Anda di halaman 1dari 27

YOHANES KURNIAWAN, S.

Pd

15726251032

TERMODINAMIKA STATISTIK

11-1 KEADAAN ENERGI DAN TINGKAT ENERGI

Gambar 11-1. Tiga gelombang stasioner yang pada senar


yang terikat pada kedua ujung
Perambatan gelombang transversal dalam sebuah dawai yang ditegangkan, yang
ujung-ujungnya terikat akan membentuk gambar seperti di atas. Dawai akan bergetar
dalam keadaan steady dalam bentuk gelombang stasioner, tiga diantaranya seperti yang
ditunjukkan seperti gambar di atas. Gelombang transverdal di atas akan membentuk
simpul N pada amplitudo minimum dan perut A pada amplitudo maksimum. Kesimpulan
yang penting dari ini semua adalah bahwa selalu ada bilangan bulat dari perut dalam
mode getaran pada keadaan steady; 1 perut pada gambar 11-1 (a), 2 pada gambar 11-1
(b), dan selanjutnya. Jarak antara simpul dan perut sebesar setengah dari panjang
gelombang, sehingga jika L merupakan panjang dawai, panjang gelombang  dari
gelombang stasioner yang mungkin adalah
1 1
1  2L , 2   2 L , 3   2 L , d.l.l;
2 3
atau secara umum dapat dinyatakan dengan,
1
f  2 L,
nj
dimana n j merupakan jumlah perut = 1, 2, 3, . . .

Berdasarkan mekanika kuantum, gelombang Schrodinger stasioner sebenarnya


ekuivalen dengan partikel ini, dan panjang gelombang  dari gelombang stasioner
berhubungan dengan momentum p dari partikel yang memenuhi persamaan
h
p (11-1)

dimana h merupakan konstanta Plankc. Dalam sistem MKS
h = 6,625  10 34 Js
Momentum partikel yang diperbolehkan hanya memiliki salah satu dari serangkaian
keadaan
h
pj  nj (11-2)
2L
Jika sebuah partikel bergerak babas dalam arah manapun di dalam kubus dengan sisi
L yang sisi-sisinya sejajar dengan sumbu x, y, z dari sistem koordinat kartesius,
komponen momentum x, y, dan z diperbolehkan hanya memiliki nilai sebagai berikut.
h h h
p x  nx , py  ny , p z  nz
2L 2L 2L
dengan nx, ny, dan nz merupakan bilangan bulat yang disebut bilangan kuantum, masing-
masing dapat memiliki beberapa nilai 1, 2, 3, d.l.l. Masing-masing bilangan kuantum
bertanggung jawab terhadap arah dari momentum. Kemudian jika pj merupakan resultan
momentum dari beberapa momentum nx, ny, nz.
h2
p 2j  p x2  p y2  p z2  (n x2  n y2  n z2 ) ;
4L2
atau, jika kita tuliskan (n x2  n y2  n z2 )  n 2j , maka

h2
p 2j  n 2j
4L2
Energi kinetik  dari sebuah partikel bermassa m, kecepatan v, dan momentum p =
mv adalah
1 p2
 mv 2 
2 2m
Energi  j berhubungan dengan momentum p 2j , oleh karena itu

p 2jh2
j  n 2
j (11-3)
2m 8mL2
Nilai dari nx, ny, dan nz disebutkan untuk mendefinisikan keadaan dari sebuah
partikel, dan energi yang berhubungan dengan nilai kemungkinan dari n 2j merupakan

tingkat energi. Tingkat energi bergantung hanya kepada nilai dari n 2j dan bukan

tergantung pada nilai individu nx, ny, dan nz. Dengan kata lain, energi hanya bergantung
kepada besar momentum pj dan tidak bergantung kepada arahnya.
Volume V dari kotak kubus dengan sisi L adalah L3, sehingga L2 = V2/3; dan
persamaan (11-3) dapat ditulis, untuk partikel bebas dalam kotak kubus adalah,
h 2 2 / 3
 j  n 2j V (11-4)
8m
Tingkat energi terendah (j = 1) adalah untuk nx = ny = nz = 1. Kemudian n12  3 dan

3h 2 2 / 3
j  V
8m
Hanya ada satu keadaan (satu set bilangan kuantum nx, ny, nz ) yang memiliki energi ini.
Oleh karena itu, tingkat energi terendah tak terdegenerasi dan g1 = 1. Komponen x, y, dan
z berhubungan dengan momentum p1 adalah sama, dan masing-masing sama dengan
h/2L.
Pada tingkat energi selanjutnya (j = 2) kita mungkin memiliki salah satu dari keadaan
berikut ini:
nx ny nz
2 1 1
1 2 1
1 1 2

Oleh karena itu, pada keadaan pertama, contohnya, momentumnya adalah


h h h
p2 x  2 , p2 y  , p2 y  ,
2L 2L 2L
Pada masing-masing keadaan, n 22  (n x2  n y2  n z2 )  6 , dan pada tingkat energi ini,

6h 2  2 / 3
j  V
8m
Karena tiga keadaan memiliki energi yang sama, tingkat degenerasinya g2 = 3.
Gambar 11-2 merepresentasikan sebuah skema konsep keadaan energi, tingkat
energi, dan tingkat degenerasi. Tingkat degenerasi gj dari j merupakan jumlah kotak pada
tingkat energi tertentu. Jumlah kelereng dalam kotak pada tingkat energi j disebut
bilangan okupasi Nj dari tingkat energi tersebut.
Gambar 11-2. Representasi skematik dari serangkaian tingkat energi  j , tingkat degenerasinya gj dan

bilangkan okupasi Nj.


Dengan jelas, jumlah dari bilangan okupasi Nj dari semua tingkat energi sama
dengan jumlah total partikel N:

N
j
j N (11-5)

Selain itu, karena partikel dalam keadaan ini terlibat dalam beberapa keadaan j
semuanya memiliki energi yang sama  j , energi total dari partikel pada tingkat energi j

adalah  j N j dan energi total E dari sistem adalah

j
j Nj E (11-5)

Jika sistem berada dalam medan gaya konservatif seperti medan gravitasi, listrik,
atau magnet, energi total E akan terdiri dari sebagian dari potensial energi Ep dari sistem.
Jika energi potensial adalah nol, energi total E kemudian merupakan energi dalam U dan


j
j N j U (11-5)

11-2 KEADAAN MAKRO DAN KEADAAN MIKRO


Spesifikasi dari jumlah Nj pada masing-masing tingkat energi disebut sebagai
keadaan makro dari assembly. Contohnya, keadaan makro dari gambar 11-2 ditetapkan
sebagai serangkaian bilangan okupasi N1 = 5, N2 = 4, N3 = 3, N4 = 2.
Jika partikel tak terbedakan, spesifikasi dari jumlah total partikel pada masing-
masing energi disebut sebagai keadaan mikro dari assembly.
Jika satu atau dua partikel pada tingkat energi 4 berada pada keadaan selain (3) dan
(5), keadaan mikronya akan menjadi berbeda, tetapi keadaan makronya akan tidak
berubah karena kita masih memiliki N4 = 2. Dengan jelas, banyak keadaan mikro yang
akan berhubungan dengan keadaan mikro yang sama.
Jika partikel terbedakan, spesifikasi dari keadaan energi dari masing-masing partikel
disebut sebagai keadaan mikro dari assembly. Yaitu, kita harus menetapkan tidak hanya
berapa banyak partikel dalam masing-masing keadaan, tetapi partikel yang mana mereka
itu. Maka anggaplah bahwa partikel pada gambar 11-2 terbedakan dan ditandain dengan
a, b, c, d.l.l dan pada tingkat energi ke-4 partikel a berada pada keadaan (3) dan partikel
(b) beada pada keadaan (5); pada tingkat energi ke-3, partikel c berada pada keadaan (1)
dan partikel d dan e berada pada keadaan (3) dan (4) berturut-turut, dan selanjutnya.
Jika ada lebih dari satu partikel pada keadaan energi tertentu, penukaran dari susunan
huruf-huruf tanda partikel tidak dianggap berubah pada keadaan mikro. Oleh karena itu,
anggaplah dua partikel (1) pada tingkat energi 2 ditandai p dan q. Keadaan mikro
dianggap sama jika huruf ditulis susunan pq dan qp.
Keadan mikro dan makro yang mungkin dari assembly partikel analogi dengan tabel
umur sekolompok individu. Sebagai contoh misalkan ada sejumlah anak-anak pada
masing-masing kelas di sekolah dasar yang memiliki total 368 siswa.
Kelas K 1 2 3 4 5

Jum.Anak 60 70 62 61 62 53

Kelas berhubungan dengan tingkat energi dan spesifikasi jumlah anak pada masing-
masing kelas mendefinisikan keadaan makro. Keadaan makro yang berbeda dengan
jumlah total anak yang sama ditampilkan sebagai berikut.
Kelas K 1 2 3 4 5

Jum.Anak 52 57 60 73 62 64

Perubahan distribusi mungkin memiliki akibat makroskopik; membutuhkan jumlah guru


yang berbeda, perbadaan peralatan, perbedaan jumlah buku teks, d.l.l.
Tiap kelas dapat dibagi ke dalam beberapa kelas, yaitu, pada keadaak makro pertama
menjelaskan mungkin ada 3 kelas pada kelas 1 dan 2 kelas pada kelas 2. Kelas-kelas ini
akan berhubungan dengan keadaah degenerasi energi dari masing-masing tingkat energi.
Mungkin ada 3 keadaan degenerasi pada tingkat energi ke-1, d.l.l.
Jika anak-anak dipertimbangkan sebagai partikel tak terbedakan (contoh yang
sebenarnya kurang baik), kemudian keadaan mikro sistem akan menjadi
Kelas K 1(a) 1(b) 1(c) 2(a) 2(b)

Jum.Anak 60 22 25 23 30 32

Keadaan mikro yang berbeda dari keadaan makro yang sama misalkan seperti ini
Kelas K 1(a) 1(b) 1(c) 2(a) 2(b)

Jum.Anak 60 20 25 25 30 32

Meskipun jumlah anak pada masing-masing kelas berubah, jumlah anak-anak pada
msing-masing kelas adalah tetap.
Akan tetapi, pada distribusi,
Kelas K 1(a) 1(b) 1(c) 2(a) 2(b)

Jum.Anak 60 20 27 23 30 30

akan berhubungan dengan keadaan makro karena jumlah anak pada masing-masing kelas
berubah, meskipun jumlah anak ssatu sekolah tetap konstan.
Ketika anak-anak ditinjau sebagai partikel terbedakan, keadaan mikro berbeda, jika
Evelyn berada pada kelas 1(a) dan Mildred pada kelas 1(b), atau lainnya, atau atau jika
keduanya berada pada kelas 1(b). Akan tetapi, pada kasus terakhir keadaan mikro sama
jika nama Mildred muncul sebelum Evelyn atau setelah Evelyn dianggap sama saja

11-3 PROBABILITAS TERMODINAMIKA


Secara alternatif, seseorang dapat meninjau sejumlah besar N dari replika dari
assembly tertentu (sebuah ensembel). Misalkan, N menjadi jumlah dari replika yang
berada pada beberapa salah satu keadaan mikro yang mungkin. Postulat termodinamika
statistik dapat dinyatakan sebagai jumlah N adalah sama untuk semua keadaan
mikro. Postulat tersebut tampatknya tidak dapat diturunkan dari beberapa prinsip-
prinsipdasar, dan tentu itu tidak bisa dibuktikan secara eksperimen. Dasar kebenaran
terletak pada kebenaran dari kesimpulan yang ditarik dari kesimpulan ini.
Dengan mengingat contoh pada pembahasan sebelumnya, jika semua keadaan mikro memiliki kemungkinan
yang sama dan populasi sekolah dibatasi maksimal 368 siswa, waktu berjalan dari tahun ke tahun, semakin
lama masing-masing distribusi siswa pada masing-masing kelas akan sama dengan satu sama lain. Secara
alternatif, jika dalam selang waktu tertentu seseorang mengamati beberapa sekolah dasar yang memiliki
populasi 368 siswa, maka masing-masing distribusi anak tiap kelas akan memiliki frekuensi yang sama. Pada
masing-masing kasus, contoh yang disajikan pada pembahasan sebelumnya akan terjadi dengan rentang
waktu yang sama.

Jumlah keadaan mikro yang memiliki kemungkinan sama yang berhubungan dengan
keadaan mikro k disebut probabilitas termodinamikaW k dari keadaan makro. (Simbol W
berasal dari huruf Jerman yang berarti probabilitas dari asal kata, Wahrscheinlichkeit.
Jumlah total  dari keadaan mikro dari sebuah assembly, atau probabilitas
termodinamika dari assembly, sama dengan jumlah semua keadaan makro dari
probabilitas termodinamika dari masing-masing keadaan mikro:
  W k
k

Maka tujuan utama daru teori statistik adalan untuk menurunkan ungkapan rata-rata

dari jumlah partikel N j pada masing-masing tingkat energi j dari assembly. Ungkapan
ini dapat diturunkan yang disebut bilangan okupasi dari tingkat energi j.
Misalkan Njk merupakan bilangan okupasi dari tingkat energi j pada keadaan makro
g
k. Nilai rata-rata kelompok dari bilangan okupasi dari tingkat energi j, N j , ditentukan
dengan mengalikan Njk dengan jumlah replika pada keadaan makro k, dengan menjumlah
semua keadaan makro dan membaginya dengan jumlah replika, N . Jumlah total dari
replika dari sebuah assembly yang berada pada keadaan makro k sama dengan hasil kali
jumlah replika N yang berada dalam beberapa keadaan mikro dan jumlah keadaan
mikro W k yang terkandung dalam keadaan makro. Oleh karena itu

1
N
g
Nj  W k N
jk
N k

Akan tetapi,
N  W k N
k

Dan karena N sama untuk semua keadaan makro, kita dapat mengembalikannya dari
penyebut dan pembilangnya. Rata-rata kelompoknya adalah,

N W jk k
1
 N jkW k
g
N  k
 (11-8)
W
j
k  k
k

Sama halnya, kita dapat menghitung rata-rata waktu dari bilangan okupasi dari
g
tingkat energi j, N j . Seperti yang telah dijelaskan di atas, postulat bahwa semua keadaan
mikro memiliki kemungkinan yang sama berarti bahwa selama periode tertentu, masing-
masing keadaan mikro muncul dengan interval t yang sama. Total waktu assembly
yang ditemukan pada keadaan makro k merupakan hasil waktu interval waktu t dan
jumlah keadaan mikro dari keadaan makro k, W k . Jumlah dari hasil perkalian ini untuk
semua keadaan mikro merupakan total waktu t:
t  W k t
k

g
Rata-rata waktu dari bilangan okupasi dari tingkat energi j, N j , ditentukan dengan

mengalikan bilangan okupasi Njk dari tingkat energi j dalam keadaan makro k, W k t ,
dengan yang assembly habiskan dalam keadaan makro k, dengan menjumlahkan hasil
perkalian ini dalam semua keadaan makro, dan membaginya dengan total waktu t. Oleh
karena itu, waktu rata-ratanya adalah

1
 N W t jk k
N   N jkW k t 
t k

W t
j
t k k
k

karena t sama untuk semua keadaan makro, kita dapat mengembalikannya dari
penyebut dan pembilangnya. Rata-rata kelompoknya adalah,

N W jk k
1
 N jkW k
t
N k
 (11-9)
W
j
k  k
k

Perbandingan persamaan (11-8) dan (11-9) menunjukkan bahwa jika semua keadaan
mikro memiliki kemungkinan yang sama, rata-rata waktu dari bilangan okupasi sama

dengan rata-rata kelompok, dan kita dapat menuliskannya sebagai N j .

11-4 STATISTIK BOSE-EINSTEIN


Peluang termodinamik W k keadaan mikro sebuah assembly bergantung pada statistik
partikel-partikel yang dipatuhi oleh assembly. Pada beberapa penyusunan partikel pada
tingkat j. Kita mungkin memiliki partikel a dan b pada tingkat 1, partikel c pada tingkat
2, tidak ada partikel, yang berada pada tingkat 3, partikel d,e,f pada tingkat 4, dan
seterusnya.
Distribusi partikel pada tingkat ini dapat dinyatakan dalam sebuah persamaan :
[(l)ab] [(2)c] [(3][(4)def] ..........................................(1- 10)
Dimana dalam setiap kelompok dalam kurung tersebut terdapat huruf yang mengikuti
nomor didepannya yang menandakan bahwa partikel-partikel tersebut berada pada
tingkat-tingkat yang diwakili oleh nomor.
Jika semua nomor dan huruf disusun dalam semua deret yang mungkin dari partikel-
gj
partikel di sekitar tingkat-tingkat energinya sehingga ada dan setiap deret
( g j  N  1)
mengandung angka-angka dan notasi-notasi yang dapat disusun pada setiap
keadaan. Sejumlah deret yang berbeda dimana N objek terbedakan dapat
disusun menjadi N! (N faktorial}. Ada N pilihan untuk bentuk yang pertama dalam deret
tersebut, ( N  1) untuk bentuk yang kedua, ( N  2) untuk bentuk yang ketiga, dan
seterusnya. Jumlah keseluruhan dari semua deret yang mungkin adalah :
N(N - 1)(N – 2) . . .1 = N!
Sebagai contoh, ada tiga huruf a, b, dan c dapat disusun menjadi deret sebagai berikut :
abc, acb, bca, bac, cba, cab
Kita melihat bahwa ada enam deret yang mungkin, yang sebanding dengan 3!.
Dengan menggunakan contoh pada bagian sebelumnya, jumlah W dari deret yang berbeda di mana 70 anak-
anak kelas satu dapat berbaris adalah 70!. ditunjukkan pada Lampiran C pendekatan Stirling’s 1 untuk
logaritma natural dari faktorial untuk x adalah
ln x!  x ln x  x.
Karenanya
ln 70!  70 ln 70  70  245
log 10 70!  245 / 2.303  106
108
70!  10

( g j  N  1) ( g j  N  1)
Jumlah deret yang mungkin dari nomor dan huruf karena itu
Nj
dan jumlah total dari semua deret dari g j nomor dan huruf adalah

g j [( g j  N  1)!].....................................................(11  11)

Meskipun masing-masing dari urutan ini merupakan kemungkinan distribusi partikel


antara tingkat-tingkat energi, banyak dari mereka mewakili distribusi yang sama.
Misalnya, salah satu deret yang mungkin sebagai berikut:
[(3)] [(l)ab] [(4)def] [(2}c] . . .
Karena partikel sebenarnya dibedakan, urutan yang berbeda dari persamaan seperti
berikut :
[(l)ca] [(2)e] [(3)] [(4)bdf] . . .
juga mewakili distribusi yang sama dengan (11-10) karena setiap tingkat diberikan
Nj
mengandung jumlah partikel yang sama. Huruf-huruf dapat disusun dalam urutan

1
James Stirling, Matematikawan Skotlandia (1696-1770)
N j! N j!
cara yang berbeda, jadi (11-11) juga harus dibagi dengan karenanya angka pada
distribusi yang berbeda untuk tingkat j adalah :
g j [ g j  N j  1)!]
j 
g j !N j !

yang mungkin lebih mudah ditulis sebagai


( g j  N j  1)!
j  ,.......................................(11  12)
( g j  1)! N j !

dimana,
g j ! g j ( g j  1)!

Jika tingkat tidak terdegenerasi, jika hanya ada satu keadaan pada tingkat dan g j  1

, maka hanya ada satu cara yang mungkin di mana partikel-partikel di tingkat itu bisa
disusun, dan karenanya  j  1 Tetapi jika g j  1 , Persamaan.(11-12) menjadi

N j!
j   1.
0! N j !

Oleh karena itu kita harus mengatur 0! 1 , yang dapat dianggap sebagai konvensi yang
diperlukan untuk mendapatkan jawaban yang benar. Sebuah diskusi lebih lanjut dapat
ditemukan dalam Lampiran C.
Jika tingkat j adalah kosong dan N j  0

( g j  1)1
j  1
( g j  1)!(0)!

j 1
dan untuk tingkat itu.
Untuk masing-masing kemungkinan distribusi dalam berbagai tingkat, kita boleh
menggunakan apa saja dari kemungkinan distribusi dalam masing-masing tingkat yang
lain, jadi jumlah total dari kemungkinan distribusi, atau peluang termodinamika W B E
adalah perkalian pada semua tingkat dari nilai-nilai  j untuk masing-masing tingkat atau

:
( g j  N j  1)!
W B  E W K    j   ,........................(11  13)
j j ( g j  1)! N j !
Dimana simbol  j , berarti bahwa total perkalian dari semua factor yang mengikuti,
untuk sebuah nilai dari subskrip j. Hal ini sesuai dengan simbol  j yang merupakan

total penjumlahan dari sebuah deretan factor-faktor.


Peluang termodinamika W k untuk tiap-tiap keadaan makro, untuk keadaan makro,
gj 3
k=1, saat dalam semua tingkat dan semua jumlah kerja adalah nol kecuali dalam
N6  1 N 0  5,
tingkat 6, dimana , dan dalam tingkat 0, dimana
3  1  1)! (3  5  1)!
W1  .  3x21  63.
2!1! 2!5!
Artinya, partikel tunggal ditingkat 6 yang terdapat dalam tiga keadaan, dan di tingkat
terendah lima partikel yang tersisa akan didistribusikan dalam 21 cara yang berbeda di
antara tiga keadaan, membuat total 63 kemungkinan penyusunan yang berbeda.
Total jumlah kemungkinan keadaan mikro dari sistem atau peluang termodinamika dari
sistem adalah
  W k  1532 .
k

Jumlah kerja rata-rata setiap tingkat, dihitung dari Persamaan. (11-8),


diberikan di kanan tingkat yang sesuai. Misalnya, pada tingkat 2, kita lihat
bahwa 3 keadaan makro meliputi 135 microstates, di masing-masing ada satu partikel di
tingkat 2. Keadaan makro 6 mencakup 270 keadaan mikro yang mana masing-masing
terdapat juga satu partikel dalam di tingkat 2, dan seterusnya. Jumlah kerja rata-rata dari
tingkat 2 adalah :
1 1272
N2  
 k
N 2 kW k 
1532
 0,83.

Dalam sembarang keadaan makro k yang mana tingkat 2 tidak ditempati, hubungan
N 2 k Wk
nilai dari Nk adalah nol dan hasil perkalian untuk tingkat itu adalah nol. Catatan,
meskipun jumlah kerja sebenarnya dari berbagai tingkat dalam keadaan makro harus
merupakan sebuah bilangan bulat atau nol, jumlah kerja rata-rata tidak perlu sebuah
bilangan bulat.

11-5 STATISTIK FERMI-DIRAC


Statistik Fermi dan Dirac berlaku untuk partikel tak terbedakan yang mematuhi prinsip
eksklusif Pauli,
Sebuah kemungkinan penyusunan diberikan sebagai berikut :
[(1)a] [(2)b] [(3)] [(4)c] [(5)] .................................. (11-14)
yang berarti bahwa keadaan (1), (2), (4), . . .dengan kuota satu partikel
masing-masing keadaan, sementara (3), (5), ... kosong. Ada kemungkinan g j lokasi

untuk karakter pertama, mengikuti salahsatu penghitungan g j . Lokasi yang mungkin

untuk karakter kedua hanya ( g j  2) turun terus sampai [ g j  ( N j  1)] atau

[ g j  ( N j  1)] lokasi untuk karakter terakhir. Karena salah satu lokasi dari salah satu

karakter boleh memiliki salah satu lokasi yang mungkin dari masing-masing lain, jumlah
total cara yang member N j karakter dapat ditunjukkan ke dalam g j , yaitu :

g j!
g j ( g j  1)( g j  2)...(g j  N j  1)  ..............(11  15)
( g j  N j )!'

saat,
g j ! g j ( g j  1)( g j  2)...(g j  N j  1)( g j  N j )!

untuk tingkat j:
g j!
j  .........................................(11  16)
( g j  N j )! N j !

W F  D dari keadaan makro dalam statistic F-D adalah

g j!
W F  D W K    j   ......................(11  17)
j j ( g j  N j )! N j !

Peluang termodinamika pada masing-masing keadaan makro, dihitung dari persamaan


W F  D , yang tertulis di bawah kolom yang bersesuaian. Dengan demikian dalam keadaan
makro 1,
3! 3! 3!
W1  . .  3x3x1  9
(3  1)!1! (3  2)!2! (3  3)!3!
Jumlah total mungkin keadaan makro adalah
  W k  73.
k

11-6 STATISTIK MAXWELL-BOLTZMANN


Pada statistik Maxwell-Boltzmann partikel dari suatu assembly dinggap berbeda. Tetapi,
pada statistik B-E tidak ditentukan jumlah partikel yag dapat menempati energi basis
yang sama. Karena pada tingkat 𝑁𝑗 terdapat beberapa partikel pada tingkatan ini, maka
jumlah distribusi total yang mungkin terjadi pada tingkatan ini adalah sebagai berikut:
𝑁
𝜔𝑗 = 𝑔𝑗 𝑗 ................................................. (11-18)

Distribusi total yang dapat ditempatkan pada semua tingkatan, dengan spesifikasi
dari satu set partikel pada tingkatan lainnya adalah sebagai berikut:
𝑁
∏𝑗 𝑤𝑗 = ∏𝑗 𝑔𝑗 𝐽 ............................................ (11-9)

Tetapi untuk ∏𝑗 𝜔𝑗 tidak sama dengan W 𝑘 seperti dalam statistik lainnya sejak
penyimpangan dari partikel pada setiap level (serta pertukaran antar bagian atau daerah
pada tingkatan yang sama) hal tersebut menyebabkan microstate yang berbeda. (Jika
partikel berupa partikel yang tidak dibedakan, maka pertukaran partikel pada tiap tingkat
tidak menghasilkan microstate yang berbeda). Misalnya, jika partikel 𝑏 pada Gambar.
11-7 yang dipertukarkan dengan partikel c dari beberapa tingkat lain sehingga dua
partikel di tingkat 𝑗 dimana 𝑎 dan 𝑐 adalah 𝑎 dan 𝑏, kita memiliki sembilan susunan
yang berbeda dari partikel pada tingkatan ini. Pertanyaan selanjutnya adalah ada berapa
cara jika total pada 𝑎 dari 𝑁 partikel sehingga partikel dapat didistribusikan pada
berbagai tingkatan energi, dengan memberikan nomor pada tiap tingkatan dari partikel
seperti 𝑁1 , 𝑁2 , 𝑁3 ?
11-7 INTERPRETASI ENTROPI SECARA STATISTIK
Pada bagian ini kita mendapatkan hubungan dan mulai bertanya apa saja bagian-bagian
dari model statistik dari sebuah sistem yang dapat dikaitkan dengan entropi. Prinsip pada
termodinamika menyebabkan hasil yang diperoleh terhadap entropi berbeda antara satu
bagian yang dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
𝑇∆𝑆 = ∆𝑈 + 𝑃∆𝑉 − 𝜇∆ ..................................... (11-12)
Dari sudut pandang statistik, perubahan dari energi dari sebuah assembly, pada volume,
dan jumlah partikel mengakibatkan perubahan jumlah total kemungkinan microstate
yang terdapat pada sistem.
Jika Ω1 dan Ω2 dari probabilitas termodinamika dari sistem, dan setiap microstate dari
salah satu sistem, kemungkinan akan memiliki satu microstate. Jumlah kemungkinan Ω
dari microstate oleh dua sistem merupakan hasil dari Ω1 dan Ω2
Ω = Ω1 Ω2 ............................................ (11-23)
Untuk sistem yang bebas dapat dinyatakan:
𝑑𝐽Ω
Ω = 𝑘𝐵
𝑑Ω
𝑑Ω
𝑑𝐽Ω = 𝑘𝐵

𝐽Ω = 𝑘𝐵 ln Ω
𝑆 = 𝑘𝐵 ln Ω ......................................... (11-24)
Fungsi tersebut hanyalah fungsi dari Ω yang memenuhi syarat bahwa entropi merupakan
bagian dari logaritma sebaliknya probabilitas dari termodinamika merupakan perkalian
dari logaritma.

11-8 FUNGSI DISTRIBUSI BOSE-EINSTEIN


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memperoleh hubungan antara nilai relatif
dari ln Ω untuk dua sistem yang memiliki jumlah set tingkat energi yang sama. Namun
pada sistem kedua jumlah partikel kurang dari jumlah partikel pada sistem pertama yang
dinayatakan dengan 𝑛, dimana untuk 𝑛 ≪ 𝑁, dan di mana energi kurang dari pada yang
pertama yang dinyatakan dengan 𝑛𝜖𝑟 , dengan 𝜖𝑟 adalah energi pada level arbitrary pada
pada tingkat 𝑟. Dengan demikian, simbol unprimed ditujukan untuk sistem pertama dan
simbol primed untuk sistem kedua
𝑁 ′ = 𝑁 − 𝑛, 𝑈 ′ = 𝑈 − 𝑛𝜖𝑟 .................................... (11-31)

Probabilitas termodinamika W' 𝑟𝑘 pada macrostate 𝑘 pada sistem unprimer dinyatakan


dengan:
(𝑔𝑗 +𝑁𝑗𝑘 −1)!
W 𝑘 = ∏𝑗 (𝑔𝑗 −1)!𝑁𝑗𝑘 !
............................................ (11-33_

Pada sistem primer


(𝑔𝑗 +𝑁′ 𝑗𝑘 −1)!
W' 𝑟𝑘 = ∏𝑗 (𝑔𝑗 −1)!𝑁 ′ 𝑗𝑘 !
...................................... (11-34)

Lambang 𝑟𝑘 bermakna W' 𝑟𝑘 yang berarti probabilitas termodinamika pada macrostate


𝑘 pada sistem primer, dan 𝑟 merupakan tingkat yang telah dipilih secara acak dari satu partikel
yang dihilangkan atau dihapus. Sedangkan lambang 𝑗𝑘 bermakna 𝑁𝑗𝑘 dan 𝑁 ′𝑗𝑘 menunjukkan
jumlah partikel pada tingkat 𝑗 pada macrostate 𝑘 pada sistem unprimer dan primer.

̅ ′ 𝑟 Ω′ 𝑟 dapat dinyatakan dengan:


Bagian terakhir dari persamaan 𝑁

̅𝑟 Ω = (𝑔𝑟 + 𝑁
𝑁 ̅ ′ 𝑟 )𝑄 ′
𝑟
Dan

̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
̅′𝑟
= (11 − 35)
𝑔𝑟 +𝑁 Ω

Pada sistem mikroskopik dimana terdapat banyak partikel, maka penghapusan dari salah satu
partikel dari salah satu level merupakan cara yang tidak mungkin pada saat rata-rata jumlah
rata-rata partikel pada tingkat tersebut terpenuhi. Dan cara terbaik adalah dengan cara
̅ ′𝑟 = 𝑁
memperkirakan dengan 𝑁 ̅𝑟 :

̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
̅𝑟
= (11 − 36)
𝑔𝑟 +𝑁 Ω𝑟

Dengan menggunakan logaritma pada kedua sisi, dapat dinyatakan dengan:

̅𝑟
𝑁 Ω′ 𝑟
ln = ln
𝑔𝑟 + 𝑁̅𝑟 Ω

Tetapi

Ω′ 𝑟
ln = ln Ω′ 𝑟 − ln Ω

Dengan menggunakan persamaan (11-24), yaitu 𝑆 = 𝑘𝐵 ln Ω

̅ ′𝑟
𝑁 𝑆 ′ − 𝑆 ∆𝑆
ln = = (11 − 37)
𝑔𝑟 + 𝑁 ̅𝑟 𝑘𝐵 𝑘𝐵

Dengan menggunakan prinsip termodinamika, entropi akan berbeda ∆𝑆 antara dua keadaan
yang tidak tertutup atau sistem terbuka yang mana volumenya (sesuai dengan variabel
ekstensif) adalah konstan akan memberikan energi yang berbeda ∆𝑈, dan perbedaan ∆𝑁 pada
setiap partikel, dan suhu dinayatakan dengan 𝑇, oleh persamaan (8-11):

𝑇∆𝑆 = ∆𝑈 − 𝜇∆𝑁

Dimana 𝜇 merupakan potensial kimia pada setiap partikel. Untuk dua keadaan dapat dinayakan
dengan:

∆𝑈 = −𝜖𝑟 ∆𝑁 = −1

Dan karena itu, maka:


𝜇 − 𝜖𝑟
∆𝑆 =
𝑇

Dari persamaan (11-37), sejak tingkat 𝑟 dipilih secara bebas dan begitu pula pada tingkat 𝑗

̅𝑗
𝑁 𝜇 − 𝜖𝑗
ln =
̅
𝑔𝑗 + 𝑁𝑗 𝑘𝐵 𝑇

dan

𝑔𝑗 + 𝑁̅𝑗 𝑔𝑗 𝜖𝑗 − 𝜇
= + 1 = exp
̅𝑗
𝑁 ̅𝑗
𝑁 𝑘𝑏 𝑇

Sehingga kita dapat menyatakan sebagai:

̅𝑗
𝑁 1
= 𝜖𝑗 −𝜇 ............................................ (11-38)
𝑔𝑗 exp( )−1
𝑘𝐵 𝑇

Persamaan tersebut merupakan fungsi distribusi fungsi Bose-Einstein, yang menyatakan rata-
̅𝑗 ⁄𝑔𝑗 , jumlah energi 𝜖𝑗 pada
rata jumlah partikel pada setiap kulit pada setiap tingkat 𝑗 , 𝑁
keadaan, dan potensial kimia 𝜇, konstantan universal 𝑘𝐵 dan suhu 𝑇.

11-9 FUNGSI DISTRIBUSI FERMI-DIRAC


Untuk mendapatkan fungsi distribusi dalam statistik F-D, kita menentukan dua assembly
pada jumlah partikel yang masing-masing N dan N '  N  1 . Di beberapa pasangan
makros, pada semua tingkatan kecuali pada level r; dan di level r , N ' rk  N rk  1 .

Energi yang sesuai adalah U dan U '  U  r .


Peluang termodinamik untuk keadaan makro yang berhungan dengan assembly tidak
utama dan utama adalah:
g j!
Wk 
j ( g j  N jk )! N jk !

g j!
W '
rk 
j ( g j  N ' jk )! N ' jk !
Kemudian
W ' rk ( g j  N jk )! N jk !

j ( g j  N jk )! N jk !
' '
W rk
Yang setelah mengalami pengurangan menjadi:
W ' rk N rk

Wk g r  N ' rk

atau

N rkW k  ( g r  N 'rk )W 'rk


Dengan menjumlahkan semua nilai k maka diperoleh

N W
k
rk k  g r W 'rk   N 'rkW 'rk
k k

dan

Nr ' r
 .........................................(11-39)
g r  N 'r 

Di sini didapatkan N 'r  N r , jika keadaan cukup degerasi, N r dan N' r dapat lebih besar
dari yang lain. Dengan alasan yang sama seperti pada statistik B-E

Nj 1
 .................................... (11-40)
gj   j  
exp   1
 k BT 
yang mana adalah fungsi distribusi Fermi-Dirac. Ini berbeda dari distribusi B-E yang
mempunyai nilai + 1 pada angka -1.

11-10FUNGSI DISTRIBUSI KLASIK

Dalam sistem partikel tak terbedakan, rata-rata jumlah partikel N j di setiap level sangat

jauh lebih sedikit daripada jumlah pada bagian level g j , sehingga rata-rata jumlah

partikel per keadaan N j g j , sangat kecil. Angka pada pers (11-38) dan (11-40) sangat

besar; jadi kita dapat mengabaikan angka 1; dan kedua fungsi distribusi B-E dan F-D
diturunkan menjadi

Nj  j
 exp ........................................(11-41)
gj k BT
Yang mana adalah fungsi distribusi klasik.

11-11PERBANDINGAN FUNGSI DISTRIBUSI PADA PARTIKEL TAK TERBEDAKAN


Fungsi distribusi dari partikel tak terbedakan semuanya dapat digambarkan oleh
persamaan tunggal

Nj 1
 .....................................(11-42)
gj  j 
exp a
k BT
di mana a  1 dalam statistik B-E, a  1 dalam statistik F-D, dan a  0 dalam
statistik klasik.
Kurva pada Gambar. 11-11 adalah grafik dari jumlah rata-rata partikel per keadaan ,

N j g j , bergantung pada suhu untuk statistik B-E dan F-D berkomplot sebagai fungsi

dari banyaknya ukuran ( j  ) k BT (Oleh karena itu energi meningkat ke arah kanan).

Ordinat kurva mempunyai arti, tentu saja, hanya pada absis di mana energi  j

mempunyai salah satu nilai yang diijinkan. Ketika N j g j sangat kecil, distribusi B-E
dan F-D sangat mirip, dan keduanya menurunkan distribusi klasik.
Catatan pada saat j   dari nilai N j g j dalam statistik B-E menjadi infinitif dan
untuk level di mana  j kurang dari  adalah negatif dan karena itu tak berarti.

Artinya, dalam statistik ini, potensial kimia harus kurang dari energi yang diijinkan
ditingkat paling rendah. Partikel-partikel seperti berkonsentrasi di level  j hanya

sedikit lebih besar dari 


Gambar 11-11 Grafik fungsi distribusi Bose-Einstein, Fermi-Dirac, dan klasik.
Dalam statistik F-D, dengan kata lain semua level populasinya menurun ke yang paling

rendah dan  j , N j g j mendekati 1. Artinya, tingkat energi rendah hampir secara


keseluruhan dipopulasikan dengan satu partikel per keadaan.

11-12FUNGSI DISTRIBUSI MAXWELL BOLTZMANN


Fungsi distribusi dalam statistik M-B diperoleh dengan cara yang sama seperti pada
statistik B-E dan F-D statistik.
Peluang termodinamik untuk keadaan maksro yang berhungan dengan assembly tidak
utama dan utama adalah
Nj
gj
W k  N !
j N j!
N'j
gj
W 'k  N '!
j N'j !

Setelah menjumlahkan semua makro, diperoleh

Nr '
 r ....................................... (11-43)
Ng r 
dan dengan prosedur yang sama seperti sebelumnya,

Nj N   j
 exp ...........................( 11-44)
gj k BT
yang merupakan fungsi distribusi Maxwell-Boltzmann. Ini berbeda dari fungsi distribusi
klasik, yang kadang-kadang disebut sebagai "pengkoreksi" dari fungsi Bollzmann, pada

pembilang di sebelah kiri adalah rata-rata jumlah pecahan partikel di level j , N j N

, sehingga sisi kiri adalah jumlah pecahan dari partikel per keadaan di tingkat manapun.

11-13FUNGSI PARTISI
Fungsi distribusi dalam statistik Maxwell-Boltzmann dapat ditulis:
    j
N j  N  exp  g j exp
 k BT  k BT

Ketika  j N j  N dan potensi kimia  tidak tergantung pada j , maka

    j
 j N j  N  N 
 exp  g j exp
 k BT  k BT
Jumlah di bagian akhir disebut fungsi partisi atau jumlah keadaan lebih dan diwakili
oleh Z. (German Zustandssumm). Bentuk lain yang sering digunakan

 j
Z   j g j exp ..................................... (11-45)
k BT
Fungsi partisi hanya tergantung pada suhu T dan pada parameter-parameter yang
menentukan tingkat-tingkat energi. Hal itu lanjutan dua persamaan sebelumnya dalam
statistik M-B:

 1
exp  ................................................ (11-46)
k BT Z
Jadi sistem yang diberikan, rata-rata jumlah partikel per keadaan di setiap level berkurang
secara eksponensial dengan energi  j dan pada suhu T yang lebih rendah, kelebihan

kecepatan tersebut adalah penurunan kecepatannya.


Fungsi distrubusi klasik dapat ditulis:

    j
N j   exp  g j exp
 k BT  k BT
Dan penjumlahan semua nilai j , kita dapatkan

    j
 j N j  N  
 exp  g j exp
 k BT  k BT
Lalu jika fungsi partisi Z ditentukan dengan cara yang sama seperti di statistik M-B,
kita dapatkan:

 N
exp  ..................................... (11-48)
k BT Z
Dan fungsi distrubusi klasik dapat ditulis:

Nj N  j
 exp ................................. (11-49)
gj Z k BT

11-14BESARAN TERMODINAMIKA DARI SEBUAH SISTEM


Perlu diingat bahwa semua sifat termodinamika dari sebuah sistem juga ditentukan oleh
persamaan karakteristik; yaitu, fungsi Helmholtz yang dinyatakan dalam X dan T
atau fungsi Gibbs dinyatakan dalam Y dan T . Disini X dan Y tegak lurus dengan
beberapa pasangan variabel seperti volume V dan tekanan P .
Jadi kita memulai dengan menyatakan turunan untuk fungsi Helmholtz dan Gibbs dalam
ln Z . Seperti ditunjukkan dalam Bagian 8-1, fungsi-fungsi ini terkait dengan potensi
kimia  oleh persamaan.

 G   F 
    
 N T ,Y  N T , X ........................... (11-50)

Untuk sebuah sistem yang mematuhi statistik MB, potensi kimia dari sistem berkaitan
dengan fungsi partisi oleh Persamaan. (11-46):

  k BT ln Z ...................................... (11-51)

Dalam statistik klasik, potensial kimia diberikan melalui Persamaan. (11-48):

  k BT ln Z  ln N  ............................. (11-52)


Fungsi partisi, Z  g j exp   j k B T  , adalah sebuah fungsi suhu dari suatu sistem
dan parameter yang menentukan tingkat energi dari sistem (seperti volume V atau
medan magnet H ). Sehingga Pers. (11-51) dan (11-52) menyatakan  dalam bentuk
X atau Y .
Anggapan pertama sebuah sistem dari partikel yang tak terbedakan mematuhi statistik
klasik dan salah satu tingkat energi adalah fungsi dari parameter X . Kemudian fungsi
partisi adalah sebuah fungsi dari X dan T , dan karena ini adalah variabel "natural"
dari fungsi Helmholtz F , kita mulai dari pers. (11-50) dan (11-52).

 F 
   k BT ln Z  ln N  ............................ (11-53)
 N T , X
Sisi kanan dari persamaan ini adalah konstan ketika X dan T konstan. Penggabungan
konstanta X dan T menghasilkan:

F   NkBT ln Z  ln N  1 ........................ (11-54)


Ketika  N ln NdN  N ln N  N . Persamaan (11-53) akan terpenuhi jika fungsi

f T , X  ditambahkan ke sisi kanan persamaan (11-54), tapi karena F harus menjadi


nol ketika N  0 , maka bahwa f T , X   0 . Persamaan (11-54) adalah lambang

untuk F dalam bentuk N , T , X ; Oleh karena itu semua sifat termodinamika dalam
sebuah sistem dapat ditentukan oleh metode Bagian 7-2.
Entropi S yaitu dedapatkan dengan S  F T N , X sehingga

  ln Z 
S  NkBT    NkB ln Z  ln N  1 .......(11-55)
  T X
Ketika U  F  TS , energi internal yaitu

  ln Z 
U  NkBT 2   ............................(11-56)
  T X
Lambang untuk suatu entropi sekarang dapat ditulis kembali sebagai berikut:

 NkB ln Z  ln N  1 ...................(11-57)


U
S
T
Variabel intensif Y digabungkan dengan variabel ekstensif X didapatkan dengan
Y  F N N ,T sehingga

  ln Z 
Y  NkBT  
 X T
.......................... (11-58)

dimana persamaan keadaan dari suatu sistem, menyatakan Y sebagai fungsi dari N ,T ,

dan X . Dengan demikian semua sifat-sifat termodinamika dari sistem ini dapat
ditentukan jika Z diketahui sebagai fungsi dari X dan T .
Untuk sistem sebuah komponen, fungsi Gibbs G  N , sehingga dari Persamaan. (11-
52) menjadi

G   NkBT ln Z  ln N  ...................... (11-59)


Tapi secara umum untuk variabel X dan Y,
G  U  TS  YX  F  YK
dan G  F  YK
dari persamaan (11-54) dan (11-59)

G  F  NkBT
Jadi untuk setiap sistem mematuhi statistik klasik dan di mana tingkat energi adalah
fungsi dari sebuah parameter X ekstensif tunggal,

YK  NkBT ..................................... (11-60)


Dalam kasus khusus di mana parameter X adalah volume V dan Y adalah tekanan P,

PV  NkBT
Ini adalah persamaan keadaan gas ideal sebagai perolehan dari teori kinetik, ditambahkan

bahwa konstanta umum k B yang diperkenalkan sebelumnya hanya sebagai konstanta


proporsionals dalam persamaan S  k B ln  sama dengan konstanta Boltzmann

k  R N A . Karena k B adalah konstanta umum, dimana dalam kasus khusus ini sama
dengan R N A , itu harus sama R N A tanpa memperhatikan assembly amami. Pada
pembahasan selanjutnya, untuk kemudahan, dengan menghilangkan indeks B dan
menulis dengan mudah S  k ln  .
Pernyataan untuk sifat termodinamika dari suatu sistem yang mengikuti statistik klasik
dan sebuah sistem di mana tingkat energi ditentukan oleh parameter ekstensif X
diperoleh:

F   NkT ln Z  ln N  1 ...............(11-61)


  ln Z 
U  NkT 2   ......................(11-62)
  T X

 Nk ln Z  ln N  1 ..................(11-63)
U
S
T
dan

  ln Z 
Y  NkT   .........................(11-64)
 X T
Sistem partikel tak terbedakan menuruti statistik M-B dan di mana tingkat energi
ditentukan oleh parameter X, hubungan untuk U dan Y tidak berubah, tetapi hubungan
untuk F dan S adalah

F   NkT ln Z ..............................(11-65)
dan

U
S  Nk ln Z ............................. .(11-66)
T
Hubungan ini berbeda dari partikel tak terbedakan oleh sebuah istilah proporsional
N ln Z  N (Lihat soal 11-31).
 G 
   kT ln Z
 N T ,Y
............................ (11-67)

Sisi kanan persamaan ini adalah konstan ketika T dan Y konstan. Penggabungan saat
kontanta T dan Y menghasilkan

G   NkT ln Z ........................... (11-68)


Berubah-ubah fungsi g (T , Y ) yang harus ditambahkan ke sisi kanan pers. (11-68) yaitu
nol juga karena G  0 ketika N  0 . Persamaan ini muncul pada awalnya
bertentangan dengan pers. (11-65) sejak F  G . Namun, pers. (11-65) bermula dari
sebuah sistem di mana tingkat energi adalah fungsi dari parameter ekstensif X, sedangkan
Pers. (11-68) berlaku untuk sistem di mana tingkat energi tergantung pada parameter
intensif Y.
Entropi sekarang diperoleh dengan S  G T  X ,Y dan karenanya

  ln Z 
S  NkT    Nk ln Z .................. (11-69)
 T Y
Entalpi H sama G + TS, jadi

  ln Z 
H  NkT 2   ..........................(11-70)
 T Y
Dan persamaan (11-69) dapat ditulis

H
S  Nk ln Z ............................... (11-71)
T
Persamaan keadaan diperoleh
 G    ln Z 
X     NkT 2  
 T  N ,T   Y T
.............(11-72)

Jika parameter Y adalah intensitas sebuah medan konservatif dari gaya, energi partikelnya
hanya energi potensialnya (gravitasi, magnet, atau elektrik). Energi internal dari suatu
sistem adalah kemudian nol, dan total energi E adalah hanya energi potensialnya E p .

Jika X mewakili variabel ekstensif bergabung dengan variabel intensif Y , energi


potensial E p  YX . Kemudian sejak entalpi H didefinisikan sebaga H  U  YX dan

U  0 berarti

E  Ep  H
dan pers. (11-70) dan (11-71) dapat ditulis

  ln Z 
F  NkT 2  
  T Y
.............................(11-73)

dan

E
S  Nk ln Z ..................................(11-74)
T
Satu-satunya perbedaan adalah bahwa  j sekarang berfungsi pada kedua X 1 dan Y2 ,

dan fungsi partisi adalah fungsi dari T , X 1 dan Y2 . Sejak suatu sistem memiliki kedua

energi internal U dan energi potensial E p  Y2 X 2 total energi E adalah

E  U  E p  U  Y2 X 2
dan karena itu kita menggunakan fungsi umum Helmholtz F  , didefinisikan oleh
Persamaan. (7-34) sebagai

F   E  TS  U  TS  Y2 X 2
Potensial Kimia sekarang

 F  
   
 N T ', X1 ,T2
Jika suatu sistem mematuhi statistik klasik,

  kT ln Z  ln N 
Dan penggabungan pada konstanta T , X 1 , T2 ,

F    NkT ln Z  ln N  1 .................... (11-75)


Penempatan fungsi yang bergantung pada X 1 ,Y1 dan T sama dengan nol seperti
sebelumnya.
Variabel Y1 dan X2 bergabung dengan X1 dan Y2, adalah didapatkan dengan:

 F     ln Z 
Y1     NkT   .......... (11-76)

 1  N ,T ',Y2
X   X 1 T ',Y2

 F     ln Z 
X 2      NkT  

 1  N ,T ', X1
Y   Y2 T ', X1
.............. (11-77)

Sistem ini memiliki dua persamaan keadaan, menyatakan Y1 dan X2 dalam suku N , T , X 1

dan Y2 .

Entropi S adalah

 F     ln Z 
S     NkT    Nk ln Z  ln N  1 (11-78)
 T  N , X1 ,Y2   T  X 1 ,Y2

Energi total E sama dengan F   TS , jadi

  ln Z 
E  NkT 2   ................................ (11-79)
 T  X1 ,Y2
dan karenanya,

 Nk ln Z  ln N  1 ............................. (11-80)


E
S
T
Jika suatu sistem mematuhi statistik Maxwell-Boltzmann

  kT ln Z
Dan dengan alasan yang sama,

F    NkT ln Z ................................... (11-81)


Variabel Y1 dan X 2 ditunjukan oleh pers. (11-75) dan (11-76)
Entropi adalah,

  ln Z 
S  NkT    Nk ln Z .................... (11-82)
 T  X1 ,Y2
Total energi adalah

  ln Z 
E  NkT 2  
 T  X1 ,Y2
.......................... (11-83)

Jadi satu dapat dituliskan


E
S  Nk ln Z .................................. (11-84)
T
Dalam statistik lainnya, energi potensial E p  Y2 X 2 dan energi internal adalah U

adalah

U  E  E p  E  Y2 X 2 ....................... (11-85)

Anda mungkin juga menyukai