Anda di halaman 1dari 16

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALITIK

OLEH

RICKY ROESFIRDIAN
1803124126

DOSEN PRAKTIKUM : Drs. T. ABU HANIFAH, M. Si


ASISTEN PRAKTIKUM : NADA RIZKY ANANDA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA/21APRIL 2020
KELAS/KELOMPOK : KIMIA C/II (DUA)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
NILAI

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR KIMIA ANALITIK

OLEH

RICKY ROESFIRDIAN
1803124126

DOSEN PRAKTIKUM : Drs. T. ABU HANIFAH, M.Si


ASISTEN PRAKTIKUM : NADA RIZKY ANANDA
HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : SELASA/21 APRIL 2020
KELAS/KELOMPOK : KIMIA C/II (DUA)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan Praktikum dan Penulisan Laporan
Praktikum yang berjudul “TITRASI KOMPLEKSOMETRI”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. T. Abu Hanifah. M. Si
selaku Dosen Praktikum dan Saudari Nada Rizky Ananda selaku Asisten Praktikum
yang telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada Penulis selama
Praktikum.
Harapan Penulis semoga Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan. Terima kasih.

Pekanbaru, 21 April 2020

Ricky Roesfirdian
1803124126
Abstrak

Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan pada reaksi
pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat pembentuk
kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan adalah asam etilen
diamina tetra asetat (EDTA) yang akan membentuk kompleks kuat dengan
perbandingan 1:1 dengan logam. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah
mengetahui prinsip titrasi kompleksometri dan menentukan konsentrasi larutan
standar sekunder EDTA menggunakan larutan standar primer ZnSO 4 serta
menentukan konsentrasi kalsium dan magnesium dalam sampel. Metode yang
digunakan adalah metode titrasi, yang merupakan salah satu metode kimia untuk
dapat menentukan konsentrasi larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume
larutan itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah
diketahui. Hasil dari percobaan ini yang pertama pembakuan larutan Na-EDTA
dengan volume seng (II) sulfat 5 mL dan volume Na-EDTA yang terpakai adalah
4,55 mL pada titrasi I; 4,54 mL pada titrasi II dan 4,57 mL pada titrasi III. Hasil dari
penetapan konsentrasi Ca dan Mg dalam sampel dengan volume sampel 5 mL dan
volume Na-EDTA yang terpakai adalah 5,10 mL pada titrasi I; 5,15 mL pada titrasi II
dan 5,10 mL pada titrasi III. Hasil penetapan konsentrasi Ca dalam sampel dengan
volume sampel 5 mL dan volume Na-EDTA yang terpakai adalah 3,53 mL titrasi I;
3,49 mL titrasi II dan 3,52 mL titrasi III. Kadar kesadahan total yang diperoleh
didalam sampel sebesar 2382, 13086 ppm. Kadar Ca yang diperoleh dalam sampel
sebesar 317, 5752 ppm, serta kadar Mg yang diperoleh sebesar 88, 0720 ppm.

kata kunci: indikator, kompleksometri, standarisasi, titrasi.


BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Teori
Titrasi adalah suatu cara untuk menentukan konsentrasi asam atau basa dengan
menggunakan larutan standar. Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang
telah diketahui konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam diperlukan untuk
menetapkan konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi asam. Keadaan dengan jumlah ekuivalen asam sama dengan basa disebut
titik ekuivalen. pH larutan akan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi
diakhiri pada saat pH titik ekuivalen telah tercapai (Pratama dkk., 2015).
Titrasi kompleksometri merupakan salah satu jenis titrasi yang didasarkan pada
reaksi pembentukan senyawa kompleks antara ion logam target dengan zat
pembentuk kompleks. Zat pembentuk kompleks yang umum digunakan adalah asam
etilenadiaminatetraasetat (EDTA) yang akan membentuk kompleks kuat dengan
perbandingan 1:1 dengan logam. pH larutan dalam titrasi kompleksometri harus
dikontrol karena akan menentukan selektivitas pembentukan kompleks antara EDTA
dengan logam target (Taufik dkk., 2018).
Metode titrasi kompleksometri didasarkan atas pembentukan senyawa kompleks
antara logam dengan ligan (zat pembentuk kompleks), sebagai zat pembentuk
kompleks yang digunakan adalah dinatrium etilen diamina tetra asetat (Na2EDTA).
Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Salah satu indicator
yang digunakan pada titrasi kompleksometri adalah eriokrom black T. Sedangkan
pada metode spektrofotometri serapan atom berdasarkan pada prinsip absorbansi
cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang
tertentu. Zink merupakan salah satu unsure logam golongan II B yang memiliki
massa atom 65,38. Zink termasuk mineral mikro yang berperan penting dalam proses
pertumbuhan dan diferensiasi sel, sintesis DNA, menjaga stabilitas dinding sel dan
lainnya (Bakhtra dkk.,2015).
Indikator merupakan suatu zat yang memberikan perubahan warna saat
ditambahkan pada suatu larutan asam dan atau larutan basa. Selain menggunakan
lakmus, digunakan juga indikator buatan yang bersifat stabil. Indikator yang banyak
digunakan contohnya adalah fenolftalein yang bekerja pada pH basa dan metil merah
yang bekerja pada pH asam. Sekalipun indikator ini bersifat stabil, sumber indicator
ini memiliki beberapa kekurangan yaitu keterbatasan penyediaannya, mahal serta
menimbulkan polusi bagi lingkungan (Mahmud dkk., 2018).
1.2. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:
a. Mengetahui prinsip titrasi kompleksometri.
b. Mengetahui prinsip kerja penentuan kadar Ca dalam sampel secara
komplesometri.
c. Menentukan kadar Ca dan Mg dalam sampel.
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1 Alat dan Bahan
2.1.1 Alat
Adapun alat yang dipergunakan adalah neraca analitik, kaca arloji, labu
ukur 25 mL, labu ukur 100 mL, ball pipet, buret 50 mL, statip, Erlenmeyer 25
mL, pipet 5 mL, spatula dan batang pengaduk.
2.1.2 Bahan
Adapun bahan yang dipergunakan adalah kalsium klorida (CaCl2),
magnesium klorida (MgCl2), larutan buffer pH 10, indikator EBT, indikator
meureksid, seng (II) sulfat (ZnSO4), Na-EDTA.

2.2 Prosedur Praktikum


2.2.1 Pembuatan Larutan Standar ZnSO4 dengan Konsentrasi 0,01 M
ZnSO4 ditimbang sebanyak 0,1673 gram menggunakan kaca arloji
kemudian dimasukkan ke dalam beaker gelas 50 mL dan dilarutkan dengan
akuades. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL dan
ditambahkan akuades hingga tanda batas lalu dihomogenkan.
2.2.2 Standarisasi Larutan EDTA
Sebanyak 5 ml larutan seng (II) sulfat dimasukkan ke dalam erlenmeyer,
dan dipanaskan suam-suam kuku. Kemudian ditambahkan sebanyak 0,75 mL
laruran buffer (pH 10) dan 3 tetes indikator EBT. Proses titrasi dilakukan dengan
larutan EDTA sebagai titran hingga terjadi perubahan warna. Volume larutan
EDTA yang diperlukan, dicatat kemudian dilakukan pengulangan 2 kali.
Molaritas larutan EDTA sebagai larutan standar sekunder dihitung.
2.2.3 Penentuan Konsentrasi Ca dan Mg dalam Sampel
Sebanyak 5 mL larutan yang mengandung campuran CaCl 2 dan MgCl2
diencerkan hingga 25 mL. Diambil sebanyak 5 mL larutan yang telah diencerkan,
kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 0,3 mL larutan buffer
pH 10 dan indikator EBT, kemudian dititrasi dengan larutan EDTA. Dihitung
konsentrasi Ca dan Mg dalam sampel.
2.2.4 Penentuan Konsentrasi Ca
Larutan sampel yang telah diencerkan diambil sebanyak 5 mL dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Ditambahkan 0,3 mL larutan buffer pH 10 dan
indikator meureksid. Titrasi dilakukan menggunakan larutan standar EDTA
hingga terjadi perubahan warna. Kadar Ca dalam sampel dihitung.
2.2.5 Penentuan Konsentrasi Mg
Kadar Mg dalam sampel ditentuan dengan mengurangi kadar total Ca dan
Mg dalam sampel dengan kadar Ca yang diperoleh.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1. Data Pengamatan
Tabel 1. Data Pembakuan Na-EDTA
Titrasi Volume ZnSO4 (mL) Volume Na-EDTA (mL)
I 5 4,55
II 5 4,54
III 5 4,57

Tabel 2. Data Penetapan Konsentrasi Ca dan Mg dalam Sampel


Titrasi Volume sampel (mL) Volume Na-EDTA (mL)
I 5 5,10
II 5 5,15
III 5 5,10

Tabel 3. Data Penetapan Konsentrasi Ca dalam Sampel


Titrasi Volume sampel (mL) Volume Na-EDTA (mL)
I 5 3,53
II 5 3,49
III 5 3,52

3.1.2. Perhitungan
3.1.2.1. Perhitungan molaritas ZnSO4
M ZnSO4 = gram x 1000
Mr x mL
= 0,1673 g x 1000
161,5 g/mol x 100 mL
= 0,0103 M

3.1.2.2. Volume rerata ZnSO4 dan volume rerata Na-EDTA pada pembakuan
Vrerata ZnSO4 = 5 mL + 5 mL + 5 mL
3
= 5 mL

3.1.2.3. Vrerata Na-EDTA = 4,55 mL + 4,54 mL + 4,57 mL


3
= 4,553 mL

3.1.2.4. Perhitungan molaritas Na-EDTA


M ZnSO4 x Vrerata ZnSO4 = M Na-EDTA x V rerata Na-EDTA
0,0103 M x 5 mL = M Na-EDTA x 4,553 mL
M Na-EDTA = 0,0113 M

3.1.2.5. Volume rerata sampel dan volume rerata Na-EDTA


Vrerata sampel = 5 mL + 5 mL + 5 mL
3
= 5 mL
Vrerata Na-EDTA = 5,10 mL + 5,15 mL + 5,10 mL
3
= 5,1167 mL
3.1.2.6. Volume rerata sampel dan volume rerata Na-EDTA
Vrerata sampel = 5 mL + 5 mL + 5 mL
3
= 5 mL
Vrerata Na-EDTA = 3, 53 mL + 3, 49 mL + 3,52 mL
3
= 3,513 mL

3.1.2.7. Perhitungan kadar Ca dan Mg dalam sampel


Volume sampel rerata = 5 mL
Volume Na-EDTA rerata = 5,1167 mL
M Na-EDTA = 0, 0113 M
Kesadahan total (mg/L)
= 1000 x V EDTA (a) M EDTA x Mr
V sampel
= 1000 x 5,1167 mL x 0,0113 M x 206 gram/mol
5 mL
= 2382, 13086 ppm
3.1.2.8. Perhitungan konsentrasi kalsium dalam sampel
Volume sampel rerata = 5 mL
Volume Na-EDTA rerata = 3, 513 mL
M Na-EDTA = 0, 0113 M
Kadar kalsium (mg/L)
= 1000 x V EDTA (a) M EDTA x Mr
V sampel
= 1000 x 3, 513 mL x 0,0113 M x 40 gram/mol
5 mL
= 317, 5752 mg/L atau 317, 5752 ppm

3.1.2.9. Perhitungan konsentrasi magnesium dalam sampel


Volume sampel rerata = 5 mL
Volume Na-EDTA rerata = 3, 513 mL
M Na-EDTA = 0, 0113 M
Kadar magnesium (mg/L)
= 1000 x [V EDTA (a) - V EDTA (b)] x M EDTA x Mr
V sampel
= 1000 x [5, 1167 mL - 3, 513] mL x 0,0113 M x 24.3 gram/mol
5 mL
= 88, 0720 mg/L atau 88, 0720 ppm

3.1.3. Reaksi Kimia


ZnSO4(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaZn H2C10H12O6N2(aq) + H2SO4(aq)
Ca2+(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaCa H2C10H12O6N2(aq) + 2H+(aq)
Mg2+(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaMg H2C10H12O6N2(aq) + 2H+(aq)
3.1.4. Tugas
1. Jelaskan fungsi penambahan larutan buffer pH 10 pada percobaan di atas!
Jawab:
Tujuan dari penambahan larutan buffer pH 10 adalah untuk
mempertahankan pH larutan pada pH 10.
2. Gambarkan struktur seyawa NaEDTA!
Jawab:

3. Jelaskan kenapa NaEDTA dapat berfungsi sebagai ligan?


Jawab:
Karena EDTA memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan
untuk berikatan dengan ion logam dan membentuk kompleks.
4. Tuliskan reaksi pada saat standarisasi!
Jawab:
ZnSO4(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaZn H2C10H12O6N2(aq) + H2SO4(aq)
5. Tuliskan reaksi pada penentuan Ca dan Mg di atas!
Jawab:
Ca2+(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaCa H2C10H12O6N2(aq) + 2H+(aq)
Mg2+(aq) + NaH2C10H12O6N2(aq) NaMg H2C10H12O6N2(aq) + 2H+(aq)
6. Jelaskan kenapa digunakan indikator EBT dan Meureksid?
Jawab:
Indikator EBT digunakan karena indikator tersebut peka terhadap kadar
logam dan pH larutan sehingga titik akhir titrasinya pun diketahui.
Indikator mureksid digunakan karena indikator ini dapat bereaksi dengan
ion kalsium dan pada titik akhir titrasi dengan EDTA.
7. Jelaskan bagaimana cara membuat larutan buffer ammonium pH 10!
Jawab:
Larutan buffer amonium pH 10 dapat dibuat dengan mereaksikan NH 4OH
dan NH4Cl.

3.2. Pembahasan
Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Endapan adalah zat
yang memisahkan diri sebagai fase padat keluar dari larutan. Ikatan kompleks antara
indikator dan ion logam harus lebih lemah daripada ikatan kompleks atau larutan titer
dan ion logam. Larutan indikator bebas mempunyai warna yang berbeda dengan
larutan kompleks indikator. Indikator yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah kalkon, asam kalkon karboksilat, hitam eriokrom-T dan
jingga xilenol. Adapun tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi
larutan standar sekunder EDTA menggunakan larutan standar primer ZnSO 4 dan
menentukan konsentrasi kalsium dan magnesium dalam sampel. Metode dari
percobaan ini adalah metode titrasi, yaitu salah satu metode kimia untuk dapat
menentukan konsentrasi larutan dengan cara mereaksikan sejumlah volume larutan
itu terhadap sejumlah volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui.
Sedangkan prinsip yang digunakan pada percobaan ini adalah pengendapan, yaitu
reaksi pembentukan padatan dalam larutan selama reaksi kimia.
Pada perecobaan ini ,mula-mula melakukan standarisasi titran dalam hal ini
adalah EDTA. Titran ini distandarisasi menggunakan larutan ZnSO4 yang volume dan
molaritasnya telah diketahui. Pertama larutan ZnSO4 dibuat, serbuk garam seng (II)
sulfat (ZnSO4) dihitung beberapa garam yang harus ditimbang untuk membuat larutan
standar primer ZnSO4 sebanyak 100 mL dengan konsentrasi 0,01 M. Garam seng (II)
sulfat ditimbang yang diperlukan, kemudian dilarutkan ke dalam akuades hingga 100
mL kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam botol dan diberi label. Setelah
larutan ZnCl2 dibuat maka dilakukan standarisasi larutan EDTA. Larutan seng (II)
sulfat sebanyak 5 mL dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, dan dipanaskan suam-suam
kuku. Kemudian sebanyak 0,75 mL laruran buffer (pH 10) dan 3 tetes indikator EBT
ditambahkan ke dalam larutan tersebut. EBT (Eriochrome Black T) adalah sejenis
indikator yang berwarna merah muda bila berada dalam larutan yang mengandung
ion kalsium dan ion magnesium dengan pH 10,0 + 0,1. Tujuan diberi indikator ini
adalah karena indikator tersebut peka terhadap kadar logam dan pH larutan, sehingga
titik akhir titrasinya pun dapat diketahui. Lalu dititrasi dengan EDTA. Proses titrasi
dilakukan dengan larutan EDTA sebagai titran hingga terjadi perubahan warna.
Volume larutan EDTA yang digunakan dicatat, kemudian titrasi dilakukan dengan
pengulangan 2 kali. Molaritas larutan EDTA sebagai larutan standar sekunder
dihitung.
Setelah itu dilakukan penentuan konsentrasi Ca dan Mg dalam sampel. Larutan
yang mengandung campuran CaCl2 dan MgCl2 sebanyak 5 mL diencerkan hingga 25
mL. larutan yang telah diencerkan diambil sebanyak 5 mL kemudian dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer. Larutan buffer dengan pH 10 dan indikator EBT ditambahkan
sebanyak 0,3 mL, kemudian campuran dititrasi dengan larutan EDTA. Konsentrasi
Ca dan Mg dalam sampel dihitung. Penentuan konsentrasi Ca dilakukan dengan cara,
larutan sampel yang telah diencerkan diambil sebanyak 5 mL, kemudian dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer. Larutan buffer dengan pH 10 dan indikator meureksid
ditambahkan sebanyak 0,3 mL. Titrasi menggunakan larutan standar EDTA
dilakukan hingga terjadi perubahan warna.
Hasil dari percobaan ini yang pertama pembakuan larutan Na-EDTA dengan
volume seng (II) sulfat 5 mL dan volume Na-EDTA yang terpakai adalah 4,55 mL
pada titrasi I; 4,54 mL pada titrasi II dan 4,57 mL pada titrasi III. Hasil dari penetapan
konsentrasi Ca dan Mg dalam sampel dengan volume sampel 5 mL dan volume Na-
EDTA yang terpakai adalah 5,10 mL pada titrasi I; 5,15 mL pada titrasi II dan 5,10
mL pada titrasi III. Hasil penetapan konsentrasi Ca dalam sampel dengan volume
sampel 5 mL dan volume Na-EDTA yang terpakai adalah 3,53 mL titrasi I; 3,49 mL
titrasi II dan 3,52 mL titrasi III. Kadar kesadahan total yang diperoleh didalam sampel
sebesar 2382, 13086 ppm. Kadar Ca yang diperoleh dalam sampel sebesar 317, 5752
ppm, serta kadar Mg yang diperoleh sebesar 88, 0720 ppm.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah:
a. Prinsip dasar titrasi kompleksometri adalah titrasi yang berdasarkan
pembentukan senyawakompleks antara kation dengan zat pembentuk
kompleks. Salah satu zat pembentuk kompleks yang banyak digunakan dalam
titrasi kompleksometri adalah garam dinatrium etilen diamin tetra asetat
(dinatrium EDTA).
b. Adapun prinsip kerja dalam penentuan kadar kalsium dan magnesium di
dalam sampel secara kompleksometri yaitu berdasarkan reaksi pembentukan
senyawa kompleks dengan EDTA, sebagai larutan standar dengan bantuan
indikator tertentu. Titik akhir titrasi ditujukkan dengan terjadinya perubahan
warna larutan, yaitu merah anggur menjadi biru.
c. Kadar kesadahan total yang diperoleh didalam sampel sebesar 2382, 13086
ppm. Kadar Ca yang diperoleh dalam sampel sebesar 317, 5752 ppm, serta
kadar Mg yang diperoleh sebesar 88, 0720 ppm.
4.2. Saran
Sebaiknya pada percobaan penentuan kalsium secara kompleksometri tidak
hanya diajarkan metode titrasi langsung saja, tetapi juga metode titrasi kembali, titrasi
penggantian dan penentuan tidak langsung. Sehingga hasilnya lebih beragam dan
dapat dibandingkan.
DAFTAR PUSTAKA

Bakhtra, D. D. A., Zulharmita., Pramudita, D. 2015. Penetapan kadar zink pada


sediaan farmasi dengan metode kompleksometri dan spektrofotometri
serapan atom. Jurnal Farmasi Higea. 7(2): 181-182.
Mahmud, N. R. A., Ihwan dan Jannah, N. 2018. Inventarisasi tanaman berpotensi
sebagai indicator asam-basa alami di Kota Kupang. Jurnal Bionature. 19(1):
1-2.
Pratama, Y., Prasetya, A.T., Latifah. 2015. Pemanfaatan ekstrak daun jati sebagai
indikator titrasi asam-basa. Indonesian Journal of Chemical Science.
4(2):152-157.
Taufik, M., Seveline., Saputri, E.R. 2018. Validasi metode analisis kadar kalsium
pada susu segar secara titrasi kompleksometri. Jurnal Agritech. 32(2):187-
193.

Anda mungkin juga menyukai