Penyusun :
Tim Praktikum Farmasi Fisika
TATA TERTIB
DAFTAR ISI
MATA PRAKTIKUM
1. Pengenalan Alat Teknologi Farmasi dan Uji Karakteristik Bahan
Baku
2. Pembuatan Granul Kempa Langsung dan Uji Karakteristik Granul
3. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah dan Uji
Karakteristik Granul
4. Pembuatan Tablet dan Uji Karakteristik Tablet
5. Coating tablet dan Uji Karakteristik Tablet Coating
6. Pembuatan Nanoemulsi Asam Salisilat dan Uji Karakteristiknya
7. Pembuatan Gel Kafein dan Uji Karakteristiknya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PRAKTIKUM I
Pengenalan Alat Teknologi Farmasi dan Uji Karakteristik Bahan
Baku
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengenali dan memahami cara penggunaan alat laboratorium Teknologi
Farmasi.
2. Mampu memahami Standard Operating Procedure Alat laboratorium
Teknologi Farmasi.
3. Mampu melakukan uji karakteristik bahan baku untuk sediaan farmasi.
B. DASAR TEORI
Praktik di laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains. Dalam
memulai praktik di laboratorium kita harus mengenal dan memahami cara
pengunaan semua peralatan dasar yang biasanya digunakan dalam
laboratorium kimia beserta menerapkan di laboratorium.
Praktikum di laboratorium tekologi farmasi merupakan sarana yang efektif
untuk melatih dan mengembangkan aspek kongnitif dan psikomotorik
mahasiswa, serta wajib bekerja sama antar mahasiswa. Melalui praktikum di
laboratorium teknologi farmasi ini juga sangat membantu mahasiswa dalam
memahami teori yang diperoleh dalam perkuliahan. Laboratorium teknologi
farmasi merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat seperti yang
digunakan untuk penelitian di bagian Research and Development Industri
Farmasi, dari yang sederhana sampai kepada alat yang cukup besar seperti
mesin tablet, mesin coating, dan mesin pengemas.
Alat tersebut ada yang berfungsi dalam proses awal pembuatan tablet
seperti neraca timbang digital, alat in process control seperti disintegration
tester, hardness tester dll, serta alat uji disolusi. Dalam praktikum di
laboratorium teknologi farmasi, tingkat pengetahuan tentang alat menjadi
sangat penting karena mempengaruhi data percobaan yang diperoleh.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang
lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena
sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita
gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu
untuk diketahui.
Pemeriksaan kualitas granul
Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu,
bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet
(Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur,
memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis
yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt,
1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antara lain:
1. Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam
corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa
untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan
sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et
al, 1994).
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>10
g/detik).
3. Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap
sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping
device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum
pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007).
V0− Vt
% kompresibilitas = x 100 %
V0
Kompresibilitas (%) Sifat Aliran
5-15 Sangat baik
12-17 Baik
18-22 Cukup
23-33 Kurang
34-38 Sangat kurang
>38 Sangat buruk
4. Kadar air
Loss on drying (LOD) menyatakan kelembapan berdasarkan berat
basah. Kelembapan di dalam zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat
basah atau berat kering. Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah,
kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan
basah yang menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan atau loss on
drying (LOD). (terutama dalam proses granulasi bawah).
Pengukuran lain untuk menyatakan kelembaban dalam zat padat ialah
berdasarkan berat kering yaitu, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan
kering yang disebut kandungan lembap (moisture content, MC). Persyaratan
Moisture content adalah 2-4%.
Prinsip kerja alat ini adalah ketika sampel dimasukkan ke alat sampel akan
ditimbang, kemudian radiator halogen muai mengeringkan sampel. Dalam
waktu bersamaan timbangan yang terintegrasi secara terus-menerus mencatat
berat sampel. Total kehilangan berat sampel diterjemahkan sebagai kandungan
total cairan (termasuk air).
5. Distribusi ukuran partikel
Diameter rata-rata dari suatu populasi dapat diketahui dengan beberapa
cara di antaranya dengan metode pengayakan, metode mikroskopi,
pengendapan, absorpsi, dan lain-lain. Distribusi ukuran granul dipengaruhi
oleh metode granulasi, banyaknya larutan pengikat, waktu pemrosesan.
Metode sederhananya untuk menghitung ukuran rata-rata partikel dengan
menggunakan ayakan standar yang telah diketahui ukurannya yaitu mesh yang
menandakan banyaknya lubang perinchi.
% Fines = Berat serbuk halus yg diperoleh/ Berat Granul Awal x 100%
C. PROSEDUR KERJA
Alat:
1. Oven
2. Alat uji disintegrasi
3. Alat tapped density
4. Alat flowability tester
5. Alat hardness tester
6. Alat shieving
7. Alat uji friability
8. Alat Ultra Turrax
9. Alat mixer
10. Moisture analyzer
11. Mesin cetak
12. Mesin coating
13. Mesin kemas
14. Kamera
Bahan
a. Tablet paracetamol 20 tablet
b. Laktosa 150 g
c. Amylum 150 g
d. Avicel 150 g
e. Paracetamol 150 g
Tugas:
1. Mahasiswa membuat Laporan Alat Laboratorium yang berisi cara kerja
dan foto komponen alat secara singkat.
2. Mahasiswa membuat Laporan Uji Karakteristik Bahan Baku
PRAKTIKUM II
Pembuatan Granul Kempa Langsung dan Uji Karakteristik Granul
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memahami prosedur pembuatan granul secara kempa langsung
2. Membuat formula granul untuk metode kempa langsung
B. DASAR TEORI
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif
yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab.
Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung
adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya
kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan
eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak.
Tahapan dari kempa langsung cukuplah singkat yaitu: Campur massa
kemudian langsung dicetak.
C. PROSEDUR KERJA
Alat:
1. Alat tapped density
2. Alat flowability tester
3. Moisture analyzer
4. Plastic 2 Kg
5. Baskom
6. Sendok
Bahan/Formula
Kempa langsung
Nama Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
Bahan
Paracetamol 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg
SSG 5% 5% 5% 5%
PVP 30% 0% 10% 15%
Gelatin 0% 30% 10% 15%
Mg Stearat 1% 1% 1% 1%
Avicel 102 ad 700 mg 700 mg 700 mg 700 mg
Tugas
1) Buatlah formula tablet paracetamol sebanyak 150 gram
2) Mahasiswa mencari pemerian bahan dan fungsi bahan
3) Mahasiswa membuat perhitungan formula dari masing-masing bahan
Cara Kerja:
1. Ayak paracetamol, SSG, PVP, Avicel dengan mesh 40 secara berurutan
ke dalam plastik yang sama.
2. Masukkan gelatin ke dalam plastik tanpa di ayak
3. Campurkan selama 20 menit secara manual
4. Ayak Mg Stearat dengan mesh 40 ke dalam plastik (1)
5. Campurkan bahan-bahan selama 5 menit
6. Uji karakteristik granul
7. Catat data yang telah ada,lalu diskusikan dengan dosen pengampu
8. Simpan granul dengan plastik lagi dan tambahkan silica gel di
dalamnya.
PRAKTIKUM III
Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah dan Uji
Karakteristik Granul
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memahami prosedur pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
2. Membuat formula granul tablet dengan metode granulasi basah
3. Melakukan uji karakteristik granul
B. DASAR TEORI
Komponen tablet
Komponen tablet atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak (bahan pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis.
1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Eksipien atau bahan tambahan
a.Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar
mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit
atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa
mikrokristal.
b.Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi,
misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c.Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)berfungsi membantu hancurnya
tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara
kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d.Bahan pelican (lubrikan/lubricant)berfungsi mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam
stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat
hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi
tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan
garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi
yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya
silica pirogenik koloidal.
a.Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika
atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b.Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
Metode pembuatan tablet secara umum dibagi menjadi 3, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung.
1. Granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap
lembab dan panas. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau
campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai
diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair
yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila
jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan
sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa
basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan
dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi
lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
Tahapan dari granulasi basah ini yaitu: Campur kering Granulasi
dengan penambahan larutan pengikat pengayakan basah Pengeringan
Pengayakan kering Campur massa Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran
yang baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman
kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak tahap dalam
proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak
tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat
termolabil dapat menggunakan pelarut non air.
2. Granulasi kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini
digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban.
Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga
diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang
sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang
lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin
ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling.
Tahapan dari granulasi kering ini yaitu: Campur kering Pencetakan
menjadi slug Pengayakan Campur massa Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi kering, yaitu: Peralatan yang digunakan
lebih sedikit, baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan
kelembaban, dan mempercepat waktu hancur.
Kekurangan dari metode granulasi kering, yaitu: memerlukan mesin tablet
khusus untuk membuat slug, tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam,
dan proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
C. PROSEDUR KERJA
SSG 4% 4% 4% 4%
PVP 4% 0 8% 2%
Amylum 0 4% 0 2%
maydis
Avicel 102 q.s …… mg …… mg …… mg …… mg
Fase Luar
SSG 2% 2% 2% 2%
Mg Stearat 1% 1% 1% 1%
Talcum 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin cetak tablet
2. Melakukan cetak tablet sesuai parameter yang ditentukan
3. Melakukan uji karakteristik tablet hasil kempa
B. DASAR TEORI
Secara umum komponen dasar mesin pencetak tablet adalah sebagai
berikut:
a) Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul
untuk di kempa.
b) Die, tempat granul akan di cetak, menentukan ukuran dan bentuk tablet
c) Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah brada di die
d) Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang telah di cetak.
2. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan
dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik
pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan
adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik
dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak,
artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit
penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet
lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan
waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).
Uji kekerasandilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari
tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non
swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).
4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua
jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet
parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit.
Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1
tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI
jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada
dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari
Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan
dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang
terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku
pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang
gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk.,
2008).
5. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration
tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka
dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan
tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur
tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium
air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula
dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik
tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus
segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan
lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang
tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua
tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurna (Lachman dkk., 2008).
C. PROSEDUR KERJA
Cara Kerja
1. Mahasiswa mempersiapkan massa granul yang akan dicetak
2. Mahasiswa mempersiapkan mesin cetak tablet yang akan digunakan
3. Mahasiswa melakukan setting mesin sehingga diperoleh spesifikasi tablet
sesuai persyaratan yang telah dibuat sebelumnya
4. Mahasiswa melakukan cetak tablet hingga massa granul habis
5. Mahasiswa melakukan uji karakteristik tablet
6. Mahasiswa menganalisis data yang diperoleh
Tugas:
a) Catat dan analisislah hasil tablet yang diperoleh!
b) Diskusikan permasalahan saat praktikum berlangsung dan diskusikan
hasil analisis tablet tersebut!
PRAKTIKUM V
Film Coating dan Uji Karakteristik Tablet Coating
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin coating
2. Membuat formula coating
3. Melakukan coating tablet sesuai parameter yang ditentukan
4. Melakukan uji karakteristik tablet coating
B. DASAR TEORI
Tablet salut selaput atau film coating adalah tablet kompresi yang
disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air
maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini
berwarna. Kelebihannya dibandingkan salut gula ialah lebih tahan lama, lebih
sedikit bahan, pengerjaannya lebih cepat. Selaput ini akan pecah dalam
saluran lambung-usus.
Salut selaput merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan
bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis
yang seragam, pada permukaan substrat solida. Substrat dapat berupa tablet,
kaplet, pellet, granul, atau partikel-partikel. Secara khas, salut itu kira-kira
setebal 25-100 µm dan disalutkan untuk menyempurnakan sifat-sifat fisik dan
kimia substrat.
Suatu tipe salut selaput tunggal dapat memiliki lebih dari satu fungsi
penggunaan. Sebagai contoh, salut larut air yang mengandung zat pemburam
tidak hanya dapat melindungi substrat dari cahaya, tetapi juga dapat
memperbaiki tekstur, meningkatkan kemudahan untuk ditelan dan
mempermudah penanganan selama proses pengemasan.
Tujuan penyalutan tablet:
a. Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet
enteric yang pecah di usus.
C. PROSEDUR KERJA
Cara Kerja
1. Mahasiswa mencari formula film coating dari jurnal atau buku teks dengan
menyesuaikan bahan baku yang tersedia di laboratorium
2. Mahasiswa membuat formula coating tablet pada form master formula
3. Mahasiswa mendiskusikan formula coating yang telah dibuat dengan dosen
pengampu
4. Mahasiswa mempersiapkan mesin cetak tablet yang akan digunakan
5. Mahasiswa melakukan setting mesin sebelum digunakan
6. Mahasiswa melakukan coating tablet hingga bobot tablet hasil coating
terpenuhi
7. Mahasiswa melakukan uji karakteristik tablet coating
8. Mahasiswa menganalisis data yang diperoleh
Tugas:
a) Buatlah formula coating film berdasarkan bahan-bahan yang ada!
b) Diskusikan formula coating tersebut dengan dosen pengampu!
c) Catat dan analisislah hasil tablet coating yang diperoleh!
d) Diskusikan permasalahan saat praktikum berlangsung dan diskusikan
hasil analisis tablet coating tersebut!
PRAKTIKUM VI
PEMBUATAN NANOEMULSI DAN UJI KARAKTERISTIKNYA
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin mixer
2. Membuat nanoemulsi sesuai parameternya
3. Melakukan uji karakteristik nanoemulsi
B. DASAR TEORI
Nanoemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik, dispersi
transparan dari minyak dan air yang distabilisasi oleh interfasial film molekul
surfaktan dan ko-surfaktan dan memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm
(Shafiq, et al., 2007; Shafiq, et al., 2007). keuntungan nanoemulsi ialah dapat
meningkatkan absorpsi, membantu melarutkan obat yang bersifat lipofilik,
meningkatkan bioavailabilitas, dapat digunakan untuk pemberian obat rute oral,
topikal, dan intravena, tidak menimbulkan masalah inheren, kriming, flokulasi,
koalesen, dan sedimentasi, memiliki tegangan permukaan yang tinggi, dan
energi bebas yang menjadikan nanoemulsi sebagai sistem transport yang
efektif, membutuhkan jumlah energi yang relatif sedikit, dan stabil secara
termodinamik (Kumar & Soni, 2017). Tipe nanoemulsi bergantung pada
komposisi atau bahan yang digunakan, yaitu: Nanoemulsi minyak dalam air,
berupa tetesan minyak yang terdispersi di dalam fase air; Tipe air dalam
minyak, dimana tetesan air terdispersi dalam fase minyak; dan bicontinuous
nanoemulsi (Kumar & Soni, 2017).
Nanoemulsi mengandung komponen utama, yaitu : Obat yang memiliki
kelarutan rendah; fase minyak seperti asam oleat, minyak zaitun, minyak jarak;
fase air, yaitu metanol dan etanol; surfaktan, yaitu tween 80, tween 20, dan
span 20; serta ko-surfaktan, contohnya PEG 200, PEG 400, polisorbat 80
(Kumar & Soni, 2017).
Nanoemulsi membantu obat lipofilik agar terabsorpsi lebih cepat dan lebih
baik dibandingkan dengan larutan minyak. Diameter droplet sistem bergantung
dari tipe minyak, konten fase minyak, tipe surfaktan, dan temperatur (Vatsraj, et
al., 2014). Fase minyak yang digunakan akan mempengaruhi ukuran droplet
dan stabilitas nanoemulsi yang terbentuk (Davidov-Pardo & McClements,
2015).
Fase minyak dalam nanoemulsi berperan sebagai pembawa yang dapat
melarutkan zat aktif yang bersifat lipofilik. Fase minyak membentuk droplet
dalam medium dispersi dengan adanya bantuan surfaktan dan ko-surfaktan
(Chen, et al., 2011)
C. PROSEDUR KERJA
Bahan:
Serbuk asam salisilat
VCO
Tween 80
PEG 400
Ethanol
Aquadestilata
Alat:
1. Neraca analitik
2. Magnetic stirrer
3. Viscometer
4. pHmeter
5. sentrifugasi
6. pipa kapiler
7. flakon 15 ml
Cara Kerja
1. Mahasiswa menyiapkan formula nanoemulsi sebagai berikut:
(perhitungkan BJ masing-masing bahan untuk mengkonversi berat menjadi
volume)
Bahan % (b/b)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
VCO 2 2 2 2
Tween 80 32 35 40 20
PEG 400 - - - 15
Ethanol 16 20 25 20
Asam 2 2 2 2
salisilat
Aquadest ad 100 100 100 100
A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin mixer
2. Membuat sediaan gel
3. Melakukan uji karakteristik gel
B. DASAR TEORI
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Zat zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi,
koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai
basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat
obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada
kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi
dan pasta gigi (Herdiana, 2007). Polimer polimer yang biasa digunakan untuk
membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar,
asam alginat, serta bahan bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, clan karbopol yang merupakan
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat
dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan
dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994). Adalah sebagai berikut:
1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan Memiliki derajat
kejernihan tinggi (efek estetika)
3. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti
film saat pemakaian
4. Mudah tercucikan dengan air
5. Daya lubrikasi tinggi
6. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
(Formularium Nasional, hal 315).
C. PROSEDUR
D. CARA KERJA
1. Buatlah sediaan gel sebanyak 100 gram
2. Hitung bahan-bahan yang akan digunakan sesuai formula
3. Campurkan karbopol dan HPMC pada gelas bekker, tambahkan
air sebanyak 50 mL, aduk homogen dengan mixer dan biarkan
selama 24 jam.
4. Larutkan kafein dalam alkohol, kemudian campurkan ke dalam
campuran basis (3) aduk homogen
5. Tambahkan TEA ke dalam campuran (4) aduk
6. Campurkan metil paraben ke dalam 10 mL aquadest, aduk
homogen tuang ke campuran (5) aduk
7. Tambahkan gliserol pada campuran (6) aduk
8. Cek pH antara 6,0 – 7,0, tambahkan NaOH 0,1N jika
membutuhkan, catat penambahan NaOH
9. Tambahkan sisa aquadest aduk homogen
10. Lakukan sonikasi jika membutuhkan
DAFTAR PUSTAKA