Oleh :
Romi Alwi Wardana
Wildan Mulia Adi Wijaya (2301011095)
KATA PENGANTAR................................................................................................................ⅱ
DAFTAR ISI............................................................................................................................ⅲ
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1
BAB 2.........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Pengertian Jihad........................................................................................................2
B. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar..................................................................4
C. Syarat-syarat Jihad dalam Amar Ma’ruf Nahi Munkar.......................................5
BAB Ⅲ.......................................................................................................................................8
PENUTUP..............................................................................................................................8
A. Kesimpulan................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................9
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Pengertian Jihad
Secara etimologi, jihad berasal dari kata kerja jâhada-yujâhidu, masdarnya
jihâdan wa mujâhadatan. Dalam Lisan al-‘Arab, Ibnu Mandzur menjelaskan bahwa
jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha) dan al-
masyaqqah (kesulitan).1 Pendapat Ibnu Mandzur ini senada dengan Muhammad
Murtadha al-Husni al-Zabidi dalam Tâju al-‘Arus, 1 namun sedikit berbeda dengan
Muhammad bin Abi Bakar bin ‘Abdi al-Qadir alRazi dalam Mukhtar al-Shahâh yang
menyebutkan jihad berasal dari kata al-juhd artinya al-tâqah, atau al-jahd artinya
almasyaqqah. 8 Dengan demikian, asal kata jihad adalah al-jahdu dengan mem-
fathah-kan huruf jîm atau al-juhdu dengan mendhammah-kan huruf jîm, yang artinya
al-tâqah (kekuatan), al-wus’u (usaha) dan al-masyaqqah (kesulitan).
Selanjutnya, kata al-juhdu bermetamorfosa menjadi jihad. Jihad dalam kamus
Mukhtar al-Shahah adalah badzlu al-wus’i (mengerahkan kemampuan). 2 Sementara
dalam kamus Tâju al- ‘Arus terdapat dua pengertian tentang jihad: (1) al-qitâlu ma’a
al- ‘aduwwi, kal mujâhadah (memerangi musuh seperti bermujahadah) 3 dan (2)
muhârabatu al-a’dâ’, wa huwa al-mubâlaghah wa istifrâghu mâ fî al-wus’i wa al-
tâqati min qawlin aw fi’lin. Wa almurâd bi al-niyyah ikhlash al-‘amal lillâhi ta’ala
(memerangi musuh dengan penuh kesungguhan dan kekuatan, baik berupa perkataan
atau perbuatan, dengan niat ikhlas karena Allah SWT). Adapun dalam Lisânu al-‘Arab
tertulis, jihad adalah qâtala wa jâhada fî sabîlillah (berperang dan berjuang di jalan
Allah).4 Dari pemaparan tentang ta’rîf jihad di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
1
Muhammad Murtadha al-Husni al-Zabidi, Tâju al-‘Arus, (Kuwait: Pemerintah Kuwait, 1385H/1965M), 534.
2
Kemampuan di sini berarti keluasaan dari waktu, usaha yang keras dan mengerahkan tenaga. Ibid., 48
3
Mujahadah di sini maksudnya adalah perang membela agama. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional,
Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2008), 976.
4
Ibn Mandzur, Lisân…, I/710.
secara etimologi jihad adalah perjuangan dengan mengerahkan segenap kemampuan,
baik perjuangan dalam bentuk melawan musuh di medan pertempuran, atau
perjuangan tanpa terjun ke medan pertempuran. Sehingga muslim yang berjuang
dengan menuntut ilmu kemudian berdakwah di jalan Allah SWT, sudah termasuk
mujâhid (pelaku jihad).5
Sementara dari sisi terminologi jihad memiliki makna yang beragam. Menurut
Lembaga Riset Bahasa Arab Republik ArabMesir dalam al-Mu’jam al-Wasîth, jihad
adalah qitâlun man laisa lahu dhimmatun min al-kuffâr (memerangi orang kafir yang
tidak ada ikatan perjanjian damai).6
Pengertian ini terlihat lebih mengkhususkan kepada makna jihad perang.
Dalam kamus Mu’jam alMushthalahât wa al-Fâdz al-Fiqhiyyah, Abdurrahman Abdul
Mun’im menulis pengertian jihad menjadi empat:
a) mengerahkan segenap kemampuan dalam memerangi orang kafir,
b) berjuang dari keragu-raguan dan godaan syahwat yang dibawa oleh setan,
c) berjuang dengan keyakinan yang teguh disertai dengan usaha yang sungguh-
sungguh dengan cara mengajak kepada yang ma’ruf dan meninggalkan
kemungkaran terhadap orang-orang fasik,
d) dalam makna serupa dengan pengertian yang ketiga, namun lebih khusus lagi yaitu
terhadap orang-orang kafir yang memerangi umat Islam.7
Darinya dapat dipahami bahwa pengertian jihad tidak sekadar berperang di
medan pertempuran, namun lebih luas dari itu. Sementara menurut Abdurrahman bin
Hamad Ali Imran, jihad terbagi dua, umum dan khusus. Dalam pengertian umum,
jihad adalah seorang muslim bersungguh-sungguh dalam menggapai sesuatu yang
bisa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, serta menjauhkan diri dari apa saja
yang dilarang oleh-Nya. Sedangkan dalam pengertian khusus adalah memerangi kaum
kafir dalam rangka menegakkan kalimatullah (syariat Allah SWT).8
Definisi yang diberikan Abdurrahman ini menunjukkan bahwa pengertian
jihad secara umum adalah segala perbuatan seorang muslim yang dilakukan dengan
segenap kemampuan dan kesungguhannya untuk mencapai ridha Allah. Di sini juga
5
Orang yang menuntut ilmu disebut juga fisabîlillah, sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah SAW
bersabda “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berjuang fisabilillah hingga ia kembali” (HR.
Tirmidzi).
6
Majma’ al-Lughah al-‘Arabiyah Jumhuriyah Mishra al-‘Arabi, al-Mu’jam al-Wasîth, (Kairo: Maktabah as-
Syurûq al-Dauliyah, Cetakan IV, 1429H/2008 M), 147.
7
Abdurrahman Abdul Mun’im, Mu’jam al-Mustalahât wa al-Faz al-Fiqhiyah, (Kairo: Dâru al-Fadlah, Cetakan
I), 543.
8
Abdurrahman bin Hamad Ali Imran, al-Jihâdu, (Riyadh: al-Qashim, Cetakan I, 1390 H),
dapat dipahami bahwa hanya pengertian secara khususlah yang berkonotasi perang di
medan pertempuran yang tentu saja membutuhkan syarat-syarat khusus juga untuk
merealisasikannya.
2. Pengertian Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Namun hal yang perlu digaris bawahi adalah, bahwa Amar Makruf Nahi
Munkar perlu diimplementasikan dengan cara yang ramah Mengenai hal ini Ibnu
Taimiyah menjelaskan bahwa penegakan prinsip ini seyogianya dengan
memerhatikan sikap yang lemah lembut (al-rifq).“Sebab itu dikatakan: Amar Makruf
seharusnya dilakukan dengan makruf, dan Nahi Munkar seharusnya tidak dilakukan
dengan munkar.”11
Menurut Ibnu Taimiyah, praktik Amar Makruf Nahi Munkar dapat melalui
tiga cara yakni dengan hati (al-qalb), lisan (al-lisān), maupun kekuasaan (al-yad). 12
Ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad bahwa “siapa saja di antara kalian yang
melihat kemungkaran maka ubahlah ia dengan kekuasaannya, kalau ia tak mampu
maka dengan lisannya, kalau ia masih tak mampu maka (cukup) dengan hatinya.” 13
9
Majma’ al-Lughah al-„Arabiyyah Jumhuriyyah Mishr al-„Arabiyyah, al-Mu’jam al-Wasīth,(Kairo: Maktabah
al-Syuruq al-Dauliyyah, 2011), hlm. 26, 617, 991,
10
Lajnah Jurusan Dakwah dan Kebudayaan Islam Universitas al-Azhar, Adhwa’ ‘ala al-Nuzhum al-
Islamiyyah, (tanpa keterangan), hlm. 250.
11
Ibnu Taimiyah, op.cit.,hlm. 17.
12
Ibnu Taimiyah, op.cit., hlm. 16
13
Muhyiddin bin Syaraf al-Nawawi, op.cit., hadis no. 49.
Hal ini sebetulnya menggambarkan keluasan sarana yang dapat digunakan dalam
menjalankan prinsip Amar Makruf Nahi Munkar, yakni boleh melalui kekuasaan
seperti pemerintah maupun melalui nasihat-nasihat secara verbal maupun melalui
tulisan.
Terdapat beberapa syarat bagi orang yang hendak mencegah kemunkaran (Al-
muhtasib) antara lain:
a) Mukallaf
Mukallaf merupakan seseorang yang sudah baligh dan di dalam
dirinya sudah dikenai ketetapan hukum-hukum agama. Seorang yang
bukan mukallaf tidak diwajibkan untuk melaksanakan amar ma’ruf
nahi munkar. Meskipun tidak ada larangan bagi yang bukan mukallaf
sepanjang ia seorang yang berakal. Seperti seorang anak yang
mumayyiz (dapat membedakan antara yang baik dan buruk) yang
hamper mencapai usia baligh, diperbolehkan mencegah suatu
perbuatan yang munkar. Misalnya, menumpahkan minuman yang
memabukkan atau menghancurkan alat-alat permainan yang haram,
jika ia melakukannya makai a tetap memperoleh pahala dari
perbuatannya itu. Dalam hal ini, anak yang belum baligh pun
diperbolehkan melakukan amar ma’ruf nahi munkar sepanjang tidak
akan memperoleh madharot.
b) Beriman
14
Al-Ghazali, 2014, lhya’ Ulumuddin Rahasia Amar Ma’ruf Nahi Munkar, Terjemahan Muhammad Al-
Baqir, (Jakarta Selatan: PT. Mizan Publika), hlm. 73
justru malah akan membawa kemunkaran yang baru. Melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar harus memperhatikan dua aspek, yakni
(pertama) tidak adanya manfaat yang dihasilkan setelah orang tersebut
melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, (kedua) adanya kekhawatiran
terjadinya sesuatu yang bermudhorot atas dirinya sendiri.
BAB Ⅲ
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak kebaikan dan mencegah terhadap
keburukan merupakan kewajiban kita sebagai umat muslim yang baik. Siapa saja
diantara kalian melihat kemunkaran dilingkungan kita, maka kita sebagai muslim
yang baik harus merubahnya dengan tangan kita, apabila kita tidak mampu merubah
dengan tangan kita, maka rubahlah dengan lisan kita, bila kita tidak mampu juga,
maka rubahlah dengan hati kita, dan ketika kita hanya bisa merubahnya dengan hati
kita,maka itu adalah paling lemah-lemahnya iman.
Sedangkan Jihad berasal dari kata jâhada, yujâhidu, jihâd. Artinya adalah
saling mencurahkan usaha. Makna jihad menurut bahasa (lughawi) adalah
kemampuan yang dicurahkan semaksimal mungkin; kadang-kadang berupa aktivitas
fisik, baik menggunakan senjata atau tidak; kadang-kadang dengan menggunakan
harta benda dan kata-kata; kadang-kadang berupa dorongan sekuat tenaga untuk
meraih target tertentu; dan sejenisnya. Makna jihad secara bahasa ini bersifat umum,
yaitu kerja keras.
Al-Quran telah mengarahkan makna jihad pada arti yang lebih spesifik, yaitu:
Mencurahkan segenap tenaga untuk berperang di jalan Allah, baik langsung maupun
dengan cara mengeluarkan harta benda, pendapat, memperbanyak logistik, dan lain-
lain. Dengan demikian, makna jihad yang lebih tepat diambil oleh kaum Muslim
adalah berperang di jalan Allah melawan orang-orang kafir dalam rangka
meninggikan kalimat Allah.
DAFTAR PUSTAKA