Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

RAGAM PAKAIAN ADAT NUSANTARA

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD GHAFUR

KELAS : VII. 1

SMP NEGERI 7 TUALANG

T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

1. Pengertian

Pakaian adat adalah simbol sandang pada suatu daerah yang memiliki identitas dan
sebagai simbol budaya yang relevan. Pakaian adat merupakan simbol kebudayaan suatu
daerah, setiap daerah di Indonesia memiliki pakaian adat yang berbeda-beda. Pakaian adat
biasanya dipakai untuk memperingati hari besar seperti kelahiran, pernikahan, kematian, serta
hari-hari besar keagamaan. Sebagai simbol pakaian adat memang dijadikan penanda sesuatu,
biasanya berupa doa atau mencerminkan suatu sikap (http://www.anneahira.com/pengertian-
pakaian-adat,).

2. Karakteristik Pakaian Adat Daerah di Indonesia

Di Indonesia setiap detail pakaian adat mempunyai perlambangan khusus. Biasanya


melibatkan banyak pernak-pernik dan aksesoris mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Hal
ini memperlihatkan totalitas setiap suku. Ada beberapa benang merah yang dapat ditarik pada
pakaian adat di daerah tertentu. Warna, model, serta unsur-unsur pakaian dalam satu area
tertentu sering kali mempunyai persamaan. Pakaian adat dari daerah Sumatra, Kalimantan,
atau Sulawesi cenderung berwarna cerah seperti merah, kuning, hijau, bahkan tak jarang
berwarna-warni. Pakaian adat dari pulau Sumatra biasanya mengenakan kain tenun seperti
songket, ulos, atau tapis yang menjadi pelengkap kebaya kurung atau kebaya panjang.
Pakaian adat dari daerah Jawa lain cenderung berwarna gelap seperti hitam, biru tua, atau
hijau tua, biasanya tak pernah ketinggalan penggunaan batik dengan aneka motif yang
mengandung makna tertentu. Pakaian adat dari Indonesia Timur, khususnya dari pulau-pulau
di Maluku dan Nusa Tenggara Timur, tampil dengan kain tenun ikat mereka yang bernilai
tinggi. Untuk wanita, kain tersebut dililitkan di bagian bawah atau atas tubuh sebagai
kemben. Untuk pria mengenakan kain tenun di bagian bawah yang dipadukan kemeja atau
jas. Aksesoris yang dikenakan cenderung sederhana (Santoso, 2010:2).

Pernak-pernik pakaian adat di beberapa daerah juga terlihat mempunyai persamaan.


Pakaian adat wanita di daerah Sumatra, misalnya, mempunyai ciri khas penggunaan mahkota
yang indah dan besar di kepalanya. Kita dapat melihat pada pakaian adat wanita Padang,
Palembang, Jambi, atau Lampung. Untuk pakaian adat dari Jawa atau Madura, tentu tidak
bisa dilepaskan dari penggunaa cundhuk mentul, roncean melati, dan sanggul. Penampilan
yang festive ini tak luput dari upaya untuk menjadikan penampilan wanita sebagai ratu secara
total. Mahkota, sanggul, sunting, kembang goyang atau cunduk mentul, rangkaian bunga
melati, mawar, sirkam, hingga berbagai ornament lain, berpadu indah membentuk hiasan
cantik di kepala wanita (Santoso, 2010:3).

3. Corak Pakaian Adat Daerah di Indonesia

Di beberapa tempat yang pernah menjadi kerajaan berdaulat seperti Cirebon, Solo,
Yogyakarta, Jawa Timur (kerajaan Majapahit, Singasari, Kediri, Daha atau Jenggala),
biasanya akan dijumpai 2 aliran pakaian adat. Yang pertama adalah pakaian kebesaran yang
menyerupai pakaian raja yang sedang duduk di atas tahta, sedangkan yang lain adalah
pakaian putra-putri raja, sehingga bentuknya lebih sederhana. Pakaian kebesaran sering kali
terdiri atas beberapa helai kain yaitu kain dhodhot/kampuh yang panjang dan tebal di luar
serta kain polos atau cinde yang lebih tipis di bagian dalam. Aksesoris dan perlengkapan
lainnya juga rumit. Hal ini tampak pada Pakaian Kebesaran Keraton Cirebon, Pakaian
Kebesaran Corak Solo Basahan, Pakaian Kebesaran Yogya Paes Ageng, Pakaian Kebesaran
Malang Keprabon, dan Pakaian Kebesaran Legha (Sumenep-Madura). Saat dikenakan
pakaian-pakaian tersebut akan tampak agung dan mewah dengan pemakaian kain bertumpuk
dan aksesoris yang sangat lengkap. Secara khusus, ada pula pakaian adat corak kebesaran
yang tidak mempunyai “pasangan” corak putri. Kabupaten-kabupaten di Jawa Timur adalah
contoh paling jelas dalam hal ini, bahkan bisa dibilang Provinsi Jawa Timur adalah pemilik
pakaian adat corak kebesaran yang paling banyak. Sebut saja pakaian adat Mojo Putri,
Bojonegoro Kebesaran, Bojonegoro Iras Pinjung Putri, yang merupakan jenis pakaian adat
dengan corak kebesaran yang bercirikan tumpukan kain dodot dan aksesoris yang sangat
lengkap dan mewah. 10 Pakaian adat yang dulunya merupakan pakaian putra-putri raja sering
disebut pakaian adat Corak Putri (Yogya, Solo, Madura), Kasatriyan (Yogya), Corak
Kepangeranan (Cirebon), atau Keputren (Malang dan Madura). Pakaian adat ini lebih
sederhana penampilannya serta tidak menggunakan aksesoris sebanyak corak kebesaran.
Untuk pakaian wanita, sering kali pakaian-pakaian ini berupa baju/kebaya panjang dari bahan
beludru atau sutera, dan dikenakan bersama satu lembar kain yang diwiron. Pakaian prianya
mengenakan beskap atau baju tertutup dari bahan yang disesuaikan dengan pakaian wanita.
Untuk aksesorisnya. Pakaian pria mengenakan kuluk atau destar, sedangkan pakaian wanita
mengenakan sanggul (Santoso, 2010:7).
BAB II
ISI

1. Pakaian Adat Aceh

Ulee Balang. Itulah nama dari pakaian adat Aceh. Bentuk pakaian ini dipengaruhi oleh
kebudayaan Melayu dan Islam. Dilansir dari laman maa.acehprov.go.id, pakaian adat Aceh
ini awalnya selalu memakai bahan baku dari kain yang ditenun sendiri, baik dari sutera atau
dari bahan kapas.

Bahan-bahan ini nantinya akan digunakan untuk membuat kain pinggang (ija pinggang),
destar (tangkulok), kain pembungkus sirih (bungkoih ranub), celana kaum perempuan
(siluweue inong), kain selendang (ija sawak), yang sesuai dengan cara memakainya juga
disebut ija tob ulee (penutup kepala), ija slendang (selendang), ija seulimbot (selimut), kain
lambung (ija lambong), yaitu kain yang dilipat tiga secara memanjang sehingga dapat
menutupi sebagian badan.

Dikutip dari laman goodnewsfromindonesia, pakaian adat Aceh ini awalnya hanya
digunakan oleh para keluarga kerajaan saja. Namun kini, penggunaan pakaian adat menjadi
berkembang dan digunakan sebagai pakaian adat tradisional Aceh. Terdapat dua nama dalam
pakaian adat Ulee Balang, yaitu Linto Baro untuk pakaian bagi para laki-laki, dan Daro Baro
yang merupakan pakaian adat bagi para perempuan.
Bagi busana perempuan, baju yang dikenakan memiliki warna yang lebih beragam. Mulai
dari merah, kuning, hijau, hingga ungu lengkap dengan perhiasan. Desain baju wanita ini
dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab dan Cina. Sehingga wajar jika baju kurung sebagai
atasan ini longgar. Baju kurung dipadukan songket, Sileuweu, dan tidak lupa mahkota
bernama Patam Dhoe.

2. Pakaian Adat Riau

Etnis yang paling besar di Riau adalah Melayu, sehingga kamu juga bisa melihat bajunya
yang identik dengan Melayu. Baju untuk pria akan mengenakan baju kurung cekak musang
yang biasanya berbahan satin atau sutra. Ditambahkan dengan sarung serta kopiah. Untuk
wanita akan menggunakan kebaya laboh.

Teluk Belanga merupakan nama pakaian adat pria yang berasal dari Provinsi Kepulauan
Riau. Sementara itu pakaian adat untuk wanita di Kepulauan Riau adalah Kebaya Labuh.
Kedua pakaian adat tersebut merupakan warisan kebudayaan tersebut sering dikenakan pada
saat upacara adat atau pernikahan. Ciri khas pakaian adat tersebut, Kebaya Labuh dan Teluk
Belangga adalah panjangnya kebaya hingga menutupi lutut dengan bentuk kebaya tampak
lebar dan terbuka. Pakaian Teluk Belanga terdiri baju, celana dan kain samping serta penutup
kepala. Leher baju berkerah dan berkancing, jumlah lazimnya lima buah dan itu
melambangkan rukun Islam. Cokek sama dengan baju cekak musang. Biasanya
menggunakan kain songket. Cara memasangnya pun bervariasi, ada yang dilipat sirih didepan
dengan bagian kanan sebelah atas. Ada pula yang dipunjut kesamping, tergantung siapa
pemakainya. Pada penutup kepala juga bervariasi, berupa songkok, ikat kepala atau juga
tanjak. Tanjak atau ikat kepala dibuat dari jenis kain yang sama dengan baju dan celana.
Pakaian Teluk Belanga hadir dengan warna polos, seperti hitam, abu-abu, atau warna lain
yang netral.

Sementara pakaian Kebaya Labuh sering disebut juga kebaya panjang. Di mana belah
labuh atau belah dada juga terdiri atau baju kain dan selendang. Panjang lengan Kebaya
Labuh kira-kira dua jari dari pergelangan tangan. Sehingga gelang yang dipakai akan terlihat.
Untuk lebar lengan kira-kira tiga jari dari permukaan lengan. Di mana kedalaman baju
bervariasi, ada yang sampai ke betis atau sedikit keatas. Baju agak longgar dan tidak boleh
diraut (dikecilkan) di bagian yang dapat menunjukkan ukuran dan bentuk pinggang serta gaya
pinggul. Kebaya Labuh sering dipadukan dengan kain batik seperti kain cual. Untuk
pernikahan, mempelai pria mengenakan penutup kepala yang disebut Tanjak. Dilansir dari
situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kemdikbud), kaum perempuan Melayu
Lingga mempunyai berbagai pakaian Melayu yang kenal dikenal sejak lama. Kebaya Labuh
termasuk pakaian tradisional perempuan Melayu Lingga, Kepulauan Riau.

3. Pakaian Adat Jawa Timur

Jika Anda hanya memperhatikan secara sekilas saja, pastilah Anda berpikir jika pakaian
adat Jawa Timur ini memiliki cukup banyak kemiripan dengan pakaian adat yang dimiliki
dan dikenakan oleh masyarakat Jawa Tengah.
Hal ini dikarenakan letak secara geografis dan historis dari Jawa Timur dan Jawa Tengah
saling bersinggungan satu sama lain. Namun meski memiliki banyak kesamaan, masih
terdapat beberapa hal yang membedakan antara jenis pakaian adat keduanya.

Yang pertama adalah dari segi corak seperti yang sudah jelas terlihat, corak dari pakaian
adat Jawa Tengah lebih dominan melambangkan nilai-nilai dari tata krama serta menjunjung
tinggi nilai adab dan juga kesopanan. Hal ini jelas begitu kontras jika dibandingkan dengan
pakaian adat yang dimiliki oleh Jawa Timur yang lebih dominan menonjolkan nilai ketegasan
yang tetap sederhana dan masih pula menjunjung tinggi nilai etika.

Perbedaan yang kedua terletak pada perlengkapan dari pakaian itu sendiri. Aksesoris yang
dimiliki pakaian adat Jawa Timur begitu beragam dan cukup unik. Diantaranya adalah
penutup kepala (odheng), arloji rantai, tongkat (sebum dhungket) dan juga kain selendang
yang diselempangkan di bahu.

Ciri umum dari pakaian adat Jawa Timur adalah memiliki desain yang begitu indah dan
sangat elok untuk dipandang. Untuk ciri yang lebih spesifiknya terdapat pada masing-masing
dari jenis pakaian adat itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

Pakaian adat merupakan simbol kebudayaan suatu daerah, setiap daerah di Indonesia
memiliki pakaian adat yang berbeda-beda. Pakaian adat biasanya dipakai untuk memperingati
hari besar seperti kelahiran, pernikahan, kematian, serta hari-hari besar keagamaan. Sebagai
simbol pakaian adat memang dijadikan penanda sesuatu, biasanya berupa doa atau
mencerminkan suatu sikap. Demikianlah telah disampaikan dalam makalah ini beberapa
pakaian adat di Indonesia yang alangkah baiknya kita sebagai anak bangsa Indonesia minimal
mengetahuinya dan melestarikannya meskipun tidak melihatnya secara langsung. Semoga
artikel yang saya berikan di atas dapat bermanfaat untuk semuanya.
DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Tien. 2010. Tata Rias dan Busana Pengantin Seluruh Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.

https://www.yuksinau.id/pakaian-adat/jawa-timur/#:~:text=Baju%20cak%20dan%20ning
%20adalah,menggunakan%20pakaian%20khas%20dari%20Surabaya.

https://www.reddoorz.com/blog/id/kost/mengenal-pakaian-adat-di-seluruh-indonesia

https://moondoggiesmusic.com/pakaian-adat-jawa-timur/#gsc.tab=0

http://meandyouculture.blogspot.com/2016/02/pakaian-adat-riau-teluk-belanga-dan.html

Anda mungkin juga menyukai