11-1 PENDAHULUAN
Termodinamika statistik (juga biasa disebut mekanika statistik), tidak seperti teori
kinetik gas, tidak hanya berkutat kepada tinjauan tumbukan antar molekul maupun
tumbukan molekul dengan dinding, namun memberikan penafsiran entropi yang lebih
mendalam Lebih dari itu, termodinamika statistik menyadari kenyataan bahwa molekul-
molekul berjumlah sangat banyak dan karakteristik rata-rata dari sejumlah besar
molekul dapat dihitung bahkan tanpa mengetahui informasi spesifik dari molekul
tertentu. Metode statistik dapat diterapkan tidak hanya pada molekul tetapi juga foton,
gelombang elastik pada zat padat, dan entitas fisika kuantum yang abstrak yang disebut
fungsi gelombang.
1
Erwin Schrodinger, Fisikawan Austria (1887-1961)
gelombang transversal dalam sebuah dawai yang ditegangkan, yang ujung-ujungnya
terikat (gambar 1). Dengan merujuk pada gambar 1, terdapat sebuah simpul N pada
amplitudo minimum dan perut A pada amplitudo maksimum. Kesimpulan yang penting
adalah bahwa selalu ada bilangan bulat dari perut dalam mode getaran pada keadaan
steady; 1 perut pada gambar 11-1 (a), 2 pada gambar 11-1 (b), dan selanjutnya. Jarak
antara simpul dan perut sebesar setengah dari panjang gelombang, sehingga jika L
merupakan panjang dawai, panjang gelombang dari gelombang stasioner yang
mungkin adalah
1 1
1 2L , 2 2 L , 3 2 L , d.l.l;
2 3
atau secara umum dapat dinyatakan dengan,
1
f 2 L,
nj
h2
p 2j n 2j
4L2
Energi kinetik dari sebuah partikel bermassa m, kecepatan v, dan momentum p =
mv adalah
1 2 p2
mv
2 2m
Energi j berhubungan dengan momentum p 2j , oleh karena itu
p 2j h2
j n 2j (11-3)
2m 8mL2
Nilai dari nx, ny, dan nz disebutkan untuk mendefinisikan keadaan dari sebuah
partikel, dan energi yang berhubungan dengan nilai kemungkinan dari n 2j merupakan
tingkat energi. Tingkat energi bergantung hanya kepada nilai dari n 2j dan bukan
tergantung pada nilai individu nx, ny, dan nz. Dengan kata lain, energi hanya bergantung
kepada besar momentum pj dan tidak bergantung kepada arahnya, hanya pada mekanika
klasik. Pada umumnya, jumlah dari keadaan yang berbeda (berhubungan dengan arah
momentum yang berbeda) akan memiliki energi yang sama. Tingkat energi kemudian
dikatakan sebagai terdegenerasi, dan kita akan menggunakan simbol gj untuk
menandakan degenerasi pada tingkat j, yaitu jumlah keaddan yang memiliki energi yang
sama j .
Volume V dari kotak kubus dengan sisi L adalah L3, sehingga L2 = V2/3; dan
persamaan (11-3) dapat ditulis, untuk partikel bebas dalam kotak kubus adalah,
h 2 2 / 3
j n V 2
j (11-4)
8m
Hasil yang sama menerapkan sebuah wadah berbentuk apapun yang dimensinya lebih
besar dibandingkan panjang gelombang Schrodinger. Energi dari tingkat jth oleh karena
itu bergantung pada bilangan kuantum nj dan pada volume V. Jika volume semakin
menurun, nilai dari j akan meningkat.
Tingkat energi terendah (j = 1) adalah untuk nx = ny = nz = 1. Kemudian n12 3 dan
3h 2 2 / 3
j V
8m
Hanya ada satu keadaan (satu set bilangan kuantum nx, ny, nz ) yang memiliki energi ini.
Oleh karena itu, tingkat energi terendah tak terdegenerasi dan g1 = 1. Komponen x, y, dan
z berhubungan dengan momentum p1 adalah sama, dan masing-masing sama dengan
h/2L.
Pada tingkat energi selanjutnya (j = 2) kita mungkin memiliki salah satu dari keadaan
berikut ini:
nx ny nz
2 1 1
1 2 1
1 1 2
6h 2 2 / 3
j V
8m
Karena tiga keadaan memiliki energi yang sama, tingkat degenerasinya g2 = 3.
Gambar 2 merepresentasikan sebuah skema konsep keadaan energi, tingkat energi,
dan tingkat degenerasi. Tingkat energi dapat dipahami sebagai serangkaian rak-rak pada
tingkat yang berbeda, sedangkan keadaan energi berhubungan dengan serangkaian
kotak-kotak pada masing-masing rak. Tingkat degenerasi gj dari j merupakan jumlah
kotak pada tingkat energi tertentu. Jika jumlah kelereng terdistribusi diantara kotak-
kotak, jumlah pada kotak tertentu merupakan bilangan dalam keadaan khusus. Kelereng-
kelereng dalam kotak pada satu rak tertentu berada dalam keadaan yang berbeda-beda,
tetapi semuanya memiliki energi yang sama. Jumlah kelereng dalam kotak pada tingkat
energi j disebut bilangan okupasi Nj dari tingkat energi tersebut.
Gambar 2. Representasi skematik dari serangkaian tingkat energi j , tingkat degenerasinya gj dan
bilangkan okupasi Nj.
Dengan jelas, jumlah dari bilangan okupasi Nj dari semua tingkat energi sama
dengan jumlah total partikel N:
N
j
j N (11-5)
Selain itu, karena partikel dalam keadaan ini terlibat dalam beberapa keadaan j
semuanya memiliki energi yang sama j , energi total dari partikel pada tingkat energi j
j
j Nj E (11-5)
Jika sistem berada dalam medan gaya konservatif seperti medan gravitasi, listrik,
atau magnet, energi total E akan terdiri dari sebagian dari potensial energi Ep dari sistem.
Jika energi potensial adalah nol, energi total E kemudian merupakan energi dalam U dan
j
j N j U (11-5)
dari jumlah partikel N j pada masing-masing tingkat energi j dari assembly. Ungkapan
ini dapat diturunkan yang disebut bilangan okupasi dari tingkat energi j.
Misalkan Njk merupakan bilangan okupasi dari tingkat energi j pada keadaan makro
g
k. Nilai rata-rata kelompok dari bilangan okupasi dari tingkat energi j, N j , ditentukan
dengan mengalikan Njk dengan jumlah replika pada keadaan makro k, dengan menjumlah
semua keadaan makro dan membaginya dengan jumlah replika, N . Jumlah total dari
replika dari sebuah assembly yang berada pada keadaan makro k sama dengan hasil kali
jumlah replika N yang berada dalam beberapa keadaan mikro dan jumlah keadaan
mikro W k yang terkandung dalam keadaan makro. Oleh karena itu
1
N
g
Nj W k N
jk
N k
Akan tetapi,
N W k N
k
Dan karena N sama untuk semua keadaan makro, kita dapat mengembalikannya dari
penyebut dan pembilangnya. Rata-rata kelompoknya adalah,
N W jk k
1
N jkW k
g
N k
(11-8)
W
j
k k
k
Sama halnya, kita dapat menghitung rata-rata waktu dari bilangan okupasi dari
g
tingkat energi j, N j . Seperti yang telah dijelaskan di atas, postulat bahwa semua keadaan
mikro memiliki kemungkinan yang sama berarti bahwa selama periode tertentu, masing-
masing keadaan mikro muncul dengan interval t yang sama. Total waktu assembly
yang ditemukan pada keadaan makro k merupakan hasil waktu interval waktu t dan
jumlah keadaan mikro dari keadaan makro k, W k . Jumlah dari hasil perkalian ini untuk
semua keadaan mikro merupakan total waktu t:
t W k t
k
g
Rata-rata waktu dari bilangan okupasi dari tingkat energi j, N j , ditentukan dengan
mengalikan bilangan okupasi Njk dari tingkat energi j dalam keadaan makro k, W k t ,
dengan yang assembly habiskan dalam keadaan makro k, dengan menjumlahkan hasil
perkalian ini dalam semua keadaan makro, dan membaginya dengan total waktu t. Oleh
karena itu, waktu rata-ratanya adalah
1
N W t jk k
N N jkW k t
t k
W t
j
t k k
k
karena t sama untuk semua keadaan makro, kita dapat mengembalikannya dari
penyebut dan pembilangnya. Rata-rata kelompoknya adalah,
N W jk k
1
N jkW k
t
N k
(11-9)
W
j
k k
k
Perbandingan persamaan (11-8) dan (11-9) menunjukkan bahwa jika semua keadaan
mikro memiliki kemungkinan yang sama, rata-rata waktu dari bilangan okupasi sama
:
( g j N j 1)!
W B E W K j ,........................(11 13)
j j ( g j 1)! N j !
Dimana simbol j , berarti bahwa total perkalian dari semua factor yang mengikuti,
untuk sebuah nilai dari subskrip j. Hal ini sesuai dengan simbol j yang merupakan
Gambar 3. Sebelas peluang keadaan makro dari assembly 6 partikel menurut statistic Bose-Einteins.
gj 3
Tingkat-tingkat energi adalah dalam ruang yang sama dan mempunyai penurunan untuk
masing-masing tingkat. Energy total dari system adalah U=6 . Peluang termodinamika dari masing-
masing keadaan makro diberikan pada bagian bawah dan jumlah kerja rata-rata untuk tiap tingkat
diberikan di bagian kanan dari diagram.
Diagramnya dapat dibangun sebagai berikut. Keadaan makro diwakili oleh
kolom pertama diperoleh dengan terlebih dahulu menempatkan satu partikel di tingkat 6,
dengan energi 6 . Lima partikel yang tersisa kemudian harus ditempatkan di tingkat
terendah dengan energi nol sehingga energi total sistem adalah 6 . Terbukti, tidak ada
partikel di tingkat lebih tinggi dari keenam. Pada kolom kedua, kita tempatkan satu
partikel di level 5, salah satu partikel di tingkat 1, dan empat partikel yang tersisa di
tingkat terendah, dan seterusnya.
Peluang termodinamika W k untuk tiap-tiap keadaan makro, untuk keadaan makro,
gj 3
k=1, saat dalam semua tingkat dan semua jumlah kerja adalah nol kecuali dalam
N6 1 N 0 5,
tingkat 6, dimana , dan dalam tingkat 0, dimana
(3 1 1)! (3 5 1)!
W1 . 3x21 63.
2!1! 2!5!
Artinya, partikel tunggal ditingkat 6 yang terdapat dalam tiga keadaan, dan di tingkat
terendah lima partikel yang tersisa akan didistribusikan dalam 21 cara yang berbeda di
antara tiga keadaan, membuat total 63 kemungkinan penyusunan yang berbeda.
Total jumlah kemungkinan keadaan mikro dari sistem atau peluang termodinamika dari
sistem adalah
W k 1532 .
k
Dalam sembarang keadaan makro k yang mana tingkat 2 tidak ditempati, hubungan
N 2 k Wk
nilai dari Nk adalah nol dan hasil perkalian untuk tingkat itu adalah nol. Catatan,
meskipun jumlah kerja sebenarnya dari berbagai tingkat dalam keadaan makro harus
merupakan sebuah bilangan bulat atau nol, jumlah kerja rata-rata tidak perlu sebuah
bilangan bulat.
g j!
W F D W K j ......................(11 17)
j j ( g j N j )! N j !
Faktanya bahwa tidak terdapat macrostate pada sistem primer yang sesuai dengan bagian
pada sistem unprimer pada tingkat 𝑟 adalah tidak digunakan adalah sama dengan macrostate
pada probabilitas termodinamika dimana W' 𝑟𝑘 sama dengan nol. Tetapi jika 𝑁𝑟𝑘 = 0, dan
𝑁 ′ 𝑟𝑘 = 0 − 1 = −1, dan dinyatakan dengan persamaan (11-34)
(𝑔𝑟 − 2) 1
=
(𝑔𝑟 − 1)! (−1)! (𝑔𝑟 − 1)(−1)!
Dengan demikian ketika W' 𝑟𝑘 adalah sama dengan nol dinyatakan dengan 𝑔𝑟 > 1, kita dapat
menentukan atau mengkonversinya dengan (−1)! = ∞. Rasio probabilitas termodinamika
dapat dinayatakn di bawah ini:
Pada semua tingkat tak terkecuali pada tingkat 𝑟, 𝑁 ′𝑗𝑘 = 𝑁𝑗𝑘 jadi pada semua hasil dari
perhitungan akan dibatalkan pada saat numerator dan denominator, kecuali pada tingkat 𝑟 pada
saat 𝑁 ′ 𝑟𝑘 = 𝑁𝑟𝑘 − 1, yang dapat dinyatakan dengan:
'
W 𝑟𝑘 𝑁𝑟𝑘
=
W' 𝑘 𝑔𝑟 + 𝑁 ′ 𝑟𝑘
atau
̅𝑟 Ω = (𝑔𝑟 + 𝑁
𝑁 ̅ ′ 𝑟 )𝑄′
𝑟
Dan
̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
̅′𝑟
= (11 − 35)
𝑔𝑟 +𝑁 Ω
Pada sistem mikroskopik dimana terdapat banyak partikel, maka penghapusan dari salah satu
partikel dari salah satu level merupakan cara yang tidak mungkin pada saat rata-rata jumlah
rata-rata partikel pada tingkat tersebut terpenuhi. Dan cara terbaik adalah dengan cara
̅ ′𝑟 = 𝑁
memperkirakan dengan 𝑁 ̅𝑟 :
̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
̅𝑟
𝑔𝑟 +𝑁
= (11 − 36)
Ω𝑟
̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
ln = ln
𝑔𝑟 + 𝑁̅𝑟 Ω
Tetapi
Ω′ 𝑟
ln = ln Ω′ 𝑟 − ln Ω
Ω
̅ ′𝑟
𝑁 𝑆 ′ − 𝑆 ∆𝑆
ln = = (11 − 37)
𝑔𝑟 + 𝑁 ̅𝑟 𝑘𝐵 𝑘𝐵
Dengan menggunakan prinsip termodinamika, entropi akan berbeda ∆𝑆 antara dua keadaan
yang tidak tertutup atau sistem terbuka yang mana volumenya (sesuai dengan variabel
ekstensif) adalah konstan akan memberikan energi yang berbeda ∆𝑈, dan perbedaan ∆𝑁 pada
setiap partikel, dan suhu dinayatakan dengan 𝑇, oleh persamaan (8-11):
𝑇∆𝑆 = ∆𝑈 − 𝜇∆𝑁
Dimana 𝜇 merupakan potensial kimia pada setiap partikel. Untuk dua keadaan dapat dinayakan
dengan:
∆𝑈 = −𝜖𝑟 ∆𝑁 = −1
𝜇 − 𝜖𝑟
∆𝑆 =
𝑇
Dari persamaan (11-37), sejak tingkat 𝑟 dipilih secara bebas dan begitu pula pada tingkat 𝑗
̅𝑗
𝑁 𝜇 − 𝜖𝑗
ln =
̅𝑗
𝑔𝑗 + 𝑁 𝑘𝐵 𝑇
dan
𝑔𝑗 + 𝑁̅𝑗 𝑔𝑗 𝜖𝑗 − 𝜇
= + 1 = exp
̅𝑗
𝑁 ̅𝑗
𝑁 𝑘𝑏 𝑇
̅𝑗
𝑁 1
= 𝜖𝑗 −𝜇 ............................................ (11-38)
𝑔𝑗 exp( )−1
𝑘𝐵 𝑇
Persamaan tersebut merupakan fungsi distribusi fungsi Bose-Einstein, yang menyatakan rata-
̅𝑗 ⁄𝑔𝑗 , jumlah energi 𝜖𝑗 pada
rata jumlah partikel pada setiap kulit pada setiap tingkat 𝑗, 𝑁
keadaan, dan potensial kimia 𝜇, konstantan universal 𝑘𝐵 dan suhu 𝑇. Agar dapat menerapkan
persamaan tersebut pada sistem tertentu tentu saja kita harus mengetahui jumlah energi 𝜖𝑗 yang
diperbolehkan pada tingkat energi, dan potensial kimia 𝜇. Lebih lengkapnya mengenai
persamaan (11-38) dapat dilihat pada Appendix D.
g j!
W '
rk
j ( g j N ' jk )! N ' jk !
Kemudian
W ' rk ( g j N jk )! N jk !
j ( g j N jk )! N jk !
' '
W rk
Yang setelah mengalami pengurangan menjadi:
W ' rk N rk
Wk g r N ' rk
atau
N W
k
rk k g r W 'rk N 'rkW 'rk
k k
dan
Nr ' r
.........................................(11-39)
g r N 'r
Di sini didapatkan N 'r N r , jika keadaan cukup degerasi, N r dan N' r dapat lebih besar
dari yang lain. Dengan alasan yang sama seperti pada statistik B-E
Nj 1
.................................... (11-40)
gj j
exp 1
B
k T
yang mana adalah fungsi distribusi Fermi-Dirac. Ini berbeda dari distribusi B-E yang
mempunyai nilai + 1 pada angka -1.
jauh lebih sedikit daripada jumlah pada bagian level g j , sehingga rata-rata jumlah
partikel per keadaan N j g j , sangat kecil. Angka pada pers (11-38) dan (11-40) sangat
besar; jadi kita dapat mengabaikan angka 1; dan kedua fungsi distribusi B-E dan F-D
diturunkan menjadi
Nj j
exp ........................................(11-41)
gj k BT
Yang mana adalah fungsi distribusi klasik.
11-12PERBANGINGAN FUNGSI DISTRIBUSI PADA PARTIKEL TAK TERBEDAKAN
Fungsi distribusi dari partikel tak terbedakan semuanya dapat digambarkan oleh
persamaan tunggal
Nj 1
.....................................(11-42)
gj j
exp a
k BT
di mana a 1 dalam statistik B-E, a 1 dalam statistik F-D, dan a 0 dalam
statistik klasik.
Kurva pada Gambar. 11-11 adalah grafik dari jumlah rata-rata partikel per keadaan ,
N j g j , bergantung pada suhu untuk statistik B-E dan F-D berkomplot sebagai fungsi
dari banyaknya ukuran ( j ) k BT (Oleh karena itu energi meningkat ke arah kanan).
Ordinat kurva mempunyai arti, tentu saja, hanya pada absis di mana energi j
mempunyai salah satu nilai yang diijinkan. Ketika N j g j sangat kecil, distribusi B-E
dan F-D sangat mirip, dan keduanya menurunkan distribusi klasik.
Catatan pada saat j dari nilai N j g j dalam statistik B-E menjadi infinitif dan
untuk level di mana j kurang dari adalah negatif dan karena itu tak berarti. Artinya,
dalam statistik ini, potensial kimia harus kurang dari energi yang diijinkan ditingkat
paling rendah. Partikel-partikel seperti berkonsentrasi di level j hanya sedikit lebih
besar dari
Gambar 4. Grafik fungsi distribusi Bose-Einstein, Fermi-Dirac, dan klasik.
Dalam statistik F-D, dengan kata lain semua level populasinya menurun ke yang paling
Kurva statistik klasik tidak berarti kecuali ketika ( j ) kT besar. Hal ini
digambarkan pada Gambar. 11-11 hanya untuk perbandingan. Jika ordinat pada Gambar.
Kemudian
N'
W 'rk N' g j jk N jk !
Wk
N! j g j N jk N ' jk !
atau
N rkW k NgrW 'rk
Setelah menjumlahkan semua makro di atas, diperoleh
Nr '
r ....................................... (11-43)
Ng r
, sehingga sisi kiri adalah jumlah pecahan dari partikel per keadaan di tingkat manapun.
11-14FUNGSI PARTISI
Fungsi distribusi dalam statistik Maxwell-Boltzmann dapat ditulis:
j
N j N exp g j exp
k BT k BT
j
j N j N N exp g j exp
k BT k BT
Jumlah di bagian akhir disebut fungsi partisi atau jumlah keadaan lebih dan diwakili
oleh Z. (German Zustandssumm). Bentuk lain yang sering digunakan
j
Z j g j exp ..................................... (11-45)
k BT
Fungsi partisi hanya tergantung pada suhu T dan pada parameter-parameter yang
menentukan tingkat-tingkat energi. Hal itu lanjutan dua persamaan sebelumnya dalam
statistik M-B:
1
exp ................................................ (11-46)
k BT Z
Jadi sistem yang diberikan, rata-rata jumlah partikel per keadaan di setiap level berkurang
secara eksponensial dengan energi j dan pada suhu T yang lebih rendah, kelebihan
j
j N j N exp g j exp
k BT k BT
Lalu jika fungsi partisi Z ditentukan dengan cara yang sama seperti di statistik M-B,
kita dapatkan:
N
exp ..................................... (11-48)
k BT Z
Dan fungsi distrubusi klasik dapat ditulis:
Nj N j
exp ................................. (11-49)
gj Z k BT
G F
........................... (11-50)
N T ,Y N T , X
Untuk sebuah sistem yang mematuhi statistik MB, potensi kimia dari sistem berkaitan
dengan fungsi partisi oleh Persamaan. (11-46):
k BT ln Z ...................................... (11-51)
Dalam statistik klasik, potensial kimia diberikan melalui Persamaan. (11-48):
dan parameter yang menentukan tingkat energi dari sistem (seperti volume V atau
medan magnet H ). Sehingga Pers. (11-51) dan (11-52) menyatakan dalam bentuk
X atau Y .
Anggapan pertama sebuah sistem dari partikel yang tak terbedakan mematuhi statistik
klasik dan salah satu tingkat energi adalah fungsi dari parameter X . Kemudian fungsi
partisi adalah sebuah fungsi dari X dan T , dan karena ini adalah variabel "natural"
dari fungsi Helmholtz F , kita mulai dari pers. (11-50) dan (11-52).
F
k BT ln Z ln N ............................ (11-53)
N T , X
Sisi kanan dari persamaan ini adalah konstan ketika X dan T konstan. Penggabungan
konstanta X dan T menghasilkan:
untuk F dalam bentuk N , T , X ; Oleh karena itu semua sifat termodinamika dalam
sebuah sistem dapat ditentukan oleh metode Bagian 7-2.
Entropi S yaitu dedapatkan dengan S F T N , X sehingga
ln Z
S NkBT NkB ln Z ln N 1 .......(11-55)
T X
Ketika U F TS , energi internal yaitu
ln Z
U NkBT 2 ............................(11-56)
T X
Lambang untuk suatu entropi sekarang dapat ditulis kembali sebagai berikut:
dan X . Dengan demikian semua sifat-sifat termodinamika dari sistem ini dapat
ditentukan jika Z diketahui sebagai fungsi dari X dan T .
Untuk sistem sebuah komponen, fungsi Gibbs G N , sehingga dari Persamaan. (11-
52) menjadi
G U TS YX F YK
dan G F YK
dari persamaan (11-54) dan (11-59)
G F NkBT
Jadi untuk setiap sistem mematuhi statistik klasik dan di mana tingkat energi adalah
fungsi dari sebuah parameter X ekstensif tunggal,
YK NkBT ..................................... (11-60)
Dalam kasus khusus di mana parameter X adalah volume V dan Y adalah tekanan P,
PV NkBT
Ini adalah persamaan keadaan gas ideal sebagai perolehan dari teori kinetik, ditambahkan
k R N A . Karena k B adalah konstanta umum, dimana dalam kasus khusus ini sama
dengan R N A , itu harus sama R N A tanpa memperhatikan assembly amami. Pada
pembahasan selanjutnya, untuk kemudahan, dengan menghilangkan indeks B dan
menulis dengan mudah S k ln .
Hal ini pada awalnya mengejutkan karena kita memperoleh hanya persamaan gas ideal
dari suatu keadaan. Namun, fungsi partisi hanya dapat diberikan oleh jumlah partikel
tunggal yang berlebihan ketika partikel tidak berinteraksi. Ini adalah kondisi sama yang
diperlukan untuk menurunkan hukum gas ideal dari teori kinetik.
Dalam hal notasi ini, pernyataan untuk sifat termodinamika dari suatu sistem yang
mengikuti statistik klasik dan sebuah sistem di mana tingkat energi ditentukan oleh
parameter ekstensif X diperoleh:
Nk ln Z ln N 1 ..................(11-63)
U
S
T
dan
ln Z
Y NkT .........................(11-64)
X T
Hal ini dipakai sebagai latihan (Soal 11-30) yang menunjukkan bahwa untuk sistem
partike tak terbedakan menuruti statistik M-B dan di mana tingkat energi ditentukan oleh
parameter X, hubungan untuk U dan Y tidak berubah, tetapi hubungan untuk F dan S
adalah
F NkT ln Z ..............................(11-65)
dan
U
S Nk ln Z ............................. .(11-66)
T
Hubungan ini berbeda dari partikel tak terbedakan oleh sebuah istilah proporsional
N ln Z N (Lihat soal 11-31).
Sebagai contoh kedua, mempertimbangkan sebuah sistem dari partikel tak terbedakan
mematuhi statistik M-B dan yang mana tingkat energi adalah fungsi dari parameter
intensif Y. Kemudian Z adalah fungsi dari Y dan T; dan karena ini adalah variabel
"natural" dari fungsi Gibbs, kita memperoleh, dari pers. (11-50) dan (11-51),
G
kT ln Z ............................ (11-67)
N T ,Y
Sisi kanan persamaan ini adalah konstan ketika T dan Y konstan. Penggabungan saat
kontanta T dan Y menghasilkan
ln Z
S NkT Nk ln Z .................. (11-69)
T Y
Entalpi H sama G + TS, jadi
ln Z
H NkT 2 ..........................(11-70)
T Y
Dan persamaan (11-69) dapat ditulis
H
S Nk ln Z ............................... (11-71)
T
Persamaan keadaan diperoleh
G ln Z
X NkT 2 .............(11-72)
T N ,T Y T
Jika parameter Y adalah intensitas sebuah medan konservatif dari gaya, energi partikelnya
hanya energi potensialnya (gravitasi, magnet, atau elektrik). Energi internal dari suatu
sistem adalah kemudian nol, dan total energi E adalah hanya energi potensialnya E p .
U 0 berarti
E Ep H
dan pers. (11-70) dan (11-71) dapat ditulis
ln Z
F NkT 2 .............................(11-73)
T Y
dan
E
S Nk ln Z ..................................(11-74)
T
Telah diasumsikan sejauh ini, di bagian ini bahwa tingkat energi dimana fungsi dari
sebuah variabel tunggal ekstensif X atau sebuah variabel tunggal intensif Y . Kami
sekarang mempertimbangkan kasus yang lebih umum dari sistem multivariabel di mana
tingkat energi adalah fungsi untuk lebih dari satu variabel independen. Kami membatasi
diskusi untuk sistem yang tingkat energinya adalah fungsi dari dua variabel saja, salah
satunya adalah variabel ekstensif X 1 sementara yang lain adalah variabel intensif Y1 ,
yang kita anggap sebagai intensitas medan konservatif dari gaya.
Jika suatu sistem dijelaskan melalui statistik Maxwell-Boltzmann atau klasik, kita tetap
dapat menentukan fungsi partisi sebagai:
j
Z g j exp
j kT
Satu-satunya perbedaan adalah bahwa j sekarang berfungsi pada kedua X 1 dan Y2 ,
dan fungsi partisi adalah fungsi dari T , X 1 dan Y2 . Sejak suatu sistem memiliki kedua
E U E p U Y2 X 2
dan karena itu kita menggunakan fungsi umum Helmholtz F , didefinisikan oleh
Persamaan. (7-34) sebagai
F E TS U TS Y2 X 2
Potensial Kimia sekarang
F
N T ', X1 ,T2
Jika suatu sistem mematuhi statistik klasik,
kT ln Z ln N
Dan penggabungan pada konstanta T , X 1 , T2 ,
F ln Z
Y1 NkT .......... (11-76)
X 1 N ,T ',Y2 X 1 T ',Y2
F ln Z
X 2 NkT .............. (11-77)
1 N ,T ', X1
Y Y2 T ', X1
Sistem ini memiliki dua persamaan keadaan, menyatakan Y1 dan X2 dalam suku N , T , X 1
dan Y2 .
Entropi S adalah
F ln Z
S NkT Nk ln Z ln N 1 (11-78)
T N , X1 ,Y2 T X1 ,Y2
ln Z
E NkT 2 .......................... (11-83)
T X1 ,Y2
Jadi satu dapat dituliskan
E
S Nk ln Z .................................. (11-84)
T
Dalam statistik lainnya, energi potensial E p Y2 X 2 dan energi internal adalah U
adalah
U E E p E Y2 X 2 ....................... (11-85)
Contoh-contoh spesifik dari hubungan umum bagian ini akan di diskusi pada dua bab
berikutnya.