KELAS XII
PEMANFAATAN PETA
A. PENDAHULUAN
Peta selain bermanfaat untuk menujukkan lokasi suatu wilayah juga memiliki manfaat yang lain,
diantaranya digunakan untuk kepentingan militer, pertanian, perdagangan, transportasi dll.
B. BAHAN/ALAT/SUMBER
Bahan :1. Peta Jenis Tanah
SKALA
1 : 10000
C. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah artikel Jenis-jenis Tanah pada lampiran halaman 3!
2. Ambil stabillo, berilah tanda untuk jenis-jenis tanah yang sesuai dengan jenis tanaman
pertanian dan Kehutanan!
3. Amati Peta Jenis Tanah!
4. Diskusikan dengan kelompokmu pemanfaatan lahan yang sesuai dengan jenis tanah!
5. Amati Gambar jenis-jenis Tanaman pada lampiran halaman 8!
6. Ambil Gunting, guntinglah nama tanaman yang ada, lalu beri lem disisi belakangnya!
1
7. Amati Peta Jenis Tanah, tempelkan gambar jenis tanaman yang sudah diberi lem
ditempat jenis-jenis tanah yang sesuai!
D. PERTANYAAN
1. Jenis tanah apa saja yang sesuai untuk tanaman pertanian?
2. Jenis tanah apa saja yang sesuai untuk tanaman perhutanan?
3. Tanaman apa yang tidak sesuai untuk jenis tanah Aluvial?
4. Tanaman apa yang tidak sesuai untuk jenis tanah Laterit?
2
Lampiran 1
JENIS-JENIS TANAH
1. Tanah Vulkanis
a. Tanah Andosol
Proses terbentuknya : dari abu vulkanis yang telah mengalami proses pelapukan
Ciri-ciri : warna kelabu hingga kuning, peka terhadap erosi, dan sangat subur
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian, perkebunan, hutan pinus atau cemara
Persebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, Nusa Tenggara Barat, dan
Sulawesi
andosol
b. Tanah Regosol
Proses terbentuknya : dari endapan abu vulkanis baru yang memiliki butir kasar
Ciri-ciri : berbutir kasar, berwarna kelabu hingga kuning dan kadar bahan organik rendah
Pemanfaatannya : untuk pertanian padi, palawija, tebu dan kelapa
Persebaran : di lereng gunung berapi, pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara
c. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
Proses terbentuknya : tanah hasil erosi (lumpur dan pasir halus) di daerah-daerah dataran
rendah
Ciri-ciri : warna kelabu dan peka terhadap erosi
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian sawah dan palawija
Persebaran : Sumatera, Jawa bagian utara, Halmahera, Kalimatan Barat, Kalimantan
Selatan, Sulawesi dan Papua bagian selatan
2. Tanah Organosol
a. Tanah Humus
Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan bahan-bahan organik
Ciri-ciri : warna kehitaman, mudah basah, mengandung bahan organik, sangat subur
3
Pemanfaatannya : sebagai lahan pertanian
Persebaran : Lampung, Jawa Tengah bagian selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi
Tenggara
Organosol
b. Tanah Gambut
Proses terbentuknya : dari hasil pembusukan tumbuhan / bahan organik di daerah yang
selalu tergenang air (rawa-rawa)
Ciri-ciri : bersifat sangat asam, unsur hara rendah sehingga tidak subur
Pemanfaatannya : untuk pertanian pasang surut
Persebaran : Pantai timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Seram, Papua,
Pantai Selatan
Tanah Gambut
3. Tanah Litosol (tanah berbatu-batu)
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan beku dan sedimen yang masih baru (belum
sempurna) sehingga butirannya besar / kasar
Ciri-ciri : tekstur tanahnya beranekaragam dan pada umumnya berpasir, tak bertekstur,
warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan bervariasi
Pemanfaatannya : masih alang-alang, bisa untuk hutan
Persebaran : Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan
Sumatera
4. Tanah Podzol
Proses terbentuknya : di daerah yang memiliki suhu rendah dan curah hujan tinggi
Ciri-ciri : warna pucat, kandungan pasir kuarsa tinggi, sangat masam, peka terhadap
erosi, kurang subur
Pemanfaatannya : untuk pertanian palawija
4
Persebaran : Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Papua
Podsol
5. Tanah Laterit
Proses terbentuknya : Tanah yang tercuci air hujan, sehingga unsur hara telah hilang
meresap dan mengalir ke dalam tanah
Ciri-ciri : warna cokelat kemerah-merahan, tidak subur
Pemanfaatannya : untuk lahan pertanian
Persebaran : Kalimantan Barat, Lampung, Banten, Sulawesi Tenggara
6. Tanah Mergel
Proses terbentuknya : dari hasil campuran pelarutan kapur, pasir dan tanah liat karena
peristiwa air hujan
Ciri-ciri : tidak subur
Pemanfaatannya : untuk hujan jati
Persebaran : Yogyakarta, Priangan Selatan di Jawa Barat, pegunungan Kendeng di Jawa
Tengah, Kediri, Madiun, Nusa Tenggara
7. Tanah Terarosa (Kapur)
a. Tanah Renzina
Proses terbentuknya : dari pelapukan batuan kapur di daerah yang memiliki curah hujan
tinggi
Ciri-ciri : warna putih sampai hitam, miskin unsur hara
Pemanfaatannya : untuk palawija, hutan jati
Persebaran : Gunung kidul , Yogyakarta
Terarosa
b. Tanah Mediteran
Proses terbentuknya : hasil pelapukan batuan kapur keras dan sedimen
5
Ciri-ciri : Warna putih kecoklatan, keras, tidak subur
Pemanfaatannya : untuk pertanian tegalan, hutan jati
Persebaran : Pegunungan Jawa Timur, Nusa Tenggara, Jawa Tengah, Sulawesi, Maluku,
Sumatera
6
Lampiran 2
7
LKPD 2
KELAS XII
PEMANFAATAN PETA
A. PENDAHULUAN
Peta selain bermanfaat untuk menujukkan lokasi suatu wilayah juga memiliki manfaat yang
lain, diantaranya digunakan untuk kepentingan militer, pertanian, perdagangan, transportasi
dll.
B. BAHAN/ALAT/SUMBER
Bahan : 1. Peta Topografi Kelurahan Jomblang
C. RINCIAN KEGIATAN
1. Bacalah artikel Proses Perencanaan Transportasi pada lampiran
8
2. Ambil Stabilo, berilah tanda menggunakan stabillo hal-hal yang berkaitan dengan
perencanaan transportasi
3. Amati Peta Topografi kelurahan Jomblang, fokuskan pada aksesibilitas penduduk!
4. Diskusikan bagaimana jalur transportasi yang aman, cepat, dan murah antar, dari, dan ke
titik A, B, C, dan D!
5. Ambil spidol, tandai di Peta jalur yang menghubungkan titik A, B, C, dan D tersebut!
6. Diskusikan faktor-faktorapa saja yang harus dipertimbangkan dalam menentukan jalur
transportasi yang aman, cepat, dan murah tersebut!
D. PERTANYAAN
1. Apa yang dimaksud dengan perencanaan transportasi?
2. Perencanaan Perangkutan dapat dilihat dari sudut pandang apa saja?
3. Apakah yang menjadi tujuan dalam perencanaan transportasi?
4. Penduduk A jika hendak menuju D, lebih cepat melalui B atau C?
5. Jarak tempuh manakah yang paling jauh dari titik A menuju ketiga titik lainnya?
6. Faktor-faktor apa sajakah yang harus dipertimbangkan untuk menentukan jalur
transportasi antar tempat atau wilayah itu?
9
Lampiran
Pendahuluan
Perencanaan perangkutan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perencanaan kota.
Rencana kota tanpa mempertimbangkan keadaan dan pola perangkutan yang akan terjadi sebagai
akibat rencana itu sendiri, akan menghasilkan kesemrawutan lalu-lintas di kemudian hari.
Keadaan ini akan membawa akibat berantai cukup panjang dengan meningkatnya jumlah
kecelakaan, pelanggaran lalu-lintas, menurunnya sopan santun lalu-lintas, dan lain-lain.
Perencanaan perangkutan itu sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang tujuannya
mengembangkan sistem angkutan yang memungkinkan manusia dan barang bergerak atau
berpindah tempat dengan aman dan murah.
Permasalahan dalam perencanaan transportasi yaitu pada sifat tansportasi yang lebih sebagai
suatu sistem dengan pola interaksi yang kompleks, sehingga perencanaan transportasi dapat
menjadi suatu kegiatan yang rumit dan memakan waktu, serta usaha dan sumber daya yang
besar. Oleh karena itu dalam perencanaan transportasi dilakukan pembatasan-pembatasan
terhadap tingkat maupun lingkup analisisnya, sehingga hasil perencanaan transportasi lebih
bersifat indikatif dibandingkan sifat kepastiannya. Perencanaan transportasi ditujukan untuk
mengatasi masalah transportasi yang sedang terjadi atau kemungkinan terjadi di masa
mendatang. Tujuan perencanaan transportasi adalah untuk mencari penyelesaian masalah
transportasi dengan cara yang paling tepat dengan menggunakan sumber daya yang ada.
Dari sisi waktu analisisnya, perencanaan transportasi dapat dibedakan menjadi perencanaan
jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek dan
10
menengah umumnya tidak melibatkan perencanaan prasarana berskala besar dengan biaya tinggi.
Secara lebih rinci, ketiga jenis perencanaan transportasi tersebut adalah sebagai berikut:
Penyediaan ruang gerak bagi alat angkut merupakan kebutuhan mutlak yang banyak merombak
bentuk jaringan ’urat nadi’ kota besar dunia, dan juga telah melanda Indonesia. Perombakan ini,
dan usaha memelihara prasarana yang sudah ada, menelan anggaran biaya yang tidak sedikit.
Perkembangan teknologi angkutan juga mempengaruhi pola gerak masyarakat. Atau sebaliknya,
tuntutan kebutuhan gerak masyarakat mendorong agak sulit ditentukan, sama sulitnya seperti
menentukan pengaruh timbal-balik antara perangkutan dan tata guna lahan.
a) Sosial : masyarakat yang membutuhkan, menggunakan, dan mengelola perangkutan, dan juga
yang melakukan pergerakan;
b) Fisik : prasarana dan sarana perangkutan yang memerlukan ruang bagi pergerakannya.
Pengejawatahan kegiatan perangkutan juga berupa kenyataan guna lahan untuk jaringan jalan,
yang bahkan meliputi 15-30% luas tanah perkotaan;
11