Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

HASIL KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT PRAAKSARA TINGKAT


LANJUT: TRADISI LISAN

2020/2021
X TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
DISUSUN OLEH: ALBA MALENDIA
ALAN SULAEMAN
FITRI NUR APTIANI
FITRIA SITI NUR KHALIFAH
INE SEVTIANI PUTRI
PANI WIDIYA
RENI SULISTIAWATI

YAYASAN ISTIQOMAH SEJAHTERA


SMK BINA PRESTASI BANGSA
TERAKREDITASI: B
JL. RAYA PURWAKARTA-PADALARANG CIGENTUR MANDALASARI
73, CIKALONGWETAN KAB. BANDUNG BARAT 4056
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
‘Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praaksara Tingkat Lanjut; Tradisi Lisan’ ini
tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas guru pada mata
pelajaran Sejarah Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Hasil Kebudayaan pada Masyarakat Praakasara
Tingkat Lanjut bagi para pembaca juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ayu Ajeng selaku guru mata
pelajaran sejarah Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Cikalong, 31 januari 2020

ii
DAFTAR ISI

JUDUL………………..……..…………….………. i

KATA PENGANTAR………...………..…..……… ii

DAFTAR ISI…………………..……..…..……….. iii


HASIL KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT
PRAAKSARA TINGKAT LANJUT:
TRADISI LISAN……………………..…..……..… 1
1. TRADISI, TRADISI LISAN,
DAN FOLKLOR………………..……..…..…. 3

2. JENIS-JENIS FOLKLOR………..……..…..… 4

3. TRADISI LISAN
YANG MASIH LESTARI…………..…....….. 11

PENUTUP……………………..…………....….. 18

iii
HASIL KEBUDAYAAN PADA MASYARAKAT PRAAKSARA TINGKAT
LANJUT: TRADISI LISAN

https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiL48Co7qLnAhUt7HMBHXiZBw8QjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F
%2Fbernas.co.id%2Fkehidupan-sosial-kebudayaan-dan-teknoogi-masa-prasejarah-di-indonesia
%2F&psig=AOvVaw2uXZOmpUUnaq7o0JPJhmD6&ust=1580182867457940

Menjelang berakhirnya masa praaksara, hasil-hasil budaya nenek moyang


kita semakin kaya berupa munculnya banyak hasil budaya yang bersifat nonfisik
(abstrak). Memang pada masa bercocok tanam telah muncul satu bentuk hasil
busaya nonfisik berupa kepercayaan (animisme dan dinamisme), namun hasil-
hasil budaya yang bersifat fisik tetap dominan.
Menjelang berakhirnya masa praaksara itu, kepercayaan akan roh-roh
nenek moyang dan kekuatan yang melampaui kehidupan manusia semakin matang
dan menjadi ritus; upacara untuk menghormati roh-roh orang yang telah mati dan
bahkan menyembah kekuatan supranatural menjadi praktik yang rutin. Mereka
juga sadar akan keberadaan mereka di dunia yang bersifat sementara, serta tujuan
hidup mereka.
Kesadaran sebagai sebuah komunitas juga membuat mereka
melembagakan aturan-aturan yang sudah ada, dan bahkan muncul nilai-niali baru
yang harus dihayati semua anggota komunitas. Singkat kata, mereka sadar hidup
itu harus bermakna dan dimaknai, tidak sekedar mencari makan dan
menungguajal. 1.
Oleh karena itu pula, perlahan-lahan terbentuk semacam pandangan hidup
atau falsafah hidup di tengah-tengah mereka, yang terejawantah dalam nilai-nilai,
etos, norma, sikap-perilaku, dan ritual-ritual keagamaan mereka. Ini semua
merupakan bentuk hasil-hasil budaya yang bersifat nonfisik.
Mereka ingin, nilai dan pandangan hidup itu tidak hanya menjadi milik
mereka, tetapi juga milik generasi-generasi berikut. Maka, hasil-hasil budaya yang
bersifat nonfisik ini (kepercayaan, nilai, norma, etos, etiket, sikap-perilaku yang
dihormati, moralitas yang dianut, dan lain-lain) mereka warisi (sosialisasikan) ke
genarasi baru. Mereka belum mengenal tulisan, dan karena itu proses pewarisan
tidak dilakukan secara tertulis. Meski demikian, pada masa ini kemampuan
berkomunikasi mereka dengan menggunakan bahasa sudah berkembang pesat.
Dengan sarana Bahasa, mereka mewariskan nilai-nilai dan pandangan hidup
mereka ke genarasi-generasi berikutnya. Tokoh-tokoh penting dalam proses
sosialisasi atau pewarisan itu adalah keluarga, masyarakat, dan para penatua
(tokoh masyarakat).
Ada dua cara menyampaikan nilai dan pandangan hidup komunitas, yaitu
secara langsung melalui nasihat-nasihat dan petuah-petuah, dan secara tidak
langsung melalui contoh hidup dan folklor (mitos, legenda, dongeng, upacara,
nyanyian rakyat, dan lain-lain). Nasihat dan petuah yang disampaikan orang tua
biasanya juga merupakan nasihat dan petuah leluhur mereka.
Folklor itu bukan sebuah cerita dan/ atau aktivitas tanpa makna. Di
dalamnya terkandung pandangan hidup, etos, sistem kepecayaan, kebiasaan, atau
adat-istiadat masyarakat praaksara. Dalam kajian sejarah, folklor itu disebut juga
tradisi lisan.

2.

1.Tradisi, tradisi lisan, folklor


Kata tradisi berasal dari Bahasa Latin tradition, yang berarti
menyampaikan atau meneruskan. Dari kata ini muncul kata Bahasa Inggris-nya
tradition, dengan pengertian yang sama. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata tradisi diartikan sebagai hal yang disampaikan atau diteruskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Itu bisa berupa pesan atau kesaksian,
yang disampaikan melalui ucapan, dongeng, nyanyian, pantun, cerita rakyat,
nasihat, dan balada. Tradisi juga dipahami sebagai suatu adat kebiasaan yang
dipertahankan turun-temurun dan masih dihayati oleh masyarakat pendukungnya.
Pada masyarakat praaksara, penyampaian kebiasaan-kebiasaan yang berlaku
dimasyarakat dilakukan dengan cara bertutur atau dengan berbicara secara lisan.
Karena penyampaiannya dilakukan secara lisan kemudian dikenal istilah tradisi
lisan.
Menurut kuntowijoyo, tradisi lisan merupakan salah satu sumber sejarah;
sebab dalam tradisi lisan terekam masa lampau manusia yang belum mengenal
tulisan entah terkait dengan kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan, nilai-nilai, atau
pengalaman sehari-hari mereka.
Tradisi lisan terangkum dalam apa yang disebut folklor. Jejak sejarah masyarakat
praaksara dalam bentuk dongeng, legenda, mitos, musik, upacara, pepatah,
lelucon, takhayul, lagu rakyat, kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan, alat musik
rakyat, pakaian dan perhiasan tradisional, obat-obatan tradisional, arsitektur
rakyat, dan kerajinan tangan merupakan bagian dari apa yang disebut folklor (dari
kata Bahasa Inggris folklore: folk berarti rakyat dan lore berarti tradisi atau ilmu
pengetahuan). Folklor adalah bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang
tersebar dan bersifat tradisional yang diwariskan secara lisan dan turun-temurun.
Setiap masyarakat atau kebudayaan di Nusantara memiliki folklornya sendiri, dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Bahkan kita dikenal sangat kaya dengan
folklor.

3.
Berikut ini ciri-ciri foklor:
 Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan.
 Bersifat tradisional, artinya terikat dalam bentuk dan aturan yang
baku.
 Bersifat anonim, artinya nama penciptanya tidak diketahui.
 Memiliki gaya Bahasa yang suka melebih-lebihkan (hiperbola),
serta sering menggunakan kata- kata klise, misalnya jika ingin
menggambarkan kecantikan seseorang akan dikatakan “wajahnya
bersinar seperti bulan purnama”.
 Menggunakan kalimat pembuka dengan kata-kata, “menurut
empunya cerita” atau menurut sahibulhikayat”, dan menutupnya
dengan” … demikianlah mereka hidup berbahagia selamanya …”.
 Memiliki fungsi penting dalam kahidupan bersama dalam suatau
masyarakat: selain sebagai hiburan, pendidikan nilai, juga untuk
menyampaikan protes sosial dan bahkan untuk mengungkapkan
keinginan yang terpendam.
 Merupakan milik bersama masyarakat pendukungnya.

2. Jenis-jenis folklore

a. Mitos
https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjKqfuH8aLnAhUNyzgGHUwFCkYQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F
%2Fwww.sekolahan.co.id%2Fpengertian-ciri-jenis-fungsi-dan-contoh-mitos-mite-di-indonesia
%2F&psig=AOvVaw3itNGM99SMqZi-56POPcDi&ust=1580183631949440

4.
Mitos (dari kata Bahasa Yunani mythos; Inggris: mithology) adalah
cerita prosa rakyat yang tokohnya para dewa atau makhluk setengah
dewa yang terjadi di dunia lain pada masa lampau dan dianggap benar-
benar terjadi oleh yang empunya certita atau oleh penganutnya.
Mitos umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta,
dunia, bentuk khas binatang, bentuk topografi, petualangan para dewa
dan kisah percintaan mereka, dan sebagainya.
Hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki mitos, umumnya
terkait dengan asal usul masyarakat tersebut.

b. Legenda

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/2/2a/Jaka-tarub_%281%29.jpg

Mirip dengan mitos, legenda adalah prosa rakyat yang dianggap


oleh yang empunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi.
Bedanya dengan mitos, tokoh dalam legenda lebih bersifat duniawi.
Terdapat beberapa ciri legenda, diantaranya:
1. Bersifat duniawi, artinya bertempat di dunia seperti yang kita kenal
sekarang dan terjadi pada masa yang belum terlampau lama;
2. Ditokohi oleh manusia, yang ada kalanya mempunyai sifat dan
kekuatan yang luar biasa, serta sering kali dibantu oleh makhluk-
makhluk gaib;
3. Milik bersama suatu komunitas tempat legenda tersebut lahir;
5.
4. Sering mengalami penyimpangan dari versi sebelumnya (terutama
karena tidak ditulis);
5. Diwariskan secara turun-temurun;
6. Banyak mengandung ajaran tentang kebaikan dan kejahatan
sehingga dapat dijadikan pedoman hidup.

Jan Harold Brunvand menggolongkan legenda menjadi empat


kategori, yakni sebagai berikut.
1. Legenda keagamaan
Yaitu legenda yang berkisah tentang para pemuka agama. Contoh:
legenda walisongo. Walisongo adalah tokoh-tokoh penting dalam
penyebaran agama islam, terutama dijawa. Mereka dikisahkan
memiliki kemampuan melebihi manusia biasa(sakti), seperti
menyembuhkan orang sakit dan menaklukan penjahat tanpa
perlawanan.
2. Legenda alam gaib
Legenda ini berbentuk kisah yang benar-benar terjadi atau pernah
dialami manusia sehubungan dengan makhluk gaib, hantu, siluman,
genderuwo, gejala-gejala alam gaib, sundel bolong, dan sebagainya.
Fungsinya adalah meneguhkan kebenaran dan kepercayaan terhadap
alam gaib yang sering disebut takhayul. Contoh: legenda mandor
Kebun Raya Bogor yang lenyap begitu saja sewaktu bertugas
dikebun itu, yang menurut penduduk setempat karena melangkahi
setumpuk batu-bata bekas pintu gerbang kerajaan pajajaran.
3. Legenda perorangan
Adalah kisah tentang orang-orang tertentu dan dianggap benar-
benar terjadi. Contoh: legenda tentang cerita Panji (Jawa Timur).
Panji adalah seorang pangeran dari kerajaan kahuripan yang senang
sekali menyamar menjadi orang biasa untuk mengetahui keadaan
rakyatnya.

6.
Contoh lainnya: Sabai nan Aluih dan Sipahit Lidah dari Sumatra,
Si Pitung dan Nyai Dasima dari Jakarta, Lutung Kasarung dari Jawa
Barat, Rara Mendut dan Jaka Tingkir dari Jawa Tengah,
Suramenggolo dari Jawa Timur, serta Jayaprana dan Layonsari dari
Bali.
4. Legenda tempat (lokasi)
Adalah kisah yang berhubungan dengan nama tempat atau bentuk
topografi suatu daerah. Legenda ini berkembang hampir di semua
tempat di Indonesia. Contoh: legenda terjadinya Danau Toba di
Sumatra, legenda Gunung Tangkuban Perahu diJawa Barat, legenda
asal-usul nama kota banyuwangi.

c. Dongeng

https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwj7pY6c_aLnAhWISH0KHXJrD2EQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A
%2F%2Fthegorbalsla.com%2Fcerita-dongeng
%2F&psig=AOvVaw0miwR1ekBTEq6BbH6Ncplb&ust=1580186917519357
Dongeng adalah cerita fiktif atau imajinatif yang diceritakan turun-
temurun. Di dalam dongeng mungkin kita akan menemukan manusia bisa
terbang atau hewan dapat berbicara.

7.
Umunya dongeng tidak diketahui pengarangnya (anonim). Dongeng
diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga dongeng yang
mengajarkan tentang baik-buruk (ajaran moral) dan bahkan sindiran;
dengan demikian, selain menghibur, dongeng juga merupakan sarana
sosialisasi nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Salah satu jenis dongeng yang terkenal adalah fabel, yaitu dongeng yang
tokoh-tokohnya berupa hewan dengan perilaku seperti manusia.
Contoh dongeng: Si Kancil yang cerdik, Bawang Merah dan Bawang
Putih, Joko Kendil, dan sebagainya.

d. Nyanyian rakyat
https://2.bp.blogspot.com/-K4LTWLrGKUg/URXTsuEdqqI/AAAAAAAAODM/GG1BIobgO0k/s1600/Permainan-
didong-di-Gayo-Aceh.jpg

Menurut ahli folklor Jan Harold Brunvand, nyanyian rakyat


adalah jenis folklor yang terdiri dari teks dan lagu. Dalam nyanyian
rakyat kata-kata dan lagu merupakan satu kesatuan yang tak
terpisahkna. Namun, teks yang sama tidak selalu dinyanyikan dengan
lagu yang sama; sebaliknya, lagu yang sama sering dipakai untuk
menyanyikan beberapa teks nyanyian yang berbeda. Sifat lentur seperti
inilah yang membuat nyanyian rakyat berbeda dengan lagu pop atau
klasik. Oleh karena itu pula, umur nyanyian rakyat lebih lama dari lagu
pop atau klasik.
8.
Setidaknya ada empat fungsi nyanyian rakyat:
 Sebagai pelipur lara, nyanyian jenaka, pengiring permainan
anak-anak dan pengantar tidur;
 Sebagai pembangkit semangat;
 Memlihara sejarah setempat atau sejarah klan. Di Nias ada
nyanyian rakyat yang disebut Hoho, yang digunakan untuk
memlihara silsilah klan besar orang Nias yang disebut Mado;
 Sebagai protes sosial, misalnya terhadap praktik-praktik
ketidakadilan dalam masyarakat.
Tidak semua nyanyian rakyat disertai lirik lagu yang menonjol.
Beberapanya hanya menirukan bunyi alat musik atau bunyi-bunyian
tertentu. Contoh: kecak dari Bali; jenis nyanyian seperti ini memang
umumnya digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.

e. Upacara

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwj8uqP3-
6LnAhUDYysKHQ11CXwQjRx6BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Ftaniadeng.blogspot.com
%2F2009%2F11%2Fevent-upacara-panca-wali-
karma.html&psig=AOvVaw2c5Y5GUFSqlbxSWInDd_lD&ust=1580186572734194

Upacara merupakan rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat


pada aturan-aturan tertentu seperti adat istiadat, agama, dan
kepercayaan.

9.
Contoh: upacara penguburan, mendirikan rumah, membuat perahu,
upacara memulai perburuan, dan upacara perkabungan, upacara
pengukuhan kepala suku, upacara sebelum
berperang. Setidaknya ada dua tujuan diadakannya upacara, yakni
sebagai berikut:
 Berterima kasih kepada kekuatan-kekuatan yang diyakini telah
memberikan perlindungan dan pertolongan, serta menghindari
amarah kekuatan-kekuatan itu.
 Memperkuat keberadaan dan pengakuan akan peran kekuatan-
kekuatan itu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Contoh:
upacara adat Penti di Manggarai, NTT, upacara ‘Kasodo’ oleh
masyarakat Tengger di sekitar Gunung Bromo, upacara’Larung
Samudra’ yaitu melarung makanan ketengah laut,
upacara’Seren Taun’ di daerah kuningan, dan sebagainya.
Ada bermacam-macam upacara, seperti upacara membuat rumah,
upacara kematian/penguburan, upacara perkawinan, pengukuhan
kepala suku, upacara sebelum maju kemedan perang, upacara tolak
bala, dan lain-lainnya. Upacara kematian berawal pada masa praaksara.
Upacara ini muncul ketika manusia pada saat itu menganggap bahwa
orang yang telah mati memiliki kekuatan untuk dimintai pertolongan,
oleh karena tu, mereka lalu memuliakan orang yang meninggal.

10.

3. Tradisi Lisan yang Masih Lestari


Berikut ini beberapa contoh tradisi lisan diindonesia yang masih
dipertahankan keberadaanya oleh masyarakat pendukungnya.

a. Wayang
http://2.bp.blogspot.com/-lIOGUtRvd08/Vjm_MCKjjQI/AAAAAAAAAD8/o173lH5GBas/s1600/wayang%2Bkulit.png

Wayang diperkirakan mulai dikenal orang sejak masa praaksara,


yaitu sebagai media yang digunakan dalam upacara mengundang roh
nenek moyang. Wayang kemudian berkembang menjadi pertunjukan
dalam bentuk teater, dengan menggunakan boneka-boneka berbentuk
pipih. Setiap boneka memiliki perilaku, ciri, dan karakternya masing-
masing mirip dengan ciri dan karakter manusia. Bentuk fisik wayang
sangat bervariasi, tergantung imajinasi dan tradisi dari sekelompok
masyarakat pendukungnya.
Awalnya wayang hanya berkembang di Jawa dan Bali, tetapi sekarang
banyak suku bangsa lain mempunyai wayang bahkan higga ke
mancanegara. Lakon dalam cerita wayang pada umumnya mengambil
tema dari dua epos Hindu, Mahabharata dan Ramayana.

11.
Mengapa wayang masih terus bertahan dan dipelihara? Pertunjukan
wayang sarat dengan ajaran moral, lakon dari tokoh-tokoh wayang
yang dihidupkan oleh dalang ini mengandung hiburan, dapat
digunakan sebagai media pendidikan, dan bahkan pada awal
perkembangan islam wayang juga digunakan sebagai media dakwah.

Karena wayang banyak disukai orang dan mudah diterima di


berbagai kalangan, muncul berbagai jenis wayang diantaranya:

 Wayang kulit
Tokoh- tokohnya terbuat dari kulit (kulit sapi ataupun
kambing), dengan tampilan warna-warni yang menarik untuk
menghidupkan karakter tokohnya.
 Wayang wong
Tokoh –tokohnya manusia dengan kotum yang sesuai tuntunan
cerita.
 Wayang golek
Tokoh-tokohnya dibuat dari kayu, seperti wayang dari Jawa
Barat.

b. Wayang Beber

https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwijuujz96LnAhVIfH0KHVLIAUoQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F
%2Fwww.pinterest.com%2Fpin%2F693835886312707108%2F&psig=AOvVaw2YlHJ-
_KCIeoWUccNqUSYl&ust=1580185425601146
12.
Wayang beber adalah bentuk wayang yang agak berbeda dengan
wayang-wayang yang lain. Wayang beber menggunakan media
gambar yang lakon-lakonnya dilukis diatas kertas (daluang) dengan
ukuran antara 200 x 70 cm, lalu dibentangkan (dibeber). Dalang
kemudian mulai menceritakan kisah yang sudah disiapkan. Wayang
beber tidak melakonkan epos-epos besar seperti Mahabharata dan
Ramayana, tetapi mengambil cerita dari kisah Panji yang terjadi pada
masa Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri (sekitar abad ke-8
hingga awal abad ke-16).
Untuk menghidupkan cerita, baik dalam wayang beber maupun
wayang-wayang lain, dalang dibantu seperangkat gamelan. Dalang
harus mampu mengekspresikan setiap tokoh dalam gambar yang
dibeberkan tersebut. Sementara itu, suasana pertujukan dibangun
dengan kesan mistis dan gaib; sebab, selain sebagai pencerita, dalang
juga dipercaya memiliki kemampuan mengusir roh jahat.

c. Mak Yong

https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjmhY7M-
aLnAhV9zTgGHeY6CHkQjRx6BAgBEAQ&url=http%3A%2F%2Ftariandaerahriau.blogspot.com
%2F2017%2F09%2Fteater-makyong-di-riau-
dan.html&psig=AOvVaw1TgqqY2YIqO9OBGAa6eMsQ&ust=1580185736803072

13.
Mak yong adalah sejenis pertunjukkan tradisi lisan yang berasal
dari Pattani, Thailand selatan. Mak yong masuk ke Indonesia melalui
Riau, lalu Sumatra Utara, kemudian Kalimantan Barat. Mak yong
kemudian menjadi bagian dari kebudayaan Melayu.
Ada banyak unsur seni dalam pementasan mak yong, seperti drama,
tari, musik, dan mimik. Dialog disampaikan dalam bentuk prosa dan
tanpa naskah. Beberapa tokoh utamanya adalah punakawan yaitu para
pengasuh, Wak Pedanda, yaitu orang bijak dan ahli ilmu pengetahuan;
Mak Yong sendiri berperan sebagai putri raja.
Cerita yang paling disukai dalam pertunjukan mak yong adalah kisah
cinta antara Mak Yong dan Dewa Muda. Meski melakonkan kisah
cinta, semua pelakonnya perempuan.
Pertunjukkan ini merupakan bentuk ucapan terima kasih kepada
Tuhan; dengan demikian, sering dianggap sebagai pertunjukkan suci.
Oleh karena itulah, awal pertunjukan selalu didahului pembacaan doa
yang dilakukan oleh panjak atau bomah.

d. Didong
https://www.google.com/url?
sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjhruSi9aLnAhW6_3MBHbueBLMQjRx6BAgBEAQ&url=
http%3A%2F%2Fcyberspaceandtime.com%2FFYYIEV3r88A.video
%2Brelated&psig=AOvVaw353MVPvyRw_vluVv8xxU-w&ust=1580184713821633

Didong merupakan kesenian tradisional masyarakat Gayo, Provinsi


Aceh. Kata didong berasal dari kata dendang yang artinya sama
dengan denang atau donang yang dalam Bahasa Gayo, yaitu
menghibur diri sendiri dengan menyanyi.

14.
Awalnya kesenian ini dipentaskan hanya untuk pesta perkawinan,
upacara tradisional, dan hari libur penting, namun dalam
perkembangannya telah menjadi seni pertunjukan untuk umum.
Unsur-unsur yang ada di dalam didong meliputi seni sastra, seni tari,
dan seni suara. Tokoh utama dalam tradisi ini adalah ceh yang
mempunyai kemampuan untuk menggubah lagu.
Untuk menghidupkan pertujukan, sajak-sajak yang disampaikan oleh
ceh akan diiringi dengan tepukan tangan, entakan kaki, dan ketukan
pada panci. Isi sajak yang dinyanyikan umumnya merupakan
gambaran kehidupan sehari-hari seorang petani yang sederhana.

e. Rabab Pariaman

https://www.google.com/url?

sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwjYvN3f76LnAhVPaCsKHaJACjIQjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F
%2Fwww.youtube.com%2Fwatch%3Fv%3DmkMdR-
qFn30&psig=AOvVaw0gMktMeD5iRzxEFsuEnKE4&ust=1580183211507982
Rabab pariaman adalah salah satu tradisi lisan yang berasal dari
Sumatra Barat. Rabab adalah sejenis alat musik gesek yang
menggunakan tempurung kelapa sebagai badannya, ditutup dengan
bambu dan diberi kayu dan hiasan bunga pada kepalanya. Cara
membunyikannya adalah dengan dipetik atau dimainkan dengan busur
gesek yang terbuat dari kawat nilon halus. Bentuknya secara
keseluruhan dan cara memainkannya persis seperti biola.
15.
Penyampaian cerita dilakukan oleh tukang rabab, yang selalu lelaki.
Pertunjukan rabab sering memakan waktu cukup lama, yaitu dimulai
sesudah waktu isya sampai menjelang waktu subuh. Pertunjukannya
sendiri berjalan sangat interaktif dan sering melibatkan penonton, yang
memberikan komentar secara langsung terhadap apa yang dipertunjukan.
Teks rabab dibagi dalam dua unsur, yaitu:
 Dendang adalah syair yang dinyanyikan.
 Kaba adalah cerita yang disampaikan.
Sebagian besar cerita berlatar belakang sebuah kerajaan, dengan tokoh
utama seseorang yang memiliki kekuatan gaib. Tema cerita kebanyakan
berisi konflik antaranggota keluarga kerajaan.

f. Tanggomo
https://www.google.com/url?sa=i&source=images&cd=&ved=2ahUKEwiv-
8aM9KLnAhXRAnIKHSTRC00QjRx6BAgBEAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.genpi.co%2Fberita
%2F4798%2Ftanggomo-tradisi-lisan-pemikat-wisata-
gorontalo&psig=AOvVaw3ayU8tH5xAm1RdrIcAYqYH&ust=1580184411632022

Tanggomo merupakan salah satu bentuk puisi tradisional dalam tradisi


lisan yang berasal dari Provinsi Gorontalo. Pertunjukan puisi tersebut
dinyanyikan oleh seorang penyanyi yang di sebut to motanggomo. Mereka
datang dari berbagai latar belakang, seperti petani, pedagang, dan nelayan.

16.
Mereka menggubah suatu cerita jadi untaian tanggomo, dilakukan
secara lisan, disela sela bekerja. Penyampaian tanggomo bisa diiringi alat
musik seperti gambus dan kecapi, bisa juga tanpa musik sehingga si
pembawa cerita harus mengandalkan ngerakan tangan, muka, kepala, dan
mimik wajah untuk menghidupkan cerita. Tanggomo bisa di sampaikan
dimana saja: di pasar, di tepi sungai, juga dalam hajatan pernikahan.
Keberadaan tanggamo sangat dekat dengan rakyat. Itu karena, sesuai
namanya yang artinya menampung, seorang to motanggomo harus siap
menampung keinginan penonton, biasanya berupa menyelingi cerita
dengan lagu- lagu. Sementara itu, kisah yang di sampaikan to
motanggomo bermacam-macam, bisa dari mitos dan legenda keagamaan,
bisa juga dari sejarah ataupun peristiwa yang tengah terjadi di masyarakat
saat itu.
17.

PENUTUP

KESIMPULAN
simpulan dari makalah ini kami dapat mengetahui dan mengenali
hasil kebudayaan pada masyarakat praaksara tingkat lanjut:tradisi lisan.
Kami juga bisa mengetahui tentang adanya mitos, legenda, dongeng,
nyanyian rakyat, dan upacara. Itu termasuk ke dalam jenis-jenis florklor
(bagian dari kebudayaan suatu masyarakat yang tersebar dan bersifat
tradisional yang di wariskan secara lisan dan turun-temurun) sebagai hasil
kebudayaan pada masyarakat praaksara tingkat lanjut dan kami juga bisa
mengetahui peninggalan-peninggalan tradisi lisan yang masih lestari di
antaranya wayang, wayang beber, mak yong, didong, rabab pariaman, dan
tanggomo termasuk kedalam peninggalan yang masih lestari sampai saat
ini.

SARAN DAN KRITIK


Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kami
memohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat dalam laporan
ini.Kami juga menerima kritik dan saran dari para pembaca agar saran
dalam pembuatan laporan selanjutnya lebih baik lagi.Demikian laporan
ini, semoga bermanfaat.
18.

Anda mungkin juga menyukai