Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KEBUDAYAAN DAERAH DI
SUMATERA UTARA
makalah tentang pemberian pupuk kompos terhadap
pertumbuhan tanaman

d
i
s
u
s
u
n
oleh :

NAMA : HALIMATUS SAKDIAH LUBIS


NPM : 855837338
SEMESTER : 3 AKPM

UNIVERSITAS TERBUKA
MEDAN

i
2021

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan nikmat yang tidak ternilai harganya. Sholawat
serta salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
sahabatnya. Atas izinNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :
“Makalah Kebudayaan Daerah di Sumatera Utara”.
Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak melibatkan pihak yang telah
rela meluangkan waktu untuk memberikan bantuan, saran, bimbingan serta
informasi-informasi yang diperlukan. Untuk itu, dengan kerendahan hati kami
mengucapkan terima kasih.
Dengan menyadari terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang kami
miliki, maka kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini. kami berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi mereka yang memerlukannya dan senantiasa mendapat ridho Allah SWT.
Amin……
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Mei 2021


Penyusun

Halimatus Sakdiah Lubis


NPM : 855837338

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I.PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3. Tujuan dan Manfaat .............. ........................................................ 4
BAB II. PEMBAHASAN ................................................................................. 5
2.1. Kekayaan Budaya .......................................................................... 5
2.2. Bahasa ............................................................................................ 7
2.3. Seni dan Budaya ............................................................................ 7
2.3.1. Musik ................................................................................. 7
2.3.2. Arsitektur ........................................................................... 7
2.3.3. Tarian ................................................................................. 12
2.3.4. Kerajinan ............................................................................ 18
2.3.5. Makanan Khas.................................................................... 22
BAB IV. PENUTUP .......................................................................................... 27
3.1. Kesimpulan .................................................................................... 27
3.2. Saran .............................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya.
Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari
cara hidup masyarakat sukunya, adat istiadat, karya seni dan peninggalan sejarah
yang beragam. Kebudayaan tersebut menjadi modal utama yang dapat dipasarkan
melalui pariwisata yang diakui memberikan kontribusi dan dampak positif
terhadap peningkatan perekonomian dan kesejahteraan rakyat, dalam arti menjadi
salah satu penghasil devisa, meningkatkan pendapatan daerah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan tetap memelihara kepribadian bangsa,
nilai-nilai agama serta kelestarian hidup.
Provinsi Sumatera Utara, merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
kaya akan seni dan budaya. Kekayaan seni dan budaya yang dimiliki sangat
beragam, mulai dari suku, adat istiadat, kerajinan tangan, karya seni, tari-tarian,
peninggalan sejarah serta kekayaan alam, yang semuanya itu diandalkan sebagai
objek wisata oleh Pemerintah Indonesia.
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam
dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya
terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo,
Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola,
Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa
dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini
memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam,
budaya, maupun sejarah.
Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai
tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata
kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang tersebar
diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya
atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo,

1
Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga
Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat,
tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah
masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata
di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak
membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat
berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat
dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk
dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif
terhadap daerah sumatera utara.

1.2. Studi Pustaka

Budaya adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang
dipegang teguh secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan
pekerjaan yang ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam
suatu organisasi adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam
organisasi tersebut dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam
keterlibatan karyawan tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi. Dalam
kaitan ini, Shein (1985-1990) – pakar dalam “Applied Strategic Planning” – telah
mengemukakan definisi yang lebih komprehensif tentang budaya, yaitu : “Budaya
adalah suatu pola dari asumsiasumsi dasar (keyakinan dan harapan) yang
ditemukan ataupun dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dari organisasi,
dan kemudian menjadi acuan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
berkaitan dengan adaptasi keluar dan integrasi internal, dan karena dalam kurun
waktu tertentu telah berjalan/berfungsi dengan baik, maka dipandang sah,
karenanya dibakukan bahwa setiap anggota organisasi harus menerimanya sebagai
cara yang tepat dalam pendekatan pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan dalam
organisasi”.
Dalam sebuah pemahaman lama tetapi masih sering dipergunakan adlah
istilah "peradaban" dapat digunakan dalam cara sebagai normatif baik dalam

2
konteks sosial di mana rumit dan budaya kota yang dianggap unggul lain "ganas"
atau "biadab" budaya, konsep dari "peradaban" digunakan sebagai sinonim untuk
"budaya (dan sering moral) Keunggulan dari kelompok tertentu." Dalam artian
yang sama, peradaban dapat berarti "perbaikan pemikiran, tata krama, atau
rasa".masyarakat yang mempraktikkan pertanian secara intensif; memiliki
pembagian kerja; dan kepadatan penduduk yang mencukupi untuk membentuk
kota-kota. "Peradaban" dapat juga digunakan dalam konteks luas untuk merujuk
pada seluruh atau tingkat pencapaian manusia dan penyebarannya (peradaban
manusia atau peradaban global). Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa
digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan
kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari
tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban.
Peradaban adalah memiliki berbagai arti dalam kaitannya dengan
masyarakat manusia. Seringkali istilah ini digunakan untuk merujuk pada suatu
masyarakat yang "kompleks": dicirikan oleh praktik dalam pertanian, hasil karya
dan pemukiman, berbanding dengan budaya lain, anggota-anggota sebuah
peradaban akan disusun dalam beragam pembagian kerja yang rumit dalam
struktur hirarki sosial.
Istilah peradaban sering digunakan sebagai persamaan yang lebih luas dari
istilah "budaya" yang populer dalam kalangan akademis. Dimana setiap manusia
dapat berpartisipasi dalam sebuah budaya, yang dapat diartikan sebagai "seni, adat
istiadat, kebiasaan, kepercayaan, nilai, bahan perilaku dan kebiasaan dalam tradisi
yang merupakan sebuah cara hidup masyarakat".Namun, dalam definisi yang
paling banyak digunakan, peradaban adalah istilah deskriptif yang relatif dan
kompleks untuk pertanian dan budaya kota. Peradaban dapat dibedakan dari
budaya lain oleh kompleksitas dan organisasi sosial dan beragam kegiatan
ekonomi dan budaya.

1.3. Rumusan Masalah


Pada makalah ini, saya membahasnya hanya dalam ruang lingkup atau
rumusan masalah mengenai :
1. Apa kekayaan budaya yang dimiliki sumatera utara?

3
2. Apa bahasa di sumatera utara?
3. Bagaimana seni dan budaya di sumatera utara?
4. Apa tarian yang ada di sumatera utara?
5. Kerajinan apa yang ada di sumatera utara?
6. Makanan khas apa yang ada di sumatera utara?

1.4. Tujuan Dan Manfaat


Tujuan dan Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Kekayaan budaya yang dimiliki Sumatra utara, Bahasa, Seni dan budaya, Tarian,
Kerajinan dan Makanan khas.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kekayaan Budaya


Sumatera Utara adalah daerah yang pantas untuk diperhitungkan sebagai
tujuan wisata, mulai dari wisata alam yang memiliki panorama yang indah, wisata
kuliner sampai dengan wisata sejarah yang memiliki berbagai situs yang tersebar
diwilayah Sumatera Utara. Di Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya
atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo,
Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga
Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat,
tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah
masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata
di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak
membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat
berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat
dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk
dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif
terhadap daerah sumatera utara.
Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu : Batak Toba dengan
Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita
rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. Batak Karo yang terkenal
dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-
buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki
adat budaya yang masih tradisional. Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai
peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah
melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Batak Angkola yang
terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat
dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat
menembus pasar global. Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan
sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki
adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus. Etnis Simalungun

5
memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan
Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai
peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya
yang tersendiri.
Etnis Nias memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat
menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini
juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah
yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini
masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang
tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita
masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah
satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. Etnis Sibolga Pesisir ini juga
memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai
sejarah yang sangat berharga. Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan
bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang
patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat
bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.
Sumatera utara merupakan provinsi multietnis dengan batak, nias, da
melayu sebagai penduduk asli wilayah ini. Sejak dibukanya perkebunan tembakau
di sumatera timur, pemerintahan colonial Hindia Belanda banyak mendatangkan
kuli kontrak yang dipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan
berasal dari etnis jawa dan tionghoa. Pusat penyebaran suku-suku di sumatera
utara, sebagai berikut :
1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang,
Serdang Bedagai, dan Langkat
2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo
3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir
4. Suku Batak Pesisir: Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang
Lawas, dan Mandailing Natal
6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun
7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat

6
8. Suku Nias : Pulau Nias
9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat
10. Suku Aceh : Kota Medan
11. Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat
12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat

2.2. Bahasa
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa
Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena
kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. Pesisir timur seperi wilayah
Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai,
memakai Bahasa Melayu Dialek "O" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit
perbedaan ragam. Di kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu
Dialek "E" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Masih banyak keturunan
Jawa Kontrak (Jadel - Jawa Deli) yang menuturkan bahasa Jawa.
Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian
selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak
yang terbagi atas 4 logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias
dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang Pesisir
Pantai Barat Sumut, seperti Kota Sibolga dan Kabupaten Tapanuli Tengah serta
Aceh Singkil dan Natal Madina menggunakan bahasa pesisir.

2.3. Seni Dan Budaya


2.3.1. Musik
Musik yang biasa dimainkan,cenderung tergantung dengan upacara-upacara
adat yang diadakan, tetapi lebih dominan dengan genderangnya. Seperti pada
Etnis Pesisir terdapat serangkaian alat musik yang dinamakan Sikambang.

2.3.2. Arsitektur
Dalam bidang seni rupa yang menonjol adalah arsitektur rumah adat yang
merupakan perpaduan dari hasil seni pahat dan seni ukir serta hasil seni kerajinan.
Arsitektur rumah adat terdapat dalam berbagai bentuk ornamen. Pada umumnya

7
bentuk bangunan rumah adat pada kelompok adat batak melambangkan "kerbau
berdiri tegak". Hal ini lebih jelas lagi dengan menghias pucuk atap dengan kepala
kerbau. Rumah adat Karo kelihatan besar dan lebih tinggi dibandingkan dengan
rumah adat lainnya. Atapnya terbuat dari ijuk dan biasanya ditambah dengan atap
-atap yang lebih kecil berbentuk segitiga yang disebut "ayo-ayo rumah" dan
"tersek". Dengan atap menjulang berlapis-lapis itu rumah Karo memiliki bentuk
khas dibanding dengan rumah tradisional lainnya yang hanya memiliki satu lapis
atap di Sumatera Utara.

Gambar. Rumah Adat Batak Karo

Bentuk rumah adat di daerah Simalungun cukup memikat. Kompleks rumah


adat di desa Pematang Purba terdiri dari beberapa bangunan yaitu rumah bolon,
balai bolon,jemur,pantangan balai butuh dan lesung. Daun pintu yang horizontal
dan vertikal, tapi sekarang daun pintu yang horizontal tak dipakai lagi. Ruangan
dalam rumah adat merupakan ruangan terbuka tanpa kamar-kamar, walaupun
bersamaan disitu lebih dari satu keluarga, tapi bukan berarti tidak ada pembagian
ruangan. Karena dalam rumah adat ini pembagian ruangan dibatasi oleh adat
mereka yang kuat. Rumah Adat Batak Toba disebut Rumah Bolon, yang memiliki
bangunan empat persegi panjangyangkadang-kadang ditempatioleh 5 sampai 6
keluarga. Memasuki Rumah Bolon ini harus menaiki tangga yang terletak di
tengah-tengah rumah, dengan jumlah anak tangga yang ganjil. Bila orang hendak
masuk rumah tersebut, harus menundukkan kepala agar tidak terbentur pada balok

8
yang melintang. Hal ini diartikan tamu harus menghormati si pemilik
rumah.Lantai rumahadat batak ini kadang-kadang sampai 1,75m di atas tanah dan
bagian bawah dipergunakan untuk memelihara hewan, seperti babi, ayam, dan
sebagainya. Pintu masuk rumah adat ini, dahulunya memiliki 2 macam daun
pintu.
Jika keluarga besar maka diadakan tempat di antaradua ruang atau jabu yang
berdempetan, sehingga ruangan bertambahdua lagi dan ruangan ini disebut Jabu
Tonga-ronga ni jabu rona. Walaupun rumah tersebut berdempetan, tiap keluarga
mempunyai dapur sendiri yang terletak di belakang rumah, berupa bangunan
tambahan. Dan di antaradua deretan ruangan yakni di tengah-tengah rumah
merupakan daerah netral yang disebut telaga dan berfungsi sebagai tempat
bermusyawarah.

Gambar. Rumah Adat Batak Simalungun

Bangunan khas Mandailing yang menonjol adalah yang disebut "Bagas


Gadang" (rumah Namora Natoras) dan "Sopo Godang" (balai musyawarah adat).
Rumah adat Pesisir Sibolga kelihatan lebih megah dan lebih indah dibandingkan
dengan rumah adat lainnya. Rumah adat ini masih berdiri kokoh di halaman
Gedung Nasional Sibolga.

9
Gambar. Bangunan Khas Mandailing
Rumah adat melayu disebut juga rumah Belah Bubung. Rumah ini juga
dikenal dengan sebutan rumah Rabung atau rumah Bumbung Melayu. Nama
rumah Belah Bubung diberikan oleh orang Melayu karena bentuk atapnya
terbelah. Disebut rumah Rabung karena atapnya mengunakan perabung.
Sedangkan nama rumah Bubung Melayu diberikan oleh orang-orang asing,
khususnya Cina dan Belanda, karena bentuknya berbeda dengan rumah asal
mereka, yaitu berupa rumah Kelenting dan Limas.
Nama rumah ini juga terkadang diberikan berdasarkan bentuk dan variasi
atapnya, misalnya: disebut rumah Lipat Pandan karena atapnya curam; rumah
Lipat Kajang karena atapnya agak mendatar; rumah Atap Layar atau Ampar Labu
karena bagian bawah atapnya ditambah dengan atap lain; rumah Perabung
Panjang karena Perabung atapnya sejajar dengan jalan raya; dan rumah Perabung
Melintang karena Perabungnya tidak sejajar dengan jalan. Besar kecilnya rumah
yang dibangun ditentukan oleh kemampuan pemiliknya, semakin kaya seseorang
semakin besar rumahnya dan semakin banyak ragam hiasnya. Namun demikian,
kekayaan bukan sebagai penentu yang mutlak. Pertimbangan yang paling utama
dalam membuat rumah adalah keserasian dengan pemiliknya.

10
Gambar. Rumah Adat Melayu
Untuk menentukan serasi atau tidaknya sebuah rumah, sang pemilik
menghitung ukuran rumahnya dengan hitungan hasta, dari satu sampai lima.
Adapun uratannya adalah: ular berenang, meniti riak, riak meniti kumbang
berteduh, habis utang berganti utang, dan hutang lima belum berimbuh. Ukuran
yang paling baik adalah jika tepat pada hitungan riak meniti kumbang berteduh.

Gambar. Rumah Adat Suku Nias


Rumah adat di Nias dibuat dengan ukuran lebih kecil dari rumah-rumah adat
aslinya, adalah mewakili rumah adat dari Nias Selatan. Rumah yang berbentuk
empat persegi panjang dan berdiri di atas tiang ini menyerupai bentuk perahu.
Begitu pula pola perkampungan, hiasan-hiasan bahkan peti matinya pun
berbentuk perahu. Dengan bentuk rumah seperti perahu ini diharapkan bila terjadi
banjir maka rumah dapat berfungsi sebagai perahu.

11
Untuk memasuki rumah adat ini terlebih dahulu menaiki tangga dengan
anak tangga yang selalu ganjil 5 - 7 buah, kemudian memasuki pintu rumah yang
ada dua macam yaitu seperti pintu rumah biasa dan pintu horizontal yang terletak
di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Pintu masuk seperti ini
mempunyai maksud untuk menghormati pemilik rumah juga agar musuh sukar
menyerang ke dalam rumah bila terjadi peperangan.Rumah adat Nias biasanya
diberi hiasan berupa ukiran-ukiran kayu yang sangat halus dan diukirkan pada
balok-balok utuh. Seperti dalam ruangan Tawalo yang luas itu interinya dihiasi
ukiran kera lambang kejantanan, ukiran perahu-perahu perang melambangkan
kekasaran.
Dahulu, di ruangan ini juga digantungkan tulang-tulang rahang babi yang
berasal dari babi-babi yang dipotong pada waktu pesta adat dilaksanakan dalam
pembuatan rumah adat tersebut.
Menurut cerita, di ruangan ini dahulu digantungkan tengkorak kepala
manusia yang dipancumg untuk tumbal pendirian rumah. Tapi setelah Belanda
datang, kebiasaan tersebut disingkirkan. Untuk melengkapi ciri khas adat istiadat
Nias adalah adanya batu loncat yang disebut zawo-zawo. Bangunan batu ini
dibuat sedemikian rupa untuk upacara lompat batu bagi laki-laki yang telah
dewasa dalam mencoba ketangkasannya.

2.3.3. Tarian
Perbendaharaan seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang
bersifat magis, berupa tarian sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang
berupa tari profan. Di samping tari adat yang merupakan bagian dari upacara adat,
tari sakral biasanya ditarikan oleh dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari
guru dan tari tungkat. Datu menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang
disebut Tunggal Panaluan.
Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda-mudi yang ditarikan pada
pesta gembira. Tortor ada yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya
ditarikan oleh para hadirin termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari
muda-mudi ini, misalnya morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan
kebangkiung. Tari magis misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.

12
Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain
tarian Batak terdapat pula tarian Melayu seperti Serampang XII. Perbendaharaan
seni tari tradisional meliputi berbagai jenis. Ada yang bersifat magis, berupa tarian
sakral, dan ada yang bersifat hiburan saja yang berupa tari profan. Disamping tari
adat yang merupakan bagian dari upacara adat, tari sakral biasanya ditarikan oleh
dayu-datu. Termasuk jenis tari ini adalah tari guru dan tari tungkat. Datu
menarikannya sambil mengayunkan tongkat sakti yang disebut Tunggal Panaluan.

Gambar. Piso Surit


Piso surit adalah salah satu tarian Suku karo yang menggambarkan
seorang gadis sedang menantikan kedatangan kekasihnya. Penantian tersebut
sangat lama dan menyedihkan dan digambarkan seperti burung Piso Surit yang
sedang memanggil-manggil. Piso dalam bahasa Bataksebenarnya berarti pisau dan
banyak orang mengira bahwa Piso Surit merupakan nama sejenis pisau khas
orang karo.
Sebenarnya Piso Surit adalah bunyi sejenis burung yang suka bernyanyi.
Kicau burung ini bila didengar secara seksama sepertinya sedang memanggil-
manggil dan kedengaran sangat menyedihkan. Jenis burung tersebut dalam bahasa
karo disebut "pincala" bunyinya nyaring dan berulang-ulang dengan bunyi seperti
"piso serit". Kicau burung inilah yang di personifikasi oleh Komponis Nasional
dari Karo Djaga Depari dari Desat Desa dan penyelenggaraan pesta adat di Desa
Seberaya diberi nama Jambur Piso Serit. Berkat kepiawaian Djaga Depari
menciptakan lagu-lagu berbasis lagu Karo, Moralitas Masyarakat Karo,
Perkembangan zaman, adat-istiadat Karo, romantisme sampai kehidupan

13
perjuangan masyarakat Karo semasa merebut kemerdekan dari tangan penjajah
pada masa lalu, sehingga sang maestro dianugrahkan gelar sebagai komponis
nasional Indonesia, dan kini untuk lebih mengenang jasa-jasa beliau, maka
dibangun sebuah monumen Djaga Depari, di Persimpangan antara Jl Patimura, Jl.
Sultan Iskandar Muda dan Jl. Letjen Djamin Ginting Medan.

Tari profan biasanya ialah tari pergaulan muda – mudi yang ditarikan pada
pesta gembira.

Sebagaimana lazimnya dalam berbagai etnis di dunia, gerak tari sebagai


bagian dari seni budaya merupakan refleksi dan perwujudan dari sikap, sifat,
perilaku dan perlakuan serta pengalaman hidup masyarakat itu sendiri. Bahasa
menunjukkan bangsa, sebut para budayawan, maka tarian/gerak adalah juga
bahasa (tubuh) yang menggambarkan bangsa. Dalam tarian tergambar cita rasa,
daya cipta dan karsa dari sekelompok orang-orang. Tarian Melayu yang lemah

14
gemulai, tarian Nias atau Papua yang menghentak-hentak, atau tarian Mexico
yang cepat-sigap, menggambarkan bahasa hati/jiwa, sikap hidup mereka.
Akan halnya tortor Batak, tidak jauh berbeda dengan makna yang
digambarkannya dalam gerak yang selalu diiringi oleh musik tradisional gondang
sabangunan. Tortor Batak juga menggambarkan pengalaman hidup orang Batak
dalam kehidupan keseharian, gembira/senang, bermenung, berdoa/menyembah,
menangis, bahkan keinginan-cita-cita dan harapan dan lain sebagainya dapat
tergambar dalam Tortor Batak. Karenanya, penulis tidak menerima pernyataan
sementara orang-orang bahwa Tortor Batak sifatnya monoton. Di era masuknya
agama Kristen ke tanah Batak, pernah terjadi di sebuah wilayah bahwa tortor
Batak tidak diperbolehkan dipagelarkan dalam pesta atau hajatan lain, karena
dianggap bernuansa "animisme" bahkan di zaman inipun justru ada "agama" yang
mengharamkan menggunakan ulos,, tortor, gondang sabangunan dan adat Batak
dengan alasan bahwa mereka yang menggunakannya bukan orang yang beragama.
Kenyataan di dalam masyarakat, ulospun dibakar, mereka yang menggelar
gondang dan tortor Batak dikeluarkan dari sekte gereja.
Dapat digambarkan bahwa tortor Batak memaknai kehidupan seni-budaya
Batak, persoalannya apakah bertentangan dengan agama atau tidak tergantung
kepada cara pandang dan pemahaman kita. Bahkan akhir-akhir ini, justru dalam
kebaktian agama (gereja) tortor dan gondang Batak telah menjadi bagian dan
pendukung acara kebaktian (misalnya lakon pengakuan dosa dan mengantar
persembahan digambarkan/dikoreografis dengan tortor Batak). Gambaran
kehidupan orang Batak sebagaimana direfleksikan dalam tortor Batak tentu akan
dapat dipahami melalui urut-urutan dan nama musik gondang yang diminta oleh
tetua kelompok (paminta gondang).
Bagi mereka yang mengetahui, memahami dan menikmati irama gondang
dan tortor akan menyadari betul apa yang digambarkan dan dimaknai tortor yang
dipagelarkan. Dengan demikian, semua orang Batak dapat manortor tetapi tidak
semua disebut panortor (penari) atau "pandai manortor" karena untuk menjadi
panortor Batak haruslah memiliki talenta dan latihan yang kontinu. Tortor ada
yang ditarikan saat acara perkawinan. Biasanya ditarikan oleh para hadirin
termasuk pengantin dan juga para muda-mudi. Tari muda-mudi ini, misalnya

15
morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung. Tari magis
misalnya tari tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.

Gambar. Tarian Tor-Tor

Tarian magis ini biasanya dilakukan dengan penuh kekhusukan. Selain


tarian batak terdapat pula tarian melayu seperti serampang dua belas.

Gambar. Tarian Serampang Dua Belas

Tari serampang dua belas merupakan salah satu dari sekian banyak tarian
yang berkembang di bawah Kesultanan Serdangdi Kabupaten Serdang Bedagai
(dahulu Kabupaten Deli Serdang). Tari ini merupakan jenis tari tradisional yang
dimainkan sebagai tari pergaulan yang mengandung pesan tentang perjalanan
kisah anak muda dalam mencari jodoh, mulai dari perkenalan sampai memasuki
tahap pernikahan. Inilah salah satu cara masyarkat Melayu Deli dalam
mengajarkan tata cara pencarian jodoh kepada generasi muda. Sehingga Tari

16
Serampang Dua Belas menjadi kegemaran bagi generasi muda untuk mempelajari
proses yang akan dilalui nantinya jika ingin membangun mahligai rumah tangga.
Ragam tarian yang dimainkan dalam Tari serampang Dua Belas bertambah
indah dan menarik dengan komposisi pakaian warna-warni yang dipakai para
penarinya. Lenggak-lenggok para penari begitu anggun dengan berbalut kain satin
yang menjadi ciri khas pakaian adat dari masyarakat Melayu di pesisir pantai
timur Pulau Sumatra. Sapu tangan melengkapi perpaduan pakaian tersebut yang
kemudian dipergunakan sebagai media tari pada gerakan penutup Tari Serampang
Dua Belas.Maena merupakan tarian yang sangat simpel dan sederhana, tetapi
mengandung makna kebersamaan, kegembiraan, kemeriahan, yang tak kalah
menariknya dengan tarian-tarian yang ada di Nusantara. Tari maena tidak
memerlukan keahlian khusus.
Gerakannya yang sederhana telah membuat hampir semua orang bisa
melakukannya. Kendala atau kesulitan satu-satunya adalah terletak pada
rangkaian pantun-pantun maena (fanutunõ maena), supaya bisa sesuai dengan
event dimana maena itu dilakukan. Pantun maena biasanya dibawakan oleh satu
orang atau dua orang dan disebut sebagai sanutunõ maena, sedangkan syair maena
(fanehe maena) disuarakan oleh orang banyak yang ikut dalam tarian maena dan
disebut sebagai sanehe maena/ono maena. Syair maena bersifat tetap dan terus
diulang-ulang/disuarakan oleh peserta maena setelah selesai dilantunkannya
pantun-pantun maena, sampai berakhirnya sebuah tarian maena. Pantun maena
dibawakan oleh orang yang fasih bertuntun bahasa Nias (amaedola/duma-duma),
namun seiring oleh perkembangan peradaban yang canggih dan moderen, pantun-
pantun maena yang khas li nono niha sudah banyak menghilang, bahkan banyak
tercampur oleh bahasa Indonesia dalam penuturannya, ini bisa kita dengarkan
kalau ada acara-acara maena di kota-kota besar.
Maena boleh dibilang sebuah tarian seremonial dan kolosal dari Suku Nias,
karena tidak ada batasan jumlah yang boleh ikut dalam tarian ini. Semakin banyak
peserta tari maena, semakin semangat pula tarian dan goyangan (fataelusa)
maenanya. Maena biasanya dilakukan dalam acara perkawinan
(falõwa/fangowalu) dan pesta (owasa/folau õri).

17
Gambar. Tarian Maena

Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal
dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk
penyambutan tamu atau wisatawan.

Gambar. Tarian Baluse

2.3.4. Kerajinan
Sumatera Utara juga dikenal memiliki kekayaan bahan baku alam seperti
dari laut dan hutan yang bisa mendukung produksi beragam kerajinan khas
daerah. Pada saat ini, Sumatera Utara tidak hanya memiliki kekayaan alam tapi
juga kaya akan beragam jenis tenun songket, ulos, seni pahat, dan kerajinan
tangan lain yang bisa dijadikan produk unggulan hingga ke mancanegara.
Sumatera Utara bagaikan miniatur Indonesia karena mempunyai beragam
suku dan kebudayaan. Sumatera Utara memiliki kekayaan kuliner dan juga

18
bermacam-macam kain tenun dan ulos. Hasil kerajinan khas tersebut tidak hanya
terkenal di dalam negeri melainkan hingga mancanegara.
Selain arsitektur,tenunan merupakan seni kerajinan yang menarik dari suku
Batak. Contoh tenunan ini adalah kain ulos dan kain songket. Ulos merupakan
kain adat Batak yang digunakan dalam upacara-upacara perkawinan, kematian,
mendirikan rumah, kesenian,dsb. Bahan kain ulos terbuat dari benang kapas atau
rami. Warna ulos biasanya adalah hitam, putih, dan merah yang mempunyai
makna tertentu. Sedangkan warna lain merupakan lambang dari variasi kehidupan.
Ulos juga merupakan lambang kasih sayang dan dapat memberikan
kehangatan. Ulos sebagai salah satu warisan budaya Batak, harus terus
dikembangkan agar dapat mendunia. Ulos mempunyai keistimewaan tersendiri
yang tidak dimiliki kain tenun lainnya. Yakni ulos bukan hanya sekedar produk
berbentuk kain tenun melainkan juga mempunyai kedudukan tersendiri di dalam
budaya Batak yang dikenal dengan kasih sayang mereka yang hangat.

Gambar. Kain Ulos

Ulos dirajini sepenuhnya dari benang yang diciptakan dari tumbuh-


tumbuhan dan pewarna alami. Penenunannya pun dilakukan dengan tangan
sehingga memakan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan satu lembar.
Secara tradisional, ruang tenun terletak di kolong rumah-panggung penenun, yang
secara tradisonal adalah perempuan. Pada perkembangannya, ulos juga telah
diberikan kepada orang non-Batak yang dapat dimaknai sebagai tanda

19
penghormatan kepada si penerima ulos. Ulos sebagai salah satu warisan budaya
Batak dianggap penting untuk terus dikembangkan agar dapat mendunia.
Songket adalah jenis kain tenunan tradisional Melayu. Songket digolongkan
dalam keluarga tenunan brokat. Songket ditenun dengan tangan dengan
benang emas dan perak dan pada umumnya dikenakan pada acara-acara resmi.
Benang logam metalik yang tertenun berlatar kain menimbulkan efek kemilau
cemerlang.

Gambar. Kain Songket

Pada suku pakpak ada tenunan yang dikenal dengan nama oles. Biasanya
warna dasar oles adalah hitam kecoklatan atau putih. Pada suku karo ada tenunan
yang dikenal dengan nama uis. Bisanya warna dasar uis adalah biru tua dan
kemerahan.
Pada suku pesisir ada tenunan yang dikenal dengan nama songket barus.
Biasanya warna dasar kerajinan ini adalah merah tua atau kuning emas.Pakaian
adat suku Nias dinamakan Baru Oholu untuk pakaian laki-laki dan Õröba Si’öli
untuk pakaian perempuan. Pakaian adat tersebut biasanya berwarna emas atau
kuning yang dipadukan dengan warna lain seperti hitam, merah, dan putih.

20
Gambar. Baju tenunan adat Nias
Adapun filosofi dari warna itu sendiri antara lain:
a) Warna kuning yang dipadukan dengan corak persegi empat (Ni’obakola)
dan pola bunga kapas (Ni’obowo gafasi) sering dipakai oleh para
bangsawan untuk menggambarkan kejayaan kekuasaan, kekayaan,
kemakmuran dan kebesaran.
b) Warna merah yang dipadukan dengan corak segi-tiga (Ni’ohulayo/
ni’ogöna) sering dikenakan oleh prajurit untuk menggambarkan darah,
keberanian dan kapabilitas para prajurit.
c) Warna hitam yang sering dikenakan oleh rakyat tani menggambarkan
situasi kesedihan, ketabahan dan kewaspadaan.
d) Warna putih yang sering dikenakan oleh para pemuka agama kuno (Ere)
menggambarkan kesucian, kemurnian dan kedamaian.

21
Gambar Gorga Batak Toba
Gorga Batak Toba merupakan salah satu contoh karya seni dari
kebudayaan Batak Toba yang sudah cukup tua. Karya seni ini menjadi bagian dari
karya seni rupa yakni seni ukir tradisional dengan tiga warna khas yang dibuat
secara alami.
Gorga Batak Toba banyak digunakan untuk menghias dinding bangunan
rumah adat suku yang disebut ruma bolon (rumah adat). Melalui jenisnya,
coraknya ada sesuatu yang hendak disampaikan oleh mereka yang membuatnya.
Seni rupa sesungguhnya tidak hanya bersifat lahiriah, tetapi juga batiniah,
di mana orang diajak untuk masuk ke dalam dunia batin melalui indera rasa. Pada
saat menikmati suatu karya seni, indera mata menangkap komposisi yang berupa
warna, garis dan struktur dari karya seni tersebut. Dengan komposisi ini manusia
dapat mengkomunikasikan isi hatinya (impian, khayalan, imajinasi) kepada orang
lain.

2.3.5. Makanan Khas


Makanan khas merupakan salah satu karya budaya masyarakat. Semua
manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, siapa pun dia, dari mana
asalnya, berapapun umurnya, dan dalam keadaan sehat ataupun sakit. Oleh karena
itu, makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Pada dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan mentah dari
alam sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masing-

22
masing. Misalnya, makanan di daerah pegunungan dengan di daerah pesisir
pantai. Daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa variasi
jenis tumbuhan yang dominan, sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan
makanan lebih dominan dengan variasi ikan.
Sumatera Utara memiliki banyak ragam makanan khas. Setiap suku dan
daerah punya kuliner khas masing-masing.
1. Kue Ombus-Ombus

Ombus-ombus adalah kue khas dari salah satu kota kecil di Sumatera
Utara bernama Siborong-borong, kue ini sering dijumpai saat ada pesta
adat sebagai santapan bersama kopi. Kue ini terbuat dari tepung beras
dicampur gula merah kemudian dibungkus pakai daun pisang lalu dikukus
hingga matang, kue ini begitu nikmat apalagi dimakan saat masih hangat
membuat rasa khas kue ini begitu terasa.

2. Sambal Tuktuk

Sambal Tuktuk merupakan kuliner khas Sumatera Utara, lebih tepatnya


dari daerah Tapanuli. Biasanya, masyarakat sekitar menggunakannya

23
sebagai campuran dengan ikan aso aso (sejenis ikan kembung yang telah
dikeringkan).
Meski bahan yang digunakan layaknya sambal pada umumnya, namun
adanya Andaliman membuatnya memiliki cita rasa yang begitu khas.

3. Dali Ni Horbo

Bisa dikatakan jika makanan khas satu ini sangat unik. Bagaimana tidak,
Dali Ni Horbo ternyata merupakan olahan susu kerbau yang dimasak
menggunakan air dengan suhu sedang hingga menggumpal seperti keju.
Makanan yang sering dijuluki sebagai Keju Batak ini adalah Dali ni
Horbo. Terbuat dari susu kerbau, Dali ni Horbo berasal dari Tapanuli.
Makanan ini merupakan makanan tradisional yang banyak dikonsumsi
masyarakat Batak, bahkan masih bisa banyak dijumpai hingga sekarang.

4. Mie Gomak

Sesuai dengan namanya, makanan khas Sumatera Utara ini memang


menggunakan mie sebagai bahan utamanya. Kerap disebut dengan Mie
Lidi atau Mie Besar oleh orang Batak.

24
Sementara penyebutan Mie Gomak, lantaran cara pembuatannya yang
digomak gomak atau digenggam dengan tangan. Cita rasanya yang cukup
unik bila Mie Gomak dicampur dengan bumbu khas dari tanah Batak.

5. Arsik

Sama halnya dengan Sambal Tuktuk, Arsik pun berasal dari daerah
Tapanuli. Sebetulnya, Arsik dikenal pula sebagai olahan dari ikan mas
bumbu kuning yang sisiknya tidak dibuang.
Bukan hanya ikan mas semata, ada kalanya masyarakat setempat
menggunakan ikan kembung, ikan kakap, ataupun daging. Bumbunya
yang sangat khas, membuat cita rasa arsik begitu lezat.

6. Anyang Pakis

Anyang Pakis menjadi makanan khas selanjutnya yang berasal dari


Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Dalam pengolahannya, hidangan yang terbuat dari pakis ini pun dicampur
dengan kelapa sangrai dan bumbu seperti cabai merah, serai, bawang
merah, kencur, dan daun jeruk.

25
Banyak yang mengira makanan ini mirip dengan urap dari Jawa, hanya
saja terdapat kelapa sangrai.

7. Lemang

Bisa dikatakan jika Lemang merupakan makanan yang dibuat oleh bangsa
Melayu. Sebenarnya, Lemang dibuat dari beras ketan yang telah dicampur
menggunakan santan. Lalu dimasak dengan perantara bambu.
Namun, sebelum dimasukkan bambu, nasi ketan tersebut akan dibungkus
daun pisang terlebih dahulu. Baru kemudian dibakar dengan posisi tegak
ke arah bara api.

8. Bubur Pedas

Bubur Pedas merupakan salah satu menu wajib yang harus ada dikala
Bulan Ramadhan tiba. Tidak jauh beda dengan bubur pada umumnya,
bahan utama makanan khas Sumatera Utara ini pun beras yang diberikan
suwiran daging dan sayur.
Diberikan pula tambahan berupa rempah rempah yang cukup banyak
termasuk cabai, sehingga membuatnya memiliki rasa yang pedas tapi
lembut di mulut.

26
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam
dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya
terdiri atas beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo,
Simalungun, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola,
Padang Bolak, dan Mandailing); serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa
dan Aceh yang membawa budaya serta adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini
memiliki potensi yang cukup baik dalam sektor pariwisata, baik wisata alam,
budaya.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat,
tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah
masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata
di Sumater Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak
membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat
berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat
dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk
dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif
terhadap daerah sumatera utara.

3.2. Saran
Dilihat dari suku yang ada disumatra saja sudah menunjukkan betapa
majemuk nya bangsa Indonesia. Tetapi tidak seharusnya kemajemukan atau
perbedaan yang ada menjadi halangan untuk mewujudkan persatuan kesatuan
bangsa Indonesia.itu seharusnya menjadi suatu kebanggaan bagi kita sebagai
warga Negara Indonesia, dengan tetap mempertahankan kebudayaan yang sudah
ada menjadi cambuk untuk menumbuhkan rasa dan semangat nasionalisme.

27
DAFTAR PUSTAKA

Dwi Eriyanti, linda. Dkk…….buku ajar ilmu sosial budaya dasar. Jember,

Soekanto. S. (2002). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo.

Sunarto, K. (2000). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia Press.

http://www. Google. Com


http://www Wikipedia .com

28

Anda mungkin juga menyukai