Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Sepeti kita telah ketahui bahwa Indonesia terdiri dari banyak suku dari Sabang
sampai Merauke dengan aneka adat-istiadat yang berbeda satu sama lain. Suku-suku
tersebut memiliki tempat tinggal yang berbeda, salah satunya adalah suku Asmat.
Suku Asmat adalah suku asli Indonesia yang berasal dari Papua mereka ada yang
tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak 100km hingga 300km, bahkan ada yang
tinggal didaerah kawasan hutan heterogen dengan sumber mata pencaharian tumbuh-
tumbuhan dan umbi-umbian.
Kelompok asli Papua yang terdiri dari 193 suku dengan 193 bahasa yang
masing-masing berbeda. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan
pengelolaan lngkungan yang lebih baik diantara dapat ditemukan di suku Aitinyo,
Arfak, Asmat, Agast, Aya, dll.

2. Rumusan masalah
1. Apakah budaya suku asmat termasuk kebudayaan lokal?
2. Bagaimana proses kehidupan suku asmat?
3. Apa saja hasil kesenian suku asmat?

3. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apakah kebudayaan suku asmat merupakan kebudayaan lokal
atau interlokal
2. Mendeskripsikan bagaimana kehidupan suku asmat
3. Untuk mengetahui hasil dari kesenian suku asmat

4. Metode peneltian
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan metode tinjauan
kepustakaan karena penyusun tidak melakukan penelitian secara langsung.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian budaya
Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42) mengemukakan bahwa “budaya
berasal dari kata buddayah bentuk jamak dari kata buddhi (bahasa sansekerta) yang
artinya budi atau akal. Kebudayaan merupakan gabungan dari dua kata yaitu, budhi dan
daya. Budi artinya akal pikiran. Daya artinya usaha, ikhtiar. Budaya adalah usaha,
ikhtiar dari budi. Kebudayaan di artikan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan
budi atau akal. Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, Jerman menyebut
kultur, bahasa belandanya kultuur.” Sedangkan menurut Enno Gelder (dalam Suwarto
dan Agus Sumali) mengemukakan bahwa culture berasal dari kata colere, yang berarti
mengerjakan, memelihara, memuja. Maksudnya mengerjakan atau mengolahtanah
pertanian. Kultuur dikatakan usaha yang di lakukan pada barang atau daya pikir untuk
memperbaiki atau memulihkannya.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makluk budaya dan jiwa
itu menyebabkan terlahirnya budaya.

2. Identifikasi budaya lokal


Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42) mengemukakan bahwa, budaya lokal
adalah gagasan, tindakan dan hasil karya menusia yang tumbuh dan berkembang d
dalam ruang lingkup daerah atau wilyah tertentu, misalnya budaya Jawa, budaya
Sunda, budaya Melayu dan lain sebagainya. Pengertian budaya lokal adalah budaya
atau kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di lokal atau daerah tertentu dengan
pendukung manusia yang hidup dan bertempat tinggal di lokal atau daerah tersebut.

2
BAB III
PEMBAHASAN

1. Kondisi alam
Wilayah yang mereka tinggali sangat unik.Dataran coklat lembek yang tertutup
oleh jaring laba-laba sungai.Wilayah yang ditinggali Suku Asmat ini telah menjadi
Kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Asmat dengan 7 Kecamatan atau
Distrik.Hampir setiap hari hujan turun dengan curah 3000-4000 milimeter/tahun.Setiap
hari juga pasang surut laut masuk kewilayah ini,sehingga tidak mengherankan kalau
permukaan tanah sangat lembek dan berlumpur.Jalan hanya dibuat dari papan kayu
yang ditumpuk diatas tanah yang lembek.Praktis tidak semua kendaraan bermotor bisa
lewat jalan ini.Orang yang berjalan harus berhati-hati agar tidak terpeleset,terutama saat
hujan.

Papua (suku asmat) terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana
daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi
daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap
dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun.
Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah,
sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara
bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk setiap kenaikan ketinggian
100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan menurun 0.6 °C.

Suku Asmat terletak pada kedudukan 0° 19′ – 10° 45′ LS dan 130° 45′ – 141° 48′ BT,
menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau
terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah (provinsi)
terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah kesuluruhan tanah seluruh
Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke timur (Sorong – Jayapura)
sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang
736 km (456 batu).

3
2. Ciri fisik
Penduduk Asmat pada umumnya memiliki ciri fisik yang khas,berkulit hitam
dan berambut keriting. Tubuhnya cukup tinggi. Rata-rata tinggi badan orang Asmat
wanita sekitar 162 cm dan tinggi badan laki-laki mencapai 172 cm.

Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap,
hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat.
Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di
New Zealand dan Papua Nugini.

Suku asmat meiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka. mereka hanya
membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan
warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan
warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan
pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air,
pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.

3. Perekonomian
Mata pencaharian masyarakat Asmat antara lain meramu sagu dan berburu
binatang (babi hutan). Masyarakat Asmat yang tinggal di daerah hulu menanam pohon
pada kebun-kebun mereka. Pemerintah Indonesia memerhatikan pendidikan suku
bangsa Asmat, yaitu melakukan kerja sama dengan organisasi penyiaran agama Katolik
di Belanda dan Amerika. Selain itu, untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat
Asmat, sagu dimanfaatkan sebagai komoditas ekspor.

4
4. Pemerintahan
Pemimpin Asmat memiliki derajat yang sama dengan warga-warga lain tetapi
harus lebih pandai dan ahli dalam bidang tertentu. Biasanya seseorang yang menang
perang akan diminta menjadi pemimpin. Masyarakat Asmat juga mengenal struktur
masyarakat atau aipem. Fungsi aipem adalah untuk meningkatkan kualitas dengan
melakukan persaingan.

5. Proses kehidupan
Dalam menjalankan kehidupannya suku asmat menjalani beberapa proses
kehidupan, antaralain :
1. Kehamilan
Selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat
lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.

2. Kelahiran
Tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara
sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang
terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun
atau 3 tahun.

3. Pernikahan
Proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun
dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai
kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya
piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila
ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria
wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan
aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap. Dalam memenuhi

5
kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau
kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang.
Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita
suku ini hingga berumur 5 tahun.

4. Agama
Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di Suku Asmat dan dalam hal ketuhanan, Suku Asmat dapat dijadikan
contoh bagi daerah lain. Majoriti penduduk Suku Asmat beragama Kristian, namun
demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Suku
Asmat maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin
berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang asing maupun rakyat Indonesia sendiri
yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Suku Asmat. Mereka
berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui sekolah-sekolah
mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik masyarakat
pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan pengetahuan-
pengetahuan amali yang lain – lainnya. Mubaligh juga merupakan pelopor dalam
membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum dibina oleh
penerbangan biasa. Sebelum para misionaris pembawa ajaran agama datang ke wilayah
ini, masyarakat Suku Asmat menganut Anisme. Dan kini, masyarakat suku ini telah
menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam.

5. Bahasa
Di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik
yang ada. Aneka perbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh
sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat di
Papua bahkan hingga ke pedalaman (Suku Asmat).

6. Kematian
Bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam
bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum,
jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat
dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.

6
6. Kekerabatan
Kehidupan suku bangsa Asmat dulunya adalah Semi Nomad, namun sekarang
sudah ditinggalkan. Mereka tinggal di pegunungan yang saling berjauhan karena
perasaan takut diserang musuh. Rumah Bujang merupakan tempat semua kegiatan desa
dan upacara adat terpusat.

Dasar organisasi sosial masyarakat suku bangsa Asmat adalah keluarga inti monogamy
kadang-kadang poligini. Kesatuan keluarga yang lebih luas yaitu uxorilokal yakni
pasangan pengantin sesudah menikah berada di rumah keluarga yang lebih luas, atau
avunkulokal, yaitu pasangan pengantin setelah menikah akan bertempat tinggal di
rumah istri dari keluarga ibu. Tysem adalah tempat orang Asmat melaksanakan
kegiatan sehari-hari dan tempat menyimpan senjata maupun peralatan untuk berburu,
menangkap ikan, menanam dan berkebun.

Seorang ibu dewasa selalu harus mengalami upacara misiasi yang dilaksanakan di
rumah terpusat keluarga klan yang disebut yew, yang merupakan rumah keramat,
digunakan untuk melaksanakan berbagai upacara religi. Yew biasanya dikelilingi oleh
10 sampai 15 tysem

7. kesenian
Kesenian suku bangsa asmat erat kaitannya degan kehidupan religinya. Benda-
benda kesenian asmat yang amat menarik adalah tiang-tiang Mbis dan perisai-perisai.
Mbis dan perisai itu dapat diklasifikasikan kedalam 4 daerah yaitu :
1. Gaya seni Asmat Hilir dan hulu sungai yang mengalir ke dalam teluk flamingo dan
arah Pantai Casuarina benda kesenian gaya ini tergolong paling terkenal sejak tahun
1912. Sejak zaman ekspedisi militer Belanda pertama mereka tertarik pada tiang-
tiang Mbis dengan patung-patung yang tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut
silsilah nenek moyang.

2. Gaya Seni Asmat Barat Laut Kesenian perisai orang asmat barat laut berbentuk
lonjong dengan bagian bawah yang agak melebar dan biasanya lebih padat dibanding
perisai kesenian Asmat Hilir.

7
3. Gaya Seni Asmat Timur Laut tampak khusus pada bentuk hiasan perisai yang
biasanya berukuran sangat besar, kadang-kadang sampai melebihi tinggi orang.

4. Gaya Seni Asmat Daerah Sungai Brazza, hal yang membuat gaya seni Asmat daerah
sungai Brazza berbeda dengan yang lain adalah bagian kepalanya yang biasanya
terpisah dari badan.

5. Patung bis, adalah bentuk patung yang paling sakral. Namun kini membuat patung
bagi Suku Asmat tidak sekadar memenuhi panggilan tradisi, sebab hasil ukiran itu
juga mereka jual kepada orang asing di saat pesta ukiran. Mereka tahu hasil ukiran
tangan dihargai tinggi antara Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah di luar Papua. Patung
dan ukiran umumnya mereka buat tanpa sketsa. Bagi Suku Asmat, di saat mengukir
patung adalah saat di mana mereka berkomunikasi dengan leluhur yang ada di alam
lain. Hal itu dimungkinkan karena mereka mengenal tiga konsep dunia: Amat ow
capinmi (alam kehidupan sekarang), Dampu ow campinmi (alam pesinggahan roh
yang sudah meninggal), dan Safar (surga).

6. Jenis tarian-tarian yang kita kenal di Suku Asmat : Tarian ular menghormati
Maapuru puau, Tari Manaweang , Tejalu Meto’e, Tarian Iyaphae Oophae , Tarian
akhokoy.

7. Suku Asmat memiliki rumah adat suku Asmat bernama Jew (Rumah Bujang).
Rumah Jew memang memiliki posisi yang istimewa dalam struktur suku Asmat. Di
rumah bujang ini, dibicarakan segala urusan yang menyangkut kehidupan warga, mulai
dari perencanaan perang, hingga keputusan menyangkut desa mereka. Jew adalah
tempat yang dianggap sakral bagi sukuAsmat. Ada sejumlah aturan adat di dalamnya
yang harus dipelajari dan dipahami oleh orang Asmat sendiri, termasuk syarat
membangun Jew.

8
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

 http://laporannurainisolihat.blogspot.co.id/2014/08/makalah-ips-budaya-suku-
asmat.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
 https://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/suku-asmat-kebudayaan-
sistem-kepercayaan-bangsa-kekerabatan.html
 http://afiffajar02.blogspot.com/2016/05/makalah-kebudayaan-suku-
asmat_8.html

Anda mungkin juga menyukai