OLEH
AMELIA ULFA
1803111049
OLEH
AMELIA ULFA
1803111049
Puji dan Syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Praktikum dan Penulisan
Laporan Praktikum yang berjudul “TITRASI ARGENTOMETRI METOE
MOHR”
Penulis mengucapkan terimkasih kepada Bapak Mukhlis selaku Dosen
Praktikum dan Saudari Aris Sahat Martua Purba selaku Asisten Praktikum yang
telah bersedia memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama
Praktikum.
Harapan penulis semoga Laporan Praktikum ini dapat bermanfaat dan
dapat menambah pengetahuan. Terimakasih.
Amelia Ulfa
1803111049
Abstrak
Titrasi merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan kadar suatu
zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Tujuan titrasi
argentometri metode mohr adalah untuk mengetahui prinsip titrasi argentometri
metode mohr, menentukan konsentrasi larutan standar sekunder AgNO3
menggunakan standar primer NaCl dan menentukan NaCl dalam garam dapur.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang
dan melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian tinggi. Larutan standar sekunder
adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak harus zat yang tingkat kemurniannya
tinggi. Pada percobaan titrasi argentometri ini menggunakan prinsip pengendapan.
3.1.2. Perhitungan
a. Persiapan larutan
Berat natrium klorida (NaCl)= 0,14625 gram
Volume larutan = 250 mL
Mr natrium klorida (NaCl)= 58,5gram / mol
Molaritas natrium klorida (NaCl)
M NaCl = Massa NaCl / Mr NaCl
Volume
20
= 0,14625 gram / 58,5 gram / mol
0,25 L
= 0,01 M
Normalitasnatrium klorida (NaCl)
NNaCl = M NaCl ×ek
= 0,01 M × 1
20
= 0,01 N
Normalitas larutan perak nitrat (AgNO3)
NNaCl × V NaCl = NAgNO3× V AgNO3
0,01 N × 5 mL = NAgNO3×5,5 mL
NAgNO3 20= 0,0091 N
b. Penentuan kadar natrium klorida dalam sampel garam dapur
% NaCl dalam sampel
Volume sampel = 5 mL
NAgNO3 = 0,0091 N
V AgNO3 =5,5 mL
Nsampel × V sampel = NAgNO3× V AgNO3
N sampel × 5 mL = 0,0091 N ×5,5 mL
Nsampel 20
= 0,0242 N
Nsampel = 0,0242 N
Volume sampel = 5 mL
Mol sampel= N × V sampel / ek
= 0,0242 N × 0,05 L / 1
20
= 0,00121 mol
Massa sampel = 0,075 gram
Mol sampel = 0,00121 mol
Mr sampel = massa sampel / mol
= 0,075 gram / 0,00121 mol
20
= 61,98 gram /mol
Mr NaCl = 58,5 gram /mol
Mr sampel = 61,98 gram /mol
Massa sampel = 0,075 gram
MassaNaCl = (Mr NaCl / Mr sampel) × Massa sampel
= (58,5 gram /mol / 61,98 gram /mol) × 0,075 gram
20
= 0,07079 gram
= 70,79 mg
Massa NaCl = 70,79 mg
Massa sampel = 75 mg
% NaCl = 70,79 mg / 75 mg × 100 %
= 94,39 % b/b
ppmNaCl dalam sampel
ppm NaCl = massa NaCl / V sampel
= 70,79 mg / 0,05 L
20
= 1415,8 mg / 1 L
= 1415,8 ppm
3.1.3. Reaksi Kimia
a. Reaksi pembakuan kalium permanganate (KMnO4)
NaCl(aq) + AgNO3(aq) ↓AgCl (s) + NaNO3(aq)
Endapan putih
2AgNO3(aq) + K2CrO4(aq) ↓Ag2CrO4(s) + 2KNO3(aq)
Endapan merah bata
3.1.4. Tugas
a. Jelaskan perbedaan prinsip titrasi argentometri metode Mohr, Fajans,
dan Volhard!
Jawab:
b. Pada titrasi argentometri, digunakan prinsip pengendapan. Berdasarkan
konsep Ksp, jelaskan kenapa terbentuk endapan Ag2CrO4! Bandingkan
dengan nilai Ksp nya.
Jawab :
Hal ini disebabkan karena Ksp Ag2CrO4 lebih kecil dari Ksp AgCl,
dimana semakin kecil nilai Ksp, maka elektrolitnya semakin sukar larut
dalam air. Jadi, prinsip titrasi pada metode mohr precipitation titration
adalah pengendapan bertingkat, yaitu setelah semua diendapkan sebagai
AgCl kemudian kelebihan 1 tetes AgNO3 akan mengendap sebagai
Ag2CrO4
c. Selain penentuan klorida seperti pengerjaan di atas, jelaskan aplikasi
lain dari titrasi argentometri dengan metode Mohr!
Jawab:
d. Pada percobaan di atas digunakan natrium klorida. Natrium klorida
yang saudara gunakan diatas adalah natrium klorida yang berfungsi
sebagai larutan standar primer dan natrium klorida yang ditentukan
dalam sampel. Jelaskan perbedaan keduanya!
Jawab:
3.2. Pembahasan
Titrasi merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitaif yang
dipergunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana
penentuannya menggunakan suatu larutan standar yang sudah diketahui
konsentrasinya secara tepat.Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui secara pasti.Berdasarkan kemurniannya larutan standar dibedakan
menjadi larutan standar primer dan larutan standar sekunder.Larutan standar
primer adalah larutan standar yang di persiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurniaan yang tinggi.Larutan standar
sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan zat tertentu dengan kemurniaan relative rendah sehingga kosentrasi
diketahui setelah dilakukan standarisasi pada larutan sampel tersebut.Titrasi terdiri
dari beberapa jenis diantaranya titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi
reduksi oksidasi terdapat 3 macan jenis titrasi redoks yaitu titrasi iodometri, titrasi
iodimetri dan titrasi permanganometri, selanjutnya titrasi kompleksasi untuk
titrasi pembentukan ion kompleks. Titrasi asam basa yang berdasarkan reaksi
asam basa.Serta titrasi argentometri jenis titrasi digunakan khusus untuk reaksi
pengendapan.
Percobaan ini berjudul titrasi permanganometri.Tujuan dari percobaan ini
adalah untuk mengetahui prinsip dari titrasi permanganometri.Prinsip titrasi
permanganometri adalah reaksi oksidasi reduksi atau redoks yang melibatkan
elektron dengan jumlah tertentu, dibutuhkan suasana asam (H2SO4) untuk
mencapai tingkat oksidasi dari KMnO4 yang paling tinggi dan bilangan oksidasi
+7 menjadi +2. Pada proses titrasi tidak dibutuhkan indicator. Karena kalium
permanganate (KMnO4) sudah mampu memberikan perubahan warna pada titik
akhir titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda yang
tipis.Sifat ini dikenal sebagai autoindikator.Metode yang digunakan pada
percobaan ini adalah permanganometri. Permanganometri merupakan titrasi yang
dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium permanganat (KMnO 4) dengan prinsip
reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO 4 dengan bahan baku
tertentu. Permanganometri memiliki kelebihan yaitu sifatnya oksidator kuat, tidak
memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau.Sedangkan kekurangan
dari metode ini adalah larutan ini tidak stabil dalam penyimpanan sehingga harus
dilakukan pembakuan atau harus distandarisasi terlebih dahulu.
Percobaan untuk menstandarisasi larutan sekunder kalium permanganate
dilakukan dengan menggunakan larutan standar primer asam oksalat(H2C2O4)
sehingga kalium permanganate bertindak sebagai titrannya.Larutan asam oksalat
yang merupakan larutan standar primer berada di dalam Erlenmeyer dan
ditambahkan beberapa tetes asam sulfat (H2SO4). Penambahan asam sulfat
bertujuan untuk untuk memberikan suasana asam pada larutan asam oksalat.Hal
ini dilakukan karena titik akhir titrasi lebih mudah diamati bila reaksi dilakukan
dalam suasana asam, reaksi H2SO4 tidak menghasilkan produk dan tidak bereaksi
dengan titrannya.Titrasi permanganometri harus dilakukan dalam larutan yang
bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik.Pada suasana
asam, kalium permanganate (KMnO4) akan mengalami reduksi dari ion MnO 4-
menghasilkan ion Mn2+dimana bilangan oksidanya dari +7 menjadi +2 dimana
menghasilkan warna merah muda. KMnO4 selain bertindak sebagai oksidator kuat
dalam larutan yang bersifat asam lemah, netral atau basa lemah,ia juga bertindak
sebagai indikatornya sendiri (autoindikator) sehingga pada saat titrasi dilakukan
tidak perlu ditambahkan indicator untuk menetukan titik akhir titrasi.Sedangkan
apabila reaksi dilakukan dalam suasana pada pH netral atau sedikit basa maka
akan terbentuk padatan MnO2 yang berwarna coklat yang dapat mengganggu
dalam penentuan titik akhir titrasi. Kemudian larutan dipanaskan hingga suhu
70oC. Fungsi pemanasanuntuk mempercepat reaksi antara KMnO4 dengan asam
oksalat karena pada suhu kamar reaksi antara keduanya cenderung lambat
sehingga akan sulit untuk menentukan titik akhir reaksi. Sebelum dilakukan
proses titrasi, buret dibilas terlebih dahulu dengan aquades dan larutan kalium
permanganate (KMnO4) agar buret tidak terkontaminasi dengan zat lain. Larutan
asam oksalatdititrasi dalam keadaan panas dengan larutan KMnO 4 hingga tercapai
titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warnatanpa menggunakan
indikator karena kalium permanganate (KMnO4) juga bertindak sebagai indikator
(autoindikator) sehingga dari larutan tidak berwarna menjadi pink muda.Warna
pink muda ini terjadi karena akibat kelebihan ion permanganate. Satu tetes
kelebihan ion permanganate akan menimbulkan warna pink muda yang cukup
jelas. Titrasi dilakukan hingga tiga kali pengulangan dan volume larutan kalium
permanganate (KMnO4) yang terpakai dicatat dan hitung konsentrasi dari larutan
kalium permanganate (KMnO4).
Larutan kalium permanganate yang telah distandarisasi selanjutnya
digunakan untuk menstandarisasi larutan hydrogen peroksida (H2O2) dalam
sampel.Larutan hydrogen peroksida (H2O2) dalam sampel yang terletak di dalam
Erlenmeyer ditambahkan beberapa tetes asam sulfat kemudian di titrasi hingga
tercapai titik akhir titrasi yang di tandai dengan perubahan warna dari larutan
tidak berwarna menjadi pink muda.Titrasi ini dilakukan pengulangan sebanyak
tiga kali pengulangan dan volume larutan kalium permanganate (KMnO 4) yang
terpakai dicatat untuk menentukan kosentrasi dari larutan asam peroksida (H2O2)
dalam sampel.Alasan hydrogen peroksida (H2O2) perlu dibakukan karena
hydrogen peroksida (H2O2) merupakan oksidator kuat dan bersifat tidak stabil
dalam penyimpanannya.
Percobaan titrasi permanganometri menggunakan prinsip reaksi reduksi
oksidasi atau redoks yang melibatkan elektron dengan jumlah tertentu dimana
dibutuhkan suasana asam sehingga kalium permanganate (KMnO 4) akan
mengalami reduksi dari ion MnO4- menghasilkan ion Mn2+ dimana bilangan
oksidanya dari +7 menjadi +2 dimana menghasilkan warna merah muda. Larutan
kalium permanganate (KMnO4) dan larutan hydrogen peroksida (H2O2) perlu
dilakukan standarisasi karena kedua larutan tersebut merupakan oksidator kuat
dan bersifat tidak stabil dalam penyimpanannya. Konsentrasi larutan kalium
permanganate (KMnO4) yang didapatkan pada percobaan ini sebesar 0,0553 M
dan konsentrasi dalam normalitas sebesar 0,2765 N. Sedangakan konsentrasi
larutan hydrogen peroksida (H2O2) didalam sampel pada percobaan ini adalah
0,0189 M dan konsentrasi dalam normalitas sebesar 0,0378 N.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan adalah
a. Prinsip dari titrasi permanganometri berdasarkan reaksi reduksi dan
oksidasi atau redoks.
b. Konsentrasi dari larutan standar sekunder kalium permanganate yang
telah distandarisasi pada percobaan ini adalah 0,0553 Mdan konsentrasi
dalam normalitas sebesar 0,2765 N.
c. Konsentrasi dari larutan hidrogen peroksida didalam sampel pada
percobaan ini adalah 0,0189 M dan konsentrasi dalam normalitas sebesar
0,0378 N.
4.2. Saran
Percobaan selanjutnya diharapkan untuk menggunakan bahan-bahan yang
berbeda dari percobaan yang telah dilakukan agar lebih bervariasi seperti
titrasi permanganometri menggunakan larutan arsen (III) oksida (As2O3)
sebagai larutan standar primer dan mengetahui kadar besi yang terkandung
didalam sampel, sehingga praktikan dapat memahami cara titrasi
permanganometri dengan baik dan benar serta menambah wawasan
mengenai percobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Haitami. Rakhmina, D., Fakhridani, S. 2016. Ketepatan hasil dan variasi waktu
pendidihan pemeriksaan zat organik.Medical Laboratory Technology
Journal. 2(2): 61-65.
Irwanda, W.,Alimuddin, A. H.,Rudiyansyah. 2017. Sintesis asam oksalat dari
getah batang tanaman sri rejeki (Dieffenbachia seguine (Jacq.) Schott)
menggunakan metode hidrolisis asam fosfat.JKK. 6(1): 30-36.