Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

“RAGAM BUDAYA SUKU BANGSA DI INDONESIA

SUKU BETAWI”

Disusun oleh :

Sigit Setiawan 1810631180082


Prasetya Angkasa M.P 1810631180083
Fathur Rizky Pramudya 1810631180087
Muhammad Aji Prasetyo P 1810631180095
Shalsa Aulia S 1810631180098
Ismail Bagus Fauzi 1810631180103
Nabila Hanida Nurrahma 1810631180112

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS UNIVERSITAS
SINGAPERBANGSA KARAWANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah Informasi Teknologi yang berjudul
“Pengaruh adanya Ojek Online di Karawang” tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah “ tak ada gading yang tak retak “, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin.

Karawang, Desember 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar .................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................. ii

Daftar Tabel ....................................................................................................... iv

Daftar Gambar..................................................................................................... v

BAB I
Pendahuluan..................................................................................................... 1

1.1.Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 2

1.3.Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II
Pembahasan..................................................................................................... 3

2.1 Asal Usul Suku Betawi………………………………………………... 3

2.2 Sistem Religi dan Upacara Keagamaan di Suku Betawi........................ 4

2.3 Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan di Suku Betawi ....................... 8

2.4 Sistem Pengetahuan di Suku Betawi ......................................................10

2.5 Bahasa di Suku Betawi .......................................................................... 11

2.6 Kesenian di Suku Betawi ....................................................................... 12

2.7 Sistem Mata Pencaharian Hidup di Suku Betawi.................................. 18

2.8 Sistem Teknologi dan Peralatan di Suku Betawi................................... 18

ii
BAB III Kesimpulan dan Saran ......................................................................... 20

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 20

3.2 Saran...................................................................................................... 20

Daftar Pustaka .................................................................................................... 21

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 ORGANISASI MASYARAKAT BETAWI ............................................. 9

iv
5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1

Ondel-Ondel ....................................................................................................... 12

Gambar 2.2

Wayang Betawi .................................................................................................. 13

Gambar 2.3

Tanjidor .............................................................................................................. 14

Gambar 2.4

Keroncong Tugu ................................................................................................ 15

Gambar 2.5

Kerak Telor ........................................................................................................ 16

v
Gambar 2.6

Kembang Goyang............................................................................................... 17

Gambar 2.7

Roti Buaya.......................................................................................................... 17

Gambar 2.8

Kue Rangi........................................................................................................... 17

Gambar 2.9

Golok..................................................................................................................... 19

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk


yang berbudaya, hal ini dapat dilihat dari perkembangan manusia yang ditandai
dengan adanya peradaban-peradaban dan juga budaya yang telah terbentuk.
Manusia mendiami wilayah yang berbeda, berada di lingkungan yang berbeda
juga. Hal ini membuat kebiasaan, adat istiadat, kebudayaan dan kepribadian
setiap manusia suatu wilayah berbeda dengan yang lainnya. Namun secara
garis besar terdapat tiga pembagian wilayah, yaitu : barat, timur tengah, dan
timur.

Kita di indonesia termasuk ke dalam bangsa timur, yang dikenal


sebagai bangsa yang berkepribadian baik. Bangsa timur dikenal dunia sebagai
bangsa yang ramah dan bersahabat. Orang – orang dari wilayah lain sangat
suka dengan kepribadian bangsa timur yang tidak individualistis dan saling
tolong menolong satu sama lain

Menurut Selo Soemardjan menjelaskan bahwa yang dimaksud


masyarakat adalah manusia yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan. Dengan demikian tak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan. Sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah
pendahulunya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan kegiatan bagi
kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan
budaya.

Masyarakat atau Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar


etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi digunakan untuk
menyatakan suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu Kreol
adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah
kebudayaanya. Kata Betawi sebenarnya berasal dari kata “Batavia”, yaitu nama

1
2

kuno Jakarta diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila diteliti secara
sruktur, poses dan pertumbuhan social Suku Betawi mulai dari sejarahnya,
bahasa, kepercayaan, profesi, perilaku, wilayah, seni dan budayanya.

1.2 Rumusan Masalah

 Bagaimana Sejarah Suku Betawi bisa ada di Indonesia?


 Bagaimana Sistem Religi dan Upacara Keagamaan diSuku Betawi?
 Bagaimana Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan di Suku Betawi?
 Bagaimana Sistem Pengetahuan yang ada di Suku Betawi?
 Apa Bahasa Suku Betawi?
 Apa Kesenian Suku Betawi?
 Bagaimana Sistem Mata Pencaharian Hidup di Suku Betawi?
 Bagaimana Sistem Teknologi dan Peralatan yang ada di Suku Betawi?

1.3 Tujuan

 Mengetahui Sejarah yang ada di Suku Betawi.

 Mengetahui Sistem Religi dan Upacara Keagamaan di Suku Betawi.

 Mengetahui Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan di Suku Betawi.

 Mengetahui Sistem Pengetahuan di Suku Betawi .

 Mengetahui Bahasa Suku Betawi.

 Mengetahui Kesenian di Suku Betawi.

 Mengetahui Sistem Mata Pencaharian Hidup di Suku Betawi.

 Mengetahui Sistem Teknologi dan Peralatan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal-Usul Suku Betawi

Suku Betawiadalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya


umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antar etnis dan bangsa pada masa
lalu. Menurut Peneliti Lance Castles yang pernah meneliti tentang Penduduk
Jakarta di mana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell
University dikatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai
orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa
yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta,
seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon, serta
suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa.

Pada penelitiannya Lance Castles menitik beratkan pada empat sketsa sejarah
yaitu:

1. Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat Belanda yang
berdiam di dalam kota benteng Batavia.

2. Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada tahun 1815.

3. Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie tahun 1893

4. Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada tahun


1930.

Di mana semua sketsa sejarahanya dimulai pada tahun 1673 (Pada Akhir Abad ke
17), sketsa inilah yang oleh sebagian ahli lainnya dirasakan kurang lengkap untuk
menjelaskan asal mula Suku Betawi dikarenakan dalam Babad Tanah Jawa yang
ada pada abad ke 15 (tahun 1400-an Masehi) sudah ditemukan kata
"Negeri Betawi". Suku Betawi secara geografis terletak di pulau Jawa, namun
secara sosiokultural lebih dekat pada budaya Melayu Islam.

3
4

Kata Betawi digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni


Jakarta dan bahasa Melayu Kreol yang digunakannya, dan juga kebudayaan
Melayunya. Mengenai asal mula kata Betawi, menurut para ahli dan sejarahwan
ada beberapa acuannya:

1. Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan


ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Candi Batu Jaya.
Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di
Candi Batu Jaya, Tatar Pasundan, Karawang merupakan sebuah Kota Suci
yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.

2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata Betawi digunakan untuk


menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan,
Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.

3. Flora guling Betawi (Cassia Glauca), famili papilionaceae yang


merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan
mudah diraut serta kukuh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawibanyak
digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.

Tanaman guling Betawi banyak tumbuh di Nusa Kelapa dan beberapa


daerah di pulau Jawa dan Kalimantan. Sementara di Kapuas Hulu, Kalimantan
Barat, guling Betawi disebut Kayu Bekawi. Ada perbedaan pengucapan kata
"Betawi" dan "Bekawi" pada penggunaan kosakata "k" dan "t" antara Kapuas
Hulu dan Betawi Melayu, pergeseran huruf tersebut biasa terjadi dalam bahasa
Melayu.

Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada
kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama
jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau
daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak
lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang
Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"

Batavia merupakan nama Latin untuk tanah Batavia pada zaman Romawi.
Perkiraan kasarnya berada sekitar kota Nijmegen, Belanda, dalam Kekaisaran
5

Romawi. Sisa lahan ini kini dikenal sebagai Betuwe. Selama Renaisans, sejarawan
Belanda mencoba untuk mempromosikan Batavia menjadi sebuah status "nenek
moyang" dari orang-orang Belanda.

Kemudian mereka mulai menyebut diri Orang-orang atau penduduk Batavia,


kemudian hal tersebut mengakibatkan munculnya Republik Batavia, dan
mengambil nama "Batavia" untuk koloni mereka seperti Hindia Belanda, di mana
mereka mengganti nama menjadi dari Kota Jayakarta menjadi Batavia dari 1619
sampai sekitar 1942, ketika namanya diubah menjadi Djakarta (ini adalah
kependekan dari nama mantan Jayakarta, kemudian diubah kembali ejaannya
menjadi Jakarta).

Nama itu (Batavia) juga digunakan di Suriname, di mana mereka mendirikan


Betawi Suriname, dan di Amerika Serikat di mana mereka mendirikan kota dan
kota Batavia, New York. Nama ini menyebar lebih jauh ke barat di Amerika
Serikat untuk tempat-tempat seperti Batavia, Illinois, dekat Chicago, dan Batavia,
Ohio.

Kemudian penggunaan kata Betawi sebagai sebuah suku yang pada masa
hindia belanda, diawali dengan pendirian sebuah organisasi yang bernama
Pemoeda Kaoem Betawi yang lahir pada tahun 1923

2.2 Sistem Religi Suku Betawi

Sebagian besar Orang Betawi menganut agama Islam, tetapi yang


menganut agama Kristen Protestan dan Katolik juga ada namun hanya sedikit
sekali. Menurut H. Mahbub Djunaidi kebudayaan betawi sebagai suatu
subkultur hampir tidak bisa dipisahkan dengan agama Islam. Agama Islam
sangat mengakar dalam kebudayaan Betawi terlihat dalam berbagai kegiatan
masyarakat betawi dalam menjalani kehidupan.

Di antara Suku Betawi yang beragama Kristen, ada yang menyatakan


bahwa mereka adalah keturunan campuran antara penduduk lokal dengan
bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal abad ke-16, Surawisesa, raja
6

Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang membolehkan Portugis


membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa sehingga
terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Kejadian ini juga berdampak
terjadinya proses pertukaran agama melalui perkawinan campuran antara orang
Portugis dengan penduduk lokal. Komunitas Portugis ini sekarang masih ada
dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.

Umumnya masyarakat Betawi ini memang beragama Islam, ini dapat


terlihat dari kegiatan keagamaan sehari-hari, misalnya pada seni tari, seni
musik, dan seni suara.

Umumnya masyarakat Betawi ini memang beragama Islam, ini dapat


terlihat dari kegiatan keagamaan sehari-hari, misalnya pada seni tari, seni
musik, dan seni suara. Tapi pada suku Betawi juga terdapat upacara adat yang
berkaitan dengan religius. Upacara-upacara tersebut antara lain:

a. Kekeba/upacara nujuh bulan

Kekeba adalah upacara nujuh bulan yang diadakan pada saat hamil tujuh
bulan, dan biasanya dipimpin oleh seorang dukun atau paraji.

b. Potong Rambut

Potong rambut adalah upacara pemotongan rambut bayi yang pertama kali
setelah bayi berumur 36 hari dan upacara ini sering disebut upacara selapanan.

c. Upacara Kerik tangan

Upacara kerik tangan adalah upacara serah terima perawatan bayi kepada
pihak keluarga yang melahirkan. Selama berlangsungnya upacara ini harus
diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi sebanyak 7 kali.

d. Upacara Khitanan

Upacara khitanan adalah upacara peralihan dari masa kanak-kanak


memasuki masa remaja dengan maksud agar kesehatan alat kelamin mudah
dibersihkan. Upacara ini biasanya juga disebut dengan upacara sunatan/sunat.
7

Tindakan atau Sistem Sosial

 Upacara Adat Pernikahan


Pernikahan berasal dari kata nikah, Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, nikah adalah Ikatan (akad) perkawinan yang di lakukan dengan
ketentuan hukum dan ajaran agama (hidup sebagai suami istri). Pernikahan
adalah sebuah upacara adat yang suci, di mana antara seorang laki-laki dan
perempuan akan diresmikan atau disahkan hubungannya.

Pernikahan memiliki tujuan untuk menyempernakan kehidupan,


pernikahan merupakan suatu ibadah. Pernikahan selain sebagai peresmian
hubungan juga memiliki tujuan lain, terutama untuk keberlangsungan generasi
berikutnya.

Suku Betawi memiliki tradisi yang menarik dalam melaksanakan upacara


pernikahan. Banyak ritual atau adat yang harus dijalani tahap demi tahap.
Pertama ada istilah ngedelengin, yaitu proses mencari calon, upaya mencari
atau menemukan kesamaan visi dan misi antara seorang lelaki dangan seorang
perempuan dalam rangka membina rumah tangga ( Yahya Andi Saputra, 2008).
Proses ngedelengin bisa dilakukan oleh jejaka atau melalui Mak Comblang.
Setelah tahap ngedelengin selanjutnya di lanjutkan acara ngelamar. Ngelamar
adalah proses permintaan resmi oleh keluarga pihak laki-laki kepada keluarga
pihak perempuan. Setelah lamaran di terima oleh pihak perempuan. Di
lanjutkan dengan acara Bawa Tande Putus atau Tundangan. Masyarakat
sekarang lebih mengenal dengan tunangan atau tukar cincin. Arti dari tande
putus adalah bahwa si Calon None Pengantin (pengantin wanita) telah terikat
dengan seorang lelaki dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain.

 Upacara Adat pindah Rumah

Pindah rumah dalam masyarakat Betawi biasanya dilakukan ketika


seseorang telah berumah tangga. Orang tua biasanya akan mebuatkan rumah
untuk anak yang dinikahkan. Menurut Yahya Andi Saputra, pindah rumah
merupakan suatu keharusan dan dilakukan menurut kebiasaan turun temurun .
Jika anak yang telah dinikahkan namun belum dibuatkan rumah sendiri, maka
8

akan tetap tinggal dalam keluarga inti, tentu saja hal itu membawa dampak
positif dan negatif.

Sebelum Upacara pindah rumah dilakukan, terlebih dahulu dilakukan


tahap pembuatan rumah (bikin rume), orang Betawi percaya akan perhitungan
yang dilakukan oleh orang pintar. Orang pintar yang dimaksud adalah seorang
kiai yang ahli dalam ilmu falak. Setelah perhitungan selesai, di lanjutkan
dengan pra pembangunan, hingga selesai. Setelah rumah selesai di bangun
akan di adakan selamatan rumah baru.

Rumah memiliki arti khusus bagi orang Betawi, bukan hanya sebagai
tempat berlindung. Melainkan sebagai tempat menebar benih, untuk generasi
yang akan datang. Pindah rumah diawali dengan pembacaan selawat dustur
oleh guru ngaji, dilanjutkan dengan mebaca basmalah 3 kali oleh orang yang
akan pindah. Kemudian orang yang akan pindah rumah mengambil tanah dari
halaman rumah lama, di bungkus dengan kain putih. Setelah itu yang
bersangkutan meninggalkan rumah lama diiringi sholawat dan rebana
ketimprung.

 Upacara Adat Sunatan

Sunat dalam suku Betawi memiliki arti yang khusus yaitu sebagai proses
atau etape pembeda. Maksudnya orang yang telah disunat harus bisa
membedakan antara hak dan yang batil, membedakan antara dunia anak-anak
dan dunia dewasa, karena telah akil balig, orang yang telah di sunat juga
dianggap telah bisa menjaga diri dari perbuatan yang melanggar ajaran agama
atau adat yang berlaku. 7

Sebelum melakukan sunat, orang Betawi melakukan rembukan terlebih


dahulu. Biasanya orang tua akan mengajak sesepuh kampung untuk meminta
nasihat. Hal yang di tentukan dalam rembukan adalah apakah anak sudah siap
untuk di sunat, siapa bengkong (dukun sunat), serta kapan pelaksanaannya?
9

Pelaksanaan upacara sunatan dibagi ke dalam 2 hari, hari pertama disebut


sebagai hari membujuk atau menghibur pengantin sunat dan hari ke duanya
hari pelaksanaan sunat.

Pada hari pertama, setelah pengantin selesai dirias, pengantin sunat akan
diarak keliling kampung dengan naik kuda atau bisa juga sang pengantin sunat
diarak dengan duduk di kursi yang di angkat oleh orang dewasa berjumlah 4
orang. Di barisan paling depan ada ondel-ondel dan di barisan belakang ada
teman-teman pengantin serta para tetangga yang ikut meramaikan. Tak lupa
rebana ketimprung selalu mengiring sepanjang perjalanan.

 Upacara Adat Akeke

Upacara akeke biasanya di lakukan satu kali seumur hidup oleh orang
Betawi. Upacara ini juga di kaitkan dengan tradisi potong rambut dan
peresmian nama si jabang bayi. Tradisi akeke ini mengikuti ajaran agama Islam
mengenai akikah.

Akeke biasanya akan dilaksanakan pada pagi hari atau sesudah sholat
dzuhur, tapi biasanya sesudah sholat isya’. Upacara dimulai dengan membaca
dzikir dan tahlil. Si bayi kemudian di bawa ke tempat upacara untuk dicukur
rambutnya. Rambut yang telah dipotong, selanjutnya dikumpulkan dan
ditimbang, untuk kemudian ayah si bayi akan membeli emas setara dengan
rambut yang telah dipotong tadi.

 Nyapih

Ketika seorang bayi lahir, maka ibunya dianjurkan untuk menyusui bayi
tersebut. ASI ibu sangat baik untuk tumbuh kembang si bayi. Ketika usia anak
telah mencapai lebih dari 2 tahun, untuk melakukan penyapihan, biasanya
orang Betawi akan datang ke dukun beranak. Biasanya orang Betawi akan
datang pada hari Jum’at, karena mereka percaya bahwa hari jum’at memiliki
banyak keistimewaan.

2.3 Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan Suku Betawi


10

a. Sistem Kekerabatan

Dalam penarikan garis keturunan, mereka mengikuti prinsip bilineal,


artinya menarik garis keturunan kepada pihak ayah dan pihak ibu.

b. Organisasi Sosial

Sejak tahun 1950-an beberapa tokoh Betawi mendirikan organisasi. Reaksi


dari semakin berkembang pertumbuhan migrasi dan pengembangan Jakarta.
Pada tahun 1970-an, pendirian organisasi pun menjadi lebih sering. Berikut
nama organisasi – organisasi sejak tahun 1950-an:

Tabel 2.1

ORGANISASI MASYARAKAT BETAWI

Tahun Nama Organisasi Penemu

1954 MANGUDAT IWARDA H. Aseni, H.


(Pemangku Adat Ikatan Muhari H.
Warga Djakarta Asli) Effendi Yusuf H.
Irwan Syafi’I
Drs. Rusdi Saleh

1975 IKRAR (Ikatan Keluarga Wim Salamun


Sejahtera Baersama) H. Abdurrachim

1976 LKB (Lembaga Kebudayaan H. Effendi Yusuf


Betawi) Atje Mulyadi

1977 PERMATA MHT (Persatuan H. J. Chaidir


Masyarakat Djakarta Fadlil Dr. Abdul
Muhammad Husni Thamrin) Rodjak

1981 IWARDA (Ikatan Warga -


Djatkarta Asli)
11

1982 BAMUS (Badan Musawarah H. Effendi Yusuf


Masyarakat Betawi)

1990 FORKABI (Forum -


Komunikasi Anak Betawi)

2.4 Sistem Pengetahuan Di Dalam Suku Betawi

Pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa Orang Betawi itu malas
bekerja, berebut warisan, sering berkelahi, dan lain-lain. Sehingga mereka
dibilang “Ngontrak di Tanah Sendiri”.

Sebenarnya banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam
hal pendidikan dan cara berpikir karena tersentuh modernisasi oleh karena
itu mereka mempunyai visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti dan
berpendidikan.

Padahal tidak sedikit orang betawi yang berhasil sebut saja Muhammad
Husni Thamrin, Benyamin S, bahkan hingga Gubernur priode 2007-2012,
Fauzi Bowo.

Sayangnya, citra orang Betawi yang terus-menerus ditampilkan di layar


televisi adalah orang Betawi yang malas bekerja, berebut warisan, berkelahi
dengan keluarga, kalaupun sekolah sifatnya mengaji gaya kampung. Karena
pada umumnya mereka masih mempunyai sikap yang sama dengan
pendahulunya, seperti tidak kemaruk pangkat, tidak mempunyai ambisi yang
terlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air atau ke mana angin
berembus.
12

2.5 Bahasa Suku Betawi

Bahasa Betawi merupakan bahasa sehari-hari suku asli ibu kota negara
Indonesia yaitu Jakarta. Bahasa ini mempunyai banyak kesamaan dengan
Bahasa resmi Indonesia yaitu Bahasa Indonesia.

Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah Bahasa


Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa
Indonesia dialek Betawi.

Bahasa Betawi merupakan salah satu anak Bahasa Melayu, banyak istilah
Melayu Sumatra ataupun Melayu Malaysia yang digunakan dalam Bahasa
Betawi, seperti kata “niari” untuk hari ini. Ciri khas Bahasa Betawi adalah
mengubah akhiran “A” menjadi “E”. sebagai contoh;

 Apa = ape
 Gula = gule
 Tua = tue
 Saya = saye

Secara fonologis juga ditandai dengan hilangnya konsonan h´ yang pada


tiap kata bahasa Indonesia menggunakan vokal h:

Contoh:

 Duapuluh = duapulu
 Tujuh = tuju
 Pilih = pili
 Boleh = bole

Penggunaan partikel dong, deh, sih, yang tidak terdapat kesamaannya


dengan bahasa Melayu klasik. Bahasa Betawi juga mendapat pengaruh dari
bahasa Cina yaitu:

 Lu = kau, dari bahasa hokkian ³lu´


 Nya = ibu, dari bahasa Cina Mandarin ³nyiang´
13

2.6 Kesenian Suku Betawi

Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, ada
empat kesenian khas Betawi yang paling populer dan dijadikan tradisi
menyambut tamu negara 4 kesenian itu adalah Ondel-ondel, Tanjidor, Tari
Belenggo, dan Tari Lenggong Nyai. Masih banyak lagi kesenian khas Betawi,
apakah itu berupa tarian, teater, music, lagu, dan sebagainya.

1. Ondel-ondel

Gambar 2.1 Onde-Ondel

Ondel-ondel merupakan salah satu bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang


sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel
memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak
cucunya atau penduduk suatu desa. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu
tingginya sekitar 2,5 m dengan garis tengah 80 cm, dibuat dari anyarnan
barnbu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalarnnya.
Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari
ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki di cat dengan warna merah, sedang yang
perempuan dicat dengan warna putih.

2. Lenong
Lenong adalah teater rakyat khas Betawi yang dikenal sejak tahun 1920-
an. Sejak awal keberadaannya, lenong diiringi dengan musik gambang
kromong. Dalam Lenong dikenal dua jenis cerita, yaitu Lenong Denes yang
14

bercerita tentang kerajaan atau kaum bangsawan, dan Lenong Preman yang
berkisah tentang kehidupan rakyat sehari-hari.

3. Palang Pintu
Palang Pintu adalah seni budaya yang biasanya di gunakan untuk acara
adat Betawi, seperti permikahan, penerimaan tamu kehormatan, dan lain-lain.
Palang pintu dihiasai oleh pantun-pantun Betawi, dan diiringi oleh musik
marawis, gambang kromong, atau tanjidor. Yang menarik adalah atraksi
pencak silat yang diperagakan dengan menggunakan senjata tajam (golok).

4. Wayang Betawi

Gambar 2.2 Wayang Betawi


Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya Jawa dan
Sunda adalah wayang. Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis
wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang
Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya). Umumnya,
wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di dunia
pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di dalam
Sunda).

Musik iringan dalam wayang Betawi sama halnya dengan gamelan topeng,
berupa musik gamelan Sunda campur Betawi, dengan ciri khas alat musik
tehyan (sebagai ciri khas Betawi) yang disebut gamelan ajeng.
15

5. Seni Musik
 Tanjidor

Gambar 2.3 Tanjidor


Salah satu jenis musik Betawi yang mendapat pengaruh kuat dari
musik Eropa. Pada musik Tanjidor alat musik yang paling banyak
dimainkan adalah alat musik tiup, seperti klarinet, piston, trombone serta
terompet.

 Gambang Kromong

Gambang kromong adalah sejenis orkes yang memadukan gamelan


dengan alat-alat musik Tionghoa, seperti sukong, tehyan, dan kongahyan.
Sebutan gambang kromong diambil dari nama dua buah alat perkusi, yaitu
gambang dan kromong. Awal mula terbentuknya orkes gambang kromong
tidak lepas dari seorang pemimpin komunitas Tionghoa yang diangkat
Belanda (kapitan Cina) bernama Nie Hoe Kong (masa jabatan 1736-1740).

 Orkes Samrah
Orkes Samrah adalah salah satu kesenian Betawi dalam bentuk
orkes yang mendapat pengaruh dari Melayu. Lagu-lagu yang biasa
dibawakan seperti lagu Burung Putih, Pulo Angsa Dua, Sirih Kuning, dan
Cik Minah dengan corak Melayu. Orkes Samrah juga bisa dipakai
mengiringi lagu-lagu khas Betawi seperti Kicir-kicir, Jali-jali, Lenggang-
lenggang Kangkung, dan sebagainya. Tarian yang biasa diiringi orkes ini
disebut Tari Samrah.
16

 Rebana
Istilah umum bagi jenis gendang yang dinamakan rebana atau
robana, yaitu "frame drums", berupa gendang yang memakai bingkai,
karena badan gendang (kelawang), tinggi atau dalamnya hanya beberapa
inci saja jika dibandingkan dengan jenis-jenis gendang lainnya.

 Keroncong Tugu

Gambar 2.4 Keroncong Tugu


Keroncong Tugu adalah musik Betawi yang banyak mendapat
pengaruh dari budaya Barat. Musik keroncong digemari oleh masyarakat
Tugu di Jakarta Utara. Jenis musik inilah yang menjadi cikal bakal
keroncong asli Betawi, yang kemudian dikenal dengan sebutan Keroncong
Tugu.

6. Seni Tari
 Tari Lenggang Nyai
Tari Lenggang Nyai adalah salah satu kesenian tari masyarakat
Betawi di Jakarta yang terinspirasi dari kisah hidup Nyai Dasimah. Tarian
ini merupakan tarian kreasi baru yang di ambil dari sebuah cerita rakyat,
sehingga banyak pesan dan makna yang di gambarkan melalui tarian ini.

 Tari Topeng Betawi


Tarian Topeng Betawi sebenarnya merupakan salah satu ciri khas
budaya tari di Indonesia. Pada awalnya, seni tari di Jakarta memiliki
pengaruh Sunda dan China seperti Jaipong dan Tari Topeng yang para
pemainnya menggunakan kostum penari khas pemain Opera khas negeri
17

Tirai Bambu tersebut. Tari Topeng adalah visualisasi gerak, yang dibuat
tanpa melalui konsep yang khusus.

 Tari Sirih Kuning


Tari Sirih Kuning merupakan tarian tradisional tempo dulu yang
berasal dari Betawi dan ditarikan secara berpasangan. Tari Sirih Kuning
Betawi ini merupakan pengembangan dari tari cokek. Tari Sirih Kuning
Betawi diiringi oleh musik tradisional khas Betawi yaitu Gambang
Kromong.

Tarian sirih kuning ini biasanya juga diadakan untuk mengiringi


pengantin Betawi memasuki pelaminan serangkai dengan proses
penyerahan sirih dare oleh mempelai pria kepada pengantin wanita atau
pada hiburan penyambutan tamu kehormatan maupun perayaan lengkap
dengan irama lagu khas Betawi " Sirih Kuning".

7. Kuliner
 Kerak Telor

Gambar 2.5 Kerak Telor

Kerak telor merupakan salah satu makanan khas daerah Betawi.


Cara membuat makanan ini cukup unik karena tidak dimasak di atas
kompor namun dimasak diatas bara api. Pedagang kerak telor sesekali
membalikkan wajan agar permukaan dari kerak telor tersebut juga
terpanggang dan matang merata sambil dikipas-kipas agar bara api tetap
menyala. Setelah kering dan matang kerak telor siap untuk disajikan.
18

 Kembang Goyang

Gambar 2.6 Kembang Goyang

Kembang goyang mungkin aslinya adalah makanan orang Cina


Peranakan. Kembang goyang biasa ditemukan di pasar-pasar tradisional di
Jakarta, meski keberadaannya kini juga sudah mulai jarang ditemukan.

 Roti Buaya

Gambar 2.7 Roti Buaya

Buaya adalah binatang yang paling setia dengan pasangannya.


Buaya berbentuk roti dalam masyarakat Betawi merupakan representasi
dari kesetiaan. Oleh karena itu harus diberikan sepasang. Roti buaya
adalah salah satu prasayarat yang harus ada dalam upacara pernikahan
Betawi.

 Kue Rangi
19

Gambar 2.8 Kue Rangi

Kue rangi atau biasa disebut sagu rangi terbuat dari tepung kanji
dicampur dengan kelapa yang diparut kasar. Dahulu, orang memanggang
kue rangi dengan memanfaatkan api yang berasal dari kayu bakar atau
arang. Alhasil, kue tersebut menjadi lebih wangi. Kue rangi adalah salah
satu makanan khas Betawi yang juga mulai jarang didapatkan.

2.7 Sistem Mata Pencaharian Suku Betawi

Mata pencaharian orang Betawi bisa dibedakan. Antara lain sebagai berikut :

 Mereka yang berada di tengah kota menunjukkan mata pencaharian yang


bervariasi, misalnya sebagai pedagang, pegawai pemerintah, pegawai
swasta, buruh, tukang seperti membuat meubel.
 Mereka yang berada di daerah pinggiran hidup sebagai petani sawah,
buah-buahan, pedagang kecil, memelihara ikan, dan sekarang di antara
mereka banyak yang menjadi buruh pabrik, guru, dan lain-lain.

2.8 Sistem Teknologi dan Peralatan di Suku Betawi

Sistem IPTEK
Pada umumnya banyak yang beranggapan bahwa Orang Betawi itu malas
bekerja, berebut warisan, sering berkelahi, dan lain-lain. Sehingga mereka
dibilang “Ngontrak di Tanah Sendiri”.

Sebenarnya banyak orang- orang Betawi yang sudah sangat maju dalam
hal pendidikan dan cara berpikir karena tersentuh modernisasi oleh karena
itu mereka mempunyai visi yang jelas, tujuan hidup yang pasti dan
berpendidikan.
20

Sayangnya, citra orang Betawi yang terus-menerus ditampilkan di layar


televisi adalah orang Betawi yang malas bekerja, berebut warisan, berkelahi
dengan keluarga, kalaupun sekolah sifatnya mengaji gaya kampung. Karena
pada umumnya mereka masih mempunyai sikap yang sama dengan
pendahulunya, seperti tidak kemaruk pangkat, tidak mempunyai ambisi
yangterlalu tinggi, hidup bagaikan mengikuti aliran air atau ke mana angin
berembus

Sistem Peralatan Hidup


Betawi memiliki perkembangan yang bisa dikatakan paling pesat dari
semua daerah yang tersebar di Indonesia. Begitu juga dengan pesatnya
perkembangan teknologi yang dialami di Jakarta.

Teknologi Suku Betawi didatangkan dari negara asing, seperti senjata api,
kapal laut, kompas, teropong, peralatan pabrik dan bercocok tanam, dan lain
sebagainya.

Gambar 2.9 Golok

Masyarakat Betawi banyak mengadaptasi perkembangan peralatan


teknologi yang di buat di Jepang. Sayang untuk dikatakan, tetapi masyarakat
Betawi merupakan konsumen yang memiliki sifat ‘konsumtif’ yang secara
langsungmempengaruhi negara kita.
21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Suku Betawi adalah sebuah suku bangsa di Indonesia yang penduduknya


umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Sejumlah pihak berpendapat bahwa
Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa
lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah
keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan
oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi
sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari
perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di
Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab, Bali, Bugis,Makassar, Ambon,
Melayu dan Tionghoa.

3.2 Saran

Keanekaragaman kebudayaan Indonesia harus bisa menjaga kelestarian


seni dan budayanya. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah.
Namun, perlu didukung dan dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Agar seni
dan budaya dapat terjaga kelestariannya.

22
23

DAFTAR PUSTAKA

Koten,Thomas.(2017, 10 Juli). Asal-Usul Suku Betawi. Dikutip 25 April 2019 dari


Netral News: http://www.netralnews.com/news/rsn/read/86795/asal-usul--suku-
betawi.

Dhianati, Aulia Aminda.2017. Ondel-ondel, Dulu dan Sekarang.Dikutip dari


Kumparan News: https://kumparan.com/aulia-aminda-dhianti1510048024397/beda-
ondel-ondel-dulu-dan-sekarang

Setiawan, Irvan.2018. Golek Lenong Betawi.Dikutip dari Kementerian Pendidikan


dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan:
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbjabar/golek-lenong-betawi/

https://pesona.travel/keajaiban/162/kerak-telor-omelet-gagal-khas-betawi

Kudel, Adel.2017. Suku Betawi. Dikutip dari Adel’s Blog Story:


https://adelkudel30.kumparan.com

Harera, Muhammad Mirza.2013.Tari Topeng, Tari Bernuansa Magis yang Mulai


Meredup.Dikutip dari Merdeka.com:
https://www.google.com/search?q=Tari+Topeng+Betawi%2C+tarian+bernuansa+magis+
yang+mulai+redup&rlz=1C1CHBD_idID826ID826&oq=Tari+Topeng+Betawi%2C+tarian+b
ernuansa+magis+yang+mulai+redup&aqs=chrome..69i57j69i60.17469j0j4&sourceid=chr
ome&ie=UTF-8

Abdul, Usman.2016. 7 Unsur Kebudayaan Suku Betawi.Dikutip dari


ide.Scribd.com: https://id.scribd.com/document/324394542/7-Unsur-Kebudayaan-
Suku-Betawi

Decade, Roma.2016. Suku Betawi. Dikutip dari RomaDecade:


https://www.romadecade.org/suku-betawi/#!

Anda mungkin juga menyukai