Anda di halaman 1dari 29

JIHAD,BOM BUNUH DIRI DAN TERORISME DALAM ISLAM

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

“ Fiqh Kontemporer”

Dosen Pengampu : Darmawan Tia Indra Raja, M.Ag

DISUSUN OLEH:

Siti Aisyah : 12020421196

Muhammad Laksamana : 12020413855

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH)

FAKULTAS SYARI`AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, karunia serta

kasih sayang-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Jihad Bom

Bunuh Diri Dan Terorisme dalam Islam tepat waktu. Sholawat serta salam

semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-

satunya uswatun hasanah kita Nabi Muhamma d SAW.

Selanjutnya tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Darmawan

Tia Indra Raja, M.Ag selaku dosen mata kuliah Fiqh Kontemporer. Dalam

penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan

kekeliruan baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan

Teknik pengetikan, demikian inilah usaha maksimal kami selaku penulis. Semoga

dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan mengaharpkan kritik yang membangun dan para pembaca guna

memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 13 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................2

1.3 Tujuan Masalah....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................3

2.1 Jihad.....................................................................................................3

2.2 Bom Bunuh Diri..................................................................................12

2.3 Terorisme............................................................................................16

BAB III PENUTUP.......................................................................................24

2.2 Kesimpulan......................................................................................... 24

2.3 Saran...................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu ajaran agama islam yang lansung ditunjukan Allah SWT

melalui Al- Qur’an adalah ajaran tentang jihad. Pembahasan tentang jihad ini

cukup banyak mendapat respon dari hadist Rasulullah dan ijtihad para

ulama’. Dalam ilmu-ilmu Islam lainya yang banyak terlibat dengan

pembahasan ajaran ini antara lain, ilmu fiqih, filsafat, dan tasawuf. Masing -

masing membahas tentang jihad sesuai dengan kecenderungannya.

Dalam fiqh, ajaran jihad mendapat perahatian khusus dari para

fuqaha’. Hampir dalam pemabahsan fiqh di temukan pembahasan tentang

jihad secara rinci. Dan banyak pula dari kita (orang awam) mengenal akan

jihad tersebut, sehingga menyebabkan banyak perbedaan pandangan akan arti

jihad. Identik dengan sifat dan pemikiran manusia yang berbeda-beda

sehingga terjadi kesenjangan fikir, ada yang berfikir ekstrim, ada yang

sedangsedang, ada pula yang lembut. Inilah penyebab terjadinya atau

terbentuknya terorisme yang banyak kita ketahui di beberapa tempat di

Indonesia khususnya, dan terorisme ini menjadi bahan topik yang sangat

menggemparkan di seluruh dunia, dengan embel-embel menegak kan ajaran

Islam mereka rela membunuh orang lain yang tidak bersalah dengan

mengebom diri sendiri di suatu tempat yang ramai orang

Menurut Azyumardi Azra, hampir bisa dipastikan istilah jihad

merupakan salah satu konsepsi Islam yang paling sering di salahfahami.

Khususnya di kalangan para ahli dan pengamat barat. Ketika istilah ini

1
disebut, citra yang muncul di kalangan barat adalah lascar muslim yang

menyerbu di beragai wilayah di timur tengah atau tempattempat lain yakni

memaksa orang-orang non-muslim memeluk Islam.

Melekatnya citra jihad sebagai perang, menyerbu, dan memaksa

orang-orang non muslim masuk islam dengan kontrofarsi fisik atau dengan

cara-cara militer dan kekerasan, pada akhirnya dapat mereduksi dan

mengabaiakn prinsipprinsip perdamaian dalam agama Islam. Selain upaya-

upaya reduksi pemahaman jihad di atas, dalam intern umat Islam sendiri jihad

memang lebih dominan di pahami sebagai solusi legal untuk menyerang

orang-orang yang ada di luar wilayah Islam. Disinilah letak dari adanya

terorisme dan bom bunuh diri yang akhir – akhir ini merajalela di dunia.

Disini akan dibahas tentang jihad yang sebenarnya dengan jihad politik yang

menjadikan adanya terorisme dan bom bunuh diri.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Jihad Dalam Islam ?

2. Apa itu Bom Bunuh Diri Dalam Islam?

3. Apa itu Terorisme Dalam Islam?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Apa itu Jihad Dalam Islam

2. Untuk Mengetahui Bom Bunuh Diri Dalam Islam

3. Untuk Mengetahui Terorisme Dalam Isl

2
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Jihad

a. Pengertian Jihad

Kata jihad (al-jihad), dalam bentuk kata masdar (kata benda noun)

berasal dari akar kata juhdu dan jahdu yang berarti, antara lain: kekuatan,

kemampuan, kesulitan, kelelahan, dan lain-lain, dan kata jihad juga adalah

bentuk masdar dari kalimat jahada- yajhadu, yang mempunyai arti

berusaha mengabiskan segala daya kekuatan, baik berupa perkataan

maupun perbuatan, yang oleh para ulama memberikan arti etimologisnya

dalam bentuk yang berbeda-beda . 1

Dalam kamus bahasa Indonesia, jihad diartikan sebagai perang

memerangi orang kafir untuk membela agama Islam . 2Jika dilihat dari segi

bahasa secara garis besar jihad juga bisa diartikan sebagai penyeruan (ad-

dakwah), menyeruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah kemungkaran

(amar ma‟ruf nahi munkar), penyerangan (ghazwa), peperangan (al-qital),

menahan hawa nafsu dan semakna dengannya atau mendekati. Makna

Jihad Menurut Istilah: Dalam terminologi syar`i kata jihad mempunyai

beberapa makna: Suatu usaha optimal untuk memerangi orang-orang kafir.

Dilihat dari sudut penggunaan katanya, Jihad dalam AlQur‟an sendiri

lebih banyak menggunakan kata-kata jihad dengan bentuk kata jadiannya

1
Ansari Yamama, Fatwa Jihad dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif,
(Depok: Prenadamedia, 2017), hal. 124.
2
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,
2008), hal.637

3
dari pada menggunakan kata jihad dengan bentuk akar katanya, al-juhdu,

yang tedapat pada surat at-Taubah ayat 79. Yang berarti sebuah upaya

yang kuat yang lahir dari sebuah keinginan atau dorongan. Adapun akar

kata al-jahdu terdapat pada lima tempat dalam surah yang berbeda, pada

surat al- An‟anam ayat 109, an-Nahl ayat 38, an-Nuur ayat 53, al-Faathir

ayat 42 dan surat al-Maaidah ayat 53. Semua kata al-Jahdu dalam ayat ini

menunjukkan adanya upaya-upaya yang serius yang dilakukan oleh kaum

muslimin, termasuk ketika melakukan sumpah, baik dalam konteks

mendukung kebenaran maupun dalam konkeks menutupi kesalahan . 3

Kata jihad dalam Al-Qur‟an mengandung beberapa pengertian

menurut urutan turunnya ayat. Ada yang berarti penyeruan (dakwah),

pemaksaaan, peperangan dan lainnya. Diantaranya ada yang menggunakan

fi sabilillah dan ada yang tidak, berikut ini dikemukakan beberapa contoh:

a. Surat al-Furqan: 52

      


Artinya: Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan
berjihadlah terhadap mereka dengan Al Quran dengan Jihad
yang besar.(QS. al-Furqan: 52)

Jelas bahwa arti jihad pada ayat ini adalah menyampaikan hujjah

kepada orang-orang yang ingkar ataupun berdiskusi dengannya

menggunakan dalil-dalil pasti yang akan membuat mereka yakin

terhadap kebenaran Islam. Jihad dalam pengertian ini semakna dengan

perkataan dakwa atau seruan ke jalan Islam.

b. Surat al- Ankabut: 69


3
Husain Mazhariri, Menelusuri Makna Jihad, (Jakarta: Lentera, 2000), hal. 89

4
        

(Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan)

Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka

jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar

beserta orang-orang yang berbuat baik.(QS. Al-Ankabut: 69)

Kata jihad pada ayat tersebut mengandung pengertian

bersungguh-sungguh melaksanakannya dengan penuh ketabahan dan

kesabaran untuk mendapatkan ridha Allah di Jalan-Nya.

Arti jihad seperti pada ayat inilah yang selalu diartikan

kebanyakan orang untuk kata jihad. Berdasarkan beberapa ayat tersebut,

jelas bahwa di dalam Al-Quran, berjihad tidak hanya digunakan untuk

satu pengertian saja, namun digunakan untuk beberapa pengertian yang

mengandung makna sebagai tabligh, dakwah, pemaksanaan,

kesungguhan ataupun peperangan. Selain itu, ada pula ulama yang

berpendapat, “Jika kata jihad diiringi kalimat fi sabilillah sesudahnya,

kata itu tidak mengandung pengertian kecuali berperang menggunakan

senjata. Akan tetapi, jika tidak diiringi kalimat fi sabilillah setelahnya

dapat diartikan selain dari berperang, baik sebagai dakwah maupu

menahan nafsu.4

Ada beberapa pengertian jihad yang dikemukakan para tokoh

diantaranya, menurut Ragib al-Isfahani makna praktis jihad menjadi 3

bentuk, yaitu:
4
Ansari Yamama, Fatwa Jihad dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif,
(Depok: Prenadamedia Group, 2017), hal. 125.

5
1) Berjuang keras melawan musuh yang nyata,

2) berjuang keras melawan setan, dan

3) berjuang keras melawan hawa nafsu .

Wahbah Zuhailiy dalam al-Fiqhul Islami wa „Adillatuhu

seorang mufasir kontemporer menafsirkan jihad dengan mengerahkan

segenap kemampuan untuk memerangi kaum kafir dan berjuang

melawan mereka dengan jiwa, harta, dan lisan mereka. Lebih lanjut

Wahbah Zuhailiy membagi jihad menjadi dua: Pertama, jihad melawan

hawa nafsu diri sendiri. Kedua, berjuang menghadapi musuh demi

membela agama, baik dengan jiwa maupun harta.5.

Ulama fikih (fuqaha) mulai dari imam mazhab yang empat

beserta murid atau pengikutnya, yang digolongkan menjadi ulama

klasik, hingga ulama modern kelihatannya juga mempunyai pandangan

yang berbeda mengenai jihad.

1. Madzhab Hanafi

Menurut mazhab Hanafi, tidak ada menyebutkan penjelasan yang

signifikan terkait konsep jihad baik secara etimologi maupun6 secara

terminologi, apalagi mengartikan jihad dengan makna perang secara

fisik. Menurutnya jihad dalam perang hanya dapat dilakukan ketika

umat Islam dalam keadaan terdesak atau diserang, yang biasa disebut

dengan istilah jihad mempertahankan diri.

5
Adian Husaini, Hegemoni Kristen Barat Dalam Studi Perguruan Tinggi. (Jakarta: Gema
Insani Press, 2006). hal. 13
6
Ansari Yamama, Fatwa Jihad dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif,
(Depok: Prenadamedia Group, 2017), hal. 138

6
2. Madzhab Maliki

Makna Jihad diperuntukkan kepada orang-orang muslim yang

memerangi orang-orang kafir yang tidak terikat dalam perjanjian

(damai) dei menegakkan ajarn Allah Swt. Jihad juga berarti

datangnya orang Islam kepada orang kafir untuk mengajak mereka

memeluk Islam, atau masuknya orang Islam kedaerah kafir untuk

tujuan serupa7

3. Madzhab as Syaafi’i

Madzhab as-Syafi‟i, juga menyatakan secara jelas bahwa jihad

adalah perang sebagaimana yang dinyatakan oleh imam Nawawi

‫ال د ااجها‬PP‫هوالقت‬Yang artinya “jihad itu adalah perang”, namun tetap

mengikuti situasi dan kondisi yang mengitari umat Islam8 .

4. Madzhab Hanbali

Jihad artinya memerangi orang-orang kafir, jihad juga berarti perang

dan mengerahkan kemampuan untuk menegakkan kalimat Allah.

Kalimat “Al Jihad” apabila disebut maka artinya adalah perang dan

kata “fisabilillah” artinya “jihad” 9 .

Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 tahun

2004 tentang Terorisme mengartikan jihad dengan dua pengertian yaitu:

1. Segala usaha dan upaya sekuat tenaga serta kesediaan untuk

menanggung kesulitan di dalam memerangi dan menahan agresi

7
Abdullah Azzam, Jihad Adab dan Hukumnya, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal.
12
8
Abdullah Azzam, Jihad Adab dan Hukumnya, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hal.
12
9
Abdullah Azzam, Jihad Adab dan Hukumnya, (Jakarta: Gema Insani Press), hal. 12

7
musuh dalam segala bentuknya. Jihad dalam pengertian ini juga

disebut al-qital atau al-harb.

2. Segala upaya sungguh-sungguh dan berkelanjutan untuk menjaga

dan meninggikan agama Allah (li i‟laai kalimatillah) 10 . Melihat dari

perintah jihad dan bentuk pelaksanaan jihad, Ibnu Qoyyimal-

Jauziyah membagi jihad menjadi empat tingkatan antara lain yaitu:

a) Jihad melawan hawa nafsu (jihad an-nafs). Jihad melawan nafsu

memiliki empat tingkat yaitu, berjihad melawan diri sendiri dalam

rangka mempelajari petunjuk Allah, berjihad dalam rangka

mengamalkan petunjuk Allah setelah mengetahuinya, berjihad

untuk mengajak orang lain kepada petunjuk Allah tersebut,

berjihad untuk sabar menghadapi segala rintangan dakwa11 .

b) Jihad melawan setan (jihad asy-syaitan). Jihad melawan setan

memili dua tingkatan. Pertama, berjihad melawan setan untuk

menolak keraguan yang dimasukkan oleh setan ke dalam hati.

Dan yang kedua berjihad untuk menolak syahwat (kesengan

nafsu) yang dihembuskan olehnya. Yang pertama dapat ditolak

dengan senjata keyakinan sedangkan yang kedua dengan senjata

kesabaran.

c) Jihad melawan orang-orang kafir (jihad al-kaffar) dan munafik

(jihad almunafiqin). Pada tingkatan ini masih dibagi lagi menjadi

empat jenis yaitu berjihad dengan hati, dengan lidah, dengan harta

10
MUI, “TERORISME”, Artikel diakses pada 19 November 2018, http://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf.
11
Mukhammad Ilyasin, Teroris dan Agama Konstruksi Teologi Teoantroposentris,
(Jakarta: Kencana, 2017), hlm.186

8
dan dengan jiwa. Berjihad dengan menggunakan tangan dan jiwa

lebih spesifik dipakai untuk melawan orang-orang kafir,

sedangkan jihad dengan lidah lebih spesifik dipakai dalam

melawan kaum munafik.

d) Jihad melawan orang-orang yang berbuat zalim, kemungkaran

dan bid‟ah. Pada tingkatan yang terakhir ini terdiri dari tiga

tingkatan. Pertama, dengan tangan jika ia sanggup. Namun jika

tidak sanggup maka beralih dengan menggunakan lisannya, dan

jika tidak sanggup maka dengan hatinya12 .

b. Macam-macam Jihad

Jihad yang disebutkan dalam kitabullah dan As-Sunnah dapat

digolongkan menjadi lima jihad, yaitu13:

a. Jihad dengan lisan (Jihad bil Lisan)

b. Jihad dengan pengajaran dan pendidikan (Jihad at-ta‟lim)

c. Jihad dengan kekuatan tangan/kekuasaan (Jihad bilyad)

d. Jihad politik (Jihad as-siyasah) dan

e. Jihad harta (jihad bil-maal)

Adanya kelima jenis jihad diatas adalah berdasarkan pada nash Al-qur‟an,

‫َو َما َكانَ ْال ُمْؤ ِمنُوْ نَ لِيَ ْنفِرُوْ ا َك ۤافَّ ۗةً فَلَوْ اَل نَفَ َر ِم ْن ُك ِّل فِرْ قَ ٍة ِّم ْنهُ ْم طَ ۤا ِٕىفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُوْ ا فِى‬

َ‫َولِيُ ْن ِذرُوْ ا قَوْ َمهُ ْم اِ َذا َر َجع ُْٓوا اِلَ ْي ِه ْم لَ َعلَّهُ ْم يَحْ َذرُوْ ن‬

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

12
Mukhammad Ilyasin, Teroris dan Agama Konstruksi Teologi Teoantroposentris,
(Jakarta: Kencana), hlm.187
13
Mukhammad Ilyasin, Teroris dan Agama Konstruksi Teologi Teoantroposentris,
(Jakarta: Kencana), hlm.189

9
mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada
kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga dirinya. (at-Taubah: 122)14

Pembagian tugas, dalam ayat ini dijelaskan “dan tidaklah boleh

orang-orang beriman itu turut semuannya.” (pangkal ayat 122). Dalam hal

ini orang beriman sejatinya tidaklah semua ikut dalam pertempuran

berjihad dengan senjata ke medan perang, akan tetapi alangkah baiknya

dari golongan orang yang berperang itu ada sekelompok dari mereka yang

memperdalam pengertian tentang agama.15

c. Objek dan Sasaran Jihad

Dalam buku Jihad Makna dan Implementasinya objek yang

menjadi sasaran jihad di bagi menjadi dua. Pertama, jihad non-fisik yaitu

1) jihad melawan hawa nafsu dan 2) jihad melawan setan. Kedua, jihad

fisik yaitu

1) jihad melawan orang-orang kafir

2) jihad melawan orang-orang munafik

3) jihad melawan orang-orang murtad

4) jihad melawan pemberontak

5) jihad melawan pengacau keamanan16 .

Ibnu Qayim membagi tingkatan jihad menjadi beberapa peringkat

di dalam melawan musuh. Musuh Islam digolongkan kepada empat musuh

besar. Pertama, jihad menghadapi orang kafir yang hendak merusakkan

14
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahan, (Surabaya, 2006), hal. 277
15
Hamka, Tafsir al-Azhar, jus II (Jakarta: Pustaka panjimas, 1994), Cet. III. hal. 121
16
Muchlis M. Hanafi, et. all., Jihad; Makna dan Implementasinya [Tafsir Tematik].
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2012), hal. 39

10
agama Islam atau hendak merusak akidah kita sendiri. Kedua, jihad

menghadapi syaitan dan iblis sebagai musuh turun temurun yang bersama-

sama dengan nenek moyang manusia keluar dari dalam surga. Manusia

sebagai keturunan Adam ditugaskan menjadi khalifah Allah di muka bumi

sedangkan setan dan iblis bertekad pula memusuhi manusia selama dunia

masih didiami. Ketiga, ialah kaum munafiq yakni lawan yang pada

lahirnya berupa kawan. Mereka adalah musuh yang pada kulitnya

mengaku jadi pembantu. Keempat, musuh yang paling dahsyat dan hebat

ialah yang ada dalam diri kita sendiri yaitu hawa dan nafsu kita. Jihad

adakalanya dengan cara damai semuanya tergantung pada situasi dan

kondisi objek sasaran jihad. Pemahaman jihad semakin luas makna jihad

di pahami sebagian besar ulama‟ kontemporer saat ini. Jihad adalah cara

untuk mencapai tujuan. Quraish Shihab, misalnya, memaknai jihad dalam

skala yang luas tidak hanya mengangkat senjata seperti, seorang ilmuwan

dengan pemanfaatan ilmunya, karyawan dengan karyanya yang baik, guru

dengan pendidikannya yang sempurna, pemimpin jihad dengan

keadilannya, pengusaha dengan kejujurannya, pemanggul senjata adalah

kemerdekaan dan penaklukan musuh yang zalim17.

d. Tujuan Jihad

Tujuan pokok jihad dalam Islam adalah menghambakan manusia

kepada Allah swt. seutuhnya, dan menggiring manusia dari penghambaan

makhluk kepada penghambaan khalik. Abd Halim Mahmud

17
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al Qur‟an.
(Jakarta: Lentera Hati, 2007), vol. 9 hal. 135

11
mensistematiskan tujuan jihad sesuai dengan makna jihad yang tertera

dalam nash al-Qur‟an:

a. Jihad dalam Islam dilakukan supaya agama hanya semata-mata karena

Allah swt.

b. Tidak ada lagi fitnah dalam agama (QS. al-Baqarah/2: 193).

c. Untuk membela orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita, maupun

anak-anak, mereka yang tidak memiliki daya upaya, mendapat

penindasan dari penguasa yang zalim. Mereka memohon kepada Allah

agar terlepas dari belengu tersebut (QS. al-Nisa/4: 75- 76).

d. Untuk membela mereka yang diusir dari tempat tinggalnya dan telah

merampas harta dengan cara yang tidak dibenarkan, sampai ia

mengatakan Tuhanku adalah Allah.

2.2 Bom Bunuh Diri

a. Pengertian Bom Bunuh Diri

Kata bom berasal dari bahasa Yunani (bombos), sebuah istilah yang

meniru suara ledakan „bom‟ dalam bahasa tersebut. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia diartikan sebagai senjata peledak; peluru besar yang

isinya mampu meledak. Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan yang

mengeluarkan energi secara besar dan cepat. Ledakan yang dihasilkan

menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap benda mati dan benda

hidup di sekitarnya.

Sedangkan pengertian bunuh diri yaitu, bunuh diri (dalam bahasa

Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal dengan istilah (harakiri)

12
adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain.

Bunuh diri adalah mematikan diri sendiri, sedangkan bom bunuh diri yaitu

seseorang yang bunuh diri menggunakan alat peledak dalam rangka

memenuhi ambisinya. Biasanya bom bunuh diri dilakukan pada situasi

perang yang sudah tidak menemukan jalan lagi, dalam arti jalan buntu

untuk dapat mengalahkan musuhnya. Dalam bahasa arab, bom bunuh diri

disebut intihaar, yang berasal dari kata kerja nahara yang berarti

menyembelih (dzabaha) dan membunuh (qatala). Artinya seseorang

menyembelih dan membunuh dirinya sendiri. Menurut pendapat

Muhammad Tha‟mah Al-Qadah, bom bunuh diri adalah aktivitas seorang

mujahid yang melemparkan dirinya pada kematian untuk melaksanakan

tugas berat, dengan kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat

memberi manfaat besar bagi kaum muslimin18 .

Moch. Eksan dengan argumentatif menjelaskan, dalam kitab fikih

klasik, tentu kita tidak akan menjumpai penjelasan tentang bom bunuh diri

sebagai konsep jihad fi sabilillah. Dengan demikian, bom bunuh diri

sebagai bagian dari konsep masa‟ilul al-fiqh yang relatif baru. Tidak ada

dalil dalam AlQur‟an dan Hadis yang jelas tentang boleh atau tidaknya

bom bunuh diri dalam jihad. Namun jumhur ulama berpandangan, bahwa

bom bunuh diri termasuk al-amaliyah al-istisyhadiyah (bom jihad) yang

bisa dilakukan dinegeri yang sedang berperang. Maraknya aksi bom bunuh

18
Ahmad Thobroni, “Bom Bunuh Diri dan Euthanasia dalam Tinjauan Hukum Islam”,
Artikel diakses pada 10 September 2018, http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua.

13
diri di negara Timur Tengah akhir-akhir ini, terutama di palesina dan irak

seolah telah mendapatkan legitimasi moral dan spritural agama19 .

Yusuf Qardhawi menyebutkan tentang keabsahan praktik bom bunuh

diri (Istishadiyyah) yang dilakukan di Palestiana. Bahwa praktik

Istishadiyyah yang dilakukan kelompok-kelompok perlawanan palestina

untuk melawan penduduk Zionis, tidak termasuk dalam hal yang dilarang

dengan alasan apapun, walaupun yang menjadi korban adalah penduduk

sipil. Kebolehan dari praktik ini harus memperhatikan dua hal:

a. Memperbolehkan praktik Istishadiyyah bagi saudarasaudara di Palestina

karena kondisi khusus mereka dalam membela diri, keluarga, anak-anak

dan kemuliaan mereka. Itulah yang memaksa mereka menggunakan

cara tersebut, karena tidak menemukan ganti perlawanan. Kami

memperbolehkan karena kondisi darurat yang memaksa atau

memperbolehkannya. Menganalogikan kondisi yang ada di negara lain

dengan kondisi di Palestina adalah analogi yang tidak pada tempatnya,

yaitu qiyas ma‟a al fariq. Hal ini tidak di terima oleh syariat.

b. Jika sudah mendapatkan ganti perlawanannya mereka yaitu dengan

persenjataan, maka tidak lagi dibutuhkan praktik Istishadiyyah. Hal ini

sebagai mana dalam kaidah ushul setiap keadaaan ada ketentuannya

tersendiri dan setiap tingkatan ada ukurannya sendiri. Istinbat yang

diguanakan oleh Yusuf Qardhawi dari kebolehannya melakukan praktik

Istishadiyyah bahwa harus melikat keadaanya dan kondisinya. Dari

kondisi ini melahirkan suatu hukum yang mana hukum ini ada dua

19
Ansari Yamama, Fatwa Jihad dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif,
(Depok: Prenadamedia Group, 2017), hal. 72.

14
jenis, yaitu hukuman dalam kondisi normal dan kondisi darurat. Dalam

kondisi darurat, diperbolehkan bagi seorang muslim apa-apa yang tidak

diperbolehkan dalam kondisi normal. Sehingga ketika dalam kondisi

darurat maka kaidah ushul yang menyatakan “keterpaksaaan

membolehkan larangan” yang berarti Istishadiyyah sebagai bentuk dari

keterpaksaan untuk melakukan perlawanan20 .

b. Sejarah Bom Bunuh Diri

Bom Bunuh diri pertama kali dilakukan dalam sejarah abad ke 20

dipelopori kelompok Hisbullah. Dari sinilah dimulai babak baru yang

dihembuskan oleh kalangan Amerika Serikat dan sekutunya sebagai

terorisme internasional. Hisbullah mengemas aksi bom bunuh diri itu

dengan interprestasi pembelaan agama, jihad dan syahid. Dari Hisbullah

inilah lahir pengebom-pengebom bunuh diri kelas satu. Kelompok

Hisbullah adalah sebuah partai politik dan milisi Syi‟ah yang berperan

penting dalam mengusir Israel dari Lebanon. Dalam sejarah Indonesia,

serangan aksi bunuh diri pernah terjadi pada 1900-an saat pasukan

Belanda menumpas perlawanan bersenjata ulama Aceh. Belanda

menyebutkan Aceh Moord: Yakni bunuh diri ala Aceh. Modusnya, mereka

nekat membunuh orang Belanda, walau disadari bahwa dia juga akan mati

pada saat itu.

Bom bunuh diri paling heroik dalam sejarah kemerdekaan bangsa

Indonesia pada 1945 dilakukan oleh Muhammda Toha di Bandung Selatan

20
Yusuf Qardhawi, Fiqih Jinayah: Sebuah Karya Monumental Terlenkap Tentang Jihad
Menurut Al- Quran Dan Sunnah, terj. Irfan Maulana Hakim, (Bandung: Mizan, 2010), hal. 904

15
dengan meledakkan dirinya di gudang mesiu demi melemahkan kekuatan

Belanda. Peristiwa ini disebut dengan “Bandung Lautan Api”21.

Di dalam sejarah kenabian tak pernah umat Islam membuat

ketakutan bom bunuh diri atau semacamnya. Yang ada bunuh diri dengan

benda tajam, sebagaimana hadist dari Jabir Ibnu Samurah ra

berkata:”pernah dibawa kepad Nabi SAW seorang laki-laki yang mati

bunuh diri dengan tombak, lalu beliau tidak menyolatkannya.” (Riwayat

Musim)`

2.3 Terorisme

a. Pengertian Terorisme

Dalam Bahasa Arab, terorisme dikenal dengan istilah Al-Irhaab.

Dari sini, bisa dipahami bahwa kata Al-Irhaab (teror) berarti

(menimbulkan) rasa takut. Irhabiyyun (teroris) artinya orang yang

membuat orang lain ketakutan, orang yang menakut nakuti orang lain.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terorisme adalah

penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha

mencapai tujuan terutama tujuan politik.22Sedangkan dalam kamus Bahasa

Ingris terror berarti kengerian.23 Teroris adalah orang yang menggunakan

kekerasan untuk menimbulkan rasa takut dan teror adalah perbuatan

sewenang- wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan,

kengerian oleh seseorang atau golongan.

21
Wikipedia. “Serangan Bunuh Diri”, Artikel diakses pada 17 Maret 2019,
http://id.wikipedia.org/wiki/konten Serangan bunuh diri.
22
Kamus besar indonesia
23
Andreas Halim, Kamus Lengkap ٩٠٠ milyard praktis (Surabaya: Fajar Mulya, tth) h.
291

16
Selain itu, ada beberapa definisi tentang terorisme antara lain:

a. Menurut Majlis Ulama Indonesia, melalui keputusan Ijtima komisi

fatwa pada tanggal 22 syawal 1424 H, atau tanggal 16 Desember 2003,

bahwa terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusian dan

peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan

negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan

kesejahteraan masyarakat. Terorisme adalah salah satu bentuk kejahatan

yang diorganisasi dengan baik, bersifat transnasional dan digolongkan

sebagai kejahatan luar biasa yang tidak membeda-bedakan sasaran.24

b. Menurut Habieb Muhammad Rizieq Syihab, Ketua Umum Front

Pembela Islam FPI beliau menyatakan sangat setuju dengan tindakan

aparat yang menangkap dan mengadili para pelaku teror dan

pengeboman bunuh diri

c. Menurut Muhammad Mustofa, terorisme adalah tindakan kekerasan

atau ancaman kekerasan yang ditujukan kepada sasaran secara acak

(tidak ada hubungan langsung dengan pelaku) yang berakibat pada

kerusakan, kematian, ketakutan, ketidakpastian dan keputusasaan

massal.25

Terorisme terambil dari kata teror, yakni usaha menciptakan

ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan.

Meneror berarti berbuat kejam (sewenang-wenang) untuk menimbulkan

rasa ngeri atau takut. Teroris adalah orang orang yang menggunakan

24
Muhammad Tahir-ul-Qadri, Fatwa Tentang Terorisme Dan Bom Bunuhdiri, (Jakarta:
Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI 2014) h. 35
25
Muhammad Mustofa, “Memahami Terorisme: SuatuPerspektif Kriminolog, (Jakarta:
Jurnal KriminologiIndonesia FISIP UI, 2002) h. 45

17
kekerasan untuk menimbulkan rasa takut. Dari penjelasan secara bahasa

ini, terorisme dapat diartikan sebagai: penggunaan kekerasan untuk

menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan.26Jadi

kesimpulannya dari beberapa definisi diatas, terorisme merupakan suatu

cara untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan ancaman

kekerasan bahkan pembunuhan guna menimbulkan rasa takut dan

menjatuhkan korban sebanyak-banyaknya secara tidak beraturan.

b. Sejarah Terorisme

Berkembangnya terorisme ditandai dengan bentuk fanatisme aliran

kepercayaan yang kemudian berubah menjadi pembunuhan, baik yang

dilakukan secara perorangan maupun oleh suatu kelompok terhadap

penguasa yang dianggap sebagai tirani. Pembunuhan terhadap individu ini

sudah dapat dikatakan sebagai bentuk murni dari Terorisme dengan

mengacu pada sejarah Terorisme modern. Walaupun istilah Teror dan

Terorisme baru mulai populer abad ke-18, namun fenomena yang

ditujukannya bukanlah baru. Kata terorisme berasal dari Bahasa Perancis

”le terreur” yang semula dipergunakan untuk menyebut tindakan

pemerintah dari hasil Revolusi Perancis yang mempergunakan kekerasan

secara brutal dan berlebihan dengan cara memenggal 40000 orang yang

dituduh melakukan kegiatan anti pemerintah.27

Selanjutnya kata Terorisme dipergunakan untuk menyebut gerakan

kekerasan anti pemerintah di Rusia. Dengan demikian kata Terorisme

26
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia,
2008) h, 1454.
27
Muhammad, Mustofa, “Memahami Terorisme:, SuatuPerspektif Kriminolog, Jurnal
KriminologiIndonesia FISIP UI, (Jakarta: 2002).

18
sejak awal dipergunakan untuk menyebut tindakan kekerasan oleh

pemerintah maupun kegiatan yang anti pemerintah. Terorisme muncul

pada akhir abad ke-19 dan menjelang terjadinya Perang Dunia-I, terjadi

hampir di seluruh belahan dunia. Sejarah mencatat pada tahun 189٠-an

aksi terorisme di Armenia melawan pemerintah Turki, yang berakhir

dengan bencana pembunuhan masal terhadap warga Armenia pada Perang

Dunia I. Pada dekade tersebut, aksi terorisme diidentikkan sebagai bagian

dari gerakan sayap kiri yang berbasiskan ideologi karena Mereka percaya

bahwa terorisme adalah cara yang paling efektif untuk melakukan revolusi

politik maupun sosial, dengan cara membunuh orang-orang yang

berpengaruh.

Sejak tahun 60 an telah terjadi pergeseran paradigma dalam aksi-

aksi teror, sebelum tahun 1968 istilah teror lebih banyak dikaitkan dengan

aksi pembunuh bayaran assasint gerakan kaum anarkhis anti negara, dan

aksi kekerasan oleh negara, setelah itu terorisme mulai berkembang

dengan menggunakan Agama sebagai basis ideologi. Inilah yang disebut

oleh sebagian pihak dengan teror berbasis Agama religius terrorisme.28

Terdapat pula gerakan yang menggunakan saluran politik, dalam

beberapa kasus kebangkitan model ini melibatkan kekerasan dalam

mengekpresikan semangat keberAgamaanya, gerakan yang

mengkampanyekan negara Islam, anti sekulerisme, pada dasarnya

terorieme Agama merupakan sejenis aksi politik untuk memperoleh

tujuan-tujuan politis ketimbang pemuasan hasrat rohani masyarakat.10

28
M.Kholid Huda, Hadits Nabi, Salafisme dan Global Terorism.(Journal of Quran and
Hadith Studies. Vol 4, No 12015) h, 28

19
Telah banyak nyawa yang melayang, bahkan jutaan jiwa menjadi korban

akibat dari kebangkitan Agama yang bertemu dengan kepentingan politik,

pantas saja hal ini menjadi sorotan isu global dan perhatian dunia. World

of health organization WHO melaporkan bahwa jumlah korban tewas

akibat kekerasan per 2011 mencapai angka rata-rata 1,3 juta jiwa tiap

tahunya. Bahkan centers disease control CDC menyebut angka 1,6 juta

orang.10Sampai saat ini teroris terus menjadi momok yang menghantui

dan menebar kecemasan publik secara mondial sehingga memunculkan

globalisasi ketakutan. Paras gerakan terorisme tumbuh dan berkembang

dari mulai jaringan besar hingga dalam wujudnya yng bersifat individual,

ide terorisme disebarkan dengan mudah dengan memanfaatkan kemajuan

teknologi informasi. Sehingga secara nyata kelompok teroris di negara

yang satu dengan kelompok di negara lainya bisa dengan mudah membuat

jaringan.29Anne Speckard dan Khapta Akhmedova meneliti generasi baru

jihadis yang merupakan pengikut militan wahabi, sebuah kelompok yang

selalu mengklaim sebagai penganut paham salafi.12 Dalam banyak

laporan, Al-Qaida dinilai banyak pihak sebagai aktor utama yang

mengekspor ide-ide jihad ke seluruh dunia. Burke dalam artikel berjudul

“Al-Qaeda” menyatakan bahwa organisasi ini sekarang lebih dari sekedar

organisasi biasa ia sudah menjadi ideologi yang dia sebut al-Qaedaisme

prinsip utamanya adalah melawan peradaban barat menggunakan jalan

jihad dan memperjuangkan tegaknya ajaran Islam. Di beberapa bagian

dunia al-Qaedaisme telah mengilhami lahirnya gerakan jihad lokal seperti

29
Ikhwanul kiram Mashuri, Isis Jihad atau Petualangan, (Jakarta: Republika 2014) h, xiv

20
Taliban di Afganistan, Islamic State IS. 30bahkan dalam analisis media ash-

Sharq al-Awsat, milisi Da’isy14 digambarkan sama atau lebih berbahaya

dari pada kelompok al-Qaeda atau Taliban. Milisi Da’isy dengan nama

berbeda-beda kisi menyebar di berbagai negara.

c. Terorisme Dalam Pandangan Islam

Kekerasan dalam terorisme bukan hanya terjadi secara fisik tetapi

secara jasmani dan mental. Dalam tindakan terorisme merupakan dimensi

kekerasan yang terjadi secara fisik, yang kemudian menimbulkan korban

dan pertumpahan darah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW

dengan membawa Agama islam di tengah-tengah manusia ini sebagai

rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi manusia bukan

suatu musibah yang membawa malapetaka. Allah SWT berfirman:

َ ‫لَقَ ْد َم َّن هّٰللا ُ َعلَى ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ اِ ْذ بَ َع‬


‫ث فِ ْي ِه ْم َرسُوْ اًل ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم يَ ْتلُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ٰا ٰيتِ ٖه َويُ َز ِّك ْي ِه ْم‬

َ ‫ب َو ْال ِح ْك َم ۚةَ َواِ ْن َكانُوْ ا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِ ْي‬


‫ض ٰل ٍل ُّمبِيْن‬ َ ‫َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِك ٰت‬

Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang


beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul
dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan
kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. (Qs Ali Imran 164)

Tindakan teror yang dilakukan para teroris itu tidak sesuai dengan

ajaran Agama islam yang selalu menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan

menghargai antar umat manusia. Islampun tidak pernah mengajarkan


30
Anne Speckard dan Khapta Akhmedova, The New Chechen Jihad, Millitant Wahabism,
(Democracy and Securuty 2006) h 103. Lihat juga: M.Kholid Huda, Hadits Nabi, Salafisme dan
Global Terorism.(Journal of Quran and Hadith Studies. Vol 4, No 12015) h, 59.

21
kepada umatnya berlaku kasar terhadap orang lain walaupun dia non

Muslim. tak hanya itu dengan di utusnya Nabi Muhammad Allah

menyerukan kepada kita agar selalu mengikuti ajaran yang Nabi

Muhammad ajarkan. bukankah Nabi kita tidak pernah mengajarkan untuk

umatnya menteror umat yang lain apalagi umat atau kaum yang lemah.

Semua madzhab fiqih menolak segala jenis pembunuhan dan kerusakan

yang dilakukan oleh para teroris. Para Ualama kontemporerpun dengan

tegas dan jelas telah menyatakan dibanyak pendapat mereka, bahwa yang

menghalalkan pembunuhan terhadap Muslim adalah kafir, dan menganggap

mereka sebagai khawarij.

Syaikh Shālih al-Fauzān seorang Ulama terkenal di Saudi pernah

ditanya tentang kaitan teroris dengan khawarij, beliau memberikan jawaban:

Maha suci Allah, kelompok ini tetap eksis, bukankah itu adalah aksi kaum

khawarij. Yaitu mengafirkan umat Islam, dan yang lebih parah adalah

membunuh umat Islam dan meneror mereka, ini adalah Madzhab Khawārij

yaitu berpijak pada tiga perkara. Pertama: mengafirkan umat Islam. Kedua

membelot dari ketaatan kepada pemerintah. Ketiga: menghalalkan darah

umat Islam. Ini adalh madzhab Khawarij sekalipun hanya diyakini oleh hati

dan tidak diucapkan serta tidak mengamalkanya . dia telah menjadi khawarij

dalam akidah dan pemikiranya yang tidak dia ucapkan. Dizaman shahabat

teror dan mengkafirkan orang Islam juga sering dilakukan oleh kaum

khawarij, seperti pada peristiwa pembunuhan ‘Abdullah bin Khabāb beserta

istrinya karena menolak pernyataan kaum khawarij bahwa ‘Ali dan ‘Utsman

telah kafir. Ibnu Katsir dan Imam At-Thabarī meriwayatkan: yang artinya:

22
Mereka membaringkanya dan kemudian menyembelihnya sehingga

darahnya mengalir ke air kemudian mereka menemui istri Abdullh bin

Khabab, dia berkata “aku ini seorang perempuan tidakkah kalian takut

kepada Allah?, kemudian mereka membelah perutnya dan membunuh tiga

perempuan lainya dari daerah Thay’i.31

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Jihad
31
Da’isy adalah singakatan dari al-Daulah Islamiyah fi al-Iraq wa asy-Syam.

23
Kata jihad (al-jihad), dalam bentuk kata masdar (kata benda noun)

berasal dari akar kata juhdu dan jahdu yang berarti, antara lain: kekuatan,

kemampuan, kesulitan, kelelahan, dan lain-lain, dan kata jihad juga adalah

bentuk masdar dari kalimat jahada- yajhadu, yang mempunyai arti

berusaha mengabiskan segala daya kekuatan, baik berupa perkataan

maupun perbuatan

b. Bom Bunuh Diri

Kata bom berasal dari bahasa Yunani (bombos), sebuah istilah

yang meniru suara ledakan „bom‟ dalam bahasa tersebut. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai senjata peledak; peluru besar

yang isinya mampu meledak. Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan

yang mengeluarkan energi secara besar dan cepat. Ledakan yang

dihasilkan menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap benda mati

dan benda hidup di sekitarnya

c. Terorisme

Dalam Bahasa Arab, terorisme dikenal dengan istilah Al-Irhaab.

Dari sini, bisa dipahami bahwa kata Al-Irhaab (teror) berarti

(menimbulkan) rasa takut. Irhabiyyun (teroris) artinya orang yang

membuat orang lain ketakutan, orang yang menakut nakuti orang lain.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, terorisme adalah

penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha

mencapai tujuan terutama tujuan politik.

3.2 Saran

24
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan

makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.

Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan

makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik

yang bisa membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Azzam, Jihad Adab dan Hukumnya, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000)

Adian Husaini, Hegemoni Kristen Barat Dalam Studi Perguruan Tinggi. (Jakarta: Gema Insani
Press, 2006).

25
Ahmad Thobroni, “Bom Bunuh Diri dan Euthanasia dalam Tinjauan Hukum Islam”,
Artikel diakses pada 10 September 2018, http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua.

Andreas Halim, Kamus Lengkap ٩٠٠ milyard praktis (Surabaya: Fajar Mulya, tth)
Anne Speckard dan Khapta Akhmedova, The New Chechen Jihad, Millitant Wahabism,
(Democracy and Securuty 2006) h 103. Lihat juga: M.Kholid Huda, Hadits Nabi,
Salafisme dan Global Terorism.(Journal of Quran and Hadith Studies. Vol 4, No 12015)

Ansari Yamama, Fatwa Jihad dalam Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif, (Depok:
Prenadamedia, 2017)
Da’isy adalah singakatan dari al-Daulah Islamiyah fi al-Iraq wa asy-Syam.

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa,


2008), hal.637

Hamka, Tafsir al-Azhar, jus II (Jakarta: Pustaka panjimas, 1994), Cet. III. hal. 121

Husain Mazhariri, Menelusuri Makna Jihad, (Jakarta: Lentera, 2000)

Ikhwanul kiram Mashuri, Isis Jihad atau Petualangan, (Jakarta: Republika 2014)

Kamus besar Indonesia

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al Qur‟an.(Jakarta:


Lentera Hati, 2007), vol. 9 hal. 135

M.Kholid Huda, Hadits Nabi, Salafisme dan Global Terorism.(Journal of Quran and
Hadith Studies. Vol 4, No 12015)

Muchlis M. Hanafi, et. all., Jihad; Makna dan Implementasinya [Tafsir Tematik]. (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, 2012)

Muhammad Mustofa, “Memahami Terorisme: SuatuPerspektif Kriminolog, (Jakarta:


Jurnal KriminologiIndonesia FISIP UI, 2002)

Muhammad Tahir-ul-Qadri, Fatwa Tentang Terorisme Dan Bom Bunuhdiri, (Jakarta: Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam LPPI 2014)

MUI, “TERORISME”, Artikel diakses pada 19 November 2018,


http://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/10.-Terorisme.pdf.

Mukhammad Ilyasin, Teroris dan Agama Konstruksi Teologi Teoantroposentris, (Jakarta:


Kencana, 2017)

Wikipedia. “Serangan Bunuh Diri”, Artikel diakses pada 17 Maret 2019,


http://id.wikipedia.org/wiki/konten Serangan bunuh diri.

Yusuf Qardhawi, Fiqih Jinayah: Sebuah Karya Monumental Terlenkap Tentang Jihad
Menurut Al- Quran Dan Sunnah, terj. Irfan Maulana Hakim, (Bandung: Mizan,
2010)

26

Anda mungkin juga menyukai