Anda di halaman 1dari 32

PANDUAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN NON-STERIL

Penyusun :
Tim Praktikum Farmasi Fisika

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA KELUARGA
BEKASI
2019/2020
TATA TERTIB

1. Mahasiswa diharuskan hadir 5 menit sebelum acara praktikum.


Toleransi terlambat 15 menit dari jadual, lebih dari waktu tersebut tidak
boleh ikut praktikum sama sekali, tidak ada inhal.
2. Mengenakan jas laboratorium warna putih, bersih dan selalu dalam
keadaan terkancing. Tidak diperkenankan memakai sandal (berlaku
untuk semua).
3. Tidak membawa laporan sementara dan laporan resmi, tidak diijinkan
ikut praktikum sama sekali, tidak ada inhal.
4. Inhal praktikum hanya akan diberikan apabila ada surat ijin (sebelum
hari praktikum), dan atau surat keterangan dokter (setelah hari
praktikum) atau pada saat praktikum, praktikan nyata-nyata terlihat
sakit/berhalangan (kepastian ditentukan oleh dosen pengampu masing-
masing).
5. Tidak diperkenankan merokok ataupun melakukan tindakan yang dapat
mengganggu kelancaran acara praktikum.
6. Bekerja secara hati-hati, teliti dan bersih selama praktikum
7. Pengambilan bahan sesuai dengan yang dibutuhkan. Dilarang keras
membuang bahan farmasetis ke dalam bak cuci, buanglah pada tempat
limbah yang telah disediakan. Setelah selesai, kembalikan alat dan
bahan ke tempat semula.
8. Bila terjadi kerusakan atau kehilangan alat selama praktikum,
mahasiswa yang bersangkutan diharuskan menggati sesuai spesifikasi
alat
9. Praktikan tidak diperkenankan memakai kutek. Praktikan diwajibkan
menggunakan APD
10. Ketentuan lain yang belum disebutkan, akan diatur pada saat
pelaksanaan praktikum
11. Masing-masing mahasiswa melakukan acara praktikum sesuai jadwal
yang telah diatur. Waktu praktikum selama 6 x 50 menit
12. Sebelum melakukan acara praktikum, didahului dengan pre test dan
diakhiri dengan post-test/diskusi dengan dosen sesuai dengan waktu
yang ditentukan
13. Setiap selesai satu acara praktikum, mahasiswa diharuskan membuat
laporan resmi untuk kemudian dikumpulkan satu minggu sesudah
praktikum dan menjadi syarat untuk mengikuti acara praktikum
berikutnya. Laporan yang terlambat dikumpulkan, tidak diberi nilai / nilai
nol.
DAFTAR ISI

TATA TERTIB
DAFTAR ISI
MATA PRAKTIKUM
1. Pengenalan Alat Teknologi Farmasi dan Uji Karakteristik Bahan
Baku
2. Pembuatan Granul Kempa Langsung dan Uji Karakteristik Granul
3. Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah dan Uji
Karakteristik Granul
4. Pembuatan Tablet dan Uji Karakteristik Tablet
5. Coating tablet dan Uji Karakteristik Tablet Coating
6. Pembuatan Nanoemulsi Asam Salisilat dan Uji Karakteristiknya
7. Pembuatan Gel Kafein dan Uji Karakteristiknya
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PRAKTIKUM I
Pengenalan Alat Teknologi Farmasi dan Uji Karakteristik Bahan
Baku

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengenali dan memahami cara penggunaan alat laboratorium Teknologi
Farmasi.
2. Mampu memahami Standard Operating Procedure Alat laboratorium
Teknologi Farmasi.
3. Mampu melakukan uji karakteristik bahan baku untuk sediaan farmasi.

B. DASAR TEORI
Praktik di laboratorium merupakan bagian dari pengajaran sains. Dalam
memulai praktik di laboratorium kita harus mengenal dan memahami cara
pengunaan semua peralatan dasar yang biasanya digunakan dalam
laboratorium kimia beserta menerapkan di laboratorium.
Praktikum di laboratorium tekologi farmasi merupakan sarana yang efektif
untuk melatih dan mengembangkan aspek kongnitif dan psikomotorik
mahasiswa, serta wajib bekerja sama antar mahasiswa. Melalui praktikum di
laboratorium teknologi farmasi ini juga sangat membantu mahasiswa dalam
memahami teori yang diperoleh dalam perkuliahan. Laboratorium teknologi
farmasi merupakan tempat yang memiliki bermacam-macam alat seperti yang
digunakan untuk penelitian di bagian Research and Development Industri
Farmasi, dari yang sederhana sampai kepada alat yang cukup besar seperti
mesin tablet, mesin coating, dan mesin pengemas.
Alat tersebut ada yang berfungsi dalam proses awal pembuatan tablet
seperti neraca timbang digital, alat in process control seperti disintegration
tester, hardness tester dll, serta alat uji disolusi. Dalam praktikum di
laboratorium teknologi farmasi, tingkat pengetahuan tentang alat menjadi
sangat penting karena mempengaruhi data percobaan yang diperoleh.
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet kempa dibuat dengan
memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan
baja. Tablet dapat dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan
tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak diproduksi dan juga
banyak mengalami perkembangan dalam formulasinya. Beberapa keuntungan
sediaan tablet adalah sediaan lebih kompak, dosisnya tepat, mudah
pengemasannya dan penggunaannya lebih praktis dibanding sediaan yang
lain.
Selain mengandung bahan aktif, tablet biasanya mengandung bahan
tambahan yang mempunyai fungsi tertentu. Bahan tambahan yang umum
digunakan adalah bahan pengisi, bahan pengikat, bahan pengembang, bahan
pelicin atau zat lain yang cocok. Bahan tambahan yang digunakan pada
pembuatan tablet harus inert, tidak toksik dan mampu melepaskan obat dalam
keadaan relatif konstan pada jangka waktu tertentu.
Untuk mengetahui karakteristik suatu sediaan tablet maka diperlukan
serangkaian evaluasi atau pengujian terhadap sediaan tersebut. Karena
sebagian besar diantara kita tidak mengetahui karakteristik tablet yang kita
gunakan. Untuk itu beberapa parameter-parameter uji sediaan tablet perlu
untuk diketahui.
Pemeriksaan kualitas granul
Bahan obat sebelum ditablet, pada umumnya dicampur terlebih dahulu,
bentuk serbuk yang seragam, menyebabkan keseragaman pada bentuk tablet
(Voigt, 1984).
Persyaratan serbuk yang baik adalah bentuk dan warna teratur,
memiliki daya alir yang baik (free flowing), menunjukkan kekompakan mekanis
yang memuaskan, tidak terlampau kering, dan hancur baik di dalam air (Voigt,
1984).
Beberapa uji yang biasa digunakan untuk mengetahui kualitas fisik serbuk
antara lain:
1. Waktu alir serbuk
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi massa tablet adalah
pemeriksaan laju alirnya. Massa tablet dimasukkan sampai penuh ke dalam
corong alat uji waktu alir dan diratakan. Waktu yang diperlukan seluruh massa
untuk melalui corong dan berat massa tersebut dicatat. Laju alir dinyatakan
sebagai jumlah gram massa tablet yang melalui corong perdetik (Lachman et
al, 1994).
Persyaratan : 100 gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (>10
g/detik).

Kecepatan Alir (g/detik) Sifat Aliran


>10 Sangat baik
4-10 Baik
1,6-4 Sukar
<1,6 Sangat sukar

2. Sudut diam serbuk


Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel
bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk
dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh
bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama
dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih
besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik
(Lachman et al, 1994).
Granul ditimbang sejumlah tertentu dan dimasukkan dalam corong yang
bagian bawahnya ditutup. Kemudian tutup dibuka dan dibiarkan granul
mengalir seluruhnya dari corong. Lalu ukur diameter dasar granul dan tinggi
kerucut yang terbentuk dengan penggaris. Kemudian diukur sudut istirahatnya
dengan rumus :
Tg α = h/r
Dimana: α = sudut istirahat
h = tinggi tumpukan granul
r = jari-jari

Sudut istirahat (Tg α) Sifat aliran


<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup
>40 Sangat buruk

3. Pengetapan serbuk
Pengukuran sifat alir dengan metode pengetapan/tapping terhadap
sejumlah serbuk dengan menggunakan alat volumeter/mechanical tapping
device. Pengetapan dilakukan dengan mengamati perubahan volume sebelum
pengetapan (Vo) dan volume setelah konstan (Vt) (Sulaiman,2007).
V0− Vt
% kompresibilitas = x 100 %
V0
Kompresibilitas (%) Sifat Aliran
5-15 Sangat baik
12-17 Baik
18-22 Cukup
23-33 Kurang
34-38 Sangat kurang
>38 Sangat buruk

4. Kadar air
Loss on drying (LOD) menyatakan kelembapan berdasarkan berat
basah. Kelembapan di dalam zat padat dapat dinyatakan berdasarkan berat
basah atau berat kering. Kelembapan di dalam zat padat dinyatakan
berdasarkan berat basah atau berat kering. Berdasarkan berat basah,
kandungan air dari suatu bahan dihitung sebagai persen berat dari bahan
basah yang menggambarkan penyusutan pada saat pengeringan atau loss on
drying (LOD). (terutama dalam proses granulasi bawah).
Pengukuran lain untuk menyatakan kelembaban dalam zat padat ialah
berdasarkan berat kering yaitu, air dinyatakan sebagai persen berat dari bahan
kering yang disebut kandungan lembap (moisture content, MC). Persyaratan
Moisture content adalah 2-4%.

Metode yang populer digunakan adalah metode thermogravimetri.


Thermogravimetri adalah teknik dimana berat sampel direkam sebagai fungsi
dari temperatur sesuai dengan program dalam alat. Contoh alatnya adalah
halogen Moisture Analyzer.

Prinsip kerja alat ini adalah ketika sampel dimasukkan ke alat sampel akan
ditimbang, kemudian radiator halogen muai mengeringkan sampel. Dalam
waktu bersamaan timbangan yang terintegrasi secara terus-menerus mencatat
berat sampel. Total kehilangan berat sampel diterjemahkan sebagai kandungan
total cairan (termasuk air).
5. Distribusi ukuran partikel
Diameter rata-rata dari suatu populasi dapat diketahui dengan beberapa
cara di antaranya dengan metode pengayakan, metode mikroskopi,
pengendapan, absorpsi, dan lain-lain. Distribusi ukuran granul dipengaruhi
oleh metode granulasi, banyaknya larutan pengikat, waktu pemrosesan.
Metode sederhananya untuk menghitung ukuran rata-rata partikel dengan
menggunakan ayakan standar yang telah diketahui ukurannya yaitu mesh yang
menandakan banyaknya lubang perinchi.
% Fines = Berat serbuk halus yg diperoleh/ Berat Granul Awal x 100%

C. PROSEDUR KERJA

Alat:
1. Oven
2. Alat uji disintegrasi
3. Alat tapped density
4. Alat flowability tester
5. Alat hardness tester
6. Alat shieving
7. Alat uji friability
8. Alat Ultra Turrax
9. Alat mixer
10. Moisture analyzer
11. Mesin cetak
12. Mesin coating
13. Mesin kemas
14. Kamera

Bahan
a. Tablet paracetamol 20 tablet
b. Laktosa 150 g
c. Amylum 150 g
d. Avicel 150 g
e. Paracetamol 150 g

Cara Kerja Alat Laboratorium


1) Mahasiswa membaca SOP dari alat yang bersangkutan
2) Perwakilan mahasiswa setiap kelompok dibagi sesuai jumlah alat yang
ada
3) Mahasiswa melakukan identifikasi komponen dari masing-masing alat
dan mesin.
4) Mahasiswa melakukan uji coba dengan masing-masing bahan pada
setiap alat, kemudian dokumentasikan masing-masing langkah pada
saat uji coba.
Cara Kerja Uji Karakteristik Bahan Baku
1) Mahasiswa melakukan pengamatan terhadap bentuk, bau, warna dan
rasa
2) Mahasiswa melakukan uji karakteristik granul dengan mengikuti SOP
yang telah dibuat sebelumnya
3) Mahasiswa mencatat data yang diperoleh

Tugas:
1. Mahasiswa membuat Laporan Alat Laboratorium yang berisi cara kerja
dan foto komponen alat secara singkat.
2. Mahasiswa membuat Laporan Uji Karakteristik Bahan Baku
PRAKTIKUM II
Pembuatan Granul Kempa Langsung dan Uji Karakteristik Granul

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memahami prosedur pembuatan granul secara kempa langsung
2. Membuat formula granul untuk metode kempa langsung

B. DASAR TEORI
Metode Kempa Langsung yaitu pembuatan tablet dengan mengempa
langsung campuran zat aktif dan eksipien kering.tanpa melalui perlakuan awal
terlebih dahulu. Metode ini merupakan metode yang paling mudah, praktis, dan
cepat pengerjaannya, namun hanya dapat digunakan pada kondisi zat aktif
yang kecil dosisnya, serta zat aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan
lembab.
Secara umum sifat zat aktif yang cocok untuk metode kempa langsung
adalah zat aktif yang sifat alirnya baik, kompresibilitasnya baik, bentuknya
kristal, dan mampu menciptakan adhesifitas dan kohesifitas dalam massa
tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu mencampur zat aktif dengan
eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas yang baik kemudian dicetak.
Tahapan dari kempa langsung cukuplah singkat yaitu: Campur massa
kemudian langsung dicetak.

Keuntungan dari metode kempa langsung, yaitu: lebih ekonomis karena


validasi proses lebih sedikit, prosesnya lebih singkat sehingga tidak memakan
waktu, tenaga, dan mesin yang banyak, dapat digunakan untuk zat aktif yang
tidak tahan terhadap panas dan kelembaban, serta waktu hancur dan
disolusinya lebih baik.
Kerugian dari metode kempa langsung, yaitu: perbedaan ukuran partikel
dan kerapatan bulk antara zat aktif dengan pengisi dapat menimbulkan
stratifikasi di antara granul yang selanjutnya dapat menyebabkan kurang
seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet, zat aktif dengan dosis yang
besar tidak mudah untuk dikempa langsung, dan sulit dalam pemilihan
eksipien.

C. PROSEDUR KERJA

Alat:
1. Alat tapped density
2. Alat flowability tester
3. Moisture analyzer
4. Plastic 2 Kg
5. Baskom
6. Sendok

Bahan/Formula
Kempa langsung
Nama Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
Bahan
Paracetamol 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg

SSG 5% 5% 5% 5%
PVP 30% 0% 10% 15%
Gelatin 0% 30% 10% 15%
Mg Stearat 1% 1% 1% 1%
Avicel 102 ad 700 mg 700 mg 700 mg 700 mg

Tugas
1) Buatlah formula tablet paracetamol sebanyak 150 gram
2) Mahasiswa mencari pemerian bahan dan fungsi bahan
3) Mahasiswa membuat perhitungan formula dari masing-masing bahan
Cara Kerja:
1. Ayak paracetamol, SSG, PVP, Avicel dengan mesh 40 secara berurutan
ke dalam plastik yang sama.
2. Masukkan gelatin ke dalam plastik tanpa di ayak
3. Campurkan selama 20 menit secara manual
4. Ayak Mg Stearat dengan mesh 40 ke dalam plastik (1)
5. Campurkan bahan-bahan selama 5 menit
6. Uji karakteristik granul
7. Catat data yang telah ada,lalu diskusikan dengan dosen pengampu
8. Simpan granul dengan plastik lagi dan tambahkan silica gel di
dalamnya.
PRAKTIKUM III
Pembuatan Granul dengan Metode Granulasi Basah dan Uji
Karakteristik Granul

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Memahami prosedur pembuatan tablet dengan metode granulasi basah
2. Membuat formula granul tablet dengan metode granulasi basah
3. Melakukan uji karakteristik granul

B. DASAR TEORI
Komponen tablet
Komponen tablet atau formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan
pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung
bahan pewarna dan lak (bahan pewarna yang diabsorpsikan pada alumunium
hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan
pemanis.
1. Zat aktif : harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2. Eksipien atau bahan tambahan
a.Bahan pengisi (diluent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar
mudah dicetak atau dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit
atau sulit dikempa. Misalnya laktosa, pati, kalsium fosfat dibase, dan selulosa
mikrokristal.
b.Bahan pengikat (binder) berfungsi memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi,
misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, CMC, pasta pati
terhidrolisis, selulosa mikrokristal.
c.Bahan penghancur/pengembang (disintegrant)berfungsi membantu hancurnya
tablet setelah ditelan. Misalnya pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara
kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang.
d.Bahan pelican (lubrikan/lubricant)berfungsi mengurangi gesekan selama
proses pengempaan tablet dan juga berguna untuk mencegah massa tablet
melekat pada cetakan. Misalnya senyawa asam stearat dengan logam, asam
stearat, minyak nabati terhidrogenasi, dan talk. Umumnya lubrikan bersifat
hidrofob, sehingga dapat menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi
tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebih harus dihindari. PEG dan
garam laurel sulfat dapat digunakan, tetapi kurang memberikan daya lubrikasi
yang optimal dan diperlukan dalam kadar yang lebih tinggi.
e. Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalir serbuk,
umumnya digunakan dalam kempa langsung tanpa proses granulasi. Misalnya
silica pirogenik koloidal.
a.Bahan pewarna (colouring agent) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika
atau untuk identitas produk. Misalnya zat pewarna dari tumbuhan.
b.Bahan pengaroma (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang
tidak enak (misalnya tablet isap penisilin), biasanya digunakan untuk tablet
yang penggunaannya lama di mulut. Misalnya macam-macam minyak atsiri.
Metode pembuatan tablet secara umum dibagi menjadi 3, yaitu granulasi
basah, granulasi kering, dan kempa langsung.
1. Granulasi basah
Granulasi Basah yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan
eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan
pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat
digranulasi. Granulasi basah digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap
lembab dan panas. Prinsip dari metode ini adalah membasahi massa atau
campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat tertentu sampai
diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan
suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan
larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya
ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan
kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan
yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair
yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila
jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan
tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan
sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang
merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa
basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan
dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk
granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi
lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan
tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang
akan dibuat.
Tahapan dari granulasi basah ini yaitu: Campur kering Granulasi
dengan penambahan larutan pengikat  pengayakan basah  Pengeringan
Pengayakan kering  Campur massa  Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi basah, yaitu: memperoleh aliran
yang baik, meningkatkan kompresibilitas, mengontrol pelepasan, mencegah
pemisahan komponen campuran selama proses, distribusi keseragaman
kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian dari metode granulasi basah, yaitu: banyak tahap dalam
proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup tinggi, zat aktif yang tidak
tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat
termolabil dapat menggunakan pelarut non air.
2. Granulasi kering
Granulasi kering sering disebut juga dengan slugging, yaitu memproses
partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering
menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan
partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Metode ini
digunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban.
Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan
bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.
Pada proses ini komponen–komponen tablet dikompakan dengan mesin
cetak tablet lalu ditekan ke dalam die dan dikompakan dengan punch sehingga
diperoleh massa yang disebut slug, prosesnya disebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan granul yang
sifat alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum
memuaskan maka proses diatas dapat diulang. Dalam jumlah besar granulasi
kering dapat juga dilakukan pada mesin khusus yang disebut roller compactor
yang memiliki kemampuan memuat bahan sekitar 500 kg, roller compactor
memakai dua penggiling yang putarannya saling berlawanan satu dengan yang
lainnya, dan dengan bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin
ini mampu menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir
dintara penggiling.
Tahapan dari granulasi kering ini yaitu: Campur kering  Pencetakan
menjadi slug Pengayakan Campur massa Pencetakan.
Keuntungan dari metode granulasi kering, yaitu: Peralatan yang digunakan
lebih sedikit, baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan
kelembaban, dan mempercepat waktu hancur.
Kekurangan dari metode granulasi kering, yaitu: memerlukan mesin tablet
khusus untuk membuat slug, tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam,
dan proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.

C. PROSEDUR KERJA

Bahan: (total granul = 150 g)


1. Serbuk paracetamol/zat aktif lainnya
2. Komponen lain (bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat,
bahan pelicin, dll).
Alat:
1. Timbangan
2. Mesh ukuran besar (6 dan 8) dan mesh ukuran kecil (14 dan 20)
3. Oven
4. Kertas roti
5. Loyang alumunium
6. Sendok besar
7. Baskom
Cara Kerja
1) Mahasiswa menghitung jumlah masing-masing bahan
Nama Bahan Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4
Fase dalam
Paracetamol 250 mg 250 mg 250 mg 250 mg

SSG 4% 4% 4% 4%

PVP 4% 0 8% 2%
Amylum 0 4% 0 2%
maydis
Avicel 102 q.s …… mg …… mg …… mg …… mg

Aquadest q.s ……. mL ……. mL ……. mL ……. mL

Fase Luar
SSG 2% 2% 2% 2%

Mg Stearat 1% 1% 1% 1%
Talcum 0,5% 0,5% 0,5% 0,5%

Tablet ad 700 mg 700 mg 700 mg 700 mg

2) Buatlah larutan binder dengan aquadest secukupnya. Catat aquadest


yang dibutuhkan.
3) Ayak Mg stearate dan talcum dengan mesh 20, simpan dalam plastik
tersendiri
4) Campurkan serbuk paracetamol, SSG, Avicel dalam baskom. Aduk
homogen dengan sendok.
5) Tuangkan larutan binder yang dibuat ke dalam campuran serbuk,
tambahkan aquadest hingga terbentuk massa granul basah.
6) Ayak campuran (4) dengan mesh nomor 6 di atas loyang kue
7) Keringkan massa granul dalam oven dengan suhu antara 80-100ºC
8) Cek kadar air dalam granul setiap 10-15 menit hingga kadar air granul
sebesar 2-4%
9) Ayak kering massa granul dengan mesh 14, masukkan ke dalam plastik
10) Tambahkan SSG dan serbuk lubrikan (Mg stearate + talcum) ke dalam
plastik (9). Campur homogen selama 5 menit.
11) Mahasiswa melakukan uji karakteristik granul (bobot massa granul
kering, flowability, compressibility, %MC).
12) Mahasiswa mencatat data yang diperoleh dan melakukan analisis data
tersebut.
13) Simpan massa granul dengan plastik yang diisi dengan silica gel.
PRAKTIKUM IV
Pembuatan Tablet dan Uji Karakteristik Tablet

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin cetak tablet
2. Melakukan cetak tablet sesuai parameter yang ditentukan
3. Melakukan uji karakteristik tablet hasil kempa

B. DASAR TEORI
Secara umum komponen dasar mesin pencetak tablet adalah sebagai
berikut:
a) Hopper, tempat untuk menyimpan granul dan yang mengalirkan granul
untuk di kempa.
b) Die, tempat granul akan di cetak, menentukan ukuran dan bentuk tablet
c) Punch atas, alat untuk mengempa granul yang telah brada di die
d) Punch bawah, alat untuk mengeluarkan tablet yang telah di cetak.

Tahapan-tahapan dalam proses pencetakan:


Tahap 1. Pengisian die dengan granul
Serbuk atau granul2 dialirkan dri hopper masuk kedalam die (aliran sesuai
gravitasi). Volume granul ditentukan oleh posisi punch bawah dan lempeng die,
untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah.

Tahap 2. Pencetakan Granul


Pada tahap ini, Hopper akan kembali pada tempatnya dan punch atas akan
turun mengempa granul menjadi tablet. Selama tahapan ini ada beberapa
tahapan yang terjadi sehinggqa granul menjadi tablet.
1. Penyusunan ulang dari struktur granul: Ketika Punch atas mengempa granul
maka distribusi granul akan tersusun ulang diantara punch atas dan punch
bawah.
2. Perubahan Bentuk granul dan pembentukan ikatan: Pada tahap ini akan
terjadi perubahan bentuk granul krena penekanan, pada awalnya terjadi
deformasi elastis kemudian plastik.
3. Pembentukan ikatan intergranul: Hasil dari penekanan, granul termampatkan
dan terjadi ikatan antar granul sehingga menjadi tablet.

Tahap 3. Pengeluaran Tablet


Setelah Tablet dikempa, punch atas akan kembali ket4 aslinya kemudian
punch bawah akan bergerak keatas membawa tablet sejajar dengan die.
Setelah itu hopper akan bergerak untuk mengisi granul kedalam die sehingga
tablet akan tergeser oleh hopper.
Ada dua tipe mesin pencetak tablet yaitu pencetak tunggal (single-punch)
dan pencetak ganda berputar (multiple-punch). Proses mesin pencetak tunggal
sama persis seperti diatas. Pencetak ganda berputar, umumnya digunakan
untuk produksi besar, kapasitas produksi bisa sampai 10.000 tablet permenit.
Seperti Mesin pencetak tunggal tablet dimampatkan diantara punch atas dan
bawah, akan tetapi prosesnya sedikit berbeda. Pada pencetak ganda berputar
disusun dalam 1 rangkaian punch atas dan punch bawah (sampai 60 permesin)
yang ditempatkan dalam lingkaran die yang dapat berputar. Kedua Punch
digerakkan (baik diturunkan dan di naikkan) oleh gerakan Roller atas dan Roller
bawah.
Evaluasi sediaan tablet jadi meliputi :
1. Keseragaman Bobot
Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua
metode, yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan
ini digunakan untuk sediaan mengandung satu zat aktif dan sediaan
mengandung dua atau lebih zat aktif (Depkes RI, 1995).
Persyaratan keseragaman bobot dapat diterapkan pada produk kapsul
lunak berisi cairan atau pada produk yang mengandung zat aktif 50 mg atau
lebih yang merupakan 50% atau lebih, dari bobot, satuan sediaan. Persyaratan
keseragaman bobot dapat diterapkan pada sediaan padat (termasuk sediaan
padat steril) tanpa mengandung zat aktif atau inaktif yang ditambahkan, yang
telah dibuat dari larutan asli dan dikeringkan dengan cara pembekuan dalam
wadah akhir dan pada etiket dicantumkan cara penyiapan ini (Depkes RI,
1995).
Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang
ditetapkan sebagai berikut: Timbang 20 tablet, hitung bobot rata – rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing –
masing bobotnya menyimpang dari bobot rata – ratanya lebih besar dari harga
yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tablet pun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata – ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak
mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang
bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata – rata yang ditetapkan kolom
A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata – rata yang ditetapkan kolom B.
Penyimpanan bobot rata – rata dalam %
Bobot rata – rata A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg sampai dengan 150 mg 10% 20%
151 mg sampai dengan 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
(DepKes RI, 1979).
Menurut Depkes RI (1995), untuk penetapan keseragaman sediaan
dengan cara keseragaman bobot, pilih tidak kurang dari 30 satuan, dan lakukan
sebagai berikut untuk sediaan yang dimaksud. Untuk tablet tidak bersalut,
timbang saksama 10 tablet, satu per satu, dan hitung bobot rata-rata. Dari hasil
penetapan kadar, yang diperoleh seperti yang tertera dalam masing-masing
monografi, hitung jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan
anggapan zat aktif terdistribusi homogen.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan
keseragaman dosis dipenuhi jika jumlah zat aktif dalam masing-masing dari 10
satuan sediaan seperti yang ditetapkan dari cara keseragaman bobot atau
dalam keseragaman kandungan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari
yang tertera pada etiket dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama
dengan 6,0% (Depkes RI, 1995).
Jika 1 satuan terletak di luar rentang 85,0% hingga 115,0% seperti yang
tertera pada etiket dan tidak ada satuan terletak antara rentang 75,0% hingga
125,0% dari yang tertera pada etiket, atau jika simpangan baku relatif lebih
besar dari 6,0% atau jika kedua kondisi tidak dipenuhi, lakukan uji 20 satuan
tambahan. Persyaratan dipenuhi jika tidak lebih dari 1 satuan dari 30 terletak
diluar rentang 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket dan tidak ada
satuan yang terletak di luar rentang 75,0% hingga 125,0% dari yang tertera
pada etiket dan simpangan baku relatif dari 30 satuan sediaan tidak lebih dari
7,8% (Depkes RI, 1995).

2. Uji Kekerasan
Uji kekerasan tablet dapat didefinisikan sebagai uji kekuatan tablet yang
mencerminkan kekuatan tablet secara keseluruhan, yang diukur dengan
memberi tekanan terhadap diameter tablet. Tablet harus mempunyai kekuatan
dan kekerasan tertentu serta dapat bertahan dari berbagai goncangan mekanik
pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Alat yang biasa
digunakan adalah hardness tester (Banker and Anderson, 1984). Kekerasan
adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet dalam melawan
tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan dan terjadi keretakan talet selama
pembungkusan, pengangkutan dan pemakaian. Kekerasan ini dipakai sebagai
ukuran dari tekanan pengempaan (Parrott, 1971).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur kekerasan tablet
diantaranya Monsanto tester, Pfizer tester, dan Strong cobb hardness
tester. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan tablet adalah tekanan
kompresi dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan ini dipakai sebagai ukuran
dari tekanan pengempaan. Semakin besar tekanan yang diberikan saat
penabletan akan meningkatkan kekerasan tablet. Pada umumnya tablet yang
keras memiliki waktu hancur yang lama (lebih sukar hancur) dan disolusi yang
rendah, namun tidak selamanya demikian. Pada umumnya tablet yang baik
dinyatakan mempunyai kekerasan antara 4-10 kg. Namun hal ini tidak mutlak,
artinya kekerasan tablet dapat lebih kecil dari 4 atau lebih tinggi dari 8 kg.
Kekerasan tablet kurang dari 4 kg masih dapat diterima dengan syarat
kerapuhannya tidak melebihi batas yang diterapkan. Tetapi biasanya tablet
yang tidak keras akan memiliki kerapuhan yang tinggi dan lebih sulit
penanganannya pada saat pengemasan, dan transportasi. Kekerasan tablet
lebih besar dari 10 kg masih dapat diterima, jika masih memenuhi persyaratan
waktu hancur/disintegrasi dan disolusi yang dipersyaratkan (Sulaiman, 2007).
Uji kekerasandilakukan dengan mengambil masing-masing 10 tablet dari
tiap batch, yang kemudian diukur kekerasannya dengan alat pengukur
kekerasan tablet. Persyaratan untuk tablet lepas terkendali non
swellable adalah 10-20 kg/cm2 (Nugrahani, 2005).

3. Uji Kerapuhan (Friabilitas) Tablet


Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman. Kerapuhan diukur dengan friabilator. Prinsipnya
adalah menetapkan bobot yang hilang dari sejumlah tablet selama diputar
dalam friabilator selama waktu tertentu. Pada proses pengukuran kerapuhan,
alat diputar dengan kecepatan 25 putaran per menit dan waktu yang digunakan
adalah 4 menit. Jadi ada 100 putaran (Andayana, 2009). Kerapuhan dapat
dievaluasi dengan menggunakan friabilator (contoh nya Rosche friabilator)
(Sulaiman, 2007).
Tablet yang akan diuji sebanyak 20 tablet, terlebih dahuludibersihkan dari
debunya dan ditimbang dengan seksama. Tablet tersebut selanjutnya
dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran selama 4
menit, jadi kecepatan putarannya 25 putaran per menit. Setelah selesai,
keluarkan tablet dari alat, bersihkan dari debu dan timbang dengan
seksama. Kemudian dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan
sesudah perlakuan. Tablet dianggap baik bila kerapuhan tidak lebih dari
1% (Andayana, 2009).Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot
akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga
persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang.
Kerapuhan yang tinggi akan mempengaruhi konsentrasi/kadar zat aktif yang
masih terdapat pada tablet. Tablet dengan konsentrasi zat aktif yang kecil
(tablet dengan bobot kecil), adanya kehilangan massa akibat rapuh akan
mempengaruhi kadar zat aktif yang masih terdapat dalam tablet (Sulaiman,
2007).
Hal yang harus diperhatikan dalam pengujian friabilitas adalah jika dalam
proses pengukuran friabilitas ada tablet yang pecah atau terbelah, maka tablet
tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan. Jika hasil pengukuran
meragukan (bobot yang hilang terlalu besar), maka pengujian harus diulang
sebanyak dua kali. Selanjutnya tentukan nilai rata-rata dari ketiga uji yang telah
dilakukan (Andayana, 2009).

4. Uji Disolusi
Uji ini digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan
disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Ada dua
jenis alat yang dapat digunakan untuk uji disolusi, untuk uji disolusi tablet
parasetamol digunakan alat jenis 2 dengan kecepatan 50 rpm selama 30 menit.
Uji kesesuaian alat dilakukan pengujian masing-masing alat menggunakan 1
tablet Kalibrator Disolusi FI jenis diintegrasi dan 1 tablet Kalibrator Disolusi FI
jenis bukan disintegrasi. Alat dianggap sesuai bila hasil yang diperoleh berada
dalam rentang yang diperbolehkan seperti yang tertera dalam sertifikat dari
Kalibrator yang bersangkutan. Untuk media disolusi digunakan 900 mL larutan
dapar fosfat pH 5,8. Kemudian lakukan penetapan jumlah parasetamol yang
terlarut dengan mengukur serapan filtrat larutan uji dan larutan baku
pembanding parasetamol BPFI dalam media yang sama pada panjang
gelombang maksimum 243 nm. Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
dari 80 % parasetamol dari jumlah yang tertera pada etiket (Lachman dkk.,
2008).

5. Waktu Hancur
Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul/partikel penyusunnya yang mampu melewati ayakan no.10 yang
terdapat dibagian bawah alat uji. Alat yang digunakan adalah disintegration
tester, yang berbentuk keranjang, mempunyai 6 tube plastik yang terbuka
dibagian atas, sementara dibagian bawah dilapisi dengan
ayakan/screen no.10 mesh (Sulaiman, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu hancur suatu sediaan tablet
yaitu sifat fisik granul, kekerasan, porositas tablet, dan daya serap granul.
Penambahan tekanan pada waktu penabletan menyebabkan penurunan
porositas dan menaikkan kekerasan tablet. Dengan bertambahnya kekerasan
tablet akan menghambat penetrasi cairan ke dalam pori-pori tablet sehingga
memperpanjang waktu hancur tablet. Kecuali dinyatakan lain waktu hancur
tablet bersalut tidak > 15 menit (Nugrahani, 2005).
Tablet yang akan diuji (sebanyak 6 tablet) dimasukkan dalam tiap tube,
ditutup dengan penutup dan dinaik-turunkan keranjang tersebut dalam medium
air dengan suhu 37° C. Dalam monografi yang lain disebutkan mediumnya
merupakan simulasi larutan gastrik (gastric fluid). Waktu hancur dihitung
berdasarkan tablet yang paling terakhir hancur. Persyaratan waktu hancur
untuk tablet tidak bersalut adalah kurang dari 15 menit, untuk tablet salut gula
dan salut nonenterik kurang dari 30 menit, sementara untuk tablet salut enterik
tidak boleh hancur dalam waktu 60 menit dalam medium asam, dan harus
segera hancur dalam medium basa (Sulaiman, 2007).
Untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam
masing-masing monografi. Untuk tablet parasetamol tidak bersalut pengujian
dilakukan dengan memasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung dari
keranjang, masukkan satu cakram pada tiap tabung dan jalankan alat, gunakan
air bersuhu 37º ± 2º sebagai media kecuali dinyatakan menggunakan cairan
lain dalam masing-masing monografi. Pada akhir batas waktu seperti yang
tertera dalam monografi, angkat keranjang dan amati semua tablet: semua
tablet harus hancur sempurna. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurna (Lachman dkk., 2008).

C. PROSEDUR KERJA

Bahan: granul tablet metode kempa langsung dan granulasi basah


Alat:
1. Mesin cetak tablet
2. Baskom
3. Sendok
4. Neraca analitik
5. Alat disintegration tester
6. Alat friability tester
7. Alat hardness tester
8. Jangka sorong

Cara Kerja
1. Mahasiswa mempersiapkan massa granul yang akan dicetak
2. Mahasiswa mempersiapkan mesin cetak tablet yang akan digunakan
3. Mahasiswa melakukan setting mesin sehingga diperoleh spesifikasi tablet
sesuai persyaratan yang telah dibuat sebelumnya
4. Mahasiswa melakukan cetak tablet hingga massa granul habis
5. Mahasiswa melakukan uji karakteristik tablet
6. Mahasiswa menganalisis data yang diperoleh

Tugas:
a) Catat dan analisislah hasil tablet yang diperoleh!
b) Diskusikan permasalahan saat praktikum berlangsung dan diskusikan
hasil analisis tablet tersebut!
PRAKTIKUM V
Film Coating dan Uji Karakteristik Tablet Coating

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin coating
2. Membuat formula coating
3. Melakukan coating tablet sesuai parameter yang ditentukan
4. Melakukan uji karakteristik tablet coating

B. DASAR TEORI
Tablet salut selaput atau film coating adalah tablet kompresi yang
disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut atau tidak larut dalam air
maupun membentuk lapisan yang meliputi tablet. Biasanya lapisan ini
berwarna. Kelebihannya dibandingkan salut gula ialah lebih tahan lama, lebih
sedikit bahan, pengerjaannya lebih cepat. Selaput ini akan pecah dalam
saluran lambung-usus.
Salut selaput merupakan bagian terpadu dari proses pengembangan
bentuk sediaan. Proses salut selaput meliputi penyalutan salut polimer tipis
yang seragam, pada permukaan substrat solida. Substrat dapat berupa tablet,
kaplet, pellet, granul, atau partikel-partikel. Secara khas, salut itu kira-kira
setebal 25-100 µm dan disalutkan untuk menyempurnakan sifat-sifat fisik dan
kimia substrat.
Suatu tipe salut selaput tunggal dapat memiliki lebih dari satu fungsi
penggunaan. Sebagai contoh, salut larut air yang mengandung zat pemburam
tidak hanya dapat melindungi substrat dari cahaya, tetapi juga dapat
memperbaiki tekstur, meningkatkan kemudahan untuk ditelan dan
mempermudah penanganan selama proses pengemasan.
Tujuan penyalutan tablet:
a. Melindungi zat aktif yang bersifat higroskopis atau tidak tahan terhadap
pengaruh udara, kelembapan atau cahaya.
b. Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
c. Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
d. Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna. Misalnya tablet
enteric yang pecah di usus.

Pada awalnya formulasi salut selaput farmasetik terdiri atas larutan


polimer (dan zat tambahan lainnya) dalam pelarut organik atau campuran
pelarut organik. Akan tetapi, berhubungan dengan peraturan mengenai
kesehatan, keamanan dan perlindungan konsumen, penyalutan selaput kini
beralih menggunakan larutan polimer akuosa.
Proses pembentukan lapisan tipis dan struktur internal salut kering akhir
sangat tergantung pada kecepatan penguapan pelarut. Kecepatan penguapan
pelarut dikendalikan oleh panas lateks dari penguapan pelarut itu dan kondisi
pengeringan yang diadakan dalam proses. Pembentukan salut selaput
umumnya terdiri atas: (a) penguapan awal pelarut yang lebih cepat dari tetesan
atomisasi cairan penyalut, menyebabkan peningkatan konsentrasi polimer dan
viskositas, serta penyusutan volume tetesan; (b) hilangnya pelarut lebih lanjut
dari salut selaput, yaitu ketika penyalut bergabung dengan permukaan bentuk
sediaan pada kecepatan yang lebih lambat yang sekarang dikendalikan oleh
kecepatan pelarut dan difusi melalui matriks polimer; (c) penghentian molekul
polimer pada titik pembekuan; dan (d) hilangnya pelarut secara berangsur-
angsur dari salut selaput pada kecepatan yang jauh lebih rendah.
Larutan selaput penyalut yang dapat menghasilkan penyalutan pada
tablet biasanya mengandung jenis-jenis bahan sebagai berikut: (1)
pembentukan selaput yang mampu menghasilkan lapisan tipis yang halus,
dapat diproduksi kembali di bawah kondisi penyalutan biasa dan dapat untuk
tablet dengan berbagai bentuk. Contohnya selulosa astetat ftalat; (2) bahan
logam campuran, memungkinkan pelarutan dalam air atau permeabilitas air ke
dalam selaput agar pasti dapat ditembus oleh cairan tubuh dan kemungkinan
ketersediaan terpeutik obatnya; (3) plasticizer, untuk mendapatkan fleksibilitas
dan elastisitas dari penyalutan yang berarti memperpanjang umur tablet.
Contohnya minyak jarak; (4) surfaktan,untuk meningkatkan daya penyebaran
film selama penggunaannya. Contohnya derifat polioksietilen sorbitan;
(5) opaquant dan pewarna, membuat penampilan tablet menjadi menarik dan
khas. Contohnya opaquant, titanium dioksida, pewarna, zat pewarna F.D. dan
C atau zat warna D dan C; (6) pemanis rasa dan pengharum untuk
meningkatkan diterimanya tablet oleh pasien. Contoh pemanisnya sakarin,
perasa dan pengharumnya vanillin; (7) pengkilap, memungkinkan berkilaunya
tablet tanpa memisahkan dari pekerjaan pengkilapan. Contonya lilin tawon; (8)
pelarut yang mudah menguap, memungkinkan penyebaran komponen-
komponen lain di sekitar tablet sambil mempercepat penguapan agar pekerjaan
lebih efektif dan lebih cepat. Contohnya campuran alkohol-aseton.
Salut selaput merupakan suatu proses yang sangat rumit dengan
teknologi yang mendekati teknologi untuk kimia polimer, industri perekat, cat,
dan rekayasa kimia. Proses salut selaput secara sederhana dapat dijelaskan
sebagai proses yang melibatkan penerapan salut selaput berbasis polimer
(dalam rentang 20 – 200 µm), pada suatu substrat yang sesuai (tablet, pellet,
granul, kaplet, serbuk obat dan hablur zat aktif obat), dibawah kondisi yang
memungkinkan: (1) keseimbangan antara pengendalian kecepatan
penambahan cairan salut dan proses pengeringan; (2) ke-seragaman distribusi
cairan penyalut pada permukaan produk yang sedang disalut; dan (3) optimasi
mutu (visual dan fungsional) produk jadi yang disalut.
Dalam proses penerapan semprot, ruahan cairan penyalut
diatomisasikan dengan halus dan dihantarkan dalam keadaan teratomisasi
agar tetesan cairan penyalut tetap dalam keadaan cukup air untuk membsahi
permukaan produk yang sedang disalut, menyebar dan bergabung membentuk
salut selaput. Karena bersifat sangat adhesive, tetesan yang sebagian kering
merupakan keharusan agar tetesan cairan salut dapat kering seketika sewaktu
menyentuh permukaan substrat. Jadi, diperlukan suatu keseimbangan yang
tepat antara kecepatan penerapan cairan dan proses pengeringan.
Karena pengeringan yang cepat, biasanya terjadi selama penerapan
salut selaput, keseragaman distribusi salut dikendalikan oleh keseragaman
pemberian cairan penyalut (yakni jumlah alat semprot yang digunakan, tipe
pola semprotan yang digunakan, dan kehalusan atomisasi cairan penyalut)
serta keseragaman pencampuran (dikendalikan oleh kecepatan panci, desain
lempeng pengarah, bentuk dan ukuran tablet) produk yang sedang disalut.
Tidak seperti salut gula, dalam salut selaput tidak dikehendaki bahan penyalut
yang kering. Sebagian dipindahkan dari satu tablet ke tablet yang lain karena
hal ini menimbulkan ketidaksempurnaan salut yang akan segera terlihat pada
akhir proses penyalutan. Akan tetapi, hal ini tidak berarti bahwa gerakan
berguling dari tablet dalam proses penyalutan tidak berpengaruh pada struktur
salut akhir. Sebaliknya, gaya geser tinggi yang berkembang pada permukaan
tablet (sebagai akibat dari gesekan antar tablet yang berdekatan), dapat
meningkatkan aliran salut yang cukup pada permukaan tablet (yang
menginduksi suatu pengaruh penyamarataan), untuk mencapai kohesi yang
lebih baik dalam salut selaput.

C. PROSEDUR KERJA

Bahan: tablet hasil cetak


Alat:
1. Mesin coating tablet
2. Baskom
3. Sendok
4. Neraca analitik
5. Alat disintegration tester
6. Alat uji disolusi
7. Jangka sorong

Cara Kerja
1. Mahasiswa mencari formula film coating dari jurnal atau buku teks dengan
menyesuaikan bahan baku yang tersedia di laboratorium
2. Mahasiswa membuat formula coating tablet pada form master formula
3. Mahasiswa mendiskusikan formula coating yang telah dibuat dengan dosen
pengampu
4. Mahasiswa mempersiapkan mesin cetak tablet yang akan digunakan
5. Mahasiswa melakukan setting mesin sebelum digunakan
6. Mahasiswa melakukan coating tablet hingga bobot tablet hasil coating
terpenuhi
7. Mahasiswa melakukan uji karakteristik tablet coating
8. Mahasiswa menganalisis data yang diperoleh
Tugas:
a) Buatlah formula coating film berdasarkan bahan-bahan yang ada!
b) Diskusikan formula coating tersebut dengan dosen pengampu!
c) Catat dan analisislah hasil tablet coating yang diperoleh!
d) Diskusikan permasalahan saat praktikum berlangsung dan diskusikan
hasil analisis tablet coating tersebut!
PRAKTIKUM VI
PEMBUATAN NANOEMULSI DAN UJI KARAKTERISTIKNYA

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin mixer
2. Membuat nanoemulsi sesuai parameternya
3. Melakukan uji karakteristik nanoemulsi

B. DASAR TEORI
Nanoemulsi merupakan sediaan yang stabil secara termodinamik, dispersi
transparan dari minyak dan air yang distabilisasi oleh interfasial film molekul
surfaktan dan ko-surfaktan dan memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm
(Shafiq, et al., 2007; Shafiq, et al., 2007). keuntungan nanoemulsi ialah dapat
meningkatkan absorpsi, membantu melarutkan obat yang bersifat lipofilik,
meningkatkan bioavailabilitas, dapat digunakan untuk pemberian obat rute oral,
topikal, dan intravena, tidak menimbulkan masalah inheren, kriming, flokulasi,
koalesen, dan sedimentasi, memiliki tegangan permukaan yang tinggi, dan
energi bebas yang menjadikan nanoemulsi sebagai sistem transport yang
efektif, membutuhkan jumlah energi yang relatif sedikit, dan stabil secara
termodinamik (Kumar & Soni, 2017). Tipe nanoemulsi bergantung pada
komposisi atau bahan yang digunakan, yaitu: Nanoemulsi minyak dalam air,
berupa tetesan minyak yang terdispersi di dalam fase air; Tipe air dalam
minyak, dimana tetesan air terdispersi dalam fase minyak; dan bicontinuous
nanoemulsi (Kumar & Soni, 2017).
Nanoemulsi mengandung komponen utama, yaitu : Obat yang memiliki
kelarutan rendah; fase minyak seperti asam oleat, minyak zaitun, minyak jarak;
fase air, yaitu metanol dan etanol; surfaktan, yaitu tween 80, tween 20, dan
span 20; serta ko-surfaktan, contohnya PEG 200, PEG 400, polisorbat 80
(Kumar & Soni, 2017).
Nanoemulsi membantu obat lipofilik agar terabsorpsi lebih cepat dan lebih
baik dibandingkan dengan larutan minyak. Diameter droplet sistem bergantung
dari tipe minyak, konten fase minyak, tipe surfaktan, dan temperatur (Vatsraj, et
al., 2014). Fase minyak yang digunakan akan mempengaruhi ukuran droplet
dan stabilitas nanoemulsi yang terbentuk (Davidov-Pardo & McClements,
2015).
Fase minyak dalam nanoemulsi berperan sebagai pembawa yang dapat
melarutkan zat aktif yang bersifat lipofilik. Fase minyak membentuk droplet
dalam medium dispersi dengan adanya bantuan surfaktan dan ko-surfaktan
(Chen, et al., 2011)
C. PROSEDUR KERJA
Bahan:
Serbuk asam salisilat
VCO
Tween 80
PEG 400
Ethanol
Aquadestilata

Alat:
1. Neraca analitik
2. Magnetic stirrer
3. Viscometer
4. pHmeter
5. sentrifugasi
6. pipa kapiler
7. flakon 15 ml

Cara Kerja
1. Mahasiswa menyiapkan formula nanoemulsi sebagai berikut:
(perhitungkan BJ masing-masing bahan untuk mengkonversi berat menjadi
volume)
Bahan % (b/b)
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4
VCO 2 2 2 2
Tween 80 32 35 40 20
PEG 400 - - - 15
Ethanol 16 20 25 20
Asam 2 2 2 2
salisilat
Aquadest ad 100 100 100 100

2. Prosedur pembuatan nanoemulsi adalah sebagai berikut:


a. Asam salisilat dicampurkan ke dalam VCO, aduk homogen dengan
menggunakan stirrer.
b. Campurkan surfaktan ke dalam ethanol, aduk hingga homogen
c. Tambahkan campuran (b) ke dalam campuran (a) sedikit-sedikit
hingga homogen.
d. Tambahkan aquadest sedikit-sedikit hingga terbentuk nanoemulsi.
e. Campur homogen dengan menggunakan mixer
f. Bagi nanoemulsi ke dalam beberapa tabung flakon
3. Uji nanoemulsi yang terbentuk:
a. Organoleptis
b. Sentrifugasi 5000 rpm 15 menit
c. Uji kejernihan (transmitan)
d. Uji stabilitas fisik dengan freeze-thawed method = simpan dalam
kondisi beku selama 24 jam, cairkan dalam suhu ruang selama 24
jam, lakukan sebanyak 3 siklus.
PRAKTIKUM VII
PEMBUATAN GEL KAFEIN DAN UJI KARAKTERISTIKNYA

A. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu untuk:
1. Mengoperasikan mesin mixer
2. Membuat sediaan gel
3. Melakukan uji karakteristik gel

B. DASAR TEORI

Gel umumnya merupakan suatu sediaan semi padat yang, jernih, tembus
cahaya, dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Zat zat pembentuk gel digunakan sebagai pengikat dalam granulasi,
koloid pelindung dalam suspensi, pengental untuk sediaan oral dan sebagai
basis supositoria. Secara luas sediaan gel banyak digunakan pada produk obat
obatan, kosmetik dan makanan juga pada beberapa proses industri. Pada
kosmetik yaitu sebagai sediaan untuk perawatan kulit, sampo, sediaan pewangi
dan pasta gigi (Herdiana, 2007). Polimer polimer yang biasa digunakan untuk
membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar,
asam alginat, serta bahan bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, clan karbopol yang merupakan
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat
dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan
dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994).
Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih, tembus
cahaya dan mengandung zat aktif, merupakan dispersi koloid mempunyai
kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase
terdispersi (Ansel, 1989).
Beberapa keuntungan sediaan gel (Voigt, 1994). Adalah sebagai berikut:

Kemampuan penyebarannya baik pada kulit


Efek dingin, yang dijelaskan melalui penguapan lambat dari kulit
Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
Kemudahan pencuciannya dengan air yang baik
Untuk Hidrogel : efek pendinginan pada kulit saat digunakan penampilan
sediaan yang jernih dan elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering
meninggalkan film tembus pandang, elastic, daya lekat tinggi yang tidak
menyumbat pori sehingga pernafasan pori tidak terganggu, mudah dicuci
dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit
baik.
Kerugian sediaan gel
Untuk hidrogel : harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air
sehingga diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar
gel tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut sangat
mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan surfaktan yang tinggi
dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
Syarat-syarat Sediaan Gel

1. Memiliki viskositas dan daya lekat tinggi, tidak mudah mengalir pada
permukaan kulit
2. Memiliki sifat tiksotropi, mudah merata bila dioleskan Memiliki derajat
kejernihan tinggi (efek estetika)
3. Tidak meninggalkan bekas atau hanya berupa lapisan tipis seperti
film saat pemakaian
4. Mudah tercucikan dengan air
5. Daya lubrikasi tinggi
6. Memberikan rasa lembut dan sensasi dingin saat digunakan
(Formularium Nasional, hal 315).

C. PROSEDUR

Formula diambil dari Jurnal: Development and Characterization of anti aging


topical Gel: An approach towards Gerantology (Nagaich et al., 2013)
Komposisi F1 F2
Kafein 5% 5%
Karbopol 934 1% 1,5%
HPMC K4M 1,5% 0,5%
Gliserol 5% 5%
Metil Para Benzoat 2% 2%
TEA 2,5% 2,5%
NaOH 0,1 N 2,5% 2,5%
Ethanol 10% 10%
Aquadest ad 100% 100%

D. CARA KERJA
1. Buatlah sediaan gel sebanyak 100 gram
2. Hitung bahan-bahan yang akan digunakan sesuai formula
3. Campurkan karbopol dan HPMC pada gelas bekker, tambahkan
air sebanyak 50 mL, aduk homogen dengan mixer dan biarkan
selama 24 jam.
4. Larutkan kafein dalam alkohol, kemudian campurkan ke dalam
campuran basis (3)  aduk homogen
5. Tambahkan TEA ke dalam campuran (4)  aduk
6. Campurkan metil paraben ke dalam 10 mL aquadest, aduk
homogen  tuang ke campuran (5)  aduk
7. Tambahkan gliserol pada campuran (6)  aduk
8. Cek pH antara 6,0 – 7,0, tambahkan NaOH 0,1N jika
membutuhkan, catat penambahan NaOH
9. Tambahkan sisa aquadest  aduk homogen
10. Lakukan sonikasi jika membutuhkan

Uji sediaan gel:


a. Uji organoleptis
b. Uji pH
c. Viskositas

DAFTAR PUSTAKA

Lieberman, H. A. (1990). Pharmaceutical Dosage Forms (3rd ed.). United States of


America: MARCEL DEKKER, INC.
Nagaich, U., Sharan, P., Kumar, R., Sharan, S., Gulati, N., & Chaundhary, A. (2013).
Development and Characterization of anti aging topical Gel : An approach
towards Gerantology. J. Adv. Pharm. Edu. & Res., 3(3), 260–266.
Nash, R. A., & Wachter, A. (1993). Pharmaceutical Process Validation. New York:
Marcel Dekker, Inc.
Nusim, S. (2005). Active Pharmaceutical Ingredients: Development, Manufacturing,
and Regulation (9th ed.). United States of America: RPS Publishing.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E., Association, A. P., & Press, P. (2009).
Handbook of Pharmaceutical Excipients (Vol. 6). Pharmaceutical press London.
Sarfaraz K, N. (2004). Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations
Semisolid Products. United States of America: CRC Press.
Swarbrick, J. (2009). Pharmaceutical Preformulation and Formulation. (M. Gibson,
Ed.). Pinehurst, North Carolina: PharmaceuTech, Inc.
Siregar, C. (2008). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet. Bandung: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
LAMPIRAN
LAPORAN FTSF NON-STERIL (Mandiri)
I. COVER
II. JUDUL PAKTIKUM
III. TUJUAN PRAKTIKUM
IV. DASAR TEORI
V. PEMERIAN BAHAN
VI. ALAT DAN BAHAN
VII. PERHITUNGAN BAHAN
VIII. CARA KERJA
IX. DATA PERCOBAAN DAN DOKUMENTASI
X. HASIL DAN PEMBAHASAN
XI. KESIMPULAN DAN SARAN
XII. DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai