Anda di halaman 1dari 22

PERANAN KERAGAMAN BUDAYA INDONESIA DALAM

MERAWAT NKRI

Disusun :

Muhammad Rizky Julianto 181011450390

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA

UNIVERSITAS PAMULANG

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kesehatan
jasmani dan rohani, sehingga masih bisa tetap menjalankan aktifitas sehari-hari.
Tak lupa kami memanjatkan segala doa kepada junjungan Nabi besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita keperadaban dunia terang benderang
seperti sekarang sehingga kami dari Kelompok 4 dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Peranan Keragaman Budaya Indonesia Dalam Merawat
NKRI”.

Dalam penyelesaiannya kami tidak sendiri, selalu ada doa dan support dari
kedua orang tua yang sudah mengiringi langkah kaki kami selama menempuh
kegiatan menyelesaikan makalah ini.

Dari sanalah semua kunci kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa
memberikan sedikit ilmu pembelajaran dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi. Meskipun kami dari Kelompok 4 berharap tidak adanya kesalahan atau
kekurangan, namun semua itu pasti ada terjadi.

H a l a m a n | ii
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2

C. TUJUAN PENELITIAN........................................................................................2

D. MANFAAT.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

2.1 Keberagaman Suku Bangsa....................................................................................3

2.2 Keberagaman Bahasa.............................................................................................4

2.3 Keberagaman Agama.............................................................................................6

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi......................................................................8

2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya............................................10

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah.............................................................................12

2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya............................15

2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya.............................15

2.9 Peranan Keragaman Budaya Indonesia Dalam Merawat NKRI...........................15

BAB III PENUTUP .........................................................................................................17

3.1 Kesimpulan .........................................................................................................17

3.2 Saran ...................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................18

P a g e | iii
P a g e | iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki
keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki lebih dari
300 suku bangsa. Dimana setiap suku bangsa memiliki kebudayaan yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain. suku bangsa merupakan bagian dari suatu negara. Dalam
setiap suku bangsa terdapat kebudayaan yang berbeda-beda. selain itu masing-masing
suku bangsa juga memiliki norma sosial yang mengikat masyarakat di dalamnya agar
ta’at dan melakukan segala yang tertera di dalamnya. Setiap suku bangsa di indonesia
memiliki norma-norma sosial yang berbeda-beda.
Keragaman budaya bisa menjadi peluang kekuatan dalam membangun bangsa,
jika keragaman budaya itu dikelola dengan baik, namun bisa menjadi ancaman
perpecahan bangsa, bila tidak mampu mengelolanya. Peluang kekuatan itu bisa tercipta
ketika orang berkumpul bersama dalam keragaman tersebut, namun dapat menjadi
ancaman ketika orang sulit untuk bersosialisasi, lebih banyak menutup diri, tidak mau
membuka pikiran, lebih banyak mempertimbangkan sesuatu dari satu sisi, egois, dengan
terjadinya hal tersebut ia membiarkan keegoisan dan emosinya untuk menjalankan pola
pikirnya terhadap sesuatu.
Dengan didukung oleh sistem pemerintahan yang bercorak demokrasi,
keragaman budaya selalu dijaga dan dijamin “perkembangbiakkan-nya” di wilayah
NKRI. Peluang dan ancaman keragaman budaya pun turut menyertai kelestarian
keragaman budaya tersebut.
Sejarah membuktikan bahwa berbagai kebudayaan di Indonesia mampu hidup
secara berdampingan, saling mengisi, ataupun berjalan secara paralel. Dalam konteks
kekinian dapat kita temui bagaimana kebudayaan masyarakat urban dapat berjalan paralel
dengan kebudayaan rural atau pedesaan, bahkan dengan kebudayaan berburu meramu
yang hidup jauh terpencil. Hubungan-hubungan antar kebudayaan tersebut dapat berjalan
terjalin dalam bingkai “Bhinneka Tunggal Ika”, dimana bisa kita maknai bahwa konteks
keanekaragamannya bukan hanya mengacu kepada keanekaragaman kelompok suku
bangsa semata namun kepada konteks kebudayaan.

Halaman |1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu budaya dan keragaman budaya?
2. Bagaimana mengelola keragaman budaya?
3. Bagaimana cara menyikapi perbedaan budaya di masyarakat?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mendeskripsikan budaya dan keragaman budaya
2. Mendeskripsikan mengelola keragaman budaya
3. Mendeskripsikan cara menyikapi perbedaan budaya di masyarakat

D. MANFAAT
Makalah ini diharapakan bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan
memberikan gambaran betapa pentingnya menjaga keragaman budaya Indonesia
bagi NKRI, sehingga kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik harus
mampu menjaga dan memelihara keragaman budaya Indonesia sebagai kekuatan
persatuan dan kesatuan NKRI.

Halaman |2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keberagaman Suku Bangsa


Sejak zaman dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat
yang majemuk. Hal ini tercermin dari semboyan “Bhinneka tunggal Ika”
yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu. Kemajemukan yang ada terdiri
atas keragaman suku bangsa, budaya, agama, ras, dan bahasa. Adat istiadat,
kesenian, kekerabatan, bahasa, dan bentuk fisik yang dimiliki oleh suku-
suku bangsa yang ada di Indonesia memang berbeda, namun selain
perbedaan suku-suku itu juga memiliki persamaan antara lain hukum, hak
milik tanah, persekutuan, dan kehidupan sosialnya yang berasaskan
kekeluargaan.
Suku bangsa adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran
dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam
satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri
terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa
daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat. Suku – suku bangsa yang
tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku
bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan
para penjajah di Indonesia. perbedaan suku bangsa satu dengan suku bangsa
yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut ini :
a. Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut,
b. Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa,
Bahasa Madura,
c. Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara
kematian,
d. Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Tari Serimpi, Tari Cakalele,
dan Tari Saudati,
e. Kekerabatan, misalnya patrilineal dan matrilineal,
f. Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.

Halaman |3
Cara menyikapi keberagaman suku bangsa di Indonesia seperti berikut ini :
a. Menerima suku bangsa lain dalam pergaulan sehari – hari.
b. Menambah pengetahuan kita tentang suku – suku lain. Mempelajari
suku lain tidak harus datang ke daerah tempat tinggal mereka.
c. Tidak menjelek-jelekkan, menghina, dan merendahkan suku-suku
bangsa lain. Kita, manusia yang diciptakan Tuhan dengan harkat dan
martabat yang sama.

2.2 Keberagaman Bahasa


Secara historis, bahasa Indonesia merupakan salah satu dialek
temporal dari bahasa Melayu yang struktur maupun khazanahnya sebagian
besar masih sama atau mirip dengan dialek-dialek temporal terdahulu
seperti bahasa Melayu Klasik dan bahasa Melayu Kuno. Secara sosiologis,
bolehlah kita katakan bahwa bahasa Indonesia baru dianggap “lahir” atau
diterima keberadaannya pada tanggal 28 Oktober 1928. Secara yuridis, baru
tanggal 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia secara resmi diakui
keberadaannya. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan
sebagai penghantar pendidikan di perguruan-perguruan di Indonesia.
Indonesia dengan luas kawasan 1.904.556 km² dan menurut Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat yang dikeluarkan
tanggal 20 Julai 2007 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia
adalah sekitar 222 juta jiwa yang berasal dari berbagai etnis. Dengan
keragaman etnis dan suku, di Indonesia terdapat sekitar 706 bahasa daerah
yang digunakan sebagai bahasa daerah khususnya dalam berkomunikasi
tidak resmi dengan ahli keluarga maupun masyarakat.
Bahasa Indonesia adalah dialek baku dari bahasa Melayu yang
pokoknya dari bahasa Melayu Riau sebagaimana diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara (Bapak Pendidikan Indonesia) dalam Kongres Bahasa Indonesia
I tahun 1939 di Solo, Jawa Tengah, “jang dinamakan ‘Bahasa Indonesia’
jaitoe bahasa Melajoe jang soenggoehpoen pokoknja berasal dari ‘Melajoe

Halaman |4
Riaoe’, akan tetapi jang soedah ditambah, dioebah ataoe dikoerangi
menoeroet keperloean zaman dan alam baharoe, hingga bahasa itoe laloe
moedah dipakai oleh rakjat di seloeroeh Indonesia; pembaharoean bahasa
Melajoe hingga menjadi bahasa Indonesia itoe haroes dilakoekan oleh
kaoem ahli jang beralam baharoe, ialah alam kebangsaan Indonesia”, atau
sebagaimana diungkapkan dalam Kongres Bahasa Indonesia II 1954 di
Medan, Sumatera Utara, “…bahwa asal bahasa Indonesia ialah bahasa
Melaju. Dasar bahasa Indonesia ialah bahasa Melaju jang disesuaikan
dengan pertumbuhannja dalam masjarakat Indonesia”. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa dinamis yang hingga sekarang terus menghasilkan kata-
kata baru, baik melalui penciptaan, maupun penyerapan dari bahasa daerah
dan asing.
Menurut Bambang Kaswanti Purwo, laju kepunahan bahasa di
Indonesia sebagai negara kedua di dunia yang memiliki bahasa paling
banyak yaitu 706 bahasa setelah Papua Nugini yaitu 867 bahasa cukup
memprihatinkan. Dari jumlah tersebut, ada 109 bahasa (di luar Papua) yang
punya penutur kurang dari 100.000 orang, seperti Tondano di Sulawesi,
Tanimbar di Nusa Tenggara, Ogan di Sumatera Selatan, serta Buru di
Maluku.
“Malahan ada satu bahasa di Nusa Tenggara Timur, yakni Maku’a,
yang jumlah penuturnya tinggal 50 orang. Hampir separuh dari bahasa di
Indonesia tersebar di wilayah Papua dan sangat terancam kepunahannya
karena jumlah penutur terus berkurang.”
Sementara itu, berdasarkan data UNESCO, setiap tahun, ada 10
bahasa di dunia yang punah dan di era yang serba modern ini diperkirakan
laju kepunahan bahasa akan lebih cepat lagi. Satu abad lalu, tercatat ada
lebih dari 6.000 bahasa di dunia. Kini hanya tinggal 600 hingga 3.000
bahasa, hampir separuhnya memiliki penutur kurang dari 10.000 orang, dan
seperempatnya lagi kurang dari 1.000 orang. “Padahal, salah satu syarat
bagi upaya pelestarian bahasa adalah jika penuturnya mencapai 100.000
orang.”

Halaman |5
2.3 Keberagaman Agama
Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Sila
pertama Pancasila berbunyi “KeTuhanan Yang Maha Esa”. Pada tahun
2010, kira-kira 85,1% dari 240.271.522 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam, 9,2% Protestan, 3,5% Katolik, 1,8% Hindu, dan 0,4%
Buddha.
Berikut Adalah Enam (6) agama utama di Indonesia :

a. Islam

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di


dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran
Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat Indonesia
seperti di Jawa dan Sumatera. Pada abad ke-12, sebagian besar
pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti
Majapahit dan Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak
pengikutnya berpindah agama ke Islam. Dalam jumlah yang lebih
kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa
dan Sumatera.
b. Kristen Protestan

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial


Belanda (VOC), pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang
mereformasi Katolik dengan sukses berhasil meningkatkan jumlah
penganut paham Protestan di Indonesia. Agama ini berkembang
dengan sangat pesat pada abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan
para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di
wilayah barat Papua. Pada 1965, ketika terjadi perebutan kekuasaan,
orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak
ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh
sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami

Halaman |6
suatu pertumbuhan anggota. Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang
mayoritas penduduknya adalah Protestan, yaitu Papua, Ambon,dan
Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari jumlah penduduk.
c. Hindu

Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad 1 M,


bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang
kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti
Kutai, Mataram dan Majapahit. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16
M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal
sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.
d. Buddha

Buddha tiba di Indonesia pada abad 6 M. Sejarah Buddha di Indonesia


berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha
telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra,
Sriwijaya dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai
dengan aktivitas perdagangan yang mulai pada awal abad pertama
melalui Jalur Sutra antara India dan Indonesia. Sejumlah warisan
dapat ditemukan di Indonesia, mencakup candi Borobudur di
Magelang dan patung atau prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha yang
lebih awal.
e. Katolik

Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18 Kristen Katolik tiba di
Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti
bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Agama Katolik
mulai berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith menetap di
Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman Katolik kepada rakyat
setempat.

Halaman |7
f. Khonghucu

Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para
pedagang Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga
Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan
agama yang lain, Konghucu lebih menitik beratkan pada kepercayaan
dan praktik yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya,
bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau
jalan hidup atau pergerakan sosial.

2.4 Keberagaman Kesenian Dan Tradisi


Tuhan telah menciptakan berbagai jenis makhluk hidup berupa
tumbuhan, manusia, dan hewan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan
telah diberi karunia akal untuk berfikir, berkreasi, dan sebagainya. Dengan
akal manusia dapat mengembangkan berbagai kemampuan untuk
menciptakan karya yang bernilai tinggi. Salah satu karya manusia adalah
seni. Tahukah anda apa yang dimaksud dengan seni?
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, seni adalah kemampuan akal
untuk menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi. Dengan demikian seni
adalah suatu hasil karya manusia yang mempunyai keindahan dan dapat
dinikmati serta dirasakan oleh manusia.
Berikut ini merupakan contoh kesenian yang ada di Indonesia :
1. Banten : Debus
2. DKI Jakarta : Ondel-ondel, Lenong
3. Jawa Barat : Wayang Golek, Rudat, Banjet, Tarling, Degung
4. Jawa Tengah : Wayang Kulit, Kuda Lumping, Wayang Orang,
Ketoprak,
5. Jawa Timur : Ludruk, Reog, Wayang Kulit
6. Bali : Wayang Kulit, Janger
7. Riau : Makyong
8. Kalimantan : Mamanda
Selain hasil kesenian yang sudah disebutkan di atas, suku – suku
bangsa di Indonesia juga mempunyai hasil karya seni dalam bentuk benda.

Halaman |8
Karya seni yang dihasilkan oleh seniman-seniman dari berbagai suku
bangsa yang ada di Indonesia, antara lain seni lukis, seni pahat, seni ukir,
patung, batik, anyaman, dan lain-lain. Benda-benda karya seni yang
terkenal, antara lain ukiran Bali dan Jepara, Patung Asmat dan patung-
patung Bali, anyaman dari suku-suku Dayak di Kalimantan, dan lain-lain.
Hasil kerajinan seni ini menjadi barang-barang cindera mata yang sangat
digemari turis mancanegara.
Tradisi dalam bahasa latin traditio yang berarti “diteruskan“ atau
kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang
telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu
kelompok masyarakat. Sedangkan pengertian keberagaman tradisi adalah
Keanekaragaman kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi
bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Berikut ini merupakan
contoh tradisi di Indonesia :
1. Tradisi ‘Siraman’ di Jawa
Upacara adat jawa bagi para calon pengantin untuk membersihkan diri
dan hati sehingga semakin mantap dalam melangsungkan pernikahan
esok harinya.
2. Tradisi ‘Balimau’ di Sumatra Barat
Tradisi untuk menyambut bulan suci rahmadan, balimau memiliki
makna mandi disertai keramas yang melambangkan pembersihan diri
sebelum berpuasa.
3. Tradisi ‘Pasola Sumba’ di Sumba
Upacara adat yang dilakukan untuk memohon restu kepada dewa agar
panen di tahun tersebut berhasil dengan baik.
4. Tradisi ‘Rambu Solo’ di Toraja
Upacara kematian sebagai tanda penghormatan terakir kepada
mendiang yang telah meninggal.

2.5 Masalah Yang Muncul Akibat Kebergaman Budaya


Keberagaman budaya itu merupakan tantangan sekaligus peluang bagi
masyarakat Indonesia. Merupakan tantangan karena apabila tidak dikelola
dan ditangani dengan baik maka keberagaman budaya akan dapat

Halaman |9
mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan sosial. Sebagai peluang,
keragaman budaya itu bila dibina dan diarahkan secara tepat, maka akan
menjadi suatu kekuatan atau potensi dalam melaksanakan pembangunan
bangsa dan Negara Indonesia. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan
masalah-masalah yang muncul sebagai akibat dari keberagaman budaya.
Sebagaimana telah dijelaskan di depan bahwa keragaman suku bangsa
yang dimiliki Indonesia adalah letak kekuatan bangsa Indonesia itu sendiri.
Selain itu, keadaan ini menjadikan Indonesia memiliki nilai tambah di mata
dunia. Namun, di sisi lain realitas keanekaragaman Indonesia berpotensi
besar menimbulkan konflik sosial berbau sara (suku, agama, ras, dan adat).
Oleh karena itu, kemampuan untuk mengelola keragaman suku bangsa
diperlukan guna mencegah terjadinya perpecahan yang mengganggu
kesatuan bangsa. Konflik-konflik yang terjadi di Indonesia umumnya
muncul sebagai akibat keanekaragaman etnis, agama, ras, dan adat, seperti
konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah,
Papua, dan lain-lain.
Di Kalimantan Barat adanya kesenjangan perlakuan aparat birokrasi
dan hukum terhadap suku asli Dayak dan suku Madura menimbulkan
kekecewaan yang mendalam. Akhirnya, perasaan ini meledak dalam bentuk
konflik horizontal. Masyarakat Dayak yang termarginalisasi semakin
terpinggirkan oleh kebijakan-kebijakan yang diskriminatif. Sementara
penegakan hukum terhadap salah satu kelompok tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Sedangkan di Poso, Sulawesi Tengah konflik bernuansa sara
mula-mula terjadi pada tanggal 24 Desember 1998 yang dipicu oleh seorang
pemuda Kristen yang mabuk melukai seorang pemuda Islam di dalam
Masjid Sayo. Kemudian pada pertengahan April 2000, terjadi lagi konflik
yang dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen yang mabuk dengan
pemuda Islam di terminal bus Kota Poso. Perkelahian ini
menyebabkanterbakarnya permukiman orang Pamona di Kelurahan
Lambogia. Selanjutnya, permukiman Kristen melakukan tindakan balasan.

H a l a m a n | 10
Dari dua kasus tersebut terlihat betapa perbedaan mampu memicu
munculnya konflik sosial. Perbedaan-perbedaan yang disikapi dengan
antisipasi justru akan menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan banyak
orang. Oleh karena itu, bagaimana kita bersikap dalam keanekaragaman
benar-benar perlu diperhatikan.
Untuk lebih jelasnya kita akan menganalisis konflik etnis antara
Dayak dan Madura sebagai akibat keanekaragaman dan kekeliruan dalam
menyikapi keanekaragaman tersebut melalui bilik info di berikut ini.
Kita harus menyadari bahwa kehidupan masyarkat Indonesia sangat
majemuk dalam suku bangsa dan budaya. Keberagaman suku bangsa dan
budaya itu akan berdampak negatif, berupa timbulnya pertentangan antar
budaya, jika tidak benar-benar ditangani secara tepat. Kehidupan bangsa
Indonesia yang beragam suku bangsa dan budaya, kadang-kadang diwarnai
oleh konflik antar budaya. Hal itu terbukti dari timbulnya berbagai
kerusakan sosial, seperti yang terjadi di Jakarta, Bandung, Tasikmalaya,
Situbondo, Ambon, Poso, Sambas, Aceh, Papua (Irian Jaya), dan daerah-
daerah lainnya.
Peristiwa Tasikmalaya merupakan contoh konflik yang disebabkan
oleh kecemburuan Poso merupakan contoh konflik yang disebabkan oleh
perbedaan agama antar umat Islam dengan umat Kristen. Peristiwa Sambas
merupakan contoh konflik dan yang disebabkan oleh perbedaan etnis / suku
bangsa anara suku Dayak (penduduk asli) dengan suku Madura (penduduk
pendatang). Peristiwa Aceh dan Papua (Irian Jaya) merupakan contoh
konflik sosial yang disebabkan perbedaan kepentingan politik antara
pemerintah Pusat dengan masyarakat daerah setempat.
Kerusakan sosial yang terjadi di ibukota Jakarta tentara suku bangsa
Betawi (penduduk asli) dengan suku bangsa Madura (penduduk pendatang)
merupakan akibat dari sentiment ke daerahan. Perubahan nilai-nilai budaya
akibat pengaruh globalisasi ternyata telah memicu timbulnya konflik sosial
budaya dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Jakarta sebagai ibu kota
Negara seringkali diwarnai oleh peristiwa kerusuhan sosial, seperti peristiwa

H a l a m a n | 11
Tanjung Priuk dan prasasti. Konflik sosial tersebut telah menimbulkan
korban jiwa dan harta yang cukup banyak. Warga masyarakat yang tidak
berdosa banyak yang menjadi korban amuk massa. Konflik sosial akibat
keberagaman budaya mempunyai dampak negatif yang amat luas dan
kompleks.
Pada era reformasi sekarang ini, dampak negatif akibat keberagaman
sosial budaya, antara lain sebagai berikut :
a. Menimbulkan krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan dan
sulit diatasi , menyebabkan naiknya harga barang-barang kebutuhan
pokok serta rendahnya daya beli masyarakat;
b. Menimbulkan konflik antar elite dan golongan politik, sehingga
menghambat jalannya roda pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan;
c. Menimbulkan konflik ssantar suku bangsa, antar golongan, atau antar
kelas sosial, sehingga menyebabkan timbulnya perilaku anarkisme,
terorisme, sekularisme, primordialisme, separalisme, dan sebagainya;
d. Menimbulkan perubahan sosial dan budaya yang terlalu cepat,
sehingga terjadi perubahan nilai dan norma sosial, perubahan pranata
dan lembaga sosial, perubahan pandangn hidup, perubahan sistem dan
struktur pemerintahan, dan sebagainya.

2.6 Alternatif Pemecahan Masalah


Kita tahu bahwa keberagaman budaya dapat menimbulkan konflik dan
kerusuhan sosial. Sebenarnya, telah banyak upaya yang dilakukan oleh
pemerintah kita dalam mengatasi masalah sosial akibat keberagaman
budaya. Ahli-ahli ilmu sosial juga telah memberikan teori-teori pemecahan
masalah akibat konflik sosial budaya. Namun pengaruh pemecahan masalah
tersebut, tidak langsung dirasakan hasilnya oleh masyarakat. Sungguh
cerdas pujangga Mpu Tantular. Sesaat setelah melihat keanekaragaman
masyarakat yang ada di dalam masyarakat Kerajaan Majapahit, ia membuat
sebuah rumus sosial yang bisa mempersatukan seluruh perbedaan yang ada
di masyarakat. Bahkan, rumus yang ia kemukakan itu bisa dijadikan acuan

H a l a m a n | 12
dalam menghadapi permasalahan yang muncul sebagai akibat
keanekaragaman.
Ia kemudian kita ketahui menulis sebuah kitab Sutasoma, yang di
dalamnya tertulis Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa. Kamu
tentu mengetahui apa arti dari kalimat ini. Tetapi pelajaran yang terpenting
dari potongan sejarah ini adalah bahwa keanekaragaman bukanlah
merupakan penghambat bagi tercapainya persatuan, kesatuan, dan
kerukunan masyarakat. Fakta sejarah memang membuktikan bahwa
kehidupan agama di Kerajaan Majapahit berjalan dengan sangat harmonis
antara agama Hindu Siwa, Buddha, dan lainnya, bahkan hingga masuknya
pengaruh agama Islam. Sebagai bukti adalah adanya kebijakan dari raja
Majapahit saat membebaskan raja-raja bawahan di pesisir pantai utara Jawa
untuk menganut agama Islam.
Itu terjadi pada abad-abad yang silam. Bagaimana cara mengatasi
permasalahan yang muncul sebagai akibat dari keanekaragaman dan
perubahan kebudayaan yang ada di masyarakat? Setidaknya ada dua potensi
yang bisa dijadikan dasar pijakan untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang terjadi di masyarakat yang multikultural seperti
Indonesia.
a. Menggunakan Kearifan Lokal
Ada sisi positif dan negatif dari kehadiran ratusan suku bangsa di
Indonesia. Selain bisa memperkaya khazanah kebudayaan nasional,
juga menjadi pemicu munculnya disintegrasi sosial. Sering kita dengar
terjadinya perang antarsuku atau konflik sosial antaretnis di Indonesia.
Ada banyak alasan yang mendasarinya. Tetapi, yang menarik adalah
ternyata banyak suku bangsa yang mempunyai mekanisme atau cara
di dalam menyelesaikan permasalahan itu. Kisah tentang kehidupan
masyarakat di Lembah Baliem, bisa jadi merupakan contoh kearifan
lokal yang dapat kita jadikan referensi dalam upaya mencarikan solusi
atas permasalahan antaretnis atau antarsuku bangsa di Indonesia.
b. Menggunakan Kearifan Nasional
Pada saat kita dihadapkan pada beragam konflik dan sengketa yang
terjadi di antara etnis atau suku bangsa yang ada di Indonesia, belajar

H a l a m a n | 13
dari sejarah adalah cara yang paling tepat. Pada masa penjajahan
Belanda kita merasakan betapa sulit merangkai nilai persatuan untuk
sama-sama menghadapi bangsa penjajah. Hingga ketika kita mulai
menyadarinya di tahun 1928. Saat itu kita mengakui Indonesia sebagai
identitas bersama, yang mampu mengatasi sejumlah perbedaan
kebudayaan di antara suku bangsa yang ada. Nasionalisme Indonesia
pun terbentuk dalam wujud pengakuan bahasa, tanah air, dan
kebangsaan. Dampaknya adalah perjuangan menghadapi kolonialisme
Belanda semakin menampakkan hasilnya.

c. Puncak dari pencarian identitas itu ditemukan pada saat Pancasila


disepakati sebagai dasar negara dan petunjuk atau arah kehidupan
bangsa. Kompleksitas keragaman masyarakat dan budaya di Indonesia
pun bisa diakomodasi bersama. Dasar negara inilah yang digunakan
oleh para founding fathers kita pada saat mendirikan sebuah Negara
nasional baru. Disebut negara nasional karena negara Indonesia terdiri
atas ratusan suku bangsa yang bisa hidup berdampingan dalam ikatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.7 Peran Masyarakat Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a. Melestarikan kebudayaan daerah
b. Mewariskan kebudayaan daerah
c. Tidak melupakan atau meninggalkan kebudayan daerah

2.8 Peran Pemerintah Dalam Menjaga Keselarasan Antar Budaya


a. Memelihara Kebudayaan Nasional
b. Menghidupkan Budaya Nasional
c. Memoerkaya Budaya Nasional
d. Membina Ketahanan Kebudayaan Nasional
e. Menyebarluaskan Dan Memenfaatkan Kebudayaan Nasional

H a l a m a n | 14
2.9 Peranan Keragaman Budaya Indonesia Dalam Merawat NKRI

Indonesia merupakan negara dengan berbagai suku bangsa yang telah


eksis dengan kebudayaannya. Keragaman perilaku budaya dan etnik yang
beragam menjadikan budaya nasional Indonesia yang unik menjadi menarik untuk
dipelajari. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki keanekaragaman
budaya yang menjadi identitas, sehingga diperlukan pemahaman wawasan
Nusantara sebagai nilai dasar ketahanan nasional serta sebagai pemersatu
keragaman budaya bangsa.

"Budaya Indonesia dapat menjadi pemersatu apabila kita memiliki rasa bangga
terhadap budaya yang kita miliki,"

berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks,
salah satunya karena lemahnya pemahaman akan pentingnya makna Pancasila
sebagai ideologi bangsa, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus
bangsa .

"Hal ini dibuktikan dari berbagai permasalahan yang timbul yang dianggap
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Sehingga dikhawatirkan akan
terjadi kemerosotan sikap moral bangsa Indonesia,"

Pancasila merupakan suatu asas yang menjadi dasar dan landasan Bangsa
Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang adil dan makmur.

"Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai


religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Dengan kata lain unsur-unsur yang merupakan materi/bahan
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri,"

sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun


1945 Pasal 32 Ayat (1) tentang Negara Memajukan Kebudayaan Nasional

H a l a m a n | 15
Indonesia di Tengah Peradaban Dunia Dengan Menjamin Kebebasan Masyarakat
Dalam Memelihara dan Mengembangkan Nilai-Nilai Budayanya.

Upaya pengembangan dan pelestarian budaya daerah dapat dilakukan dengan


bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan khususnya bidang kebudayaan,
keraton dan lembaga adat yang berada di daerahnya.Melihat permasalahan-
permasalahan yang ada saat ini, tokoh adat, raja, sultan, keraton, budayawan, dan
ormas bidang kebudayaan harus dapat bermitra dengan pemerintah daerah untuk
menempatkan budaya sebagai ujung tombak dalam menjaga persatuan dan
kesatuan untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Organisasi kemasyarakatan, keraton dan lembaga adat mempunyai potensi besar


untuk berperan serta dalam pengembangan dan pelestarian nilai sosial budaya.
Dikarenakan memiliki aktivitas yang mengakar di masyarakat luas. Sehingga
secara otomatis dapat merasakan getaran-getaran riil yang terjadi di masyarakat
utamanya dalam memajukan kebudayaan, melestarikan tradisi, dan
mengembangkan adat budaya masyarakat,"

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keanekaragaman budaya jangan dijadikan sebagai perbedaan, tetapi
hendaknya dijadikan sebagai kekayaan bangsa Indonesia. Kita selaku bangsa
Indonesia mempunyai kewajiban untuk selalu melestarikan kebudayaan yang
beraneka ragam tersebut. Di samping itu, dengan mendalami kebudayaan yang
beraneka ragam tersebut, wawasan kita akan bertambah sehingga kita tidak akan
menjadi bangsa yang kerdil. Kita dapat menjadi bangsa yang mau dan mampu

H a l a m a n | 16
menghargai kekayaan yang kita miliki, yang berupa keanekaragaman kebudayaan
tersebut.

3.2 Saran
Sikap saling menghormati budaya perlu dikembangkan agar kebudayaan
kita yang terkenal tinggi nilainya itu tetap lestari, tidak terkena arus yang datang
dari luar. Melestarikan kebudayaan nasional harus didasari dengan rasa kesadaran
yang tingi tanpa adanya paksaan dari siapapun. Dalam rangka pembinaan
kebudayaan nasional, kebudayaan daerah perlu juga kita kembangkan, karena
kebudayaan daerah mempunyai kedudukan yang sangat penting.Untuk menyikapi
keberagaman yang ada kita harus saling menghormati antara satu denan yang lain
agar tercipta kedamaian, tidak ada perpecahan di antara kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia

http://aprilia180490.wordpress.com/2010/05/29/keanekaragaman-suku-bangsa-di-
indonesia/

http://robiartea.blogspot.com/2012/07/makalah-pkn-keanekaragaman-suku-
bangsa.html

H a l a m a n | 17
http://tugino230171.wordpress.com/2011/10/29/keragaman-suku-bangsa-di-
indonesia/

http://bahasa.kompasiana.com/2012/09/03/bahasa-indonesia-dan-keberagaman-
bahasa/

http://ganiasmoro.blogspot.com/2011/10/fakta-keragaman-bahasa-indonesia.html

http://www.jpnn.com/read/2012/08/31/138263/Keragaman-Bahasa-Bisa-Picu-
Disintegritas-

http://apachemask.wordpress.com/2010/12/16/keberagaman-dan-perkembangan-
seni-di-indonesia/

http://coreei7.blogspot.com/2012/08/bab-v-keberagaman-budaya-di-
indonesia.html

H a l a m a n | 18

Anda mungkin juga menyukai