Anda di halaman 1dari 15

AKHLAK DALAM KELUARGA

Dosen Pengajar :

Ahmad Nur Mahfuda, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Rif’atun Nikmah ( 1810411127 )

Ahmad Wasil ( 1810411129 )

Muh. Khomaidi Zulfi ( 1810411263 )

Kelas :

Manajemen D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW atas berkat limpahan dan rahmat-Nya, kami sebagai penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Al-Islam 2.

Semoga makalah ini, dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan sekaligus
menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Jember. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing kami meminta masukannya demi
memperbaiki pembuatan makalah kami dimasa yang akan datang dan kami harap kritik dan
saran dari pembaca.

Jember, 14 Mei 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................................... 1

1.3 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Urgensi keluarga dalam hidup manusia ................................................................... 3

2.2 Akhlak suami istri .................................................................................................... 4

2.3 Akhlak orangtua terhadap anak ............................................................................... 4

2.4 Akhlak anak terhadap orangtua ................................................................................ 6

2.5 Membangun Keluarga Sakinah ................................................................................ 8

2.6 Larangan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ........................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Hidup berkeluarga, menurut islam, harus diawali dengan pernikahan. Pernikahan itu
sendiri merupakan upacara suci yang harus di lakukan oleh kedua calon pengantin, harus ada
penyerahan dari pihak wali pengantin putri (Ijab), harus ada penerimaan dari pihak pengantin
putra (Qabul) dan harus disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.

Sebelum membentuk keluarga melalui upacara pernikahan, calon suami istri


hendaknya memahami hukum berkeluarga. Dengan mengetahui dan memahami hukum
berkeluarga, pasangan suami istri akan mampu menempatkan dirinya pada hukum yang
benar. Apakah dirinya sudah diwajibkan oleh agama untuk menikah. Sehingga perhatian
terhadap kemuliaan akhlak ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang
istri. Karena terkadang ada orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis
kepada orang lain di luar rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dalam rumah
tangganya, maka dari itu akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera
rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan, Sehingga perhatian terhadap kemuliaan akhlak
ini menjadi satu keharusan bagi seorang suami maupun seorang istri. Karena terkadang ada
orang yg bisa bersopan santun berwajah cerah dan bertutur manis kepada orang lain di luar
rumah namun hal yg sama sulit ia lakukan di dlm rumah tangganya,Menyinggung akhlak
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarga maka hal ini tdk hanya berlaku
kepada para suami sehingga para istri merasa suami sajalah yg tertuntut utk berakhlak mulia
kepada istrinya,Karena akhlak mulia ini harus ada pada suami dan istri sehingga bahtera
rumah tangga dapat berlayar di atas kebaikan. Memang suamilah yg paling utama harus
menunjukkan budi pekerti yg baik dlm rumah tangga karena dia sebagai sebagai pimpinan.
Kemudian ia di haruskan utk mendidik anak istri di atas kebaikan sebagai upaya menjaga
mereka dari api neraka

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah keluarga itu ?
2. Bagaimana akhlak suami istri?
3. Bagaiamana akhlak orangtua terhadap anak?
4. Bagaimana akhlak anak terhadap orangtua?
5. Bagaimana cara membangun Keluarga Sakinah?

1
6. Apa saja larangan kekerasan Dalam Rumah Tangga ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi keluarga.
2. Untuk mengetahui Bagaimana akhlak suami istri.
3. Untuk mengetahui bagaiamana akhlak orangtua terhadap anak.
4. Untuk mengetahui Bagaimana akhlak anak terhadap orangtua.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara membangun keluarga sakinah.
6. Untuk mengetahui apa saja larangan kekerasan dalam keluarga.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Urgensi Keluarga dalam Kehidupan Manusia

Secara sosiologis keluarga merupakan golongan masyarakat terkecil yang terdiri atas
suami-isteri-anak. Pengertian demikian mengandung dimensi hubungan darah dan juga
hubungan sosial. Dalam hubungan darah keluarga bisa dibedakan menjadi keluarga besar dan
keluarga inti, sedangkan dalam dimensi sosial, keluarga merupakan suatu kesatuan sosial
yang diikat oleh saling berhubungan atau interaksi dan saling mempengaruhi, sekalipun
antara satu dengan lainnya tidak terdapat hubungan darah.
Pengertian keluarga dapat ditinjau dari perspektif psikologis dan sosiologis. Secara
Psikologis, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal
bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi
saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan
pengertian secara sosiologis, keluarga adalah satu persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih
sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan pernikahan, dengan
maksud untuk saling menyempurnakan diri, saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Dalam suatu keluarga keutuhan sangat diharapkan oleh seorang anak, saling
membutuhkan, saling membantu dan lain-lain, dapat mengembangkan potensi diri dan
kepercayaan pada diri anak. Dengan demikian diharapkan upaya orang tua untuk
membantu anak menginternalisasi nilai-nilai moral dapat terwujud dengan baik.
Keluarga yang seimbang adalah keluarga yang ditandai oleh adanya keharmonisan
hubungan atau relasi antara ayah dan ibu serta anak-anak dengan saling menghormati dan
saling memberi tanpa harus diminta. Pada saat ini orang tua berprilaku proaktif dan sebagai
pengawas tertinggi yang lebih menekankan pada tugas dan saling menyadari perasaan satu
sama lainnya. Sikap orang tua lebih banyak pada upaya memberi dukungan,
perhatian, dan garis-garis pedoman sebagai rujukan setiap kegiatan anak dengan diiringi
contoh teladan, secara praktis anak harus mendapatkan bimbingan, asuhan, arahan
serta pendidikan dari orang tuanya, sehingga dapat mengantarkan seorang anak menjadi
berkepribadian yang sejati sesuai dengan ajaran agama yang diberikan kepadanya.
Lingkungan keluarga sangat menentukan berhasil tidaknya proses pendidikan, sebab
di sinilah anak pertama kali menerima sejumlah nilai pendidikan.
Tanggung jawab dan kepercayaan yang diberikan oleh orang tua dirasakan oleh anak dan
akan menjadi dasar peniruan dan identifikasi diri untuk berperilaku. Nilai moral yang

3
ditanamkan sebagai landasan utama bagi anak pertama kali diterimanya dari orang tua, dan
juga tidak kalah pentingnya komunikasi dialogis sangat diperlukan oleh anak untuk
memahami berbagai persoalan-persoalan yang tentunya dalam tingkatan rasional, yang dapat
melahirkan kesadaran diri untuk senantiasa berprilaku taat terhadap nilai moral dan agama
yang sudah digariskan.

2.2 Akhlak Suami Istri

Adapun beberapa kewajiban seorang suami kepada seorang istri :


a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur
yang lihat hanya pasangan).
b. Menempatkan kepribadian sebagai seorang suami atau isteri (isteri berpakaian
untuk suami dan begitu juga sebaliknya)
c. Jangan menabur benih keraguan/kecurigaan
d. Merasakan tanggung jawab bersama baik suami maupun isteri (saling
mengingatkan dan jangan selalu menuntut)
e. Selalu bermusyawarah (berdialog), lakukan komunikasi dengan baik,
instospeksi masing-masing
f. Menyiapkan diri untuk melakukan peranan sebagai suami atau isteri
g. Nampakkan cinta dan kebanggaan dengan pasangannya/jangan kikir memberi
pujian
h. Adanya keseimbangan ekonomi dalam mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan
i. Jangan melupakan dengan keluarga besar masing-masing (ortu)
j. Menjaga hubungan dengan pihak lain.
 Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Islam :
- Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan
warahmah. (Ar-Rum: 21).
- Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing
pasangannya. (An-Nisa’: 19 - Al-Hujuraat: 10)
- Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’:
19)
- Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan.
2.3 Akhlak Orangtua Terhadap Anak
Dalam ajaran Islam diatur bagaimana hubungan antara anak-anaknya serta hak dan
kewajiban masing-masing. Orang tua harus mengikat hubungan yang harmonis dan penuh
kasih sayang dengan anak-anaknya. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu

4
membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti
Rasulullah SAW. Poin yang terpenting adalah teladan dari orang tuanya.
Nabi Muhammad SAW diutus ke dunia ini tidak lain adalah untuk menyempurnakan
akhlak yang mulia. Akhlak sangat berkaitan dengan adab. Untuk itulah beliau mengajarkan
kita adab sejak bangun tidur hingga tidur. Semua ada tuntunannya. Termasuk adab anak
kepada orang tuanya, murid kepada gurunya, pendidik kepada peserta didik.
Para pakar pendidikan sering mengatakan bahwa ketika orang tua mengajarkan adab
kepada anaknya, walaupun sebelumnya ia juga belum melakukan adab itu, dengan belajar
adab tersebut bersama anaknya, maka hal itu bisa berubah menjadi kebiasaan dalam beradab.
Hal ini akan berujung pada terbentuknya karakter yang bagus.
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak berprestasi
bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah mencetak generasi yang seperti itu.
Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu membuat anaknya menjadi generasi
rabbani, yang memiliki akhlak dan adab seperti Rasulullah SAW.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa :9:

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)-nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”. (QS. An-Nisa’:9)
Ayat di atas mengisyaratkan kepada orang tua agar tidak meninggalkan anak dalam
keadaan lemah. Lemah dalam hal ini adalah lemah dalam segala aspek kehidupan, seperti
lemah mental, psikis, pendidikan, ekonomi terutama lemah iman (spiritual). Anak yang
lemah iman akan menjadi generasi tanpa kepribadian. Jadi, semua orang tua harus
memperhatikan semua aspek perkembangan anak, baik dari segi perhatian, kasih sayang,
pendidikan mental, maupun masalah akidah atau keimananya.
Oleh karena itu, para orang tua hendaklah bertakwa kepada Allah, berlaku lemah
lembut kepada anak, karena sangat membantu dalam menanamkan kecerdasan spiritual pada
anak. Keadaan anak ditentukan oleh cara-cara orang tua mendidik dan membesarkannya.
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya
mendidik anak, antara lain :
1. Orang tua sebagai panutan
2. Orang tua sebagai motivator anak
3. Orang tua sebagai cermin utama anak
4. Orang tua sebagai fasilitator anak

5
2.4 Akhlak Anak Terhadap Orangtua
a. Kewajiban kepada ibu

Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak
pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan
menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq
(masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka
setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan
mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu
dengan ayah, mulai mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah
terhadap putranya, maka secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat
tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan
oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya
tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu. Barangkali karena
demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak
dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam
cara memuliakan orang tua.

b. Berbuat baik kepada ibu dan bapak

Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya,
dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang
tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan
yang tidak semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas,
mengimbangi ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya
sehingga orang tua itu meridhainya. Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman : 14

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman:14)

Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya kepada
anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya adalah disebakan
perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan penganiayaan orang tua kepada
anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si orang tua marah kepada anaknya dan

6
berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si
anak tersebut lantaran orang tua.

c. Berkata halus dan mulia kepada ibu dan ayah

Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat terhadap sikap si
anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering menggunakan kata-kata halus
kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus. Kalau si ibu atau ayah sering
mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun akan mempergunakan kata-kata kasar,
sesuai yang digunakan oleh ibu dan ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang
lebih mudah ditiru adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya.
Agar anak berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi
contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan berbicara.
Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus berbicara sopan, lemah-
lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.

d. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia

Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada.
Dalam hal ini menurut tuntunan ajaran Islam sebagaimana Sabda Nabi Muhammad SAW,
yang diriwayatkan oleh Abu Usaid yang artinya:

:”Kami pernah berada pada suatu majelis bersama Nabi, seorang bertanya kepada
Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah ada sisa kebajikan setelah keduanya meninggal
dunia yang aku untuk berbuat sesuatu kebaikan kepada kedua orang tuaku. “Rasulullah SAW
bersabda: ”Ya, ada empat hal :”mendoakan dan memintakan ampun untuk keduanya,
menempati / melaksanakan janji keduanya, memuliakan teman-teman kedua orang tua,
dan bersilaturrahim yang engkau tiada mendapatkan kasih sayang kecuali karena kedua
orang tua”.

Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau
itu sudah tiada yaitu:

1. Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada Alloh SWT dari
segala dosa orang tua kita.

2. Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya

7
beliau akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya, maka kewajiban anaknya
menunaikan haji orang tua tersebut.

3. Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai
teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat.
Maka untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di
atas, kita harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.

4. Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua.
Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal
itu termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.

2.5 Membangun Keluarga Sakinah

Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman,


ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi
rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam
kehidupan keluarga.

Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang
terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama
dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira,
mempunyai objektif hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan
mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri.

Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal
yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia
sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara Barat.

Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang
abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat
beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :

a. Rumah tangga didirikan berlandaskan Al-Quran dan sunnah


b. Rumah tangga berasaskan kasih sayang (Mawaddah Warahmah)
c. Mengetahui peraturan berumah tangga
d. Menghormati dan mengasihi kedua ibu bapak
e. Menjaga hubungan dengan saudara maupun kerabat

8
Untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah perlu melalui proses
yang panjang dan pengorbanan yang besar, di antaranya:

1. Pilih pasangan yang shaleh atau shalehah yang taat menjalankan perintah Allah dan
sunnah Rasulullah SWT.
2. Pilihlah pasangan dengan mengutamakan keimanan dan ketaqwaannya dari pada
kecantikannya, kekayaannya, kedudukannya.
3. Pilihlah pasangan keturunan keluarga yang terjaga kehormatan dan nasabnya.
4. Niatkan saat menikah untuk beribadah kepada Allah SWT dan untuk menghidari
hubungan yang dilaran Allah SWT
5. Suami berusaha menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami dengan dorongan
iman, cinta, dan ibadah. Seperti memberi nafkah, memberi keamanan, memberikan
didikan islami pada anak istrinya, memberikan sandang pangan, papan yang halal,
menjadi pemimpin keluarga yang mampu mengajak anggota keluaganya menuju
ridha Allah dan surga -Nya serta dapat menyelamatkan anggota keluarganya dario
siksa api neraka.
6. Istri berusaha menjalankan kewajibann ya sebagai istri dengan dorongan ibadah dan
berharap ridha Allah semata. Seperti melayani suami, mendidik putra-putrinya tentan
agama islam dan ilmu pengetahuan, mendidik mereka dengan akhlak yang mulia,
menjaga kehormatan keluarga, memelihara harta suaminya, dan membahagiakan
suaminya.
7. Suami istri saling mengenali kekurangan dan kelebihan pasangannya, saling
menghargai, merasa saling membutuhkan dan melengkapi, menghormati, mencintai,
saling mempercai kesetiaan masing-masing, saling keterbukaan dengan merajut
komunikasi yang intens.

8. Berkomitmen menempuh perjalanan rumah tangga untuk selalu bersama dalam


mengarungi badai dan gelombang kehidupan.
9. Suami mengajak anak dan istrinya untuk shalat berjamaah atau ibadah bersama-
sama, seperti suami mengajak anak istrinya bersedekah pada fakir miskin, dengan
tujuan suami mendidik anaknya agar gemar bersedekah, mendidik istrinya agar lebih
banyak bersukur kepada Allah SWT, berzikir bersama-sama, mengajak anak istri
membaca al-qur’an, berziarah qubur, menuntut ilmu bersama, bertamasya untuk
melihat keagungan ciptaan Allah SWT. Dan lain-lain.
10. Suami istri selalu meomoh kepada Allah agar diberikan keluarga yang sakinah
mawaddah wa rohmah.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk
melakukan perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-
anaknya saling meminta maaf pada anggota keluarga itu pada setiap hari kamis
malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing keluarga menjadi harmonis,
terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk menjaga
kesetiaan masing-masing anggota keluarga.

9
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga.
Dan ketika terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon
perlindungan kepada Allah dari keburukan nafsu amarahnya.

2.6 Larangan Kekerasan dalam Rumah Tangga

Islam sangat menentang kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam kehidupan
rumah tangga. Prinsip yang diajarkan Islam dalam membangun rumah tangga adalah
mawaddah, rahmah dan adalah (kasih, sayang dan adil). Dalam al-Qur'an disebutkan : " Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir" (Ar-rum: 21).
Dalam ayat lain disebutkan "Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di
antara isteri- isteri [mu], walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu
janganlah kamu terlalu cenderung [kepada yang kamu cintai], sehingga kamu biarkan yang
lain terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri [dari
kecurangan], maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (An-Nisa:
129).
Allah s.w.t. juga berfirman: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. al-A’râf, 7:56).
“Wahai hamba-hamba-Ku, Aku haramkan kezaliaman terhadap diri-Ku, dan Aku jadikan
kezaliman itu juga haram di antara kamu, maka janganlah kamu saling menzalimi satu
sama lain”. (Hadis Qudsi, Riwayat Imam Muslim).
Hal di atas sangat jelas menggariskan bahwa salah satu tujuan berumah tangga, adalah
untuk menciptakan kehidupan yang penuh ketentraman dan bertabur kasih sayang. Keluarga
sakînah anggota yang ada di dalamnya. Atau keluarga sakînah, mawaddah wa rahmah hanya
bisa terbentuk apabila setiap anggota keluarga berupaya untuk saling menghormati,
menyayangi, dan saling mencintai. Itulah fondasi dasar sebuah keluarga dalam Islam. Maka
kekerasan dalam rumah tangga sangat dicela Islam dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai
keislaman.

10
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keluarga yang sakinah mawadan dan warohmah yang di ridhoi Allah SWT selalu
berkaitan dengan akhlak dalam keluarga baik diantaranya adalah birrul walidain,hak
kewajiban dan kasih sayang suami istri,kasih sayang dan tanggung jawab orang tua terhadap
anak,serta silaturrahim dengan karib kerabat. Oleh karena itu dalam sebuah keluarga di
butuhkan akhlak dalam keluarga.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/documents/urgensi-keluarga-dalam-hidup-manusia.html

https://www.academia.edu/29586919/Makalah_ahlak_dalam_keluarga

http://siskapuspitadefi.blogspot.com/2016/10/makalah-akhlak-dalam-keluarga.html

12

Anda mungkin juga menyukai