Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Memahami Jihad Amar Ma’ruf Nahi Munkar Dalam Islam


Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
Dosen Pengampu :

Oleh :
Romi Alwi Wardana
Wildan Mulia Adi Wijaya (2301011095)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM TRIBAKTI LIRBOYO KEDIRI
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiratnya-Nya, yang telah melimpahkan Rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Memahami Jihad Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar dalam Islam..
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manafaat terhadap para
pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ⅱ
DAFTAR ISI............................................................................................................................ⅲ
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Pengertian Jihad........................................................................................................2
B. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar..................................................................4
C. Syarat-syarat Jihad dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar.......................................5
BAB Ⅲ.......................................................................................................................................8
PENUTUP..............................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama Islam adalah agama yang sangat memperhatikan penegakan amar


ma’ruf dan nahi munkar. Amar ma’ruf nahi munkar merupakan pilar dasar dari pilar-
pilar akhlak yang mulia lagi agung. Kewajiban menegakkan kedua hal itu adalah
merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa ditawar bagi siapa saja yang
mempunyai kekuatan dan kemampuan melakukannya. Sesungguhnya diantara peran-
peran terpenting dan sebaik-baiknya amalan yang mendekatkan diri kepada Allah
Ta’ala, adalah saling menasehati, mengarahkan kepada kebaikan, nasehat-menasehati
dalam kebenaran dan kesabaran. At-Tahdzir (memberikan peringatan) terhadap yang
bertentangan dengan hal tersebut, dan segala yang dapat menimbulkan kemurkaan
Allah Azza wa Jalla, serta yang menjauhkan dari rahmat-Nya. Perkara al-amru bil
ma’ruf wan nahyu ‘anil munkar (menyuruh berbuat yang ma’ruf dan melarang
kemungkaran) menempati kedudukan yang agung.
Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran merupakan ciri utama
masyarakat orang-orang yang beriman. Setiap kali Al-qur’an memaparkan ayat yang
berisi sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, dan menjelaskan risalahnya dalam
kehidupan ini, kecuali ada perintah yang jelas, atau anjuran dan dorongan bagi orang-
orang beriman untuk mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka
tidak heran jika masyarakat muslim menjadi masyarakat yang mengajak kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran, karena kebaikan negara dan rakyat tidak
sempurna kecuali dengannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Itu jihad?


2. Apa itu amar ma’ruf nahi munkar?
3. Apa saja syarat-syarat dari jihad amar ma’ruf nahi munkar ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian jihad


2. Untuk mengetahui pengertian amar ma’ruf nahi munkar
3. Untuk mengetahui syarat-syarat dari jihad amar ma’ruf nahi munkar
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN

1. Pengertian Jihad
Secara etimologi, jihad berasal dari kata kerja jâhada-yujâhidu, masdarnya
jihâdan wa mujâhadatan. Dalam Lisan al-‘Arab, Ibnu Mandzur menjelaskan bahwa
jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha) dan al-
masyaqqah (kesulitan).1 Pendapat Ibnu Mandzur ini senada dengan Muhammad
Murtadha al-Husni al-Zabidi dalam Tâju al-‘Arus, 1 namun sedikit berbeda dengan
Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abdi al-Qadir alRazi dalam Mukhtar al-Shahâh yang
menyebutkan jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-tâqah, atau al-jahd artinya
almasyaqqah. 8 Dengan demikian, asal kata jihad adalah al-jahdu dengan mem-
fathah-kan huruf jîm atau al-juhdu dengan mendhammah-kan huruf jîm, yang artinya
al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha) dan al-masyaqqah (kesulitan).
Selanjutnya, kata al-juhdu bermetamorfosa menjadi jihad. Jihad dalam kamus
Mukhtar al-Shahah adalah badzlu al-wus’i (mengerahkan kemampuan). 2 Sementara
dalam kamus Tâju al- ‘Arus terdapat dua pengertian tentang jihad: (1) al-qitâlu ma’a
al- ‘aduwwi, kal mujâhadah (memerangi musuh seperti bermujahadah) 3 dan (2)
muhârabatu al-a’dâ’, wa huwa al-mubâlaghah wa istifrâghu mâ fî al-wus’i wa al-
tâqati min qawlin aw fi’lin. Wa almurâd bi al-niyyah ikhlash al-‘amal lillâhi ta’ala
(memerangi musuh dengan penuh kesungguhan dan kekuatan, baik berupa perkataan
atau perbuatan, dengan niat ikhlas karena Allah SWT). Adapun dalam Lisânu al-‘Arab
tertulis, jihad adalah qâtala wa jâhada fî sabîlillah (berperang dan berjuang di jalan
Allah).4 Dari pemaparan tentang ta’rîf jihad di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

1
Muhammad Murtadha al-Husni al-Zabidi, Tâju al-‘Arus, (Kuwait: Pemerintah Kuwait, 1385H/1965M), 534.
2
Kemampuan di sini berarti keluasaan dari waktu, usaha yang keras dan mengerahkan tenaga. Ibid., 48
3
Mujahadah di sini maksudnya adalah perang membela agama. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), 976.
4
Ibn Mandzur, Lisân…, I/710.
secara etimologi jihad adalah perjuangan dengan mengerahkan segenap kemampuan,
baik perjuangan dalam bentuk melawan musuh di medan pertempuran, atau
perjuangan tanpa terjun ke medan pertempuran. Sehingga muslim yang berjuang
dengan menuntut ilmu kemudian berdakwah di jalan Allah SWT, sudah termasuk
mujâhid (pelaku jihad).5
Sementara dari sisi terminologi jihad memiliki makna yang beragam. Menurut
Lembaga Riset Bahasa Arab Republik ArabMesir dalam al-Mu’jam al-Wasîth, jihad
adalah qitâlun man laisa lahu dhimmatun min al-kuffâr (memerangi orang kafir yang
tidak ada ikatan perjanjian damai).6
Pengertian ini terlihat lebih mengkhususkan kepada makna jihad perang.
Dalam kamus Mu’jam alMushthalahât wa al-Fâdz al-Fiqhiyyah, Abdurrahman Abdul
Mun’im menulis pengertian jihad menjadi empat:
a) mengerahkan segenap kemampuan dalam memerangi orang kafir,
b) berjuang dari keragu-raguan dan godaan syahwat yang dibawa oleh setan,
c) berjuang dengan keyakinan yang teguh disertai dengan usaha yang sungguh-
sungguh dengan cara mengajak kepada yang ma’ruf dan meninggalkan
kemungkaran terhadap orang-orang fasik,
d) dalam makna serupa dengan pengertian yang ketiga, namun lebih khusus lagi yaitu
terhadap orang-orang kafir yang memerangi umat Islam.7
Darinya dapat dipahami bahwa pengertian jihad tidak sekadar berperang di
medan pertempuran, namun lebih luas dari itu. Sementara menurut Abdurrahman bin
Hamad Ali Imran, jihad terbagi dua, umum dan khusus. Dalam pengertian umum,
jihad adalah seorang muslim bersungguh-sungguh dalam menggapai sesuatu yang
bisa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri dari apa saja
yang dilarang oleh-Nya. Sedangkan dalam pengertian khusus adalah memerangi kaum
kafir dalam rangka menegakkan kalimatullah (syariat Allah SWT).8
Definisi yang diberikan Abdurrahman ini menunjukkan bahwa pengertian
jihad secara umum adalah segala perbuatan seorang muslim yang dilakukan dengan
segenap kemampuan dan kesungguhannya untuk mencapai ridha Allah. Di sini juga
5
Orang yang menuntut ilmu disebut juga fisabîlillah, sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah SAW
bersabda “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga ia kembali” (HR.
Tirmidzi).
6
Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah Jumhuriyah Mishra al-‘Arabi, al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Maktabah as-
Syurûq al-Dauliyah, Cetakan IV, 1429H/2008 M), 147.
7
Abdurrahman Abdul Mun’im, Mu’jam al-Mustalahât wa al-Faz al-Fiqhiyah, (Kairo: Dâru al-Fadlah, Cetakan
I), 543.
8
Abdurrahman bin Hamad Ali Imran, al-Jihâdu, (Riyadh: al-Qashim, Cetakan I, 1390 H),
dapat dipahami bahwa hanya pengertian secara khususlah yang berkonotasi perang di
medan pertempuran yang tentu saja membutuhkan syarat-syarat khusus juga untuk
merealisasikannya.
2. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Amar Makruf Nahi Munkar secara sederhana berarti menyeru kepada


kebaikan dan mencegah keburukan. 9 Dalam Bahasa Arab, kata al-amr dapat berarti
perintah atau seruan, dan al-ma’ruf dapat berarti sesuatu yang baik atau dikenal.
Kalau dua kata tersebut digandengkan makai a menjadi terma keagamaan yang berarti
menyeru kepada kebaikan. Sedangkan al-nahy berarti larangan atau pencegahan, dan
al-munkar berarti kemungkaran dan keburukan. Dan kalau dua kata terakhir tersebut
digabungkan maka ia juga mejadi terma keagamaan yang berarti mencegah
keburukan.
Prinsip ini bukan hanya dikenal dalam agama Islam saja, melainkan ia adalah
prinsip universal yang ada dalam semua agama. Tak ada ulama baik dari zaman
klasik maupun kontemporer yang berbeda pendapat bahwa Amar Makruf Nahi
Munkar adalah salah satu asas agama dan kewajiban yang telah diperintahkan
oleh Allah.10

Namun hal yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa Amar Makruf Nahi
Munkar perlu diimplementasikan dengan cara yang ramah Mengenai hal ini Ibnu
Taimiyah menjelaskan bahwa penegakan prinsip ini seyogianya dengan
memerhatikan sikap yang lemah lembut (al-rifq).“Sebab itu dikatakan: Amar Makruf
seharusnya dilakukan dengan makruf, dan Nahi Munkar seharusnya tidak dilakukan
dengan munkar.”11
Menurut Ibnu Taimiyah, praktik Amar Makruf Nahi Munkar dapat melalui
tiga cara yakni dengan hati (al-qalb), lisan (al-lisān), maupun kekuasaan (al-yad). 12
Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad bahwa “siapa saja di antara kalian yang
melihat kemungkaran maka ubahlah ia dengan kekuasaannya, kalau ia tak mampu
maka dengan lisannya, kalau ia masih tak mampu maka (cukup) dengan hatinya.” 13
9
Majma’ al-Lughah al-„Arabiyyah Jumhuriyyah Mishr al-„Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasīth,(Kairo: Maktabah
al-Syuruq al-Dauliyyah, 2011), hlm. 26, 617, 991,
10
Lajnah Jurusan Dakwah dan Kebudayaan Islam Universitas al-Azhar, Adhwa’ ‘ala al-Nuzhum al-
Islamiyyah, (tanpa keterangan), hlm. 250.
11
Ibnu Taimiyah, op.cit.,hlm. 17.
12
Ibnu Taimiyah, op.cit., hlm. 16
13
Muhyiddin bin Syaraf al-Nawawi, op.cit., hadis no. 49.
Hal ini sebetulnya menggambarkan keluasan sarana yang dapat digunakan dalam
menjalankan prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, yakni boleh melalui kekuasaan
seperti pemerintah maupun melalui nasihat-nasihat secara verbal maupun melalui
tulisan.

3. Syarat-syarat dalam Jihad Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Kewajiban melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar berlaku atas setiap


muslim yang mukallaf dan memiliki kemampuan. Hal demikian yang menjadikan
tidak adanya kewajiban atas orang gila, anak kecil, kafir atau yang yang tidak
mempunyai kemampuan.

Terdapat beberapa syarat bagi orang yang hendak mencegah kemunkaran (Al-
muhtasib) antara lain:

a) Mukallaf
Mukallaf merupakan seseorang yang sudah baligh dan di dalam
dirinya sudah dikenai ketetapan hukum-hukum agama. Seorang yang
bukan mukallaf tidak diwajibkan untuk melaksanakan amar ma’ruf
nahi munkar. Meskipun tidak ada larangan bagi yang bukan mukallaf
sepanjang ia seorang yang berakal. Seperti seorang anak yang
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan buruk) yang
hamper mencapai usia baligh, diperbolehkan mencegah suatu
perbuatan yang munkar. Misalnya, menumpahkan minuman yang
memabukkan atau menghancurkan alat-alat permainan yang haram,
jika ia melakukannya makai a tetap memperoleh pahala dari
perbuatannya itu. Dalam hal ini, anak yang belum baligh pun
diperbolehkan melakukan amar ma’ruf nahi munkar sepanjang tidak
akan memperoleh madharot.
b) Beriman

Orang yang tidak beriman tidak dipersyaratkan baginya untuk


melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar dan bahkan tidak mungkin dia
dapat melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Jika orang tersebut
beriman makai a mengerti kebenaran dan kebathilan.
c) Berprilaku Baik

Bagi yang akan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar


hendaknya mempunyai ahlak yang baik dan bukan fasik atau orang
yang biasa mengerjakan perbuatan dosa. Allah SWT. akan mengancam
orang yang memerintahkan orang lain untuk berbuat baik, namun
dirinya tidak mengerjakannya. Seperti tercantum dalam Al-qur’an QS.
Ash-shoff ayat(3).

Artinya: “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan


apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Melakukan amar ma’ruf nahi munkar tidak harus orang yang


ma’shum (terhindar sepenuhnya dari perbuatan dosa). Karena jika
harus seperti itu tidak aka nada orang yang melakukan amar ma’ruf
nahi munkar. Sebab tidak ada ke-ma’shuman pada diri sahabat Nabi
SAW. apalagi selain mereka.

d) Adanya kemampuan pada diri orang yang hendak melakukan amar


ma’ruf nahi munkar

Seseorang yang tidak memiliki kemauan untuk melaksanakan


amar ma’ruf nahi munkar, maka baginya tidak diwajibkan untuk
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Namun demikian, masih
wajib atasnya untuk mengingkari dengan hatinya. Hal ini mengingat
bahwa siapa saja yang mencintai Allah, pasti tidak menyukai segala
perbuatan yang dilarang-Nya.

Gugurnya kewajiban melakukan amar ma’ruf nahi munkar


selain disebabkan karena tidak adanya kemampuan juga disebabkan
karena adanya ketakutan akan timbulnya akibat buruk yang mungkin
akan menimpanya ketika orang tersebut melaksanakan amar ma’ruf
nahi munkar.14

Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi munkar harus


mengetahui apakah tindakannya itu dapat membawa manfaat atau

14
Al-Ghazali, 2014, lhya’ Ulumuddin Rahasia Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Terjemahan Muhammad Al-
Baqir, (Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika), hlm. 73
justru malah akan membawa kemunkaran yang baru. Melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar harus memperhatikan dua aspek, yakni
(pertama) tidak adanya manfaat yang dihasilkan setelah orang tersebut
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, (kedua) adanya kekhawatiran
terjadinya sesuatu yang bermudhorot atas dirinya sendiri.
BAB Ⅲ

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan dan mencegah terhadap
keburukan merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Siapa saja
diantara kalian melihat kemunkaran dilingkungan kita, maka kita sebagai muslim
yang baik harus merubahnya dengan tangan kita, apabila kita tidak mampu merubah
dengan tangan kita, maka rubahlah dengan lisan kita, bila kita tidak mampu juga,
maka rubahlah dengan hati kita, dan ketika kita hanya bisa merubahnya dengan hati
kita,maka itu adalah paling lemah-lemahnya iman.

Sedangkan Jihad berasal dari kata jâhada, yujâhidu, jihâd. Artinya adalah
saling mencurahkan usaha. Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah
kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas
fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-kadang dengan menggunakan
harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk
meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum,
yaitu kerja keras.

Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang lebih spesifik, yaitu:
Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan Allah, baik langsung maupun
dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat, memperbanyak logistik, dan lain-
lain. Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil oleh kaum Muslim
adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir dalam rangka
meninggikan kalimat Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai