NIM: 11180340000134
USHULUDDIN
Abstrak
Kata Pengantar
Pedoman Transliterasi
Daftar Isi
BAB I: PENDAHULUAN
B. Identifikasi Masalah
E. Telaah Pustaka
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
G. Sistematika Penulisan
A. BAB III DISKURSUS KAJIAN TAFSIR MAQASIDI Kajian Tafsir Maqashidi dalam
Lintas Sejarah
B. Urgensi Tafsir Maqashidi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Daftar Pustaka
1
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kata Jihad fi sabilillah berasal dari bahasa arab, terdiri dari empat
kata yang dirangkai menjadi satu ungkapan, yakni lafaz jihad fi – sabil –
Allah. Jihad merupakan derivasi dari lafadz jahada yang berarti bentuk
perbuatan dari dua pihak dengan mengerahkan segala kekuatan untuk
menghadapi lawannya. Sabil makna aslinya adalah “at-Thariq artinya
jalan.”dalam al-Qur‟an kata “sabil” diulang sebanyak 166 kali, kata
“Sabilillah” 68 kali dan kata fi sabilillah 46 kali.2
Lafal jihad berasal dari “al-jahdu” yang berarti kesulitan. Ada juga
yang mengatakan berasal dari kata “al-juhdu” yakni kapasitas dan
kemampuan diri. Al-Naisaburi mengatakan jihad adalah mencurahkan
daya upaya dalam menghasilkan tujuan yang dikehendaki. Jihad
merupakan perjuangan secara terus-menerus di mana orang Islam secara
individual dan secara kelompok berjuang ke arah yang lebih baik; ke arah
pembangunan dan peningkatan, untuk mewujudkan ideal-ideal yang
tercantum dalam Al-Qur‟an dan sunah Nabi Muhammad sallallhu „alaihi
wa sallam. Jihad secara umum berarti mencurahkan segala kemampuan,
1
Ahmad Husnul Hakim, Kaidah Tafsir Berbasis Terapan, (Depok: Yayasan Elsiq), 2
2
Muhammad Fu‟ad Abd Baqiy, Mujam al-Mufahrasy li Alfadzil Qur’an, (Berut: Dar el Fikr,
1996), 43
3
baik harta maupun raga untuk memperjuangkan agama Allah Swt. dengan
niat yang ikhlas karena Allah Swt.3
3
Muchlis Muhammad Hanafi dkk, Jihad Makna dan Implementasinya, (Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur‟an, 2012) , 38
4
Jamalia Idrus, Makna Fi sabilillah dalam al-Qur’an.( Skripsi ,Fakultas Ushuluddin
Universitas Islam Negeri SultanKasim, 2011), 4
5
Moh. Khoirul Fatih, Menepis Wacana Jihad Masa Kini (Telaah Jihad fi Sabilillah daIam
Islam),jurnal alamtara, Vol. 3, No. 1, 2019, 41
4
Mulanya jihad dilakukan dengan cara mengajak manusia kepada Islam
dengan cara mauidzah hasanah (nasihat yang baik), berdasarkan argument
yang logis, dan mengamalkan dengan ikhlas.6
6
Moh. Khoirul Fatih, Menepis Wacana Jihad Masa Kini (Telaah Jihad fi Sabilillah daIam
Islam),jurnal alamtara, Vol. 3, No. 1, 2019), 47
7
Abdul Baqi Ramadhan, Jihad Jalan Kami, (Solo: Era Intermedia, 2002), 25
8
Abd A‟la, Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Kekerasan, (LKIS, Printis Cemerlang, 2014),
19
5
Ekstremis muslim ini muncul bukan karena al-Qur‟an dan sunnah
mengajarkan hal itu melainkan kekeliruan mereka dalam memahami teks
agama. Mereka melegitimasi dengan menyeru jihad menebar teror atas
nama tuhan.9 Interpretasi ayat jihad fi sabilillah seringkali disalahgunakan
untuk legitimasi terorisme. Terorisme dan jihad merupakan dua hal yang
sangat berbeda. Jihad adalah sebuah upaya dengan rasa sungguh-sungguh
untuk melaksanakan perintah Allah dan tidak ada perintah membunuh di
dalamnya. Namun, terorisme adalah sebuah tindakan yang mengancam
nyawa orang lain dan menganggu harmonisitas sosial yang sudah
dibangun.Pada zaman Nabi Muhammad SAW. Al-Qur‟an ditafsirkan
secara langsung oleh beliau. Namun seiring dengan perkembangan zaman
penafsiran ayat-ayat jihad disusupi oleh ideology, sosial maupun
interpretasi yang telah bergeser dari makna aslinya sehingga mengalami
penyelewengan dan distorsi makna al-Qur‟an.10
9
Siti Juhro, Radikalisme dalam Perspektif al-Qur’an (Kajian Tafsir al-Azhar),(Skripsi, Fakultas
Ushuluddin, Institut Ilmu al-Qur‟an, 2015) , 211
10
Muhammad Bakir, “Konsep Maqasid al-Qur’an menurut Badi’ alzaman Said Nursi”, Jurnal el-
Furqania Vol. 01, No. 01, Agustus 2015, 16
Widya Oktavia, “Tafsir Maqasidi Mahar Ibn Asyur”,2020 (Skripsi, Fakultas Ushuluddin
11
6
tersimpan di dalam rangkaian ayat-ayat al-Qur‟an. Ragam corak juga ikut
andil menjadikan keluasan khazanah tafsir tersebut. Khazanah tafsir yang
begitu luasnya tidak diimbangi dari sisi formil. Pendekatan berbasis
linguistik menjadi kajian yang sangat dominan dalam ilmu tafsir. Ayat al-
Qur‟an merupakan sebuah teks yang untuk memahaminya perlu kaidah-
kaidah kebahasaan. Namun, teks juga merupakan bagian yang terintegrasi
dengan konteks, melucuti konteks yang seharusnya melekat pada teks
yang berpotensi menimbulkan kesenjangan makna. Pesan-pesan yang
terdapat dalam konteks gagal ditranformasikan untuk diterapkan di
masyarakat.
B. Identifikasi Masalah
7
Terdapat beberapa masalah yang diuraikan dari permasalahan di atas
yaitu:
Dari rumusan masalah diatas kami akan meneliti kitab al-Tahrir wa al-
Tanwir karangan Muhammad Thahir Ibnu Asyur yang lebih banyak membahas
maqashid syari‟ah dengan judul “Jihad fi Sabilillah Ibn Asyur (Pendekatan Tafsir
Maqashidi)”.
Tujuan Penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
3. Pertanyaan Penelitian
D. Tinjauan Pustaka
8
1. Skripsi yang ditulis Jamalia Idrus pada tahun 2011 yang berjudul “Makna
fiSabilillah dalam al-Qur‟an” (suatu kajian tafsir maudhu‟i). Pada skripsi ini
membahas tentang makna QS. at-Taubah ayat 60. Terdapat dua penafsiran yakni
makna sempit yang bermakna jihad atau perang di jalan Allah dan yang
semisalnya dan bermakna luas yakni semua jenis kebaikan, ketaatan, dan semua
bentuk kegiatan sosial.12 Sedangkan dalam skripsi yang dijadikan objek penelitian
ialah ayat-ayat jihad fi sabilillah dengan menggunakan metode tematik perspektif
Ibnu Asyur.
2. Skripsi yang ditulis Ahmad Suhaemi pada tahun 2013 yang berjudul
“Konsep Jihad: Studi Komparatif Pemikiran Sayyid Quthb dan Ibnu Katsir. Skripsi
ini membandingkan penafsiran jihad Sayyid Quthb dan Ibnu Katsir. Sayyid Quthb
mewajibkan perang karena ia berasal dari Negara yang dijajah namun Ibnu Katsir
sebaliknya.13 Sedangkan dalam skripsi ini membahas jihad fi sabilillah pemikiran
Ibnu Asyur.
3. Skripsi yang ditulis Siti Juhro pada tahun 2015 yang berjudul “Radikalisme
dalam Perspektif al-Qur‟an” (Kajian Tafsir al-Azhar). Pada skripsi ini membahas
tentang ayat-ayat radikalisme perspektif Buya Hamka dalam kitab tafsir al-
Azhar.14 Sedangkan dalam skripsi ini yang dijadikan objek penelitian adalah ayat-
ayat jihad fi sabilillah perspektif Ibu Asyur dalam kitab tahrir wa al-tanwir..
4. Tesis yang ditulis Alinur Rofiq pada tahun 2017 yang berjudul
“kontekstualisasi makna Jihad”. Pada tesis ini membahas tentang ayat-ayat jihad
perspektif Buya Hamka dalam kitab Tafsir al-Azhar.15 Sedangkan dalam skripsi ini
yang membahas ayat-ayat jihad fi sabilillah perspektif Ibnu Asyur dalam kitab
Tahrir wa at-Tanwir.
5. Skripsi yang ditulis Lia Lianti pada tahun 2019 yang berjudul “Jihad dalam
Tafsir”. Pada skripsi ini membahas tentang QS. at-Taubah: 44-45 dengan
membandingkan dari delapan kitab tafsir yang berbeda.16 Sedangkan dalam
skripsi ini membahas jihad fi sabilillah dalam kitab Tahrir wa al-Tanwir.
12
Jamalia Idris, Makna Fi sabilillah dalam al-Qur’an.( Skripsi ,Fakultas Ushuluddin Universitas
Islam Negeri SultanKasim, 2011), 2
13
Ahmad Suhaemi, “Konsep Jihad: Studi Komparatif Pemikiran Sayyid Quthb dan Ibnu Katsir,
“(skrispi Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Bandung, 2013), 2
14
Siti Juhro, Radikalisme dalam Perspektif al-Qur’an(Kajian Tafsir al-Azhar), (Skripsi Fakultas
Ushuluddin, Institut Ilmu al-Qur‟an, 2015) , 10
9
15
Ali Nur Rofiq, Kontekstualisai Makna Jihad,(Tesis, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Tulungagung, 2017), 7
16
Lia Lianti. Jihad dalam Tafsir kajian atas QS. al-Taubah 9:44-45, (skripsi, Fakultas Ushuludin,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2019), 8
10
6. Skripsi yang ditulis Widya Oktavia pada tahun 2020 yang berjudul “Tafsir
Maqashidi Mahar Ibnu Asyur”.17 Pada skripsi ini membahas tentang ayat-ayat
jihad fi sabillah perspektif Ibnu Asyur dalam kitab Tahrir wa al-Tanwir.
7. Skripsi yang ditulis Nur karimah Imania pada tahun 2021 yang berjudul
“Makna Hijrah dalam Perspektif al-Qur‟an (Aplikasi Teori Tafsir Maqashidi Abdul
Mustaqim). Pada skripsi ini membahas tentang ayat-ayat jihad fi sabilillah
perspektif Ibnu Asyur.18
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam hal ini penelitian ini akan menggali bagaimana penafsiran Ibn
Asyur dalam kitab Tahrir wa al-Tanwir. Mulai dari mendalami kehidupan penafsir
tersebut sampai pada apa yang telah ia tuangkan dalam tafsirnya. Karena untuk
menemui secara langsung kepada narasumber tidka mungkin karena sudah wafat.
Oleh karena itu untuk menggali informasi tersebut penulis berusaha mencari data-
data dari buku-buku dan dokumen-dokumen yang ditulis oleh narasumber yang
ditulis oleh para peneliti dari berbagai literature yang relevan yang terdiri dari
buku , jurnal, artikel online dan data yang terkait dengan penelitian ini.
1. Sumber Data
Adapun sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini ada dua
yaitu primer dan sekunder yang akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Data Primer
Sumber data (utama) primer yang penulis gunakan kitab tafsir tahrir wa
al-tanwir.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data selain dari data utama atau data yang bisa
mendukung sebuah penelitian, seperti data yang bentuk buku, , kitab tafsir seperti
Tahrir wa al-Tanwir, tafsir al-Munir, kamus bahasa arab, artikel, buku, jurnal,
17
Widya Oktavia, Tafsir Maqashidi Mahar Ibn Asyur, (Skripsi, Fakultas Ushuluddin, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2020), 6
18
Nur Karimah Imania, Makna Hijrah dalam perspektif al-Qur’an (Aplikasi Teori Tafsir Maqashidi
Abdul Mustaqim), (Skripsi, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu al-Qur‟an,2021), 4
11
skripsi, tesis serta kajian-kajian lainya yang berkenaan dan dapat mendukung
terhadap penelitian ini.
2. Pendekatan Penelitian
1. Teknik Penulisan
Adapun pedoman dalam teknis penulisan yang digunakan pada skripsi ini
berpedoman pada SK. Rektor 507 tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Transliterasi Arab Latin SKB 2 Menteri No. 158 tahun 1987 dan Penulisan
Catatan Kaki dan Daftar Pustaka model Turabian (Chicago 2) versi Program Studi
19
Tafsir maudui ialah menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud yang sama
dalam arti sama-sama membicarakan satu topic masalah dan menyusunnya berdasarkan kronologi
sebab turunnya ayat.
12
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian al-Qur’an al-Qur’an dan Tafsir (Yogyakarta: Idea Press
20
Yogyakarta, 2014), 58
13
IAT 2019 serta seluruh ayat dan terjemahnya menggunakan Qur‟an Kemenag in Word
dan Terjemah Kemenag 2019.
G. Sistematika penulisan
Supaya penelitian ini dapat ditulis secara sistematis, maka penelitian ini
dibagi menjadi lima bab serta masing-masing bab terdiri dari sub bab yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
Bab II, dalam bab ini berisi tentang pembahasan Ibn „Asyur dan
pemikirannya. Pembahasan tentang Ibn „Asyur meliputi biografi Ibn „Asyur,
riwayat pendidikan, perkembangan karir intelektual, karya-karya dan cara
pandang Ibn „Asyur terhadap tafsir maqasidi serta karakteristik tafsir Tahrir wa al-
Tanwir.
Bab III, berisi pemaparan tafsir maqasidi berupa pengertian secara singkat,
sejarah perkembangan, urgensi tafsir maqasidi dan membahas tentang konsep
jihad fi sabilillah dalam al-Qur‟an disertai asbab al-Nuzul dan munasabah ayat.
14
15
16
BAB II
1
Abdul Qadir Muhammad Salih, al-Tafsir wa al-Mufassirun fi al-Asr al-Hadits arud wa dirasah
mufassilah li ahammi kutub al-tafsir al-Muasir, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, tt), 109.
17
mempelajari ilmu adab, syari’at, bahasa, tafsir, bahkan kedokteran. Ibnu
Asyur menulis karya di berbagai disiplin ilmu. Diantara karangan beliau
adalah kitab ushul al-nidham, maqashid syar’iyyah dan kitab tafsirnya
yang monumental yakni al-Tahrir wa al-Tanwir.2
2
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, Al-Taqrib Litafsirihi al-Tahrir wa al-Tanwir li Ibni Asyur,
(Riyadh: Dar Ibnu Khuzaimah), 15.
3
Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, 15-18.
4
Mohammad Anang Firdaus, The Maqasid Thought of Ibn Ashur and Development of
Interdisciplinary Islamic Studies: Searching for the Correlation of the Concept,, Jurnal Incre 2020,
4.
18
B. Pendidikan dan Karir Intelektual
5
Indra, Maqashid Syari’ah Menurut Muhammad Tahir Ibnu Asyur (Tesis, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, 2016), 29.
6
Widya Oktavia, Tafsir Maqashidi Mahar Ibnu Asyur (skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta), 20.
7
Indra, Maqashid Syari’ah Menurut Muhammad Tahir Ibnu Asyur (Tesis, Universitas Islam
Negeri Sumatera Utara, 2016), 30.
19
1911 M. Ia juga seorang mufasir, sastrawan, muhaddits, ahli nahwu, dan
ahli sastra.8
8
Abdul Halim, “Kitab Tafsir Tahrir wa al-Tanwir Karya Ibn Asur dan Kontribusinya, 20.
9
Widya Oktavia, Tafsir Maqasidi Mahar Ibn Asyur, (skripsi: Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020), 21
20
5. Syekh Muhammad al-najar, dari gurunya ini Ibn Asyur
mempelajari kitab al-Makwidy ‘ala al-khulashah, kitab Mukhtashar
al-Su’ud, al-Muwaqif tentang ilmu kalam, dan al-Baiquniyah
tentang Musthalah al-Hadits.
6. Syeikh Muhammad Thahir Ja’far, dari gurunya ini Ibnu Asyur
mempelajari kitab syarh al-Mahalli ‘ala Jam’u al-Jawami’ tentang
ushul fiqih, dan kitab al-syihab al-Khafajoy ‘ala al-Syifa’ karya
Qhadi Iyadh tentang sirah Nabawiyah.
7. Syeikh Muhammad al-Arabiy al-Dur’iy, Ibnu Asyur mempelajari
ilmu fiqh dengan membahas kitab Kafayah al-Thalib ‘ala al-
Risalah.
10
Balqasim al-Gally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muhammad al-Tahir Ibn Asyur Hayatuhu wa
Asaruhu, 40.
11
Balqasim al-Gally, Syaikh al-Jami’ al-A’zam Muhammad al-Tahir Ibn Asyur Hayatuhu wa
Asaruhu, 68-71.
21
Dengan kecintaan terhadap ilmu, kejeniusan, keikhlasan komitmen paa
pendidikan dan kewaraannya mendorong Ibnu Asyur untuk mengabdikan
diri pada ilmu, menjadi guru, tokoh agama waktunya dihabiskan untuk
mengajar dan menulis dua buku yang menjadi rujukan yakni maqashid
syari’ah dan kitab tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir. Adapun karya-karya Ibn
Asyur mencakup berbagai macam disiplin keilmuan , seperti tafsir,
maqashid syari’ah, fiqih, ushul fiqih, dan lain-lain. Berikut beberapa karya
Ibnu Asyur antara lain:
22
q. Hasyiyah ‘ala al-Mahalli
r. Hashiyah ‘ala Ibn Saud al-‘Ushmuni
s. Hashiyah ‘ala Sharh al-Islam li Risalati al-Bayan‘12
Dalam perspektif Ibnu Asyur terdapat empat hal yang menjadi dasar maqashid
syari’ah, yakni:
12
Faizah ali Syibromalisi dan Jauhar Aziziy, Membahas Kitab Tafsir Klasik Modern, 106.
13
Widya Oktavia, Tafsir Maqasidi Mahar Ibn Asyur, (skripsi: Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020), 23.
14
Ibn Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Tunis: Ad-Daar at-Tunisiyyah linnatsr, 1884), jilid 1,
251.
23
Fitrah menurut KBBI adalah kesucian, sifat asal, bakat, pembawaan.
Fitrah menurut Ibnu Asyur adalah suatu system yang diciptakan Allah
pada tiap makhluk. Sedangkan fitrah yang khusus untuk manusia adalah
segala sesuatu yang seperti Allah menciptakan manusia secara jasmani dan
akli. Oleh karena itu berjalan dengan kaki merupakan fitrah jasmani, dan
mengambil sesuatu dengan dengan kaki berselisih dengan fitrah jasmani.
Adapun menyimpulkan segala sesuatu berdasarkan sebab merupakan fitrah
akal,Sebaliknya menarik kesimpulan tanpa sebab tertentu adalah
menyelisihi fitrah akal.Hal ini didasarkan pada surat ar-Rum ayat 30:15
Fitrah pada ayat tersebut meliputi akidah dan syari’at agama. Ulama
beberbeda pendapat dalam menginterpretasi makna fitrah, ada yang
menyatakan fitrah adalah sesuatu yang terdapat dalam jiwa manusia untuk
membedakan ciptaan Allah dan bisa dijadikan bukti atau eksistensi rabb-
nya lalu beriman dan mengetahui syari’at-syari’at Islam. Adapun al-
Zamakhsyari menginterpretasikan dengan ciptaan Allah untuk menerima
tauhid dan agama Islam dalam diri manusia.16
15
Ibn Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Tunis: Ad-Dar at-Tunisiyyah linnatsr, 1884), jilid 1,
90.
16
Mahmud Ibn Umar al-Zamakhsyari, al-Kasyaf, (Riyadh: Maktabah al-Ubaikan, 1998), Juz iv,
577.
17
Ibn Asyur, Maqashid Syari’ah al-Islamiyah, (Jordania: Dar al-Nafa’is, 2001), 263-264.
24
Ibnu Asyur mengelompokkan fitrah pada dua bagian, yaitu fitrah
diniyah dan jasadiyah. Fitrah diniyah adalah fitrah pada diri manusia untuk
tunduk serta patuh pada ilahi dan kecenderungan untuk menyukai
kejujuran, keadilan, kebaikan, dan lain lain. Sedangkan fitrah jasadiyah
adalah kecondongan organ tubuh manusia untuk bekerja sebagaimana
fungsinya.18
1. Samahah
18
Chamim Tohari, “Pembaharuan Konsep Maqasid al-Syari’ah Dalam Pemikiran Muhammad al-
Tahir Ibnu Asyur”, Al-Maslahah 13. No. 1 April (2017), 12.
19
Mahmud Ibn Ibn Umar al-Zamakhsyari, al-Kasyaf, (Riyadh: Maktabah al-Ubaikan, 1998), Juz 1,
265.
20
Ainol Yaqin, “Revitalisasi Maqashid al-Syari’ah dalam Istinbath Hukum Islam: Kajian atas
Pemikiran Muhammad Al-Thahir Ibnu ‘Asyur”, Asy-Syir’ah, Vol. 50, No. 2 Desember 2016, 328.
25
oleh orang lain. Disebutkan sebagai “kemudahan yang terpuji” karena
dalam kemudahan yag dimaksud tidak terdapat unsur marabahaya. Allah
menganugrahkan sifat “ummatan wasatan” kepada kaum muslimin
karenakaum muslimin meliki kewajiban untuk menegakkan syari’at Islam
dan terdapat doktrin al-samahah di dalamnya.21 Sebagaimana terdapat
dalam surat al-Baqarah ayat 143,
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat
yang adil.
3. Al-Musawah
21
Ibn Asur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Tunis: Ad-Daar at-Tunisiyyah linnatsr, 1884), jilid 1,
60-61.
22
Irham Sya’roni, “Maqasid al-Syari’ah dalam Nalar Ilmiah Thahir Ibnu Asyur”,(Universitas
Islam Indonesia:makalah) 11-12.
26
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-
benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun
miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika
kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu
kerjakan.
4. Al-Hurriyah
23
Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, juz 1, 330.
27
karena itu,kadar kemerdekaan yang diberikan kepada seseorang dalam
syara’ diwakilkan pada pihak yang berwenang untuk memberi putusan.24
Judul lengkap kitab Tafsir Ibnu Asyur adalah Tahrir al-Ma’na al-
Shadid wa al-Tanwir al-‘Aql al-Jadid min Tafsir al-Kitab al-Majid
yang lebih dikenal dengan nama tafsir Al-Tahrir wa al-Tanwir. Latar
belakang penulisan kitab tafsir ini adalah salah satu keinginan
terbesarnya yang sudah terpendam sejak lama. Ibnu Asyur mulai
menulis kitab tafsirnya setelah menjadi mufti (1923 M). Tafsir 30 juz
sebanyak 15 jilid menghabiskan waktu 39 tahun meskipun diselingi
dengan karya-karya yang lain.26
Penulisan tafsir ini diwarnai oleh berbagai peristiwa yang terjadi di
masyarakat Tunis. Usaha merebut kemerdekaan dari penjajah serta
tantangan yang dihadapi gerakan reformasi berpengaruh pada
penafsiran Ibnu Asyur. Ide-ide pembaharuan Muhammad Abduh mulai
mempengaruhi para intelektual Tunis tak terkecuali Ibnu Asyur.27
24
Al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, juz 1, 339.
25
Widya Oktavia, Tafsir Maqasidi Mahar Ibn Asyur, (skripsi: Universitas Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2020), 30.
26
Ibn Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, (Ad-Dar at-Tunisiyah linnatsr: 1884), jilid 1,6.
27
Faizah Ali Syibromalisi dan Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir Klasik-Modern, 106.
28
2. Sumber Penafsiran
a) Kitab Tafsir28
a. Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil karya al-Baidawi
b. Al-Kashshaf ‘an Haqa’iq al-Tanzil wa ‘Uyuni al-Aqawil fi
Wujuh al-Ta’wil karya al-Zamakhsyari
c. Al-Muharrar al-Wajiz fi Tafsir al-Kitab al-‘Aziz Karya Abu
Abdu al-Haq bin ‘Atiyyah
d. Mafatih al-Ghaib karya al-Razi
e. Ruh al-Ma’ani fi Tafsir al-Qur’an al-‘Azim wa al-Sab,i al-
Mathani karya al-Alusi
f. Al-Kashf wa al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya al-Tha’labi
g. Tafsir al-Mannar karya Muhammad Rasyid Rida
h. Ma’ani al-Qur’an karya Ibnu Ziyad al-Farra’
i. Majma’ al-Bayan fi Tafsir al-Qur’an karya al-Tabrisi
j. Tafsir Shamsh al-Din Mahmud ibn Abdurrahman al-‘Asfahani
k. Tafsir al-Qur’an al-‘Azim karya Ibnu Kathir
l. Ma’alim al-Tanzil karya al-Farra’ al-Baghawi
m. Tafsir Abi al-Qasim al-Husain ibn ‘Ali
n. Al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an karya Badruddin al-Zarkashi
o. Ahkam al-Qur’an karya al-Jassas
p. Durrat al-Tanzil kitab ini dinisbatkan kepada al-Razi
28
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
(Mesir: al-Dar al-Misriyyah, 2001), 16-20.
29
q. Jami’ al-Bayan Fi Tafsir al-Qur’an karya al-Tabari
r. Tafsir al-Shaikh Muhammad Ibn ‘Arafah al-Tunisi
s. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Abu Abdillah al-Ansari al-
Qurtubi
t. Irshad al-‘Aql al-Samim ila Mazaya al-Kitab al-Karim karya
Abu al-Sa’ud al-Imari
b) Kitab Hadith29
a. Sahih Bukhari
b. Sahih Muslim
c. Sunan Abu Dawud
d. Sunan al-Tirmidhi
e. Sunan al-Nasa’i
f. Sunan Ibnu Majah
g. Al-Muwatta’ karya Imam Malik
h. Al-Musnad Ibnu Hanbal
i. Shu’bu al-Iman karya al-Baihaqi
j. Kutub al-Ilzamat karya al-Daruqutni
k. Fath al-Bari karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani
l. Sharh Sahih al-Bukhari karya al’Aini
m. Tuhfat al-Ahwadzi karya al-Ashbili
n. Dan lain lain.
c) Kitab Fikih30
a. Adab al-Nikah karya Qasim bin Ya’mun al-Ahmasi
b. Al-Aridah karya al-Ashbili
c. Al-Bayan wa al-Tahsil karya al-Walid bin Muhammad bin
Ahmad bin Rushd
29
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
20-21.
30
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
21-23.
30
d. Al-Dhakhirah karya Abu al-‘Abbas al-Qarafi
e. Al-Kulliyat karya Abu al-Baqa’ al-Kafawi
f. Al-Mahalli karya Ibnu Hazm al-Zahiri
g. Al-Mustakhrajat min al-Asma’iyyah karya al-‘Itabi
h. Al-Muwafaqat fi Usul al-Fiqh karya al-Shatibi
i. Aqwal Ibnu Ashur karya kakek Ibnu Ashur
j. Aqwal Ibnu Huwaiz Mundha’
k. Basa’ir Dhawi al-Tamyiz karya Ibnu Ya’qu al-Fairuz Abadi
l. Mamu’ al-Rasa’il wa al-Masa’il karya Ibnu Taimiyah al-
Harani
m. Rasa’il fi ‘Ilmi Usul al-Fiqh karya Muhammad bin Idris al-
Syafi’i
d) Kitab Nahwu31
a. Kitab-kitab ilmu Nahwu dari kalangan al-Andalusi
b. Kitab-kitab ilmu Nahwu dari kalangan al-Basrah
c. Kitab-kitab ilmu Nahwu dari kalangan al-Kufah
d. Kitab-kitab ilmu Nahwu dari kalangan al-Misriyyah
e. Kitab-kitab ilmu Nahwu dari kalangan Baghdad
e) Kitab Lughat (bahasa)32
a. Al-Muqamat karya Abu Muhammad al-Qasim
b. Al-Qamus al-Muhit karya Abu Muhammad al-Qaim
c. Al-Shahhah karya Abu Nasr
d. Al-Ta’rifat karya Ali bin Muhammad al-Sharif al-Jurjani
e. Amali al-Qani karya Abu ‘Ali
f. Kitab Gharib al-Hadith karya Abu Ubaid al-Qasim bin
Salam
g. Lisan al’Arab karya Ibnu Manzur
h. Majalis al-Thalab karya Abu al-Abbas
i. Mufradat Gharib al-Qur’an karya al-Raghib al-Asfahani
j. Mu’jam Maqayis Lughah karya Abu al-Husain
31
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
23-25.
32
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, 29-
30.
31
l. Tahdhib al-Lughah karya Abu Mansur
m. Taj al-‘Arus karya Abu al-Faid
f) Kitab Balaghah33
a. Al-Bayan wa al-Tabyin karya Abu ‘Utshman
b. Al-Kalim al-Nawabigh karya Mahmud bin Umar al-
Zamakhsyari
c. Al-Miftah karya Abu Ya’qub al-Sakaki
d. Al-Muntakhab min Kinayat al-Adibba’ wa Isharat al-
Bulagha’ karya Abu al-Abbas al-Jurjani
e. Al-Shafiyyah karya Abd al-Qahir al-Jurjani
f. Asas al-Balaghah karya Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari
g. Asrar al-Balaghah wa Dala’il al-I’jaz karya al-Qahir al-
Jurjani
h. I’jaz al-Qur’an karya Abu Bakr al-Baqillani
i. Talkhis al-Miftah karya al-Khatib al-Qazwaini
j. Sirr al-Fasashah karya Ibnu Sinan al-Khafaji al-Halabi
g) Kitab al-Ghazali34
a. Al-Muqsid al Asna fi Asma’I Allah al-Husna
b. Al-Mustasfa fi ‘Ilm al-Ushul
c. Al-Mustazhiri
d. Ihya’ Ulum al-Din
h) Kitab Tasawuf35
a. Al-Futuhat al-Makkiyah karya Muhyi al-Din Ibnu ‘Arabi
b. Al-Mi’yar ‘an Kitab Siraj al-Muridin karya Abu Bakr bin
Arabi
c. Aqwal al-Hasan al-Basri karya al-Hasan al-Basri
d. Hayakil al-Nur karya Shihab al-din al-Sahrawardi
e. Hikmat al-Israq karya Shihab al-din al-Sahrawardi
i) Kitab Filsafat36
33
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
30-31.
34
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
31
35
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
31-32.
36
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
32
32
b. Al-Muqaddimat al-Mumahhidat karya Ibnu Rushd
c. Aqwal Saqarat wa Aflatun
d. Fasl al-Maqal Fima Baina al-Shari’at wa al-Hikmat min
al-Ittisal karya al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Rushd
j) Kitab Biografi37
a. Al-Anwar al-Nabawiyyah fi ‘Aba’ Khair al-Bashariyyah
karya Muhammad bin ‘Abd al-Rafi’
b. Al-Isabat fi Ma’rifat al-Sahabah karya Ibnu Hajar
al’Asqalani
c. Al-Shifa’ fi Fada’il al-Mustafa karya Ibnu Hajar al-
Asqalani
d. Jumharat Ansab al’Arab karya Ali bin Ahmad bin Hazm
al-Zahiri
e. Mu’jam al-Adibba’ karya Yaqut al-Hammawi
f. Tadhkirat al-Huffaz karya syamsuddin ‘Umar al-Dhahhabi
k) Kitab-Kitab Lain38
a. A-Injil
b. Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an karya Jalaluddin al-Suyuti
c. Al-Milal wa al-Nihal karya Abu al-Fath al-Shahrastani
d. Al-Sirah al-Nabawiyyah karya Abu Bakr Muhammad bin
Ishaq
e. Al-Taurat
f. Asbab al-Nuzul karya al-Wahidi
g. Dan lain lain
37
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
34
38
Nubail Ahmad Saqar, Manhaj al-Imam al-Tahir Ibn ’Asyur fi al-Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir,
32-33
33
Penafsitan Ibnu Asyur dapat dikatakanberdasarkan metode
tahlili (analisis) yakni menafsirkan al-Qur’an secara keseluruhan
berdasarkan susunan yang ada di mushaf dan menafsirkan ayat per
ayat. Berikut merupakan metode yang digunakan Ibnu Asyur
dalam kitab tafsirnya.
a. Menyebutkan Nama Surat dan Menjelaskan Sebab Penaman
Surat
سورة يونس
سميت في المصاحف وفي كتب التفسير والسنة سورة يونس
أنهم آمنوا بعد أن،ْلنها انفردت بذكر خصوصية لقوم يونس
39
.توعدهم رسولهم بنزول العذاب فعفا هللا عنهم لما آمنوا
“Surat ini dinamakan surat Yunus dalam mushaf, kitab tafsir
dan sunnah karena khusus menyebutkan kaum Yunus, mereka
beriman setelah rasul mereka menjanjikan turunnya adzab lalu
Allah mengampuni mereka karena keimanan mereka. Setiap
membahas penamaan sebuah surat, Ibnu Asyur mencantumka
hadis, perkataan sahabat atau tabi’in ebagai rujukan.”
39
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 11, 77.
40
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 12, 97.
41
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 30, 599.
34
Ibnu Asyur menyebutkan asbabun nuzul ayat-ayat yang
memiliki asbabun nuzul. Beliau selalu merujuk dari hadis nabi
atau penjelasan dari sahabat.
سورة التين
42
وعدد آياتها ثمان
Sebelum menafsirkan ayat pertama Ibnu Asyur
menyebutkan jumlah ayat yang terdapat pada sebuah surat.Ibnu
Asyur menukil pendapat dari ulaa atau membaningkannya
dengan ulama ahli qira’at.
42
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 30, 419.
43
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 13, 75.
44
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 30, 59.
35
g. Mengumpulkan Satu atau Beberapa Ayat Kemudian
Menafsirkannnya Tiap Lafadz
يءٍ قَد ٌ
ِير ()1 ش ْ تَبا َركَ الَذِي ِب َي ِد ِه ْالم ْلك َوه َو َ
على ك ِل َ
وفعل تبارك يدل على المبالغة في وفرة الخير ،وهو في مقام
الثناء يقتضي العموم بالقرينة ،أي يفيد أن كل وفرة من الكمال
ثابتة هلل تعالى بحيث ل يتخلف نوع منها عن أن يكون صفة له
45
تعالى
h. Menafsirkan Ayat dengan Ayat yang Lain
الَذِينَ آ َمنوا َولَ ْم يَ ْلبِسوا إِي َمانَه ْم بِظ ْل ٍم أولَئِكَ لَهم ْاْل َ ْمن َوه ْم
م ْهت َدونَ ()82
والظلم :العتداء على حق صاحب حق ،والمراد به هنا
إشراك غير هللا مع هللا في اعتقاد اإللهية وفي العبادة ،قال
تعالى :إن الشرك لظلم عظيم [لقمانْ ]13 :لنه أكبر العتداء،
إذ هو اعتداء على المستحق المطلق العظيمْ ،لن من حقه أن
يفرد بالعبادة اعتقادا وعمَل وقول ْلن ذلك حقه على
مخلوقاته.
Disini Ibnu Asyur menafsirkan QS. al-An’am 82 dengan Q.S
Luqman 13.
ع َلى أَ ْه ِل َها غي َْر بيو ِتك ْم َحتَى تَ ْستَأْ ِنسوا َوت َ
س ِلموا َ َياأَ ُّي َها الَذِينَ آ َمنوا َل تَدْخلوا بيوتًا َ
ذَ ِلك ْم َخي ٌْر لَك ْم لَعَلَك ْم تَذَ َكرونَ ( )27فَإِ ْن لَ ْم ت َِجدوا فِي َها أَ َحدًا فَ ََل تَدْخلوهَا َحتَى
ار ِجعوا ه َو أَ ْز َكى لَك ْم َو َ
َّللا ِب َما تَ ْع َملونَ َ
ع ِلي ٌم يؤْ ذَنَ لَك ْم َو ِإ ْن قِي َل لَكم ْ
ار ِجعوا فَ ْ
()28
وعن ابن سيرين« :أن رجَل استأذن على النبيء صلى هللا عليه وسلم فقال :أأدخل؟ فأمر
النبيء رجَل عنده أو أمة اسمها روضة فقال :إنه ل يحسن أن يستأذن فليقل :السَلم عليكم
أأدخل .فسمعه الرجل فقال :السَلم عليكم أأدخل .فقال :ادخل 46
36
lalu ia meminta izin untuk masuk. Kemudian Nabi bersabda
untuk mengucapkan salam lalu meminta izin. Ia pun
melakukannya dan nabi memperbolehkannya untuk masuk
قال هشام بن عمار (« : )1سمعت مالكا يقول :من سب أبا بكر وعمر
أدب ،ومن سب عائشة قتل ْلن هللا يقول :يعظكم هللا أن تعودوا لمثله
أبدا إن كنتم مؤمنين فمن سب عائشة فقد خالف القرآن ومن خالف
القرآن قتل» اهـ .يريد بالمخالفة إنكار ما جاء به القرآن نصا وهو يرى
أن المراد بالعود لمثله في قضية اإلفك ْلن هللا برأها بنصوص ل تقبل
التأويل ،وتواتر أنها نزلت في شأن عائشة .وذكر ابن العربي عن
الشافعية أن ذلك ليس بكفر .وأما السب بغير ذلك فهو مساو لسب
47
غيرها من أصحاب النبيء صلى هللا عليه وسلم.
k. Menafsirkan dengan Perkataan Tabi’in
غي ِْري فَأ َ ْوقِ ْد ِلي ع ْون يَاأَيُّ َها ْال َم ََل َما َ
ع ِل ْمت لَك ْم ِم ْن إِلَ ٍه َ َوقَا َل فِ ْر َ
ط ِلع إِلَى إِلَ ِهص ْر ًحا لَعَ ِلي أَ َ ين فَاجْ عَ ْل ِلي َ علَى ِ
الط ِ يَاهَا َمان َ
سى َو ِإنِي َْلَظنُّه مِنَ ْال َكا ِذ ِبينَ ()38 مو َ
فهذه قصة محاورة بين فرعون وملئه في شأن دعوة موسى فهي حقيقة
بحرف العطف كما ل يخفى .أراد فرعون بخطابه مع ملئه أن يثبتهم
على عقيدة إلهيته فقال ما علمت لكم من إله غيري إبطال لقول موسى
المحكي في سورة الشعراء [ ]26قال ربكم ورب آبائكم اْلولين وقوله
47
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 18, 183.
48
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 7, 428.
37
هناك رب السماوات واْلرض وما بينهما إن كنتم موقنين ()1
[الشعراء:
. ]24فأظهر لهم فرعون أن دعوة موسى لم ترج عنده وأنه لم يصدق
49
بها فقال ما علمت لكم من إله غيري.
m. Menafsirkan dengan Menggunakan Nasikh dan Mansukh
كهيعص ()1
38
بَ ْعدِي اسْمه أَ ْح َمد فَلَ َما َجا َءه ْم بِ ْالبَيِنَا ِ
ت قَالوا َهذَا ِسح ٌْر مبِي ٌن
()6
ويصح اعتبار أحمد تفضيَل حقيقيا في كَلم عيسى عليه السَلم ،أي
مسماه أحمد مني ،أي أفضل ،أي في رسالته وشريعته .وعبارات
اإلنجيل تشعر بهذا التفضيل ،ففي إنجيل يوحنا في اإلصحاح الرابع
عشر «وأنا أطلب من اْلب (أي من ربنا) فيعطيكم( .فارقليط) آخر
ليثبت معكم إلى اْلبد روح الحق الذي ل يستطيع العالم أن يقبله ْلنه ل
يراه ول يعرفه .ثم قال :وأما الفارقليط الروح القدس الذي سيرسله
اْلب (هللا) باسمي فهو يعلمكم كل شيء ويذكركم بكل ما قلته لكم» ،
أي في جملة ما يعلمكم أن يذكركم بكل ما قلته لكم .وهذا يفيد تفضيله
على عيسى
بفضيلة دوام شريعة المعبر عنها بقول اإلنجيل «ليثبت معكم إلى
اْلبد» وبفضيلة عموم شرعه لَلحكام المعبر عنه بقوله« :يعلمكم كل
52
شيء» .
p. Menafsirkan dengan Sya’ir
52
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 28, 184.
53
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 30, 520.
39
ع ِةَ ،وه َو تَأْ ِن ٌ
يث ع ْوا فِي تأنيثها معنى ا ْل َحادِث أَ ِو ا ْلكَائِنَ ِة أَ ِو السَا َ فََ را َ
ع ْوا فِي ِه ِإ َل َم ْعنَىب َل يَكونونَ َرا َ ع َلى أَ ْل ِسنَ ِة ا ْلعَ َر ِ ير فِي ال ُّلغَ ِة َج ٍ
ار َ َكثِ ٌ
ع َل ْي ِه الدَائِ َرة، ار ْ
ت َ ع ِة أَ ْو نَحْ ِو ذَلِكَ َ ،وقَ ِريبٌ ِم ْنه قَ ْوله ْمَ :د َ ا ْل َحا ِدثَ ِة أَ ِو السَا َ
قَا َل تَ َعا َلى:
فإنهما استغنيا بذكر إن عن الفاء ،وإن خلفا اْلحمر لما سأل بشارا لماذا لم يقل« :بكرا
فالنجاح في التبكير» أجابه بشار بأنه أتى بها عربية بدوية ولو قال« :فالنجاح» لصارت من
كَلم المولدين (أي أجابه جوابا أحاله فيه على الذوق) وقد بين الشيخ عبد القاهر سببه .وقال
الشيخ في موضع
54
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 27, 282.
40
آخر ( ) 1أل ترى أن الغرض من قوله« :إن ذاك النجاح في التبكير» أن يبين المعنى في
قوله لصاحبيه «بكرا» وأن يحتج لنفسه في اْلمر بالتبكير ويبين وجه الفائدة منه» 55
َّللا فَ َم ِن اضْط َر َ
غي َْر ير َو َما أ ِه َل بِ ِه ِلغَي ِْر َ ِ حْم ْال ِخ ْن ِز ِ
علَيْكم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََم َولَ َ
إِنَ َما َح َر َم َ
ور َر ِحي ٌم ()173َّللا غَف ٌ عا ٍد فَ ََل ِإثْ َم َ
علَ ْي ِه ِإ َن َ َ اغ َو َل َ بَ ٍ
اختلف الفقهاء في النتفاع بجلد الميتة ( )1إذا دبغ فقال أحمد ابن حنبل :ل يطهر جلد الميتة
بالدبغ ،وقال أبو حنيفة والشافعي :يطهر بالدبغ ما عدا جلد الخنزير ْلنه محرم العين،
ونسب هذا إلى الزهري ،وألحق الشافعي جلد الكلب بجلد الخنزير ،وقال مالك يطهر ظاهر
الجلد بالدبغ ْلنه يصير صلبا ل يداخله ما يجاوره ،وأما باطنه فَل يطهر بالدبغ ولذلك قال:
يج وز استعمال جلد الميتة المدبوغ في غير وضع الماء فيه ،ومنع أن يصلى به أو عليه،
56
وقول أبي حنيفة أرجح.
َّللا ذَلِكَ
ق َِ ع َل ْي َها َل تَ ْبدِي َل ِلخ َْل ِ
اس َ ط َر ال َن َ َّللا الَتِي َف َ ِين َحنِيفًا فِ ْ
ط َرتَ َ ِ فَأَقِ ْم َوجْ َهكَ ِللد ِ
اس َل َي ْعلَمونَ ()30 الدِين ْالقَ ِيم َولَ ِك َن أَ ْكثَ َر النَ ِ
وقد بين أبو علي ابن سينا حقيقة الفطرة في كتابه «النجاة» فقال« :ومعنى الفطرة أن يتوهم
اإلنسان نفسه حصل في الدنيا دفعة وهو عاقل لكنه لم يسمع رأيا ولم يعتقد مذهبا ولم يعاشر
أمة ولم يعرف سياسة ،ولكنه شاهد المحسوسات وأخذ منها الحالت ،ثم يعرض على ذهنه
شيئا ويتشكك فيه فإن أمكنه الشك فالفطرة ل تشهد به وإن لم يمكنه الشك فهو ما توجبه
الفطرة ،وليس كل ما توجبه فطرة اإلنسان بصادق إنما الصادق فطرة القوة التي تسمى
عقَل ،وأما فطرة
الذهن بالجملة فربما كانت كاذبة ،وإنما يكون هذا الكذب في اْلمور التي ليست محسوسة
بالذات بل هي مبادئ للمحسوسات .فالفطرة الصادقة هي مقدمات وآراء مشهورة محمودة
أوجب
التصديق بها :إما شهادة الكل مثل :أن العدل جميل ،وإما شهادة اْلكثر وإما شهادة العلماء
أو اْلفاضل منهم .وليست الذائعات من جهة ما هي ذائعات مما يقع التصديق بها في الفطرة
55
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 1, 414-416.
56
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 2, 116.
41
فما كان من الذائعات ليس بأولي عقلي ول وهمي فإنها غير فطرية ،ولكنها متقررة عند
اْلنفس ْلن العادة مستمرة عليها منذ الصبا وربما دعا إليها محبة التسالم والصطناع
المضطر إليهما اإلنسان ( ، )1أو شيء من اْلخَلق اإلنسانية مثل الحياء والستئناس ()2
أو الستقراء الكثير ،أو كون القول في نفسه ذا شرط دقيق ْلن يكون حقا صرفا فَل يفطن
57
لذلك الشرط ويؤخذ على اإلطَلق.
u. Menafsirkan dengan Ilmu Tasawuf
صفًا ()2
ع ْ فَ ْال َع ِ
اصفَا ِ
ت َ
وقال الجمهور :العاصفات :الرياح ولم يحك الطبري فيه مخالفا .وقال
القرطبي قيل العاصفات :المَلئكة.
وفالفارقات لم يحك الطبري إل أنهم المَلئكة أو الرسل .وحكى
59
القرطبي عن مجاهد :أنها الرياح.
Dalam menafsirkan, Ibnu Asyur banyak mengutip
perbedaan penafsiran antar mufassir.
57
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 21, 90-91.
58
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 4, 280.
59
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir, Juz 29, 419-420.
42
Bab III
A. Maqashid al-Syari’ah
1. Definisi Maqashid al-Syari’ah
Maqashid al-Syari’ah terdiri dari dua kata, yakni maqasid dan syari’ah.
Maqasid adalah bentuk jamak dari kata maqsad, yang merupakan masdar mim
dari kata qashada. Secara etimologi qashada memiliki makna adil, berpegang
teguh dan menyengaja, dekat, mendatangi sesuatu, dan jalan yang lurus. 60 Ibnu
Jinni menjelaskan kata maqsad berasal dari huruf “qaf, sad, dan dal”, yang dalam
penggunaan lisan orang Arab memiliki makna focus, kemajuan, menuju sesuatu,
dan niat.61 Ibnu Asyur mengemukakan maqasid juga berarti interpretasi suatu
teks. Ibnu Asyur menjabarkan maqashid ialah cara-cara yang dikehendaki
pembuat syari’at untuk mewujudkan keinginan-keinginan manusia yang
bermanfaat.62
60
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, Vol. 3, (Beirut: Dar Sadir,t.t), 353-354
61
Ibnu Manzur, 355.
62
Ibnu Asyur, Maqashid Syari’ah al-Islamiyyah, h. 415
63
Ahmad ar-Raisuny, Madkhal ila Maqasid asy-Syari’ah, (Kairo: Dar al-Kalimah, 2009), h. 9-12
43
Adapun kata syari’ah, berasal dari akar kata syara’a yang bermakna jalan
menuju sumber air. Secara etimologi syari’ah memiliki beberapa makna,
diantaranya agama. metode dan permulaan jalan.64 Adapun secara terminologi
syari’ah adalah hukum-hukum yang disyari’atkan Allah kepada hamba-Nya
melalui al-Qur’an dan sunnah.65
علم مقاصد الشريعة فهو عبارة عن الوقوف على المعاني والحكم الملحوظة
َ للشارع في جميع أحوال التشريع أو مع
ظ ِمها
Ilmu maqashid syari’ah adalah ibrah dari beberapa makna dan hikmah yang
disimpulkan bagi pentasyri’ pada semua atau sebagian besar syari’at.
64
Ibn Manzur, Lisan al-Arab, vol.8 (Beirut: Dar Sadir, t.t), 175-176
65
Halya Millati, “Pendekatan Tafsir Maqashidi Ibnu Ashur Pada Ayat-Ayat Gender Dan Posisinya
Dalam Diskursus Kesetaraan” (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2019), h. 23.
66
Ahmad al-Raisuni, Imam al-Shathibi’s Theory of the Higher Objective and Intents of Islamic
Law, (Washington: IIIT, 2005), xxii.
44
terdapat hubungan erat antara maqashid al-syari’ah dengan illat, hikmah,
kemaslahatan, dan tujuan atau niat.67
a. Masa Ta’sis
67
Umar bin Shalih bin Umar, Maqashid al-Syari’ah ‘Inda al Imam al-Izz bin Abd alSalam,
(Urdun: dar al-nafa’is li al-Nashr wa al-Tawz, 2003), h. 88.
68
Yusuf al-Qardhawi, Fiqh Maqasid al-Syari’ah (Jakarta: Pustaka al-Kautsar), h. 17.
69
Abu Ishaq al-Syatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Syari’ah, (Beirut: Dar al-Kutub al-ilmiyah,
2004), h. 221.
70
Siti Fathimatuzzahrok, Pemeliharaan Lingkungan Dalam Tinjauan Tafsir Maqasidi (Ayat-Ayat
Ekologi dalam Kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir), (skripsi, Insttitut Agama Islam Negeri
Salatiga, 2020),H. 22
71
Hammadi al-ubaydi, al-Shatibi, Al-Shatibi wa Maqashid al-Syari’ah (Beirut: Dar Qutaybah,
1996),h. 135.
45
ketika memutuskan suatu perkara. Sebelum masa khalifah Umar bin Khattab
kaum muslimin yang mengikuti perang mendapat hak untuk memiliki hak
kepemilikan pada tanah dan segala sesuatu hasil rampasan perang. Namun, pada
saat Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah peraturan ini berubah. Tanah
yang telah ditaklukkakn oleh kaum muslimin hak miliknya tetap berada pada
pemiliknya dan mereka hanya perlu membayar pajak bumi yang disebut dengan
kharaj.
Kharaj adalah hak kaum muslimin atas tanah yang ditaklukkan dari kaum
kafir baik dengan jalan paksaan maupun jalan damai. Kharaj merupakan sejenis
pajak pada tanah yang ditaklukkan dengan jalan paksaan baik pemiliknya orang
dewasa, di bawah umur, orang merdeka, hamba sahaya, muslim maupun non
muslim. Harta rampasan perang pada zaman nabi Muhammad SAW. baik melalui
jalan damai maupun perang dibagikan kepada glongan yang terdapat dalam syrat
al-Anfal: 41
لرسو ِل َو ِلذِي ْالق ْربَى َو ْاليَتَا َمى َ سه َو ِل َ ّلل خم ِ َ ِ يءٍ فَأ َ َن َ غنِ ْمت ْم ِم ْن
ْ ش َ َوا ْعلَموا أَنَ َما
ِ َع ْب ِدنَا َي ْو َم ْالف ْرق
ان َي ْو َم َ علَى َ اّلل َو َما أَ ْنزَ ْلنَا
ِ َ س ِبي ِل ِإ ْن ك ْنت ْم آ َم ْنت ْم ِب
َ ين َواب ِْن ال َ َو ْال َم
ِ سا ِك
ٌ يءٍ قَد
ِير ْ شَ علَى ك ِل َ َّللا ِ َْالتَقَى ْال َج ْمع
َ ان َو
Ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat
Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika kamu beriman
kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada hamba kami
(Muhammad di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah
maha kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal/8: 41).72
72
Lajnah pentashih Mushaf al-Qur’an, “Qur’an Kemenag”, dalam https://quran .kemenag.go.id//
diakses 19 Juli 2023.
73
Muhammad Rawwa Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqih: Umar Bin Khattab ra, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1999), h. 85.
46
perseorangan saja. Tanah-tanah tersebut menjadi kepemilikan negara yang berada
di tangan pemilik yang terdahulu lalu mereka dikenakan pajak (kharaj). Hasil
pajak inilah yang digunakan untuk membayar gaji para tentara yang ditempatkan
di kamp pertahanan dan negeri yang dibebaskan. Dan sisa pajak ini dibagikan
kepada seluruh muslim.
b. Masa Tadwin
Pada abad 1 hingga abad 3 H ilmu maqashid belum menjadi fan ilmu
tersendiri. Namun, pada masa ini beberapa ulama sudah banyak yang
memcicarakan dan mempraktekkannya. Lalu pada abad 5 H mulai muncullah
karya yang membahas maqashid al-syari’ah. Berikut merupakan kitab-kitab yang
ditulis dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut:74
Imam Syafi’I (w. 204 H) pada mulanya memberi nama kitab al-Risalah
dengan nama al-Kitab. Namun, karena kitab ini merupakan hasil surat menyurat
natara Imam Syafi’i yang bermukim di Mesir dan Abd ar-Rahman bin Mahdi
yang tinggal di Iraq buku ini lalu diberi nama ar-Risalah yang berarti sepucuk
surat. Dalam kitab al-Risalah Imam Syafi’i memuat tentang al-Qur’an, bayan
sunnah tentang al-Qur’an, dan ijtihad yang diformulasikan dalam bentuk qiyas
dan istinbath hukum.75
2). Kitab al-Shalah wa Maqashiduha karya al-Tirmidzi al-Hakim (w. 320 H).
3). Kitab Ma’khaz al-Syara’i karya Abu Manshur al-Maturidy (w. 333 H).
74
Ahmad al-Raisuni, Nazariyyah al-Maqashid ‘Inda al-Imam al-Syatibi, (Herndon: Ma’had
al’alami li al-Fikr al-Islami, 1995), h. 40-68.
75
Abu Yasid, Logika Ushul Fiqih (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), h. 79-80.
76
Ahmad al-Raisuni, h. 40-41.
47
4). Kitab Mahasin al-Syari’ah karya Abu Bakr al-Qaffal al-Syasyi ( w.365
H).
5). Kitab Mas’alah al-Jawab wa al-Dala’il wa al-Illal karya Abu Bakr al-
Abhari (w. 375 H).
7). Kitab al-Burhan fi Usul al-Fiqh karya Imam al-Juwaini (w. 478 H).
8). Kitab al-Mustasfa fi Usul al-Fiqh dan Syifa al-Galil fi Bayan al-Syabah
wa al-Mukhil wa Masalik al-Ta’lil karya Abu Hamid al-Ghazali (w. 505 H).
9). Kitab al-Mahsul fi Ushul al-Fiqh karya Fakhr al-Din al-Razi (w. 606 H).
10). Kitab al-Ihkam fi Usul al-Ahkam karya Sayf al-Din al-Amidi (w. 631 H).
12). Kitab Minhaj al-Wushul fi ‘Ilm al-Usul karya al-Baidawi (w. 685 H).
77
Ahmad al-Raisuni, h. 47-51.
78
Ahmad al-Raisuni,h 51-56.
48
Imam al-Baidawi dalam kitab Minhaj al-Wushul fi ‘Ilm al-Usul
mengklasifikasikan maqashid menjadi dua yakni maqashid dunyawiyyah
(tujuan duniawi), dan maqashid ukhrawiyah (tujuan akhirat).79
13). Kitab Nihayah al-Sul fi Syarh Minhaj al-Wusul karya al-Isnawi (w. 772
H).
14). Kitab Jam’u al-Jawami’ karya Ibn al-Subki (w. 771 H)
18). Kitab I’lam al-Muwaqqi’in karya Ibn Qayyim al-Jauziyyah (w. 751 H).
79
Ahmad al-Raisuni, h. 60.
80
Ahmad al-Raisuni, h. 62-63.
81
Ahmad al-Raisuni, h. 65-67.
82
Ahmad al-Raisuni, h. 78
49
19). Kitab al-Zari’ah Ila Ma’rifah Asrar al-Syari’ah karya Najmuddin al-
Tufi (w. 716 H).
20). Kitab al-Muwafaqat fi Usul al-Syari’ah karya al-Syatibi (w. 790 H).
(i) Perubahan maqashid dari maslahah mursalah menjadi dasar-dasar hukum.. Al-
Syatibi menganggap maqashid sebagai dasar-dasar agama, aturan dasar hukum,
dan keyakinan universal.
(ii) Perubahan maqashid dari ‘hikmah di balik hukum’ menjadi ‘dasar-dasar
hukum.’ Berdasarkan tentang fundamentalitas dan universalitas maqashid , al-
Syatibi menilai bahwa hukum 'universal (al-kulliyyah) tidak dapat
dikesampingkan oleh hukum-hukum yang parsial (al-juz’iyyat).’ Hal ini cukup
menyimpang dari fundamental tradisional, bahkan dalam mazhab Maliki, yang
selalu mengutamakan hukum parsial yaitu’dalil-dalil spesifik atas dalil-dalil
‘umum’ atau universal.
(iii) Perubahan maqashid dari yang awalnya sebuah 'ketidakpastian' (zanniyyah)
menjadi 'kepastian' (qathiyyah).
Al-Syatibi dijuluki sebagai bapak maqashid al-syari’ah berkat pemikirannya
tersebut.
c. Masa Tajdid
Masa tajdid adalah masa dimana ilmu maqashid al-syari’ah sudah menjadi
sebuah fan ilmu tersendiri. Pada masa tadwin maqashid masih bersifat penjagaan
(hifdz), dan pada saat masa tajdid maqashid perubah menjadi sebuah
perkembangan (tathawwur). Kitab-kitab yang dihasilkan pada masa ini adalah
sebagai berikut:
83
Jasser Auda, Maqashid al-Syari’ah as Philosophy of Islamic Law a System approach, h. 21.
50
Ibnu Asyur merupakan ulama alumni universitas Zaituniah sekaligus
pemimpin mufti di Tunisia. Ilmu maqashid syari’ah mengalami masa stagnansi
sejak al-Syatibi wafat yakni pada abad ke-8 H hingga abad ke-15 H. Kemudian
muncul Ibnu Asyur yang dijuluki sebagai bapak maqashid modern.Ibnu Asyur
mengklasifikasikan maqashid menjadi dua bagian yaitu maqashid ‘amm (umum)
dan maqashid khash (khusus). Ibnu Asyur menambahkan beberapa nilai universal
yang harus memprioritaskan kemaslahatan individu dan sosial. Diantaranya
adalah fitrah (naturalis), samahah (toleran), musawah (egalitarianism), taisir
(kemurahan), dan hurriyah (nilai kebebasan).84
Jasser Auda adalah seorang pendiri Maqasid Research Center dan Filsafat
Hukum Islam di London. Pemikiran Jasser Auda banyak terinspirasi dari
pemikiran Ibnu Asyur. Jasser Auda mengembangkan enam fitur pendekatan
system, yaitu beriorientasi pada tujuan, keterbukaan, keutuhan, keterkaitan,
kognitif, dan multidimensi.87
84
Muhammad Tahir Ibnu Asyur, Maqashid al-Syari’ah al-Islamiyyah, h. 176.
85
M. Coirun Nizar, “Literatur Kajian Maqahid Syari’ah,”Ulul Albab, no.35 Agustus,2016, h. 62.
86
M. Coirun Nizar, h. 63.
87
Jasser Auda, Maqashid al-Syari’ah as Philosophy of Islamic Law a System approach, h. 45-51.
51
5. Kitab al-Syatibi wa Maqashid al-Syari’ah karya Dr. Hammadi al-Ubaidi
Selain para ulama yang telah disebutkan diatas masih banyak ulama-ulama
lain yang turut serta dalam perkembangan maqashid syari’ah. Salah satunya yakni
Nuruddin al-Khadimi dengan karyanya al-Ijtihad al-Maqashidi yang menawarkan
metode baru dalam berijtihad yaitu dengan berorientasi pada maqashid al-syari’ah
untuk memecahkan problem yang bersifat kontemporer. Tujuannya adalah agar
syari’at Islam tetap relevan dengan perkembangan zaman.89 Kemudian dr.
Abdullah Ibnu Bayyah dengan kitabnya ‘Alaqah maqashid Syari’ah bi Ushul al-
Fiqh yang memuat secara komprehensif tentang hubungan ilmu maqashid syari’ah
dengan ilmu ushul fikih. Terdapat pula keterangan tentang pendapat para Imam
Madzhab tentang maqashid dalam kitab ini.90
88
M. Coirun Nizar, h. 65.
89
M. Coirun Nizar, h. 64.
90
M. Coirun Nizar, h. 66.
52
dalam kondisi aman, tidak terjadi konflik. 91 Selain itu juga di Indonesia terdapat
buku penafsiran suatu surat dengan metode tafsir maqashidi. Misalnya buku karya
Dr. Andi Rahman yang berjudul tafsir maqashidi surat yasin. Dalam buku ini
menjelaskan tentang pentingnya amal jariyah sebagai bekal untuk mendapatkan
kebahagiaan di akhirat.92
B. Tafsir Maqashidi
Tafsir maqashidi terdiri dari dua kata yang digabungkan menjadi satu,
yakni tafsir dan maqashidi. Lafadz tafsir merupakan masdar dari fi'il (kata kerja)
fassara-yufassiru-tafsiran) yang berarti mengungkap, menjelaskan, dan
menampakkan makna yang logis. Adapun tafsir secara terminologi memiliki
beberapa pengertian. Dalam kitab al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an al-Zarkasyi
mendefinisikan tafsir adalah sebuah ilmu untuk memahami al-Qur'an yang
91
Abdul Mustaqim, “Kuliah Online Tafsir Maqasidi Pertemuan 3-Aspek Maqashid, Tingkatan dan
Nilai Fundamental Maqashid, “LSQ TV, Diunggah pada 1 Oktober 2020, Video Youtube,
1:03;53, https://youtu.be/gokJqXTn-RA.
92
Andi Rahman, Tafsir Maqashid Surah Yasin, (Ciputat: Yayasan Wakaf DarusSunnah,2019), h.
25.
53
diwahyukan pada Rasulullah SAW. untuk menjelaskan hikmah, hukum, dan
makan yang terkandung di dalamnya dengan menguasai ilmu asbab al-nuzul,
nasikh mansukh, munasabah ayat, ilmu bahasa, ilmu balaghah, ilmu bayan, ilmu
qira'at, Nahwu, tashrif, ushul fikih dan lain-lain. Lafadz maqashidi adalah kata
maqashid yang ditambah dengan huruf ya' nisbah. Maqashid adalah jamak dari
kata maqsad yang berarti niat, prinsip, sasaran, dan tujuan.
Menurut Wasfu Asyur Abu Zayd tafsir maqashidi merupakan salah satu
corak tafsir yang bertujuan menyingkap makna-makna logis dan tujuan yang
terdapat dalam al-Qur'an, baik yang berupa umum maupun khusus. Adapun
tujuannya adalah kemaslahatan umat.
54
tafsir. Sebagai filsafat tafsir, tafsir maqashidi menggunakan nilai-nilai maqashid
sebagai dasar filosofi dan semangat dalam proses penulisan al-Qur'an.
Hal ini tidak hanya memberikan semangat baru dalam produk penafsiran
al-Qur'an, tetapi juga dalam proses penafsiran itu sendiri. Sebagai metodologi
tafsir maqashidi mendorong perlunya merekonstruksi dan mengembangkan
penafsiran al-Qur'an berdasarkan teori maqashid, sedangkan sebagai produk tafsir,
tafsir maqashidi berfokus pada pembahasan tentang maqashid dari setiap ayat
alquran yang ditafsirkan.
55
Bukti adanya penerapan kemaslahatan dalam penafsiran telah terjadi pada
masa awal, yaitu keputusan yang berasal dari Abu Bakar terkait pengumpulan
mushaf al-Qur'an. Serta fatwa-fatwa Umar bin Khattab. Contoh fatwa Umar yang
dinilai lebih maslahat adalah talak tiga dalam satu majlis dianggap sebagai talak
tiga, dengan pertimbangan urf demi kemaslahatan.
Tafsir Maqashidi disebut bapak dari semua tafsir yang ada berpendapat
bahwa setiap tafsir harus memiliki ruh maqashidi. Terlepas dari metode dan
pendekatan yang digunakan dalam interpretasi Al-Qur'an harus menjelaskan
tujuan yang diinginkan dan niat Allah dalam bukunya. Ini menunjukkan betapa
pentingnya interpretasi dan maqashidi pemahaman Alquran dalam interaksi
Alquran. Untuk memastikan tafsir maqashidi tidak beralih ke arah mazhab yang
ekstrem, perlu diterapkan prinsip-prinsip khusus baik secara teori maupun praktis.
Prinsip-prinsip tafsir maqashidi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
56
e. Membuktikan konsisten antara kalimat, ayat, surah, dan ayat secara
keseluruhan.
B. Tafsir Maqashidi
Tafsir maqashidi terdiri dari dua kata yang digabungkan menjadi satu,
yakni tafsir dan maqashidi. Lafadz tafsir merupakan masdar dari fi'il (kata kerja)
fassara-yufassiru-tafsiran) yang berarti mengungkap, menjelaskan, dan
menampakkan makna yang logis.93 Adapun tafsir secara terminologi memiliki
beberapa pengertian. Dalam kitab al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an al-Zarkasyi
mendefinisikan tafsir adalah sebuah ilmu untuk memahami al-Qur'an yang
diwahyukan pada Rasulullah SAW. untuk menjelaskan hikmah, hukum, dan
makan yang terkandung di dalamnya dengan menguasai ilmu asbab al-nuzul,
nasikh mansukh, munasabah ayat, ilmu bahasa, ilmu balaghah, ilmu bayan, ilmu
qira'at, Nahwu, tashrif, ushul fikih dan lain-lain.94 Lafadz maqashidi adalah kata
maqashid yang ditambah dengan huruf ya' nisbah. Maqashid adalah jamak dari
kata maqsad yang berarti niat, prinsip, sasaran, dan tujuan.95
Menurut imam al-Syatibi, tafsir maqashidi adalah tafsir yang menekankan pada
pemahaman tujuan dan dibalik hukum syari'at. Tujuan utama syari'at adalah untuk
memelihara darurat al-khams yaitu menjaga agama, akal, jiwa, keturunan, dan
harta.96
93
Manna' al-Qaththan, Dasar-Dasar Ilmu al-Qur'an, ed. Umar Mujtahid (Jakarta: Ulumul Qur'an,
2018), h. 499.
94
Badr al-Din, Muhammad al-Zarkasyi, al-Burhan fi 'ulum al-Qur'an, Juz 1 (Beirut: Dar al-
Ma'rifah, 1957), h. 15.
95
Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam melalui Maqashid Syari'ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd
Mun'im (Bandung, Mizan, 2015), h. 32.
96
Abu Ishaq al-Syatibi, al-Muwafaqat fi usul al-syari'ah, jilid 1,vol II, (al-Mamlakah al-'Arabiyah
al-Su'udiyah: Wizarah al-Shu'un al-Islamiyah wa al-Awqaf wa al-Da'wah wa al-Irsyad), h. 8.
57
Menurut imam al-Razi tafsir maqashidi adalah tafsir yang membahas tujuan
dibalik ayat-ayat al-Qur'an. Al-Razi juga berpendapat bahwa tujuan pokok ayat al-
Qur'an adalah mengesakan Allah, hukum syari'at, dan keadaan hari akhirat.97
Menurut Wasfu Asyur Abu Zayd tafsir maqashidi merupakan salah satu corak
tafsir yang bertujuan menyingkap makna-makna logis dan tujuan yang terdapat
dalam al-Qur'an, baik yang berupa umum maupun khusus. Adapun tujuannya
adalah kemaslahatan umat.98
Hal ini tidak hanya memberikan semangat baru dalam produk penafsiran
al-Qur'an, tetapi juga dalam proses penafsiran itu sendiri. Sebagai metodologi
tafsir maqashidi mendorong perlunya merekonstruksi dan mengembangkan
penafsiran al-Qur'an berdasarkan teori maqashid, sedangkan sebagai produk tafsir,
97
Muhammad Anas, Studi Komparatif Maqashid al-Qur'an, Abu Hamid Muhammad Ibn Hamid
al-Ghazali dan Rasyid Rida, (skripsi universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 1
98
Wasfi Asyur Abu Zayd, Metode Tafsir Maqashidi Memahami Pendekatan Baru Penafsiran Al-
Qur'an, terj. Ulya Fikriyati, (Jakarta: PT Qaf Media Kreatif, 2020), h. 20.
99
Abdul Mustaqim, Argumentasi Keniscayaan Tafsir Maqashidi sebagai Moderasi Islam dalam
Pidato Pengukuhannya sebagai Guru Besar, (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2019), h 12-13.
100
Abdul Mustaqim,h. 11-13
101
Abdul Mustaqim,h.6
58
tafsir maqashidi berfokus pada pembahasan tentang maqashid dari setiap ayat
alquran yang ditafsirkan.102
102
Abdul Mustaqim, h. 33-41
103
Kusmana, "Epistemologi Tafsir Maqashidi",( Mutawatir 6, no. 2 Desember 2016), h. 208.
104
Zaenal Hamam dan A. Halil Thahir, "Menakar Sejarah Tafsir Maqashidi", QOF 2, no. 1, (22
Januari 2018), hlm 7.
59
Halil Thahir mengutip dari al-Dzahabi menuliskan bahwa sejarah
penafsiran al-Qur'an dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode nabi Muhammad
dan para sahabat (marhalah ta'sis), periode tabi'in (marhalah ta'shil), dan periode
tadwin (marhalah tadwin). Sholeh Abdul Fatah juga menambahkan satu periode
lagi yaitu periode keempat, periode tajdid.105
Tafsir Maqashidi disebut bapak dari semua tafsir yang ada berpendapat
bahwa setiap tafsir harus memiliki ruh maqashidi. Terlepas dari metode dan
pendekatan yang digunakan dalam interpretasi Al-Qur'an harus menjelaskan
tujuan yang diinginkan dan niat Allah dalam bukunya. Ini menunjukkan betapa
pentingnya interpretasi dan maqashidi pemahaman Alquran dalam interaksi
Alquran. Untuk memastikan tafsir maqashidi tidak beralih ke arah mazhab yang
105
Zaenal Hamam dan A. Thahir, h. 2.
106
14. Zaenal Hamam dan A. Thahir, h. 12.
107
Zaenal Hamam dan A. Thahir, h. 12.
60
ekstrem, perlu diterapkan prinsip-prinsip khusus baik secara teori maupun praktis.
Prinsip-prinsip tafsir maqashidi yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
108
c. Mengutamakan maqashid tekstual dan asli dari al-Qur'an. Hal ini dilakukan
ketika terjadi pertentangan antara maqashid tekstual dan maqashid lain.
108
Zayd, Metode Tafsir Maqashidi Memahami Pendekatan Baru Penafsiran al-Qur'an, terj. Ulya
Fikriyati, h. 133-158.
109
Zayd, h. 111-132.
110
Abdul Mustaqim, Argumentasi keniscayaan Tafsir Maqashidi Sebagai Moderasi
Islam dalam Pidato Pengukuhannya Sebagai Guru besar, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,2019),
6-7.
61