Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“PERAN BAHASA DALAM KOMUNIKASI MASYARAKAT


ACEH”
Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Komunikasi Kearifan Lokal

DOSEN PEMBIMBING:
MUCHLIS,S.Pd.I., M.Sos

DI SUSUN OLEH:

NAMA : ROBY WIRA DANDY


NIM : 190240063

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
T.A 2021/2022
ABSTRAK

Makalah ini bertema tentang Peran Bahasa Komunikasi dalam Masyarakat


Aceh. Secara mendalam diceritakan untuk mengetahui sejauh mana penggunaan
bahasa daerah (Bahasa Aceh), yang digunakan oleh masyarakat yang ada di
Aceh. Tujuan untuk mengetahui bagaimana peran Bahasa komunikasi dalam
masyarakat Aceh di perkotaan maupun di pedalaman. Fenomena menurunnya
penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sudah menjadi persoalan yang
sering dibicarakan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini tidak lepas dari
perkembangan globalisasi dan modernisasi yang semakin cepat hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa masyarakat melihat fenomena berkurangnya
penggunaan Bahasa Aceh yang dihuni oleh masyarakat multikultural sebagai
sesuatu yang yang lumrah terjadi. Namun, masyarakat tetap berharap agar
Bahasa Aceh tetap ada di tengah masyarakat dan terus dilestarikan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Peran Bahasa Dalam Komunikasi
Masyarakat Aceh”. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bireuen, 26 Desember 2021


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
resmi di Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, yang tersebar di daerah-
daerah dalam wilayah Indonesia. Dalam tiap daerah itu terdapat bahasa Daerahnya
masing-masing yang digunakan baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam
lingkungan daerah itu sendiri.
Pemerintah menyatakan sikap yang tegas terhadap bahasa-bahasa Daerah.
Dalam penjelasan Undang-undang Dasar 1945, Pasal 36, dinyatakan bahwa
bahasa-bahasa daerah yang masih dipakai sebagai alat penghubung yang hidup
dan dibina oleh masyarakat pemakainya dihargai dan dipelihara oleh negara, oleh
karena bahasa-bahasa itu adalah bagian dari pada kebudayaan Indonesia yang
hidup.

Bahasa Aceh adalah salah satu bahasa daerah yang masih hidup, yang
dipakai oleh masyarakat Aceh sebagai penjelmaan kebudayaan Aceh. Kehidupan
dan cara berpikir masyarakatnya pun dapat tercerinin melalui bahasanya. Bahasa
Aceh berfungsi sebagai alat penghubung dalam keluarga masyarakat Aceh,
lambang identitas dan kebanggan daerah. Selain itu berfungsi juga sebagai
pendukung bahasa nasional, dan alat pendukung serta pengembang kebudayaan
daerah, sehingga kelangsungan hidup dan pembinaannya perlu mendapat
perhatian yang secukupnya. Kedudukan bahasa Aceh dalam masyarakat adalah
sebagai bahasa pertanian, bahasa ibu, yang menjadi alat pelahirkan pikiran dan
perasaan, bahasa yang menipakan sumber kebudayaan dan sumber penatuan untuk
lingkungan keluarga di daerah ini.

Dalam kehidupan sehari·hari anggota masyarakat Aceh dalam


berkomunikasi dengan orang sedaerahnya lebih senang menggunakan bahasa
daerahnya dari pada bahasa Indonesia. Berkomunikasi dengan bahasa daerah
adalah lebih menjelmakan rasa kekeluargaan keakraban serta rasa persatuan di
antara mereka. Pemerintah, melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
berusaha untuk membina dan mengembangkan bahasa Indonesia dan Bahasa-
bahasa daerah. Usaha ini perlu disambut oleh masyarakat, karena bahasa daerah,
dalam hal ini bahasa Aceh, adalah merupakan pula salah satu sunber untuk
mengenal bahasa dan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan Indonesia bersumber
dari kebudayaan daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran dari peran bahasa dalam komunikasi masyarakat
aceh?
2. Bagaimana peran bahasa dalam komunikasi masyarakat aceh?

1.3 Tujuan Pembahasan


Mengacu pada penjelasan dilatar belakang dan pertanyaan yang terpapar
dirumusan masalah, maka tujuan pembahasan dari makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menjelaskan tentang Peran Bahasa Dalam Komunikasi
Masyarakat Aceh.

1.4 Manfaat
Makalah ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis sebagai berikut:
a) Manfaat Teoritis: dilakukannya penyusunan makalah ini sebagai bahan
bacaan sekaligus untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Kearifan Lokal Aceh.
b) Manfaat Praktis: dilakukannya penyusunan makalah ini sebagai rujukan
data dan informasi dalam menulis makalah selanjutnya berkenaan Peran
Bahasa Dalam Komunikasi Masyarakat Aceh.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Kata atau istilah komunikasi dari Bahasa Inggris “Communication”, secara
etimologis atau menurut asal katanya dari bahasa Latin “communicatus”, dan
perkataan ini bersumber pada kata “communis” yang memiliki makna berbagi
atau ‘menjadi milik bersama” yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk
Komunikasi Antar Budaya Suku Aceh Suku Jawa Komunikasi Verbal (bahasa) 1.
Bahasa indonesia 2. Bahasa Aceh 3. Bahasa Jawa Saling Memahami Indentitas
Budaya kebersamaan atau kesamaan makna. Jadi, Komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain.
Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat
dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal (Effendy, 2007: h. 89).
Berbagai definisi komunikasi telah dikemukakan oleh para ahli dalam
Suranto (2010: h. 2) diantaranya:
a. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau
melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada
gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam (D. Lawrence
Kincaid, 1981)
b. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang
disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. (Edward Depari, 1990).
Komunikasi juga memiliki elemen-elemen yang dapat mempengaruhi
proses terjadinya komunikasi, sebagaimana dalam bukunya Teri Kwal Gamble
dan Michael gamble dalam bukunya communication works, elemen-elemen
komunikasi adalah:
1. People (komunikator dan komunikan), adalah pihak (baik tunggal maupun
jamak) yang mengawali proses komunikasi yaitu mengirimkan pesan,
sedangkan komunikan adalah pihak (baik tunggal maupun jamak) yang
menerima pesan dari komunikator.
2. Message (Pesan) dalam komunikasi ini tidak selalu harus perkataan, tetapi
dapat merupakan gerakan, suara, tulisan, simbol, dan lain-lain. Pesan dalam
komunikasi digolongkan menjadi dua macam, yaitu Pesan Verbal merupakan
pesan berupa kata-kata, sedangkan non-verbal merupakan pesan yang isinya
bukan lah kata-kata. Pesan tersebut dapat digolongkan kembali, yaitu Pesan
vokal adalah pesan yang berupa suara, sedangkan non-vokal adalah pesan yang
tidak bersuara. Jadi jika lebih diperinci pesan dalam proses komunikasi adalah:
Verbal vokal, verbal non-vokal, non-verbal vokal, dan non-verbal non- vokal.
3. Channels (Media), adalah hal yang membantu tersampainya pesan dari
komunikator kepada komunikan. Media disini tidak harus media massa, dapat
juga hal-hal yang membantu tersampaikannya pesan untuk perorangan, tetapi
memang yang paling sering digunakan merupakan media massa.
4. Noise (gangguan), adalah segala hal yang memang dapat mengganggu,
menghambat, maupun menggagalkan proses pengiriman pesan.
5. Context (Setting), merupakan sebuah situasi lingkungan tersebut. Setting juga
dapat mempengaruhi proses pengiriman pesan dari komunikator dan
komunikan.
6. Feedback (umpan balik), adalah sebuah umpan balik yang dikirimkan oleh
komunikan kepada komunikator, setelah menerima pesan dari sang
komunikator. Feedback disini biasanya berbentuk langsung setelah si
komunikan menerima pesan.
7. Effects (efek), merupakan sebuah akibat setelah terjadinya proses komunikasi
terjadi. Efek ini dapat terjadi pada komunikator, komunikan, maupun
lingkungan. Efek ini dapat berbentuk langsung maupun tidak langsung
(memerlukan waktu) (Anugrah, 2008: h. 90).
2.2 Asal Usul Bahasa Aceh
Bahasa Aceh adalah bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa
Austronesia. Daerah asal dari bahasa Aceh belum diketahui dengan jelas
dikarenakan belum adanya catatan ataupun bukti yang menguatkan. Bahasa Aceh
menunjukkan banyak persamaan dengan bahasa yang digunakan oleh bangsa Mon
Khmer yang merupakan penduduk asli Kamboja, baik dari segi tatanan bahasa
maupun peristilahannya.
Dalam perkembangannya, bahasa Aceh banyak dipengaruhi oleh bahasa
Arab, Belanda, Portugis, Spanyol, China, dan lain-lain. Pengaruh dari bahasa
Arab jauh lebih dominan dan sangat terasa karena keseluruhan dari orang Aceh
beragama Islam. Ketika Aceh berada pada puncak kejayaannya, bahasa Aceh
telah dipakai sebagai bahasa resmi kerajaan dan telah digunakan secara luas oleh
masyarakat Aceh. Sebelum Belanda menjajah Indonesia, Kerajaan Aceh telah
mengadakan hubungan perdagangan dan politik dengan negara atau Kerajaan
Arab, Turki, Persia, Portugis, China, dan lain-lain. Hal ini juga memungkinkan
banyaknya pengaruh bahasa negara-negara tersebut ke dalam bahasa Aceh.
Bahasa Aceh selalu menjadi alat komunikasi utama bagi sebagian besar
masyarakat Aceh. Bahkan ketika terjadi komunikasi dan interaksi sosial dengan
masyarakat di daerah kerajaan, bahasa Aceh menjadi bahasa resmi sehingga
bahasa Aceh diketahui dan dipakai semua orang yang ada di daerah tersebut.
Sampai saat ini bahasa Aceh yang pernah menjadi bahasa resmi kerajaan
telah digunakan oleh sebagian besar suku bangsa Aceh yang secara dominan
mendiami wilayah Kota Banda Aceh, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Besar,
Kabupaten Aceh Jaya, Kabupaten Pidie, Kabupaten Bireun, Kota Lhokseumawe,
Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, sebagian Kabupaten Aceh
Tamiang, sebagian Kabupaten Aceh Barat, Kabupaten Nagan Raya, sebagian
Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Aceh Singkil, sebagian kecil Kabupaten
Bener Meriah, Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten
Aceh Tenggara.26 Bahasa Aceh yang dipakai oleh masyarakat pun memiliki
dialek yang berbeda, bahkan dari segi aksen, dan intonasi pun memiliki perbedaan
yang sangat signifikan.
2.3 Bahasa Aceh Sebagai Bahasa Ibu pada Kalangan Etnis Aceh
Bahasa ibu adalah sebuah sistem linguistik yang pertama kali dipelajari
secara alamiah langsung dari ibu ataupun keluarga yang memelihara anak
tersebut. Bahasa ibu merupakan bahasa yang berperan sebagai bahasa pertama
yang bila masyarakat penuturnya mengenal bahasa itu sejak lahir yang diperoleh
melalui proses pemerolehan secara lisan. Ditinjau dari sudut pandang kebudayaan,
bahasa ibu sebagai produk masyarakat merupakan bagian dari kebudayaan yang
diwariskan melalui generasi ke generasi. Dalam teori pemerolehan bahasa,
dikemukakan bahwa seorang anak mendapatkan bahasa ibu tanpa ada unsur
kesengajaan serta sangat dipengaruhi dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
Secara kajian ilmu lingusitik atau ilmu bahasa, bahasa ibu disebut dengan
mother tounge atau native speaker yang lebih dominan didapat dari “pemerolehan
bahasa” bukan “pembelajaran bahasa”. Bahasa ibu dalam bahasa Inggris disebut
native language maksudnya adalah bahasa yang pertama kali diperoleh oleh
seseorang ketika kanak-kanak langsung dari ibunya. Jadi dapat dikatakan
bahwasanya bahasa ibu adalah bahasa asli atau bahasa pertama kali dikuasai
manusia dengan proses pemerolehan secara alamiah dari ibu kepada seorang anak.
Pemerolehan bahasa ibu juga amat kuat pengaruhnya dengan lingkungan
sekitar, sebagaimana terjadinya proses interaksi antara seseorang dengan yang
lain, antara teman, keluarga, dan lain sebagainya. Bahasa ibu juga berhubungan
erat dengan bahasa daerah di mana seseorang lahir, besar dan tinggal. Jika
seseorang lahir dan hidup di sebuah daerah misalnya di Jawa, kemungkinan besar
bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, hal tersebut juga berlaku di daerah lain.
Bahasa Aceh adalah bahasa pertama atau bahasa ibu dari kurang lebih 71%
penduduk Aceh yang menempati wilayah pantai atau pesisir. Bagi masyarakat
yang ber-etnis Aceh apabila ibunya berbahasa Aceh, maka secara tidak langsung
bahasa ibu anak tersebut adalah bahasa Aceh sebagai konstruksi bahasa
pertamanya. Sebagai bahasa ibu, bahasa Aceh wajib dipertahankan dan menjadi
sebuah tanggung jawab bagi seluruh etnis Aceh sebagai penutur asli bahasa Aceh.
Ketahanan bahasa ibu kini kian melemah dari masa ke masa, sebagaimana bahasa
lainnya. Walaupun masih banyak penutur asli bahasa Aceh, bahasa Aceh juga
berpotensi mengalami penurunan dan pergeseran jika tidak adanya kesadaran dan
upaya dalam mempertahankan bahasa ibu dari pemilik bahasa.

2.4 Peran dan Kedudukan Bahasa Aceh


Bahasa Aceh adalah salah satu bahasa daerah yang masih hidup di daerah
Aceh dan dipakai oleh sebagian besar penduduk sebagai alat pengungkap pikiran,
perasaan, dan kehendak. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa
Aceh berfungsi sebagai berikut.
1. Lambang Kebanggaan Daerah
Sebagai sebuah lambang kebanggaan daerah, bahasa Aceh merupakan
bahasa yang sangat dimuliakan bagi masyarakat Aceh. Menjadi sebuah kewajaran
jika penuturnya akan merasa bangga ketika menggunakan bahasanya dan merasa
tersinggung jika bahasanya digunakan sebagai bahan ejekan.
2. Media Penghubung dalam Keluarga dan Masyarakat
Dapat dilihat bahwa bahasa Aceh digunakan dalam berbagai aspek
kehidupan oleh masyarakat Aceh. Bahasa Aceh merupakan bahasa pertama,
bahasa ibu yang penggunaannya senantiasa melahirkan kemantapan dan rasa
kekeluargaan yang paling dalam di kalangan masyarakat pemakainya.
3. Simbol Identitas Daerah Aceh
Bahasa Aceh juga berfungsi sebagai simbol identitas bagi masyarakat Aceh
yang dengan identitas tersebut menjadikan Aceh berbeda dengan daerah yang lain.
4. Sarana Pendukung Budaya Daerah dan Bahasa Indonesia
Bahasa Aceh juga memiliki fungsi sebagai pendukung budaya daerah,
tentunya menjadi pendukung budaya Aceh itu sendiri yang sering digunakan
dalam berbagai kegiatan masyarakat mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
adat istiadat, seni, permainan rakyat, dan lainnya. Bahasa Aceh juga menjadi
sarana komunikasi dalam kebudayaan masyarakat.
5. Pendukung Sastra Daerah dan Sastra Indonesia
Sebagai fungsi yang terakhir bahasa Aceh juga menjadi sarana pendukung
bagi sastra daerah. Bahasa Aceh menjadi pendukung sastra Aceh, serta sastra
Indonesia, digunakan dalam sastra seperti puisi, syair, hikayat, dan lain
sebagainya.
Ditinjau dari segi tempat dan situasi penggunaannya, bahasa Aceh
digunakan dalam keseharian masyarakat Aceh. Seperti dalam interaksi sesama
keluarga, upacara-upacara adat, dan rapat-rapat umum di kalangan masyarakat.
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dipraktekkan oleh masyarakat
perkotaan di Aceh di mana mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia
sebagai media interaksi antar sesama masyarakat.
Dalam berinteraksi dengan orang-orang baru, penggunaan bahasa Aceh
tergantung kepada situasi dan lawan bicara, jika lawan memulai percakapan
dengan bahasa Indonesia walaupun sebenarnya ia adalah orang berbahasa ibu
Aceh, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia. Di persekolahan kecuali
di area perkotaan bahasa Aceh masih dipergunakan sebagai bahan pengantar ajar
di kelas satu bahkan sampai kelas tiga SD walaupun persentasenya sangat kecil,
yaitu sekitar 5%, sedangkan di luar situasi belajar dan mengajar persentasenya
mencapai hingga 50%. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa mengenai tempat
dan situasi pemakaian bahasa Aceh dipakai dalam lingkungan keluarga dan
kekerabatan baik dalam situasi formal dalam lingkungan sosial maupun
pemerintahan.

2.5 Peran Bahasa Komunikasi dalam Masyarakat Aceh


Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan
manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu itulah yang memaksa
manusia perlu berkomunikasi. Komunikasi merupakan hubungan kontak antar dan
antara manusia baik individu maupun kelompok.
Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi
dengan orang lain niscaya akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh
keterisolasian ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya
membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Teori dasar biologi menyebut
tiga fungsi dasar yang menjadi penyebab mengapa manusia perlu berkomunikasi
yakni:
Pertama, hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui
komunikasi manusia dapat mengetahui hal-hal yang dapat mengancam alam
sekitarnya. Manusia juga dapat mengancam alam sekitarnya. Manusia juga dapat
mengetahui suatu kejadian atau peristiwa bahkan mengembangkan
pengetahuannya dengan belajar dari pengalaman maupun melalui informasi yang
mereka terima dari lingkungan dengan komunikasi.
Kedua, upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Proses kelanjutan masyarakat sesungguhnya tergantung bagaimana masyarakat
tersebut bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Penyesuaian di sini bukan saja
terletak pada kemampuan manusia memberi terhadap gejala alam yang
mempengaruhi perilaku manusia tetapi juga lingkungan masyarakat tempat
manusia hidup dalam tantangan. Diperlukaanya penyesuaian dalam lingkungan ini
agar manusia hidup dalam lingkungan yang harmonis.
Ketiga, upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi. Suatu
masyarakat yang ingin mempertahankan keberadaannya, maka ia di tuntut untuk
melakukan pertukaran nilai, perilaku dan peranan.
Ketiga fungsi diatas merupakan patokan dasar bagi individu dalam
berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. David K Berlo menyebutkan
bahwa komunikasi sebagai instrumen dari interaksi sosial berguna untuk
mengetahui dan memprediksi sikap orang lain dan untuk mengetahui keberadaan
diri sendiri dalam mencitakan keseimbangan masyarakat.
Peran Bahasa komunikasi dalam masyarakat di perkotaan Aceh masih ada
yang menggunakan Bahasa Indonesia, karena banyaknya pendatang dari luar
Aceh yang menggunakan Bahasa komunikasi Indonesia, seperti untuk bekerja,
Pendidikan dan lain-lain. Sedangkan peran Bahasa komunikasi dalam masyarakat
di perdalaman Aceh lebih identik menggunakan Bahasa daerah mereka sendiri,
karena peran Bahasa daerah bagi masyarakat pedalaman Aceh sudah menjadi
kebiasaan sehari-hari apabila mereka menggunakan Bahasa formal, mereka lebih
cenderung lebih tidak fasih dalam berkomunikasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.
Bahasa Aceh adalah bahasa yang tergolong dalam rumpun bahasa
Austronesia. Daerah asal dari bahasa Aceh belum diketahui dengan jelas
dikarenakan belum adanya catatan ataupun bukti yang menguatkan. Bahasa Aceh
menunjukkan banyak persamaan dengan bahasa yang digunakan oleh bangsa Mon
Khmer yang merupakan penduduk asli Kamboja, baik dari segi tatanan bahasa
maupun peristilahannya.
Bahasa ibu adalah sebuah sistem linguistik yang pertama kali dipelajari
secara alamiah langsung dari ibu ataupun keluarga yang memelihara anak
tersebut. Bahasa Aceh adalah bahasa pertama atau bahasa ibu dari kurang lebih
71% penduduk Aceh yang menempati wilayah pantai atau pesisir. Bagi
masyarakat yang ber-etnis Aceh apabila ibunya berbahasa Aceh, maka secara
tidak langsung bahasa ibu anak tersebut adalah bahasa Aceh sebagai konstruksi
bahasa pertamanya.
Ditinjau dari segi tempat dan situasi penggunaannya, bahasa Aceh
digunakan dalam keseharian masyarakat Aceh. Seperti dalam interaksi sesama
keluarga, upacara-upacara adat, dan rapat-rapat umum di kalangan masyarakat.
Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang dipraktekkan oleh masyarakat
perkotaan di Aceh di mana mereka cenderung menggunakan bahasa Indonesia
sebagai media interaksi antar sesama masyarakat.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka penulis dapat menyampaikan
beberapa saran yang sekiranya dapat dilakukan dan bermanfaat bagi penulis dan
pembaca, diantaranya sebagai berikut :

1. Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan evaluasi mata kuliah


Advertising bagi mahasiswa/i kelas 5B Ilmu Komunikasi.
2. Diharapkan hasil makalah ini dapat menjadi bahan referensi yang bermanfaat
bagi pembacanya, kami sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga masukan berupa kritik dan saran sangat di apresiasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai