Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sering mendengar dan menyaksikan bahwa kondisi kaum muslim benar-
benar terpuruk. Di suatu negeri yang dilanda masalah kebodohan mayoritas
penduduknya muslim. Di negeri lain mengedepan masalah kemiskinan,
keterbelakangan mayoritas juga muslim. Kemudian yang dibantai, diusir, dan jadi
pengungsi, terjajah, terasing di negeri sendiri serta terlunta di negeri orang
kebanyakan adalah muslim bahkan tertuduh teroris adalah muslim. Kondisi di
Afganistan, Palestina, Gaza, Irak, Mindanao, India, dan negeri muslim yang lain
menggambarkan kondisi tersebut.
Dakwah Islam di era globalisasi semakin gencar sampai ke pelosok-pelosok
muslim, oleh pihak-pihak tertentu sering diasumsikan sebagai tempat muncul dan
berkembangnya terorisme keagamaan. Pada saat yang sama juga muncul gerakan-
gerakan radikal atas nama Islam yang menodai dakwah Islam secara keseluruhan. 1
Bukankah Allah swt. berfirman yang artinya:
“Engkau adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”2
(QS. Ali Imran [3]: 110).
Mengapa justru yang terjadi sebaliknya bahkan amat jauh dari apa yang
dijanjikan oleh Allah?
Kenyataan umat Islam saat ini, yang menyebabkan mereka dirundung
kesempitan dan keterpurukan yang seolah tiada berkesudahan adalah karena
penyimpangan mereka terhadap Islam. Secara internal pemahaman kaum muslim
1
Akhmad Sukardi, Dakwah Dan Jihad Sebuah Gerakan Perdamaian, (Surabaya, Al-Munir,
2014) h. 2.

2
Kemenag, Q.S. Ali-Imran

1
yang lemah terhadap aqidah dan syari’ah Islam berakibat pada penyimpangan aqidah.
Jika demikian pantaskah kita berharap janji Allah sebagaimana tercantum dalam surat
Ali Imran ayat 110?
Dakwah Islamiyah sering dipersepsikan sama dengan jihad. Dakwah
merupakan panggilan suci untuk menyebarkan agama Islam. Sementara demi
tegaknya ajaran Islam, diperlukan jihad untuk merealisasikan ajaran Islam dalam
masyarakat. Sehingga dakwah dan jihad adalah sebuah gerakan untuk merealisasikan
ajaran Islam demi terwujudnya masyarakat yang damai dan aman.3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dapat
diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengertian jihad.
2. Bagaimanakah maksud Islam bukan disebarkan dengan kekerasan.
3. Bagaimanakah maksud jihat merupakan perang defensive.
4. Apa sajakah macam-macam jihat.
5. Bagaimanakah pendekatan dakwah melalui jihad.

C. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian jihad.
2. Untuk mengetahui maksud Islam bukan disebarkan dengan kekerasan.
3. Untuk mengetahui maksud jihat merupakan perang defensive.
4. Untuk mengetahui macam-macam jihad.
5. Untuk mengetahui pendekatan dakwah melalui jihad.

BAB II
3
Akhmad Sukardi, Dakwah Dan Jihad Sebuah Gerakan Perdamaian,… h. 3

2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jihad
Secara etimologis jihad berasal dari kata juhd (‫ )جهد‬yang berarti kekuatan atau
kemampuan, sedangkan makna jihad adalah perjuangan.4 Dari akar kata yang sama,
jihad juga dapat diartikan sebagai ujian, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-
Qur’an surat Ali Imran ayat 142.5 Ibn Faris dalam bukunya Mu’jam al-Maqayis fi al-
Lughah, seperti dikutip oleh Quraish Sihab menyatakan bahwa semua kata yang
terdiri dari huruf hijaiyah jim (‫ )ج‬ha (‫ )ح‬dan dal (‫ )د‬pada awalnya mengandung arti
kesulitan, kesukaran atau yang mirip dengannya.6 Sedangkan menurut al-Raghib al-
Ashfahani sebagaimana dikutib oleh Rohimin kata al-jihad dan mujahadah berarti
mencurah kemampuan dalam menghadapi musuh.7
Sutan Mansur menyatakan bahwa jihad adalah bekerja sepenuh hati. 8 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, jihad memiliki tiga makna yaitu: 1) Usaha dengan
upaya untuk mencapai kebaikan. 2) Usaha sungguh-sungguh membela agama Allah
(Islam) dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga. 3) Perang suci melawan
kekafiran untuk mempertahankan agama Islam.9
Sedangkan menurut istilah syara’ (terminologis) jihad adalah mencurahkan
kemampuan untuk membela dan mengalahkan musuh demi menyebarkan dan
membela Islam.10 Yusuf Qardhawi membagi jihad menjadi tiga tingkatan. Pertama,
4
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Arab-Indonesia (Yogyakarta: al-Munawwir, 1984), h.
234.
5

6
M. Qurais Shihab, Wawasan alQur’an: Tafsir Maudu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat.
(Bandung: Mizan, 2005 ). h. 501.

7
Rohimin, Jihad: Makna dan Hikmah ( Jakarta: Eirlangga, 2006 ). 17.

8
Sutan Mansur, Jihad (Jakarta: Panji Masyarakat, 1982). 9.

9
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat
Bahasa, 2008) . 362.

10
Yusuf Qardhawi, Fiqih Jihad: Sebuah Karya Monumental Trelengkap Tentang Jihad
Menurut al-Qur’an dan Sunnah (Bandung: Mizan, 2010). h. 3

3
jihad terhadap musuh yang tampak. Kedua, berjihad menghadang godaan setan dan
Ketiga, berjihad melawan hawa nafsu. Sebagaimana diungkapkan oleh Sutan Mansur
di atas yang menyatakan bahwa jihad merupakan bekerja sepenuh hati.
Menurut Sutan, perintah jihad (perang) sangat terbatas. 11 Adapun pada waktu
damai jihad berarti membangun, menegakkan dan menyusun. Maka pada waktu
damai inilah sebenarnya jihad yang besar, karena jihad ini menghendaki kepada
kekuatan tenaga otak, keiklasan berkorban dengan harta dan benda dalam mendidik
jiwa ummat.
Menurut Salih Ibn Abdullah al-Fauzan, sebagaimana dikutip oleh Kasjim
Salenda, mengemukakan bahwa terdapat lima sasaran dalam jihad.
1. Jihad melawan hawa nafsu,12 meliputi pengendalian diri dalam menjalankan
perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jihad melawan hawa nafsu
merupakan perjuangan yang amat berat (jihad akbar), meskipun jihad ini berat
dilakukan, namun sangat diperlukan sepanjang kehidupan manusia. Sebab jika
seseorang tidak mampu mengendalikan hawa nafsunya maka sangat mustahil
ia akan mampu berjihad untuk orang lain. Karena jihad ini adalah akar dari
bentuk jihad-jihad yang lain.
2. Berjihad melawan setan yang merupakan musuh nyata manusia,13
3. jihad menghadapi orang yang berbuat maksiat (orang-orang durhaka) dan
orang-orang yang menyimpang dari kalangan mukmin.
4. jihad melawan orang-orang munafik, yaitu mereka yang berpura-pura Islam
dan beriman tetapi hati mereka sebenarnya masih mengingkari keesaan Allah
Swt dan kerasulan Nabi Muhammad saw.14
11
Sutan Mansur, Jihad…, h. 127.

12
Imam Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumiddin. Ditahqiq oleh Abu Fajar al-Qalami ( Surabaya:
Gitamedia Press, 2003 ), 196.

13
Kasjim Salendra, Jihad dan Terorisme Dalam Perspektif Hukum Islam (Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Departemen Agama RI, 2009). 133.
14
Kasjim Salendra, Jihad dan Terorisme…, h. 134

4
5. Kelima, jihad melawan orang-orang kafir.15 Model jihad ini yang sering
dipahami sebagai jihad perang.
Akhir-akhir ini pengertian jihad seringkali dikonotasikan dengan peperangan,
padahal jika melihat asal kata dari jihad maka tentunya kurang tepat. Selain tidak
sesuai juga tidak ditemukan akar rujukannya dalam Alquran maupun dalam hadist
Nabi Muhammad Saw. Hal ini diperparah dengan kesalahan sebagian ilmuan yang
menerjemahkan jihad dengan perang suci (holy war). Perang dalam bahasa Arab
adalah al-harb dan peperangan adalah al-qital, sedangkan kata suci dalam bahasa
Arab yaitu muqaddas. Maka seharusnya perang suci jika diterjemahkan menjadi qital
al-muqaddas atau harbu al- muqaddas bukan jihad. Dilihat dari konteks ini saja
dirasa memerlukan kajian yang mendalam untuk menentukan pengertian jihad seara
tepat.16
Pengertian jihad yang mengacu kepada peperangan untuk memaksa orang
kafir masuk Islam sampai sekarang masih menuai perdebatan di kalangan ilmuan
muslim, karena pada dasarnya pengertian ini bukan berasal dari akar kata tersebut.
Abdul Rahman Haji Abdullah, mengutip pernyataan Muhammad Said Ramadhan al-
Buty mengatakan bahwa musuh terbesar manusia adalah hawa nafsunya masing-
masing.17

B. Islam Bukan Disebar Dengan Kekerasan


Sejarah mencatat kejayaan Islam, selama tujuan abad ummat Islam menguasai
dunia. Benua Eropa, Asia, dan Afrika nyenyak dalam selimut ummat Islam di malam
hari, dan dapat bekerja keras secara aman dan sejahtera membangun diri di siang hari.

15
Kasjim Salendra, Jihad dan Terorisme…, h. 135

16
Hilmy Bakar al-Mascaty, Panduan Jihad: Untuk Aktivis Gerakan Islam (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001). 13.

17
Abdul Rahman Haji Abdullah, Wacana falsafah ilmu: analisis konsep-konsep asas dan
falsafah pendidikan Negara (Kuala Lumpur: Utusan Publication, 2005), 106-107.

5
Berbagai sistem ilmu dihasilkan dan dikembangkan oleh umat Islam, sehingga
“Negara-negara Eropa yang kristiani menjdi impoten secara intelektual dan menjadi
peminjam-peminjam belaka dari apa yang telah dikembangkan oleh dunia Islam
dibidang ilmu”,18 pengetahuan.
Selama kejayaan dunia Islam, sejarah tidak pernah mencatat adanya tindakan
kekerasan (iththihadat) terhadap dunia yang dikuasainya, apalgi membunuh demi
merobah aqidah mereka.
Ummat Islam menguasai Meisr dan Syam di sana hidup orang- orang Nasrani,
hingga kini mereka berada dan hidup di sana. Ummat Islam menguasai India selama
beberapa abad, tidak suatu kekerasanpun dihadapkan kepada orang-orang Hindu
hingga kini Hindu tetap saja hidup di sana sebagai penduduk mayoritas.
Adanya ketinggian dan kemulyaan ajaran Islam dikarenakan adanya
karakteristik Islam yang mengokohkan agama ini serta menunjukkan kemuliaannya.
Hubungannya dengan kehidupan bermasyarakat karakteristik Islam itu harus
dipahami dan dilaksanakan oleh orang Islam baik sebagai individu maupun sebagai
masyarakat. Dalam perwujudannya orang Islam harus mau kerjasama saling bahu
membahu antara satu dengan yang lainnya. Kehidupan bermasyarakat secara struktur
akan tersusun dari masing-masing individu yang saling menguatkan, senantiasa saling
melakukan koreksi, dan saling melakukan penjagaan terhadap lingkungannya agar
tetap kondusip. Islam dibangun dengan bukan cara paksaan dan bukan cara kekerasan
atau radikal, tetapi Islam didakwahkan dengan toleransi, tidak adanya diskriminasi,
dan selalu menghargai keyakinan seseorang dan tidak boleh membenci keyakinan
orang lain.
Kaum radikalisme tetap memaknai sikap dan tindakan mereka sebagai bentuk
perjuangan yang berupaya untuk meluruskan jalannya sejarah yang terlanjur timpang.
Simbol-simbol kebangkitan Islam dikibarkan secara bijak dan santun tanpa harus
merugikan pihak lain. Dakwah sejatinya akan mampu untuk menghindarkan berbagai
penyimpangan paham dan tindakan.
18
, Dr. M. Amien Rais. Bebrapa Pandangan Tentang Pemerintah, (Bandung: Mizan) h. 8

6
Umat Islam perlu menangkal gerakan radikalisme yang dikenal sebagai
deradikalisasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Meluruskan paham umat Islam. Langkah ini ditempuh melalui berbagai
forum-forum pengajian, majelis taklim, majelis dan halaqoh zikir diisi dengan
ajaran kebenaran dan penuh kasih sayang dan kelembutan.19 Oleh karena itu
tidak terjadi penyalahgunaan ajaran umat Islam untuk kepentingan
radikalisme.
2. Berdialog dengan gerakan dakwah yang lain agar tercipta kesamaan persepsi
bahwa umat Islam tidak boleh melakukan tindakan kekerasan kecuali jika
diserang terlebih dahulu.
3. Menyampaikan pesan Islam sebagai rahmatan lil-„alamin kepada berbagai
pihak bahwa umat Islam bukan pelaku teror, selama kehidupan mereka
dihargai dan dihormati.
Radikalisme dapat dilakukan oleh siapapun. Radikalisme dapat dilakukan oleh
orang Kristen, Hindu, Budha dan Yahudi. Bila radikalisme itu dilakukan oleh umat
Islam sesungguhnya lebih merupakan suatu bentuk perlawanan, agar diperlakukan
secara adil. Bila hendak menghilangkan gerakan radikalisme dan terorisme maka
harus dari hulu, yaitu penegakan keadilan untuk semua umat manusia. Namun
nyatanya keadilan global sangat sulit untuk diwujudkan.
Al-Qur’an telah menyinggung banyak terma mengenai jihad. Jika dilihat dari
runtutan ayat-ayat al-Qur’an tentang jihad, maka akan ditemukan bahwa perintah
jihad dalam al-Qur’an tentang jihad yang turun pada awal periode Islam mempunyai
arti berdakwah, yaitu dengan cara dialog antara umat Islam dengan kaum Quraisy 20
.Periode Makkah telah menyaksikan hal itu dengan turunnya ayat-ayat yang

19
Abu Rokhmad, Radikalisme Islam Dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, Jurnal
Walisongo‖ 20, no. 1 (Mei 2012): 15
20
Al-Tayyeb, Ahmad dkk, Jihad Melawan Teror: Meluruskan Kesalahpahaman tentang
Khilafah, Takfir, Jihad, Hakimiyah, Jahiliyah dan Ekstrimitas. (Jakarta: Lentera Hati. 2016), h. 154

7
memerintahkan berdakwah dengan menggunakan al-Qur’an kepada orang suku
Quraish pada masa itu sebagaimana yang tertuang dalam surat al-Furqan ayat 52:
       
Artinya: “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad yang besar.”
Perintah jihad dengan al-Qur’an tersebut menjadi pertanda bahwa umat Islam
di awal periode sudah diperintahkan untuk meningkatkan kualitas diri dengan
mendalami al-Qur’an, sehingga alQur’an dapat dijadikan senjata ampuh untuk
berdakwah kepada masyarakat Quraisy yang belum mendapatkan hidayah. Artinya,
umat Islam dapat berdakwah kepada orang Quraisy dengan cara berdialog dengan
mereka, menggunakan al-Qur’an sebagai alat berdialog dengan mereka sehingga
Islam dapat diterima dengan baik.21

C. Jihad Merupakan Perang Defensif


Perang menjadi jalan terakhir yang boleh dilakukan oleh seorang muslim
dalam menegakkan agamanya setelah jalan dakwah. Hal itu dikarenakan peperangan
secara fisik mempunyai resiko yang sangat tinggi, yaitu pertumpahan darah dari
pihak umat Islam sendiri dan juga dari pihak lawan, sehingga pendekatan secara
sosial kemasyarakatan lebih diutamakan daripada perang. Disyariatkannya perang itu
pun bukan serta merta orang muslim boleh menyerang orang lain yang tidak seagama
dengan mereka, akan tetapi perang hanya disyariatkan untuk membela diri dari
perlawanan orang kafir kepada umat Islam.
Sebagian umat Islam memiliki pemahaman yang sempit terhadap jihad,
mereka hanya mengetahui jihad yang berarti perang, tanpa mengkaji lebih dalam dari
sisi historis turunnya al-Qur’an bahwa jihad berarti dakwah dengan al-Qur’an.
Sempitnya pemahaman ini memunculkan orang-orang radikalis yang melakukan
kekerasan dengan atas nama Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam juga
mensyariatkan perang di dalam al-Qur’an, akan tetapi hal itu bukan berarti
21
Al-Tayyeb, Ahmad dkk, Jihad Melawan Teror…, h. 155

8
dibolehkan perang dengan menyerang orang lain secara fisik, akan tetapi perintah
perang tersebut hanya bersifat defensiv dari perlawanan orang lain, sehingga nilai-
nilai kasih sayang dalam Islam tidak hilang sedikitpun.22
Di banyak penjuru dunia umat Islam diperlakukan dengan kasar, disakiti dan
dirampas hak-haknya. Pengalaman sejarah dan realitas sosial mengajari kepada umat
Islam yang sering disia-siakan, disakiti dan dinestapakan. Pada kehidupan modern,
umat Islam dinistakan, dilecehkan, dan diabaikan. Namun, umat Islam tetap bersabar
dan bertahan dalam keterdesakannya. Namun, sikap defensif itu gagal dipahami oleh
orang-orang non-Muslim, sehingga pihak non-Muslim tetap menyerang sehingga
melahirkan perlawanan yang setimpal yang sering disebut sebagai terorisme.23
Kaum orientalis mendeskriditkan Islam, menyatakan bahwa Islam sebenarnya
berkembang karena disebarkan dengan pedang atau dengan jalan kekerasan. Hal ini
diperkuat dengan bukti sejarah dengan jumlah peperangan yang sekian banyak
dimenangkan oleh Islam, dan dalam waktu yang relatif singkat apalagi ditambahkan
bahwa Islam baru mencapai kejayaannya setelah umat Islam hijrah ke Madinah
dengan diwarnai berbagai peperangan.
Dari sini timbul tuduhan-tuduhan keji bahwa “Islam tidak dapat ditegakkan
kecuali dengan pedang”, Islam tersiar dngan perang”, “Umat Islam adalah orang-
orang yang haus darah”, Islam identik dengan terorisme dan sebagainya.24
Padahal, kenyataannya tidaklah demikian. Ahmad Syalabi mengatakan bahwa
pertempuran yang terjadi di zaman nabi Muhammad saw. bertujuan untuk membela
diri dari serangan musuh, mengamankan dakwah Islamiyyah dan memelihara
kesatuan umat dari serangan tentara Persia dan Romawi.25 Di Indonesia, betapa Islam
22
M. Nasor, Dakwah Sebagai Instrumen Penanggulangan Radikalisme Di Era Digital,
(Lampung: 2017) Jurnal

23
Muhammad Habibi Siregar, dkk, ed. Dakwah Humanis. Bandung: Cipta Pustaka Media,
2014.
24
Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. (Jakarta: Amzah, 2013), h. 197

25
Syalabi, Ahmad. al-Tarikh al-Islam wa al-Hadharat al-Islamiyyah, Juz 1. Mesir hal. 63

9
dianut oleh sebagian besar penduduk Indonesia melalui jalan damai. Begitu juga di
beberapa tempat di wilayah Asia Tenggara yang lain.

D. Macam-Macam Jihad
Menurut al-Raghib al-Isfihani dalam Mufradat Alfaz Alquran, jihad terdiri
atas; jihad melawan musuh yang nyata, jihad melawan setan, dan jihad melawan
hawa nafsu. Tiga macam jihad ini terdapat dalam Alquran surat al-Hajj: 38,
alTaubah:41, dan al-Anfal: 72.1226
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, seorang ulama terkemuka klasik, Ia membagi
jihad secara global menjadi empat tingkatan: Jihad terhadap diri sendiri, Jihad
melawan godaan setan, Jihad memerangi orang-orang kafir, dan jihad terhadap orang-
orang munafik. Kemudian keempat tingkatan jihad ini dipecah lagi menjadi 13
tingkatan.
1. Jihad terhadap diri sendiri terbagi menjadi empat.
a. berjihad terhadap diri sendiri untuk mempelajari kebaikan, petunjuk dan
agama yang benar.
b. berjihad terhadap diri sendiri untuk mengamalkan ilmu yang sudah
didapat.
c. berjihad terhadap diri sendiri untuk mendakwahkan dan mengajarkan ilmu
kepada orang lain.
d. berjihad terhadap diri sendiri dengan kesabaran ketika mengalami
kesulitan dan siksaan ketika berdakwah.
2. Jihad melawan setan ada dua tingkatan.
a. berjihad dengan membuang segala kebimbangan dan keraguan dalam
keimanan.
b. berjihad melawan setan dengan menahan keinginan berbuat kerusakan dan
memenuhi shahwat yang dibisikkan setan.

26
al-Raghib al-Isfihani dalam Mufradat Alfaz Alquran, 208. Dikutip oleh Yazid bin Abd al-
Qadir Jawaz dalam Kedudukan Jihad dalam Syariat Islam. (Bogor: Pustaka al-Taqwa, 2007), 16.

10
3. Jihad memerangi orang-orang kafir dan munafik terbagi menjadi empat
tingkatan.
a. berjihad dengan hati.
b. berjihad dengan lisan.
c. berjihad dengan harta. Keempat
d. berjihad dengan jiwa.
4. Jihad melawan kezaliman dan kefasikan terbagi menjadi tiga tingkatan.
a. berjihad dengan kekuatan jika memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Jika tidak mampu maka
b. berjihad dengan lisannya. Jika masih tidak mampu maka
c. berjihad dengan hati.27
Tingkatan dan macam-macam jihad yang dikemukakan oleh Ibnu Qayyim
tersebut memiliki argumentasi dan dalil dari Alquran dan sunah.

E. Jihad Merupakan Pendekatan Dakwah


Islam disebarkan dengan dakwah. Dakwah merupakan panggilan suci untuk
menyebarkan Islam. Untuk menjaga tetap tegaknya Islam diperlukan jihad.
Hal lain yang sering disalahartikan sebagai gerakan terorisme adalah konsepsi
jihad dalam Islam. Padahal jihad bukan bermakna tunggal dalam bentuk peperangan.
Pemahaman dan persepsi kaum muslimin tentang jihad sangat beragam. Pemaknaan
tentang jihad sering dimaknai sesuai dengan persepsi dan kecenderungan serta
kepentingan. Bahkan perang pada masa Nabi saw. justru membebaskan masyarakat
dari terorisme Arab Jahiliah dan kelompok-kelompok perdamaian.28

27
Ibn al-Qayyim al-Jauziyah, Mukhtasar Zadul Ma‘ad. Ringkasan Muh}ammad bin Abd al-
Wahab al-Tamimi. (Dar al-Fikr, 1990). Terj. Kathur Suhardi, Mukhtas}ar Zadul Ma‘ad; Bekal Menuju
Akhirat. (Jakarta: Pustaka Azam, 2000), 174.
28
Sholikhin, Muhammad. Islam Rahmatan Lil Alamin, (Jakarta: Alex Media Komputindo,
2013), h. 247

11
Pengertian jihad secara terminologi, Abdul Karim Zaidan mengatakan bahwa
jihad adalah mencurahkan segala tenaga dan kekuatan untuk menegakkan Islam
dalam rangka memperoleh ridha Allah.29
Menurut Abdurrahman Al-Baghdadi, jihad adalah pengerahan segala daya dan
tenaga untuk berperang-berjuang di jalan Allah, baik itu dilakukan langsung,
misalnya memperbanyak pasukan, maupun dengan cara tidak langsung, seperti
menyumbang harta, pikiran maupun menyampaikan pendapat di jalan Allah.30
Karena jihad dalam rangka memperoleh ridha Allah, maka jihad dalam
pengertian terminologi ini hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, dan sering
dikaitkan dengan kata-kata ‘fi Sabilillah’ (di jalan Allah). Sedangkan orang-orang
non muslim, seandainya mereka melakukan jihad, maka jihad mereka dalam
pengertian etimologi. Karena jihadnya tidak ada hubungannya dengan ‘fi Sabilillah’
melainkan jihad di jalan setan.

Suatu peristiwa yang pernah dilakukan oleh Nabi saw. adalah memerangi
warga non muslim yang tidak loyal pada pemerintah yaitu ketika orang non muslim
tidak membayar jizyah sebagai kewajiban warga Negara, maka mereka diperangi
sampai mereka loyal terhadap pemerintah, yang antara lain dibuktikan dengan
kesediaan mereka membayar jizyah kepada pemerintah. Mereka diperangi sampai
mereka mau membayar jizyah, bukan sampai mereka masuk agama Islam. Itulah
makna QS. al-Taubah (9): 29.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa umat
Islam bukanlah orang yang suka perang, haus darah. apalagi sampai dituduh sebagai
teroris. Peperangan yang mereka lakukan adalah dalam rangka mempertahankan diri
dari serangan musuh-musuh mereka. Jadi, umat Islam tidak memulai perang

29
Zaidan, ‘Abdul Karim. Ushul Al-Da’wah. Muassasah Al-Risalah, Amman: Maktabah al-
Basyair, 1981/1401

30
Al-Baghdadi, Abdurrahman. Dakwah Islam dan Masa Depan Umat Mengimplementasikan
Metode Dakwah Rasulullah di Era Globalisasi. (Bangil: Al-Izzah, 1997)h. 262

12
melainkan hanya membela dan mempertahankan diri. Jihad dalam Islam bukanlah
menyerang tapi bersifat mempertahankan diri, termasuk memeprtahankan dakwah.31
Oleh karena itu kalau kita perhatikan pendekatan-pendekatan dakwah yang
dilakukan Nabi saw. dan para sahabat, maka tampaknya sulit untuk membantah suatu
kenyataan bahwa jihad adalah alternatif terakhir, dalam pendekatan dakwah.
Orang-orang yang melaksanakan jihad atau mujahid akan mendapatkan
kedudukan yang sangat tinggi di sisi allah karena jihad termasuk ibadah yang paling
utama. Apalagi jika dikaitkan dengan kondisi kekinian kaum muslimin. Oleh karena
itu sungguh suatu keanehan yang luar biasa jika sampai ada seorang yang mengaku
muslim kemudian menjadi pembela orang-orang kafir untuk memerangi kaum
muslimin.
Pemahaman dan persepsi kaum muslimin tentang jihad sering dimaknai sesuai
dengan kecenderungan dan kepentingan. Dalam aktivitas dakwah dewasa ini bisa
dilakukan dengan pemahaman terhadap term jihad yang sesuai dengan situasi dan
kondisi sekarang, sehingga Islam dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia tidak
dengan jihad dalam arti berperang tetapi jihad dengan makna perdamaian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari urian yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Jihad adalah mencurahkan segala tenaga dan kekuatan untuk menegakkan
Islam dalam rangka memperoleh ridha Allah. Jihad adalah merupakan
pendekatan dakwah bukan teroris sebagai mana apa yang menjadi tuduhan
para orientalis dan para pengikut-pengikut mereka.

31
Mas’ud, Abdurrahman. Menuju Paradigma Islam Humanis. (Yogyakarta: Gama Media,
2003), h. 33

13
2. Dakwah adalah kewajiban dari Allah swt. Dakwah merupakan panggilan suci
untuk menyebarkan agama Islam, sementara untuk menegakkan ajaran Islam
diperlukan jihad.
3. Aktivitas dakwah dewasa ini bisa dilakukan dengan pemahaman terhadap
term jihad yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang sehingga Islam
dapat menyebar ke seluruh penjuru dunia tanpa harus memaknai jihad dalam
arti perang, tetapi jihad dalam arti perdamaian.
4. Ummat Islam tidak memulai perang melainkan hanya membela dan
mempertahankan diri. Jihad dalam Islam bukanlah menyerang tapi bersifat
mempertahankan diri, termasuk memepertahankan dakwah.

14

Anda mungkin juga menyukai