Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

GEOGRAFI BUDAYA DAN POLITIK

“Menganalisa Keanekaragaman Kebudayaan


Manusia"

Dosen Pengampu: Dr. Sugiharto, M.S

Disusun Oleh:

Kelompok 5 :

1.Elda Fidelia Sinaga

2.Jason Ofhel Hutabarat

3.Desi Melan Sari

4.Chania Sirnip Belinda

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini,
dengan judul menganalisis keanekaragaman kebudayaan manusia Makalah ini berisikan tentang
keberagaman budaya di Indonesia, Membahas pengertian keberagaman budaya dalam
masyarakat, faktor - faktor yang mempengaruhi terjadinya keberagaman budaya di Indonesia,
serta solusi singkat beberapa masalah akibat keanekaragaman budaya,
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun penguasaan materi, mengingat akan kemampuan penulis yang
tebatas Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak - pihak
yang telahmembantu dalam menyelesaikan penelitian ini,

Medan,19 September 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI
Hal HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................2
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................3
1.2 Perumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Keberagaman Suku Bangsa .............................................................................................5
2.2 Keberagaman Bahasa......... ..............................................................................................6
2.3 Keberagaman Agama........................................................................................................7
2.4 Keberagaman Seni dan Tradisi.........................................................................................8
2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebeagaman Agama.......................................................9
2.6 Alternatif Pemecahan Masalah ........................................................................................10
2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya.......................................11
2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya........................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................14
3.2 Saran .................................................................................................................................15
Daftar pustaka ........................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini
tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.
Adat istiadat, kesenian,kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku – suku
bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku – suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan,dan kehidupan sosialnya
yang berasaskan kekeluargaan.
Dalam setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda.selain itu masing-
masing suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar
ta’at dan melakukan segala yang tertera didalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia memiliki
norma-norma sosial yang berbeda-beda. Dalam hal cara pandang terhadap suatu masalah atau
tingkah laku memiliki perbedaan. Ketika terjadi pertentangan antar individu atau masyarakat
yang berlatar belakang suku bangsa yang berbeda,mereka akan mengelompok menurut asal-usul
daerah dan suku bangsanya (primodialisme).Itu menyebabkan pertentangan\ketidakseimbangan
dalam suatu negara(disintegrasi).
Secara umum, kompleksitas masyarakat majemuk tidak hanya ditandai oleh perbedaan-
perbedaan horisontal, seperti yang lazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras, bahasa, adat-
istiadat, dan agama. Namun, juga terdapat perbedaan vertikal, berupa capaian yang diperoleh
melalui prestasi (achievement). Indikasi perbedaan-perbedaan tersebut tampak dalam strata
sosial ekonomi, posisi politik, tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan dan kondisi permukiman.
Sedangkan perbedaan horisontal diterima sebagai warisan, yang diketahui kemudian bukan
faktor utama dalam insiden kerusuhan sosial yang melibatkan antarsuku. Suku tertentu bukan
dilahirkan untuk memusuhi suku lainnya'.Bahkan tidak pernah terungkap dalam doktrin ajaran
mana pun di Indonesia yang secara absolut menanamkan permusuhan etnik.
Sementara itu, dari perbedaan-perbedaan vertikal, terdapat beberapa hal yang berpotensi
sebagai sumber konflik, antara lain perebutan sumberdaya, alatalat produksi dan akses ekonomi
lainnya. Selain itu juga benturan-benturan kepentingan kekuasaan, politik dan ideologi, serta
perluasan batas-batas identitas sosial budaya dari sekelompok etnik. Untuk menghindari
diperlukan adanya konsolidasi antar masyarakat yang mengalami perbedaan.Tetapi tidak semua
bisa teratasi hanya dengan hal tersebut. Untuk menuju integritas nasional yaitu keseimbangan
antar suku bangsa diperlukan toleransi antar masyarakat yang berbeda asal-usul kedaerahan.
Selain itu faktor sejarah lah yang mempersatukan ratusan suku bangsa ini. Mereka merasa
mempunyai nasib dan kenyataan yang sama di masa lalu. Kita mempunyai semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Yaitu walaupun memiliki banyak perbedaan,tetapi memiliki tujuan hidup yang
sama. Selain itu,pancasila sebagai idiologi yangmenjadi poros dan tujuan bersama untuk menuju
integrasi,kedaulatan dan kemakmuran bersama.

1.2 Perumusan Masalah


a. Keberagaman suku bangsa ?
b. Keberagaman bahasa ?
c. Keberagaman agama ?
d. Keberagaman kesenian dan tradisi ?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengumpulkan nilai tugas geopolitik
b. Mengetahui cara membuat makalah yang benar,
c. Menambah pengalaman dalam menyusun makalah sesuai aturan.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Mendapat nilai tugas mata kuliah geopolitikdalam membuat makalah,
b. Mempelajari tentang keberagaman budaya di Indonesia,
c. Mengerti bagaimana menyikapi keberagaman,
d. Tahu bagaimana menghormati keberagaman budaya,
e. Membagi pengalaman dengan pembaca tentang keberagaman budaya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Keberagaman Suku Bangsa
Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk. Hal ini
tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Kemajemukan yang ada terdiri atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa.
Adat istiadat, kesenian,kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-suku
bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain perbedaan suku-suku itu juga
memiliki persamaan antara lain hukum, hak milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya
yang berasaskan kekeluargaan.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan
kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah
mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam
penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat. Suku – suku bangsa yang
tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi
oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. perbedaan
suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri
berikut ini :
a.Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b.Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura,
c.Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian,
d.Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele, danTari Saudati,
e.kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f.Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Cara menyikapi keberagaman suku bangsa di Indonesia seperti berikut ini :


a.Menerima suku bangsa lain dalam pergaulan sehari – hari.
b.Menambah pengetahuan kita tentang suku – suku lain. Mempelajari suku lain tidak harus
datang ke daerah tempat tinggal mereka.
c.Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku bangsalain. Kita, manusia
yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan martabat yang sama.
2.2 Keberagaman Bahasa
Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa
Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian besar masih sama atau mirip dengan
dialek-dialek temporal terdahulu seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara
sosiologis, bolehlah kita katakan bahwa Bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau diterima
keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru tanggal 18 Agustus 1945
bahasa Indonesia secara resmi diakui keberadaannya.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai penghantar pendidikan di
perguruan-perguruan di Indonesia.Indonesia dengan luas kawasan 1.904.556 km² dan menurut
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang dikeluarkan tanggal 20
Julai 2007 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia adalah sekitar 222 juta jiwa yang
berasal dari berbagai etnis.
Dengan keragaman etnis dan suku, di Indonesia terdapat sekitar 706 bahasa daerah yang
digunakan sebagai bahasa daerah khususnya dalam berkomunikasi tidak resmi dengan ahli
keluarga maupun masyarakat.Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar Dewantara(Bapak
Pendidikan Indonesia) dalam Kongres Bahasa Indonesia I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah,
“jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’ jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja
berasal dari ‘Melajoe Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi
menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe moedah dipakai oleh
rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia
itoe haroes dilakoekan oleh kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam ialah bahasa Melaju.
Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan dengan pertumbuhan ja dalam
masjarakat Indonesia”.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan
kata-kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah dan
asing.Menurut Bambang Kaswanti,laju kepunahan bahasa di Indonesia sebagai negara kedua di dunia
yang memiliki bahasa paling banyak yaitu 706 bahasa setelah Papua Nugini yaitu 867 bahasa cukup
memprihatinkan. Dari jumlah tersebut, ada 109 bahasa (di luar Papua) yang punya penutur kurang dari
100.000 orang, seperti Tondano di Sulawesi, Tanimbar di Nusa Tenggara, Ogan di Sumatera Selatan,
serta Buru di Maluku.“Malahan ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur, yakni Maku’a, yang jumlah
penuturnya tinggal 50 orang. Hampir separuh dari bahasa di Indonesia tersebar di wilayah Papua dan
sangat terancam kepunahannya karena jumlah penutur terus berkurang.”Sementara itu, berdasarkan data
UNESCO, setiap tahun, ada 10 bahasa di dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan
laju kepunahan bahasa akan lebih cepat lagi. Satu abad lalu, tercatat ada lebih dari 6.000 bahasa di dunia.
Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000 bahasa, hampir separuhnya memiliki penutur kurang dari 10.000
orang, dan seperempatnya lagi kurang dari 1.000 orang. “Padahal, salah satu syarat bagi upaya pelestarian
bahasa adalah jika penuturnya mencapai 100.000 orang.”

2.3 Keberagaman Agama

Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan
dalam ideologi bangsa Indonesia, Sila pertama Pancasila berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Pada
tahun 2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam, 9,2%
Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4% Buddha.

Berikut Adalah Enam (6) agama utama di Indonesia :

a. Islam
Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia,dengan 85% dari
jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat
Indonesia seperti di Jawa dan kebangsaan Indonesia”, atau sebagaimana diungkapkan dalam Kongres
Bahasa Indonesia II 1954 di Medan, Sumatera Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia Sumatera. Pada
abad ke-12, sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya, mengalami
kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih kecil,
banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatera.

b. Kristen Protestan
Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC), pada sekitar
abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah
penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-
20,yang ditandai oleh kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di
wilayah barat Papua. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama
dianggap sebagai orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hakhaknya yang
penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan anggota.
Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua,
Ambon,dan Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk.

c. Hindu
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 M, bersamaan waktunya dengan
kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti
Kutai, Mataram dan Majapahit.Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai
berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.

d. Buddha
Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan
sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan
Sailendra, Sriwijaya dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas
perdagangan yang mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia.
Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia,mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau
prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal.

e. Katolik
Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa
Portugis, yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Agama Katolik mulai
berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith menetap di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan
iman Katolik kepada rakyat setempat.

f. Khonghucu

Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan
imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi,orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda
dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan dan praktik yang individual,
lepas daripada kode etik melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan
baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial.

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi

Tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup berupa tumbuhan,manusia, dan hewan.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan telah diberi karunia akal untuk berfikir, berkreasi, dan
sebagainya. Dengan akal manusia dapat mengembangkan berbagai kemampuan untuk menciptakan karya
yang bernilai tinggi. Salah satu karya manusia adalah seni. Tahukah anda apa yang dimaksud dengan
seni?Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal untuk menciptakan sesuatu
yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni adalah suatu hasil karya manusia yang mempunyai keindahan
dan dapat dinikmati serta dirasakan oleh manusia.

Berikut ini merupakan contoh kesenian yang ada di Indonesia :

1.Banten : Debus
2.DKI Jakarta : Ondel-ondel, Lenong
3.jawa Barat : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4.Jawa Tengah : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang, Ketoprak,
5.jawa Timur : Ludruk, Reog, Wayang Kulit

6.Bali : Wayang Kulit, Janger


7.Riau : Makyong
8.Kalimantan : Mamanda

Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku – suku bangsa di Indonesia juga
mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda. Karya seni yang dihasilkan oleh seniman-seniman dari
berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir, patung, batik,
anyaman, dan lain-lain. Benda-benda karya seni yang terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung
Asmat dan patung-patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan lain-lain. Hasil
kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat digemari turis mancanegara.Tradisi
dalam bahasa latin traditio yang berarti “diteruskan“ atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling
sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat. Sedangkan pengertian keberagaman tradisi adalah Keanekaragaman kebiasaan
yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Berikut
ini merupakan contoh tradisi di Indonesia :

1.Tradisi ‘Siraman’ di Jawa


Upacara adat jawa bagi para calon pengantin untuk membersihkan diri dan hati sehingga semakin
mantap dalam melangsungkan pernikahan esok harinya.
2.Tradisi ‘Balimau’ di Sumatra Barat
Tradisi untuk menyambut bulan suci rahmadan, balimau memiliki makna mandi disertai keramas
yang melambangkan pembersihan diri sebelum berpuasa.

3.Tradisi ‘Pasola Sumba’ di Sumba

Upacara adat yang dilakukan untuk memohon restu kepada dewa agar panen di tahun tersebut
berhasil dengan baik.

4.Tradisi ‘Rambu Solo’ di Toraja


Upacara kematian sebagai tanda penghormatan terakir kepada mendiang yang telah meninggal.

2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya


Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat Indonesia.
Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola dan ditangani dengan baik maka keberagaman budaya
akan dapat mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang, keragaman
budaya itu bila dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam
melaksanakan pembangunan bangsa dan Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan
masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari keberagaman budaya.Sebagaimana telah dijelaskan di
depan bahwa keragaman suku bangsa yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu
sendiri. Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata dunia. Namun, di sisi
lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi besar menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku,
agama, ras, dan adat). Oleh karena itu,kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa diperlukan
guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi
di Indonesia umumnya muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti konflik
antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi dan hukum terhadap suku asli
Dayak dan suku Madura menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak
dalam bentuk konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin terpinggirkan oleh
kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan di Poso,Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara mula-mula
terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang pemuda Kristen yang mabuk melukai
seorang pemuda Islam di dalam Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik
yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan pemuda Islam di terminal bus
Kota Poso. Perkelahian ini menyebabkan terbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan
Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.Dari dua kasus tersebut terlihat
betapa perbedaan mampu memicu munculnya konflik sosial.

Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan
perlu diperhatikan.Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara Dayak dan Madura
sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam menyikapi keanekaragaman tersebut melalui bilik
info di berikut ini.Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat majemuk dalam
suku bangsa dan budaya.

Keberagaman suku bangsa dan budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya
pertentangan antar budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa Indonesia
yang beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai oleh konflik antar budaya. Hal itu
terbukti dari timbulnya berbagai kerusakan sosial, seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung, Tasikmalaya,
Situbondo, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, Papua (Irian Jaya), dan daerah-daerah lainnya.Peristiwa
Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh kecemburuan Poso merupakan contoh
konflik yang disebabkan oleh perbedaan agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas
merupakan contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku bangsa anara suku Dayak
(penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk pendatang).

Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan contoh konflik sosial yang disebabkan
perbedaan kepentingan politik antara pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat.Kerusakan
sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa Betawi (penduduk asli) dengan suku bangsa
Madura (penduduk pendatang) merupakan akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai
budaya akibat pengaruh globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial budaya dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota Negara seringkali diwarnai oleh peristiwa
kerusuhan sosial, seperti peristiwa Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan
korban jiwa dan harta yang cukup banyak. Warga masyarakat yang tidak berdosa banyak yang menjadi
korban amuk massa. Konflik sosial akibat keberagaman budaya mempunyai dampak negatif yang amat
luas dan kompleks.

Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman social budaya, antara lain
sebagai berikut :

a.Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan sulit diatasi , menyebabkan
naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok serta rendahnya daya beli masyarakat;
b.enimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga menghambat jalannya roda pemerintah
dan pelaksanaan pembangunan;
c.meimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar kelas sosial, sehingga
menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme, terorisme, sekularisme, primordialisme, separalisme, dan
sebagainya;

d.Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat, sehingga terjadi perubahan nilai dan
norma sosial, perubahan pranata dan lembaga sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan
struktur pemerintahan, dan sebagainya.

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan kerusuhan sosial.
Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah kita dalam mengatasi masalah sosial
akibat keberagaman budaya. Ahli-ahli ilmu sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan masalah
akibat konflik sosial budaya. Namun pengaruh pemecahan masalah tersebut, tidak langsung dirasakan
hasilnya oleh masyarakat. Sungguh cerdas pujangga Mpu Tantular. Sesaat setelah melihat
keanekaragaman masyarakat yang ada di dalam masyarakat Kerajaan Majapahit, ia membuat sebuah
rumus sosial yang bisa mempersatukan seluruh perbedaan yang ada di masyarakat.

Bahkan, rumus yang ia kemukakan itu bisa dijadikan acuan dalam menghadapi permasalahan
yang muncul sebagai akibat keanekaragaman. Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma,
yang di dalamnya tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu tentu mengetahui
apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting dari potongan sejarah ini adalah bahwa
keanekaragaman bukanlah merupakan penghambat bagi tercapainya persatuan, kesatuan, dan kerukunan
masyarakat. Fakta sejarah memang membuktikan bahwa kehidupan agama di Kerajaan Majapahit
berjalan dengan sangat harmonis antara agama Hindu Siwa, Buddha, dan lainnya, bahkan hingga
masuknya pengaruh agama Islam. Sebagai bukti adalah adanya kebijakan dari raja Majapahit saat
membebaskan raja-raja bawahan di pesisir pantai utara Jawa untuk menganut agama Islam.Itu terjadi
pada abad-abad yang silam. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang muncul sebagai akibat dari
keanekaragaman dan perubahan kebudayaan yang ada di masyarakat? Setidaknya ada dua potensi yang
bisa dijadikan dasar pijakan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat
yang multikultural seperti Indonesia.

a.Menggunakan Kearifan Lokal


Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di Indonesia.Selain bisa memperkaya
khazanah kebudayaan nasional, juga menjadi pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar
terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia. Ada banyak alasan yang
mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah ternyata banyak suku bangsa yang mempunyai mekanisme
atau cara di dalam menyelesaikan permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan masyarakat di Lembah
Baliem, bisa jadi merupakan contoh kearifan lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya
mencarikan solusi atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di Indonesia.

b.Menggunakan Kearifan Nasional


Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang terjadi di antara etnis atau
suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar dari sejarah adalah cara yang paling tepat. Pada masa
penjajahan Belanda kita merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk sama-sama menghadapi
bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia
sebagai identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan kebudayaan di antara suku bangsa
yang ada. Nasionalisme Indonesia pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air, dan
kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi kolonialisme Belanda semakin menampakkan
hasilnya.

c. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila


disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk atau arah kehidupan bangsa.Kompleksitas
keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia pun bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang
digunakan oleh para founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara nasional baru. Disebut
negara nasional karena negara Indonesia terdiri atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup berdampingan
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.7Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a.Melestarikan kebudayaan daerah
b.Mewariskan kebudayaan daerah
c.Tidak melupakan atau meninggalkan kebudayan daerah

2.8Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a.Memelihara Kebudayaan Nasional
b.Menghidupkan Budaya Nasional

c.Memoerkaya Budaya Nasional


d.Membina Ketahanan Kebudayaan Nasional
e. Menyebarluaskan Dan Memenfaatkan Kebudayaan Nasional
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi hendaknya dijadikan sebagai
kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk selalu
melestarikan kebudayaan yang beraneka ragam tersebut. Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan
yang beraneka ragam tersebut, wawasan kita akan bertambah sehingga kita tidak akan menjadi bangsa
yang kerdil. Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu menghargai kekayaan yang kita miliki,
yang berupa keanekaragaman kebudayaan tersebut.

3.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan kita yang terkenal tinggi
nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang dari luar. Melestarikan kebudayaan nasional harus
didasari dengan rasa kesadaran yang tingi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan
kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena kebudayaan daerah
mempunyai kedudukan yang sangat penting.Untuk menyikapi keberagaman yang ada kita harus saling
menghormati antara satu denan yang lain agar tercipta kedamaian.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia
http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-bangsa-diindonesia/
http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-bangsa.html
http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/29/keragaman-suku-bangsa-di-indonesia/
http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/03/bahasa-indonesia-dan-keberagaman-bahasa/
http://ganiasmoro.blogspot.com/2011/10/fakta-keragaman-bahasa-indonesia.html
http://www.jpnn.com/read/2012/08/31/138263/Keragaman-Bahasa-Bisa-
PicuDisintegritashttp://apachemask.wordpress.com/2010/12/16/keberagaman-dan-
http://coreei7.blogspot.com/2012/08/bab-v-keberagaman-budaya-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai