Oleh:
CIPTA CINTA BUDIARTO
VII.C
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Keberagaman Suku Agama Ras Dan
Antar Golongan”.
Makalah ini berisikan tentang keberagaman budaya di Indonesia, Membahas
pengertian keberagaman budaya dalam masyarakat, faktor - faktor yang mempengaruhi
terjadinya keberagaman budaya di Indonesia, serta solusi singkat beberapa masalah
akibat keanekaragaman budaya,
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun penguasaan materi, mengingat akan kemampuan
penulis yang tebatas Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak
yang telahmembantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN 3
Keberagaman Suku Bangsa Jawa Timur 4
Pakaian Adat Jawa Timur
Tarian Adat Jawa Timur
Rumah Adat Jawa Timur
Keberagaman Bahasa 6
Keberagaman Agama 7
Keberagaman Seni dan Tradisi 8
BAB III PENUTUP 15
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
PENDAHULUAN
1
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal
yang berpotensi sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alat-
alat produksi dan akses ekonomi lainnya. Selain itu juga benturan-benturan
kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta perluasan batas-batas
identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari diperlukan
adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan.
Tetapi tidak semua bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju
integritas nasional yaitu keseimbangan antar suku bangsa diperlukan toleransi
antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan. Selain itu faktor sejarah
lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa mempunyai
nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan
Bhineka Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi
memiliki tujuan hidup yang sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yang
menjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju integrasi,kedaulatan dan
kemakmuran bersama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
b. Menambah pengetahuan kita tentang suku – suku lain. Mempelajari suku
lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka.
c. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku bangsa
lain. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat yang
sama.
Pakaian Adat
Rumah adat
4
2.2 Keberagaman Bahasa
Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari
bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama
atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik
dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa bahasa
Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima keberadaannya pada tanggal 28
Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia
secara resmi diakui keberadaannya. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang
digunakan sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Indonesia dengan luas kawasan 1.904.556 km² dan menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang dikeluarkan
tanggal 20 Julai 2007 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah
sekitar 222 juta jiwa yang berasal dari berbagai etnis. Dengan keragaman etnis
dan suku, di Indonesia terdapat sekitar 706 bahasa daerah yang digunakan sebagai
bahasa daerah khususnya dalam berkomunikasi tidak resmi dengan ahli keluarga
maupun masyarakat.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang pokoknya
dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara
(Bapak Pendidikan Indonesia) dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di
Solo, Jawa Tengah, “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe
jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang
soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi menoeroet keperloean zaman dan
alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh
Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe
haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam
kebangsaan Indonesia”, atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa
Indonesia II 1954 di Medan, Sumatera Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia
ialah bahasa Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang
disesuaikan dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”. Bahasa
Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan
kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan asing.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo, laju kepunahan bahasa di Indonesia
sebagai negara kedua di dunia yang memiliki bahasa paling banyak yaitu 706
5
bahasa setelah Papua Nugini yaitu 867 bahasa cukup memprihatinkan. Dari
jumlah tersebut, ada 109 bahasa (di luar Papua) yang punya penutur kurang dari
100.000 orang, seperti Tondano di Sulawesi, Tanimbar di Nusa Tenggara, Ogan
di Sumatera Selatan, serta Buru di Maluku.
“Malahan ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur, yakni Maku’a, yang
jumlah penuturnya tinggal 50 orang. Hampir separuh dari bahasa di Indonesia
tersebar di wilayah Papua dan sangat terancam kepunahannya karena jumlah
penutur terus berkurang.”
Sementara itu, berdasarkan data UNESCO, setiap tahun, ada 10 bahasa di
dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan laju kepunahan
bahasa akan lebih cepat lagi. Satu abad lalu, tercatat ada lebih dari 6.000 bahasa
di dunia. Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000 bahasa, hampir separuhnya
memiliki penutur kurang dari 10.000 orang, dan seperempatnya lagi kurang dari
1.000 orang. “Padahal, salah satu syarat bagi upaya pelestarian bahasa adalah
jika penuturnya mencapai 100.000 orang.”
9
Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa yang
dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri. Selain itu,
keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun,
di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan
konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat). Oleh karena itu,
kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan guna mencegah
terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang
terjadi di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis,
agama, ras, dan adat, seperti konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat,
Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan
hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan
yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk konflik
horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh
kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap
salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso,
Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula terjadi pada tanggal 24
Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai
seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April
2000, terjadi lagi konflik yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen
yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini
menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan Lambogia.
Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu
munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi
justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak orang. Oleh
karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman benar-benar perlu
diperhatikan.
Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan
Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi
keanekaragaman tersebut melalui bilik info di berikut ini.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat
majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan budaya
itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar budaya, jika
10
tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia yang
beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar
budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai kerusakan sosial, seperti yang
terjadi di Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Situbondo, Ambon, Poso, Sambas,
Aceh, Papua (Irian Jaya), dan daerah-daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh
kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh perbedaan
agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas merupakan
contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara
suku Dayak (penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang).
Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang
disebabkan perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan
masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi
(penduduk asli) dengan suku bangsa Madura (penduduk pendatang) merupakan
akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya akibat pengaruh
globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali
diwarnai oleh peristiwa kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan
prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan korban jiwa dan harta yang
cukup banyak. Warga masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi
korban amuk massa. Konflik sosial akibat keberagaman budaya mempunyai
dampak negatif yang amat luas dan kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman sosial
budaya, antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit
diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta
rendahnya daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga
menghambat jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan pembangunan;
c. Menimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas
sosial, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme,
sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
11
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga
terjadi perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata dan lembaga
sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan struktur
pemerintahan, dan sebagainya.
12
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia.
Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi
pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar terjadinya perang
antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan
yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak suku
bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara di dalam menyelesaikan
permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah Baliem,
bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi
dalam upaya mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku
bangsa di Indonesia.
b. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi
di antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah
adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan Belanda kita
merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama
menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di
tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia sebagai identitas bersama,
yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku
bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud
pengakuan bahasa, tanah air, dan kebangsaan. Dampaknya adalah
perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin menampakkan
hasilnya.
c. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila
disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk atau arah kehidupan bangsa.
Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa
diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan oleh para
founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru.
Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku
bangsa yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya
dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia
mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam
tersebut. Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang beraneka ragam tersebut,
wawasan kita akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa yang kerdil.
Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita
miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan tersebut.
3.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita
yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar.
Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran yang tingi
tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan kebudayaan nasional,
kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah mempunyai
kedudukan yang sangat penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus
saling menghormati antara satu denan yang lain agar tercipta kedamaian, tidak ada
perpecahan di antara kita semua.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia
http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-bangsa-di-
indonesia/
http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-bangsa.html
http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/29/keragaman-suku-bangsa-di-indonesia/
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/03/bahasa-indonesia-dan-keberagaman-bahasa/
http://ganiasmoro.blogspot.com/2011/10/fakta-keragaman-bahasa-indonesia.html
http://www.jpnn.com/read/2012/08/31/138263/Keragaman-Bahasa-Bisa-Picu-
Disintegritas-
http://apachemask.wordpress.com/2010/12/16/keberagaman-dan-perkembangan-seni-
di-indonesia/
http://coreei7.blogspot.com/2012/08/bab-v-keberagaman-budaya-di-indonesia.html
16