PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Busana Daerah merupakan salah satu mata kuliah wajib mahasiswa S1
Tata Busana Universitas Negeri Padang. Pada mata kuliah Busana Daerah
dipelajari pengetahuan busana daerah Indonesia, meliputi fungsi dan makna
bagian-bagian, teknik pemakaian, pemeliharaan, dan tata rias, serta
keterampilan membuat seperangkat busana daerah yang asli dan modifikasi,
sekaligus memasarkannya.Mempelajari Busana Daerah merupakan langkah
awal bagi seorang mahasiswa Tata Busana untuk dapat membuat berbagai
jenis pakaian yang terinspirasi dengan ciri khas busana daerah Indonesia yang
memiliki nilai jual tinggi dan dapat menambah pemasukan mahasiswa serta
menumbuhkan jiwa kewirausahaan. Untuk itu mahasiwa harus mempelajari
busana daerah Indonesia.
B. musan Masalah
Adapun rumusan masalah, sebagai berikut:
1. Bagaimana busana daerah NTT?
2. Bagaimana busana daerah NTB?
3. Bagaimana ciri khas busana daerah NTT dan NTB?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini ialah:
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami busana daerah NTT
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami busana daerah NTB
3. Mahasiswa Mengetahui dan memahami ciri khas busana daerah NTT
dan NTB
BAB II
PEMBAHASAN
A. PAKAIAN ADAT NUSA TENGGARA TIMUR
Nusa Tenggara Timur beribu kotanya Kupang, terdiri dari pulau-pulau
yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar belakang yang
berbeda-beda.
Penduduk di NTT merupakan masyarakat yang heterogen, selain terlihat
dari perbedaan ciri-ciri fisik juga menunjukan bermacam suku-bangsa dengan
latar belakang sejarah, bahasa dan tata kehidupan adat yang berbeda pula. Di
Pulau Timor misalnya didiami oleh suku bangsa : Atoni atau Dawan, Tetun
(Belu), Buna, dan Kemak. Suku bangsa Kisar di Pulau Kisar, suku bangsa
Alor di Pulau Alor dan suku bangsa solor di Pulau Sokor. Selain itu terdapat
suku bangsa Helong di Pulau Semau, suku Sabu di pulau Sabu, suku Sumba di
Pulau Sumba, suku Rote di Pulau Rote, serta suku bangsa Manggarai, Ngada,
Ende, Lio, Sikka, dan larantuka di pulau flores.
Secara umum pakaian adat Nusa Tenggara Timur menonjol pada
perangkat kain-kain tenunnya yang khas. Selain itu, kekhasan pakaian adat
Nusa Tenggara Timur terlihat pula pada perhaisan perlengkapan pakaian dari
logam, bulu unggas, dan kain-kain batik yang ditampilkan dengan cara-cara
yang unik. Dari keanekaragaman pakaian adat yang memiliki perbedaan latar
belakang, dipaparkan tiga gaya yang dianggap dapat mewakili citra daerah ini,
yaitu pakaian adat suku bangsa Sikka dari Flores, suku bangsa Sumba dari
Sumba Timur, dan suku bangsa Amarasi dari Kabupaten Kupang , Timor.
1. Pakaian Harian di Kupang
Sehari-hari masyarakat Kupang dari berbagai suku mengenakan
pakaian hampir seperti busana upacara adat namun tidak menggunakan
aksesori dan perhiasan.
Pria mengenakan selimut dan kemeja putih dilengkapi dengan ikat
pinggang besar dan dipergagah dengan pengikat bernama destar.
Sedangkan wanita memakai sarung dengan teknik dua kali lipatan
dandililit pada pinggang agar sarung tidak melorot jatuh ke bawah.
Untuk bagian atas dikenakan kebaya saja yang disulam menyerupai
kutang atau bra.
2. Pakaian Adat Suku Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur
Masyarakat Sikka atau suku bangsa Sikka, mendiami daerah Kab.
Sikka di Pulau Flores dengan kota terbesar Maumere. Kebudayaan
masyarakat Sikka banyak dipengaruhi oleh budaya asing, seperti
Bugis, Cina, Portugis, Belanda, Arab, dan India. Pengaruh Portugis
dan Belanda tampak pada tata busana barat yang dewasa ini sudah
menjadi pakaian sehari-hari. Pengaruh India muncul pada hasil
tenunan, yaitu pada pembagian bidang-bidang dan corak yang diilhami
oleh kain patola. Meskipun demikian, masyarakat Sikka tetap dapat
mempertahankan ungkapan budaya tradisionalnya lewat pakaian serta
tata riasnya.
Destar adalah tutup kepala pria yang terbuat dari kain batik soga
dan dikenakan dengan pola ikatan tertentu sehingga ujung-ujungnya
turun menempel pada kedua sisi wajah dekat telinga.
Selain itu, kaum wanita juga memakai sarung wanita, utan lewak,
dihias dengan ragam flora dan fauna dalam lajur-lajur garis. Utan
lewak adalah kain tiga lembar, berwarna dasar gelap dengan paduan
antara warna merah, cokelat, putih, biru, dan kuning secara melintang.
Warna-warna tersebut melambangkan berbagai suasana hati atau
kekuatan-kekuatan magis. Misalnya hitam untuk melayat, merah,
cokelat melambangkan keagungan dan status sosial yang tinggi. Cara
mengenakan utan adalah dengan menyampirkan sebagian pinggir kain
di atas bahu dengan melintangkan tangan kanan di bawah dada seperti
hendak menjepit kain.
8. Suku Dawan
Suku Dawan mendiami sebagian wilayah Kabupaten Kupang atau
Amarasi, Amfoang, Kupang Timur dan Tengah atau Kabupaten Timor,
Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Kabupaten Belu (
bagian perbatasan dengan Kabupaten Timor Tengah Utara).
Pakaian Adat Pria Amarasi
Selimut besar pria diikat pada pinggang ditambah dengan selimut
penutup dan selendang, Ikat pinggang pria, Kemeja pria (baju bodo),
Kalung habas emas berbandul gong, Muti salak, Ikat kepala atau destar
dikombinasi dengan hiasan tiara, Gelang Timor 2 buah, Pakaian Adat
Wanita Amarasi, Sarung diikat pada pinggang, Selendang penutup dan
pending.
Kebaya wanita
Kalung muti salak, habas dan gong (liontin), Hiasan kepala bulan
sabit, Tusuk konde koin 3 buah dan sisir emas, Giwang (karabu),
Gelang kepala ular 2 buah (sepasang).
B. PAKAIAN ADAT NUSA TENGGARA BARAT
Provinsi Nusa Tenggara Barat atau NTB adalah suatu wilayah yang
terletak di kepulauan Nusa Tenggara yang terdiri dari gugusan pulau kecil. Di
antara deretan pulau ini, ada dua yang berukuran terbesar yaitu pulau Lombok
dan Pulau Sumbawa. Pulau Lombok mayoritas dihuni oleh suku Sasak
sedangkan pulau Sumbawa mayoritas dihuni oleh suku Bima.
Bila kita mengulas tentang pakaian adat Nusa Tenggara Barat, maka tak
akan luput dari kebudayaan dari ke-2 suku ini, karena keduanya mempunyai
keunikan dan ciri khas masing-masing. Berikut ini kami bahas Pakaian Adat
Nusa Tenggara Barat, NTB Lengkap Dan Penjelasannya. Selamat mengikuti.
Pakaian Adat NTB (Nusa Tenggara Barat)
Meskipun terdiri dari dua budaya yang dominan, di tingkat Nasional,
budaya suku Sasaklah yang sering dikemukakan. Hal tersebut disebabkan
karena secara keseluruhan, suku Sasak merupakan suku mayoritas di Provinsi
NTB dengan jumlah sebesar 68% dari populasi penduduknya.