yang Bersifat Tradisional (Turun Temurun)
a) Upacara Kelahiran
Setiap keluarga yang baru mendapatkan keturunan biasanya melakukan beberapa kegiatan seperti:
Jika yang lajir anak laki-laki di sisi atas kepalanya di letakan senjata tajam (pisau belati, pedang, keris, dan lain-lain).
Jika yang lahir anak perempuan di sisi badannya di letakan pengasan(tempat penyirihan).

b) Upacara Perkawinan
Kegiatan ini dilakukan besar-besaran dan dalam waktu yang cukup lama. Sejak diadakan acara lamaran sampai
dengan selesainya pesta perkawinan. Untuk keluarga punyimbang (saibatin) acara ini disertai
pemberian gelar bagi anak laki-laki tertua.

c) Upacara Panen
Pada saat hendak memanen padi biasanya masyarakat mengadakan upacara terlebih dahulu, untuk memohon agar padi
yang dihasilkannya dapat bermanfaat dan berguna.

d) Upacara meningkat Remaja


Upacara ini khusus untuk anak gadis yang meningkat remaja (sanak cakak ngamuli/ turun mandi). Perempuan yang
telah mengalami haid pertama kalinya sudah di anggap gadis ditambah dengan busepi (pemotongan gigi).

20
Setelah itu gadis diserahkan kepada kepala mekhanai dengan menyatakan, bahwa anak gadisnya sudah dapat di anjaw
(dikunjungi bujang). Kepala bujang selanjutnya melaporkan kepada kepala adat (saibatin) dan di perintahkan untuk
mengumpulkan bujang gadis di desa tersebut guna mengadakan acara bujang gadis (sakuwakhian) sebagai petanda
penerimaan gadis itu kepada remaja setempat.

e) Upacara Sunatan
Anak laki-laki yang tertua, yang akan dikhitan pagi-pagi sekali sudah dimandikan dengan memakai talesan (talosan)
putih dan kemudian diberi makan ayam panggang. Upacara ini dilakukan secara besar-besaran apabila yang disunat
anak laki-laki tertua dan telah tamat mengaji di tambah dengan acara pergantian anting-anting (subang) kakak atau
adik perempuannya. Dalam acara ini juga dibacakan wawacan bagi anak yang membersihkan diri dengan bersunat.

f) Upacara Kematian
Acara ini dilakukan tergantung dari siapa yang meninggal: anak bayi, anak-anak, remaja, orang tua, atau kalangan
puntimbang, kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam.

21
3. Makanan Khas Masyarakat Lampung

Kebudayaan di Lampung juga tidak terlepas dari makanan khasnya yang luar biasa enak. Salah satu jenis kuliner khas
Lampung adalah seruit, tempoyak, sambal Lampung dan lapis legit.51Semua jenis kuliner tersebut hampir pernah didengar
oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan lapis lengit, makanan asli Lampung ini sering dijadikan oleh-oleh
meskipun tidak di wilayah Lampung itu sendiri.

a. Seruit
Seruit merupakan sajian kuliner yang berupa ikan digoreng, kemudian disajikan bersama sambal terasi atau makanan lainnya
seperti tempoyak atau sambal Lampung. Esensi atau nilai yang terkandung dalam seruit ini bukan pada jenis masakannya
melainkan dari cara memakannya. Bagi masyarakat Lampung makan seruit biasanya dilakukan secara bersamasama, sehingga
memiliki nilai yang menunjukkan rasa kebersamaan yang tinggi.

b. Tempoyak
Tempoyak adalah salah satu jenis makanan yang berasal dari fermentasi durian. Tempoyak sering dibuat menjadi sambal dan
disajikan dengan berbagai jenis ikan.

22
c. Sambal Lampung dan Lapis Legit
Makanan khasa Lampung yang satu ini hampir setiap orang mengetahuinya. Bahkan salah satu merek produk saus sambal ke-
namaan Indonesia menjadikan sambal Lampung sebagai salah satu rasa dalam saus sambalnya.

d. Gulai Taboh
Merupakan makanan khas daerah Lampung pesisir yang memiki cita rasa gurih. Makanan ini selalu disajikan saat
gelaran acara adat dan menjadi menu wajib. Gulai Taboh diolah dengan bahan utama ikan laut atau ikan sungai. Ikan sungai
yang digunakan biasanya adalah mujair yang sebelumnya telah diasap semalaman atau disebut iwa tapa semalam. Jika
menggunakan iwa tapa semalam, campuran gulai taboh hanya dibumbui keluak saja. Namun, apabila bahan utamanya ikan
laut akan ditambahkan kacangkacangan, buah melinjo, labu kuning, ubi jalar, dan sayuran lain untuk dimasak dengan santan.
Beragam jenis sayuran yang menjadi bahan campuran mencerminkan masyarakat pesisir yang begitu terbuka terhadap suku
lain.
Letak geografisnya yang berada di pinggir pantai memungkinkan masuknya pendatang dari berbagai wilayah di Indonesia
ataupun dari luar negeri. Cara menyantap gulai taboh cukup unik. Kuah gulai taboh biasanya diseruput dan dinikmati dengan
nasi hangat.  3. Pindang Masakan berkuah ini juga tak boleh dilewatkan. 

e. Pindang 
Pindang sering disandingkan dengan kesegaran tomyam, masakan dari Thailand. Kendati demikian, pindang tetap mendapat
tempat di hati pemujanya sebagai makanan khas Lampung. Pindang bisanya disajikan dengan kuah berwarna kuning. Pindang

23
khas Lampung memiliki cita rasa asam gurih dengan aroma yang sangat kuat. Aroma yang kuat ini berasal dari daun kemangi
yang dicampurkan ke dalam kuah. Pindang berbahan dasar ikan air tawar. Namun, bukan tidak mungkin masyarakat di daerah
Pesisir menggunakan udang dan ikan laut sebagai bahan dasar utamanya.
Kunci dari kesegaran pindang ini berasal dari kualitas ikan yang dimasak. Kabupaten Tulangbawang, sejak zaman Belanda,
dikenal sebagai lumbung ikan air tawar di Lampung. Sungai-sungai di Tulangbawang menjadi tempat berkembang biaknya
berbagai jenis ikan air tawar, seperti gabus, lais, nila, dan baung. Pindang paling tepat dinikmati saat siang hari. Bersama
dengan nasi hangat dan lalapan, pindang akan melengkapi menu makan siang. Masakan ini juga selalu tersaji saat masyarakat
Lampung nyeruit bersama.

f. Satai Ikan Tuhuk


Masyarakat yang bermukim di Pesisir Barat Lampung sangat mengenal ikan blue marline atau biasa disebut ikan tuhuk. Ikan
tersebut merupakan ikan perairan laut dalam Samudera Hindia yang biasa ditangkap oleh nelayan sekitar. Daging ikan tuhuk
sangat khas, berbeda dengan ikan laut lainnya. Ikan ini berdaging tebal, manis, dan lembut. Bila diolah, tekstur dagingnya
mirip dengan daging ayam. Tidak heran bila berbagai masakan berbahan dasar daging ikan ini menjadi primadona
masyarakat, bahkan turis dari mancanegara. Menikmati satai ikan tuhuk tidak berbeda dengan satai jenis lainnya, yakni
dengan bumbu kacang. Hanya saja, bumbu kacang di Pesisir Barat cenderung lebih pedas. Kandungan omega tiga yang
dimiliki ikan tuhuk tak kalah dengan ikan tuna, yang dapat meningkatkan pertumbuhan otak bayi dan janin. Kandungan gizi
yang dimiliki dipercaya pula dapat menghindarkan dari penyakit gondok, kejang, kerontokan rambut, dan mencegah
kebutaan.

24
g. Umbu
Umbu merupakan sebuah makanan yang menggunakan bahan utamanya rotan muda. Dalam proses pembuatannya, rotan ini
akan direbus sampai lunak. Umbu ini sering dijadikan sebagai bahan dasar sayur seperti oseng ataupun juga bisa dihidangkan
dalam bentuk makanan lalapan. Umbu ini tidak hanya menggunakan rotan sebagai bahan utamanya, namun juga bisa
mencampurkan bahan lainnya yang sesuai selera. Pada dasarnya masyarkat di kota Lampung sudah menjadikan umbu yang
terbuat dari rotan ini sebagai makanan untuk dikonsumsi sehari-hari, namun seiring berjalannya waktu membuat membuat
rotan pun semakin jarang di temui. Hal inilah yang membuat masyarakat di Lampung hanya membuat umbu saat ada acara
adat ataupun acara-acara penting lainnya saja

h. Engkak Engkak
Merupakan makanan yang memiliki rasa yang cukup manis. Bahan utama untuk pembuatan engkak ialah telur dan mentega
yang dihaluskan menjadi tekstur yang sangat lembek. Engkak ini sangat cocok disantap sebagai makanan ringan dan juga
sarapan. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan engkak ialah gula pasir, tepung ketan putih, telur ayam, susu kental
manis, santan serta mentega.
Selanjutnya semua bahan tersebut bisa Anda campurkan menjadi satu, lalu aduk hingga merata. Setelahnya Anda bisa
memasukan adonan tersebut ke dalam loyang yang sudah dioleskan mentega dan juga di beri alas kertas bersih. Anda juga
bisa memanggang kue ini layaknya lapis segit.

25
i. Gabing Gabing
merupakan makanan yang menggunakan bahan utama batang kelapa yang masih muda atau disebut umbut. Letaknya di dalam
batang pohon, berwarna putih gading, dan bertekstur padat. Proses pembuatan gabing terbilang sangat sederhana, yakni
dengan mengiris batang kelapa muda hingga terlihat seperti lempengan kecil yang memanjang dan berukuran 3 hingga 4 cm.
Ada sensasi tersendiri menikmati sayuran berkuah santan ini. Gurihnya santan dan rempah-rempah berpadu dengan manisnya
batang kelapa muda, membuat masakan ini begitu unik. Penyuka sayuran pedas bisa menambahkan cabai ke dalam gabing,
Cabai yang digunakan bisa cabai yang telah diolah menjadi sambal atau cabai utuh yang dipotong menyerong dan
dimasukkan saat proses pematangan.

j. Sekubal
Sekubal atau juga disebut kue segumpal ini merupakan salah satu jenis makanan khas dari Lampung yang sangat mudah
untuk ditemui saat bulan Ramadhan. Makanan asli dari kota Lampung ini terbuat dari santan dan beras ketan.
Kue segumpal biasanya disajikan saat ada perayaan adat dan juga saat berbuka puasa. Memasak sekubal membutuhkan
ketelatenan dan kesabaran karena proses pembuatan sekubal membutuhkan waktu delapan sampai sepuluh jam.
Menikmati sekubal sangatlah mudah. Sekubal yang telah dingin dibuka bungkusnya, lalu satu persatu irisan sekubal
sepanjang 5 cm kita lepaskan. Setiap irisan sekubal dipisahkan dengan potongan daun pisang. Penyuka manis dapat
menikmati sekubal dengan tape ketan hitam, sedangkan penyuka gurih dan pedas dapat menikmati sekubal bersama bumbu
rendang.

26
Rasa sekubal yang nikmat, gurih, dan mengenyangkan, menjadikan makanan ini sebagai makanan favorit yang tak pernah
tertinggal saat perayaan besar. Sekubal juga sering dijadikan oleh-oleh dari Lampung. Hanya saja, panganan satu ini memiliki
batas waktu penyimpanan karena tidak mengandung bahan pengawet. Sekubal yang terlalu lama disimpan akan mengurangi
rasa dan kekenyalannya.

k. Sambal Asam Kembang


Sambal asam kembang merupakan salah satu makanan khas Lampung yang memiliki rasa cukup lezat dan nikmat. Jika
mendengar namanya, Anda pasti mengira sambal ini terbuat dari bahan utama asam. Namun perlu diketahui, jika dalam
proses pembuatan sambal asam kembang ini sama sekali tidak menggunakan asam, melainkan terasi yang dicampur dengan
buah kemang, seperti buah mangga muda. Sambal asam kembang ini juga bisa disantap dengan makanan khas dari kota
Lampung lainnya. Selain itu, Anda juga bisa menjadikan sambal asam kembang ini sebagai oleh-oleh dari kota Lampung.

Dari penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa masyarakat Lampung ini kaya akan adat dan budayanya.
Sehingga sudah sepatutnya kita sebagai generasi muda mengeksplorasikan ide atau gagasannya dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya. Salah satunya budaya yang harus dilestarikan adalah tradisi ngelemang.

Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh)
atau mahkota. Siger pengantin Suku Saibatin memiliki tujuh lekuk. Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja
jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas.

27
Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat, di
antaranya dalam prosesi pernikahan. Untuk Saibatin, busana pengantin pria berupa jas yang terbuat dari bahan beludru bermotif floral
bunga tabur, salur, atau pucuk rebung.
Sebagai atribut, pengantin pria memakai kopiah tungkus atau tukkus, dan perhiasan seperti gelang dan kalung. Sama halnya dengan
pakaian pengantin pria, busana pengantin perempuan kebanyakan terbuat dari beludru bermotif sama. Panjang busana di bawah lutut
dilengkapi dengan selempang jungsarat, yaitu selempang sejenis songket yang disalempangkan dari bahu kanan ke pinggang kiri.

Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja
Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak,
Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Provinsi Sumatera Selatan, Cikoneng
di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir
karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:

1. Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat)


 Menurut sejarah adat dan budaya masyarakat Lampung berasal dari daerah Sekala Brak yang berlokasi di daerah Lampung
Barat atau persisnya di daerah Kecamatan Belalau, Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan Banding Agung. Sekala Brak
merupakan persekutuan kepaksian yang terdiri dari empat paksi, yaitu: Pak Buay Pernong, Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay
Nyerupa, dan Paksi Buay Bejalan.

28
2. Bandar Enom Semaka (Tanggamus)
Wilayah ini terletak Kecamatan semaka Kabupaten Tanggamus Lampung Kecamatan Semaka berbatasab dengan Kawasan
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Yang terletak di kabupaten Pesisir-Barat lampung.

3. Bandar Lima Way Lima (Pesawaran)


Marga Way Lima yang berada di Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran Lampung. Marga way lima adalah salah satu
marga yang bearadat saibatin dan termasuk subsuku Lampung Peminggir Pemanggilan (Teluk Semaka Timur).

4. Melinting Tiyuh Pitu (Lampung Timur)


Melinting merupakan sebuah kecamatan di kabupaten Pesawaran Lampung, Kecmatan Melinting ini memiliki 6 desa, dan
Pusat Pemerintahan Kecamatan berada di deasa Wana.

5. Marga Lima Way Handak (Lampung Selatan)


Nama Way Lima ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda saat membentuk Kemargaan di wilayah ini sekitar tahun
1930 merujuk dari nama lima Way (sungai) yang tidak surut walaupun kemarau panjang yakni Way Bulok, Way Mincang,
Way Kedondong, Way Tabak Dan Way Awi. Nenek moyang Lampung Saibati Bandar Lima Way Lima dipercaya berasal
dari Kerajaan Sekala Brak Kuno yang dikenal dengan Suku Tumi. Pendapat ini erat kaitannya dengan kedatangan empat putra
Raja Pagaruyung yang menyebarkan agama Islam dan menaklukan Kerajaan Sekala Brak kuno.

29
6. Pitu Kepuhyangan Komering (Provinsi Sumatera Selatan)
Komering adalah salah satu sungai besar yang sekarang bermuara di Sungai Musi, berasal dari nama seorang
pedagang rempah-rempah (pinang) asal India. Pada masa Sriwijaya, daerah tersebut sedang ramai-ramainya mengadakan
perdagangan pinang dengan India. Untuk mengumpulkan pinang didaerah itu, oleh pembeli dari India ditunjuklah seorang
saudagar yang bertindak sebagai perwakilan perdagangan, yaitu Komring Sing. Makam Komering Sing masih ada di dekat
pertemuan sungai Selabung dan Waisaka di hulu kota Muara Dua. Dari tempat makam tersebut dinamailah sungai yang
mengalir hingga ke muara, dengan nama “Sungai Komering” yang akhirnya membuat penduduk yang bermukim dipingir
sungai tersebut disebut “Suku Komering”.
Sebagaimana dijelaskan dalam asal – usul suku komering SAKALA BHRA berarti Titisan / Jelmaan Dewa dari
Gunung Seminung, yang sIstem pemberian nama bagi sesepuh atau leluhur disebut Pu – Hyang, berarti tuanku berasal dari
Dewa ( dokumentasi Pemda OKU tahun 1979 ) didapat cerita asal – usul berdirinyamarga – marga yang menyebar dan
adanya 7 Kepuhyangan di sepanjang  aliran Sungai Komering. Pertama kali sekelompok suku dari pegunungan Muaradua
ingin mencari  tempat – tempat yang dapat memberikan jaminan kehidupan, kemudian bergeraklah mereka menelusuri sungai
Komering kearah utara atau hilir dengan menggunakan rakit, dengan berbahasa Komering lama yang disebut  (SAMANDA)
jadi Samanda adalah Bahasa Komering lama.

Kelompok pertama yang pergi turun gunung adalah kelompok Semendawai. KataSemendawai berasal dari
kata SAMANDA di WAY yang berarti menelusuri sungai dari hulu, terakhir mendarat dimuara ( Minanga ) kemudian mereka
berpencar mencari tempat – tempat strategis untuk menetap dan mendirikan 7 ke Puhyangan diantaranya:

30
a) Puhyangan Ratu Sabibul  pendiri daerah Gunung Batu, gunung batu berarti ( Manusia Gunung ).
b) Puhyang Kai Patih Kandi pendiri daerah Maluway ( Maluway / Manduway ) berarti petunjuk arah.
c) Puhyang Minak Ratu Damang Bing pendiri daerah Minanga ( Muara)

7. Telu Marga Ranau (Provinsi Sumatera Selatan)

Suku Ranau atau disebut juga sebagai Jelma Ranau/Ulun Ranau adalah salah satu kelompok etnik/sub-suku dari etnis
Lampung yang biasa disebut "Saibatin Marga Ranau". Marga Ranau (Telu Marga Ranau) merupakan bagian dari Kepaksian
Sekala Brak yang pembagian wilayahnya diatur oleh Umpu Bejalan Diway dari Paksi Buay Bejalan Diway Paksi Pak Sekala
Brak pada Abad ke VII M.
Masyarakat suku Ranau atau marga Ranau kesehariannya mengikuti sistem marga/persukuan dengan marga yang terbagi
menjadi 3 bagian (telu marga Ranau) didalam persukuan/marga pada masyarakat Ranau. Masyarakat Lampung Ranau
mengikuti adat-istiadat/kebudayaan Lampung Saibatin (satu dari 2 kelompok utama dalam suku Lampung, yaitu: Saibatin &
Pepadun) seperti pada masyarakat Lampung lainnya yang termasuk dalam Saibatin seperti: Peminggir, Krui,
Melinting, Merpas, Cikoneng, dan lainnya.
Bahasa yang digunakan masyarakat Ranau ialah bahasa Lampung dialek Api yang juga digunakan oleh kelompok masyarakat
Lampung Saibatin lainnya tetapi dengan ciri tersendiri dengan logat/aksen khas Ranaunya juga dengan sedikit perbedaan pada
kosakata, pelafalan, dan pembendaharaan kata.

31
8. Enom Belas Marga Krui (Pesisir Barat)
Sementara untuk Enom Belas Marga Krui sendiri terbagi atas Marga Pugung Malaya, Marga Pugung Penengahan,
Marga Pugung Tampak, Marga Pulau Pisang, Marga Pedada, Marga Laay. Kemudian Marga Way Sindi, Marga Bandar Krui,
Marga Ulu Krui, Marga Pasar Krui, Marga Way Napal, Marga Tenumbang, Marga Ngambur, Marga Ngaras, Marga
Bengkunat, Marga Belimbing.
Belum banyak informasi yang terkuat terkait sejarah 16 marga adat yang terdapat di kabupaten Pesisir Barat itu sendiri.
Namun sebagian masyarakat ada yang percaya masyarakat asli Krui merupakan keturunan langsung Suku Tumi yang
merupakan nenek moyang orang Lampung.

9. Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten).


Suku Lampung Cikoneng (Lampung Cikoneng: Urang Lampung Cikoneng) adalah sebuah kelompok etnis yang
merupakan sub-suku Lampung dan tinggal di Desa Cikoneng yang terletak di pantai barat Banten. Mereka tinggal di empat
kampung yang terletak didalam wilayah Desa Cikoneng dan dalam bertutur menggunakan bahasa Lampung Cikoneng.
Nenek moyang mereka berasal dari daerah Kalianda, Lampung.
Secara historis, Lampung dan Banten memiliki kedekatan khusus pada masa Kesultanan Banten dan secara geografis
letak Banten dengan Lampung hanya terhubung oleh Selat Sunda

32
Dan sementara untuk Enom Belas Marga Lampung Saibatin Pesisir-Barat terbagi atas :

 Marga Pugung Malaya,


Pugung Malaya adalah pekon yang berada di kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. Malaya
merupakan salah satu Marga yang berada di kabupaten pesisir barat, sesuai nama nya yaitu Marga Pugung Malaya. Pekon
Malaya memilki spot wisata yaitu Pantai Batu Mirau, Air Terjun Keramian, Arum jeram yang ada di Way Malaya.

 Marga Pugung Penengahan


Penengahan adalah pekon yang berada di kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia.

 Marga Pugung Tampak,

Kota Karang ( Pugung Tampak) adalah salah satu pekon yang berlokasi di Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat,
Provinsi Lampung, Indonesia. Kota Karang memiliki dua dusun yaitu dusun Karangjaya bagian timur yang berbatasan dengan
pekon Baturaja dan dusun Sukamaju bagian Barat yang berbatasan dengan pekon Waynarta.Pekon Kota Karang masuk dalam
Marga Pugung Tampak. Pekonekon Kota Karang memiliki potensi wisata pantai, antara lain Pantai Sayar dan Pantai
Ujung/Batu Tihang.[1] Sepanjang pantai desa Kota Karang memiliki pasir hitam pekat yang unik, yakni terdapat kandungan
besi yang tertarik magnet. Sebagian besar masyarakat pekon Kota Karang adalah petani dan berkebun, seperti
kebun damar, lada, kopi, dan sayur-mayur.

33
 Marga Pulau Pisang,
Pulau Pisang adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. Dahulu
kecamatan ini merupakan bagian dari kecamatan pesisir utara wilayah Kabupaten Lampung Barat, Wilayah Pulau Pisang
terkenal dengan wisata pantainya yang sangat indah, masih asri dan rendah polusi.

 Marga Pedada,
Marga Pedada beranggotakan 8 Pekon (Desa/Kampung) di Kecamatan Way Krui Kabupaten Pesisir Barat Lampung, terdiri
dari Pekon Banjar Negeri,Pedada Tuha, Sukabumi, Simpang Kerbang, Banjar Agung, Bumi Waras (Jambat) dan Pajar Bulan (
Way Timbul).

 Marga Laay.
Laay adalah sebuah pekon yang berada di wilayah kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung,
Indonesia.

 Marga Way Sindi,


Way Sindi adalah sebuah pekon yang berada di wilayah kecamatan Karya Penggawa, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi
Lampung, Indonesia.
 Marga Bandar Krui

34
Bandar Krui merupan salah satu marga Saibatin di Krui saya tidak mdapat memastikan letak gegografisnya dimana tetapi
marga ini tercantum didalam 16 marga Krui.

 Marga Ulu Krui


Ulu Krui adalah sebuah pekon yang berada di Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung, Indonesia. 

 Marga Pasar Krui


Pasar Krui adalah sebuah kelurahan dan juga pusat pemerintahan yang terletak di Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten
Pesisir Barat, Lampung,

 Marga Way Napal


Way Napal adalah salah satu desa/kelurahan di Kecamatan Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, provinsi Lampung

 Marga Tenumbang
Negeri Ratu Tenumbang adalah pekon yang berada di kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung

 Marga Ngambur
Ngambur adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. 

35
Yang memiliki beberapa desa sebagai berikut: Sumber Agung, Ulok Mukti, Negeri Ratu,Pekonmon, Muara Tembulih,
Sukanegara, Gdc Kuningan, Sukabanjar.

 Marga Ngaras
Ngaras adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. Sebelum tanggal 20 September 2017
kecamatan ini bernama Kecamatan Bengkunat. 

 Marga Bengkunat
Bangkunat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. Sebelum tanggal 20 September 2017
kecamatan ini bernama Kecamatan Bengkunat Belimbing.
Pekon (Desa) yang masuk dalam cakupan Kecamatan Bengkunat adalah Pekon Pagar Bukit, Pekon Tanjung Kemala, Pekon
Suka Marga, Pekon Penyandingan, Pekon Kota Jawa, Pekon Bandar Dalam, Pekon Way Haru, Pekon Pemerihan, Pekon Suka
Negeri, Pekon Sumberejo, Pekon Tanjung Rejo, Pekon Siring Gading, Pekon Way Tias, dan Pekon Pagar Bukit Induk.

 Marga Belimbing.
Marga Belimbing terdiri dari empat desa (pekon) yakni, Pekon Way Haru, Way Tias, Siring Gading, dan Bandar Dalam,
yang dihuni sekitar 8 ribu jiwa. Keempat Pekon tersebut termasuk kategori tertinggal dikarenakan minimnya fasilitas.
Seperti tidak adanya akses jalan yang layak dan listrik.

36
Berikut Pedoman Hidup Suku Lampung SaiBatin adalah :

1. Berani menghadapi tantangan : mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
2. Tegu Pendirian : Ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
4. Memahami anggota masyarakat yang khendaknya tidak sama : pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai
sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-milih.
5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita laukan,: wat andah, wat pandah, repa ulah khia ulih.
6. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.

Falsafah hidup suku bangsa Lampung termasuk dalam ajran piil Pesenggiri, yaitu;
a. Pesenggiri
Mengandung ajaran tidak mudah menyerah, tidak mengenal takut dan pantang mundur dalam menghadapi tantangan yang
dalam didalam kehidupan. Keberanian adalah merupakan bagian dari harga diri.

b. Juluk-Adok
Mengandung ajaran selalu menggunakan nama-nama panggilan yang baik terhadp diri sendiri maupun orang lain. Panggilan
yang baik bukan saja membuat orang lain terhormat, tetapi menunjukan diri martabat.

37
c. Nemuy-Nyimah
Mengandung ajaran senang berkunjung dan dikunjungi dengan sikap yang ramah dan pemurah. Berkunjung dan dikunjungi
bagian dari siakp saling menghormati.

d. Nengah Nyappur
Mengandung ajaran selalu bergaul ditengah masyarakat , memperluas hubungan persahabatan dan kekeluargaan dengan
semua orang.

e. Sakan Sembayan
Mengandung ajaran senang tolong-menolong dan brgotong-royong dalam hubungan persaudaraan dan kekeluargaan, sehingga
persoalan bersama dapat diselesaikan secara bersama-sama.

Makna Gelar Adat Bagi Masyarakat Lampung Saibatin.

Gelar merupakan panggilan terhadap suku lampung yang diberikan pada saat memasuki jenjang pernikahan1 . Ada tujuh
tingkatan gelar yang dipakai dalam struktur masyarakat lampung sai batin dari suntan sampai dengan mas. Adapun makna dari
masing masing gelar tersebut adalah :

38
1. Gelar Suntan Suntan berasal dari bahasa arab yaitu shulton artinya penguasa-penguasa .
Gelar suntan adalah gelar tertinggi sekaligus yang paling luas tanggung jawabnya dibandingkan gelar-gelar lainnya,
dalam adat lampung, gelar ini diberikan kepada anak pertama penyimbang adat dan hanya boleh dipakai oleh satu orang
dalam sebuah marga. Seorang yang menyandang gelar suntan memiliki tugas yang yang sangat besar di dalam adat dia
berpengaruh besar dalam memutuskan kebijakankebijakan didalam adat, suntan juga ikut andil dalam mengatasi perkara-
perkara pelanggaran adat.
Sehingga disini seseorang yang bergelar suntan yang bertugas sebagai penasehat ditingkat atas harus mampu menjadi
penasehat yang bukan hanya bertugas untuk menasehat orang lain, namun harus mampu menasehati dirinya sendiri supaya
bisa dijadikan contoh atau suri tauladan untuk orang lain. Sehingga seorang yang bergelar suntan tingkah lakunya harus selalu
terjaga dan harus selalu berlaku sesuai dengan nilai-nilai adat.

2. Dalam menjalankan fungsinya suntan dibantu oleh pemapah dalom semacam perdana menteri, yang diberi gelar khaja4 .
Gelar khaja diberikan kepada kepala jukku, putera kedua saibatin, menantu tertua laki-laki dari saibatin. Gelar khaja memilki
tugas membantu suntan dalam melaksanakan pemerintahan adat dan ikut bertanggung jawab dalam menjaga nama baik adat
serta turut andil dalam mengatasi masalah – masalah yang berhubungan dengan adat.
3.
4. Batin
Batin berasal dari bahasa lampung yang artinya sejiwa5 . Gelar batin diberikan kepada anak ketiga saibatin. Batin bertugas
sebagai pengatur dalam adat atau dalam susunan gelarnya untuk mengabdi kepada tingkat pusat atau suntan.

39
5. Khadin
Khadin merupakan pemimpin ditingkat menengah, konteks memimpin disini adalah seorang yang bergelar khadin harus
mampu memimpin adik – adiknya, meskipun ia hanya sebagai pembantu dari kakak –kakak yang bergelar diatasnya6 . Gelar
khadin diberikan kepada anak ke empat saibatin.

6. Minak
Minak berasal dari bahasa sansekerta yang artinya panglima. Gelar ini diberikan kepada anak ke lima dari saibatin. Minak
sendiri memiliki tugas yang hampir sama dengan khadin yaitu membantu kakak kakaknya dalam menjalankan kewajiban di
dalam adat.

7. Kemas
Gelar kemas diberikan kepada anak enam dari saibatin. Meskipun di dalam tata kerajaan saibatin ia sebagai masyarakat biasa
yang hanya di ayomi namun iya memiliki tugas melaksanakan apa yang di tetapkan oleh punyimbang adat.

8. Mas
Gelar ini diberikan kepada anak ketujuh saibatin. Mas di dalam kerajaan adat saibatin memiliki tugas yang sama seperti
kemas sebagai pelaksana kegiatan-kegiatan adat .

40
Setelah mengkaji dan memahami tingkatan tingkatan adat diatas, maka dapat dipahami bahwa gelar adat itu mirip dengan
TataKenegaraan yang di dalamnya memiliki tujuan kesejahteraan yang bersama. Bisa dilihat disini bahwa masyarakat lampung pada
umumnya mewarisi adat yang sangat beragam. Idiom dari masnig – masing gelar ini akan akan sangat dikenal luas oleh masyarakat
luas apabila dijiwai oleh setiap penyandang gelar. Gelar sendiri dalam adat lampung saibatin merupakan sebuah bangunan yang satu
dengan yang lainnya memiliki hubungan yang saling mengait dan menguatkan. Sehingga ke tujuh gelar tersebut tidak bisa dipisah-
pisahkan karena kesemuanya memiliki keterkaitan dari masing – masing setiap gelar.

Memperhatikan pemahaman diatas maka makna yang dapat diambil bahwa tingkatan gelar atau kedudukan seseorang
merupakan nilai – nilai luhur dan hakiki yang menunjukkan kepribadian dan jati diri seorang penyandang gelar, karena nilai luhur
yang terkandung dalam tingkatan – tingkatan gelar tersebut secara esensial saling terkait dan saling bekerja sama antara satu gelar
dengan gelar yang lainnya, sehingga tidak bisa terpisahkan yang kesemuanya bila dipahami sangat sesuai dengan paham
kemanusiaan. Hal ini memperlihatkan bahwa manusia harus hidup dalam keseimbangan baik antara lahir dan batin, religius dan
moral, serta individual dan sosial, sehingga dari keseimbangan ini maka akan melahirkan ketertiban dalam hidup dan di ikuti dengan
moralitas yang tinggi.

Bila seseorang sudah mendapatkan gelar adat dan dapat menepatkan posisi yang sesuai dengan esensi dan tujuan hidup yang
sesungguhnya, maka manusia yang bersangkuta berkewajiban memberikan tauladan bagi masyarakat disekitar dan dapat
memeberikan manfaat yang sebanyak – banyaknya bagi sesame manusia dan alam lingkungannya. Terkait dengan keteladanan
manusia sebagai makhluk Tuhan yang berada di tengahtengah realitas kesemestaan, maka gelar adat erat sekali hubungannya dengan

41
nilai – nilai spiritual, bahkan nilai – nilai moral, hal ini terlihat dari tindakan seorang penyandang gelar yang beorientasi pada nilai
yang tinggi. Oleh karenanya dengan tanggung jawab itu maka ia harus mampu memimpin dirinya dan lingkungan dan terus
berkesinambungan untuk membangun kehidupan yang bermartabat luhur.

Memperhatikan nilai – nilai gelar yang terkandung dalam adat Lampung Saibatin khususnya, perlu dijadikan contoh dan
tauladan serta dapat di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga warga masyarakat lampung tidak kehilangan identitasnya,
meskipun terjadi kemajuan pembangunan dan peradaban manusia yang begitu pesat saat ini. Berbagai uraian diatas secara induktif
dapat ditarik suatu benang merah bahwa gelar adat bukanlah gelar yang hanya bersifat simbolis apalagi hanya untuk kepentingan
pribadi, namun gelar adat adalah sebuah pengabdian dan amanah serta sebuah perbuatan yang dilakukan tanpa pamrih. Seseorang
yang menyandang gelar adat dituntut menjadi contoh dan teladan serta panutan bagi masyarakat, dan harus bersikap sesuai dengan
nilai dan norma – norma yang berlaku dalam masyarakat.

Oleh karenanya gelar merupakan simbol status yang harus dipertahankan dan dipertanggung jawabkan agar tidak mendapat
penilaian negative dari lingkunga sosial masyarakat. Sehingga gelar atau adok yang dimandatkan kepadaan tokoh adat dapat
dipertangung jawabkan dengan baik, dan mangayomi masyarakat-masyarakat bawahannya dan memberikan contoh yang baik pula,
prilaku ini agar terciptanya tradisi adat yang tidak mudah hilang dimasa yang akan datang, guna mempertahankan budaya-budaya
leluhur.

42
Pelaksanaan pemberian gelar adat Lampung memiliki beberapa manfaat yakni sebagai berikut ;

1. Melestarikan adat
Lampung Masyarakat Lampung memiliki banyak sekali upacara-upacara adat, dan dalam upacara pun telah
ditentukan menurut adat masyarakat Lampung. Misalnya upacara pemberian gelar adat yang merupakan kegiatan masyarakat
Lampung, dan harus terus dilestarikan, sebagai cirri khas adat masyarakat Lampung9 . Dalam hal ini bukan hanya upacara
saja yang tidak ada nilai, namun ada banyak nilai sakral yang terdapat didalamnya bagi masyarakat Lampung.
Gelar sendiri memiliki makna dan nilai-nilai tujuan hidup manusia yang berfungsi sebagai pendorong, dasar dan
pedoman bagi seluruh kreatifitas dan aktifitas kehidupan masyarakat Lampung. Nilai-nilai hakiki tersebut harus tetap
dipertahankan dan diaktualisasikan dalam system kebudayaan sebagai sarana untuk mengembangkan dan menyelamatkan
kebudayaan masyarakat Lampung. Melihat perkembangangan zaman, masyarakat Lampung tetap konsisten dalam
mempertahankan adat istiadatnya. Di pekon kenali kecamatan belalau Lampung barat misalnya, salah satu adat yang masih
dipertahankan yakni pemberian gelar adat. Dalam pengambilan gelar adat pun mengalami perkembangan, tetapi
perkembangannya tidak mengenai tata upacara melainkan pesta dan resefsinya.
Menurut Rohman gelar adat merupakan status kehormatan yang menjai plar utama tegaknya adat istiadat Lampung,
sehingga apabila gelar ini tetap di lestarikan, maka budaya Lampung akan tetap terjaga dan justru akan berkembang.
Pengambilan gelar adat masyarakat Lampung merupakan bagian dari upaya memelihara adat Lampung sebagai warisan luhur
yang bernilai tingggi, dan jangan sampai tereduksi oleh perkembangan zaman yang ada saat ini.

43
2. Untuk membedakan masyarakat Lampung dengan suku bangsa lainnya
Salah satu fungsi pemberian gelar adat adalah untuk membedakan dengan masyarakat lainnya atau mmeberikan cirri
khas tersendiri di dalam budaya. Contohnya dalam masyarakat Lampung terdapat masyarakat Lampung saibatin dan pepadun.
Untuk memebedakan keduanya bisa dilihat dengan adanya upacara pemberian gelar adatnya, dengan hal ini maka akan
mempermudah untuk membedakan antara satu kelompok wilayah Lampung dengan yang lainnya.

3. Membentuk keperibadian bagi seseorang yang sudah bergelar


Seseorang yang memeiliki gelar akan memeiliki tanggung jawab yang lebih dari sebelum dia menyandang gelar. Gelar
akan membentuk masing-masing penyadang, karena dengan gelar tersebut seseorang akan memiliki tanggung jawab yang
berbeda dari sebelum ia menyadang gelar sesuai dengan tingkatan gelar yang ia terima. Kedudukan ataupun status akan
mengajarkan kepadanya untuk terus menjaga perilaku sesuai dengan apa yang diharapkan oleh adat. Menurut M. Yanuar
Firmansyah Gelar Suntan Junjungan Sakti “Seorang penyandang gelar suntan, ia merupakan seorang yang memiliki
kedudukan tertinggi atau pemimpin dalam sebuah paksi yang otomatis dia harus menjadi contoh yang baik bagi
masyarakatnya Sehingga dari sini terlahir keperibadian serta terbentuknya karakter yang teguh dan bertanggung jawab bagi
penyandang gelar.
Berdasarkan uraian diatas seseorang yang bergelar harus mampu memfungsikan dirinya sesuai dengan gelar yang dia
sandang. Sehingga seorang yang menya andang gelar adat terlebih penyandang gelar adat tertinggi harus mampu mengemban
tugas dan tanggung jawabnya dengan menggunakan hati nurani. Secara implisit berdasakan manfaat di atas dapat dipahami
bahwa pada intinya segala sikap dan perbuatan haruslah tertanam dan lahir dari sanubari manusia, supaya sikap dan

44
perbuatannya sesuai dan tidak bertentangan dengan hakikat manusia. Hal ini dijadikan sebagai 11 Yanuar Firmansyah,
Wawancara Pribadi, 28 Juli 2016 sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia, baik yang lahiriyah maupun bathiniyah,
sehingga tidak merendahkan martabat manusia.

2.2 PengertianTradisi Ngelemang Pada Masyarakat Lampung Saibatin Marga Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat.

Kabupaten Pesisir Barat adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Lampung, Indonesia. Ibu


kotanya adalah Krui. Kabupaten Pesisir Barat merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Barat, yang disahkan
berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pesisir Barat provinsi Lampung pada
tanggal 25 Oktober 2012[6] kemudian diresmikan pada tanggal 22 April 2013. Sehingga, kabupaten ini merupakan kabupaten termuda
di Provinsi Lampung. Pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten Pesisir Barat dihuni sedikitnya oleh 164.453 jiwa
Kabupaten Pesisir Barat secara topografi dapat dibagi kedalam topografi dari permukaan laut, dimana mencakup seluruh Kecamatan
wilayah Pesisir (Kecamatan Pesisir Utara, Kecamatan Pesisir Tengah dan Kecamatan Pesisir Selatan) pada sepanjang pantai Barat
wilayah ini.
Topologi perbukitan, yang memiliki ketinggian antara 600-1000 meter di atas permukaan laut, yang meliputi TNBBS dan
lain-lainnya termasuk ke dalam wilayah ini. Kabupaten Pesisir Barat terdiri dari 11 kecamatan, 2 kelurahan, dan 116 Pekon. Pada
tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 155.964 jiwa dengan luas wilayah 2.907,23 km² dan sebaran penduduk 53 jiwa/km².
Sektor Pariwisata merupakan potensi andalan Kabupaten Pesisir Barat, setiap tahun ratusan bahkan ribuan turis datang ke Krui, untuk
berlibur, berselancar dan menikmati keindahan pantainya. Selain pantai krui memiliki dua pulau eksotis yaitu pulau pisang dan pulau

45
Betuah, yang alami dan keindahannya tidak kalah dengan pulau-pulau destinasi wisata di dunia, Hanya memang potensi itu belum
tereksplorasi.
Akses perhubungan dari dan menuju Krui, bisa dilakukan melalui darat, laut, dan Udara. Di Krui terdapat Bandar Udara M.
Taufik Kiemas, Pelabuhan Kuala Stabas, dan Jalan nasional lintas Barat yang melewati seluruh wilayah krui yang berada digaris
pantai sepanjang 200 Kilometer lebih. Potensi hasil bumi dan hutan, juga bagus dan memiliki nilai jual tinggi, seperti damar mata
kucing yang merupakan getah damar kualitas terbaik didunia dan telah diakui internasional yang berasal dari krui. Belum lagi hasil
bumi lainnya seperti cengkih, kopi, lada, kakao. krui juga merupakan wilayah pertanian khususnya di Kecamatan Pesisir Selatan yang
memiliki ribuan hektar sawah dengan sistem pengairan irigasi

Bangkunat adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Indonesia. Sebelum tanggal 20 September 2017
kecamatan ini bernama Kecamatan Bengkunat menjadi Kecamatan Ngaras dan Kecamatan Bengkunatbelimbing menjadi Kecamatan
Bangkunat. Kecamatan bengkunat ini memiliki 14 desa (pekon) yaitu: Bandar Dalam, Kota Jawa, Pagar Bukit, Pagar Bukit Induk,
Pemerihan, Penyandingan, Siring Gading, Suka Marga, Suka Negeri, Sumberejo, Tanjung Kemala, Tanjung Rejo, Way Haru, dan
Way Tiyas.
Kecamatan Bangkunat ini merupakan wilayah terujung dari kabupaten Pesisir Barat yang berbatasan dengan Kawasan Taman
Nasional Bukit Brisan Selatan, dan sekaligus berbatas langsung dengan Kabupaten Tanggamus. Kecamtan bangkunat merupakan
kecamatan termuda di kabupaten Pesisi Barat, dengan mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagagai petani diladang dan
nelayan pencari ikan dilaut. Dan mayoritas penduduk disini adalah suku Lampung, jawa, sunda, padang, batak, dan lainnya.

46
1. Pengertian Tradisi Ngelemang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Tradisi” berarti segala sesuatu seperti adat, kebiasaan, ajaran dan sebaginya yang
turun-temurun dari nenek moyang. Sedangkan ngelemang adalah suatu jenis kesenian tradisional yang dimiliki oleh masyarakat
Bangkunat. Tradisi ngelemangadalah tradisi turun-temurun masyarakat Bangkunat. Masyarakat Lampung mengenal dua jenis
lemang, yaitu lemang paccung dan lemang bulung. Lemang paccung adalah lemang yang menggunakan bambu dang memasaknya
dengan cara dibakar, sedangkan lemang bulung adalah lemang yang hanya menggunakan daun dan memasaknya dengan cara direbus.
Sebenarnya lemang tidak hanya ada di Lampung namun dibeberapa daerah misalnya Aceh, daerah ini akan membuat lemang pada
acara-acara tertentu sebagai bentuk perayaan acara, begitu pula dengan masyarakat Bangkunat biasanya membuat lemang pada tahun
baru Islam.

Lemang adalah makanan yang berasal dari ketan dan santan yang dimasukkan kedalam bambu, yang sebelumnya bambu
tersebut dimasukkan daun pisang yang sudah digulung, kemudian baru dimasukkan beras ketan. Sedangkan santannya akan
dimasukkan ketika akan dibakar.54Buluh atau bambu yang digunakan tidak sembarangan, jenis bambu untuk lemang ini adalah
bambu talang yang dibentuknya harus lurus dan tidak terlalu besar ataupun terlalu kecil. Dipilihnya bambu sebagai tempat
untuk memasak lemang adalah karena pertimbangan cita rasanya ketika dimakan, meski sudah diberi lapisan gulungan daun pisang,
namun air dalam ruas bambu pemasak lemang akan berpengaruh terhadap rasa santan
dan ketan.

47
Cara memasak lemang pun cukup unik karena dimasak secara bersama-sama. Untuk memasak lemang terlebih dahulu siapkan dua
kayu sebagai tiang untuk sisa kanan dan kiri lalu ikatkan kayu panjang dibagian tengan-tengah sehingga kedua tiang tersebut saling
terhubung. Kayu yang berada ditengah-tengah harus kayu yang masih basah agar tidak terbakar oleh api ketika memasak lemang,
kayu yang biasanya digunakan yaitu kayu yang berasal dari pohon aren yaitu pelepah daunnya..

2. Sejarah Tradisi Ngelemang

Tidak dapat dipastikan sejak waktu kapan tradisi ngelemang ada dan dilaksanakan pada masyrakat Lampung pesisir
khususnya masyarakat Bangkunat. Namun dapat dipastikan kegiatan ngelemang khususnya masyarakat Bangkunat sudah ada dan
sudah dilaksanakan bersamaan dengan adanya atau berdirinya Kecamatan Bangkunat itu sendiri sejak tahun 1967 pada saat itu
diselenggarakannya Musyawarah Besar Pemuda Pelajar, Mahasiswa dan Masyarakat Lampung. Hasil dari musyawarah tersebut
terbentuklah waktu dalam pelaksanan tradisi ngelemang.

Ngelemang adalah salah satu kegiatan dalam rangka mengucapkan


rasa syukur kepada Allah swt dan sebagai ajang silaturahmi bagi masyarakat yang ada khususnya di marga Bangkunat, sejak awal
berdirinya kecamatan Bangkunat sampai dengan sekarang masih dilaksanakan dan terpelihara dengan baik tentang kegiatan tradisi
ngelemang. Kegiatan ngelemang iu sendiri adalah suatu wujud peninggalan budaya yang bercorak Islam pada masyarakat Bangkunat
yang hingga pada saat ini semangatnya tetap dijaga dan tetap dikembangkan pada masyarakat.

48
Dengan demikian setiap tradisi yang ada dalam masyarakat Lampung mengedepankan nilai-nilai kebersamaan antar suku, keluarga,
dan kerabat. Salah satunya tradisi ngelemang, tradisi turun temurun yang masih tetap
dipertahankan dari sejak tahun 1967 hingga saat ini.

4. Pelaksanaan Tradisi Ngelemang Masyarakat Bangkunat

Pelaksanaan tradisi ngelemang memberikan nuansa tersendiri bagi masyarakat Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat. Menurut
Adi Indraswara selaku Tokoh Adat Saibatin Marga Bangkunat, tradisi ngelemang merupakan yang dilaksanakan pada Hari Raya
Idhul Fitri dan Maulid Nabi. Tradisi ngelemang ini sudah dilakukan oleh nenek moyang sejak ratusan tahun lalu. Pada zaman dahulu
tradisi ngelemang ini dimaksudkan untuk mempererat tali silaturahmi antar marga-marga yang hidup berdampingan terjalin
hubungan yang baik.

Pada umumnya pelaksanaan tradisi ngelemang setiap pekon berbedabeda. Proses tradisi ngelemang dilaksanakan saat dan
sesudah hari raya Idhul Fitri dan pada sebelum dan sesudah Maulid Nabi. Pelaksanaan tradisi ngelemang memberikan makna sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT karena telah dpertemukan kembali dengan hari-hari besar Islam. Dengan tujuan sebagai
ajang silaturahmi antar marga dan masyarakat. Tradisi ngelemang, akan tetap dilaksanakan mengingat tradisi ngelemang merupakan
warisan nenek moyang yang harus dijaga kelestariannya. Sehingga generasi yang akan datang tetap akan melaksanakan tradisi
ngelemang tersebut. Dalam hal ini, tokoh adat selaku saibatin marga Bangkunat memiliki peran sebagai pengontrol dan pengingat

49
supaya tradisi yang ada tetap dilaksanakan sehingga kelestariannya terjaga.Penjelasan yang dipaparkan tokoh adat Marga Bangkunat
memberikan pengertian bahwa dalam pelaksanaan tradisi ngelemang memberikan suasana yang berbeda pada masyarakat Kecamatan
Bangkunat khususnya dan Lampung Saibatin umumnya.

Saat hari raya Idhul Fitri, masyarakat yang ada diluar daerah yang mudik akan mengikuti pelaksanaan tradisingelemang.
Sehingga pada waktu pelaksaannya tradisi ngelemang menjadi ajang silaturahmi antar sesama family maupun masyarakat Kecamatan
Bangkunat maupun masyarakat luar Bangkunat. Selain itu, tradisi ngelemang salah satu warisan budaya nenek moyang yang harus
tetap dijaga kelestariannya, mengingat tradisi ngelemang meruapakan warisan asli budaya masyarakat Lampung Pesisir atau Saibatin.
Sehingga tradisi ngelemang menjadi salah satu pembeda antar masyarakat yang ber adat Lampung Saibatin dengan Lampung
Pepadun.

Tradisi memiliki nilai-nilai karakteristik tersendiri bagi masyarakat yang menjalankan. Menurut Yuzir selaku Kepala Kantor
Marga Bangkunat, nilai-nilai karakteristik tradisi ngelemang yaitu, Nilai Religius (Ibadah), Nilai Akhlak (Pendidikan), Nilai Sosial
(Ukhwah), dan Nilai Budaya. Menurut M. Baziri tradisi ngelemang memiliki nilai-nilai yang mengandung keislaman yang dapat
melahirkan jiwa Islam. Seperti mengundang Ustadz, sehingga masyarakat akan bertambah ketakwaan kepada Allah serta tumbuhnya
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.Pada hakikatnya proses merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu, dan
tempat. Proses adalah metode, teknik, atau cara yang digunakan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang atau jasa
dengan menggunakan beberapa faktor produksi yang terdiri dari modal, tenaga kerja, peralatan dan bahan baku. Input dalam proses
produksi lemang terdiri dari modal, peralatan tenaga kerja dan bahan baku.

50
Proses produksi merupakan kegiatan ynag mengolah bahan baku mentah menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.
masyarakat Bangkunat pada umumnya sama yaitu masih
menggunakan cara-cara yang tradisional yang diperoleh secara turun temurun.

Bahan baku ynag digunakan dalam pembuatan lemang terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan. Bahan baku utama
terdiri dari beras ketan, santan kelapa, garam dan untuk bahan baku tambahannya terdiri dari daun pisang, bambu dan kayu bakar.
Dalam proses pengelolahan bahan baku rata-rata menggunakan peralatan seperti mesin parut kelapa, baskom, pisau, sendok, meja
dan kursi.Adapun tahapan proses pembuatan lemang di Kecamatan Bangkunat
Kabupaten Pesisir Barat yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu bahan baku seperti beras ketan, kelapa parut, garam, bawang merah, daun pisang, kayu
bakar, dan bambu.

2. Alat yang digunakan yaitu sendok, baskom, pisau, dan mesin parut kelapa

3. Merendam beras ketan sekitar 3-4 jam lalu cuci dan tiriskan.

4. Mencampurkan bahan baku ke dalam baskom, kemudian beras ketan


yang sudah dicuci kemudian dicampur dengan santan kelapa dan diberi

51
sedikit garam.
5. Untuk pengemasan bagian dalam bambu dilapisi daun pisang.

6. Dan yang terakhir nyalakan api dengan kayu bakar lalu bambu yang
berisi beras ketan sudah dicampur dengan santan kelapa bakar hingga
matang.

7. Lemang siap dihidangkan.


Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa proses atau tahapan pembuatan lemang di Kecamatan Bangkunat pada
umumnya sama. Teknik ini adalah teknik yang diperoleh secara turun temurun. Proses pembuatan lemang tergolong mudah
dan tidak membutuhkanteknik yang khusus, pada dasarnya pembuatan lemang di Kecamatan Bangkunat memang sama pada
umumnya namun yang berbeda ditingkat penggunaan bahan baku. Penggunaan bahan baku adalah salah satu
rahasia masing-masing individual untuk menghasilkan makanan tradisional yang enak dan nikmat

Penggunaan takaran yang seimbang antara tiap bahan baku tentunya akan menghasilkan produk yang lezat. Oleh sebab itu
penggunaan bahan baku ditingkat proses pembuatan lemang berbeda tergantung keinginan dan pengalaman masing-masing
individual. Sesuai data yang diperoleh secara rata-rata penggunaan perbandingan takaran bahan baku adalah 1 kg beras ketan, 1 biji
kelapa sehingga akan menghasilkan rasa lemang yang gurih dan nikmat.

52
Pembakaran lemang membutuhkan waktu 3-5 jam dalam api besar untuk kematangan yang sempurna, saat proses pembakaran
ini lemang tersebut tidak boleh ditinggalkan karena takutnya akan menyebabkan kegosongan pada lemang atau tidak matang dengan
sempurna. Proses pembakaran lemang ini harus sabar dan teliti tidak bisa terburu-buru, yang membakar leamng biasanya dilakukan
oleh laki-laki atau bujang (laki-laki yang belum menikah) biasamya dalam pembakran lemang membutuhkan tenaga 3-4 orang.
Setelah lemang matang nantinya akan dibagiakn dengan tamu-tamu yang yang datang kerumah, dan pada keesokan harinya akan
dibawa kemasjid untuk dimakan bersama dengan makanan lainnya.

2.3. Cara Masyarakat Mempertahankan Tradisi ngelemang sebagai Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai  strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.Dalam bahasa asing arti
kearifan lokal sering juga dikonsepsikan sebagai kebijakan setempat “lokal wisdom” atau pengetahuan setempat “lokal knowledge”
atau kecerdasan setempat “lokal genious”.
Definisi ini sangat dekat kaitannya dengan kebudayaan yang ada di wilayah-wilayah tertentu, termasuk di Indonesia yang memiliki
banyak masyarakat dari berbagai sisi kebudayaan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Bahkan karena kondisi ini Indonesia
disebut sebagai salah satu negara yang memiliki banyak masyarakat multikultural. Kearifan lokal sendiri merupakan suatu konsep
mengenai gambaran masyarakat yang berasal dari nilai-nilai luhur yang telah membudaya.

Maka dapat didefinisikan sebagai hasil dari proses adaptasi turun temurun dalam waktu yang lama terhadap suatu lingkungan
alam tempat tinggal mereka dan menjadi tata nilai kehidupan yang terwarisi antar generasi. Kearifan lokal tercermin dalam setiap

53
aktivitas masyarakat seperti religi, budaya, maupun adat istiadat. Disamping pengertian di atas, ada juga beberapa ahli yang
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian kearifan lokal, diantaranya:

 Sibarani
Sibarani mendefinisikan kearifan lokal sebagai suatu bentuk pengetahuan asli dalam masyarakat yang berasal dari nilai luhur
budaya masyarakat setempat untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

 Paulo Freire
Paulo Freire mengemukakan pendapatnya mengenai kearifan lokal sebagai pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk
selalu konkret dengan apa yang mereka hadapi.

 Warigan
Warigan mendefinisikan kearifan lokal sebagai nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan sudah terbukti turut serta
menentukan kemajuan masyarakatnya.

 Apriyanto
Apriyanto menyatakan pendapatnya bahwa kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan
dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka.

 Haryanti Soebadio
Ia mengemukakan ini agak berbeda dengan tokoh lainnya, yaitu sebagai suatu identitas atau kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu untuk menyaring dan memiliki budaya yang masuk ke dalam dirinya sendiri.

 Quaritch Wales
Ia menyatakan bahwa konsep kearifan lokal dengan local genius merupakan satu prinsip yang sama, dimana kemampuan
budaya setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan tersebut berhubungan.

54
Selain pendapat para ahli tersebut, kearifan lokal juga tercantum dalam Undang-undang (UU) No. 32/2009 tentang perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, dimana kearifan lokal diterjemahkan sebagai nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan
masyarakat antara lain melindungi, dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.

Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat lokal,yang dari turun-temurun dari nenek moyang kita.
Sehingga kita harus melestarikan kebudayaan tersebut agar generasi selanjutnya tahu bahwa kita mempunyai suatu kebiasaan yang
dulu. Dibawah ini beberapa cara masyarakat mempertahankan kearifan lokal tersebut adalah:

a. Melestarikan Dan Mempertahankan Kearifan Lokal

Upaya Yang Dilakukan Untuk Melestarikan Kearifan Lokal

Pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah danterpadu guna mewujudkan tujuan tertentu
yang mencerminkan adanya sesuatu yangtetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif. Pelestarian budaya adalah upaya untuk
mempertahankan nilai-nilai seni budaya, nilai tradisional denganmengembangkan perwujudan yang bersifat dinamis, luwes dan
selektif, sertamenyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang selalu berubah dan berkembang. Salahsatu ahli mengartikan pelestarian
sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terusmenerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang
mencerminkanadanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes dan selektif.

55
Menjaga dan melestarikan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara.Ada dua cara yang dapat dilakukan
masyarakat khususnya sebagai generasi mudadalam mendukung kelestarian budaya dan ikut menjaga budaya lokal (Sendjaja,
1994).yaitu :

1. Pengalaman KebudayaanYakni pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsungkedalam sebuah pengalaman
kultural. contohnya, jika kebudayaan tersebut berbentuk tarian, maka masyarakat dianjurkan untuk belajar dan berlatih
dalammenguasai tarian tersebut, dan dapat dipentaskan setiap tahun dalam acara-acaratertentu atau diadakannya festival-
festival. Dengan demikian kebudayaan lokalselalu dapat dijaga kelestariannya.

2. Pengetahuan Kebudayaan
Yakni pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu pusatinformasi mengenai kebudayaan yang dapat
difungsionalisasi ke dalam banyak bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan pengembangan
kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisataan daerah.Dengandemikian para Generasi Muda dapat memperkaya
pengetahuannya tentangkebudayaanya sendiri. Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kebudayaanlokal juga dapat
dilestarikan dengan cara mengenal budaya itu sendiri. Dengandemikian, setidaknya dapat diantisipasi pembajakan
kebudayaan yang dilakukanoleh negara lain. Persoalan yang sering terjadi dalam masyarakaat adalah terkadang dimana
masyarakat melestarikan atau mempertahankan suatu kebudayaan dalam suatu masyarakat haruslah dengan cara mendalami
atau paling tidak mengenal budaya itu sendiri.

56
Jadi, cara masyarakat dalam memeertahankan kearifan lokal salah satunya yaitu menjalankan tradisi ini setiap tahun agar tradisi ini
tetap ada dan dijalankan oleh generasi berikutnya, karena tradisi ini adalah peninggalaan nenek moyang yang harus dilestarikan oleh
anak cucu mereka atau generasi berikutnya.Oleh sebabmasyarakat khususnya generasi muda yang kurang memiliki kesadaran
untukmelestarikannya. Akibatnya kita baru bersuara ketika negara lain sukses danterkenal, dengan budaya yang mereka ambil secara
diam-diam. Oleh karena itu peran pemerintah dalam melestarikan budaya bangsa juga sangatlah penting.Bagaimanapun juga
pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam upaya pelestarian kebudayaan lokal di tanah air.

Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yangmengarah pada upaya pelestarian kebudayaan nasional.
Salah satu kebijakan pemerintah yang pantas didukung adalah penampilan kebudayaan-kebudayaandaerah disetiap event nasional,
misalnya tari-tarian, lagu daerah dan pertunjukkansarung ikat dan sebagainya. Lebih konkrit lagi pada akhir-akhir ini Presiden
JokoWidodo mewajibkan semua jajarannya agar setiap event penting nasional seperti pada perayaan hari kemerdekaan setiap
tahunnya mengenakan pakaian tradisionalmasing-masing berdasarkan daerah asalnya. Hal ini perlu diapresiasi karena merupakan
salah satu upaya dalam melestarikan budaya Indonesia . Semua itu dilakukan sebagai upaya pengenalan kebudayaan lokal kepada
generasi muda, bahwa budaya yang ditampilkan itu adalah warisan dari leluhurnya,bukan berasaldari negara tetangga, demikian juga
upaya-upaya melalui jalur formal pendidikan (Ranjabar: 2006)

.Masyarakat wajib memahami dan mengetahui berbagai macam kebudayaanyang dimiliki.Pemerintah juga dapat lebih
memusatkan perhatian pada pendidikanmuatan lokal kebudayaan daerah.Selain hal-hal tersebut diatas, masih ada cara laindalam
melestarikan budaya lokal (Yunus: 2014) yaitu:

57
a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan budaya lokal.
b) Mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya lokal beserta pemberdayaan danpelestariannya.
c) Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi, kekeluargaan,keramahtamahan dan solidaritas yang tinggi.
d) Selalu mempertahankan kearifan lokal agar tidak luntur.

2.4 Mengajarkan kepada anak-anak generasi muda guna mempertahankan budaya lokal di masyarakat

Mengajarkan kepada anak-anak mereka agar pentingnya menjaga dan menjalankan tradisi yang sejak dulu dijalankan oleh
nenek moyang kita.
“Mereka mempertahankan tradisi ini yaitu dengan cara mengajarkan kepada
anak-anak mereka bahwa sepeti inilah kegiatan masyarakat dulu”.
Artinya: “Tradisi tamu taung ini diajarkan dan dilaksanakan agar tradisi ini bertahan dan dilestarikan oleh generasi berikutnya.

Jadi, tradisi ini mereka ajarkan kepada anak cucu mereka agar tetap ada dan tidak punah atau dimakan oleh jaman, harus
dijaga dan dilestarikan oleh anak mereka agar generasi berikutnya tahu seperti apa tradisi atau kebiasaan masyarakat dulu.
Mempertahankan nilai budaya salah satunya dengan mengembangkan seni budaya tersebut disertai dengan keadaan yang kita alami
sekarang ini, yang bertujuan untuk menguatkan nilai-nilai budayanya. Karena kebudayaan yang kita punya dapat mencerminkan
kepribadian bangsa kita baik masyarakat Bangkunat pada khususnya maupun masyarakat Indonesia pada umumnya. Berbicaraa

58
tentang cara masyarakat Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat dalammempertahankan kebudayaanya atau tradisi ngelemang yang
masih bertahan hingga era modern sekarang ini.

Ngelemang merupakan tradsi dilakukan dengan rutin tiap tahunnya untuk mendapatkan kesejahteraan didalam menjalankan
kehidupan rukun bersama. Dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka bahwa tradisi ini turun-temurun dilakukan
oleh nenek moyang mereka.
Tradisi ngelemang masyarakat Lampung saibatin menjadi salah satu bentuk kearifan lokal pada masyarakat Bangkunat Kabupaten
Pesisir Barat, dimana tradisi tersebut dilaksanakan pada waktu tertentu, dalam hal ini tradisi ngelemang yang dilakukan masyarakat
setempat sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Swt. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui makna filosofis yang terdapat dalam tradisi ngelemang, relavansi tradisi ngelemang di era modern serta kontribusinya
bagi kuliner pariwisata masyarakat Lampung saibatin Kecamatan Marga Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku.

Terdapat upaya mendeskripsikan , mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kondisi yang terjadi sekarang. Dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yaitu bahwa tradisi ngelemangmemiliki
makna filosofis yang tidak lepas dari kehidupan sosial masyarakat. Adapun makna filosofis yang terdapat dalam sistem sosial
kebudayaan lokal tradisi ngelemang dapat dilihat dalam bentuk, gotong royong (ta’awun), musyawarah, silaturahmi dan
persatuan/kesatuan (kerukunan).

59
Tetapi sudah banyak masyarakat yang tidak menjalankan tradisi tersebut dikarenakan adanya pengaruh budaya luar dan tidak
sesuai lagi dengan ajaran agama islam. Dari hasil peneliti diatas maka penulis dapat menganalisi bahwa cara masyarakat
mempertahankan tradisi ngelemang yaitu memepertahankan tradisi turun-temurun yang wajib dilakukan saat memperingati hari-hari
besar tiap tahun.

Tradisi ngelemang masyarakat Lampung saibatin menjadi salah satu bentuk kearifan lokal pada masyarakat Bangkunat Kabupaten
Pesisir Barat, dimana tradisi tersebut dilaksanakan pada waktu tertentu, dalam hal ini tradisi ngelemang yang dilakukan masyarakat
setempat sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Swt.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui makna filosofis yang terdapat dalam tradisi ngelemang, relavansi
tradisi ngelemang di era modern serta kontribusinya bagi kuliner pariwisata masyarakat Lampung saibatin Kecamatan Marga
Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan
untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku.
Adapun makna filosofis yang terdapat dalam sistem sosial kebudayaan lokal tradisi ngelemang dapat dilihat dalam bentuk, gotong
royong, musyawarah, silaturahmi dan persatuan/kesatuan (kerukunan).

2.5. Keberagaman Budaya Indonesia

60
Keragaman budaya adalah keniscayaan yang ada di bumi Indonesia . keragamanbudaya Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat
di pungkiri keberadaanya. Dalam kontekspemahaman masyarakat majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa,
masyarakatIndonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakanpertemuan dari berbagai
kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada di daerah tersebut. Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan
mempunyaikeunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi.
Dan tak kalah pentingnya, secara sosial budaya dan politikmasyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi antar
kebudayaan yangdirangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan dijalin tidak hanya meliputi antar kelompoksukubangsa yang
berbeda, namun juga meliputi antar peradaban yang ada di dunia. Labuhnyakapal-kapal Portugis di Banten pada abad pertengahan
misalnya telah membuka diriIndonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan antarpedagang gujarat
dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membanguninteraksi antar peradaban yang ada di Indonesia.

Singgungan-singgungan peradaban ini padadasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi
denganperbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkanbudaya lokal ditengah-tengah
singgungan antar peradaban itu.Dengan jumlah penduduk 200 juta orang dimana mereka tinggal terbesar di pulau-pulau di Indonesia.
Mereka juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yangbervariasi. Mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran
rendah, pedesaan, hinggaperkotaan.Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa danmasyarakat
di Indonesia yang berbeda. Pertemuan=pertemuan dengan budayaan luar jugamempengaruhi proses asimilasi kebudayaan yang ada di
Indonesia.

61
Kemudian jugaberkembang dan meluasnya agama-agama besar di Indonesia turut mendukungperkembangan kebudayaan
Indonesia sehingga mencerminkan kebudayaan agama tertentu.Bias di katakana bahwa Indonesia adalah salah satu Negara dengan
tingkat keanekaragamanbudaya atau tingkat heterogenitasnya yang tinggi. Tidak saja keanekaragamanbudayakelompok sukubangsa
namun juga keanekaragaman budaya dalam konteks peradaban,tradisional hingga ke modern, dan kewilayahan.Dengan
keanekaragaman kebudayaan Indonesia dapat dikatakan mempunyai keungulandi bandingkan dengan Negara lainnya. Indonesia
mempunyai potret kebudayaan yanglengkap dan bervariasi

. Dan tak kalah pentingnya, secara social budaya dan politikmasyarakat Indonesia mempunyai jalinan sejarah dinamika interaksi
antar kebudayaan yangdi rangkai sejak dulu. Interaksi antar kebudayaan di jalin tidak hanya meliputi antarkelompok sukubangsa
yang berbeda,namun juga meiliputi antar peradaban yang ada di dunia.Labuhnya kapal-kapal portugis di banten pada abad
pertengahan missal nya telah membukadiri Indonesia pada lingkup pergaulan dunia internasional pada saat itu. Hubungan
antarpedagang Gujarat dan pesisir jawa juga memberikan arti yang penting dalam membanguninteraksi antar peradaban yang ada di
Indonesia. Singungan-singungan peradaban ini pada dasarnya telah membangun daya elasitas bangsa Indonesia dalam berinteraksi
denganperbedaan. Disisi yang lain bangsa Indonesia juga mampu menelisik dan mengembangkanbudaya local di tengah-tengah
singgunagn antar peradaban itu.

 Bukti sejarah

62
Bukti sejarah dan fakta sejarah adalah studi tentang masa lalu yang dilakukan melalui penemuan dan penelitian
peristiwa yang terjadi sebelum dilakukannnya sistem penulisan ataupun sesudahnya ditemukan makanisasi penulisan. Oleh
karena itulah secara lebih rinci bisa dikatakan bahwa sejarah adalah istilah umum yang berkaitan dengan peristiwa masa lalu
serta ingatan, penemuan, koleksi, organisasi, presentasi, dan interpretasi informasi tentang peristiwa ini.

Bukti sejarah dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memperkuat kebenaran suatu pendapat tentang proses
sejarah terjadi. Dalam ilmu sejarah, bukti sejarah merupakan jejak-jejak peninggalan perbuatan pada masa lampau yang bisa
memperkuat pernyataan-pernyataan tentang proses sejarah. Bukti sejarah bisa berupa berbentuk tulisan maupun non-tulisan.
Biasanya, bukti-bukti sejarah bisa memenuhi kaidah 5W+1H (What, Where, Who, When, Why, and How).

Sejarah membuktikan bahwa kebudayaan di Indonesia mampu hidup secara berdampingan ,saling mengisi, dan ataupun
berjalan secara parallel. Misalnya kebudayaankraton atau kerjaan yang berdiri sejalan secara parallel dengan kebudayaan berburu
meramukelompok masyarakat terentu. Dalam konteks kekinian dapat kita temui bagaimanakebudayaan masyarakat urban dapat
berjalan parallel dengan kebudayaan rural ataupedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu yang jauh hidup terpencil.
Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan terjalin dalam bingkai “Bhineka TunggalIka” , dimana bisa kita
maknai bahwa konteks keanekaragamanya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kemlompok sukubangsa semata
namun kepada konteks kebudayaan.

Didasari pula bahwa dengan jumlah kemlompok sukubangsa kurang lebih 700’an suku bangsa di seluruh nusantara,
dengan berbagai tipe kelompok masyarakat yang beragam, sertakeragaman agamanya, masyarakat Indonesia adalah

63
masyarakat majemuk yang sesunguh nyarapuh. Rapuh dalam artian dengan keragaman perbedaan yang di milikinya maka
potensikonflik yang di punyai juga akan semakin tajam. Perbedaan=perbedaan yang ada dalammasyarakat akan terjadi
pendorong untuk mempekuat isu konflik yang muncul di tengah-tengah masyarakat dan keragaman kebudayaan

Faktor-Faktor Penyebab Keberagaman Budaya Indonesia


Ada 3 (tiga) faktor utama yang mendorong terbentuknya keberagaman budayaIndonesia sebagai berikut:

1. Latar Belakang Historis


Dalam perjalanan sejarah menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasaldari Yunani (wilayah
Cina Bagian Selatan). Sebelum tiba di Nusantara mereka berhenti diberbagai tempat dan menetap dalam jangka waktu
yang lama, bahkan mungkin hinggabeberapa generasi. Selama bermukim di tempat-tempat tersebut, mereka
melakukan adaptasidengan lingkungannya. Mereka mengembangkan pengetahuan, pengalaman, danketerampilan-
keterampilan khusus sebelum melakukan perjalanan. Dengan perbedaanpengalaman dan pengetahuan telah
menyebabkan timbulnya perbedaan suku bangsa denganbudaya yang beranekaragam di Indonesia
2. Perbedaan Kondisi Geografis
Secara geografis, Indonesia terletak di benua Asia yang berbatasan dengan benua Australia serta diapit oleh
dua samudera, yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai tempat strategis
di jalur perdagangan. Indonesia terletak di rute perdagangan maritim yang berkembang antara India dan Cina. Banyak
pedagang dari berbagai negara datang ke Indonesia. Mereka tidak hanya membawa komoditas dagang, tetapi juga

64
membawa kebudayaan yang berpotensi menimbulkan akulturasi sehingga menjadi penyebab keberagaman di
Indonesia. Selain itu, Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari berbagai pulau yang terpisah oleh laut. Jarak
tersebut berdampak pada pengembangan kebiasaan, adat istiadat, dan budaya masyarakat di pulau masing-masing. Hal
tersebut menyebabkan adanya keberagaman suku bangsa, bahasa, budaya, sistem kepercayaan, agama, maupun
peranan laki-laki dan perempuan.

3. Keterbukaan terhadap Kebudayaan Luar


Bangsa Indonesia adalah contoh bangsa yang terbuka. Hal ini dapat dilihat daribesarnya pengaruh asing dalam
membentuk keanekaragaman masarakat di seluruh wilayahIndonesia.Pengaruh asing pertama yaitu ketika orang-orang
India, Cina, dan Arab di susul olehbangsa Eropa. Bangsa tersebut datang membawa kebudayaan yang
beranekaragam.Daerah-daerah yang relatif terbuka, khususnya daerah pesisir paling cepat megalami perubahan.

4. Faktor Lingkungan Alam Lingkungan alam menimbulkan keberagaman budaya di Indonesia.


Adanya fenomena alam seperti gunung meletus dan gempa bumi menyebabkan banyak masyarakat pindah
dari  suatu daerah ke daerah lain. Perpindahan ini disebut transmigrasi. Penduduk yang datang di daerah baru akan
beradaptasi dengan penduduk setempat sehingga muncul kebudayaan baru. Semakin banyak kebudayaan baru,
semakin berkembang keberagaman di Indonesia.
5. Faktor Transportasi dan Komunikasi

65
Kemajuan transportasi dan komunikasi juga mempengaruhi adanya keberagaman masyarakat Indonesia.
Transportasi dan komunikasi yang memadai mempermudah masyarakat untuk bepergian dari suatu daerah ke daerah
lain. Transportasi dengan cepat menghubungkan daerah sehingga mendapatkan akses yang bermanfaat untuk
perkembangan. Sedangkan komunikasi berpotensi menimbulkan ide-ide baru, keahlian, adat istiadat, masakan, dan
seni yang semuanya berperan dalam keberagaman di Indonesia.

6. Faktor Perubahan Nilai dan Sikap


Keberagaman di Indonesia muncul dari perubahan nilai, norma, dan kearifan lokal yang berkembang di dalam
masyarakat. Teknologi modern dan dampak globalisasi menimbulkan perubahan nilai dan sikap sehingga
memperbanyak keberagaman di Indonesia. Perilaku masyarakat Indonesia kini semakin multikultural karena
menerima banyak kebudayaan. Hal tersebut mengubah tata nilai dan sikap sehingga menyebabkan keberagaman di
Indonesia.

7. Faktor Iklim
Iklim yang berbeda antara satu daerah dan daerah lain menyebabkan keberagaman mata pencaharian atau jenis
pekerjaan di Indonesia. Misalnya, iklim gunung yang dingin cocok untuk perkebunan dan pertanian sehingga banyak
mata pencaharian petani. Sedangkan iklim pantai membuat warga sekitar bekerja sebagai nelayan. 7. Faktor Agama
Ajaran agama yang disebarkan bangsa asing menimbulkan keberagaman agama di Indonesia. Contohnya yaitu bangsa

66
Portugis yang menjajah Indonesia sekaligus menyebarkan agama Kristen. Serupa halnya dengan bangsa Tiongkok
yang mengajarkan agama Konghucu.

Manfaat Keberagaman di Indonesia Adapun manfaat keberagaman di Indonesia yaitu:

a. Mendorong kreativitas dan inovasi Setiap suku, budaya, dan ras memiliki cara yang berbeda dalam menjalani kehidupan.
Keberagaman tersebut berdampak pada pengetahuan dan cara pandang yang berbeda sehingga mendorong kreativitas dan
inovasi untuk menghasilkan ide-ide baru.
b. Menimbulkan sikap toleransi dan saling menghargai Keberagaman di Indonesia menimbulkan sikap toleransi dan saling
menghargai. Setiap orang memiliki ciri khas yang membuatnya berbeda satu sama lain. Perbedaan ini patut dihargai dengan
sikap saling toleransi. Toleransi penting untuk membantu masyarakat agar hidup bersama dengan damai. Bersikap toleran
berarti menerima pendapat dan preferensi orang lain. Dengan sikap toleransi dan saling menghargai, keyakinan, nilai, dan ide
dapat diterima dengan baik.
c. Meningkatkan produktivitas Menyatukan orang-orang dari berbagai latar belakang dengan pengalaman hidup yang berbeda
dapat meningkatkan produktivitas. Keberagaman menghasilkan ide dan perspektif baru untuk memecahkan suatu masalah

Dengan semakin banyaknya sarana dan prasaranatransportasi, Hubungan antar kelompok semakin intensif dan Semakin sering
mereka melakukan pembauranSementara daerah-daerah yang terletak jauh dari pantai umumnya tidak banyakterpengaruh budaya
luar, sehingga kebudayaannya berkembang dengan corak khas.

67
Contoh: jakarta salah satu contoh kota pelabuhan, memiliki corak kebudayaan yang cukupberagam yaitu dengan adanya Budaya
Betawi memiliki sedikit budaya Cina, Arab, dan India.Hal ini diakibatkan oleh beragamnya orang yang datang/singgah di kota ini
sehinggaterjadinya pembauran kebudayaan.

 Manfaat Keberagaman Budaya

Keragaman budaya di indonesia ini dipengaruhi sejumlah faktor seperti letak strategis, kondisi wilayah yang terdiri
atas ribuan pulau, adanya perbedaan kondisi alam serta tingkat penerimaan masyarakat.
Mempererat persaudaraan antar masyarakat.ikatan persaudaraan ini bisa tumbuh apabila masyarakat saling menghormati dan
saling menghargai satu sama lain.Artinya,tidak ada orang yang merasa budayanya jauh lebih baik dibanding budaya daerah
lainnya.
Keberagaman budaya menciptakan identitas bagi suatu bangsa.identitas tersebut akan membuat bangsa semakin dikenal
dimata dunia.Keberagaman budaya bermanfaat untuk memeperkaya nasional.sebagai contoh indonesia,yang dari sabang
sampai merauke,mempunyai kebudayaaan khas di daerahnya

1) Edward Burnert tylor (1832-1972)


Menurut tylor kebudayaan adalah sistem kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayan, kesenian, moral,
hukum, adat,-istiadat, kemampuan serta kebiasaan_kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

68
2) Bronislaw Malinowski (1884_1942)
Mendfinisikan kebudayaan sebgai penyelesaian anusia terhadap lingkungan hidupnya serta usaha untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sesuai denga tradisi yang terbaik. Dalam hal ini Maliniwski menekankan
bahwa hubungan manusia dengan alam serta dapat digeneralisikan secara lintas budaya.

3) Roger M kessing (1935-1993)


Mendefinikan bahwa makna kebudayaan melalui dua pendektan, adaptif dan ideasional. Kebudaay menurut
pendekatan adaptip menurapakan konteks pikiran dan perilaku. Sedangakan pendektan ideasional kebudayaan adalah
semta-mata adalah sebagai konteks pikiran.

4) Koentrjaraningrat (1923-1999)
Antropologi indonesia ini mendefinisikan kebudaan sebagai seluruh sitem gagasan dan rasa, tindakan , serta karya
yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarkat yang dijadikan miliknya dengn cara belajar.

Tidak semua negara memiliki keberagaman budaya seperti yang dimiliki oleh negaraIndonesia. Dengan demikian,
keberagaman budaya memberikan manfaat bagi bangsa kita.Beberapa manfaat keberagaman budaya, sebagai berikut :

a. Dalam bidang bahasa, kebudayaan daerah yang berwujud dalam bahasa daerah dapatmemperkaya perbendaharaan
istilah dalam bahasa Indonesia.

69
b. Dalam biang pariwisata, potensi keberagaman budaya dapat dijadikan objek dan tujuanpariwisata di Indonesia yang
bisa mendatangkan devisa.

 Masalah Yang Timbul Akibat Keberagaman Budaya


Seperti disebutkan di awal, keberagaman masyarakat Indonesia yang ada mempengaruhi akibat yang ada. Lantas, apa saja
akibat dari adanya keberagaman masyarakat Indonesia? Untuk mengetahui akibatnya, pahami ulasan berikut ini.
a. Ada Banyak Suku di dalam Masyarakat di Indonesia
Perlu dipahami, kemajemukan yang ada di dalam kehidupan masyarakat di Indonesia sudah berlangsung lama sejak
awal, bahkan sebelum bernama Indonesia.Negara ini telah mempunyai berbagai jenis suku di antara kehidupan
masyarakat yang berlangsung sehari-harinya pada lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, salah satu akibat
dari keberagaman masyarakat di Indonesia yaitu munculnya berbagai suku yang punya ciri khas dan keunikan sebagai
identitasnya masing-masing.

b. Berbagai Jenis Kebudayaan atau Budaya Masyarakat di Indonesia


Dengan berbagai suku yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia ternyata juga akan melahirkan kebudayaan atau jenis-
jenis budaya yang beraneka ragam bentuknya. Hingga memiliki keunikan, mulai dari tradisi, pelaksanaan upacaranya,
serta simbol simbol yang digunakan oleh masyarakat tersebut.

c. Adanya Adat Istiadat di dalam Masyarakat Indonesia


Adanya keberagaman masyarakat mengakibatkan muncul berbagai perbedaan dalam setiap adat istiadat yang
dilakukan oleh setiap warga atau masyarakat. Pada setiap kelompok masyarakat akan memiliki adat istiadat yang
diyakini dan dilakukan dalam menjalani kehidupan mereka sehari hari. 

70
d. Berbagai Jenis Bahasa yang Dimiliki
Setiap Masyarakat Tak hanya itu, adanya berbagai bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi pada setiap suku,
etnis, agama, akan berbeda-beda. Akan ada perbedaan bahasa pada setiap suku etnis yang ada di dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Apalagi dengan letak geografis yang serba kepulauan atau terdiri atas pulau-pulau..

e. Adanya Berbagai Ras,


Golongan, Kelompok Etnis di Masyarakat. Selain itu, banyak bermunculan berbagai ras, golongan, kelompok etnis
yang berbeda beda pada setiap masyarakat. Ini tak bisa dipungkiri, setiap ras, golongan, kelompok etnis akan juga
mempunyai suatu ciri khas dan keunikan sebagai perbedaan identitas mereka di masyarakat.

f. Berbagai Perbedaan Agama, Kepercayaan dan Keyakinan.


Kita semua tahu, akibat dari keberagaman masyarakat di Indonesia membuat warga dapat menganut agama dengan
pilihan yang tidak dipaksakan atau bebas dalam memilih agama. Begitu juga mengenai kepercayaan serta keyakinan
masyarakatnya.

g. Menimbulkan Terjadinya Suatu Konflik di Masyarakat


Selain muncul suku dan ras yang berbeda-beda, ada pula yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dari akibat
keberagaman masyarakat Indonesia. Hal itu tidak lepas dari berbagai perbedaan suku, ras, agama, etnik dan budaya.
Maka dengan begitu tingkat terjadinya suatu konflik tinggi pada masyarakat yang majemuk. Itulah yang bisa menjadi
ancaman bagi keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sendiri.

h. Konsensus Bersama Mengenai Penggunaan Bahasa Nasional


Karena berbagai bahasa yang berbeda beda serta susah untuk saling memahami. Maka terciptalah bahasa nasional
sebagai perekat, persatuan dan kesatuan. Antara setiap suku, etnis, golongan, pemeluk agama yang punya perbedaan
bahasa disatukan dengan Bahasa Nasional yang digunakan yaitu Bahasa Indonesia.

71
i. Perubahan Sosial terjadi di dalam Masyarakat yang Beragam Keragaman yang ada tentunya juga akan membuat
berbagai perubahan sosial di masyarakat terjadi dengan beragam pula. Perbedaan itu sesuai dengan bagaimana setiap
masyarakat menyikapi dan menghadapi serta menanggapi suatu perubahan sosial tersebut.

j. Berbagai Kepentingan dan Pandangan Politik yang Berbeda


Ada pula yang membuat berbagai perbedaan kepentingan dan perspektif. Perspektif tersebut berpengaruh terhadap
pandangan politik, ekonomi, yang beraneka ragam paham yang ada dan dipercayai oleh sebagian masyarakat sesuai
dengan ajarannya masing-masing

Secara sosiologis, masyarakat multikultural adalah masyarakat yang memilikikeanekaragaman budaya.Menurut Naskun, adanya
keanekaragaman budaya tersebut membuat masyarakatmultikultural memiliki karakteristik umum sbb :

a. Adanya sub-sub kebudayaan yang bersifat saling terpisah.


b. Kurang berkembangnya sistem nilai bersama atau konsensus
c. Berkembangnya sistem nilai masing-masing kelompok sosial yang dianut secararelatif rigid dan murni.
d. Sering timbul konflik-konflik sosial atau kurangnya integrasi.

Menurut Pierre L. Van den Berghe, masyarakat multikultural memiliki karakteristikumum sebagai berikut:

1. Terjadinya segmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang sering memiliki sub-kebudayaan yang satu sama lain berbeda.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga yang bersifatnonkomplementer.
3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggotanya terhadap nilai-nilaiyang bersifat dasar.

72
4. Secara relatif, seringkali mengalami konflik-konflik di antara kelompok yang satudengan yang lainnya.
Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan ketergantungan di dalambidang ekonomi.

Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok atas kelompok yang lain.Keberagaman merupakan suatu keadaan yang dapat
mendatangkan fenomena baru yangpositif dan negatif (tidak diinginkan). Namun jika keduanya kita telusuri dan kita kaji lebih jauh,
merupakan gejala-gejala yang wajar terjadi dalam masyarakat. Selain membawamanfaat, keberagaman budaya pun memiliki dampak
negatif dengan dasar berbeda-beda itutidak dapat bergaul satu sama lainnya. Potensi terpendam untuk terjadinya konflik
karenaketegangan antar suku bangsa dan golongan tidak bisa diabaikan begitu saja.

73
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Lampung Saibatin adalah salah satu masyarakat yang mendiami daerah


Pesisir Lampung yang membentang dari Timur, Selatan, hingga Barat. Wilayah persebaran Lampung saibatin mencakup Lampung
Timur, Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, Tanggamus, Lampung Barat, dan Pesisir Barat. Sedangkan Saibatin
bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini sesuai dengan tatanan social dalam suku saibatin, hanya ada satu raja adat
dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya Lampung saibatin cenderung bersifat aristokratis kerena kedudukan adat hanya dapat
diwariskan melalui garis keturunan.
Kontribusi adalah sesuatu yang dilakukan untuk membantu menghasilkan atau mencapai sesuatu bersama-sama dengan orang lain,
atau untuk membnatu membuat sesuatu yang sukses. Maksudnya disini, ketika kita memberikan kontribusi, itu berarti bahwa kita
memberikan sesuatu yang bernilai bagi sesama, seperti uang, harta benda, kerja keras ataupun waktu
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa masakan berupa lauk-pauk, panganan maupun minuman. Kuliner tidak terlepas dari kegiatan
masak-memasak yang erat kaitanna dengan konsumsi makanan sehari-hari. Jadi kata kuliner merupakan unsure serapan bahasa
inggris yaitu culinary yang berartiberhubungan dengan memasak.

74
Tradisi ngelemang masyarakat Lampung saibatin menjadi salah satu bentuk kearifan lokal pada masyarakat Bangkunat
Kabupaten Pesisir Barat, dimana tradisi tersebut dilaksanakan pada waktu tertentu, dalam hal ini tradisi ngelemang yang dilakukan
masyarakat setempat sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan terima kasih kepada Allah Swt. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui makna filosofis yang terdapat dalam tradisi ngelemang, relavansi tradisi ngelemang di era modern serta
kontribusinya bagi kuliner pariwisata masyarakat Lampung saibatin Kecamatan Marga Bangkunat Kabupaten Pesisir Barat. Jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini
berlaku. Terdapat upaya mendeskripsikan , mencatat, analisis, dan menginterprestasikan kondisi yang terjadi sekarang. Dengan
teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil dari penelitian yaitu bahwa tradisi
ngelemangmemiliki makna filosofis yang tidak lepas dari kehidupan sosial masyarakat.
Adapun makna filosofis yang terdapat dalam sistem sosial kebudayaan lokal tradisi ngelemang dapat dilihat dalam bentuk, gotong
royong, musyawarah, silaturahmi dan persatuan/kesatuan (kerukunan).

75
3.2 Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis.

Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

76
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lampung
2. http://repository.radenintan.ac.id ›
(MAKNA FILOSOFIS TRADISI NGELEMANG MASYARAKAT)
3. http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/download
4. https://budaya-indonesia.org/Ngelemang - Perpustakaan Digital Budaya Indonesia
5. malahayati.ac.id
6. http://malahayati.ac.id/Adat di Masyarakat Lampung Saibatin - Universitas Malahayati
7. lampungprov.go.id
8. https://lampungprov.go.id/Kebudayaan Lampung | Pemerintah Provinsi Lampung
9. https://edukasi.okezone.com/read/2022/03/01/623/2554695/10-dampak-keberagaman-masyarakat-indonesia-memiliki-
banyak-suku-dan-budaya
10. https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3455/7/.pdf

77
LAMPIRAN

Gambar 1.1 proses pembakaran lemang

78
Gambar 1.2 Penampakan Lemang setelah hampir matang

79
Gambar 1.3. gambar lemang yang siap dihidangkan

80
Gambar 1.4. Peta Kecamatan Bangkunat

81

Anda mungkin juga menyukai