Anda di halaman 1dari 37

KERAGAMAN BUDAYA DI INDONESIA

Disusun guna memenuhi tugas mata pelajaran:


Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan

Guru Pengampu:
Ibu fatimaturrusdiyah

Oleh:
Nama Kelas No. Absen
1.) Aditya Hasbi Rizq Wasif XI-12 01
2.) Nizrina Dwi Fatmawati XI-12 22
3.) Ratu Cantika Sari XI-12 27
4.) Rizky Chandra Wijaya Putra XI-12 28

SMA NEGERI 19 SURABAYA


Jl. KEDUNG COWEK NO. 390 SURABAYA
TELP. 031-5150488 FAX. 031-51591009
TAHUN 2024

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan semua karunia-nya sehingga
proses pembuatan makalah yang berjudul “Keberagaman suku bangsa di Indonesia” tak lupa juga
terima kasih sebesar-besarnya untuk ibu Fatmawati yang telah membimbing kita dalam memberikan
arahan dan bantuan selama dalam proses pembuatan makalah ini. Terima kasih juga untuk kerjasama
dari teman-teman yang telah meluangkan waktu untuk semua diskusi-diskusi yang mempercepat
pembuatan makalah ini. Makalah disusun untuk menyadarkan keberagaman budaya yang ada di
Indonesia yang memiliki potensi besar bagi negara untuk mewujudkan masyarakat maju.
Makalah dengan judul “Keberagaman Budaya di Indonesia” ini disusun sedemikian rupa
dengan tujuan mengenalkan dan memberi wawasan kepada orang yang membaca ini agar mengetahui
bahwa keberagaman budaya di Indonesia ini sangat memiliki pengaruh yang signifikan dalam rangka
mewujudkan Indonesia maju dan lebih terpandang di mata dunia. Kami juga memiliki harapan besar
agar kita dapat memahami satu sama lain dan saling mengerti. Makalah ini juga bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran warga Indonesia dalam memahami dan lebih mencintai tanah air juga untuk
memperkuat rasa cinta dan bangga akan identitas nasional , sehingga kita dapat meneruskan tradisi
turun-temurun yang telah ditinggalkan agar tidak terancam dilupakan.
Dalam pembuatan makalah pastinya kita tidak luput dari kekurangan, maka dari itu kita sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menyusun makalah ini menjadi lebih baik.
Harapan kami adalah makalah ini dapat menjadi sumber refrensi bagi mereka yang tertarik akan
keragaman di Indonesia, kami juga berharap bahwa pembaca akan memperoleh wawasan baru setelah
membaca makalah ini. Akhir kata kami ucapkan mohon maaf jika ada salah kata dan penempatan
yang kurang dalam makalah ini
DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN...........................................................................................


2.1 Suku Betawi...................................................................................................................

2.2 Suku Batak...................................................................................................................


2.3 Suku Bugis.............................................................................................................
2.4 Suku Melayu.............................................................................................................
2.5 Suku Bali aga........................................................................................................

BAB III: PENUTUP.....................................................................................


3.1 Kesimpulan. .........................................................................................................

3.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.2)Latar Belakang
Keaneka ragaman yang ada di Indonesia memberikan pandangan luas kepada seluruh
dunia bahwa Indonesia merupan negara yang pantas disebut ribuan keanekaragaman yang
ada didalamnya pembentukan. Keberagaman budaya yang kaya ini tidak hanya
mencerminkan warisan Sejarah yang panjang, tapi juga menjadi suatu landasan identitas
nasional Indonesia. Keunikan ini tercermin melalui keragaman etnis, bahasa, tradisi, dan
kepercayaan agama yang membentuk kerangka budaya. Dengan lebih dari 700 suku bangsa
dan sekitar 1.300 bahasa daerah yang diakui, Indonesia menjadi maestro keragaman budaya
yang menakjubkan.
Sebagai negara yang menjunjung pluralitas budaya, Indonesia merupakan rumah dari
berbagai suku bangsa yang ada didalamnya. Keberagaman suku bangsa pada masyarakat
Indonesia tentunya mempunyai variasi-variasi bahasa sendiri dari suku bangsa satu dengan
yang lainnya. Sejumlah manusia yang memiliki ciri-ciri ras tertentu yang sama, belum tentu
juga mempunyai bahasa induk yang termasuk satu rumpun Bahasa. Keberagaman dari suku
bangsa pada masyarakat Indonesia tidak hanya terbatas pada bahasa saja. Sebagai sebuah
negara yang majemuk, keberagaman lainnya yang dimiliki adalah pada segi adat istiadatnya.
Sebagaimana yang diketahui adat istiadat merupakan aturan kekal yang dimiliki dan
dipercayai oleh suatu suku bangsa yang tidak dapat dicampur-adukkan dengan adat istiadat
suku bangsa lainnya.
Namun, sementara keberagaman budaya memberikan jumlah kekayaan yang tak
terhingga, sehingga tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan keseimbangan
keanekaragaman budaya tetap ada. Globalisasi dan modernisasi membawa dampak
signifikan, memunculkan pertanyaan tentang bagaimana menjaga identitas budaya di era
yang terus berubah ini. Oleh karena itu, kaami penelitian mendalam tentang keberagaman
budaya di Indonesia tidak hanya menunjukan keunikan, tetapi juga mencari cara untuk
melibatkan generasi muda dalam melestarikan warisan budaya sebagai bagian integral dari
masa depan bangsa, Dengan memahami dan merangkum faktor seperti keragaman setempat,
sosial, dan budaya yang membentuk keberagaman di Indonesia, diharapkan makalah ini dapat
menyajikan perspektif yang holistik dan memberikan kontribusi positif untuk membantu,
merawat, dan memajukan keberagaman budaya sebagai kekuatan yang memperkukuh bangsa
Indonesia di panggung dunia.
1.3) Rumusan Masalah
Dalam menentukan setiap keberagaman di Indonesia, disini kita telah menyusun 5
suku yaitu Batak, Betawi, Bali-Aga, Melayu, Bugis yang telah disusun sebagai berikut:
1.) bagaimana pengelompokan status sosial masyarakat pada setiap suku berdasarkan
gender, status sosial atau perannya?
2.) bagaimana keragaman budaya pada setiap suku berdasarkan tarian, alat musik, rumah
adat, pakaian adat, senjata, upacara adat,lagu daerah, makanan khas?
3.) Bagaimana tradisi pernikahan atau tradisi-tradisi lainnya pada setiap suku?

1.4) Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1.) Untuk mengetahui bagaimana pengelompkan status sosial pada setiap individu.
2.) Untuk mendeskripsikan macam-macam keragaman yang dimiliki pada setiap
suku.
3.) Untuk mengetahui bagaimana terjalannya suatu tradisi pada setiap suku.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1) Suku Betawi


1.) Pengelompokan Status Sosial
Berdasarkan gender, peran laki laki dalam suku Betawi ialah bertanggung jawab untuk
mencari nafkah seperti bertani, melindungi keluarga, dan mengurus urusan luar rumah.
Sedangkan untuk Perempuan biasanya mengurus keperluan rumah tangga dan mengurus
anak. Tetapi seiring berkembangnya zaman, perempuan dalam suku Betawi juga berkerja
mencari nafkah diluar dan membantu pekerjaan suaminya. Berdasarkan status sosial suku
Betawi terbagi menjadi 2 kubu yaitu Betawi ora yang ada di pinggiran kota jakarta dan
Betawi kota yang ada di daerah kota. Yang dipandang sebagai penduduk asli kota Jakarta
adalah mereka yang secara ketat dan konsisten menyandang tradisi Betawi. Dan dalam hal ini
predikat itu disandang oleh Betawi Ora oleh karena cara hidup orang Betawi Kota
dipengaruhi oleh tradisi bukan Betawi dan juga pelapisan sosial orang Betawi itu sendiri
lebih berdasarkan pada senioritas umur, artinya orang muda menghormati orang yang lebih
tua.

2.) Keragaman Budaya


-Alat musik Tanjidor
(Sumber: https://metro.sindonews.com/newsread/998285/173/asal-usul-tanjidor-bekasi-dari-
mantan-budak-yang-membentuk-kelompok-kesenian-1673949694)
Tanjidor merupakan alat musik tiup. Berbeda dengan gambang kromong, tanjidor mendapat
pengaruh kuat dari kebudayaan Eropa pada abad ke-18 oleh bangsa Portugis yang
dipopulerkan di Nusantara. Kata Tanjidor sendiri berasal dari bahasa Portugis yaitu alat-alat
musik berdawai. Alat musik yang biasa dimainkan saat upacara pernikahan atau tamu agung.
Selain itu, alat ini merupakan perpaduan dari alat musik seperti klarinet, piston, dan saksofon.
Tanjidor dimainkan secara berkelompok sebanyak 7-10 orang. Pengaruh Eropa yang cukup
kuat menyebabkan Tanjidor menggunakan sistem nada diatonik. Sistem nada ini merupakan
elemen dasar dalam teori musik barat yang memiliki 7 tangga nada dalam satu oktaf.
-Tarian Lenggang Nyai

(Sumber: https://www.romadecade.org/tari-lenggang-nyai/#!)
Tari ini terinspirasi dari kehidupan Nyai Dasima.Nyai Dasima memberontak atas apa yang
di lakukan oleh suaminya (orang Belanda).Perjuangan atas hak-hak perempuan oleh Nyai
Dasima kemudian menjadi inspirasi dalam membuat tarian ini. Tarianini biasanya diiringi
dengan musik gambang kromang. Ini adalah tarian kreasi baru dan biasanya ditarikan secara
berkelompok oleh penari perempuan.Gerakannya yang beragam, lincah, dinamis, serta penuh
keceriaan membuat tarian ini memikat banyak perhatian penonton. Nilai moral pada tarian ini
disampaikan melalui gerakannya yang amat beragam. Adapun 8 nilai moral yang
disampaikan pada tarian ini adalah kesedihan, kebingungan, keyakinan, rasa malu, percaya
diri, bahagia, cinta sejati, dan keberanian.

-Rumah Panggung
(Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-suku-betawi/#:~:text=Rumah
%20Kebaya,-Rumah%20adat%20kebaya&text=Rumah%20adat%20suku%20Betawi
%20ini,samping%20terlihat%20mirip%20lipatan%20kebaya)
Rumah panggung dibangun oleh masyarakat Betawi yang berada di wilayah pesisir atau tepi
sungai untuk menghindari banjir maupun air pasang. Rumah tradisional ini umumnya tidak
mempunyai bentuk bangunan dengan ciri khas tersendiri. Selain itu, rumah tersebut juga
tidak mempunyai aturan baku dalam penentuan arahnya. Rumah etnik Betawi ini dapat
dikategorikan menjadi dua jenis jika ditilik dari strukturnya, yaitu rumah darat dan rumah
panggung. Rumah darat atau sering disebut dengan rumah depok merujuk kepada rumah
yang lantainya menempel secara langsung ke tanah, sedangkan rumah panggung merujuk
kepada rumah yang lantainya diangkat dari tanah dengan memakai tiang-tiang kayu.
Masyarakat Betawi juga meyakini beberapa hal dalam membangun rumah, misalnya rumah
harus dibangun di sebelah kiri rumah orang tua atau mertua, serta larangan membuat atap
rumah dari bahan-bahan yang mengandung unsur tanah.
-Pakaian Adat Sadaria

(Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/5249/mengenal-kembali-baju-adat-betawi-
yang-mewarnai-upacara-hut-ri-ke-76.html)
Pakaian adat Betawi ini yang khusus digunakan oleh laki-laki ini khasnya digunakan
dengan memakai celana panjang batik yang modelnya agak longgar. Pakaian ini biasanya
dibuat dari bahan katun dan sutra yang modelnya berkerah tinggi. Kemudian, lebarnya 3 atau
4 cm berkancing sampai bawah dan berkantong dua buah di kiri serta kanan bawah. Untuk
menggunakannya, baju Sadaria dilengkapi dengan kain sarung yang dilipat dan diletakkan di
bahu (dinamakan cukin), memakai peci (kopiah) hitam polos, dan alas kaki selop terompah.
Pakaian ini adalah identitas lelaki yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa.
-Senjata Golok

(Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/senjata-tradisional-betawi-dki-jakarta/)
Betawi terkenal dengan senjata tradisionalnya yaitu Golok. Senjata tradisional ini sering
dipakai untuk aksesoris keseharian busana adat Betawi yang dikenakan oleh kaum pria
Betawi. Golok diselipkan dan diikat pinggang hijau serta dipakai ketika bekerja atau sedang
bepergian sebagai alat untuk menjaga diri. Golok merupakan senjata dengan bilah panjang
dan tajam yang dibuat dari besi atau baja serta dengan gagang yang terbuat dari kayu yang
keras. Biasanya golok disimpan di dapur. Senjata tradisional Betawi ini juga ada yang
disimpan di bawah bantal tempat tidur. Hal ini tujuannya untuk mempermudah si pengguna
golok saat ingin menggunakannya dengan cepat apabila terjadi pertempuran atau perkelahian
yang bersifat insidental. Hal ini biasanya digunakan oleh orang tertentu, misalnya para
jawara.

-Upacara Adat Akeke

(Sumber: https://www.senibudayabetawi.com/7179/tradisi-akeke-betawi.html)
Upacara akeke biasanya di lakukan satu kali seumur hidup oleh orang Betawi. Upacara ini
juga di kaitkan dengan tradisi potong rambut dan peresmian nama si jabang bayi. Tradisi
akeke ini mengikuti ajaran agama Islam mengenai akikah. Akeke biasanya akan dilaksanakan
pada pagi hari atau sesudah sholat dzuhur, tapi biasanya sesudah sholat isya’. Upacara
dimulai dengan membaca dzikir dan tahlil. Si bayi kemudian di bawa ke tempat upacara
untuk dicukur rambutnya. Rambut yang telah dipotong, selanjutnya dikumpulkan dan
ditimbang, untuk kemudian ayah si bayi akan membeli emas setara dengan rambut yang telah
dipotong tadi.

-Lagu Ondel-ondel
Lagu daerah dari DKI Jakarta ini berjudul Ondel-Ondel. Lagu yang tergolong lagu daerah
atau lagu wajib daerah ini merupakan ciptaan dari Djoko Subagyo. Lagu daerah yang berasal
dari DKI Jakarta ini menggunakan bahasa daerah yaitu bahasa Betawi. Pada jaman dahulu,
ondel-ondel digunakan sebagai bagian dari iring-iringan acara kerajaan. Makna yang
terkandung dari lagu Ondel-ondel adalah menceritakan tentang boneka itu sendiri, yaitu
ondel-ondel yang dipertunjukan pada acara khitanan atau pernikahan adat Betawi. Lagu yang
bernada ceria ini, mendeskripsikan keunikan ondel-ondel dan juga tingkah lakunya saat
pertunjukan.

-Makanan Nasi Uduk

(Sumber: https://www.acc.co.id/accone/InfoTerkini_Detail?Id=6053&title=10-Makanan-
Khas-Betawi-Paling-Populer-Sudah-Pernah-Coba-)
Nasi Uduk adalah salah satu makanan khas Betawi yang terbuat dari beras yang dimasak
dengan santan, serai, daun pandan, dan rempah-rempah. Hidangan ini biasanya disajikan
dengan lauk-pauk, seperti ayam goreng, telur dadar, tempe, dan sambal. Nasi uduk konon
sudah ada sejak abad ke-14 dan datang melalui jalur perdagangan. Nama ‘uduk’ ini secara
etimologi memiliki arti kata ‘susah’. Memang benar, dulu nasi uduk identik dengan makanan
yang dijual di gerobak-gerobak dan hanya bisa dijumpai di pasar saja.
3.) Tradisi Pernikahan

(Sumber: https://images.app.goo.gl/SZi7oRWLP7rQvZE37)
Pernikahan memiliki tujuan untuk menyempernakan kehidupan, pernikahan merupakan
suatu ibadah. Pernikahan selain sebagai peresmian hubungan juga memiliki tujuan lain,
terutama untuk keberlangsungan generasi berikutnya. Bagi orang Betawi, prosesi Ngelamar
adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga pria (calon tuan mantu) untuk
melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu keluarga pihak
pria mendapat akan mendapatkan jawaban. Pada kesempatan yang sama, biasanya ditentukan
pula persyaratan untuk menikah. Salah satunya mensyaratkan bagi mempelai wanita untuk
tamat membaca Al Quran.
Suku Betawi memiliki tradisi yang menarik dalam melaksanakan upacara pernikahan.
Banyak ritual atau adat yang harus dijalani tahap demi tahap. Pertama ada istilah
ngedelengin, yaitu proses mencari calon, upaya mencari atau menemukan kesamaan visi dan
misi antara seorang lelaki dangan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga
(Yahya Andi Saputra, 2008). Proses ngedelengin bisa dilakukan oleh jejaka atau melalui Mak
Comblang. Setelah tahap ngedelengin selanjutnya di lanjutkan acara ngelamar. Ngelamar
adalah proses permintaan resmi oleh keluarga pihak laki-laki kepada keluarga pihak
perempuan. Setelah lamaran di terima oleh pihak perempuan. Di lanjutkan dengan acara
Bawa Tande Putus atau Tundangan. Masyarakat sekarang lebih mengenal dengan tunangan
atau tukar cincin. Arti dari tande putus adalah bahwa si Calon None Pengantin (pengantin
wanita) telah terikat dengan seorang lelaki dan tidak dapat lagi diganggu oleh pihak lain.

2.2) Suku Batak


1.) Pengelompokan Sosial
Suku bangsa yang dikategorikan kedalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Pakpak,
Batak Karo, Batak Angkola, Batak Simalungun dan Batak Mandailing. Masing masing sub
suku memiliki keunikan dan khasan masing-masing. Namun kerap sekali orang
mengganggap penyebutan Batak hanya pada suku Toba saja, padahal Batak tidak hanya
diwakili oleh suku Toba. Orang Batak merupakan anggota dari satu marga, oleh karena itu
sekelompok masyarakat yang memiliki marga yang sama akan menjadi dongan sabutuha
(saudara dari keturunan pragmatic sangat berkaitan dengan marga yang sama). Implikasinya
adalah semua anggota dari marga yang sama adalah saudara. Hubungan mereka tidak dapat
dipisahkan. Masyarakat Batak memiliki banyak marga yang berbeda-beda dan menarik garis
keturunan dari pihak laki-laki yang disebut patrineal. Hubungan antar marga yang satu
dengan marga lainnya terjadi didalam satu ikatan atau pertuturan yang disebut Dalihan Na
Tolu, yang mana merupakan lembaga adat yang sangat beperan dalam kehidupan masyarakat
Batak.
Pada masa pemerintahan Raja Sisimangaraja I, berita tentang masa kelabu itu, sampailah
kepada Raja Malim/Raja Uti VII, yang bermukim di Pulau Munsung Babi, maka
dianjurkannya kepada Raja Sisimangaraja I supaya mengundang para pemuka masyarakat
Batak untuk bermusyawarah dan meletakkan aturan hidup masyarakat yang dapat
memberikan kebaikan kepada seluruh keluarga keturunan Si Raja Batak. Sesaui dengan
undangan tersebut, pertama kalinya diadakanlah siding permusyawaratan di Bakkara pada
awal abad ke-16. Para peserta sidang disebut Ompu Raja Ijolo(Raja Napinajolo) yang berarti
permuka masyarakat. Dalam persidangan tersebut, ditetapkanlah system kekerabatan dan
ditetapkan pemakaian marga yang memjadi dasar pengelompokan masyarakat Batak. Adapun
pengelompokan itu yakni:
1. Kelompok semarga disebut kahanggi
2. Kelompok penerima istri disebut anak boru
3. Kelompok pemberi istri disebut mora
Seiring dengan pengelompokkan itu, dijadikanlah tungku nan tiga (Dalihan Na Tolu)
sebagai symbol. Hal ini menggambarkan prinsip kerjasama dalam tiga komponen masyarakat
itu. Maka disebutlah masyarakat Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu didirikan berdasarkan
kesetaraan, duduk sama rendah, berdiri sama tinggi,dan bertanggung jawab sesuai dengan
peran dan fungsi kerabatnya masing-masing.
2.) Keragaman Budaya
-Alat musik Ogung

(Sumber: https://images.app.goo.gl/FtbWpR7WExxXeFAu8)
Alat musik tradisional batak salah satunya adalah bernama ogung. Ogung (gong) biasa
digunakan apabila ada acara adat yang menggunakan gondang.ogung bentuknya bulat dengan
dan bagian tengahnya terdapat pencu yang bulat menonjol keluar.jadi dalam memainkan alat
musik ogung tersebut dengan cara dipukul dibagian pencu sehingga mengeluarkan bunyi
yang khas.ogung terbuat dari metal sehingga sangat awet walaupun sudah lama sejak
pembuatannya. Leluhur batak sejak jaman dahulu sudah mengenal ogung sebagai warisan
dari generasi ke generasi.pada saat gondang dimainkan,terdapat umumnya beberapa buah
ogung yang mengikuti irama gondang tersebut.kalau diperhatikan pada saat dimainkan ogung
tersebut dipukul oleh pargosi dengan tempo yang berbeda-beda.ada ogung yang dipukul
cepat,ada yang dipukul sedang,dan ada yang dipukul lambat dalam mengiringi sebuah
gondang.
-Tarian Tortor Batak Toba

(Sumber:https://kualanamu-airport.co.id/pariwisata_detail/365/tarian-tor-tor#:~:text=Tortor
%20Batak%20Toba%20adalah%20jenis,yang%20disajikan%20dengan%20musik
%20gondang)
Tortor Batak Toba adalah jenis tarian purba dari Batak Toba yang berasal dari Sumatera
Utara yang meliputi daerah Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir dan
Samosir. Tortor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang. Secara fisik
tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan
tortor adalah sebuah media komunikasi, dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi
interaksi antara partisipan upacara. Tortor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa
dipisahkan. Sebelum acara dilakukan terbuka, terlebih dahulu tuan rumah (Hasuhutan)
melakukan acara khusus yang dinamakan “Tua Ni Gondang”, sehingga berkat dari Gondang
Sabangunan.
-Rumah Bolon
(Sumber: https://soekarnohatta-airport.co.id/pariwisata_detail/366/rumah-adat-rumah-
bolon#:~:text=Rumah%20adat%20suku%20Batak%20Toba,dan%20runcing%20di%20tiap
%20ujungnya)
Rumah adat suku Batak Toba disebut juga “Rumah Bolon”. Rumah ini berbentuk panggung
dengan bahan utama bangunan berupa kayu. Hal yang paling menarik perhatian adalah
bentuk atapnya yang melengkung dan runcing di tiap ujungnya. Di balik bentuknya yang
unik, ternyata rumah adat suku Batak ini memiliki makna dan arti tersendiri. Filosofi dari
rumah adat suku batak memang sangat menarik untuk dipelajari, mulai dari proses
pembangunan rumah sampai segala dekorasi, ternyata semuanya memiliki makna yang cukup
dalam. Di rumah ini kita bisa melihat ada banyak hiasan ukiran khas Batak, seperti ornamen
yang biasanya dilambangkan sebagai tanda penolak bala seperti bahaya dan penyakit.
Ornamen ini sering disebut dengan Gorga.
-Pakaian Adat Simalungun

(Sumber: https://www.rukita.co/stories/pakaian-adat-simalungun#Makna_dan_Simbolisme)
Orang Batak Simalungun juga menggunakan kain ulos untuk pakaian adat mereka. Hanya
saja penyebutannya berbeda. Mereka menyebut pakaian adat Sumatera Utara ini yakni kain
hiou. Bentuk dari pakaian adat Batak Simalungun hampir menyerupai Batak Toba, namun
hiasan kepala pada kaum pria lebih tinggi dan lancip. Selain itu, warnanya didominasi merah
dan kuning emas, yang memberikan kesan kemewahan dan keberanian yang mendalam pada
pakaian adat tersebut. Pakaian adat Simalungun memiliki banyak makna simbolis. Ulos,
misalnya, bukan hanya sebagai aksesoris tetapi juga sebagai lambang penghargaan dan
persatuan. Kain ulos digunakan dalam berbagai tahap kehidupan, seperti kelahiran,
pernikahan, dan kematian. Setiap motif dan warna pada ulos memiliki cerita yang mendalam
dan melambangkan makna kehidupan.
-Senjata Hujur Siringis
(Sumber:
https://www.gramedia.com/best-seller/senjata-tradisional-batak/#4_Senjata_Hujur_Siringis)
Hujur Siringis adalah salah satu senjata tradisional Batak yang berbentuk seperti tombak.
Pada zaman dahulu, senjata ini merupakan senjata yang dipakai dalam medan perang oleh
masyarakat Batak. Sementara untuk bahan yang digunakan dalam membuat senjata ini adalah
kayu yang ringan namun cukup kuat dan dilengkapi dengan logam pada ujungnya. Tak hanya
itu, senjata yang satu ini diyakini sebagai senjata yang dipakai untuk berperang oleh para
prajurit kerajaan Batak di masa lampau. Bentuk tembakannya lebih ramping bila
dibandingkan dengan tombak pada umumnya. Senjata yang satu ini juga tidak hanya dipakai
untuk berperang namun juga digunakan sebagai pembuka mata air.
- Upacara Adat Mangongkal Holi

(Sumber: https://www.merdeka.com/sumut/6-fakta-menarik-mangokal-holi-tradisi-
pemindahan-tulang-belulang-leluhur-suku-batak.html)
Upacara Adat mangongkal holi merupakan suatu tradisi turun-temurun ditengah masyarakat
Batak Toba. Secara garis besar, upacara adat mangongkal holi ini dilakukan demi
mempertahankan silsilah dalam garis keturunan suatu marga, melalui upacara adat
mangongkal holi ini akan menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga tersebut. Upacara
adat mangongkal holi adalah proses menggali kembali tulang-belulang dari kubur yang
sifatnya sementara dan selanjutnya akan ditempatkan kedalam tempat yang baru, biasanya
terbuat dari semen dan dikenal dengan istilah batu napir atau tugu marga. Dengan begitu
memudahkan orang atau keturunanya mengenali identitas nenek moyangnya secara turun-
temurun. Suatu kepercayaan kepada nenek moyang sebagai bentuk sebuah komunitas
religious sebelum adanya agama, sehingga setiap kesuksesan menjadi stimulasi untuk
memberikan ucapan terima kasih sesuai kepercayaan agamanya.
-Lagu Rambadia
Lirik lagu Rambadia memiliki makna tersendiri. Lagu Rambadia berisi tentang salam
perkenalan orang Batak dengan menanyakan asal usul marga seseorang. Lagu Rambadia
merupakan salah satu lagu daerah yang berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Tapanuli
merupakan bagian dari provinsi Sumatera Utara. Tapanuli, daerah di pesisir pantai barat
Sumatera Utara berasal dari kata Tapian Nauli yang berarti Tepi Sebelah Barat. Biasanya
dinyanyikan oleh masyarakat suku Batak saat ada pendatang.
-Makanan Manuk Napinandar

(Sumber: https://amp.kompas.com/medan/read/2022/10/16/211459078/manuk-napinadar-
kuliner-ayam-khas-batak-berbumbu-andaliman)
Manuk Napinadar atau Ayam Napinadar adalah salah satu kuliner khas Batak. Kuliner ini
umumnya akan disajikan pada upacara adat tertentu, namun masyarakat juga bisa
memasaknya sendiri di rumah. Selain itu, salah satu ciri Manuk Napinadar adalah campuran
gota atau darah ayam yang digunakan sebagai campuran bumbu. Penggunaan darah pada
campuran bumbu Manuk Napinadar ini juga bisa diganti dengan santan kelapa.

3.) Tradisi Pernikahan adat Batak Toba

(Sumber: https://www.hetanews.com/article/228954/pernikahan-suku-batak-itu-mahal-ini-
alasannya)
Pernikahan adat Batak Toba adalah perkawinan eksogami marga karena perkawinan
semarga dilarang keras. Awalnya, pernikahan adat Batak Toba diartikan sebagai pembelian
seorang perempuan, di mana perempuan dilepas dari kelompoknya setelah dilakukan
transaksi pembayaran yang telah disetujui bersama sebelumnya. Transaksi tersebut berupa
pembayaran sejumlah barang berharga atau uang kepada pihak perempuan yang dalam
bahasa Batak Toba disebut sebagai sinamot. Adapun tata cara pernikahan adat Batak yang
disebut dengan Na Gok, yaitu pernikahan orang Batak secara normal berdasarkan ketentuan
adat terdahulu yang melibatkan unsur Dalihan Na Tolu. Rangkaian pelaksanaan pernikahan
sebagai berikut:
Tahapan pertama dari rangkaian acara pernikahan menggunakan adat Batak yaitu mangaririt.
Mangaririt merupakan tahapan memilih gadis yang akan dipilih menjadi istri yang sesuai
dengan kriteria dari laki-laki atau keluarganya. Biasanya proses ini dilalui oleh laki-laki yang
sering merantau, sehingga calon laki-laki tersebut tidak sempat untuk mencari pasangannya
sendiri.
•) Mangalehon Tanda
Arti dari mangalehon tanda apabila laki-laki sudah menemukan perempuan untuk dijadikan
calon istri, kemudian keduanya harus saling memberikan tanda. Umumnya, tanda yang
diberikan oleh calon laki-laki yaitu memberikan uang atau cincin kepada perempuan tersebut,
sedangkan calon perempuan memberikan kain sarung kepada laki-laki. Dengan begitu calon
pasangan tersebut sudah terikat satu sama lain.
•)Marhusip
Jika diterjemahkan, marhusip ini berarti berbisik. Istilah kata marhusip ini bisa dikatakan
juga sebagai lamaran, atau pembicaraan antara dua pihak keluarga tanpa harus diketahui oleh
orang lain. Pembicaraan tersebut sifatnya tertutup untuk mengantisipasi jika ada kegagalan
pada tahapan ini. Pihak laki-laki akan datang ke rumah pihak perempuan dengan membawa
makanan berupa kue dan buah-buahan. Pada proses ini membicarakan segala sesuatu
mengenai rencana pernikahan.
•)Marhata Sinamot
Marhata Sinamot merupakan proses yang membicarakan mengenai berapa jumlah sinamot
dari pihak laki-laki, hewan apa yang akan disembelih, berapa banyak ulos, berapa banyak
undangan yang akan disebarkan, dan di mana pelaksanaan pernikahan tersebut. Pada tahapan
ini juga bisa dianggap sebagai perkenalan resmi antara kedua orang tua dari masing-masing
calon mempelai pengantin. Mas kawin yang diserahkan pihak laki-laki pun berupa uang
sesuai jumlah mas kawin tersebut yang sudah ditentukan melalui proses tawar-menawar.
•)Martumpol
Bagi orang Batak, martumpol disebut juga sebagai acara pertunangan, namun secara harfiah
martumpol berarti acara kedua pengantin dihadapan para pengurus jemaat gereja yang diikat
dalam janji untuk melangsungkan acara pernikahan. Pada upacara adat ini harus diikuti oleh
kedua orang tua dari calon pengantin, keluarga, beserta para tamu undangan yang biasanya
diadakan di dalam gereja. Maka dari itu, untuk mengadakan upacara martumpol ini
kebanyakan dari masyarakat Batak Toba yang beragama Kristen.
•)Martonggo Raja
Pada proses ini kedua pihak calon pengantin akan membahas perihal prosesi adat di hari H
lebih rinci lagi. Semua anggota keluarga dilibatkan pada proses ini. Seluruh anggota keluarga
akan dibagi-bagi tugasnya, seperti siapa yang bertugas untuk memberi dan menerima ulos,
dan beberapa hal lain yang sudah disepakati dalam acara marhusip.
•)Manjalo Pasu-Pasu
Proses ini merupakan kegiatan pemberkatan pernikahan kedua pengantin yang dilaksanakan
di gereja oleh pendeta. Setelah proses pemberkatan pernikahan selesai, maka kedua pengantin
telah sah menjadi suami istri menurut gereja. Sepulangnya dari gereja, kedua belah pihak
akan mengadakan upacara adat Batak. Pada acara ini akan dihadiri oleh seluruh undangan
dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan.
•)Alaon Unjuk
Tidak hanya mendapatkan pemberkatan dari gereja, kedua pengantin juga harus
memperoleh pemberkatan dari seluruh anggota keluarga, terutama orangtua. Pada proses
pemberkatan ini disampaikan doa-doa sembari ditandakan dengan pemberian ulos.
•)Dialap Jual
Dialap jual memiliki arti jika pesta pernikahan diselenggarkaan di rumah pengantin
perempuan, maka dilaksanakanlah acara membawa pengantin perempuan ke tempat
mempelai laki-laki.
•)Ditaruhon Jual
Jika pesta pernikahan diselenggarakan di rumah pengantin laki-laki, maka pengantin
perempuan dipersilahkan pulang ke tempat orangtuanya untuk kemudian diantar lagi oleh
para namboru (saudara).
•)Paulak Une
Pada acara ini disebut juga sebagai acara untuk saling berkunjung antara kedua belah pihak
keluarga. Biasanya pihak pengantin perempuan akan mengunjungi rumah dari keluarga pihak
laki-laki terlebih dahulu, kemudian dilanjut dengan mengunjungi keluarga lain dari pihak
perempuan. Kunjungan ini dilakukan beberapa hari setelah proses upacara pernikahan
dilakukan.
•)Manjae
Manjae merupakan proses dipisah rumah dan penghasilannya ketika pengantin laki-laki dan
perempuan sudah beberapa lama menjalani hidup rumah tangga. Jika laki-laki tersebut
merupakan anak bungsu, maka akan mewarisi rumah orangtuanya.
•)Maningkir Tangga
Ini merupakan prosesi acara balasan dari pihak keluarga perempuan atas kunjungan pihak
laki-laki, sekaligus untuk mengetahui keadaan sosial, ekonomi, dan spiritual pihak laki-laki
yang sudah menikahi anaknya. Nah, itulah penjelasan mengenai proses upacara pernikahan
menggunakan adat Batak yang perlu kamu ketahui. Masyarakat Batak sendiri selalu menjaga
warisan adat pernikahan tersebut agar bisa dilakukan oleh keturunannya.

2.3) Suku Bugis


1.) Pengelompokan Status Sosial
Sistem kekerabatan pada suku bangsa Bugis, nampaknya masih memegang peranan
penting dalam rangka membangun identitas dalam dan kehidupan bersama sebagai suatu
kelompok masyarakat. Pada dasarnya, sistem kekerabatan itu, berkembang dari suatu
kelompok keluarga batih (Bugis : sianangmaranak). Sebagai keluarga batih, mereka terdiri
atas ayah, ibu dan anak-anak dari ayah ibu tersebut yang hidup dalam sebuah rumah tangga.
Namun demikian, dalam keluarga orang Bugis, sebuah rumah tangga, tidak hanya dihuni oleh
sebuah keluarga batih, tetapi sering dijumpai, dalam sebuah rumah tangga terdapat beberapa
keluarga di luar keluarga batih seperti kemanakan pihak suami atau isteri, nenek maupun
kakek dan sebagainya. Keluarga luas (extended family) yang terbentuk, karena hubungan
darah di sebut seajing atau sumpunglolo. Sumpung berarti sambung (an), sedang lolo berarti
usus atau hati. Kelompok kerabat dekat disebut seajing mareppe atau macawe’ dan kelompok
kerabat jauh disebut seajing mabela. Kelompok kerabat yang dipertalikan oleh hubungan
suami-istri masing-masing pihak disebut assiteppateppangeng atau siroweowekeng. Anggota
kerabat ini biasa saling berkumpul dan merasa sebagai satu anggota keluarga besar manakala
mereka berkumpul dalam suatu kegiatan terutama pada saat diadakan suatu upacara daur
hidup, seperti sunatan, aqikah maupun perkawinan.
Lapisan pertama (anak arung) adalah lapisan masyarakat bangsawan atau kerabat raja,
lapisan Tomaradeka adalah lapisan masyarakat kebanyakan atau orang-orang yang merdeka
(bebas) tapi bukan bangsawan, dan lapisan ketiga adalah ata atau hamba sahaya yang
dikuasai oleh para bangsawan. Hal ini terjadi karena mereka adalah orang-orang yang
ditangkap dalam peperangan, orang yang tidak dapat membayar utang dan orang yang
melanggar pantangan adat. Pada beberapa daerah bekas kerajaan lokal di Sulawesi Selatan,
pelapisan sosial tersebut mempunyai variasi tertentu dalam hal masing-masing strata, yang
antara satu daerah dengan daerah lainnya agak berbeda tetapi esensinya sama.
Lapisan sosial yang disebut, mulai hilang sejak awal abad ke 20. Ini disebabkan karena
adanya larangan dari pihak pemerintah kolonial Belanda serta adanya pengaruh dan desakan
agama yang melihat manusia itu sebagai hamba Tuhan yang sederajat. Menurut Mattulada,
bahwa sesudah terjadinya Perang Dunia ke II, arti dari perbedaan antara lapisan
anakkarung/anakkaraeng dan tomaradeka/tumaradeka dalam kehidupan masyarakat telah
berkurang.

2.) Keragaman Budaya


-Alat musik Sinrili
(Sumber: https://travelinkmagz.com/2019/12/sinrili/)
Dulu, di masa Kesultanan Makassar masih berjaya di selatan Sulawesi, Rakyat Makassar
memiliki kebiasaan berkumpul, terutama di malam hari pada saat bulan purnama. Di bawah
sorot cahaya purnama, duduk seorang passinriliq di tengah keramaian. Dengan irama dari
keso-keso, alat musik semacam rebab khas Sulawesi Selatan, passinriliq membawakan
lantunan syair nan merdu yang menceritakan hikayat kehidupan, atau memberitakan titah dari
sang raja. Pembawaan syair inilah yang dikenal sebagai sinrili (atau sinriliq), suatu bentuk
sastra lisan dari budaya Makassar yang masih bertahan hingga saat ini. Sinrili adalah budaya
prosa dan bersyair dari Makassar yang sempat menjadi media komunikasi utama di era
sebelum adanya alat telekomunikasi atau media massa. Budaya serupa juga dapat ditemukan
di berbagai belahan Nusantara, seperti budaya kacaping dalam suku Bugis. Syair-syair yang
dibawakan dalam sinrili pun beragam. Mulai dari cerita cinta, ungkapan keindahan alam,
ajaran agama, cerita kepahlawanan, sejarah, dan cerita atau berita lainnya dalam tiap aspek
kehidupan orang Makassar.
-Tarian Paduppa

(Sumber: https://idenesia.id/cara-menyambut-tamu-masyarakat-bugis-makassar-zaman-dulu-
lewat-tari-paduppa-bosara/)
Tari Pa’dupa merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan
tamu atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Tari pa’duppa
menggunakan busana adat bodo dengan hiasan lengkap seperti kalung rantai motif bunga,
gelang, hiasa rambut atau bando, anting, dan pinggiran lengan pergelangan tangan yang
sangat glamor. Baju bodo adalah salah satu busana paling tua di dunia, bentuknya persegi
empat dan biasanya memiliki lengan yang pendek di atas siku- siku. Tari Pa’duppa ditarikan
oleh para gadis-gadis cantik. Musik yang digunakan juga tentunya musik khas Sulawesi
Selatan dengan alat musik gendang Makassar, suling, kecapi dan pui-pui.
-Rumah Adat Saoraja

(Sumber: https://www.infobudaya.com/2018/06/20/soraja-banua-oge-suku-kaili/)
Rumah adat Bugis adalah Saoraja yang artinya kediaman sang raja. Hal tersebut tidak lain
karena awalnya Rumah Adat Bugis adalah kediaman sang raja yang menjalankan tatanan
pemerintahan kerajaan. Bagi masyarakat Bugis, rumah tidak sekedar tempat tinggal namun
sebagai pusat siklus kehidupan, yaitu tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, menikah, dan
meninggal. Pembangunan rumah dilakukan oleh Panrita Bola (ahli rumah) dan Panre Bola
(tukang rumah).
-Pakaian Adat Bodo

(Sumber: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/22/baju-bodo-busana-adat-tertua-
khas-masyarakat-suku-bugis)
Baju bodo merupakan pakaian tradisional perempuan dari Suku Bugis dan Suku Makassar,
Sulawesi. Busana ini identik dengan bentuk segi empat, potongan longgar dan besar, juga
lengannya pendek, sekitar setengah siku lengan. Pakaian ini dibuat dari bahan tipis dan
warnanya transparan. Baju bodo juga sering disebut bodo gesung alias baju berlengan pendek
dan menggelembung. Ini karena bentuk baju bodo yang kotak, ketika dipakai akan tampak
menggembung di tubuh. Untuk bagian bawahnya, mereka menggunakan kain sarung panjang
hingga semata kaki. Pemberian nama bodo pun karena dalam bahasa Makassar artinya ialah
pendek. Dibanding baju adat lain di Sulawesi, dikatakan bahwa baju bodo merupakan busana
adat tertua. Namun, baju bodo yang kini kita lihat sudah berbeda dari zaman dahulu.
-Senjata Badik Raja

(Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/senjata-tradisional-sulawesi/#google_vignette)
Senjata tradisional Badik Raja adalah jenis badik dari daerah Kajuara, di Kabupaten Bone.
Masyarakat sekitar percaya bahwa badik yang bernama lain Gencong Raja ini dibuat oleh
mahluk halus, maka tak heran ada kekuatan magis di senjata ini sangat tinggi. Badik Raja
berukuran agak besar dengan panjang antara 20 – 25 cm. Badik Raja bentuknya mirip seperti
Badik Lampo Battang dengan bilah membungkuk dan perut bilah yang membesar.Badik jenis
ini dibuat dari bahan logam berkualitas tinggi dan dilengkapi dengan pamor indah di bagian
hulunya, seperti pamor timpa laja atau pamor mallaso ancale. Seperti namanya, senjata
tradisional Sulawesi Selatan ini pada zaman dahulu sering dipakai oleh para raja-raja Bone
untuk membela diri dan melawan musuh.
-Upacara Adat Mapallete Bola

(Sumber: https://indonesia.go.id/kategori/komoditas/1173/menelisik-kearifan-lokal-suku-
bugis-lewat-tradisi-mappalette-bola)
Mappalette Bola dikenal juga sebagai tradisi pindah rumah, yaitu prosesi pemindahan
rumah adat Suku Bugis. Tradisi Mappalette Bola dilakukan dengan mengangkat bangunan
rumah yang dilakukan oleh puluhan hingga ratusan warga. Kegiatan ini akan dipimpin oleh
tetua adat yang akan memimpin doa, membaca mantra, serta memberikan aba-aba dalam
proses pemindahan rumah. Tradisi ini memiliki makna gotong royong di mana para lelaki
akan bekerja sama mengangkat bangunan rumah, dan para wanita akan bersama-sama
menyiapkan berbagai makanan untuk prosesi ini.
-Lagu Angin Mamiri
Lagu Angin Mamiri merupakan salah satu lagu tradisional yang berasal dari suku Bugis di
Makassar, Sulawesi Selatan. Lagu Angin Mamiri bercerita tentang kerinduan seorang wanita
yang begitu mendalam kepada kekasih hatinya di tempat yang jauh. Rasa rindu itu membuat
dirinya tidak tenang, hingga pada suatu hari wanita tersebut berdiri di ujung jendela semabri
melantunkan syair-syair rasa sayang dan rindu, berharap angin menyampaikan pesan tersebut
kepada sang kekasih. Bahkan saat sebelum tidur, wanita tersebut menepuk-nepuk bantal
sembari menyebut nama sang kekasih dan masih mengharapkan angin akan menyampaikan
rasa khawatirnya. Tak disangka, beberapa hari setelah melantunkan syair tersebut, dirinya
pun mendapatkan kabar bahwa kekasihnya telah tiba dari perantuan. Semenjak saat itu, istilah
Angin Mamiri menjadi populer dan memiliki makna yang erat kaitannya dengan kerinduan.
-Makanan Khas Jalangkote

(Sumber: https://www-detik-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.detik.com/sulsel/kuliner/d-
7038775/mengenal-jalangkote-makanan-khas-makassar-yang-mirip-pastel/amp?
amp_js_v=0.1&usqp=mq331AQIUAKwASCAAgM%3D#)
Jalangkote adalah makanan ringan khas Etnik Makassar di Sulawesi Selatan, yang
bentuknya serupa dengan kue pastel. Jalangkote sendiri memiliki sejarah yang unik. Makanan
ini diberi nama jalangkote karena dulu para penjualnya yang didominasi oleh anak-anak
kerap menjajakan jualannya sambil berjalan berkeliling dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan cara berteriak. Dalam bahasa Makassar, jalangkote terdiri dari dua kata yakni ‘jalang’
yang berarti jalan. Sedangkan ‘kote’, berasal dari suara bunyi ayam atau yang berarti
teriakan.

3.) Tradisi Pernikahan


(Sumber: https://www.bridestory.com/id/blog/12-rangkaian-prosesi-pernikahan-adat-
bugis-yang-penuh-makna-mendalam)

Mappacci adalah adat dalam pernikahan Suku Bugis yang dilakukan sebelum akad nikah
atau ijab kabul. Mappacci atau Mappaccing berasal dari kata “Paccing” yang berarti bersih,
yang dimaksudkan untuk membersihkan semua hal yang menghambat pernikahan. Tradisi
Mappacci dihadiri oleh segenap keluarga dengan melengkapi segala peralatan yang harus
dipenuhi. Peralatan Mappacci yaitu pacci, daun kelapa, daun pisang, bantal, gula, sarung
sutera, lilin, dan masih banyak lagi. Prosesi Mappacci telah diwariskan secara turun-temurun
dari nenek moyang dengan berbagai makna dan nasehat yang baik bagi kedua mempelai.

2.4) Suku Melayu


1.)Pengelompokan Status Sosial
Dalam sebuah keluarga Melayu, otoritas keluarga terletak pada ayah. Ayah
Sebagai ketua keluarga memiliki peran sebagai ketua dan merupakan orang yang
Paling bertanggung jawab membuat segala keputusan keluarganya. Otoritasnya
Mencakup bidang pendidikan, pengawasan terhadap anak, kewajiban Rumahtangga,
hal-hal yang berkaitan dengan krisis hidup (life crises), pendapatan, Dan perbelanjaan
keluarga. Seorang ibu/istri di keluarga Melayu biasanya lebih banyak menghabiskan
Waktu di dalam rumah (Thamrin, 2006). Contohnya adalah mendidik anak, Menjaga
makan dan minum keluarga, dan melayani suami, sehingga urusan rumah Tangga tidak
boleh dipisahkan daripada kaum perempuan. Para istri tidak Dibebankan untuk
mencari penghasilan untuk keluarga. Anak-anak dalam keluarga Melayu memiliki
peranan sesuai dengan Tingkat umur dan jenis kelamin. Di Kelurahan Tebing Tinggi
Okura, anak Memiliki peranan yang baik terhadap orangtuanya dengan baik. Mereka
membantu orangtuanya dalam bekerja jika ada waktu luang. Anak-anak perempuan
mereka membantu pekerjaan ibu dalam Mengasuh adik-adik mereka dan membantu
kegiatan di dapur seperti masak, Mencuci piring dan lainnya. Berdasarkan Thamrin
(2006) maka sesuailah bahwa Peranan anak dalam keluarga melayu adalah membantu
orangtua.
2.) Keragaman Budaya
-Alat Musik Nafiri

(Sumber: https://www.melayupedia.com/berita/1641/nafiri-alat-komunikasi-masyarakat-
melayu-di-riau)
Nafiri merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Provinsi Riau di Pulau
Sumatra yang bentuknya mirip dengan terompet. Alat-alat musik tersebut, menghasilkan
irama dan melodi tersendiri yang berbeda dengan alat musik lainnya. Selain sebagai alat
musik, nafiri juga digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat melayu. Terutama untuk
memberitahukan tentang adanya bencana, dan berita tentang kematian. Nafiri digunakan
sebagai alat untuk menyatakan peperangan terhadap kerajaan lain. Selain itu juga, nafiri
digunakan untuk memberitakan tentang kematian raja, diangkatnya raja. Alat ini juga
digunakan untuk mengumpulkan rakyat, agar mereka segera datang ke alun-alun istana untuk
mendengarkan berita atau pengumuman dari rakyat mereka. Oleh karena itu, alat ini
dijadikan sebagai barang pusaka kerajaan.

-Tari Malemang

(Sumber: https://seringjalan.com/makna-dan-sejarah-tari-melemang-kepulauan-riau/)
Tari Melemang merupakan tarian asli dari Kepulauan Riau. Tepatnya berasal dari
Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, yang ada di Kecamatan Bintan. Tarian ini pertama kali
ditampilkan pada abad ke-12. Tentunya usianya sudah sangat tua jika dihitung hingga saat ini.
Dulunya, Tari Melemang menjadi tari yang hanya dipertunjukkan di istana Kerajaan Melayu
Bentan. Pusat kerajaan ini juga berada di Bintan, tepatnya di Bukit Batu. Pada masa itu, Tari
Melemang begitu terkenal di lingkungan istana dan selalu ditampilkan saat acara khusus.
Tujuannya untuk menghibur raja serta pembesar di kalangan istana. Selain sebagai penghibur
juga sebagai fungsi sosial masyarakat. Merekatkan hubungan masyarakat dan mempersatukan
masyarakat. Hingga saat ini, Tari Melemang pun tetap menjadi tarian untuk menghibur dan
tentunya sarana pemersatu masyarakat.
-Rumah Selaso Jatuh Kembar

(Sumber: http://wadaya.rey1024.com/budaya/detail/rumah-adat-selaso-jatuh-kembar-
kepulauan-riau-1)
Rumah adat yang terdapat di kabupaten dan kota di Provinsi Kepulauan Riau yaitu selaso
jatoh kembar. Dari jenisnya, rumah tradisional ini pada umumnya adalah rumah panggung
yang berdiri diatas tiang dengan bentuk bangunan persegi panjang. Dari beberapa bentuk
rumah ini hampir serupa, baik tangga, pintu, dinding, susunan ruangannya sama, dan
memiliki ukiran melayu seperti selembayung, lebah bergayut, pucuk rebung, dan lain-lain.
Selasar dalam bahasa melayu disebut dengan Selaso. Selaso jatuh kembar sendiri bermakna
rumah yang memiliki dua selasar (selaso, salaso) yang lantainya lebih rendah dari ruang
tengah. Rumah Selaso Jatuh Kembar dihiasi corak dasar Melayu umumnya bersumber dari
alam, yakni terdiri atas flora, fauna, dan benda-benda angkasa.

-Pakaian Adat Cekak Musang

(Sumber:https://www.rri.co.id/features/307530/yuk-intip-tata-cara-memakai-baju-kurung-
tradisional-kepri)
Baju Cekak Musang adalah baju adat yang digunakan oleh laki-laki. Dari segi bentuk, Baju
Cekak Musang tidak jauh berbeda dengan Baju Belanga. Baju ini memiliki kerah dan bagian
lehernya terbelah ke bawah dengan panjang sekitar 5 cm. Tujuannya yakni agar memudahkan
pemakainya saat mengenakan pakaian tersebut. Keunikan pakaian adat ini yaitu memiliki tiga
kantong di bagian depan, yakni satu di sebelah kiri dan dua di bagian bawah. Baju Cekak
Musang ini bisa dibeli satu set dengan celana panjang bercorak polos. Lambang budaya
dalam pakaian Melayu memiliki peran dan kedudukan dalam kehidupan. Bagi orang Melayu
selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh, lambang-lambang yang
digambarkan juga mewujudkan nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.
-Senjata Tumbuk Lada

(Sumber: https://www.gramedia.com/best-seller/senjata-tradisional-riau/)
Tumbuk Lada merupakan senjata tradisional khas suku Karo yang secara sejarahnya berasal
dari masa Kerajaan Aru. Tumbuk lada berbentuk pisau yang umumnya terbuat dari bahan
logam kuningan yang bersifat racun dan digunakan untuk pertarungan jarak dekat. Untuk
menentukan serasi atau tidaknya pisau tumbuk lada di tangan seseorang maka dapat dilihat
dengan cara diukur panjang pisau dengan menggunakan ‘ibu jari’ dimulai dari pangkal
besinya hingga ke ujung dan biasanya jumlah hitungan akan disesuaikan dengan diri
pengguna dan kesemuanya ini juga harus ditanyakan kepada seorang ‘Guru’ (dukun) dan
tergantung dengan pekerjaan maupun jabatan sang pemegang tumbuk lada itu sendiri.
-Upacara Adat Balimau Kasai

(Sumber: https://asumsi.co/post/60337/balimau-kasai-ritual-mandi-khas-riau-untuk-sambut-
ramadan/)
Bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi Umat Islam, atau sama halnya bagi
masyarakat Suku Kampar. Mereka akan melakukan Upacara Balimau Kasai, satu hari
sebelum bulan puasa tiba. Upacara adat Suku Melayu tersebut, merupakan ungkapan syukur
atas Bulan Ramadhan, sekaligus menjadi kesempatan untuk mensucikan diri. Kata “Balimau”
dalam Bahasa Melayu berarti mandi dengan air dicampur jeruk atau limau, yang merupakan
suatu kebiasaan dari Suku Melayu.
-Lagu Segantang lada
Salah satu lagu daerah asal Riau ini sangat populer pada masanya, terutama bagi
masyarakat Riau. Makna dari lagu ini ialah tentang kerinduan seseorang pada kekasihnya
yang sudah wafat dalam waktu yang lama.
-Makanan Khas Laksa

(Sumber: https://kids.grid.id/amp/473095050/sejarah-laksa-perpaduan-budaya-kuliner-
pendatang-dan-lokal-yang-harmonis)
Kata laksa berasal dari bahasa Sansekerta, yang artinya adalah banyak. Kata banyak sendiri
menunjukkan bahwa laksa dibuat dengan perpaduan bumbu – bumbu dan beragam bahan
masakan. Laksa dibawa pertama kali oleh para pedagang Cina yang tiba di kawasan Melayu
untuk berdagang. Interaksi yang terjadi antara para pedagang dengan penduduk pribumi tak
hanya bermotif ekonomi, namun juga terjalin perkawinan antara pedagang Cina dengan
perempuan-perempuan pribumi. Para istri pribumi kemudian melakukan variasi pada sajian-
sajian yang dibawa dari Cina, dengan menambahkan beberapa bumbu-bumbu yang dikenal di
sekitarnya.

3.)Tradisi pernikahan
(Sumber: https://vncojewellery.com/artikel/12-tahapan-pernikahan-adat-melayu-2023-09-
12/amp/)
Nikah kawin dalam prosesi adat Melayu, terjadi tentu saja berawal dari sentuhan pandang
memandang. Dalam hal ini besar kemungkinan bermula dari sentuhan pandangan antara
lelaki (anak bujang) dengan perempuan (anak gadis). Tapi bisa juga terjadi dari pandangan
ibu dan bapak kaum kerabar yang berniat untuk mencarikan jodoh untuk anaknya. Bila
seorang anak bujang memberitahukan gadis pujaannya kepada ibu bapaknya atau kepada
kaum kerabat memandang ada seorang anak gadis yang patut menjadi jodoh anaknya, maka
pihak keluarga lelaki mulailah melakukan semacam kegiatan yang bernama merisik dan
seterusnya (UU Hamidy, 2014).
Proses pernikahan adat Melayu terdiri dari merisik-risik, menjarum- menjarum, melamar,
mengantar tanda, menerima antaran, mengukus (membuat tabak), berandam, bertomat
(khatam alqur’an), akad nikah/ijab, cecah inai, berinai, hari langsung/resepsi pernikahan,
makan nasi hadap-hadapan. Pelaksanaan upacara adat perkawinan orang Melayu Rengat. Di
gelar dalam beberapa tahap, yaitu merisik, meminang, antar belanja, menggantung, ijab
qabul, tepung tawar, berinai, berandam, khatam kaji, upacara langsung, berarak, membuka
pintu, bersanding, makan bersuap, makan hadap- hadapan, menyembah mertua, mandi
kumbo taman, makan nasi damai, dan upacara menyembah.

2.5) Bali Aga

2.) Pengelompokan Status Sosial


Berkaitan dengan adanya Desa Pakraman di Bali, juga tidak dapat dipisahakan dengan
adanya desa-desa tua di Bali yang lebih di kenal dengan Desa Bali Aga atau Desa Bali Kuno/
Desa Bali Mula. Untuk orang Bali sendiri istilah Bali Aga atau Bali Mula dikenal pertama
kali sejak adanya ekspedisi Rsi Markandeya ke Bali. Dalam Lontar Markandeya Purana
disebutkan bahwa Rsi Markandeya yang ingin membuka hutan di Bali dengan mengajak para
pengikutnya dari Jawa. Bali Aga atau Bali Mula adalah sebutan untuk orang Bali asli yang
sudah ada sebelum kedatangan orang luar (Majapahit). Setelah masuknya Majapahit dimana
Kerajaan Bali Dwipa dapat dikalahkan maka orang Bali Aga lari ke pegunungan. Orang Bali
dibedakan menjadi dua yaitu orang Bali Asli (Bali Aga) dan orang Bali keturunan Majapahit.
Kelompok kasta pada laki-laki dan perempuan menjadi dasar bagi munculnya kepemimpinan
di suku tersebut. Pemimpin dari kasta ini disebut sebagai Lulu Apad. Selain itu, dialek khas
penduduk Bali Aga juga berbeda dengan masyarakat Pulau Dewata pada umumnya. Sejumlah
hal menarik juga dapat digali dari masyarakat Bali Aga. Terutama, upaya mereka untuk
menjaga kelestarian budayanya. Misalnya, masyarakat Bali Aga tidak diizinkan menikah
dengan warga luar desa mereka.

3.) Keragaman Budaya


-Alat musik

(Sumber: https://jurnalpatrolinews.co.id/lifestyle/gamelan-yang-sangat-sakral-mempunyai-
makna-gong-sejarah-peradaban/)
Gamelan Bali merupakan alat musik tradisional yang berasal di Provinsi Bali. Dalam
prasasti berbahasa Bali Kuno yang ditemukan di Desa Bebetin, Kecamatan Sawan,
Kabupaten Buleleng pada angka tahun 818 Saka atau 896 M menyebutkan beberapa alat
musik yang berhubungan dengan gamelan. Alat musik yang berhubungan dengan gamelan
tersebut menunjuk pada pemain alat musik tersebut yaitu penabuh gamelan (pemukul),
pesinden (pagending), penabuh angklung (pabunying), penabuh kendang (papadaha), peniup
suling besar (parbhangsi), perkumpulan topeng (partapukan), dan dalang (parbwayang).Pada
gamelan Bali, bentuk wilah (bilah pada saron) lebih tebal dan instrumen berbentuk pencon
(semacam bonang) lebih banyak pada wilah. Selain itu, cara memainkan instrumen juga tidak
selalu sama.
-Tarian Pendhet

(Sumber: https://images.app.goo.gl/ukkdu9XgYSp1jjVw8)

Tari Pendet yang disebut juga Tari Bhatara atau Bhatari adalah sebuah tari tradisional Bali
yang digunakan sebagai persembahan untuk para leluhur. Tari Pendet dipentaskan di halaman
pura, menghadap ke sebuah palinggih, dimana Bhatara dan Bhatari distanakan. Tari Pendet
dibawakan oleh penari wanita berpakaian adat, yang masing-masing membawa sebuah bokor
atau canang sari. Pada bagian akhir, para penari akan meletakkan semua barang bawaan ini di
palingih dan bunga-bungaan ditaburkan sebagai simbol penghormatan.
-Rumah Adat Bale Lantang

ciri khas dari desa Bali Aga yang tidak ditemukan di tempat lain di Bali, adalah sebuah balai
memanjang di mana dewan desa membahas hal ihwal masyarakat. Tata letak desa-desa Bali
Aga sama seperti dengan desa-desa orang Bali dataran rendah. Desa-desa ditata dalam
kaitannya dengan poros gunung-laut kaja (“menghadap gunung”) dan poros kelod
(“menghadap laut”), dan jalur “pergerakan” matahari dari kangin (di mana matahari terbit,
Timur) dan kauh (di mana matahari terbenam, Barat). Kompleks rumah ditata dalam sebuah
poros kaja-kelod, menghadapa sebuah jalan yang besar. Setiap kompleks rumah (disebut
banjaran atau pekarangan) dikelilingi oleh tembok atau pagar yang terbuat dari tanah.
Kompleks-kompleks rumah ini berisi rumah-rumah milik sebuah keluarga besar. Jantung
sebuah desa Bali Aga adalah rumah panjang penduduk yang disebut bale lantang (juga bale
agung (“balai besar”) atau bale banjar (“balai desa”)), sebuah bangunan dewan suci rumah.
-Pakaian Adat Teruna dan Daha

(Sumber: https://baliexpress.jawapos.com/balinese/amp/671179417/terunadaha-tenganan-
wajib-sukseskan-ritual-adat-ini-tugasnya)
Pakaian adat suku Bali Aga terdiri dari dua jenis, yakni bernama Teruna dan Daha. Yang
mana kedua baju adat tersebut adalah baju adat dari daerah Tengana, yang juga mereka
berasal dari suku Bali Aga. Pakaian-pakaian adat tersebut berfungsi sebagai baju yang
diperuntukan untuk melakukan adat penyembahan Dewa Yadya dan Manusa Yadya. Serta
pakaian adat tersebut dipakai, juga berguna untuk melindungi anak-anak remaja dari gejolak
labilitas yang akan mereka alami, ataupun beberapa malapetaka lain yang dapat mengancam
nyawa mereka.
-Senjata Belakas

(Sumber: https://www.gramedia.com/literasi/senjata-tradisional-bali/)
Blakas atau Belakas adalah nama untuk senjata tajam mirip pisau daging dari Bali,
Indonesia yang memiliki bilah berbentuk persegi empat dengan mata pisau lurus. Gagangnya
berbentuk silindris dan sedikit mengecil di kedua ujungnya. Pada bilahnya sering terdapat
bentuk-bentuk yang menarik dan pamor. Kadang-kadang dibuat untuk keperluan ritual, dan
digunakan berpasangan dengan golok. Umumnya banyak keluarga Bali yang memiliki blakas
karena alat ini digunakan sehari-hari untuk keperluan dapur, berkebun, dan aktivitas ritual
keagamaan.
-Upacara Ritual Agung Briyang

(Sumber: https://bobiputra1.blogspot.com/2017/06/briyang-agung.html?m=1)
Ritual Agung Briyang adalah ritual yang dilakukan untuk mengusir roh-roh jahat. Ritual
Agung Briyang dilakasanakan setiap 3 tahun sekali pada purnamaning sasih kedasa, bulan
Penuh dalam bulan kesepuluh dari kalender Hindu Bali. Ritual ini dilakukan oleh warga
Desa Sidetapa, Buleleng, Bali. Peserta upacara ini adalah laki-laki dan mereka mengenakan
baju tradisional Bali. Perempuan membawa persembahan besar di atas kepala mereka.
Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun. Masyarakat Bali percaya bahwa apabila upacara
ini tidak dilakukan, maka akan terjadi banyak bencana. Inti dari upacara ini adalah berdoa
pada dewa dan mengusir roh-roh jahat. Ritual Agung Briyang dilakukan tengah malam
dengan membersihkan aneka senjata seperti keris, pedang, tombak, dan lain sebagainya di
api. Sebelum upacara dilakukan, warga melakukan upacara Melasti terlebih dahulu di desa
Sidetapa. Kemudian dilanjutkan dengan ritual sesayutan untuk menyambut para dewa. Sehari
setelah ritual Agung Briyang dilakukan, warga lelaki berburu rusa untuk keperluan upacara
berikutnya.
-Lagu Meong-Meong
Lagu Meong-meong menceritakan tentang seekor kucing yang hendak menangkap tikus.
Sebab, tikus suka membuat masalah. Lagu Meong-meong juga dapat dimaknai secara lebih
luas. Bikul atau tikus kerap dikonotasikan negatif oleh masyaraka
-Makanan Khas Sate Lilit

(Sumber: https://food.detik.com/ayam/d-5176949/resep-sate-lilit-ayam-khas-bali-yang-pedas-
gurih)
Bicara tentang makanan khas Bali, mungkin kalian akan langsung berpikir akan menu
makanan sate lilit. Meski di Indonesia sudah banyak ditemukan menu makanan sate. Namun
citarasa yang ditawarkan oleh sate lilit khas Bali sangat berbeda dari lainnya. Jika menu
makanan sate pada umumnya lebih kerap menggunakan tusuk sate lalu dibakar. Namun untuk
sate lilit khas Bali tampak berbeda karena menggunakan olahan daging ayam ataupun ikan
yang sudah melalui proses penggilingan. Ketika daging ayam atau daging ikan sudah melalui
proses penggilingan. Maka proses berikutnya adalah mengepalkan daging tersebut ke batang
serai. Daging tersebut juga nantinya akan diberikan campuran kelapa parut yang bisa
memberikan rasa gurih ketika dimakan.

4.) Tradisi Pernikahan awig-awig


(Sumber: https://balitribune.co.id/content/awig-awig-desa-adat-panjer-warga-yang-menikah-
wajib-menanam-pohon-perindang)

Desa Adat Tenganan Pegringsingan merupakan sebuah desa Bali Aga yang merupakan
sebagai salah satu desa tertua di Bali, Sebagai desa tua di Bali, keberadaan dan kelestarian
desa adat Tenganan Pegringsingan bisa terjaga hingga kini dikarenakan dalam setiap
kehidupan masyarakat selalu berpegang pada awig-awig (Hukum Adat) desa. Begitu juga
halnya dengan sistem perkawinan yang telah diatur dalam ketentuan desa adat. Jika adal
masyrakat yang melanggar maka akan mendapatkan sanksi, mulai dari denda hingga di
keluarkan dari keanggotaan krama desa adat. Sistem hukum adat dalam perkawinan di Desa
Tenganan Pegringsingan berbeda dengan desa yang terdapat di Bali pada umumnya, dimana
terdapat kekhususan dalam hal perkawinan adanya adat perkawinan yang endogami dimana
perkawinan ini diharapkan dilakukan atau di laksanakan antara seorang teruna (laki-laki) dan
seorang daha (perempuan) Tenganan Pegringsingan.
Pelaksanaan perkawinan. Yang dilaksanakan di Desa Adat Tenganan Pegringsingan,
memiliki kesamaan syarat mendasar yang dipakai sebagai pedoman dalam pengikatan diri
antara seorang pria dan wanita dalam suatu perkawinan, akan tetapi pada pelaksanaan atau
prosesi perkawinan tata cara atau mekanisme pelaksanaannya dilakukan dengan simbol
melakukan upacara Mabea Gede yang merupakan puncak upacara yang dilakukan di rumah
mempelai laki-laki.

BAB III
PENUTUPAN

3.1) Kesimpulan
Indonesia memiliki beragam banyak suku dan budaya, tak seharusnya kita
mengacuhkannya dengan mengganti menggunakan budaya asing. Kita tentu saja harus
memahami betapa besar potensi yang kita miliki. Dengan menambah wawasan mengenai
keragaman di Nusantara, maka kita telah berkontribusi membangun negeri damai dan
makmur. Meskipun adat kita berbeda-beda kita harus tetap menjunjung tinggi semangat
Bhineka tunggal Ika. Dengan kita merawat warisan budaya, kita tidak hanya melestarikan
sejarah tetapi juga membangun masyarakat inklusif dan berdaya. Bangsa Indonesia dapat
dikenal di kancah dunia berkat ribuan keragaman kita, maka sudah seharusnya kita
mempertahankan apa yang telah kita perjuangkan. Rasa semangat dan kesatuan menjadi
pondasi untuk menuju Indonesia maju.
Keragaman Budaya Indonesia telah menyadarkan bahwa sebagaimana mestinya tanah kita
ini kaya akan sejarah yang telah ada lama sejak dahulu. Dalam penelusuran keberagaman
budaya di Indonesia, kita telah memahami sejarah, seni, adat, dan tradisi yang membentuk
identitas unik bangsa ini. Keberagaman ini, yang diakui sebagai kekuatan persatuan, menjadi
cerminan keseimbangan antara tradisi lama dan dinamika zaman baruPelestarian tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan peran aktif masyarakat dan
pemangku kepentingan lainnya. Dengan cara ini, Indonesia dapat mempertahankan
keberagaman budayanya sebagai kekayaan yang mengilhami dan mempersatukan, bahkan di
tengah arus global dan modernisasi yang terus bergerak maju.

3.2) Saran
Dapat diharapkan ketika makalah ini telah dibaca dapat menyadarkan pentingnya bagi
kita menjaga warisan budaya yang telah ada. Juga sebagaimana mestinya kita terus
melestarikan adat dan budaya di bangsa Indonesia ini. Diharapkan juga dengan terbuatnya
makalah ini masyarakat lebih memahami sesama dan saling bertoleransi. Walaupun zaman
terus berkembang dan era modern telah tiba, kita harus tetap melestarikan budaya kita.
Jangan sampai ada budaya asing yang lebih dominan daripadanya apa yang kita miliki. Apa
yang telah kita perjuangkan jangan sampai menjadi sia-sia. Walaupun mewujudkan ini semua
tidak selancar itu, kita hanya terus bisa mencoba dan merangkul saudara-saudara setanah air.

DAFTAR PUSTAKA

https://prosiding.unipma.ac.id/index.php/SNBK/article/download/490/465
https://www.kompasiana.com/dismaskwirinuspassio8348/606a6ee48ede4828c67f22e3/
betawi-dari-arti-nama-hingga-sistem-kemasyarakatan?page=1&page_images=1
https://adjar.grid.id/read/543274637/lirik-dan-makna-lagu-ondel-ondel-lagu-tradisional-dki-
jakarta?page=all
https://repository.uinsu.ac.id/17135/2/BAB%20I.%20Pdf.pdf
https://sipadu.isi-ska.ac.id/mhsw/laporan/laporan_4236151124152634.pdf
https://budaya-indonesia.org/Ogung-2
https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/4530/32/UNIKOM_MAYRANI
%20SITUMORANG_BAB%20I.pdf
https://sumut.inews.id/berita/lirik-lagu-rambadia-salam-perkenalan-orang-batak-
menanyakan-asal-usul-marga-seseorang.
https://www.kompasiana.com/muhammadzainuddinbadollahi/54f9479ca33311d33b8b5087/
struktur-kekerabatan-dan-stratifikasi-sosial-bugis.
https://tirto.id/lirik-lagu-angin-mamiri-dan-makna-terkandung-di-dalamya-glMu
https://www.google.com/amp/s/www.detik.com/sulsel/kuliner/d-7038775/mengenal-
jalangkote-makanan-khas-makassar-yang-mirip-pastel/amp
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/3892/fitriyani.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://jurnalpatrolinews.co.id/lifestyle/gamelan-yang-sangat-sakral-mempunyai-makna-
gong-sejarah-peradaban/
https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ritual_agung_briyang
https://repo.undiksha.ac.id/7170/3/1717051235-BAB%201%20PENDAHULUAN.pdf
https://www.acc.co.id/accone/InfoTerkini_Detail?Id=6053&title=10-Makanan-Khas-Betawi-
Paling-Populer-Sudah-Pernah-Coba-
https://makassar.kompas.com/read/2022/09/17/181148478/5-tradisi-unik-suku-bugis-dari-
mappalette-bola-hingga-sigajang-laleng-lipa?page=2
https://m.mediaindonesia.com/humaniora/626742/mengenal-8-lagu-daerah-betawi-yang-
terkenal-mana-kesukaanmu
https://www.gramedia.com/literasi/senjata-tradisional-betawi-dki-jakarta/
https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-suku-betawi/#:~:text=Rumah%20Kebaya,-
Rumah%20adat%20kebaya&text=Rumah%20adat%20suku%20Betawi%20ini,samping
%20terlihat%20mirip%20lipatan%20kebaya

Hamidy UU. 1995. Orang Melayu di Riau. UIR Press. Pekanbaru.


Sajogyo dan Pudjiwati Sajogyo. 1992. Sosiologi pedesaan Jilid 2. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Thamrin H. 2006. Etnografi Melayu mradisi dan Modernisasi. Lembaga Penelitian dan
Pengembangan UIN SUSKA Riau. Pekanbaru.
Jurnal An-Nahl
p-ISSN: 2355-2573 e-ISSN: 2723-4053
Vol. 8, No. 2, Desember 2021, 115-125
Mauludi Utami, 2019
POLA ASUH ORANG TUA BEDA BUDAYA DALAM MEMBINA SIKAP TOLERANSI
ANAK (Studi Kasus terhadap Keluarga Amalgamasi di Kecamatan Coblong, Kota Bandung)
Universitas Pendidikan Indonesia
JURNAL DA MODA
Vol. 1 No 1-Oktober 2019
ISSN
Available Online at: https://jurnal.st-bali.ac.id/index.php/damoda

Anda mungkin juga menyukai